PENDAHULUAN
Jantung merupakan organ yang sangat penting dan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam melalukan aktivitas sehari-hari. Jantung mempunyai tugas untuk memompakan darah ke seluruh tubuh yang berfungsi untuk mengangkut
yang dibutuhkan oleh otot
untuk beraktivitas. Hal ini dilakukan dengan pengaturan local aliran darah terhadap kebutuhan jarigan. Semakin besar metabolism dalam suatu organ, maka makin besar aliran darahnya. Hal ini akan dikompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya aliran darah yang di pompakan dari jantung ke seluruh tubuh.
1
I. Tujuan 1.
Dapat mengukur tekanan darah secara benar menggunakan tensimeter digital tipe lengan atas
2.
Mengukur tekanan darah sistolik, diastolic, dan jumlah denyut jantung dalam beberapa kelompok orang
3.
Menjelaskan hubungan Antara kedua tekanan, beda tekanan dan denyut jantung serta hasil perkalian beda tekanan dengan jumlah denyut jantung
II. Dasar Teori 2.1. Tekanan Darah Tekanan darah merupakan gaya utama yang mendorong darah ke sel atau jaringan. Tekanan darah ini harus diatur secara ketat dikarenakan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup agar organ otak atau jaringan lain menerima aliran darah yang cukup kuat. Kedua, tekanan ini tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh-pembuluh halus. Ada dua faktor penentu utama tekanan darah yaitu curah jantung (cardiac output, CO) dan resistensi perifer total. Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan oleh tiap-tiap ventrikel per menit. Curah jantung ini dipengaruhi oleh kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup. Kecepatan denyut jantung terutama ditentukan oleh adanya perangsangan sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis. Perangsangan simpatis akan menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi sel otot jantung. Volume sekuncup adalah volume darah yang dipompa per denyut jantung yang didapatkan dari pengurangan volume diastolik akhir (EDV) dengan volume sistolik akhir (ESV). Volume sekuncup ini terutama dipengaruhi oleh besarnya aliran balik vena ke jantung. Volume sekuncup akan meningkat jika terjadi pengisian ventrikel (EDV) juga meningkat. Selain itu, volume sekuncup juga dipengaruhi oleh adanya aktivitas simpatis yang akan meningkatkan kontraksi jantung yang mengacu kepada kekuatan kontraksi pada setiap volume diastolik akhir. Selain dipengaruhi oleh 2
aktivitas simpatis, aliran balik vena juga dipengaruhi oleh aktivitas pernapasan dan otot rangka, volume darah, dan katup vena. Resistensi perifer merupakan tahanan pembuluh darah (terutama arterial) terhadap aliran darah. Resistensi ini terutama dipengaruhi oleh jari-jari pembuluh darah dan viskositas darah. Secara biofisika, bahwa resistensi perifer dapat dijabarkan dalam sebuah rumus menurut Hukum Pousteille yaitu:
Keterangan : R = resistensi perifer
=
2.1
= viskositas darah
L = panjang pembuluh r = jari-jari pembuluh Dari persamaan di atas terdapat hubungan-hubungan dimana apabila viskositas darah meningkat akan menyebabkan peningkatan resistensi dan apabila jari-jari pembuluh semakin kecil maka resistensi besar. Panjang pembuluh pada persamaan di atas tidak mempunyai pengaruh yang besar karena panjang pembuluh darah di dalam tubuh relatif konstan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jari-jari pembuluh darah yaitu faktor intrinsik (berupa perubahan metabolik lokal dan pengeluaran histamin) dan faktor ekstrinsik (berupa kontrol saraf dan hormon). Perubahan metabolik yang dapat menyebabkan relaksasi otot polos arteriol (vasodilatasi) adalah pengingkatan CO2 dan asam serta osmolaritas, penurunan O2, pengeluaran prostaglandin dan adenosin. Histamin merupakan mediator kimiawi lokal yang menyebabkan relaksasi otot polos arteriol sehingga terjadi vasodilatasi pada daerah lokal tersebut.
