BAB I PENDAHULUAN
A. Lat ar b elak elakang ang
Angkutan laut dewasa ini berkembang sangat pesat. Kapal sebagai sarana angkutan laut yang dibangun dewasa ini lebih cenderung kearah spesialisasi jenis muatan yang diangkutnya, seperti kapal tanker. Kapal tanker MT.OIGAWA adalah salah satu kapal milik perusahaan Pelayaran Stellar Ship Management (Global) yang beroperasi diperairan Singapura,
yang diperuntukkan
khusus
mengangkut minyak MFO (Marine Fuel Oil) dikawasan Singapura. Ditinjau dari pengoperasiannya, kapal MT.OIGAWA sebagai kapal khusus
yang
mengangkut
minyak
MFO
yang
sangat
berpotensi menimbulkan pencemaran laut sehingga memerlukan penanganan khusus.
Dan ABK yang yang menangani harus memiliki
sumberdaya keterampilan khusus dalam pengoperasiannya p engoperasiannya.. Dari pengalaman yang penulis alami langsung diatas kapal MT OIGAWA penulis memiliki pendapat bahwa tingkat pencemaran laut dari. kapal sangat tergantung pada keterampilan sumber daya manusia dikapal (ABK) dalam menerapkan
semua
ketentuan
ketentuan pencegahan pencemaran laut, yang sesuai dengan persyaratan aturan-aturan lnternasional yang berlaku. Pencemaran-pencemaran yang terjadi diatas kapal MT.OIGAWA baik pencemaran yang berasal dari permesinan kapal atau ruang kamar mesin (Engine Room) maupun dari muatan kapal pada umumnya adalah dikarenakan oleh "Kurang berfungsinya peralatan diatas kapal".
1
Dengan
dilatar
belakangi
pengamatan,
pemahaman,
pengalaman dan kejadian-kejadian dikapal MT OIGAWA dimana penulis bertugas sebagai Nakhoda diatas kapal tersebut mendorong penulis memilih menulis makalah ini dengan judul:
"UPAYA
PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT Dl KAPAL MT.OIGAWA”
B. Tuju Tujuan an Da Dan n Manfaat Penuli san
1. Tujuan Pe Penuli nuli san
Adapun penulisan kertas
kerja ini dimaksudkan untuk
memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam penyelesaian pendidikan Ahli Nautika Tingkat T ingkat I (ANT-I) pada Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan llmu Pelayaran BP3IP Jakarta ajaran 2014 periode III (tiga) dengan tujuan antara lain : a. Untuk menemukan menemukan masalah yang yang menimbulkan terjadinya pencemaran laut dari kapal b. Untuk memberikan alternatif pemecahan masalah dalam upaya pencegahan pencegahan pencemaran laut di kapal k apal MT. OIGAWA.
2. Manfaat Penuli san
a. Manfaat bagi Duni a Akademi Akademik k Diharapkan
dapat
memperkaya
pengetahuan
bagi
penulis sendiri maupun bagi kawan-kawan satu profesi untuk mengetahui
bagaimana
upaya
untuk
meningkatkan
pencegahan pencemaran laut dari kapal.
b. Manfaa Manfaatt bagi Dunia Pra Prakti kti s Sebagai sumbang saran untuk perusahaan dan para pembaca makalah ini, agar mengetahui cara pencegahan
2
pencemaran laut yang benar dan efisien, serta melakukan pengawasan yang baik, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
C. Rua Ruang ng Ling kup
Mengingat luasnya masalah dalam pencemaran laut ini, penulis membatasi lingkup pembahasan yaitu Pencegahan Pencegahan Pencemaran laut di kapal MT OIGAWA yang disebabkan oleh kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran seperti ODM (Oil Discharge Monitoring) dan OWS (Oil Water Separator) sehingga sering terjadi pembuangan limbah minyak dari kapal yang tidak t erkontrol. Disini penulis membatasi pokok bahasan yang lebih terfokus pada kemampuan manusia/ personil dikapal dalam mengoperasikan peralatan secara maksimal, agar upaya peningkatan pencegahan pembuangan limbah dapat terkontrol, dan apa yang sesuai dengan aturan-aturan dapat dipenuhi sebagaimana yang disyaratkan.
