2. ALTE ALTERA RASI SI HIDR HIDROT OTER ERMA MAL L
Pendahuluan Alterasi hidrothermal adalah pergantian mineralogi dan komposisi kimia yang terjadi ketika batuan berinteraksi dengan fluida hidrothermal (White, 1996). Alterasi terjadi sebagai proses kesetimbangan antara mineral-mineral batuan yang berinteraksi dan larutan fluida hidrothermal. Alterasi umumnya terjadi bersama dengan terbentuknya pengisian rekahan-rekahan oleh urat-urat atau gangue. atau gangue. Jika kenampakan alterasi ini pada tubuh batuan memiliki pola keteraturan maka kita bisa membaginya menjadi suatu zona yang disebut disebut zona alterasi alterasi hidrotermal hidrotermal.. White (2006) (2006) mendesk mendeskripsi ripsikan kan faktor-fak faktor-faktor tor yang yang berpengaruh dalam alterasi hidrothermal hidrothermal menjadi tiga faktor utama antara lain bagaimana bagaimana batuan berinteraksi dengan fluida hidrothermal, rasio perbandingan air dan batu, dan komposisi fluida hidrothermal.
Kondisi Pembentukan Alterasi Hidrothermal Perbandingan Rasio Fluida dan Batuan Rasio fluida dan batuan sangat penting dalam memahami intensitas alterasi hidrothermal pada batuan. Jika jumlah jumlah fluida yang kontak kontak terhadap batuan sedikit maka perubahan perubahan kimia yang terjadi pada mineral-mineral penyusun batuan sedikit, penambahan fluida hanya berfungsi untuk membentuk mineral-mineral hidrous (klorit, serisit dan lain sebagainya) serta penambahan CO 2 minor untuk membentuk mineral-mineral karbonat, tetapi tidak terjadi metasomatisme mayor pada batuan. Hal ini juga dipengaruhi oleh komposisi batuannya. Jika rasio perbandingan fluida dan batuan tinggi, maka mineral-mineral penyusun batuan yang mungkin untuk teralterasi dapat teralterasi, dan komposisi keseluruhan tubuh batuan secara substansial akan terubah, dalam proses ini berasosiasi dengan metasomatisme mayor. Dalam kasus ini faktor yang paling mempengaruhi alterasi batuan berupa komposisi kimia fluida hidrothermal. II-1
Pengaruh alterasi hidrothermal hidrothermal terhadap terhadap batuan dapat dibagi menjadi tiga tiga (White, 1996) yaitu : 1) Pengaruh yang bekerja pada individual mineral secara selektif , selektif , proses ini terjadi dalam dua kondisi dimana batuan yang berinteraksi fluida bersifat tidak reaktif sehingga hanya mineral-mineral yang dapat bereaksi dengan fluida yang dapat menunjukkan pengaruh alterasi. Atau jumlah fluida yang sedikit (rasio fluida:batuan rendah). Proses ini umumnya terjadi pada zona alterasi propilitik. 2) Pengaruh Pengaruh yang terjadi terjadi hanya hanya pada urat dan dan sekitarnya sekitarnya,, pengaruh ini dapat digunakan jika alterasi yang teramati di batuan hanya berhenti di sekitar tubuh urat dan tidak terjadi mineralisasi mayor di sana. Pengaruh jenis ini dapat digunakan untuk
menunjukkan
posisi
pusat
sumber
fluida
hidrothermal
dengan
memperhatikan densitas dan distribusi persebarannya di batuan. 3) Pengaruh pada keseluruhan batuan secara pervasif , pengaruh ini terjadi disebabkan oleh dua hal yaitu: a. Terdapat Terdapat
suatu suatu
peristiwa peristiwa struktur struktur
utama utama
yang yang
memungk memungkinkan inkan fluida fluida
