BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Indeks DMF-T Anak Usia 12-15 Tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung
Indeks DMF-T diperoleh melalui pemeriksaan klinis gigi pada 69 anak usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung. Kemudian dicatat dalam odontogram dan dilakukan penghitungan indeks DMF-T. Indeks DMF-T ini meliputi gigi tetap yang terkena karies ( Decay), Decay), hilang karena dicabut ( Missing ), ), dan telah ditambal ( Filling Filling ). ). Hasil perhitungan Indeks DMF-T disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Indeks DMF-T Anak Usia 12-15 Tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung
Kategori
Jumlah
%
D
279
89,14
M
27
8,63
F
7
2,23
Total (D+M+F)
313
100
Keterangan: D= Decay D= Decay (gigi berlubang) M= Missing M= Missing (gigi (gigi hilang) F= Filling F= Filling (gigi (gigi ditambal)
39
40
Indeks DMF-T=
Junlah total D+M+F Jumlah sampel yang diperiksa
= 313 69 = 4,54
Tabel 4.1 menunjukan bahwa 69 orang subjek, terdapat 279 gigi berlubang (89,14%), 27 gigi hilang (8,63%), dan 7 gigi ditambal (2,23%). Indeks DMF-T anak usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung berdasarkan hasil perhitungan sebesar 4,54, menurut WHO termasuk kategori tinggi.
4.1.2 Indeks DMF-T Ibu dari Anak Usia 12-15 Tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung
Indeks DMF-T diperoleh melalui pemeriksaan klinis gigi pada 69 ibu dari anak usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung. Kemudian dicatat dalam odontogram dan dilakukan penghitungan indeks DMF-T. Indeks DMF-T ini meliputi gigi tetap yang terkena karies ( Decay), hilang karena dicabut ( Missing ), dan telah ditambal ( Filling ). Hasil perhitungan Indeks DMF-T disajikan pada Tabel 4.2.
41
Tabel 4.2 Indeks DMF-T Ibu dari Anak Usia 12-15 Tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung
Kategori
Jumlah
%
D
318
67,37
M
127
26,91
F
27
5,72
Total (D+M+F)
472
100
Keterangan: D= Decay (gigi berlubang) M= Missing (gigi hilang) F= Filling (gigi ditambal)
Indeks DMF-T=
Junlah total D+M+F Jumlah sampel yang diperiksa
= 472 69 = 6,84
Tabel 4.1 menunjukan bahwa 69 orang subjek, terdapat 318 gigi berlubang (67,37%), 127 gigi hilang (26,91%), dan 27 gigi ditambal (5,72%). Indeks DMFT ibu dari anak usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung berdasarkan hasil perhitungan sebesar 6,84, menurut WHO termasuk kategori sangat tinggi.
42
4.1.3 Gambaran Perilaku Subjek Penelitian tentang Kesehatan Gigi
Tabel 4.3 Gambaran Perilaku Subjek Penelitian tentang Kesehatan Gigi
Kategori Karies Karakteristik
Tinggi
Rendah
(n=39)
(n=30)
- Ya
30 (76,9%)
8 (26,7%)
- Tidak
9 (23,1%)
22 (73,3%)
1. Kebiasaan Buruk:
2. Perilaku sikat gigi: - 1 kali
10 (25,6%)
0 (0%)
- 2 kali
27 (69,2%)
14 (46,7%)
- 3 kali
2 (5,1%)
16 (53,3%)
Nilai p
<0,001**
<0,001**
Keterangan: *= bermakna (p≤0,05), **= sangat be rmakna (p≤0,01). Nilai p dihitung berdasarkan uji Chi Kuadrat.
Tabel 4.3 menunjukan gambaran perilaku subjek penelitian, kebiasaan buruk subjek penelitian yang menyatakan ya untuk kategori karies tinggi 30 (76,9%) lebih banyak dibandingkan dengan kategori karies rendah 8 (26,7%), sedangkan subjek penelitian yang menyatakan tidak pernah pada kategori karies tinggi 9 (23,1%) lebih kecil dibandingkan dengan kategori karies rendah 22 (73,3%), dengan nilai kemaknaan p<0,001. Perilaku sikat gigi pada subjek yang melakukan sikat gigi satu kali dalam sehari pada kategori karies tinggi 10 (25,6%) lebih banyak dibandingkan dengan kategori karies rendah 0 (0%). Subjek yang melakukan sikat gigi 2 kali dalam sehari pada kategori karies tinggi 27 (69,2%)
43
lebih banyak dibandingkan dengan kategori karies rendah 14 (46,7%), sedangkan subjek yang melakukan sikat gigi 3 kali dalam sehari pada kategori karies tinggi 2 (5,1%) lebih kecil dibandingkan dengan kategori karies rendah 16 (53,3%), dengan nilai kemaknaan p<0,001.
4.1.4 Korelasi DMF-T Ibu dan DMF-T Anak Usia 12-15 Tahun
Tabel 4.4 Korelasi DMF-T Ibu dan DMF-T Anak Usia 12-15 Tahun
Keterangan: *= bermakna (p<0,05), **=sangat bermakna (p<0,01).
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara DMF-T ibu dengan DMF-T anak usia 12-15 tahun dalam Tabel 4.4, menunjukan ada hubungan yang positif baik, ini artinya semakin tinggi DMF-T ibu maka DMF-T anak semakin tinggi, dengan koefisien korelasi spearman r s=0,283 dan nilai kemaknaan p=0,018. Untuk lebih jelasnya korelasi antara kedua pemeriksaan disajikan pada Grafik 4.1.
