BAB I PENDAHULUAN
A. Lat ar b elakang elak ang
Setiap kapal yang dibangun untuk memuat muatan kering dapat pula dipergunakan untuk mengangkut muatan curah. Beberapa pembuat kapal, sekarang ini telah merancang kapal–kapal untuk beroperasi
dengan
anak
buah
kapal
amat
sedikit,
untuk
menyesuaikan dengan apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan pemilik kapal dimasa mendatang. Untuk melaksanakan ini mereka telah harus membuat studi setiap aspek dari type kapal dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Pengoperasian Pengoperasian : Sandar dan keluar dari tempat sandar, jaga laut dan dipelabuhan, kerja muatan, ballas dan buang ballas dan berlabuh jangkar.
Pemeliharaan : Pemeliharaan terjadwal, misalnya perawatan berencana dengan perhatian khusus terhadap yang tidak terencana atau perbaikan karena mogok.
Pelayanan penunjang : Akan tetapi untuk memenuhi permintaan dari perniagaan Bulk dibuatlah kapal-kapal khusus yang dinamakan Bulk Carrier yang memenuhi peraturan-peraturan standard bagi ruangan muatnya. Kapal Curah adalah: Sebuah kapal niaga yang umumnya selalu mengangkut jenis muatan curah, berupa biji-bijian dan sejenisnya. 1
Proses pelaksanaan pemuatan selama kapal berada dipelabuhan sangat berpengaruh pada keselamatan, juga kemajuan perusahaan pelayaran, bekerja sama dengan pihak darat yang terkait di pelabuhan dan prosedur kerja dari seluruh awak kapal yang baik dengan perhatian
terhadap
faktor
keselamatan
kerja
yang
memadai
merupakan modal besar dalam menunjang kelancaran pengoperasian pengoperasian kapal. Untuk memindahkan muatan ke atas kapal digunakan banyak cara, juga menggunakan alat yang berbeda-beda. Adapun yang dipergunakan untuk muat bongkar diatas kapal MV. Tangkas Sebagai kapal
yang
menggunakan
dirancang system
khusus
untuk
pneumatic
semen
yang
curah
mana
dengan
pemuatan
/
pembongkaran pembongkaran dengan menggunakan menggunakan tenaga t enaga angin sebagai media. Sesuai
dengan
judul
makalah,
penulis
berkesempatan
menjelaskan dengan meningkatkan manajemen perawatan proses pemuatan dan pembongkaran dapat bekerja secara optimal dikapal MV. Tangkas. Salah satu pertimbangan dari semua pihak dan pentingnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
maka
dalam
proses bongkar muat semen curah dapat diminimaliskan dari hal-hal yang nantinya akan dapat menghambat pengoperasian kapal dan mengurangi dari bahaya pencemaran. Dengan demikian penulis terdorong memilih judul : “ Optimalisasi proses pemuatan pemuatan dan pembong karan di kapal kapal semen curah MV. Tangkas” Tangkas” Penulis mencoba
membahasnya,
sehingga
proses
pemuatan
dan
pembongkaran pembongkaran itu sendiri berjalan berjalan sesuai dengan dengan rencana dan dapat menghindari kerugian-kerugian yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan.
2
B. Tujuan dan manfaat manfaat penuli san
1. Tujuan penulisan Untuk
Berbagi
pengalaman
dan
pengetahuan
tentang
bagaimana mengatasi masalah-masalah yang timbul pada saat muat bongkar. Serta mencari penyebab dan menganalisa dari penyebab tersebut agar dapat mengambil keputusan / tindakan sehingga meminimaliskan terjadinya delay.
2. Manfaat penulisan
a. Manfaat bagi dun ia akademik Untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan para peserta didik, serta berbagi pengetahuan bagi kawan seprofesi, terutama bagi para peserta didik di BP3IP yang belum pernah bekerja di atas kapal semen curah.
b. Manfaat Manfaat bagi duni a prakti si Sebagai bahan sumbangan pengetahuan bagi dunia maritim umumnya dan bagi para pelaut yang bekerja dikapal semen curah khususnya yang mungkin belum pernah mengalami permasalahan seperti yang penulis alami.
C. Ruang Ruang lin gkup
Oleh karena luasnya materi pembahasan tentang pemuatan dan pembongkaran semen diatas kapal semen curah maka penulis membatasi hanya dalam lingkup bahasan bahasan pada Optimalisasi proses proses pemuatan dan pembongkaran di kapal semen curah MV. Tangkas guna menunjang kelancaran operasi kapal. 3
D. Metode penyaji an
1. Metode pengum pulan data
Dalam metode pengumpulan data di dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode :
a. Studi lapangan Makalah ini ditulis berdasarkan pengalaman langsung dari lapangan / tempat penulis bekerja sebagai Chief Officer diatas kapal semen curah MV. Tangkas selama 13 bulan.
b. Studi kepustakaan kepustakaan
Untuk melengkapi pengumpulan data, penulis menggunakan berbagai referensi yang sesuai dengan penulisan makalah ini.
2. Metode analisis analis is data
Metode yang digunakan penulis melalui pengalaman dan melakukan pengamatan langsung selama berada di atas kapal, kemudian dianalisa dengan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan fakta saja dan
dilakukan
dengan
menjelaskan
serta
menggambarkan
perbandingan masa lalu dan sekarang.
4
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta Fakt a
1. Objek penelitian
Kapal MV. Tangkas adalah milik PT. Indobaruna Bulk Transport yang menjadi objek penelitian yang penulis ambil. Kapal MV. Tangkas adalah jenis kapal semen curah ((Cement Cement Bulk) yang dirancang khusus untuk menunjang kegiatan pembongkaran semen curah di pelabuhan-pelabuhan khusus yang menyediakan silo atau penampungan semen curah. Proses bongkar muat memiliki banyak hambatan baik dipelabuhan muat maupun di pelabuhan bongkar karena sistem maupun peralatan di darat belum menyesuaikan dengan di kapal, begitu pula sebaliknya. Pada tanggal 15 Mei 2013 saat kapal melakukan kegiatan pembongkaran di ciwandan terjadi blocking (semen tidak mengalir) maka proses pembongkaran dihentikan, ini disebabkan personil jaga yang kurang terampil t erampil maka diadakan pengecekan pengecekan sistem dan ditemukan alat bongkar yang kurang bagus kualitas materialnya. Kemudian masalah inilah yang utama menghambat proses muat dan bongkar semen curah.