hidrothermal masuk ke dalam seluruh tubuh batuan dan mengalterasi seluruh komponen batuan secara intensif. b. Batuan memilik memilikii banyak banyak rekahan rekahan yang memungk memungkinka inkan n bagi fluida fluida untuk masuk masuk ke dalamnya dan mengalterasi seluruh batuan tersebut. Suhu dan Tekanan Kondisi suhu dan tekanan tekanan juga menentukan menentukan mineral-mineral alterasi alterasi terbentuk, misalnya misalnya pada suhu 250°C kehadiran mineral-mineral klorit akan berkurang dan digantikan oleh kehadiran mineral-mineral biotit, sedangkan tekanan berpengaruh terhadap temperatur fluida sehingga pendidihan (boiling ( boiling)) fluida hidrothermal dapat terjadi. Adapun kelompok mineral-mineral ubahan menurut Corbett dan Leach (1996) serta kondisi lingkungan pembentukannya sebagai berikut : a. Kelompok Kelompok silika silika yang yang terbentuk terbentuk pada pH rendah rendah (<2) yang berasosiasi berasosiasi dengan dengan kandungan besi titanium seperti rutil. Pada suhu <100°C dengan kondisi keasaman II-2
larutan hidrothermal yang ekstrim akan terbentuk silika opal, kristobalit dan tridymit. Sedangkan pada suhu 100°C-200°C akan terbentuk kalsedon, dan pada suhu yang tinggi (>200°C) akan terbentuk mineral silika amorf. b. Kelompok mineral alunit, ketika kandungan pH dari larutan hidrothermal >2 akan terbentuk asosiasi mineral silika dengan mineral andalusit, ketika suhu larutan memiliki kisaran yang besar (>300°C-350°C) mineral andalusit akan terbentuk bersamaan dengan mineral korundum. Terdapat empat lingkungan pembentukan alunit yang berbeda yaitu steam heated alunite yang terbentuk di bawah permukaan dengan kedalam berkisar 1-1,5 km yang dipengaruhi oleh kandungan asam yang tinggi yang dibawa oleh gas H 2S yang terjadi akibat pendidihan pada sistem hidrothermal. Mineral-mineral yang terbentuk berupa kristal-kristal halus dan kristal-kristal yang menjarum. Supergene alunite yaitu hasil dari asam sulfurik oleh pelapukan dari endapan sulfida yang masif, dengan bentuk kristal menjarum yang serupa dengan produk steam heated alunite, kelompok alunit jenis ini dapat dibedakan dengan jenis sebelumnya berdasarkan tatatan geologinya dan juga dijumpai adanya kandungan oksida besi sebagai salah satu hasil lapukan. Magmatic alunite, terendapkan dari volatil yang berasal dari intrusi dan umumnya terjadi pada zona urat-urat dan breksi, dengan bentukan kristal radier prismatik, pada lingkungan yang dekat dengan sistem porfiri terbentuk mineral-mineral alunit yang memiliki kristal yang tidak beraturan bertekstur poikilitik dan kontak dengan mineral kuarsa, liquid alunite terbentuk dari larutan yang berasal dari magma dengan kristal yang dihasilkan kasar dengan bentuk tabular atau seperti berbilahbilah. c. Kelompok kaolin, terbentuk dari lingkungan dengan fluida berkadar pH lebih tinggi (berkisar 4) dengan mineral yang terbentuk berupa kaolin dengan suhu yang berkisar <150°C-200°C dan propilitik pada suhu <200°C-250°C. dimana dickit dapat dijumpai pada daerah transisi diantara kisaran suhu kedua tingkatan sebelumnya. d. Kelompok Illit, terbentuk pada kondisi dengan kandungan pH larutan hidrothermal tinggi (berkisar 4-6). Pada daerah transisi pH 4-5 akan dijumpai mineral-mineral kaolin yang mendominasi. Pada suhu <150°C-200°C akan dijumpai mineral smektit II-3
yang terbentuk, sedangkan pada suhu 100°C-200°C akan dijumpai keterdapan mineral illite-smektit yang inter-layering, mineral illit akan ditemukan pada kisaran suhu 200°C-250°C, kemudian mineral-mineral mika berbutir halus pada suhu >200°C-250°C. dan kristal-kristal kasar mika putih terjadi pada suhu >250°C-300°C e. Kelompok mineral klorit, terbentuk pada kondisi larutan hidrothermal memiliki pH netral klorit-karbonat, dengan terjadi adanya transisi dari kelompok illit, berupa asosiasi antara mineral klorit dan smektit pada suhu yang rendah, dan didominasi oleh klorit pada suhu yang lebih tinggi. f.