Peningkatan aktivitas simpatis menimbulkan vasokontriksi arteriol
dimana serat-serat saraf ini men-sarafi otot polos arteriol di seluruh tubuh, kecuali di otak. Hormon yang berpengaruh terhadap jari-jari pembuluh adalah
3
norepinefrin dan epinefrin yang dihasilkan oleh medulla adrenal yang dirangsang oleh adanya perangsangan simpatis. Selain itu, hormon angiotensin II dan vasopressin menyebabkan adanya retensi garam dan air dan vasokontriksi pembuluh darah. Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehinga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan dan demografik yang mempengaruhi dua variabel hemodinamik: curah jantung dan resistensi perifer total. Total curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistensi perifer total terutama ditentukan ditingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh vasokonstriksi humoral (termasuk angiotensin II dan katekolamin) dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin dan oksida nitrat). Pembuluh resistensi juga
memperlihatkan
autoregulasi;
peningkatan
aliran
darah
memicu
vasokonstriksi agar tidak terjadi hiperperfusi jaringan. Faktor lokal penting lain seperti pH dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adrenergik α- dan β-).
2.2.
Resistensi perifer Resistensi aliran darah adalah merupakan hambatan aliran darah dalam pembuluh tetapi tidak dapat diukur dengan cara apapun, sebaliknya resistensi harus dihitung dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan anatara 2 titik di dalam pembuluh. Bila perbedaan tekanan antara 2 titik adalah 1 mmHg dan alairan darah mL/detik maka resistensinya dikatakan sebesar 1 satuan resistensi perifer (PRU). 4
2.3.
Resistensi pembuluh darah perifer total dan resistensi pembuluh darah paru total. Kecepaatan aliran darah yang melalui seluruh sistem sirkulasi sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung yakni sama dengan curah jantung (CO). Pada orang dewasa kecepatannya sekitar 100 mL/dtk. Perbedaan tekanan arteri sistemik sampai vena sistemik adalah sekitar 100 mmHg, oleh karena itu resistensi di seluruh sirkulasi sistemik yang disebut resistensi perifer total adalah sekitar 100/100 atau 1 PRU. Pada keadaan dimana seluruh pembuluh darah berkonstraksi dengan kuat maka resistensi perifer total kadang-kadang meningkat menjadi sebesar 4 PRU sebaliknya bila semua pembuluh berdilatasi kuat maka resistensi ini menurun sampai menjadi kecil 0.2 PRU.Dalam sistem paru, tekanan arteri pulmonalis rata-rata adalah 16 mmHg dan tekanan atrium kiri rata-rata adalah 2 mmHg sehingga selisih tekanan adalah 14 mmHg. Berdasarkan hukun Ohm, tekanan darah arteri = Curah jantung (CO) x Resistensi Perifer Total (TPR). Maka jika ada peningkatan pada CO dan TPR, tekanan arteri akan meningkat. Contoh peningkatan CO adalah pada perangsangan jantung yang berlebihan oleh
katekolamin,
sedangkan
peningkatan
TPR
pada perangsangan
angiotensin II pada arteri. Pada eksperimen ini, tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dinyatakan dalam dua ukuran, seperti 120/80 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan sistolik, yaitu besarnya tekanan yang timbul pada pembuluh arteri saat jantung memompa darah (berkontraksi). Angka 80 menunjukkan tekanan diastolik, yaitu tekanan darah pada saat jantung tidak sedang berkonstraksi atau beristirahat. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana 5
pada saat melakukan aktivitas tekanan darah akan lebih tinggi dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda. Paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurangkurangnya mempunyai nilai tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg pada saat istirahat. 2.4.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah Sebaiknya sebelum dilakukan pemeriksaan pastikan kandung kemih anda kosong dan hindari konsumsi kopi, alkohol dan rokok, karena semua hal tersebut akan meningkatkan tekanan darah dari nilai sebenarnya. Sebaiknya istirahat duduk dengan tenang selama 5 menit sebelum pemeriksaan dan jangan berbicara saat pemeriksaan. Tenangkan pikiran anda, karena pikiran yang tegang dan stress akan meningkatkan tekanan darah.
2.5.
Posisi yang baik saat melakukan pengukuran tekanan darah Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung, seperti tampak pada Gambar 1.
Gambar 2.1. Posisi telapak tangan dan lengan pada saat pemeriksaan tekanan darah
6
III. Alat dan Bahan Sfigmomanometer digital dan air mineral IV. Prosedur Percobaan
Gambar 4.1 Posisi
saat Percobaan berlangsung
1.
Kenakan manset pas melingkar pada bagian lengan kiri atas
2.
Atur letak manset, hingga 1-2 cm dari siku lengan
3.
Rekatkan manset hingga pas di lengan. usahakan selang berada tepat pada bagian tengah siku sebelah dalam
4.