5
2. Fakta Fakta kondi si
a. Kond isi alat alat bong kar / muat yang sud ah tua
Kenyataan di Lapangan dari hasil inspeksi dan deskripsi data yang berhasil penulis susun menunjukan beberapa faktor seperti kurangnya pemahaman ABK dalam melaksanakan skala prioritas perawatan peralatan. Kurangnya pemahaman bahwa
perawatan
alat-alat
bongkar
muat
merupakan
peralatan utama yang harus dirawat secara terjadwal untuk mengantisipasi
terjadinya
kerusakan
yang
lebih
fatal,
sehingga mengakibatkan keterlambatan pada saat bongkar muat, Hal ini dapat terlihat pada saat bongkar muat dimana sering terdapat kendala-kendala seperti kebocoran pada alat bongkar dan pipa-pipa di beberapa tempat yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain faktor usia peralatan yang
sudah
tua
juga
pengadaan
suku
cadang
yang
membutuhkan waktu yang lama menjadikan proses muat bongkar semakin terhambat. Contoh alat-alat yang harus di cek secara rutin :
1) Cargo compressor
Cargo Compressor sangat berperan penting dalam proses pembongkaran dengan system pneumatic, Alat ini menghasilkan angin dengan tekanan tinggi yang berfungsi menendang semen sampai ke silo (tempat penampungan semen di darat). MV.TANGKAS memiliki empat unit cargo compressor, untuk mencapai rate bongkar yang diinginkan sesuai dengan perjanjian charter maka empat unit cargo 6
compressor compressor tersebut harus beroperasi secara bersamaan.
2) Chain conveyor
Alat ini berfungsi membawa semen dari palka melalui gate valve menuju bucket elevator. Pada saat melakukan loading terkadang ada material asing yang masuk bersama semen kedalam palka, seperti sekop, besi mur baut dll. Pada saat melakukan bongkar material itu terbawa sampai chain conveyor yang akhirnya bisa mengakibatkan link dari chain conveyor tersebut patah sehingga pembongkaran semen harus dihentikan karena chain tersebut tidak bergerak. Selain itu karena alat juga yang sudah terhitung tua terkadang ada link dan pin dari chain conveyor yang sudah patah karena aus. Untuk menghindari delay pada saat bongkar sebaiknya dilakukan pengecekan pada link satu persatu dengan memutar chain conveyor dengan motor.Hal ini dilakukan sebelum kapal melakukan kegiatan bongkar.
3) Bag filter / Dust collector
Yang sudah menurun kemampuannya untuk menyaring semen dari dalam Tangki Cargo, hal ini disebabkan getar automatisnya sudah tidak bekerja secara maksimal dan akibatnya banyak semen yang menempel di saringan. Selain itu kondisi alat yang sudah tua harus dicek pipa-pipa angin yang mungkin bisa terjadi bocor karena berkarat.
7
4) Cargo manifold
Kondisi flanges yang sudah berkarat dan menipis yang mengakibatkan permukaan tidak rata sehingga terjadi kebocoran pada saat pemuatan ataupun pembongkaran. Peristiwa yang terjadi di karenakan kondisi alat bongkar / muat yang sudah tua contohnya yaitu MV. Tangkas mengadakan pembongkaran di Pelabuhan Ciwandan. Saat Discharge Cargo Compressor Compressor yang yang berfungsi berfungsi hanya tiga tiga ini sangat menghambat proses pembongkaran apabila
tekanan
angin
tidak
semen dan
memenuhi
standar
pembongkaran maka timbulah blocking atau terhambatnya proses
pembongkaran
sehingga
pembongkaran
harus
dihentikan untuk pengecekan jalur mana yang terjadi blocking. MV. Tangkas memiliki empat unit compressor discharge, namun yang berfungsi hanya tiga karena spare part terbatas di atas kapal, sehingga pada saat melakukan pembongkaran hanya
tiga
compressor
yang
bekerja
secara
maksimal,sedangkan satu unit cargo compressor lagi harus menunggu cleaning filter bahan bakar selesai.Hal ini yang mengakibatkan
tidak
efektifnya
pelaksanaan
kegiatan
bongkar.
b. Kurang tersedianya peralatan peralatan penduku ng (motor bantu)
Seiring dengan tuanya usia kapal termasuk peralatan peralatannya, salah satu diantaranya Motor Bantu / Generator sebagai pensupply arus listrik pada alat-alat bongkar muat. Dimana bagian-bagiannya sudah banyak
yang disebabkan 8
dengan lamanya suku cadang yang di terima menjadi salah satu penghambat. Dengan demikian arus listrik/supply curret tidak dapat digunakan secara maksimal. Menurunnya arus listrik yang diinginkan maka bongkar muat yang tadinya dapat dioperasikan secara maksimal sehingga menurun daya kerjanya yang diakibatkan naiknya amper dan naiknya temperatur. Dengan naiknya temperatur pada motor bantu sehingga untuk menjaga dari hal-hal yang tidak
diinginkan
maka
kemampuannya
dibatasi
yaitu
mengurangi beban dari pemakaian alat-alat yang lain seperti pemakaian Pompa Ballas Ballas dan alat-alat yang yang tidak berfungsi. berfungsi. Untuk mengatasi hal ini perlu adanya kordinasi antara ABK deck dengan ABK mesin dalam menggunakan alat-alat yang
menggunakan
electric
power,
yang
mana
setiap
pemakaian alat-alat yang menggunakan electric power harus memberi tahu ABK mesin terlebih dahulu agar tidak terjadi halhal yang tidak diinginkan sehingga pemakaian motor bantu beban yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
c. Loading akses akses untuk grafity grafity tidak mengikuti p mengikuti perkembangan erkembangan teknologi
Seiring dengan kemajuan jaman dimana perkembangan teknologi berkembang dengan pesat dan dunia perkapalan terus mengembangkan teknologi-teknologi terbaru demi memudahkan suatu pekerjaan. Demikian juga pada kapalkapal curah / bulk dengan bermacam type yang disesuaikan dengan jenis muatan yang diangkut untuk memudahkan dan meringankan biaya-biaya biaya-biaya yang tidak perlu. Dengan demikian hubungan dengan kapal MV. Tangkas 9
Yang dibangun pada tahun 1990 dimana alat-alat bongkar muatnya masih manual dan jauh ketinggalan di bnding kapalkapal sekarang yang automatis. Karena awalnya kapal MV. Tangkas
Dirancang
khusus
untuk
pemuatan
dengan
menggunakan system pneumatic pada waktu pemuatan saat itu, sedangkan saat ini dari pihak pengkapalan sudah banyak yang tidak memakai sistem ini lagi dan menggunakan sistem grafity.