D. Metod Metode e Pe Peneli neli ti an
Pada penulisan makalah ini penulis mengungkapkan metode pengumpulan data berupa:
1. Metod Metode e Pengump ulan Da Data ta
a. Studi Lapangan
1) Pengumpulan data melalui data primer. Penulis melakukan pengumpulan data dari pengamatan langsung pada saat bekerja di atas kapal MT OIGAWA
3
dari Bulan November 2013 sampai dengan bulan July 2014 dan berdiskusi dengan kepala kamar mesin serta anak buah kapal bagian mesin. 2) Mengadakan
diskusi
sesama
pasis
BP3IP
yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. 3) Bimbingan dari dosen pembimbing di BP3IP.
b. Studi Kepustakaa Kepustakaan n
Untuk melengkapi penulisan makalah ini penulis juga menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul dan isi dari makalah ini yaitu buku-buku tentang pencegahan polusi
di
laut laut seperti
Marine
Polution
(Marpol)
tahun
1973/1978,Solas 1974,ISGOTT, Internatinal Safety Mangemet Code (ISM) code book dan dari internet, serta buku-buku yang terdapat di perpustakaan BP3IP serta buku-buku yang terdapat di kapal MT. OIGAWA
2. Metode Analisa Data
Metode
yang
digunakan
penulis
dengan
pengamatan
langsung penyebab-penyebab dari permasalahan selama bekerja di
atas
kapal
dan
kemudian
dibandingkan
dengan
teori
berdasarkan buku-buku buku-buku literature yang ada di atas kapal.
4
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta Fakt a
1. Pe Pembuangan mbuangan Li mbah Minyak Yang Yang Tidak Terkon Terkon tro l Dari Dari Kapal.
Pada tanggal 02 February 2014 kapal berada di Singapura, penulis mendapati Perwira dan ABK dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat dikapal tidak mengikuti prosedur yang benar, dalam upaya pencegahan pencemaran. Demikian pula peralatan
pencegahan
pencemaran
(ODM,
OWS)
kurang
berfungsi dengan baik, sehingga bisa menyebabkan pencemaran laut. Dan untuk pengiriman spare part dari perusahaan sering terlambat. Hal-hal
tersebut
diatas
merupakan
faktor
yang
menyebabkan terjadinya pembuangan limbah minyak dari kapal yang tidak terkontrol yang berakibat terjadinya pencemaran di laut.
2. Pe Pengetahuan ngetahuan ABK Kurang Tentang Tentang Penting Penting nya Pe Pencemaran ncemaran Laut.
Sehubungan dengan keterbatasan sarana tadi salah satu peristiwa yang pernah penulis alami sewaktu bertugas di kapal adalah
kesalahan
ABK
dalam
hal
ini
pumpman
dalam
menjalankan order Mualim I. Dimana penulis sebagai Nahkoda mendapati pumpman membuang sisa limbah: limbah: cleaning yang dibuang langsung ke laut. Melihat kejadian tersebut penulis segera menghentikan pekerjaan, dan memerintahkan ABK yang
5
lain untuk membuang limbah minyak menuju ke sloptank. Setelah itu langsung memberikan pengarahan tentang aturan dan akibat dari sisa limbah yang dibuang kelaut. Adapun pumpman mengatakan bahwa hal ini dilakukan karena, jika sisa limbah dimasukkan ke sloptank, tidak ada sarana dan fasilitas tangki darat yang dapat menampung.
3. Prosedur kerja tid ak dij ala alankan nkan sebagaimana mestin ya
Kejadian lain yang pernah penulis alami sewaktu kegiatan memuat di Terminal Vopak Sebarok, salah satu pulau di Singapura. Pada tanggal 10 February waktu menunjukkan jam 14.15 waktu Singapura, dimana Mualim II (dua) bertugas jaga muatan ditemani dengan 2 (dua) orang jurumudi jaga dan 1 Bosun. Seperti biasa loading order, dan persiapan keran-keran tangki muat sudah disiapkan dan diperiksa oleh Mualim I (satu), dan sudah ditanda-tangani masing-masing perwira dan crew yang bertugas. Ketika itu mualim II sudah selesai melakukan toping up pada tangki 4P/S dan line muat cargo sudah berpindah ke tangki 3P/S.. Menurut juru mudi jaga keran drop pada tangki 4P/S sudah 3P/S tertutup rapat, dan drop line tangki 3P/S sudah terbuka penuh. Tetapi faktanya pada man hole tangki 5S tiba-tiba mengeluarkan cairan yang tidak lain cargo muatan. Melihat hal tersebut ABK jaga ABK jaga langsung membangunkan Mualim I. Penanganan pertama yang Mualim I lakukan agar juru mudi jaga memastikan kembali semua scupper plug di main deck tertutup rapat. Mualim II menutup kran disch pada tangki 4S, dan Mualim I menutup kran sirkulasi yang menghubungkan pipa ke line discharge. Oleh pengamatan mata debit cargo yang keluar semakin kecil menandakan sumber masalah sudah teratasi.
