51
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Epilepsi merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2002; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2001 : 858) .
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada Epilepsi adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi di Ruang Anak RSUD Jend. A.Yani Metro.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada pasien dengan Epilepsi.
Mampu menganalisa data yang diperoleh
Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Epilepsi
Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
Manfaat Penulisan
Hasil analisis ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan pengetahuan khususnya untuk pasien Epilepsi dan keluarganya sehingga diharapkan agar keluarga dapat lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda dan gejala yang terjadi.
Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan, acuan dan pertimbangan bagi profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan edukasi dalam menangani pasien Epilepsi pada saat memberikan pengobatan.
1.4. Sumber Data
1.4.1. Data primer
Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan keluarga
Data sekunder
Data sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan perawatan, Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga kesehatan lain yang terkait.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibatlepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel.
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi .
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir (Utopias,2008).
2.2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada:
1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5.Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang buruk..
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.
(Tarwoto,2007)
2.3. Klasifikasi Epilepsi
1. Epilepsi Grand Mal
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
2. Epilepsi Petit Mal
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.
3. Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan fungsional.
(Tarwoto,2007)
2.4. Patofisiologi
Durasi pendek< 15 menitDurasi pendek< 15 menit
Durasi pendek
< 15 menit
Durasi pendek
< 15 menit
Denyut jantung meningkatHipoksemiaHiperkapni
Denyut jantung meningkat
Hipoksemia
Hiperkapni
Kerusakan Neuron otakDemam Meningkat
Kerusakan Neuron otak
Demam Meningkat
TakikardiGangguan saraf otonomDx : tidak efektif termoregulasi peningkatan suhu
Takikardi
Gangguan saraf otonom
Dx : tidak efektif termoregulasi peningkatan suhu
Dx : jalan nafas tidak efektif
Dx : jalan nafas tidak efektif
Kebutuhan O2 MeningkatO2 MenurunDispnea
Kebutuhan O2 Meningkat
O2 Menurun
Dispnea
Gangguan keseimbangan membran sel neuron
Gangguan keseimbangan membran sel neuron
Disfusi Na+& K+ BerlebilahanKesadaran menurun
Disfusi Na+& K+ Berlebilahan
Kesadaran menurun
Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun membran sel disekitarnya dengan bantuan neorotransiterDx : gangguan perfusi jaringan
Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun membran sel disekitarnya dengan bantuan neorotransiter
Dx : gangguan perfusi jaringan
Dx : Resiko Cidera
Dx : Resiko Cidera
Kejang
Kejang
ParsialUmum
Parsial
Umum
KomplektonikklonikSederhanaAtonikMioklonik
Komplek
tonik
klonik
Sederhana
Atonik
Mioklonik
Tonik-klonik
Tonik-klonik
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
(Hidayat,2009)
2. 5 Manifestasi klinik
1. Klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan.
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
(Hidayat,2009)
2. 6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu kapasitas dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan medikamentosa dan pengobatan psikososial.
Pengobatan medikamentosa
Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah manifestasi penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, mka di samping pemberian obat anti-epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan:
Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan.
Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama.
Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan.
Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi obat.
Dosis obat disesuaikan secara individual.
Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya:
Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi, adanya penyakit degenerates susunan saraf pusat.
Pemberian obat antiepilepsi yang tepat.
Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur.
Faktor emosional sebagai pencetus.
Termasuk intractable epilepsi.
Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3 tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan menurunkan dosisnya.
Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:
Phenobarbital (luminal).
Paling seringdipergunakan, murahharganya, toksisitasrendah.
Primidone (mysolin)
Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis, takberhasiatterhadap petit mal, efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
Carbamazine (tegretol).
Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrolanbangkitanepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinememangmempunyaiefekpsikotropik.Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
- Diazepam.
Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknyadiberikani.v.atau intra rektal.
Nitrazepam (inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus.
Ethosuximide (zarontine).
Merupakanobatpilihanpertamauntukepilepsi petit mal
- Na-valproat (dopakene)
obat pilihan kedua pada petit mal
Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.
obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.
- Acetazolamide (diamox).
Kadang-kadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
ACTH
Sering kali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.
(Hidayat,2009)
2)Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat secara normal.