Sistem
ini
selain
cepat
kinerjanya
pada
waktu
pemuatan dan mudah perawatannya sehingga kapal tempat dimana penulis bekerja tidak mempunyai fasilitas ini sehingga harus menyesuaikan dan memodifikasi dengan membuat loading grafity secara manual yang diberi nama “ Y piece”, dengan menggunakan pipa yang dibentuk menyerupai huruf Y terbalik sebagai loading connectornya. Karena jumlahnya hanya satu “Y piece” ini tidak pada posisi yang permanen, melainkan harus dipindah-pindah sesuai dengan pengaturan pemuatan yang diinginkan . “Y Piece” ini digunakan pada pelabuhn muat seperti di langkawi Malaysia dimana MV. Tangkas muat semen dalam bentuk curah dengan menggunakan conveyor conveyor Khusus dari d ari darat.
B. Permasalahan
1. Identi Identi fik asi masalah masalah
Seperti yang telah penulis paparkan pada fakta yang terjadi di atas dimana telah teridentifikasi permasalahan yang ada selama penulis bekerja pada MV. TANGKAS, dan berdasarkan fakta tersebut penulis akan memaparkan permasalahan yang dialami sebagai berikut : 10
a. Route pelayaran pelayaran yang terlalu dekat
Ketatnya jadwal kapal dengan route pelayaran pendek yaitu dari Tuban ke Ciwandan dengan jarak tempuh pelayaran hanya 36 jam, dengan waktu pemuatan hanya 20 jam dan bongkar 24 jam, maka dibutuhkan metode khusus untuk melakukan perawatan terhadap alat muat / bongkar, sehingga dengan jangka waktu yang begitu singkat maka masih terdapat banyak pekerjaan untuk perawatan alat muat / bongkar yang tertinggal.
b. Kurangn ya keterampi keterampi lan ABK dalam pengop erasian erasian alat alat muat bongkar semen curah
Dengan beranggapan bahwa kapal khusus semen curah adalah kapal yang sangat berbahaya dengan debunya, maka sulit untuk mencari ABK agar dapat ditempatkan di kapal-kapal semen curah khusus. Disamping itu tidak sebandingnya gaji yang diperoleh dengan kapal-kapal yang tingkat bahayanya serupa, sehingga ABK yang diperoleh pun adalah ABK yang belum berpengalaman / terampil. Dari hasil penelitian di lapangan, Mualim / ABK baru tersebut tingkat keterampilannya masih dibawah standard dan perlu adanya pendamping agar dapat mengoperasikan kegiatan muat / Bongkar selama di pelabuhan serta dapat mengidentifikasi masalah- masalah yang timbul baik internal ataupun eksternal. Selain itu tingkat dalam manajemen perawatan pun kurang, hal ini disebabkan karena tidak memahami akan alatalat bongkar muat tersebut yang tidak ada pada kapal-kapal curah
jenis lainnya. lainnya. Juga Juga kurangnya kurangnya kemauan kemauan untuk untuk belajar belajar 11
dan menganalisa suatu masalah yang mengakibatkan kurang percaya diri untuk memutuskan suatu keputusan. keputusan. Sebagai contoh yang penulis cermati selama bekerja di MV. Tangkas sering terdapat kendala seperti : Terjadinya tekanan Balik pada saat pembongkaran ke tangki penampungan / silo. Hal ini ada penyebab eksternal dan internal nya yaitu : 1) Eksternal
adalah
disebabkan
pada
waktu
proses
pembongkaran semen ke tangki penampungan / silo dan dalam waktu bersamaan terminal semen yang ada di darat juga melakukan proses kegiatan pengantongan pengantongan semen untuk pendistribusian sehingga terjadi tekanan balik dari terminal ke pneumatic system di kapal. 2) Internal
adalah
disebabkan
terjadinya
pengendapan
semen yang mengeras pada cargo pump hopper sehingga cepat penuh, Jika cargo pump hopper penuh maka tekanan balik pneumatic system terlihat pada manometer yang mengakibatkan terhambatnya semen yang keluar dari tangki cargo. Dari kejadian tersebut Mualim jaga tidak menyadari menyadari bahwa dengan terjadinya demikian akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan dalam operasi.
c.
Usia peralatan peralatan muat bong kar yang tergol ong tua
Mengingat Usia kapal MV. Tangkas bukan tergolong baru lagi (buatan tahun 1990) yang sudah termakan usia, automatis semua peralatan muat bongkarnya akan menurun kapasitas kerjanya.
Banyaknya
jam
kerja
dari
peralatan
tersebut,
ditambah dengan tidak adanya suku cadang serta kurangnya 12
kemampuan dalam perawatan menambah menurunnya prestasi dari pada alat bongkar muat tersebut. Pembaharuan dalam peralatan bongkar muat sampai saat ini belum ada, sehingga masih menggunakan peralatan yang lama. Hal ini tentunya akan menambah waktu keterlambatan dalam proses pemuatan dan pembongkaran.
d. Kualit as semen yang di supply tidak sesuai standar
Karena
banyaknya
akan
permintaan
semen
pada
suatu pabrik maka akan banyak pula
kapal-kapal yang
akan mengangkut
pembuatan
sehingga
produksi
terus
ditingkatkan demi melayani konsumen. Seiring banyaknya produksi yang ditingkatkan terkadang produsen akan lalai kualitas / mutu produksi. Semen yang baru saja di produksi langsung saja di angkut tanpa ada proses pengeringan terlebih dahulu, kadar kelembapan dari semen tersebut masih ada. Dengan kelembapan semen yang di kirim
ke
kapal
akan
menggangu proses pemuatan dan pemindahan semen untuk trimming yang mana out put semen akan dipindahkan tersebt terasa berat di dorong oleh angin kompressor. Selain dari pada itu kualitas semen yang akan di kirim dari silo terkadang tercampur dengan batu, bongkahan semen dalam bentuk padat / sticky cement dan bahkan masig ada dalam bentuk klinkers sehingga semen yang belum sempurna ini dapat menghambat pemindahan / transfering maupun pada saat pembongkaran yang mana akan menyumbat pada flow gate.