Kelompok kalksilikat, kelompok ini ditandai dengan hadirnya asosiasi zeolit-kloritkarbonat pada suhu yang rendah dengan kondisi pH larutan hidrothermal bersifat alkali netral. Dan pada suhu yang tinggi akan terbentuk mineral-mineral amfibol sekunder (aktinolit). Zeolit merupakan jenis mineral yang sensitif terhadap perubahan suhu, pada suhu <150°C-200°C akan terbentuk mineral-mineral hydrous zeolit (natrolit, kabazit, mordenit, stilbit, dan heulandit), pada suhu 150°C-200°C muncul mineral berupa laumontit, pada suhu 200°C-300°C muncul mineral Wairakit yang terbentuk pada kondisi lebih dalam dan lebih panas dalam sistem hidrothermal. Pada beberapa sistem hidrothermal lain juga muncul mineral prehnit dan pumpellite menggantikan epidot (Elders et al.,1982). Epidot terbentuk pada suhu 180°C-220°C dengan bentuk butiran yang buruk, dan pada suhu >220°C-250°C akan membentuk butir mineral yang baik. Amfibol sekunder (utamanya aktinolit) terbentuk pada sistem hidrothermal aktif yang stabil pada suhu berkisar >280°C300°C (Leach et al.,1983). Biotit dapat ditemukan pada zona bersuhu >300°C-325°C dan juga lingkungan porfiri. Lingkungan sistem porfiri aktif ditandai dengan hadirnya mineral-mineral seperti klinopiroksen (>300°C) dan garnet (>325°C350°C).
g. Fase mineral-mineral lain, kelompok ini terdiri dari kehadiran mineral-mineral karbonat yang terbentuk pada wilayah pH dan temperatur yang luas (pH >4). Mineral-mineral ini berasosiasi dengan mineral illit, kaolin, klorit dan fase kalksilikat. Mineral-mineral Feldspar yang berasosiasi dengan mineral klorit dan fase mineral kalk-silikat. Mineral-mineral feldspar sekunder seperti albit dapat II-4
terbentuk pada kond si pH alkali netral dengan kandungan a Na+/aK+ tinggi sedangkan potasium feldspar terbentuk jika kandungan rasio
Na+/aK+
rendah.
Mineral-mineral sulfida terbentuk hampir pada semua kisaran suhu dan pH. Dimana alunit akan terbentuk pada pH rendah (<3-4) dan anhydrit pad pH yang lebih tinggi, dan suhu lebih t nggi dari 100-150°C dan gypsum terbentuk pada suhu yang lebih rendah.
Gambar 2.1. Stabili as suhu dari mineral-mineral hidrothermal i lingkungan e ithermal (Reyes dan Gigenbach, 1992)
II-5
Alterasi dan mineral-mineral ubahan Alterasi merupakan kenampakan perubahan komponen batuan berupa mineral secara fisik dan kimia yang terdapat pada sekitar urat atau gangue. Hasil alterasi dinding batuan bergantung kepada beberapa faktor yaitu: 1. Karakter dari batuan dinding 2. Karakter dari fluida yang menginvansi 3. Suhu dan tekanan ketika proses alterasi tersebut bekerja. Selama proses alterasi terjadi terdapat beberapa jenis reaksi kimia yang terjadi yaitu : a. Hidrolisis; perpindahan molekul air dari fluida ke dalam mineral. b. Hidrasi-dehidrasi; perpindahan molekul air pada mineral ke dalam fluida. c. Metasomatisme alkali dan alkali tanah; merupakan reaksi aktif antara fluida dengan batuan dan mineral yang mengakibatkan terjadinya pengurangan atau penambahan unsur pada batuan dan mineral tersebut. d. Dekarbonasi; merupakan reaksi yang terjadi pada pusat area skarn, dimana mineral-mineral karbonat (kalsit atau dolomit) tergantikan oleh mineralmineral silika dan mengalami kombinasi dengan komponen-komponennya e. Silisifikasi; merupakan penambahan mineral silika ke dalam batuan seperti penambahan mineral kalsedon, opal, atau jasper f.
Silisikasi; penggantian mineral-mineral pada batuan oleh mineral silika
g. Reduksi-oksidasi; merupakan reaksi penting yang berpengaruh terhadap kandungan ferri-ferrous iron, dan mineralogi sulfur dan ikatan lainnya. Reaksi ini juga berpengaruh pada sistem yang bereaksi dengan kandungan unsur vanadium, uranium, mangan dan pasangan-pasangan redoks lainnya. h. Reaksi-reaksi lainnya seperti karbonatisasi, desulfidasi, sulfidasi dan fluoridasi.