6
Langkah selanjutnya Mualim I memberi order untuk segera memindahkan kargo pada tangki 4S ke tangki yang lain yang masih kosong secara grafity, hal ini dimaksudkan untuk segera menghentikan kargo yang Iuber dari man hole. Beruntung minyak yang Iuber tadi teriindung oleh hacth coming di geladak kapal, sehingga tidak tumpah ke laut. Selanjutnya oleh ABK yang lain dimasukkan kembali ke dalam tangki kargo. Setelah mengadakan investigasi pada pagi harinya, didapati adanya kesalahan pada serah terima jaga antara Mualim I ke Mualim II bersama regu jaganya. Dimana seharusnya Mualim I atau juru mudi yang bertugas memberi informasi bahwa kran sirkulasi masih dalam keadaan terbuka sebagian, sehubungan permintaan loading master untuk menurunkan tekanan pampa darat. Pada kejadian ini penulis berkesimpulan bahwa tingkat kedisiplinan dan kesadaran kru kapal dalam melaksanakan tugas sangat berpengaruh terhadap penanganan muatan.
4. Fungsi Penga Pengawasan wasan di Kapal Kapal tid ak Berjalan
Fungsi pengawasan di atas kapal dilaksanakan oleh Nahkoda, sedangkan di kantor perusahaan yang biasa di kenal dengan DPA (Designated Person Ashore). Seorang Nahkoda bertanggungjawab penuh dalam pengawasan terhadap segala kegiatan yang berlangsung di atas kapal. Upaya pencegahan pencemaran
laut
adalah
salah
satu
kegiatan
yang
harus
dilaksanakan dan diawasi sehingga kelestarian lingkungan laut dapat terjaga. Untuk itu Nahkoda wajib membuat Master Standing Order yang salah satu isinya adalah perintah untuk mencegah terjadinya pencemaran minyak dari kapal. Di kapal MT. OIGAWA di dapat fakta bahwa Mualim I
7
melakukan kesalahan, yaitu dengan hanya memberi perintah k erja kepada ABK tanpa melakukan pengawasan yang ketat, ketat, karena beranggapan
bahwa
pekerjaan
tersebut
sudah
biasa
dilaksanakan. Sedangkan ABK lainnya dalam serah terima jaga di juga tidak menjalankan prosedur kerja yang baik. deck juga deck
B. Permasalahan
1.
ldentifikasi Masalah
a. Kurang berfungs inya peralatan pencegahan pencemara pencemaran n diatas kapal.
Berbicara mengenai peralatan seringkali tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini boleh jadi peralatan tersebut kurang perawatan (tidak dicek dan tidak diservis juga secara berkala / minggu dan begitu mau digunakan semua pada rusak (tak bisa bekerja) serta Perusahaan juga lambat memperbaikinya walaupun sudah berulang kali minta di perbaiki, apalagi ganti yang baru atau ada bagian yang perlu diganti karena sudah rusak. Sebagaimana penulis alami seringkali satu peralatan di kapal tidak pernah dirawat, operatornya hanya tahu mengoperasikan. Selama peralatan itu masih berfungsi baik tidak ada perhatian peralatan tersebut dilakukan perawatan dan hal ini karena memang sama sekali tidak ada rencana perawatan, sehingga pengadaan sparepart di kapal tidak ada termasuk sarana penunjang di kapal tidak lengkap mengakibatkan peralatan sering tidak bekerja normal atau tidak berfungsi dengan baik bahkan mungkin tidak berfungsi sama sekali. b. Pe Pengalaman ngalaman Kerja ABK masih k urang.
8
Dalam hubungan ini dimana seperti yang disebutkan diatas
terjadi
peralatan.
kegagalan
Ketidak
dalam
terampilan
pengoperasian
suatu
awak
dalam
kapal
mengoperasikan peralatan sangat erat hubungannya dengan pengalaman seseorang didalam melakukan suatu tugas. Salah satu contoh misalnya, seseorang masinis yang baru naik
ke
kapal,
mengoperasikan
kemudian
suatu
diberikan
tugas
peralatan, belum tentu
untuk
dia dapat
mengoperasikan dengan baik. Kemungkinan ada hal-hal teknis yang belum dia pahami betul, atau memang dia belum pernah mengoperasikan peralatan tersebut sebelumnya, dapat dikatakan yang bersangkutan belum berpengalaman dalam menangani peralatan yang dimaksud.
c. AB ABK K Ku r ang Teram Terampi pi l Dalam Pen Pengo go per asi an Peral Peralatan atan Kerja Dikapal.
Yang dipermasalahkan dalam hal ini, adalah kegagalan awak kapal dalam mengoperasikan peralatan pencegahan pencernaran diatas kapal, sehingga akibat dari kegagalan ini sering kali terjadi pembuangan limbah minyak dari kapal tidak terkontrol selama kapal dalam pelayaran yang dibagi dalam dua bagian:
1) Dari kamar mesin/ ruang permesinan a)
Adanya tumpahan minyak bahan bakar dari mesin
b) Dari pipa-pipa atau tangki bahan bakar c)
Adanya tumpahan bahan bakar pelumas dari kebocoran mesin.
d) Adanya perembesan atau kebocoran air laut dari
9
sistem populasi atau sistem pendingin.
2)
Dari ruang muatan a) Pembuangan air ballast ballast dari dari Slop tank/ tangki tangki muatan muatan.. b) Pembuangan ballast sehubungan dengan pengaturan trim kapal. c)
Adanya kegiatan pencucian tangki/ tank cleaning.