Duduk dengan posisi badan tegak lurus
5.
Letakkan tangan pada meja
6.
Usahakan posisi manset sejajar dengan Jantung
7.
Hindari pergerakan tubuh saat dilakukan pemeriksaan
8.
Lalu pencet tombol pada tensimeter digital anda
9.
Ada baiknya pengukuran dilakukan 5x untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan dilakukan pada 3 keadaan yaitu normal, setelah berlari dan setelah meminum air
7
V. Data Pengamatan 5.1 Keadaan Normal No
Systolic (mmhg)
Diastolic (mmhg)
Pulse/min
1
115
70
80
2
109
68
73
3
105
65
76
4
100
56
80
5
100
44
82
No
Systolic (mmhg)
Diastolic (mmhg)
Pulse/min
1
133
73
93
2
130
56
94
3
124
71
93
4
110
52
89
5
112
42
72
5.2 Setelah Berlari
5.1 Setelah Meminum Air No
Systolic (mmhg)
Diastolic (mmhg)
Pulse/min
1
112
75
88
2
106
67
97
3
112
68
96
4
112
72
97
5
107
68
93
8
VI. Analisis Data 6.1 Ralat 6.1.1 Pada Keadaan Normal A. Systolik
115
105,8
− ̅ (mmhg) 9,2
( − ) (mmhg)2
109
105,8
3,2
10,24
105
105,8
-0,8
0,64
100
105,8
-5,8
33,64
100
105,8
-5,8
33,64
s (mmhg)
(mmhg)
84,64
∑( − ̅) = 162,8 ∆s = = =
∑(s − ̅) ( − 1) (
,
.
)
= √8,14 = 2,85
(s̅ ± ∆s) = (105,8 ± 2,85) Ralat Nisbi = =
∆
.
× 100% ,
× 100%
= 0,0269 × 100% = 2,69%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 2,69% = 97,31%
9
B. Diastolik d (mmhg)
5,4
( − ) (mmhg)2
64,6
3,4
11,56
65
64,6
0,4
0,16
56
64,6
-8,6
73,06
64
64,6
-0,6
0,36
−
(mmhg)
70
64,6
68
(mmhg)
29,16
∑ ∆d =
= =
=
−
= 115,2
∑ d− ̅ ( − 1) (
,
,
)
5,76
= 2,4
̅ ± ∆d = (64,6 ± 2,4)
Ralat Nisbi = =
∆
.
,
× 100%
× 100%
= 0,0372 × 100% = 3,72%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 3,72% = 92,28%
10
C. Denyut Jantung P
(pulse/min)
−
(pulse/min)
(pulse/min)
((pulse/min)2
80
78,2
1,8
3,24
73
78,2
-5,2
27,04
76
78,2
-2,2
4,84
80
78,2
1,8
3,24
82
78,2
3,8
14,44
( − )
∑( − ) = 52,8 ∆p = = =
∑(p − ̅ ) ( − 1) (
,
)
,
= √2,64 = 1,62
/
( ̅ ± ∆p) = (78,2 ± 1,62) Ralat Nisbi =
∆
=
,
× 100% ,
/
× 100%
= 0,0207 × 100% = 2,07%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 2,07% = 97,93%
11
6.1.2 Pada Keadaan Setelah Berlari A. Systolik
133
121,8
− ̅ (mmhg) 11,2
( − ) (mmhg)2
130
121,8
8,2
67,24
124
121,8
2,2
4,48
110
121,8
-11,8
139,24
112
121,8
-9,8
96,04
s (mmhg)
(mmhg)
125,44
∑( − ̅) = 432,44 ∆s = = =
∑(s − ̅) ( − 1) (
,
)
,
= √21,622 = 4,65
(s̅ ± ∆s) = (121,8 ± 4,65) Ralat Nisbi = =
∆
,
× 100% ,
× 100%
= 0,0382 × 100% = 3,82%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 3,82% = 96,18%
12
B. Diastolik d (mmhg)
14,2
( − ) (mmhg)2
58,8
-2,8
7,84
71
58,8
12,2
148,84
52
58,8
-6,8
46,24
42
58,8
-16,8
282,24
−
(mmhg)
73
58,8
56
(mmhg)
201,64
∑ ∆d =
= =
−
= 686,8
∑ d− ̅ ( − 1) (
,
,
)
= √34,34 = 5,86
̅ ± ∆d = (58,8 ± 5,86)
Ralat Nisbi = =
∆
,
,
× 100%
× 100%
= 0,096 × 100% = 9,96%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 9,96% = 90,04%
13
C. Denyut Jantung P
(pulse/min)
−
(pulse/min)
(pulse/min)
((pulse/min)2
93
88,2
4,8
23,04
94
88,2
5,8
33,64
93
88,2
4,8
23,04
89
88,2
0,8