II-6
Terdapat berbagai mac m pembagian dari jenis-jenis alterasi yang t rjadi di batuan, pembagian ini didasari oleh asosiasi mineral-mineral ubahan yang terbentuk pada zona laterasi tersebu . Adapun pembagian alterasi menurut
uilbert (1986)
berdasarkan pembagia oleh Meyer dan Hemley (1967) yaitu: 1. Potassik, dikenal ju a dengan istilah alterasi biotit-ortoklas, dit emukan adanya kandungan K-silikat. Terdapat pembentukan K-feldspar bers ma atau tanpa kandungan biotit da n serisit, umumnya disertai dengan sisa kan ungan kalsiumgaram dalam akses ris mineral seperti anhydrit [CaSO 4], apatit (Ca,Mg,Fe)CO3], fluorit [CaF 2], kalsit atau sideromagnesio kalsit, kalkopirit,
olibdenit, pirit,
magnetit, atau he atit. Pada alterasi ini ditemukan adan a penambahan kandungan potash seperti yang terdapat pada K-feldspar. Dit mukan adanya penggantian kandu gan hornblenda atau klorit oleh biotit d n plagioklas KFledspar.
Gambar 2.2. Contoh alterasi idrothermal pada batuan tipe potasik yang itandai adanya kehadiran K-feldspar dan biotit (dari http: pangea.stanford.edu/researc /ODEX/kurtgsn.html abyss.elte.hu).
2. Propilitik, merupak n jenis alterasi yang terjadi dengan mengha ilkan kehadiran mineral-mineral s perti epidot, klorit, dan karbonat yang menggantikan komposisi mineral lagioklas serta hornblenda-biotit (klorit, mo tmorilonit, dan epidot) pada batuan. Terkadang dijumpai adanya kehadiran
-felspar seperti
II-7
albit. Terjadi juga
roses metasomatisme pada kandungan al ali-alkali tanah
atau proses peluluh n (leacing) yang tidak berpengaruh. 3. Alterasi filik atau erisitik, merupakan alterasi yang didomi asi oleh serisit pilosilikat, sebuah
ama yang diberikan karena terdapatnya
sosiasi dengan
mineral-mineral mi a berbutir halus seperti muskovit, hydromi a, dan phengite. Semua mineral-mineral asli di batuan seperti feldspar, mika da mineral mafik terubah menjadi
ineral serisit dan kuarsa. Dijumpai ke adiran mineral
aksesoris minor s perti pirit, klorit, leukoksen, rutil yang terbentuk dari titanium biotit, sert sphene dan mineral aksesoris lainnya. Ter apat tambahan mineral biotit ata
biotit-klorit yang tidak dibarengi denga
kehadiran K-
feldspar. Tipe altera i tersebut dapat dijumpai dengan batuan as l seperti batuan andesit mafik pada istem porfiri
Gambar 2.3. Contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe propilitik yang ditandai adanya ke adiran klorit, kalsit dan epidot (dari http: www.unituebingen.de/uni/e i/agarkl/pages/research/pages/hornberg/ ornberg.html)
II-8
Gambar 2.4. Contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe filik yang dit andai adanya kehadiran klorit dan muskov it (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi agarkl/pages /resea ch/pages/hornberg/hornberg.html) 4. Argilik, alterasi ya g terdiri dari kumpulan mineral-mineral ubahan berupa kaolin yang berasal dari plagioklas dan montmorilonit yang ber sal dari amfibol dan plagioklas. Ter apat K-fledspar yang tidak berpengaruh, t rjadi peluluhan kandungan alkali-al ali tanah dalam jumlah yang besar. Alterasi ini terjadi pada suhu yang rendah d n rendah perbandingan rasio K +/H-.