Yang dimaksud terjadinya pembuangan limbah yang tidak terkontrol adalah pembuangan limbah minyak yang langsung kelaut tanpa melalui peralatan pencegahan limbah minyak dari kamar mesin dengan OWS demikian juga dari tangki muatan dengan ODM. Disinilah limbah yang dibuang/ dipompa ke laut dikontrol kandungan minyaknya tidak melebihi 15 ppm (Part Per Million). Hal ini terjadi karena ketidakmampuan operator yang menangani peralatan, sehingga terjadi kegagalan, kegagalan , dengan kata lain kurang terampil dalam pengoperasian peralatan. peralatan .
d. Fasilitas penampungan limbah minyak tidak tersedia di Pelabuhan Pe labuhan Muat/ Bo ngkar
Dengan adanya masalah seperti yang sudah dibahas diatas, maka dapatlah disimpulkan, sebagai jalan pintas seringkali kapal nekad membuang limbah minyak hasil dari kegiatan tank cleaning langsung saja ke laut, tanpa menyadari dampak dari perbuatan ini, sudah jelas hal ini sudah menyalahi aturan sebagaimana yang disyaratkan. Dan apabila ketahuan oleh pihak yang berwenang kemungkinan kapal akan mendapat masalah besar.
10
Seandainya karena takut membuang limbah minyak ditengah laut dan akhirnya semua limbah minyak hasil dari kegiatan tank cleaning ditampung di slop tank tidak cukup, cukup, karena kapasitas slop tank sangat terbatas yaitu 2% dari kapasitas tangki muatan, sehingga tidak memungkinkan semua limbah di tampung hanya di slop tank, dan pasti selebihnya limbah ditampung ditangki muatan. Kalau hal ini terjadi dapaf dipastikan apabila di pelabuhan muat tidak terdapat reception maka kapal akan deviasi ke pelabuhan lain yang terdekat untuk membuang limbah minyak diatas kapal, untuk memenuhi persedian kapasitas ruang muat maksimum sesuai permintaan pencharter.
e. Kapasitas Slop Tank di Kapal tidak memadai
Sehubungan dengan slop tank yang tidak memadai kapasitasnya maka apabila semua tangki muatan di kapal akan
dilakukan
pembersihan
seluruh
tangki
dalam
pengalaman penulis tidak mungkin semua limbah minyak yang bercampur air dapat ditarnpung hanya di slop tank saja, sudah pasti ada salah satu tangki yang akan dipakai untuk menampung limbah hasil hasil dari pencucian pencucian tangki tadi.
f.
Kurangn ya kepedul kepedul ian ABK t entang dampak Pencemaran Pencemaran
Sudah barang tentu dari semua permasalahan diatas yang ikut menunjang terjadinya pembuangan limbah minyak dari atas kapal MT. OIGAWA adalah kurang kepedulian sebagian ABK operator diatas kapal tentang dampak dari pencemaran lingkungan bagi kehidupan di laut.
11
2.
Masalah Utama
Berdasarkan uraian identifikasi berbagai permasalahan tersebut di atas, maka penulis mengambil dua masalah utama yang akan dibahas di bab berikutnya yaitu :
a. Kurang berfungs inya peralatan pencegahan pencemara pencemaran n diatas kapal. b. Pe Pengalaman ngalaman Kerja ABK masih k urang.
12
BAB III PEMBAHASAN
A. L and asan Teori Teor i
1. Prosedur Pembuangan Pembuangan Lim bah Minyak dari Kapal Kapal
Konvensi konvensi
yang membahas
lingkungan serius
MARPOL
tahun 1973/1978 adalah mengenai
laut. Saat ini mendapat
masalah perhatian
suatu
perlindungan perlindu ngan yang
sangat
di dunia oleh negara-negara maju dan juga negara
berkembang. Untuk menjaga maritim sedunia mengadakan
kelestarian
lingkungan
maka organisasi
IMO (The International Maritime Organisation)
konvensi
lnternasional
tentang
pencegahan
pencemaran dari kapal tahun 1973 dan protokol 78 yang selanjutnya dikenal dengan konvensi MARPOL 73/78.Dimana 73/78.Dimana Konvensi ini terdiri dari 6 Annex yaitu: a. Annex I Peraturan pencegahan pencemaran oleh minyak.
b. Annnex II Peraturan pengawasan pencemaran oleh bahan cair beracun curah/ kimia.
c. Annex Ill Peraturan pencegahan pencemaran oleh bahan berbahaya yang diangkut melalui laut dalam bentuk terbungkus, didalam peti kemas, tangki jinjing, atau mobil tangki.
13
d. Annex IV Peraturan pencegahan pencemaran oleh kotoran k otoran (seawage).
e. Annex V Peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah (garbage).
f. Annex VI Peraturan pencegahan pencemaran udara dari kapal (air pollution).