0,64
72
88,2
-16,2
262,44
( − )
∑( − ) = 342,8 ∆p = = =
∑(p − ̅ ) ( − 1) (
,
,
)
= √17,14 = 4,14
/
( ̅ ± ∆p) = (78,2 ± 1,62) Ralat Nisbi =
∆
=
× 100%
,
,
/
× 100%
= 0,0207 × 100% = 2,07%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 2,07% = 97,93%
14
6.1.3 Pada Keadaan Setelah Meminum Air A. Systolik
112
109,8
− ̅ (mmhg) 2,2
( − ) (mmhg)2
106
109,8
-3,8
14,44
112
109,8
2,2
7,84
112
109,8
2,2
4,84
107
109,8
-2,8
7,84
s (mmhg)
(mmhg)
4,84
∑( − ̅) = 36,6 ∆s = = =
∑(s − ̅) ( − 1) (
,
,
)
= √1,83
= 1,35
(s̅ ± ∆s) = (109,8 ± 1,35) Ralat Nisbi =
∆
=
× 100%
,
,
× 100%
= 0,0123 × 100% = 1,23%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 1,23% = 98,77%
15
B. Diastolik d (mmhg)
5
( − ) (mmhg)2
70
-3
9
68
70
-2
4
72
70
2
4
68
70
-2
4
−
(mmhg)
75
70
67
(mmhg)
25
∑ ∆d =
= =
−
= 46
∑ d− ̅ ( − 1) (
)
= √2,3 = 1,52
̅ ± ∆d = (70 ± 1,52)
Ralat Nisbi = =
∆
,
× 100%
× 100%
= 0,0217 × 100%
= 2,17%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 2,17% = 97,83%
16
C. Denyut Jantung P
(pulse/min)
−
(pulse/min)
(pulse/min)
((pulse/min)2
88
94,2
-6,2
38,44
97
94,2
2,8
7,84
96
94,2
1,8
3,24
97
94,2
2,8
7,84
93
94,2
-1,2
1,44
( − )
∑( − ) = 58,8 ∆p = = =
∑(p − ̅ ) ( − 1) (
,
)
,
= √2,94 = 1,71
/
( ̅ ± ∆p) = (94,2 ± 1,71) Ralat Nisbi =
∆
=
,
× 100% ,
/
× 100%
= 0,0182 × 100% = 1,82%
Kebenaran Praktikum = 100% −
= 100% − 1,82% = 98,18%
17
6.2 Perhitungan 6.2.1 Keadaan Normal A. Beda Tekanan Systolik Diastolik
= (105,8 ± 2,85) = (64,6 ± 2,4)
Beda Tekanan = Systolik – Diastolik = (105,8 ± 2,85) − (64,6 ± 2,4)
= (105,8 − 64,6) ± (105,8 − 64,6) = (41,2) ± (41,2)(0,027 + 0,037)
,
,
+
,
,
= (41,2 ± 2,64)
B. Perkalian Beda Tekanan dan Jumlah Denyut Jantung Systolik Diastolik
= (41,2 ± 2,64) = (78,2 ± 1,62)
/
Beda Tekanan × Denyut Jantung = (41,2 ± 2,64) × (78,2 ± 1,62) = (41,2 78,2) ± (41,2 78,2)
,
,
+
,
,
= (3221,84) ± (3221,84)(0,064 + 0,021) = (3221,84) ± (273,86)
18
6.2.2 Keadaan Setelah Berlari A. Beda Tekanan Systolik Diastolik
= (121,8 ± 4,65) = (58,8 ± 5,86)
Beda Tekanan = Systolik – Diastolik = (121,8 ± 4,65) − (58,8 ± 5,86)
= (121,8 − 58,8) ± (121,8 − 58,8) = (63) ± (63)(0,038 + 0,099)
,
+
,
,
,
= (63 ± 8,63)
B. Perkalian Beda Tekanan dan Jumlah Denyut Jantung Systolik Diastolik
= (63 ± 8,63)
= (88,2 ± 4,14)
/
Beda Tekanan × Denyut Jantung = (63 ± 8,63) × (88,2 ± 4,14) = (63 88,2) ± (63
88,2)
,
+
,
,
= (5556,6) ± (5556,6)(0,1369 + 0,047) = (5556,6) ± (1021,86)
19
6.2.3
Keadaan Setelah Meminum Air A. Beda Tekanan = (39,9 ± 1,35)
Systolik
= (94,2 ± 1,71)
Diastolik
Beda Tekanan = Systolik – Diastolik = (109,8 ± 1,35) − (70 ± 1,52) = (109,8 − 70) ± (109,8 − 70)
= (39,8) ± (39,8)(0,012 + 0,021)
,
,
+
,
= (39,9 ± 1,31)
B. Perkalian Beda Tekanan dan Jumlah Denyut Jantung = (63 ± 8,63)
Systolik
= (88,2 ± 4,14)
Diastolik
/
Beda Tekanan × Denyut Jantung = (39,9 ± 1,31) × (64,2 ± 1,71) = (39,9 94,2) ± (39,9 94,2)
,
,
+
,
= (3758,58) ± (3758,58)(0,033 + 0,018) 6.3