Gambar 2.5. Contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe argilik yang ditandai adanya kehadiran montmorilonit dan aolin (dari http: pangea.stanford.edu/resea ch/ODEX/kurtgsn.html abyss.elte.hu)
II-9
5. Argilik lanjut, menunjukkan adanya pebandingan rasio K +/H+ dan Na+/H+ yang rendah dan terbentuk pada kondisi asam yang tinggi dengan f luida yang kaya akan kandungan H +. Peluluhan yang kuat terhadap semua k ndungan alkali terjadi. Pada suhu tinggi berkisar 300°C, terbentuk mineral- ineral pyrofilit, pyrofilit-andalusit, ada suhu yang lebih rendah akan terbentu mineral kaolin atau dickit dalam j mlah banyak. Kuarsa melimpah dan alunit, topaz, zunyite, turmalin dan hid o-kloro-fluor-boro-aluminosilika lainnya juga terbentuk. Distribusi dari argi lik lanjut kurang beraturan daripada tipe alterasi lainnya tetapi umum dijum ai pada daerah yang mengalami mineralisasi .
Gambar 2.6. Contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe argilik lanju pada batuan (dari ht p://www.ppmpng.com/gallery.html).
6. Greisen hampir sa a dengan argilik lanjut atau filik tetapi me unjukkan lebih banyak kandungan serisit atau muskovit dan tidak adanya kehadiran pyrofilit. Kuarsa, muskovit dan topaz mendominasi dengan turmali , fluorit, rutil, kasiterit, wolframit an magnetit sebagai mineral aksesoris umu . 7. Skarn merupakan
sosiasi dari kandungan silika yang kaya akan besi dan
memiliki kandunga kalsium, alterasi ini mengandung amfibol, iroksen, garnet, epidot-zoisit, dan piroksenoid yang menggantikan batugampi g atau dolomit. II-10
Umumnya terdapa kandungan silika, aluminium, besi dan m gensium dalam jumlah yang melim ah.
Gambar 2.7. Contoh alterasi hidrothermal pada batuan tipe Greisen pada batuan dengan kehadiran mineral muskovi t (dari http: www.unituebingen.de/uni/emi/agarkl/pages /resea ch/pages/hornberg/hornberg.html).
Gambar 2.8. Contoh alterasi idrothermal pada batuan tipe skarn pada ba ugamping atau dolomit dengan miner l sekunder yang hadir sfalerit, garnet, dan pirit (dari http://gsc.nrcan.gc. a/mindep/photolib/porph/babine/index_e.php).
II-11
Gambar 2.9. Klasifikasi jenis alterasi menurut Meyer dan Hemley, (1967). Keterangan A menunjukkan kandungan Al 2O3, K menunjukkan kandungan sodium dan potasium, F menunjukkan kandungan besi dan magnesium, C menunjukkan kandungan kalsium.
II-12
Tabel 2.1. Klasifikasi jenis alterasi jenis aluminosilikat pada batuan vulkanik, sedimen dan metamorf (Meyer dan Hemley, 1967) Jenis alterasi
Mineral-mineral kunci
Mineralmineral aksesoris
suhu
Kimia Fluida
Argilik
Smektit atau Sulfida, zeolit, perlapisan antara kuarsa, kalsit smektit-illit
<200°C
Kondisi pH netral, + + aCa /aH moderat
Sersitik
Serisit (illit) dan kuarsa
Sulfida, oksida, kaolinit (minor)
>220°C
pH netral kandungan meningkat
Propilitik
Epidot
Klorit, illit dan sulfida
250°C
pH netral kandungan + + aCa /zH relatif tinggi
Propilitik Dalam
Epidot dan aktinolit
Klorit dan illit
300°C
pH netral kandungan + + aCa /zH relatif tinggi
320°C
pH netral kandungan + + aK /aH relatif tinggi
180°C
Kondisi pH asam
Potasik
Biotit, KEpidot, klorit, feldspar ,magnetit muskovit
Argilik lanjut (temperatur rendah)
Kaolinit, dan Alunit
Kalsedon, kristobalit, kuarsan dan pirit
Argilik lanjut (temperatur tinggi)
Pyropilit, diaspor, dan andalusit
Kuarsa, sulfida, turmalin, enargit, lurzonit
tetapi + + aH /aK
Umumny Kondisi pH asam a 250°C, terkadan g mencapa i >320°C (andalus it)
Deskripsi Alterasi Hidrothermal Dalam pengamatan alterasi hidrothermal pada batuan terdapat beberapa komponen yang harus diamati yaitu : 1. Warna batuan, 2. Tekstur batuan
- Meliputi tekstur asli batuan (jika teramati) II-13
- Tekstur karena proses alterasi (Bastin, 1953) yaitu a.