Di dalam ketentuan Annex I aturan 16 mengenai OWS dan ODM menyebutkan bahwa: 1) Kapal ukuran 400 GRT atau lebih tetapi tidak lebih kecil dari 1.000 GRT harus dilengkapi dengan Oil Water Separator (OWS) yang dapat menjamin pembuangan minyak ke laut setelah melalui sistem tersebut dengan kandungan minyak kurang kurang dari 100 ppm (prt per million) million) = 1: 1000000 bagian. 2) Kapal ukuran ukuran 10.000 GRT atau lebih harus harus dilengkapi dengan kombinasi antara
OWS dengan ODM (Oil
Discharge Monitoring And Control System) atau yang dilengkapi oil filtering equiment yang dapat mengatur buangan campuran minyak ke laut tidak melebihi 15 ppm. Maka dari itu setiap pembuangan minyak dari kapal, harus melalui ODM dan OWS.
2. Intern atio nal Safety Management Code (IS (ISM M COD CODE} E}
Adalah
suatu
coda
manajemen
lnternasional
untuk
keselamatan kapal-kapal, dan untuk pencegahan pencemaran 14
yang telah disyahkan oleh Majelis IMO. Merupakan dasar manajemen yang di implementasikan untuk pengoperasian kapal dengan aman dan untuk pencegahan pencemaran taut yang ditetapkan oleh IMO. IMO . Tujuan dari ISM code ini adalah memastikan keselamatan dilaut, dilaut, mencegah cidera atau hilangnya jiwa manusia serta menghindari kerusakan lingkungan laut dan hilangnya harta benda.
3. Keterampilan dasar tentang kapal kapal Ta Tanker nker
Organisasi diatas kapal di bagi dalam tiga t iga bagian yaitu: a.
Bagian dek (Deck department).
b.
Bagian mesin (Engine department).
c.
Bagian perbekalan (Catering department).
Karena bentuk dan sifat pekerjaan masing-masing tidak sama, maka tiap personil dituntut memiliki keterampilan pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidangnya masing-masing. ISM code menegaskan, perusahaan harus menjamin bahwa setiap kapal diawaki dengan pelaut yang berkualifikasi, memiliki sertifikat dan sehat. Dalam pelaksanaannya penulis melihat terutama personil bagian deck masih ada beberapa awak kapal kurang terampil dalam melaksanakan tugas/ pekerjaan rutin kapal tanker bahkan kapal laut pada umumnya baik untuk Perwira maupun ABK lainnya. Meskipun mereka memiliki sertifikat, tetapi dalam hal ini mencerminkan bahwa mereka tidak berkualifikasi.
15
B. An Anali ali si s Pen yeb yebab ab Masal M asalah ah
Berdasarkan
penentuan
masalah
utama
ditemukan
permasalahan utama yaitu:
1. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran diatas kapal.
Hal ini disebabkan oleh :
a.
Kurangn ya perawatan perawatan peralatan peralatan ol eh ABK Hal ini menimbulkan masalah kerusakan pada peralatan, dikarenakan kemampuan ABK belum memadai. Masih banyak anak buah kapal yang tidak mengerti prosedur mencegah pencemaran laut yang benar. Hal ini menyebabkan sering kali didapati pencegahan pencemaran laut oleh ABK menyalahi prosedur yang ditetapkan MARPOL Annex V sehingga terjadi pencemaran Apabila hal ini tidak segera dibenahi maka dapat menjadi penyebab dari rusaknya kelestarian lingkungan hidup.
b.
Sparepart tidak cukup tersedia di kapal
Sparepart
tidak
cukup
tersedia
di
kapal,
dapat
menimbulkan terlambatnya perbaikan dikapal, karena kapal lain yang mengalami kerusakan mengambil sparepart dari kapal kami atas perintah kantor. ·
16
2. Pengalaman Kerja ABK masih kurang di atas kapal dalam mengop era erasikan sikan peralata peralatan n
Hal ini disebabkan oleh :
a. Pe Pelatih latih an kerja unt uk ABK masih kurang
Ini sangat erat hubungannya dengan pengalaman seseorang didalam melakukan suatu tugas. Salah satu contoh misalnya, seseorang masinis yang baru naik ke kapal, kemudian diberikan tugas untuk mengoperasikan suatu peralatan, belum tentu dia dapat mengoperasikan dengan baik. Kemungkinan ada hal-hal teknis yang belum dia pahami betul, atau memang dia belum pernah mengoperasikan peralatan
tersebut
bersangkutan
belum
sebelumnya,
dapat
berpengalaman
dikatakan
dalam
yang
menangani
peralatan yang dimaksud.