13
e. Kurangn ya komu nik asi antara kapal dengan pihak darat darat
Komunikasi dalam kegiatan bongkar muat adalah suatu hal yang penting demi kelancaran operasi. Tanpa komunikasi akan menimbulkan kendala-kendala yang mana akan timbul suatu kesalahpahaman dalam mengartikan suatu pelaksanaan. Terkendalanya komunikasi antara kapal dan darat dapat menghambat operasional kapal, yang mana semen dapat menjadi penyumbatan penyumbatan / block block pada pipa muat sehingga sehingga semen akan tumpah ke deck atapun mengakibatkan penyumbatan yang menyebabkan tidakdapat membuka ataupun menutup flow
gate
yang
pembongkaran.
mengakibatkan
Salah
satu
sulitnya
penyebab
pada
saat
terkendalanya
komunikasi adalah sarana atau alat komunikasi yang kurang baik ataupun ketidak fahaman operator dalam mengartikan suatu prosedur demi kepentingan bersama.
f.
Perawatan Perawatan pada peralatan peralatan muat bongkar tidak opt imal karena karena suku cadang yang yang terbatas di atas atas kapal kapal
Dengan semakin ketatnya peraturan keselamatan kerja di kapal maka di perlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan kemampuan para mualim dan ABK dalam pengoperasian kegiatan bongkar muat
dan
manajemen
perwatan.
Kerusakan
element
/
komponen dapat di ketahui atau di pastikan atas dasar pemeriksaan yang di kerjakan terhadapnya. Kegiatan dalam perencanaan perbaikan antara lain pemeriksaan keadaan, perhitungan perbaikan, dan menetapkan urutan perbaikan. Hal ini dilakukan untuk mencegah dari kecelakaan kerja pada saat 14
kegiatan
bongkar
muat,
perawatan
dan
perbaikan.
Keterbatasan dalam pengadaan suku cadang merupakan suatu keterkendalanya dalam perawatan namun hal itu dapat di minimalisir dengan melaksanakan system perawatan yang berkala dan benar.
2. Masalah utama
Dari keenam permasalahan tersebut di atas, penulis akan membahas 2 masalah utama untuk dalam proses pemuatan dan pembongkaran pada semen curah yaitu :
a. Kurangn ya keterampilan ABK dalam pengop erasian erasian muat muat bongkar semen curah
Kapal semen curah tergolong kapal yang berbahaya untuk kesehatan ABK karena debunya, oleh karena itu sangat sulit untuk perusahaan mendapat calon ABK yang berpengalaman dan memiliki keterampilan dalam pengoperasian peralatan muat / bongkar pada kapal semen curah. Umumnya ABK baru yang naik ke kapal sama sekali belum mengerti dan belum memiliki keterampilan dalam pengoperasian peralatan tersebut.
b. Perawatan pada peralatan muat bongkar tidak optimal karena karena suku cadang yang terbatas di atas atas kapal
Dengan
alasan
singkatnya
route
pelayaran
kapal,
mengakibatkan tidak semuanya peralatan muat / bongkar dilkaukan perawatan dengan baik. ABK harus bisa membuat prioritas perawatan, perencanaan pada peralatan tersebut. 15
BAB III PEMBAHASAN
A. Lan dasan das an t eor i
Untuk mengoptimalkan kegiatan proses muat / bongkar yang baik diatas kapal maka diperlukan ABK yang terampil dan cakap dalam melaksanakan tugas yang sudah diberikan kepadanya. Di dalam Konvensi STCW Amandemen 1995 & 1997 Bab I, Aturan I/14 mensyaratkan I/14 mensyaratkan setiap perusahaan dapat menjamin bahwa setiap pelaut yang ditempatkan pada kapal mana saja yang dimilikinya,
harus
memegang
sertifikat
yang
sesuai
menurut
ketentuan-ketentuan dari konvensi dan sebagaimana ditetapkan oleh administrasi. Dokumen dan data yang relevan r elevan dari semua pelaut yang dipekerjakan diatas kapal – kapalnya dipelihara dan siap untuk dilihat, termasuk
tanpa
dibatasi
akan
dokumentasi
dan
data
dari
pengalamnya, pelatihan, kesehatan dan kompeten dalam tugas-tugas yang diberikan. Para pelaut yang akan ditugaskan pada setiap kapalkapalnya mengenal akan tugas – tugas khusus yang diberikan diberik an pada mereka dan semua penataan kapal, instalasi-intalasi, prosedurprosedur perlengkapan dan karakteristik-karakteristik kapal yang relevan dengan tugas-tugas rutin dan keadaan darurat. Didalam ISM CODE elemen 10.1 mengatakan perusahaan harus menyusun prosedur untuk memastikan bahwa kapal dipelihara sesuai dengan ketentuan aturan dan peraturan yang terkait, dan dengan setiap persyaratan tambahan yang mungkin dibuat oleh perusahaan.