3) Penatalaksanaan status epileptikus
a) Lima menit pertama
Pastikan diagnosis dengan observasi aktivitas serangan atau satu serangan berikutnya.
Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan nafas, intubasi bila perlu bantuan bentilasi.
Tanda-tanda vital dan EKG, koreksi bila ada kelaianan.
Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah, hematology dan kadar OAE (bila ada fasilitas dan biaya).
b) Menit ke-6 hingga ke-9
Jika hipoglikemia/gula darah tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50% bolas intravena (pada anak: 2 ml/kgBB/glukosa 25%) disertai 100 mg tiamin intravena.
c)Menit ke-10 hingga ke-20
Pada dewasa: berikan 0,2 mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5 mg/menit sampai maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat diulangi lagi. Diazepam harus diikuti dengan dosis rumat fenitoin.
d)Menit ke 20 hingga ke-60
Berikan fenitoin 20 mg/kgBB dengan kecepatan <50 mg/menit pada dewasa dan 1 mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama pemberian.
e)Menit setelah 60 menit
Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin tambahan 5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan 20 mg/kg fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne, berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.
4)Perawatan pasien yang mengalami kejang :
Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu (pasien yang mempunyai aura/penanda ancaman kejang memerlukan waktu untuk mengamankan, mencari tempat yang aman dan pribadi
Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cidera dari membentur permukaan yang keras.
Lepaskan pakaian yang ketat
Singkirkan semua perabot yang dapat menciderai pasien selama kejang.
Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur.
Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan diantara gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.
Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah dapat terjadi karena tindakan ini.
Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena kontraksi otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera
Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan jika perlu untuk membersihkan secret
Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi, yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus diorientasikan terhadap lingkungan
2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
1.Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitas kejang.
2.Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang.
3.Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang.
4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.
5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.
6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab kejang tersebut.
7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.
8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas kejang tersebut.
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang secara tepat.
10. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.
11.Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi.
12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.
13.Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola pembebasan yang abnormal.
14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal dari praoperasi lobektomi temporal).
(Rencana Asuhan Keperawatan :262)
2.8.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No register, tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan informasi informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:
ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang
pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial
pengalaman kerja
Mekanisme koping yang digunakan
Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1. Selama serangan :
a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
e. pasien menggigit lidah.
f.mulut berbuih.
g.ada inkontinen urin.
h.bibir atau muka berubah warna.
i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau keduanya.
k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan emosional.
l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.
n. Apakah makan obat-obat tertentu.
o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2. Sesudah serangan
a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara
b. ada perubahan dalam gerakan.
c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan.
d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.
e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
3. Riwayat sebelum serangan
a. ada gangguan tingkah laku, emosi.
b. disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun visual.
4. Riwayat Penyakit
a.Sejak kapan serangan terjadi.
b.Padausiaberapaseranganpertama.
c.Frekuensi serangan.
5. Riwayat kesehatan
a.Riwayat keluarga dengan kejang.
b.Riwayat kejang demam.
c.Tumor intrakranial.
d.Trauma kepala terbuka, stroke.
6. Riwayat kejang
a. Berapa sering terjadi kejang
b. Gambaran kejang seperti apa
c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal
d. yang dilakuakn pasien setelah kejang
7. Riwayat penggunaan obat
a. Nama obat yang dipakai
b. Dosis obat
c.Berapa kali penggunaan obat
8.Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran
b.Abnormal posisi mata
c.Perubahan pupil
d.Garakan motorik
e.Tingkah laku setelah kejang
f.Apnea
g.Cyanosis
h.Saliva banyak
9. Psikososial
a. Usia
b.Jenis kelamin
c.Pekerjaan
d.Peran dalam keluarga
e.Strategi koping yang digunakan
f.Gaya hidup dan dukungan yang ada
10. Pengetahuan pasien dan keluarga
a.Kondisi penyakit dan pengobatan
b. Kondisi kronik
c.Kemampuan membaca dan belajar.
(Utopias,2008)
2. Diagnosa Keperawatan secara teoritis
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
(Rencana Asuhan Keperawatan :262-268)
3. Rencana asuhan Keperawatan Teoritis
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi, tidak ada dispnea, tidak ada penumpukan sekret.