b. Kurangnya Komunikasi Antara ABK Diatas Kapal Pada saat 15 menit pertama berlangsungnya pemuatan, Loading Master memanggil kapal MT. Oigawa yang diterima oleh Bosun melalui walkie talkie dan talkie dan menginstruksikan kepada Bosun untuk membuka penuh valve atau keran salah satu tangki dengan alasan cargo pump atau pompa penghisap dari tangki terminal ke kapal mengalami suhu yang tinggi. Tanpa memberitahu Chief Chief Officer, Bosun membuka membuka valve atau keran (dropline) tangki 3W sehingga kecepatan minyak yang masuk ke tangki 3W lebih cepat daripada tangki kargo 2W. Pada Pada jam 01.50 waktu setempat didapati minyak pada tangki 3W kanan hampir meluap. Asisten Bosun kemudian langsung
17
menutup drop line atau valve yang menuju ke tangki 3W kanan serta melaporkan melaporkan kejadian kejadian tersebut kepada kepada Nakhoda. Berdasarkan data diatas, maka penulis menemukan indikasi bahwa komunikasi antara Bosun dan Asisten Bosun, Bosun dan Chief Officer tidak berjalan dengan baik. Dimana Bosun tidak memberitahu Asisten Bosun mengenai kondisi tangki 3W yang saat itu tengah diisi oleh muatan pada saat serah terima jaga dilakukan. Bosun juga tidak memberitahu kepada
Chief
Officer
atau
Nakhoda
apabila
terjadi
penyimpangan, yang tidak sesuai dengan Loading Plan yang telah
ditandatangani
oleh
semua
yang
terlibat
dalam
pemuatan. Sehingga hal tersebut diatas membuktikan bahwa rencana pemuatan (loading
plan)
tidak
berjalan
sesuai
dengan rencana pemuatan yang telah disusun, yakni : 2W, 4W, 3W, 5W,dan terakhir tangki 1W.
C. An Anali ali si s Pem ecah ecahan an Masal M asalah ah
1. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran diatas kapal.
Berdasarkan analisa pemilihan pemecahan masalah, maka penulis memiliki pembahasan sebagai berikut:
Membuat rencana perawatan (PMS = Plan Maintenance Schedule)
Membuat permintaan sparepart yang cukup untuk tindakan perawatan kedepan.
kedua rangking alternatif pemecahan masalah tersebut diatas adalah, merupakan pemecahan masalah dalam upaya peningkatan pencegahan pencemaran laut dari kapal MT.
18
OIGAWA, dalam bagian ini penulis dapat membahas satu persatu pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Membuat Rencana Perawatan/
PMS (Plan (Plan Main tenanc tenance e
Schedule)
Dalam pembahasan ini penulis hanya menekankan pada alat yang berfungsi untuk mencegah pencemaran di laut yang ada di kapal MT. OIGAWA yaitu :
1) OWS (Oil (Oil Water Separator )
Harus didisain, dikontruksikan, memiliki kapasitas dan
kekuatan
yang
memadai.
Dipasang
pembatas
tekanan lebih, kapasitas pompa tidak boleh lebih dari kapasitas yang didisain dari separator harus mampu memisahkan campuran minyak dengan berat jenis tidak kurang
dari
0,94
kandungan
minyak
dari
aliran
pembuangan tidak melampaui 100 ppm harus ada kemudahan untuk pembersihan dan pemeriksaan serta harus memiliki a) Sebuah pengukur tekanan b) Sebuah Katub Cerat c)
Alat pencegah aliran balik
d) Sarana untuk mengambil contoh dari inlet/outlet
2) OD ODM M (Oil (Oil Disch arge Moni Moni tor ing )
Sebuah meter kandungan minyak yang mampu menganalisis secara relatip kandungan minyak aliran air yang dinyatakan dalam ppm (Oil Content Meter). Sebuah
19
meter aliran yang mampu mengukur debit air berminyak melalui pipa pembuangan (Flow Meter). Sebuah Unit penghitung yang mampu mengkalkulasi debit pengeluaran minyak dalam liter per NM dan jumlah total termasuk identifikasi tanggal dan waktu (Computing Unit). Sebuah katub aliran keluar kapal k apal merupakan system pengendalian yang mampu untuk menghentikan aliran pembuangan jika sampai pada batas yang diizinkan (Overboard valve control system)
3) Oil Spill Equipment
Lazim disebut Sopep Equipment namun yang disebutkan terakhir ini hanya berupa peralatan penunjang. Pencemaran terjadi apabila apabila tumpahan minyak baik dari tangki bahan bakar maupun dari tangki muatan, agar
tidak
sampai tumpah ke laut apabila terjadi
kebocoran pipa atau overflow. Dan yang menjadi pokok bahasan kali ini terfokus pada perawatan peralatan pencegahan pencemaran. Dalam hal ini untuk menjaga performance dari alat perlengkapan tersebut diatas kapal disusun program kerja perawatan peralatan tersebut, agar senantiasa terjamin kondisinya dan dapat dioperasikan setiap saat diperlukan. Secara umum diartikan sebagai rencana kerja yang sudah dijadwalkan atau PMS Schedule.