Tekstur Pengganti Pseudomorfik Pseudomorfisme merupakan kehadiran mineral atau
agregat mineral
sekunder pada batuan teralterasi dengan tekstur yang menunjukkan kondisi batuan asal baik berupa tekstur mineral atau fosil yang menyusun batuan serta struktur dari batuan tersebut yang masih terekam dengan baik sesudah mengalami alterasi. Pseudomorfisme terbentuk dari hasil pelarutan mineral atau agregat mineral dan terendapkan mineral-mineral sekunder pada tempat mineral tersebut. Tekstur ini menunjukkan bahwa proses alterasi tidak merubah seluruh komponen batuan Kenampakan tekstur pseudomorf pada batuan teralterasi yang dapat dijumpai yaitu: 1. Dalam mineral dengan bentuk batas-batas kristal, belahan kristal, bidang kembaran kristal. 2. Pada batuan beku dapat berupa kenampakan garis-garis aliran, bentuk, ukuran dan pola butiran, atau tekstur porfiri. 3. Pada batuan sedimen berupa bidang perlapisan, silang siur, struktur stylolitic, bentuk, ukuran dan pola butir, oolite, dan struktur organik. 4. Pada batuan metamorf seperti tekstur sekistosik b.
Tekstur transecting atau silang potong Tekstur ini menunjukkan tidak adanya tektur sisa dari batuan asal, karena mineral-mineral
sekunder
terbentuk
memotong/menghilangkan
kenampakan karakteristik batuan asal. Contohnya sepert perkembangan pirit pada batuan sekis, dimana pirit tersebut tumbuh tidak mengikuti pola butir mineral pada batu sekis tetapi langsung tumbuh di tengah-tengah tubuh batuan sekis, sehingga menghilangkan tekstur asli batuan tersebut. Begitu juga dengan struktur transected berupa kenampakan pergantian struktur-struktur
batuan
asal
oleh
pertumbuhan
mineral
sekunder II-14
contohnya pola butiran kristal pada batuan beku, sturktu berlapis pada batuan sedimen, struktur aliran, dan struktur organisme. Menurut Bastin (1931 dan Schouten (1934), dalam Guilbert (1986) jenis-jenis tekstur tersebut meliputi te stur megaskopis dan mikroskopis. Tetap secara umum tekstur tersebut dapat diguna an pada pengamatan megaskopis di lapanga . Adapun jenisjenis tektur yang dapat dijump ai pada batuan teralterasi sebagai berikut: No
Gambar
Tekstur
1.
Pseudomorph , merupakan tekstur y ng menunjukkan tekstur asal batuan atau mineral ma ih bertahan dan dapat dilihat. Bertahannya tekstur asli batuan baik batuan beku, sedimen dan metamorf serta fosil dalam batuan disebut dengan pseudomorfik. Pada gambar disamping terlihat mineral ementit telah menggantikan sebagian tubuh kristal k alsit
2.
Pengisian rekahan secara lua , pada massa mineral/batuan yang tidak beratura dimana sebuah rekahan memotong batuan/minera yang bersifat reaktif. Sebagai contoh pada gambar i samping terjadi rekahan yang memotong mineral kov ellit (cv) disertai pengisian mineral-mineral digenit (di) dan mineral kalkopirit (cp) dimana mineral kalkopirit telah menggantikan sebagian mineral kovelli t.
3.
Pertumbuhan irregular atau vermicular, pada tempat yang luas sepanjang rekahan atau pada batasbatas butiran yang tidak berhubun an dengan arah kristalografi. Hanya pada pertumbuh n irregular yang tidak berarah yang dapat diinterpretasikan sebagai bagian yang mengalami proses p nggantian. Pada gambar disamping ditandai oleh terga tikannya mineral argentit (Ag) oleh mineral skutterudit (sk) dan nikkolit (ni). Dimana nikolit merupakan produk reaksi pertengahan proses alterasi.
II-15
4.
Pulau-pulau dari tubuh mineral a li atau dinding batuan yang tidak terganti. Terlihat adanya mineralmineral yang terisolasi dengan minera -mineral lainnya. Pada gambar di samping ditunjukk n oleh sisa-sisa mineral pirit (py) yang tergantikan ol h mineral bornit (bn), sedangkan mineral kalkopirit (cp) merupakan produk alterasi pertengahan.