INTERVENSI
RASIONAL
Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu
Letakkan klien dalam posisi miring dan pada permukaan datar
Tanggalkan pakaian klien pada daerah leher atau dada dan abdomen
Melakukan penghisapan sesuai indikasi
Berikan oksigen sesuai program terai
Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing kedalam tirah baring
Meningkatkan aliran (drainase), sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
Untuk memudahkan usaha klien dalam bernafas dan ekspansi dada
Mengeluarkan mukus yang berlebihan menurunkan resiko aspirasi atau afeksia
Membantu pemenuhi kebutuhan oksigen adar tetap adekuat.
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif teratasi.
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji faktor-faktor terjadinya peningkatan suhu
Observasi tanda – tanda vital
Ajarkan keluarga cara memberikan kompres dibagian kepala / ketiak
Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis yang terbuat dari kain katun
Berikan ekstra cairan dengan menganjurkan klien banyak minum
Mengetahui penyebab terjadinya peningkatan suhu tubuh karena penambahan pakaian / selimut dapat menghambat penurunan suhu.
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan selanjutnya.
Proses konduksi / perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh yang meningkat.
Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI
RASIONAL
Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cidera
Pasang penghalang ditempat tidur
Letakkan klien ditempat tidur yang rendah & datar
Siapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya tergigitnya lidah saat kejang
Berikan obat anti kejang
Dengan menjauhkan barang-barang disekitarnya dapat membahayakan saat terjadinya kejang
Penjagaan untuk keamanan, untuk mencegah terjadinya cidera pada klien
Area yang rendah dan datar dapat mencegah terjadinya cidera pada klien
Lidah berpotensi tergigit saat kejang karena saat kejang biasanya lidah menjulur kedepan
Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan yang dapat mengurangi suplai oksigen
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan teratasi.
Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang diresepkan.
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan mengenai prognosis penyakit dan perlunya pengobatan
Berikan informasi yang adekuat tentang prognosis penyakit dan tentang interaksi obat yang potensial
Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Diskusikan manfaat kesalahan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, & istirahat yang cukup
Memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahan persepsi & keadaan penyakit yang ada
Pengetahuan yang diberikan mampu menurunkan resiko dari efek bahay satu penyakit & cara menanganinya
Kebutuhan terpeutik dapat berubah sehingga mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi
Aktivitas yang sedang & teratur dapat membantu menurunkan/mengendalikan faktor presdiposisi
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B
Dengan Diagnosa MedisEpilepsi
Ruang Praktek : Ruang Anak / II.1
Tanggal Pengkajian : 21 April 2014
3.1. PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
No. MR
:
235615
Nama
:
An.B
Alamat
:
Seputih Raman
Tempat / tanggal Lahir
:
Metro, 24 November 2014
Usia
:
5 bulan
Nama Ayah / Ibu
:
Tn.B/Ny.S
Pekerjaan Ayah
:
Buruh
Pekerjaan Ibu
:
Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah
:
SMP
Pendidikan Ibu
:
SMP
Agama
:
Islam
Suku Bangsa
:
Jawa
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama
Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang Demam.
Riwayat Penyakit Sekarang
Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien mengatakan saat terjadi kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki menendang-nendangdan mulut terkatup dengan keras. Ibu klien mengatakan ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira ± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga mengatakan sebelumnya An.B tidak ada riwayat kejang, namun sebelum dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali mengalami kejang di rumahnya di pagi hari dan di sore hari. Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya penumpukan sekret.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Prenatal
Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan kondisi kehamilannya satu bulan sekali di bidan praktek dan puskesmas yang berada disekitar rumahnya. Dan ibu klien juga mengatakan selama masa kehamilan klien pernah mengalami hipertensi namun klien tidak memiliki riwayat jatuh ataupun riwayat kecelakaan.
Intranatal
Ibu klien mengatakan proses persalinan saat melahirkan An.B dilakukan persalinan secara Secsio Cesaria. Namun saat persalinan berlangsung tidak di temukan masalah apa-apa, tidak ada perdarahan, dan tidak ada komlikasi yang lainnya.