Elemen
10.2,
dalam
memenuhi
persyaratan
ini,
perusahaan harus memastikan bahwa, inspeksi dilaksanakan pada interval yang sesuai, setiap ketidak sesuaian dilaporkan dengan 16
penyebab
yang
mungkin,
tindakan
pembetulan
yang
sesuai
dilaksanakan dan catatan dari aktifitas tersebut diprlihara. Elemen 10.3, menyatakan perusahaan harus menyusun prosedur dalam system
manajemen
keselamatanya
untuk
mengenali
system
perlengkapan dan teknik dimana kegaga k egagalan lan pengoperasian mendadak dapat menimbulkan situasi rawan. Sistem manajemen keselamatan tersebut harus menyediakan untuk langkah – langkah khusus yang diarahkan guna mempromosikan keandalan perlengkapan atau sistemnya. Langkah ini harus mencakup pengujian secara regular, pengaturan dan perlengkapan yang siap atau system teknik yang tidak digunakan secara kontinyu. Elemen 10.4, Inspeksi yang dinyatakan dalam 10.2 dan juga langkah – langkah yang diacu dalam 10.3 harus terpadu dalam rutin pemeliharaan operasional kapal. Melalui pengkajian masalah, penyebab dan penentuan sasaran dapat dilakukan dengan cara sistimatis yaitu dengan penyebab timbulnya masalah. Dari apa yang telah penulis jelaskan pada Bab II mengenai kondisi saat ini yang terjadi di tempat penulis bekerja dimana permasalahannya adalah terlihat jelas bahwa kendala yang timbul diakibatkan oleh kurangnya kemampuan dalam pengoperasian muat / bongkar serta manajemen perawatan yang tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Apabila hal ini dibiarkan akan dapat menimbulkan permasalahan yang pada kurun waktu tertentu akan menimbulkan masalah serius bila tidak diperbaiki. diperbaiki. Banyak
faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
mis
komunikasi dalam pengoperasian dan perawatan yang semata-mata kurang mampunya ABK. Serta kurangnya k urangnya dukungan dari senior officer untuk meningkatkan kemauan dari ABK tersebut untuk belajar. Rasa pesimis ABK sehingga timbul rasa kurangnya tanggung jawab dalam melaksanakan melaksanakan suatu pekerjaan pekerjaan sehingga kualitas pekerjaan menjadi tidak
penting
dan
berakibat
pada
pemborosan
biaya. Faktor 17
lingkungan
dari
kapal
sendiri
yang
mana
hasutan,
rasa
ketidaksenangan ketidaksenangan terhadap atasan, kurangnya interaksi atasan kepada bawahan serta ketidakharmonisan sesama ABK membuat enggan untuk melakukan yang berakibat merosotnya kualitas kerja. Prinsip – prinsip memuat yang benar menurut Maritime Cargo Operation menyebutkan : 1. Melindungi muatan Artinya adalah bahwa dalam prinsip-prinsip pemuatan pihak pengangkut mempunyai tanggung jawab terhadap muatan selama diatas kapal dari kerusakan maupun kehilangan dari pelabuhan muat sampai dengan pelabuhan bongkar.
2. Melindungi kapal Artinya adalah bahwa dalam prinsip-prinsip harus dipertimbangkan jangan sampai menyebabkan kerusakan kapal karena kesalahan pemuatan.
3. Melindungi jiwa Anak Buah Kapal (ABK) dan buruh buruh Artinya
adalah
bahwa
dalam
prinsip-prinsip
memuat
harus
memperhatikan keselamatan Anak Buah Kapal (ABK) dan buruh dengan cara memperhatikan keselamatan prosedur kerja yang benar dan aman.
4. Efisien dan Sistimatis Sistimatis Artinya bahwa dalam prinsip-prinsip pemuatan mempertimbangkan kecepatan waktu dan sistimatik bongkar muat. Dalam hal ini bila mana memuat harus memperhatikan jenis muatan yang harus dimuat belakangan sesuai dengan jenis muatan dan pelabuhan bongkar, hal ini untuk menghindari terjadinya muatan yang seharusnya dipelabuhan dipelabuhan ke-2 akan tetapi ditempatkan diatas. 18
B. Analisi s penyebab masalah masalah
1. Kurangn ya keterampil an AB K dalam p engoperasian muat bon gkar semen semen cur ah
Kurangnya keterampilan dan pengetahuan ABK baru dalam pengoperasian peralatan muat bongkar disebabkan karena :
a. Sistem rekrui tmen tid ak sesuai dengan pro sedur dan tidak pernah dilaksanakannya education training terhadap ABK sebelum naik ke kapal
Kurangnya pengawasan dalam seleksi penerimaan crew akan menimbulkan masalah dikemudian hari pada saat crew tersebut di pekerjakan dan ditempatkan sesuai dengan jabatannya, tugas dan tanggung jawabnya di atas kapal. Persyaratan penerimaan berhubungan dengan keterampilan, keahlian berdasarkan pengalaman dan faktor-faktor lainnya yang mendukung cara kerja sebagai personil baru. Persyaratan tersebut terkadang tidak dipakai saat proses rekruitmen atau penerimaan crew baru yang tidak sesuai dengan prosedur penerimaan crew. Dampaknya, banyak crew yang bekerja di kapal
tidak
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan.
Perusahaan akan lumpuh bila tidak di tunjang dengan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan melaksanakan tugas dan d an fungsinya. Faktor yang menyebabkan rekruitment crew yang tidak sesuai
dengan
berpengalaman
prosedur sangat
karena sulit,
jadi
mencari
crew
yang
crew
yang
tidak
berpengalaman juga di rekrut untuk bekerja atau joint di atas 19
kapal
semen
curah
sehingga
proses
bongkar
muat
mendapatkan banyak kendala karena crew yang bekerja tidak mempunyai pengalaman kerja di bidang ini. Sebagai contoh, ada beberapa crew yang tidak terampil dalam pengoperasian peralatan bongkar muat sehingga saat bekerja harus selalu di bimbing dan di dampingi oleh crew yang telah lama di atas kapal maupun para Mualim Senior yang telah paham dalam dalam proses pembongkaran maupun maupun pemuatan. pemuatan. Maka Proses penerimaan crew yang kurang selektif menghambat operasional muat bongkar semen curah karena calon crew yang akan bekerja di atas kapal memiliki pengalaman yang minim.
b. Famil Famil iarisasi pada ABK yang yang akan bekerja bekerja di atas atas kapal kapal tidak maksimal
ABK
belum
mengerti
dan
memahami
prosedur
keselamatan di kapal semen curah dikarenakan kurangnya familiarisasi pada saat akan bekerja di atas kapal. ABK baru tidak mendapatkan informasi dan tugas - tugas pekerjaan dari ABK yang lama. Sedangkan pekerjaan yang akan dilakukan diatas kapal memiliki resiko kecelakaan yang sangat tinggi. Menurut SMS Manual yang ditetapkan oleh perusahaan familiarisasi harus dilakukan selama dua hari sebelum serah terima jabatan antara ABK lama dan baru. Namun yang sering terjadi familiarisasi dilakukan tidak sampai 1 hari, dikarenakan mobilitas yang tinggi atau jadwal pelayaran yang sangat padat. Selain itu jarak antara pelabuhan bongkar dan muat sangat dekat sehingga waktu yang dimiliki sangat singkat. ABK baru tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan 20
familiarisasi mengenai semua sistim dan prosedur yang ada. Prosedur kerja mencakup tugas-tugas serta tanggung jawab ABK selama bekerja di atas kapal dan peraturan-peraturan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Dampak dari kurangnya familiarisasi terhadap ABK mengenai prosedur kerja di kapal semen curah membuat ABK tersebut tidak mengetahui tugas dan tanggung jawab saat bekerja diatas kapal, hal tersebut memperlambat proses bongkar muat semen curah. Apabila hal tersebut tidak diatasi maka akan menimbulkan komplain dari pihak pencharter.