Dengan
adanya
diharapkan
pekerjaan
dijadwalkan
oleh
KKM
= Plan Maintenance program
dapat dan
kerja
dilaksanakan
Mualim
I
(satu)
dapat dan agar
pelaksanaan perawatan tidak berbentur dengan kegiatan rutin di deck misalnya pembersihan tangki.
20
Dengan adanya program perawatan, maka tidak akan terjadi hal-hal seperti rencana pemeliharaan yang terlupakan atau bahkan sengaja dilupakan. Pelaksanaan konsep perawatan dasar digunakan sehubungan
dengan
kenyataan
bahwa
untuk
melaksanakan perawatan yang tepat harus ditentukan dengan cara pemantauan kondisi dan kemampuannnya. Pertama, pemantauan sedemikian
dapat mendeteksi
suatu masalah kecil sebelum menjadi bencana,
dan
memperkecil kebutuhan overhaul periodik. Meskipun ada rencana kerja, ada pengoperasian, ada pelaksanaan, tetapi tanpa ada pengawasan akan menghambat tercapainya tujuan. Dan ini merupakan tugas yang tidak boleh dilupakan pimpinan. Begitu pula operator/ awak kapal yang harus diberi motivasi sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak. Dengan berbagai cara atau metode hendaknya pimpinan
pelaksanaan
memberikan
motivasi
KKM kepada
atau
Mualim
operator/
I
ABK
dapat yang
bertugas di kapal. Dengan demikian selama menjalankan tugas di kapal, khususnya dalam pengoperasian dan perawatan peralatan pencegahan pencemaran baik OWS ataupun ODM, pelaksana penuh percaya diri dan akan timbul
"rasa
memiliki"
sehingga
bermotivasi
mengoperasikan dan merawat peralatan dengan penuh rasa tanggungjawab tanggungjawab.. Rasa ingin menguasai, termasuk mendalami cara kerja, rangkaian diagram berjalan dengan sendirinya. Dan pada akhirnya dirasakan olehnya, bahwa semua itu langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi dirinya
21
sendiri. Dalam pada semua ini harus didukung juga dengan sarana, karena untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan, dalam hal ini pengoperasian dan perawatan memerlukan sarana-sarana yang dimaksud meliputi tools, alat-alat ukur tekanan, spare part dan buku manual. Tersedianya sarana sangat memberikan dampak psikologi yang positif bagi para operator/ awak kapal yang menagani peralatan terhadap kegiatan dalam hal pengoperasian/ perawatan, dengan
tools
yang
baik
dan
lengkap memberikan
dampak perasaan siap dari operator/ awak kapal dalam hal menjalankan tugas. Pengkoordinasian
dalam
pelaksanaan
tugas
peralatan serta pemeliharaan OWS dan ODM tidak lepas dari tanggung. tanggung. jawab KKM dan masinis-masinis termasuk Mualim I (satu) dan
para mualim mualim·· khususnya untuk
peralatan ODM. Demikian
juga
dalam
melaksanakan
tugas
perawatan secara rutin, maka pihak perusahaan juga dituntut untuk menyediakan tenaga yang terampil dan berkualitas untuk ditempatkan di kapal. Disamping itu kerja sama antara pihak kapal sendiri yaitu antara bagian-bagian yang terkait maupun antara pihak kapal dan perusahaan. Kerja sama ini dimaksud agar terjadinya saling pengertian antara bagian-bagian yang terlibat, juga dapat diharapkan agar dapat diterapkan dasar-dasar pokok management
yang
baik
yang
pada
intinya
agar
mendapatkan hasil kerja yang optimal dan tingkat keselamatan para pekerja yang aman.
22
Didalam menyusun rencana kerja serta manajemen perawatan dan perbaikan harus direncanakan sedemikian rupa, dengan memperhatikan kendala-kendala yang dapat dihadapi sepertl: a) Pengenalan yang cermat terhadap terhadap penggunaan suku cadang serta peralatan-peralatan yangada dikapal. b) Kemampuan awak awak kapal yang tidak saja dituntut sebagai operator tetapi juga harus mampu sebagai pelaksana pemeliharaan/ perawatan serta perbaikan.
Actuating maksudnya adalah menggerakkan atau melaksanakan
pekerjaan
perawatan/atau
perbaikan
maupun pengoperasian harus sesuai dengan: a) Rencana kerja yang telah disusun. b) Ketentuan maupun peraturan yang berlaku baik dalam lingkungan perusahaan sendiri maupun ketentuan yang
harus
dipenuhi
sesuai
dengan
peraturan
lnternasional. c)
Peraturan-peraturan dari biro klasifikasi serta undangundang keselamatan jiwa di laut.
Didalam
menggerakan
ABK
untuk
melaksanakan
perawatan yang sudah terencana dan teratur harus disertai dengan pengawas yang baik, sehingga dapat dijamin kualitas pekerjaan perawatan peralatan.
b.