Postnatal
Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi masalah yang menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3 hari perawatan di rumah sakit dan setelah itu diperbolehkan pulang karena tidak ada masalah apapun.
Riwayat Masa Lalu
Ibu klien mengatakan An.B sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Ibu klien juga mengatakan An.B tidak pernah sebelumnya dirawat di rumah sakit, sehingga An.B tidak mengonsumsi obat-obatan. Ibu An.B juga mengatakan An.B tidak memiliki riwayat melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun kecelakaan. Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat ini imunisasi sudah dilakukan, hanya tinggal beberapa imunisasi saja yang belum dilakukan karena klien belum mencapai usia tersebut.
RIWAYAT KELUARGA
Keterangan :
:
:
:
:
:
:
Laki-laki
Perempuan
Tinggal 1 rumah
Keturunan
Pernikahan
Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.
RIWAYAT SOSIAL
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat, mengasuh dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak laki-lakinya. Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengah-tengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluarga-keluarganya yang lain senang bermain dan secara bergantian ingin menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang menangis sehingga banyak yang senang bermain dengannya. Dan lingkungan disekitar An.B cukup aman karena An.B selalu diawasi oleh keluarganyakarena saat ini An.B berada ditahapan Tumbuh kembang belajar untuk telengkup dan merangkak.
KEBUTUHAN DASAR
Pola Makan
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B secara eklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
Pola Tidur
An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat klien tertidur. Dalam sehari klien tidur selama ±9– 10 jam.
Mandi
An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat. Setiap ibu klien memandikan, klien selalu diberikan sabun, shampo.
Aktivitas Bermain
Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat bermainnya hanya saja An.B suka memasukkan benda mainannya kedalam mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang belajar telengkup.
Eliminasi
Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira ± 100cc/hari.
Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga mengatakan tidak ada masalah dan gangguan saat BAB.
KEADAAN KESEHATANSAATINI
Diagnosamedisawaltanggal21april214"KejangDemam"
Diagnosa medis akhir tanggal 23 april 214 "Epilepsi"
Status nutrisi
Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien belum memberikan makanan pendamping apapun.saat ini An.B secaraeklusif hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
Status cairan
Klien terpasang IVFD D5 ¼ NS 8tts/menit (dengan faktor tetes mikro)
Obat-obatan
Ampicilin 3x150 mg
(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)
Stesolid sup 0.5 mg
Diazepam injeksi 0.5 mg
PCT siruf 3x1 sendok
(pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)
Hasil Laboratorium tanggal 20 april 2014
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
1
2
3
4
5
6
7
8
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
9.3
5.22
11.6
36.6
70
22.3
31.8 g/dl
664 103/mm3
103/ul
106/ul
g/dl
%
fL
fL
pg
103/ul
5-10
3,08-5,05
11-16
37-48
80-92
27-31
32-36
150-450
Pemeriksaan EEG
Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April 2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang menyatakan An.B menderita Epilepsi.
PEMERIKSAAN FISIK
No
Pemeriksaan
Hasil
a.
Tanda-tanda vital
Nadi
RR
Suhu
Berat Badan
Panjang Badan
120x/menit
42x/menit
37.7 OC
8.5 kg
58 cm
b.
Kepala-leher
Kepala
Ubun-ubun
Mata
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Vena jugularis
Kelenjar Limfe
Bentuk kepala bulat, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, kaput (-)
Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+), ubun-ubun kecil (-)
Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reaksi pupil terhadap cahaya (+)
Tidak ada polip ataupun benda asing, keadaannya cukup bersih, secret tidak ada
Mukosa tampak pucat, keadaan cukup bersih, tonsil warna pink, gusi warna pink, gigi klien belum tumbuh, reflek menghisap (+)
Reflek menelan (+), tidak ada infeksi, tidak ada nyeri, dan tidak ada edema.
Tidak ada pembesaran vena jugularis
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c.
Thorax/paru-paru
RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada (-), penggunaan otot-otot pernaasan (-), tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, suara paru vesikuler reguler, ronchi (+), whezing (-)
d.
Jantung
Perifer :
CRT <2detik (+), sianosis bibir (+)
Jantung :
Tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada nyeri tekan, suara jantung S1 & S2 reguler, HR=120x/menit
e.