Histogram
,
= (3758,58) ± (191,69)
6.3.1 Tekanan Systolik dan Diastolik
Kondisi Sampel
Systolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
105,8
64,6
Setelah Berlari
121,8
58,8
Setelah Meminum Air
109,8
70
20
Chart Title Tekanan (mmHg)
140 120 100 80 60
Systolik
40
Diastolik
20 0
Normal
Setelah Berlari Setelah Meminum Air
Kondisi Sample
6.3.2 Beda Tekanan dan Jumlah Denyut Jantung Kondisi Sampel
Systolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
41,2
78,8
Setelah Berlari
63
88,2
Setelah Meminum Air
39,9
94,2
Chart Title 100 80 60 40
Beda Tekanan
20 0
Denyut Jantung Normal
Setelah Berlari
Setelah Meminum Air
Kondisi Sampel
21
6.3.3 Perkalian Beda Tekanan dan Jumlah Denyut Jantung Kondisi Sampel
Beda Tekanan x Denyut Jantung
Normal
3221,84
Setelah Berlari
5556,60
Setelah Meminum Air
3758,58
Hasil Perkalian Beda Tekanan dan Denyut Jantung
Beda Tekanan x Denyut Jantung 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Beda Tekanan x Denyut Jantung Normal
Setelah Berlari
Setelah Meminum Air
Kondisi Sampel
22
VII.Pembahasan Pada percobaan kali ini menggunakan sfigmomanometer digital dengan tujuan untuk menentukan tekanan darah secara benar menggunakan tensimeter digital tipe lengan atas, menentukan tekanan darah sistolik, diastolic, dan jumlah denyut jantung dalam beberapa kelompok orang dan menjelaskan hubungan Antara kedua tekanan, beda tekanan dan denyut jantung serta hasil perkalian beda tekanan dengan jumlah denyut jantung . Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sfigmomanometer digital. Percobaan ini diawali dengan mengenakan manset pas melingkar pada lengan seseorang, atur letak manset, hinga 1-2 cm dari siku lengan, diusahakan posisi manset sejajar dengan jantung Kemudian pencet tombol pada tensimeter digital.. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan langkah percobaan yang sama dilakukan. Dan lakukan pada 3 keadaan yaitu keadaan normal, keadaan setelah berlari, dan setelah meminum air. Hasil dari percobaan telah di tunjukkan dengan tabel histogram dimana sudah dilakukannya perhitungan dan ralat terlebih dahulu
VIII. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1.
Praktikan telah menggunakan dengan benar tensimeter digital tipe lengan atas
2.
Telah diukurnya systolic , diastolic, dan jumlah denyut jantung pada seorang praktikan
3.
Tidak ada hubungan baik Antara denyut nadi dan tekanan darah, mengukur denyut jantung tidak mengindikasikan tekanan darah tinggi atau rendah. Denyut jantung yang meningkat tidak menyebabkan tekanan darah naik dengan kecepatan yang sama
23
DAFTAR PUSTAKA
Rupiasih, Ni Nyoman., dkk. 2018. Modul Praktikum Eksperimen Biofisika I. Jimbaran : Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana. https://www.scribd.com/document/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-Jantung [Diakses pada tanggal
16 Maret 2017].
24
LAMPIRAN DATA HASIL PENGAMATAN
25