Membuat
permintaan
sparepart
yang
cukup
untuk
tin dakan perawatan perawatan kedepan.
Tindakan ini adalah suatu langkah untuk mencegah terjadinya
keterlambatan
pengiriman
sparepart
dari
23
perusahaan,, yang perusahaan
menjadi penghambat perbaikan
diatas
kapal. Selama Selama penulis penulis berada diatas kapal, banyak kejadian kejadian kehabisan sparepart. Hal ini disebabkan apabila ada kapal l ain dalam satu perusahaan mengambil
sparepart dari kapal
kami apabila apabila mengalami kerusakan, dan itupun atas perintah dari kantor. Sehingga Sehingga apabila kapal kami sendiri mengalami kerusakan, sparepart tidak tersedia yang mengakibatkan perbaikan terhambat. Oleh pandai-pandaii membuat pandai-panda membuat
karena itu, itu, crew crew dikapal dikapal harus
permintaan sparepart yang cukup
untuk tindakan perawatan kedepan k edepan..
2. Pe Pengalaman ngalaman Kerja ABK masih ku rang
Pemecahan masalahnya adalah :
a.
Awak
kapal
diberikan
pelatihan
–
pelatihan
dalam
mengop era erasikan sikan p era eralatan latan Diadakannya pelatihan – pelatihan serta pengoperasian alat –alat diatas kapal, seperti pengoperasian pompa angin yang ada diatas dek, harus siap dipergunakan kapan saja bila diperlukan dalam keadaan emergency. Masinis diatas kapal harus secara rutin mengecek dan menservis alat – alat untuk mencegah pencemaran minyak tumpah ke laut dan membuat laporan mengenai pengecekan dan servis berkala tersebut.
b. Meningkatkan Komunikasi Antar personil Diatas Kapal Mualim I harus bisa menjelaskan dan mengarahkan seluruh bawahannya, seperti Mualim II, Bosun, AB dan Kelasi mengenai tugas dan tanggungjawab masing – masing dan 24
mengutamakan keselamatan kerja. Sewaktu melaksanakan tugas harus ada alat komunikasi antara Bosun dan ABK kepada Mualim I, seperti walkie talkie harus standby setiap saat.
25
BAB IV PENUTUP
A. Kes Kesim im pu l an
Berdasarkan
pembahasan
masalah
dan
analisa
alternatif
pemecahan masalah yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimputan sebagai berikut: 1. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran diatas kapal disebabkan kurangnya perawatan peralatan oleh ABK. 2. Ketersediaan sparepart di atas kapal yang tidak mencukupi menyebabkan
kurang
berfungsinya
peralatan
pencegahan
pencemaran di atas kapal. 3. Ketidak terampilan ABK di atas kapal dikarenakan kurangnya pengalaman. 4. Kurangnya komunikasi antara antara Perwira dan ABK ABK di atas kapal kapal khususnya bila ada perbedaan bahasa dan Negara menyebabkan terjadinya salah pengertian dalam mengerjakan perintah atasan atau Perwira.
B. Saran-saran
Dalam usaha meningkatkan pencegahan pencemaran minyak dari kapal MT. OIGAWA disini penulis menyarankan:
1. ABK perlu perlu mengikuti pendidikan dan dan keterampilan khusus untuk untuk meningkatkan pengetahuan mereka, sehingga dapat diharapkan tenaga-tenaga yang berkualitas, yang nantinya menjadi tenagatenaga
professional
dan
handal
didalam
menunjang
26
pengoperasian kapal yang aman
2. Dalam menunjang pengoperasian yang lancar, dan agar peralatan khususnya peralatan pencegahan pencemaran dapat berfungsi baik, maka rencana perawatan (PMS), agar supaya dilaksanakan sesuai degan prosedur yang mengacu pada SMS perusahaan. 3. Kepada perusahaan perusahaan pelayaran pelayaran yang mengoperasikan mengoperasikan kapalnya kapalnya senantiasa menyediakan dukungan sparepart (suku cadang) terhadap peralatan pencegaan pencemaran. 4. Sebaiknya ABK diberikan kursus bahasa bahasa agar komunikasi komunikasi antar Perwira dan ABK dapat terjalin dengan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Jatim, Rozaimi, Capt. (2003) Kodifikasi Manajemen Keselamatan Internasional (ISM Cod Cod e), e), Jakarta , Balai Pustaka.
International Maritime Organization
( 1996 ),
STCW’95
London,
Including 2010 Manila Amandement
IMO (2006) Marpol 73/78 Consolidated Edition 2006. 2006. London IMO Publisher.
(SOLAS) 1974 Safety Sa fety of L ife At .Sea Sea (SOLAS)
Peraturan Pemerintah No. 21, (2010), Perlind Perlind ungan Lingku ngan Maritim Maritim..
28