5.
Permukaan cekung ke arah mineral induk/mineral asal. Pada tekstur ini terlihat adanya p rgantian mineral yang disebabkan difusi ion dan meng akibatkan proses penggantian mineral memiliki ken mpakan seperti gigitan terhadap mineral-mineral asal . Pada gambar di samping ditunjukkan oleh mineral kal kopirit (cp) yang telah menggantikan mineral tetrahedri (tt).
6.
Dinding-dinding yang tidak berpasa gan atau batasbatas dari rekahan, jika pergantian t rjadi di luar dari pusat rekahan. Sisi depan dari bagian yang berlawanan tidak akan memiliki kesamaan dengan sisi satunya. Pada gambar di samping ditunjukkan oleh tanda panah dan garis-garis putus yang melalui rekahan .
7.
Pinggir suatu mineral menemb s sisi bagian mineral lainnya. Proses penggantian mungkin terjadi pada sisi luar suatu rekahan kecil atau dari tepi butiran mineral tetapi sudah mempunyai ola lajnjutan di sepanjang belahan. Pada gambar di samping terlihat mineral bornit (bn) telah menggantikan mineral kalkopirit (cp) pada rekahan-rekaha kecil di tubuh mineral kalkopirit.
II-16
8.
Orientasi fragmen-fragmen tidak sa ing menyokong. Pada gambar ditunjukkan oleh fragmen-fragmen mineral tetrahedrit (tt) yang beratura di dalam tubuh mineral kalkopirit (cp) yang meng antikan mineral tetrahedrit (tt)
9.
Asosiasi mineral selektif , merupa an kenampakan penggantian mineral secara kimiawi dengan pilihan asosiasi miineral yang terpilih, jika t rjadi perubahan kimia maka akan mempengaruhi ko ponen pasangan mineral-mineralnya. Contohnya seperti rasio perbandingan mineral kalkopirit de gan bornit yang dipengaruhi oleh kandungan Cu/Fe. Pada contoh gambar ditunjukkan pergantian min eral galena (gn) dengan mineral gratonit (gt) Hal ini dipengaruhi oleh kandungan arsenik yang meningkat.
10.
Mineral-mineral yang lebih muda t mbuh di dalam struktur yang lebih tua, kehadira suatu mineral seperti metablast yang tumbuh an mengganggu struktur berlapis pada batuan yang m rupakan struktur asli pada batuan tersebut.
11.
Fasies mineral yang lebih muda terendapkan dengan hubungan yang tidak teram ti terhadap batas butir atau rekahan-rekahan mikro sert a bidang belahan mineral yang tua di batuan. Jika larutan yang mengandung mineral masuk ke dalam rekahan-rekahan kecil , maka mineral-mineral bar akan tumbuh melintang terhadap rekahan dan m nonjol terhadap dinding batuan. Pada gambar di sam ing ditunjukkan oleh mineral pirit (py) yang terletak di antara siderit (sid) dan galena (gn) dengan batas ya g tidak teramati. Mineral pirit akan menggantikan kedua mineral tersebut.
12.
Perbedaan ukuran mineral yang satu terhadap yang lain. Jika ditemukan adanya mineral berukuran besar diantara mineral-mineral berukuran kecil begitu jug sebaliknya mengindikasikan adanya erbedaan proses pembentukan mineral yang memun kinkan memuat penggantian mineral.
II-17
13.
Mineral yang terendapkan secara jelas di sepanjang zona yang telah mengalami alte asi lanjut . Jika deposisi merupakan proses pengisia rekahan, maka mineral-mineral bijih akan secara t iba-tiba berhenti terendapkan terhadap dinding batuan.
14.
Hadirnya sebuah sekuen pengendapan yang menjadikan mineral-mineral memiliki kandungan yang lebih kaya dalam satu tubuh. Pada gambar ditunjukkan dengan kehadiran minera bornit (bn) pada mineral kalkosit (cc) yang juga ditumbuhi oleh kehadiran mineral-mineral kalkop irit (cp) yang mengakibatkan perbandingan kan ungan tembaga terhadap besi mencapai 1-5-∞ dan pe bandingan metal terhadap sulfur menjadi 1-1.5-2.