2. Perawatan pada peralatan muat bongkar tidak optimal karena suku cadang cadang yang t erbatas di atas kapal kapal
Perawatan terhadap peralatan muat bongkar tidak optimal sehingga mengakibatkan kendala pada saat kapal melakukan kegiatan muat / bongkar, hal ini disebabkan karena :
a. Proses pengadaan pengadaan suku cadang cadang yang yang terlalu lama
Sehubungan dengan mengoptimalkan proses pemuatan dan pembongkaran dalam pengoperasian kapal, maka selama itulah alat muat / bongkar bekerja. Dengan bekerjanya peralatan muat bongkar secara terus menerus dan habisnya masa kerjanya / running hours dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan tersebut. Ditambahnya proses pengadaan suku cadang
yang
terlalu
lama
akan
menjadikan
seriusnya tingkat kerusakan yang akan timbul.
bertambah Hal ini
dikarenakan pengadaan suku cadang melalui proses panjang sesuai
aturan
/
prosedur
perusahaan
yaitu
purchasing 21
department / departemen pembelian. Suku cadang merupakan hal pokok yang memerlukan perhatian khusus dan pengawasan yang teliti. Terlalu banyak dapat mengalami kerugian sedangkan kekurangan suku cadang yang dibutuhkan bisa menyebabkan pengeluaran yang yang sangat besar karena kapal tidak beroperasi. Maka dalam hal ini perlu mendapat perhatian khusus untuk menangani menangani masalah masalah penggunaannya. penggunaannya. Perawatan secara secara maksimal dan terjadwal perlu di adakan agar suku cadang yang sering terjadi masalah teratasi contohnya contohnya : pada cargo cargo pump, cargo blower membran, canvas pada cargo pannel dan sebagainya. Apabila bagian-bagian tersebut tersebut tidak diperhatikan
lambat
laun
akan
terjadi
masalah
yang
mengakibatkan tenaga yang besar serta waktu yang lama untuk mengerjakannya. mengerjakannya.
b.
Kualit as Suku Cadang Cadang yang tid ak sesuai standar
Suku cadang yang disediakan oleh perusahaan memiliki kualitas di bawah standar. Suku cadang yang dikirim ke kapal hanya mementingkan kuantitas tetapi tidak memperhatikan kualitas. Salah satu penyebabnya yaitu karena faktor biaya. Perusahaan berusaha menekan biaya operasional kapal dengan menggunakan suku cadang tidak asli. Harga suku cadang yang berkualitas jauh lebih mahal di banding suku cadang di bawah standar yang sangat terjangkau. Penggunaan suku cadang yang kurang baik dapat menimbulkan dampak negatif bagi peralatan baik muat maupun bongkar semen curah. Bila terjadi terus menerus maka akan mengakibatkan kerusakan pararel atau fatal dan peralatan 22
lambat laun akan mengalami kerusakan total sehingga kapal terancam berhenti beroperasi. Hal ini yang mengakibatkan perusahaan akan mengalami kerugian yang sangat besar. Kerusakan tersebut tidak hanya memakan biaya yang sangat besar tetapi waktu yang sangat lama untuk perbaikan atau pemulihan kapal tersebut untuk kembal k embalii beroperasi.
C. Anali sis pemecahan masalah
1. Kurangn ya keterampi keterampi lan ABK dalam pengoperasian muat bongkar semen curah
Setiap ABK yang akan bekerja diatas kapal selalu melalui tahap perekrutan oleh perusahaan, akan tetapi banyak ABK yang ketika sudah naik ke kapal belum familiar dan terampil dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Untuk masalah seperti ini pemecahannya adalah :
a. Perusahaan Perusahaan lebih selektif dalam melakukan melakukan rekruit men AB K baru bar u dan meng men g adakan adak an edu c ati on tr ain i ng sebelu seb elu m ABK AB K b aru nai k ke k e kapal kap al
Dalam mengatasi permasalahan kurangnya kemampuan ABK dalam pengoperasian muat bongkar semen curah salah satu penyebabnya yaitu penerimaan ABK yang tidak sesuai dengan prosedur. Cara mengatasinya yaitu pihak perusahaan harus lebih selektif dalam menerima calon ABK yang akan bekerja
di
atas
kapal
baik
pengalamannya
maupun
keahliannya. Bagi perusahaan pelayaran ataupun Manning 23
Agency bertugas menerima calon tenaga kerja seharusnya mengikuti prosedur yang benar, langkah-langkah dalam proses seleksi yang harus di lakukan antara lain : 1) Penerimaan pendahuluan Organisasi memilih karyawan dan para pelamar memilih perusahaan seleksi di mulai dengan kunjungan calon pelamar ke kantor personalia atau dengan permintaan tertulis untuk aplikasi. 2) Test-test penerimaan penerimaan Proses ini sangat berguna untuk mendapatkan informasi yang
relative
obyektif
tentang
pelamar
yang
dapat
dibandingkan dengan para pelamar lainnya dan para pekerja sekarang.
3) Wawanc W awancara ara seleksi Proses ini merupakan percakapan formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi hal dapat diterimanya atau tidaknya seorang pelamar.
4) Pemeriksaan referensi Hal ini dilakukan dengan beberapa cara diantaranya referensi pribadi yaitu biasanya di berikan kepada keluarga teman-teman terdekat baik yang ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta perusahaan. Dan referensi pekerjaan yaitu menyangkut latar belakang atau pengalaman serta pendidikan yang pernah ditempuh karena akan berkaitan dengan kualitas dan keterampilan ABK.
5) Evaluasi medis Tahapan ini sangat dibutuhkan oleh perusahan karena 24
untuk
mengetahui
tingkat
kesehatan
karyawan
dan
kekuatan karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan nantinya.