Abdomen
Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, bentuk abdomen normal, suara bising usus 5x/menit
f.
Genitalia & anus
Penis menonjol (+), keadaan genitalia cukup bersih, tidak ada edema, Anus (+), tidak ada hemoroid
g.
ekstermitas
Kekuatan otot (+), pergerakan cukup aktif, tidak ada edema, kesadaaran composmentis PCS = 15 ,tonus otot 5 5
5 5
PEMERIKSAAN NEOROLOGIS
Pengkajian status mental
Kemandirian dan bergaul
Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan dan saat ini kemampuan kemandirian klien sudah mampu meraih benda yang ada disekitarnya dan benda yang diberikan padanya.
Motorik halus
klien sudah mampu meraih benda yang ada disekitarnya dan benda yang diberikan padanya.
Kognitif dan bahasa
Klien mampu mendengar suara orang-orang yang memanggil namanya, dan langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara . Namun, untuk kemampuan bahasa klien masih belum bisa berbicara, hanya mampu mengeluarkan kata-kata yang belum jelas dan hanya mampu menangis.
Motorik kasar
Klien mampu menggerakkan tubuhnya, klien mampu telengkup dengan sendirinya tampa bantuan orang lain, dan mampu menegakkan kepalanya
Pengkajian fungsi motorik
Pengkajian
Hasil yang ditemukan
Amati bayi atau anak terhadap abnormalitas yang nyata yang mempengaruhi fungsi motorik. Khususnya amati bentuk kepala dan ukuran kepala dan periksa tulang belakang.
Uji kekuatan otot dan kesimetrisan dengan meletakkan jari tangan di atas telaak tangan anak agar dapat ia genggam dan dorong telapak kaki anak dengan tangan si pemeriksa.
Gerakan semua sendi dengan rentang gerakan. Perhatikan flaksiditas atau spasitisitas.
:
:
:
Ukuran keala sedang dengan ukuran lingkar kepala 35cm, bentuk kepala bulat, dan tidak ada hematoma ada area tulang belakang kepala.
Klien mampu menggenggam jari tangan si pemeriksa saat diletakkan diatas telapak tangan si anak, dan saat telapak kaki si anak didorong ada perlawanan yang cukup baik dari si anak.
Klien memiliki rentang gerakan yang fleksibel, mampu mengikuti atau diarahkan sesuai dengan gerakan yang dilakukan.
Pengkajian fungsi sensorik
Saraf Kranial
Pengkajian Fungsi
Hasil Yang Ditemukan
N. I Olfaktorius
Mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda
Belum dapat dikaji
N. II Optikus
Memeriksa ketajaman penglihatan anak, persepsi terhada cahaya.
Ketajaman penglihatan An.B cukup baik, klien mampu berespon terhadap cahaya.
N. III Okumolotorius
Memeriksa ukuran dan reaksi pupil, dan periksa kelopak mata terhadap posisi
Respon pupil terhadap cahaya (+), ukuran pupil 2mm, posisi kelopak mata simetris dan sejajar dengan garis telinga
N. IV Troklearis
Melihat pergerakan mata anak ke arah bawah, ke atas, ke samping
Pergerakan bola mata akttif (+)
N. V Trigeminus
Tentukan apakah anak dapat merasakan sentuhan halus di atas pipi
Anak mudah menoleh bila area dekat pipi dekat mulut disentuh
N. VI Abdusen
Kaji kemampuan anak menggerakan mata secara lateral
Belum dapat di kaji
N. VII Fasialis
Menguji indra pengecaan anak
Belum dapat di kaji
N. VIII Akustikus
Uji pendengaran anak, dengan memanggil anak dari arah samping telingan nya