44
Grafik 4.1 Korelasi antara DMF-T Ibu dengan DMF-T anak
25
20
u15 b I T F M D10
5
0 0
2
4
6
8
10
12
DMF-T Anak
4.2
Pembahasan
4.2.1 Indeks DMF-T Anak Usia 12-15 Tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung
Tabel 4.1 menunjukan hasil penelitian indeks DMF-T anak usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung sebesar 4,54, menurut WHO termasuk ke dalam kategori tinggi. Indeks DMF-T ini lebih rendah dibandingkan indeks DMF-T secara nasional 4,85, namun lebih tinggi dibandingkan indeks DMF-T Provinsi Jawa Barat 4,03. Sedangkan target indeks DMF-T anak umur 12 tahun yang ditentukan oleh WHO sebesar 1,00. Hal ini masih jauh dari target yang diharapkan dan perlu adanya upaya tindakan promotif, preventif, dan kuratif serta peran dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar.
45
4.2.2 Indeks DMF-T Ibu dari Anak Usia 12-15 Tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung
Tabel 4.2 menunjukan hasil penelitian indeks DMF-T ibu dari anak usia 1215 tahun di SMP Negeri 1 Pagerageung sebesar 6,84, menurut WHO termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Indeks DMF-T ini lebih tinggi dibandingkan indeks DMF-T secara nasional 4,85 dan indeks DMF-T Provinsi Jawa Barat 4,03. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menurut karakteristik responden, tipe daerah pedesaan memiliki indeks DMF-T 5,15 lebih tinggi dibandingkan indeks DMF-T tipe daerah perkotaan 4,36. Daerah Kecamatan Pagerageung termasuk tipe daerah pedesaan dimana sarana dan prasarana kesehatan kurang memadai untuk mendukung upaya tindakan promotif, preventif, dan kurang dalam manajemen karies.
4.2.3 Gambaran Perilaku Subjek Penelitian tentang Kesehatan Gigi
Tabel 4.3 menunjukan gambaran kebiasaan buruk dan perilaku menyikat gigi subjek penelitian. Kebiasaan buruk dari subjek penelitian yang menyatakan ya pada karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan karies rendah, sedangkan subjek penelitian yang menyatakan tidak pernah melakukan kebiasaan buruk pada karies tinggi lebih kecil dibandingkan dengan karies rendah. Berdasarkan uji Chi Kuadrat antara risiko karies tinggi dan rendah sangat bermakna, ini artinya kebiasaan buruk yang dilakukan subjek penelitian meningkatkan risiko karies. Menurut hasil kuesioner, kebiasaan buruk yang sering dilakukan adalah makan makanan manis seperti coklat atau permen. Makanan manis merupakan salah satu
46
faktor utama yang menyebabkan karies yaitu substrat yang mengandung karbohidrat ataupun sukrosa. Perilaku menyikat gigi pada subjek penelitian yang melakukan melakukan sikat gigi satu kali dalam sehari pada karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan karies rendah. Subjek yang melakukan sikat gigi 2 kali dalam sehari pada kategori karies tinggi lebih banyak dibandingkan dengan kategori karies rendah, sedangkan subjek yang melakukan sikat gigi 3 kali dalam sehari pada kategori karies tinggi lebih kecil dibandingkan dengan kategori karies rendah. Perilaku menyikat gigi sangat berpengaruh terhadap pembentukan plak. Menyikat gigi dan metode yang benar sangat menentukan. Waktu menyikat gigi yang tepat adalah 2 kali sehari pada saat setelah sarapan dan sebelum tidur.
4.2.4 Korelasi DMF-T Ibu dan DMF-T Anak Usia 12-15 Tahun
Berdasarkan analisis korelasi antara DMF-T ibu dengan DMF-T anak seperti terlihat pada Tabel 4.4 dan Grafik 4.1 menunjukan ada hubungan positif antara DMF-T ibu dengan DMF-T anak, ini artinya semakin tinggi DMF-T ibu maka kejadian karies pada anak semakin tinggi. Hubungan ini, menunjukan bahwa antara DMF-T ibu dengan DMF-T anak saling mempengaruhi, hal ini sejalan dengan penelitian Andrade, et al ., penelitiannya membuktikan bahwa secara statistik terdapat korelasi positif antara jumlah kehilangan gigi pada ibu dengan DMF-T anak. Seorang ibu dengan kehilangan jumlah gigi yang tinggi mempunyai anak dengan pengalaman karies gigi yang tinggi. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Weintraub, et al ., yang menyatakan bahwa pengalaman karies
47
gigi pada ibu meningkatkan terjadinya karies gigi pada anak-anak mereka. Dye, et al ., memperkuat penelitian Weintraub, et al ., hasil penelitiannya menyatakan status kesehatan gigi dan mulut ibu mampu memprediksi secara kuat status kesehatan gigi dan mulut dari anak-anak mereka. Anak-anak dari ibu yang memiliki persentase karies yang tinggi tiga kali lebih rentan terserang karies dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak memiliki karies.
4.3
Pengujian Hipotesis
Terdapat korelasi antara DMF-T ibu dengan kejadian karies gigi pada anak. Pengalaman karies gigi ibu menjadi salah satu faktor risiko karies. Pengujian dengan analisis korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan DMF-T Ibu dengan DMF-T anak. Hasil yang menunjang: Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan ada hubungan positif dan bermakna antara DMF-T ibu dengan kejadian karies pada anak, dengan koefisien korelasi Rank Spearman r s=0,283 dan nilai kemaknaan p=0,018. Kesimpulan: berdasarkan pengujian diatas maka hipotesis teruji.