6) Keputusan penerimaan Proses ini menandai berakhirnya proses seleksi,hasil akhir ini adalah merupakan pemilihan karyawan-karyawan baru yang kompeten dibidangnya. 7) Evaluasi Evaluasi karyawan baru harus diperhatikan dari prestasi kerja dan dalam kegiatan pekerjaan yang karyawan k aryawan lakukan secara berkala untuk memaksimalkan memaksimalkan produktifitas kerja Dengan Proses penerimaan ABK yang sudah ditetapkan dari perusahaan sebaiknya dijalankan sesuai dengan prosedur, maka ABK yang akan bekerja di atas kapal ditempatkan sesuai dengan pengalaman ABK tersebut Terlebih khususnya dalam menangani muat bongkar semen curah yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan keahlian di bidangnya. Pekerjaan yang di dukung dengan sumber
daya
manusia
yang
terampil
dalam
mengoperasikan peralatan muat bongkar semen curah dan berpengalaman di bidang tersebut, akan mendukung operasional muat bongkar kapal semen curah berjalan dengan optimal.
Selain melakukan seleksi yang ketat terhadap calon ABK berdasarkan
keahlian,
keterampilan
dan
pengalaman
perusahaan juga hendaknya memberikan education training kepada ABK tentang job description sebelum mereka naik ke kapal. Hal ini dilakukan agar ABK yang baru naik ke kapal 25
sedikitnya memiliki pengetahuan dan gambaran tentang apa itu sebenarnya kapal semen curah, nama alat dan fungsinya masinig-masing serta bagaimana cara system kerja dan prosedur pengoperasian alat muat / bongkar yang baik. Education training hendaknya dilakukan minimal 2 hari di kantor dengan instruktur yang berpengalaman. Education training ini bukan hanya mengenai safety dalam bekerja akan tetapi harus juga menjelaskan tentang job description dari ABK tersebut, sehingga ketika naik ke kapal ABK tersebut mempunyai
keterampilan
dan
gambaran
dalam
pengoperasian peralatan muat / bongkar yang ada diatas kapalnya. Walaupun itu hanya penjelasan setidaknya dapat membuat ABK tersebut percaya diri bahwasanya dia akan mampu melaksanakan tugas nya sehingga dapat membantu perusahaan dalam mengurangi bahkan meniadakan claim dari pencharter.
Biasanya setiap ABK baru yang naik ke kapal, baik itu perwira maupun Bawahan akan sedikit terkejut dengan keadaan kapalnya. Mereka berfikir semua kapal itu sama, tapi kapal semen curah itu berbeda dengan jenis kapal yang lainnya. Tidak banyak juga ABK yang berniat untuk pergi meninggalkan kapal karena siatuasinya yang berbeda seperti yang dijalaninya. Biasanya Biasanya yang terjadi pada perwira ketika naik ke kapal perwira yang akan digantikan sudah tidak ada di kapal lagi atau sudah pulang, sedangkan perwira baru tersebut butuh serah terima jabatan dengan yang lama apa tugas
dan
tanggung
jawabnya
dan
bagaimana
cara
pengoperasian peralatan muat / bongkar kapal semen curah tersebut. 26
Sebagai senior officer, orang yang paham tentang kapal dan mengerti cara pengoperasian peralatan muat / bongkar diatas kapal, harus memberikan motivasi dan meningkatkan keterampilan
ABK
nya,
pertemuan
sebelum
kerja,
memberikan arahan setiap apa yang akan dikerjakan setiap saat harus dilakukan sehingga ABK paham dengan apa yang akan dikerjakan. Untuk perwira yang baru naik dan belum pernah melakukan apa yang harus dikerjakan dikapal semen curah, senior officer harus mendampingi setiap jam jaganya, memberikan pengarahan dan menerangkan maksud dan cara peralatan muat / bongkar itu bekerja.
b.
Meningkatkan
familiarisasi
terhadap
crew
yang
akan
bekerja di atas kapal Jadwal pelayaran yang sangat padat dan jarak tempuh yang sangat dekat antara pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar membuat ABK yang akan bekerja di atas kapal tidak maksimal
dalam
mencakup
pengenalan
fungsinya,
melakukan
sistem
familiarisasi.
alat-alat
kerja
muat
Familiarisasi
bongkar
peralatan
dan
beserta prosedur
pengoperasianya. Familiarisasi sangat diperlukan bagi ABK yang akan bekerja di atas
kapal. Familiarisasi yang
dilakukan
tidak
sampai satu hari ternyata tidak efektif bagi ABK yang akan joint di atas kapal semen curah. Untuk mengatasinya, mengatasinya, ABK yang
akan
mendampingi
turun ABK
diikutkan baru
lagi yang
diatas akan
kapal
untuk
menggantikan
pekerjaannya. ABK lama memberi pengarahan mengenai tugas – tugas yang harus dikerjakan, tanggung jawab dan hal27
hal lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ABK lama tersebut. Pengarahan atau petunjuk yang diberikan ABK lama bertujuan agar ABK yang baru mengetahui dan mengerti prosedur kerja yang benar di atas kapal. Setelah itu, Nakhoda memberitahukan kepada perusahaan mengenai ABK lama yang masih mengikuti pelayaran mendampingi ABK baru agar diberikan bonus sesuai dengan waktu tambahan selama di atas kapal. Selain itu, ABK baru juga mendapat bimbingan dan pengarahan
dari
Senior
Officer .
Dengan
memberikan
bimbingan dan pengenalan awal secara bijaksana terhadap ABK yang baru naik kapal. Senior Officer akan menjelaskan prosedur – prosedur yang berlaku di atas kapal termasuk prosedur kerja muat bongkar dan peraturan - peraturan di kapal
sesuai
dengan
kebijakan
perusahaan,
termasuk
pelaksanaan pelaksanaan prosedur-prosedu pr osedur-prosedurr keselamatan kerja. Senior Officer melaksanakan pengarahan secara rutin bertujuan agar ABK dapat mengambil pelajaran berharga, dimana
dalam
pengarahan
tersebut
Senior
Officer
memberikan program yang berkaitan tentang pentingnya prosedur
kerja.
Program
tersebut
diantaranya
berupa
pengarahan, pelatihan dan penayangan video-video tentang prosedur kerja dan keselamatan kerja yang apabila tidak diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan di atas kapal maka akan menimbulkan bahaya dan resiko kecelakaan k ecelakaan kerja.
28
2. Perawatan Perawatan pada peralatan peralatan muat bon gkar tidak optimal karena karena suku cadang cadang yang t erbatas di atas kapal kapal
Untuk melakukan perawatan dan perbaikan diatas kapal terkadang terkendala oleh suku cadang yang tidak tersedia dan meskipun tersedia diatas kapal kualitasnya tidak standar sehingga harus melakukan perawatan dan perbaikan secara berulangulang.