Klien langsung menoleh ke arah sumber suara
N. IX Glasofaringeus
Kemempuan mengidentifikasi rasa larutan pada lidah
Belum dapat di kaji
N. X Vagus
Kemampuan terhadap reflek menelan
Reflek menelan (+) saat spatel dimasukkan kedalam mulut si anak
N. XI Aksesorius
Memeriksa kemampuan anak memutarkan kepala dan gerakan mengangkat bahu
Belum dapat di kaji
N. XII Hipoglosus
Meminta anak untuk mengeluarkan lidah dan kemampuan mengucapkan huruf "R"
Belum dapat di kaji
KEBUTUHAN CAIRAN
Intake
Minum
Infus
Kebutuhan Cairan
750cc
8 tts/menit = ....Y.....x 60 (mikro)
24 jam x 60 menit
8 tts/menit = 60 Y
1440
60 Y = 1440 x 8
60 Y = 11520
Y = 11520
60
Y = 192 cc
Y adalah cairan infus dalam 24 jam
Jumlah volume cairan infus yang telah masuk ke tubuh pasien adalah
Jumlah 1 botol infus – jumlah volume infus yang sisa
= 500 cc – 370 cc
= 130 cc
= BB 10 Kg I x 100 cc
= 8.5 Kg x 100 cc
= 850 cc/hari
Jadi, intake yang di dapat oleh An.B adalah
= Minum + Infus + Kebutuhan Cairan
= 750 cc + 130 cc + 850 cc
= 1730 cc/hari
Output
Muntah
Urine
Tidak ada (-)
= 2 cc / Kg BB / jam
= 2 cc x 8.5 Kg / jam
= 17 cc / jam
= 17 cc x 24 jam
= 408 cc / hari
IWL
= ( 30 – usia dalam tahun )
= ( 30 – 5 bulan ) x 8.5 Kg
12 bulan
= 30 – 5 = 360 – 5
12 12 12
= 355 x 8.5
12
= 251 cc
Jadi, Balance cairan An.B adalah
Balance cairan = intake – ( output + IWL )
Balance cairan = intake – ( output + IWL )
Balance cairan = 1792 cc – ( 408 cc + 251 cc )
= 1730 cc – 659 cc
= 1071 cc
Untuk kenaikan suhu
IWL + 200 ( suhu saat ini – 36.8 0 C )
IWL + 200 ( suhu saat ini – 36.8 0 C )
Setiap kenaikan suhu10C x 10 %
Setiap kenaikan suhu10C x 10 %
Tanggal 21 April 2014
pukul 09.00 WIB
= 251 + 200 ( 37.7 – 36.8 )
= 251 + 200 ( 0.9 )
= 251 + 180
= 431 cc
pukul 09.00 WIB
= 251 + 200 ( 38.5 – 36.8 ) x 10 %
= 251 + 200 ( 1.7 ) x 10 %
= 251 + 340 x 10 %
= 251 + 34
= 285 cc
Tanggal 23 april 2014
Pukul 19.00 WIB
= 251 + 200 ( 39.4 – 36.8 ) x 10 %
= 251 + 200 ( 2.6 ) x 10 %
= 251 + 520 x 10 %
= 251 + 52
= 303 cc
3.2. ANALISA DATA
NO
DATA
MASALAH
ETIOLOGI
1
2
3
4
DS:
Ibu An.B Mengatakan anaknya saat ini sedang batuk-batuk
Ibu An.B mengatakan takut yang klien rasakan setelah dirumah sakit & setelah mengalami kejang berulang
Ibu An.B Mengatakan batuk yang dialami anaknya disertai dengan adanya penumpukan sekret.
DO:
An.B terlihat sekali mengeluarkan suara batuk
An. B terpasang O 1 Liter/menit nasal kanul
An. B Telah dilakukan penghisapan sekret dengan menggunakan suction
Ronchi (+)
Retraksi dinding dada (-)
Sianosis (-)
RR = 38x/menit
DS:
Ibu klien mengatakan demam An.B semalam saat sebelum dibawa ke Rumah Sakit.
Ibu Klien mengatakan An.B mengalami demam setelah 2x mengalami Kejang
Ibu Klien mengakatan kondisi demam yang saat ini dialami oleh An.B membuat klien menjadi gelisah
DO :
Klien tampak lemas & lemah
Suhu An.B (21/04/2014)
Pagi : 37,7 ̊C
Siang : 38,5 ̊C
Klien An.B tampak Gelisah
Klien tampak banyak mengeluarkan keringat
Mukosa bibir pucat
DS:
Ibu An.B mengatakan An.B sebelumnya tidak pernah mengalami kejang
Ibu An.B kejang yang di alami An.B sebelum dibawa Ke Rumah Sakit sudah 2x terjadi yaitu pagi & siang.