15.
Akhir pembentukan kristal yang be lipat ganda. Jika suatu mineral tumbuh pada suatu rekahan terbuka maka akan berkembang bidang-bid g kristal hanya pada fase akhir yang bebas. Tekstur ii terbentuk dalam jumlah terbatas dan hanya dijum ai pada proses pembekuan magma. Sedangkan alam pengisian rekahan proses ini terjadi pada reka an-rekahan yang tidak umum.
16.
Batas-batas bergradasi, proses ini terjadi pada saat terjadi kontak antara dinding batuan d ngan tubuh bijih mineral secara tiba-tiba atau bertahap.
17.
Sisa mineral-mineral resisten, ken mpakan mineral yang bertahan walaupun mineral-min ral lainnya telah tergantikan selama reaksi antara larutan hidrothermal dengan dinding batuan berlangsung. Contohnya seperti zirkon dan apatit yang ditemukan dalam tubuh sulfida mineral bijih. Walaupun mineral-mine ral asli penyusun batuan lainnya telah tergantikan oleh ineral baru.
II-18
18.
Tidak ada perubahan posisi ya g terjadi dari pemotongan oleh rekahan yang sejajar. Ketika sebuah urat terbuka secara lateral ma a akan terbentuk rekahan yang tidak menggeser po sisi tubuh urat sebelumnya. Proses penggantian min ral hanya terjadi pada bidang rekahan baru terseb t. Pada contoh gambar di samping ditunjukkan oleh p ertumbuhan urat mineral argentit (Ag) di dalam gang skutterudit (sk) yang memotong suatu kekar di dala tubuh mineral kalsit (cal). Dimana titik A-B tetap men rus ke bagian C
19.
Tidak terjadi pergeseran sepanja g perpotongan rekahan. Pergerakan di sepanjang p rgeseran saluran baik planar maupun berpotong n memberikan kenampakan perpotongan yang men erong, walaupun rekahan-rekahan tersebut terbentuk ti dak dalam waktu bersamaan. Setiap rekahan a an mengalami penambahan luas akibat adanya pergantian di sepanjang dindingnya dan cenderung akan memotong satu sama lainnya tetapi tidak me rubah rangkaian perpotongannya. Ditunjukkan oleh ineral kalkopirit (cp) terhadap mineral siderit (sid) dan tetrahedrit (tt).
Gambar .10 Berbagai jenis tekstur pada batuan teral terasi 3. Mineralogi : a. Mineral primer (mi eral asli batuan, jika teramati) b. Mineral sekunder ( ineral produk alterasi)
-
Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
-
Mineral-mineral tambahan
4. Kehadiran gangue (pen isian rekahan oleh mineral silika, karbonat tau sulfida) atau urat (pengisian re ahan oleh gangue dan mineral logam) (Guib rt, 1986). 5. Intensitas alterasi, ting at alterasi teramati pada batuan (Morrison, 996). a. Tidak teralterasi, ti ak dijumpai mineral sekunder b. Lemah, mineral sek nder hadir <25% volume batuan
II-19
c. Sedang, mineral sekunder berkisar 25-75% volume batuan d. Kuat, mineral sekunder hadir >75% volume batuan e. Sangat kuat, batuan teralterasi keseluruhan, tekstur utama masih dapat terlihat f.
Total, batuan telah teralterasi lengkap, tekstur utama telah hilang.
6. Ukuran butir (Morrison, 1996) a. Sangat Halus, <0.05 mm b. Halus, 0.05-1 mm c. Sedang, 1-5 mm d. Kasar, 5-30 mm e. Sangat kasar, > 30 mm 7. Deskripsi mineralogi 8. Nama batuan asal (jika dapat diamati) 9. Kelimpahan mineral-mineral kunci/penciri alterasi. 10. Nama alterasi (berdasarkan klasifikasi) 11. Interpretasi (himpunan alterasi), kondisi lingkungan alterasi mencakup suhu dan tingkat keasaman. 12. Efek alterasi (White, 1996):
-
Pengaruh yang bekerja pada individual mineral secara selektif
-
Pengaruh yang terjadi hanya pada urat dan batasnya
-
Pengaruh pada keseluruhan batuan secara pervasif.
II-20