Penyebab
terbatasnya
suku
cadang
diatas
kapal
pemecahannya adalah :
a. Perusahaan Perusahaan
mengiri m
suku
cadang
tepat w aktu
ke
pelabuhan bongkar maupun muat
Selama ini pengiriman suku cadang hanya dilakukan di pelabuhan terdekat atau di pelabuhan yang memiliki kantor cabang serta keagenan milik perusahaan sendiri. Sedangkan wilayah
operasi
kapal-kapal
semen
curah
yang
dimiliki
perusahaan banyak yang beroperasi di luar daripada kantor cabang maupun keagenan yang dimiliki perusahaan. Oleh sebab itu, untuk pengiriman suku cadang sebaiknya di kirim di pelabuhan – pelabuhan muat maupun bongkar yang ada di dalam maupun luar negeri. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat suku cadang sampai di atas kapal. Apabila suku cadang tepat waktu di kirim ke atas kapal, bila ada kerusakan dapat segera diatasi atau diperbaiki tanpa harus menunggu lama. Selain itu jadwal perawatan peralatan bongkar muat yang telah disusun dapat terealisasi atau dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah di buat di atas kapal dan instruksi dari manajemen yang ada di darat. Jadwal perawatan dapat dilaksanakan setelah suku cadang berada di atas kapal atau 29
tersedia sesuai dengan item-item yang ada. Dengan
dilakukannya
pengiriman
suku
cadang
di
pelabuhan muat maupun bongkar, diharapkan suku cadang dapat memenuhi kebutuhan di atas kapal tanpa menunggu waktu yang lama. Hal ini yang sangat di harapkan ABK kapal agar kapal terus beroperasi tanpa ada kendala dan dapat menambah
kepercayaan
pencharter
kepada
perusahaan
pelayaran semen curah khususnya pada PT. Indobaruna bulk Transport. b. Perusahaan Perusahaan menyediakan menyediakan suku cadang yang berkualit as Salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan suku cadang salah satunya yaitu perusahaan menyediakan suku cadang yang di bawah standar untuk menunjang pengoperasian di atas kapal. Ternyata justru lebih banyak mengalami kerugian bukan menekan biaya pengeluaran perusahaan karena usia peralatan bongkar muat yang sudah tua mengakibatkan peralatan membutuhkan perawatan yang lebih rutin. Penunjang perawatan adalah suku cadang, namun apabila yang dipergunakan suku cadang di bawah standar maka akan menimbulkan lebih banyak masalah yang dihadapi. Solusi untuk menghadapi menghadapi permasalahan ini, perusahaan seharusnya menyediakan atau mengirim suku cadang yang berkualitas
bukan
yang
tidak
asli.
Suku
cadang
yang
berkualitas / Original dapat bertahan lebih lama dari pada yang di bawah standar. Jadi kerusakan dapat diminimalisir dan dapat melakukan penekan biaya pembelian suku cadang. Walaupun harga suku cadang yang yang asli asli lebih mahal
namun
pemakaian lebih lama dan dapat menjaga kinerja peralatan bongkar muat maupun operasional kapal k apal keseluruhannya. keseluruhannya. 30
Bila peralatan dalam kondisi siap digunakan, maka efektifitas bongkar muat dapat berjalan dengan lancar, efisien dan selesai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sehingga proses tersebut tidak mengeluarkan biaya yang lebih besar karena kendala dari kerusakan peralatan tersebut.
31
BAB IV PENUTUP
A. Kesim Kes im pu l an
1. Kurangnya
prosedur
dalam
system
rekruitmen
ABK
baru
menyebabkan ABK baru yang bekerja di atas kapal memiliki keterampilan yang minim mengakibatkan proses bongkar muat mendapatkan mendapatk an banyak kendala. 2. Kurangnya familiarisasi pada ABK kapal yang akan bekerja di atas menyebabkan ABK tersebut tidak mengetahui prosedur kerja dan tanggung jawab saat bekerja di atas kapal semen curah. 3. Tidak dipenuhinya system perawatan, peralatan muat / bongkar menjadi tidak optimal sehingga pada saat kapal melakukan kegiatan muat / bongkar banyak terjadi kendala karena adanya peralatan yang rusak. 4. Tidak dipenuhinya suku cadang yang berkualitas di atas kapal mengkibatkan
perawatan
dan
perbaikan
dilakukan
secara
berulang-ulang dan mengakibatkan banyak peralatan muat / bongkar menjadi rusak.
B. Saran
1. Disarankan perusahaan lebih selektif dalam melakukan rekruitmen ABK agar ABK yang akan bekerja di atas kapal memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan posisi yang dibutuhkan di atas kapal.
32
2. Seharusnya Perwira Senior meningkatkan familiarisasi terhadap ABK baru yang akan bekerja di atas kapal agar ABK baru memahami prosedur kerja dan tanggung jawab saat bekerja di atas kapal semen curah. 3. Sebaiknya perusahaan mengirim suku cadang ke kapal tepat t epat waktu. 4. Seharusnya perusahaan menyediakan suku cadang yang asli dan berkualitas agar peralatan dalam kondisi baik dan siap digunakan sehingga efektifitas bongkar muat dapat berjalan dengan lancar, efisien dan selesai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Martopo Arso, Capt, (2011), Penanganan dan pengaturan muatan, STIP, Jakarta.
Moedjiman
R.
SH,
2001,
Pedoman
Penulisan
Makalah
Profesi
Kepelautan, Cetakan Kedua, Jakarta – BP3IP.
MV. Tangkas, Semen Semen Pneumatic Pneumatic System Instr ucti on Manual Book.
1995, Edisi Rosadhi Sammi, Drs, MM. (1999), Implementasi STCW 1995, kesatu, Jakarta.
Yatim,
Rozaimi,
(2003),
Kodefikasi
Manajemen
Keselamatan
Internasional (ISM CODE), Penerbit Yayasan Bina Citra Samudra Jakarta.
……….,(1974), Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974 1974,, London, IMO Publication.
34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
:
Ship’s Particullar
Lampiran 2
:
Crew List
Lampiran 3
:
Prosedur Kegiatan Muat
Lampiran 4
:
Prosedur Kegiatan Bongkar
Lampiran 5
:
Check List Loading
Lampiran 6
:
Check List Discharging Discharging
Lampiran 7
:
Foto MV. Tangkas
35