Ibu An.B mengatakan saat kejang tubuh anaknya bergetar & kakinya menendang-nendang
Ibu An.B mengatakan kejang yang terjadi berlangsung kira-kira ± 5 menit
DO:
Klien tampak terlihat gelisah
Klien terlihat saat demam tubuhnya bergetar
Kejang berlangsung ± 5 menit
Saat kejang terlihat ibunya memasukkan kain kedalam mulutnya
DS:
Ibu klien mengatakan tidak tahu apa yg terjadi pada An.B
Ibu klien mengatakan setiap An.B kejang, ibu klien selalu panik
Ibu klien mengatakan jika An.B kejang tidak tahu apa yang harus dilakukan
DO:
Ibu klien tampak terlihat bingung & sangat panik saat An.B kejang
Ibu klien tampak terlihat cemas & takut jika An.B kembali kejang
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Termogulasi tidak efektif
Resiko Terhadap cidera
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Sumbatan lidah di endotrakea
peningkatan sekret saliva
kerusakan neoromuskuler
Peningkatan metabolic
proses infeksi
peningkatan suhu
Perubahan kesadaran
kerusakan kognitif selama kejang
kerusakan mekanisme perlindungan diri
aktivitas kejang yang tidak terkontrol
Kurang pemajaran
kesalahan interpretasi informasi
kurang mengingat.
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
3.4. RENCANA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam masalah bersihan jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi.
Kriteria hasil : nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi, tidak ada dispnea, tidak ada penumpukan sekret.
INTERVENSI
RASIONAL
Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu
Letakkan klien dalam posisi miring dan pada permukaan datar
Tanggalkan pakaian klien pada daerah leher atau dada dan abdomen
Melakukan penghisapan sesuai indikasi
Berikan oksigen sesuai program terai
Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing kedalam tirah baring
Meningkatkan aliran (drainase), sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
Untuk memudahkan usaha klien dalam bernafas dan ekspansi dada
Mengeluarkan mukus yang berlebihan menurunkan resiko aspirasi atau afeksia
Membantu pemenuhi kebutuhan oksigen adar tetap adekuat.
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhuberhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif teratasi.
Kriterua hasil : Demam berkurang, suhu normal 36,5 – 37,5 ̊ C , Nadi dan RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji faktor-faktor terjadinya peningkatan suhu
Observasi tanda – tanda vital
Ajarkan keluarga cara memberikan kompres dibagian kepala / ketiak
Anjurkan untuk menggunakan pakaian tipis yang terbuat dari kain katun
Berikan ekstra cairan dengan menganjurkan klien banyak minum
Mengetahui penyebab terjadinya peningkatan suhu tubuh karena penambahan pakaian / selimut dapat menghambat penurunan suhu.
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan selanjutnya.
Proses konduksi / perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh yang meningkat.
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI
RASIONAL
Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cidera
Pasang penghalang ditempat tidur
Letakkan klien ditempat tidur yang rendah & datar
Siapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya tergigitnya lidah saat kejang
Berikan obat anti kejang
Dengan menjauhkan barang-barang disekitarnya dapat membahayakan saat terjadinya kejang
Penjagaan untuk keamanan, untuk mencegah terjadinya cidera pada klien
Area yang rendah dan datar dapat mencegah terjadinya cidera pada klien
Lidah berpotensi tergigit saat kejang karena saat kejang biasanya lidah menjulur kedepan
Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan yang dapat mengurangi suplai oksigen
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
Tujuan : Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan teratasi.
Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai merubah perilaku, mentaati peraturan obat yang diresepkan.
INTERVENSI
RASIONAL
Jelaskan mengenai prognosis penyakit dan perlunya pengobatan
Berikan informasi yang adekuat tentang prognosis penyakit dan tentang interaksi obat yang potensial
Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi yang teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Diskusikan manfaat kesalahan umum yang baik, seperti diet yang adekuat, & istirahat yang cukup
Memberikan kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahan persepsi & keadaan penyakit yang ada
Pengetahuan yang diberikan mampu menurunkan resiko dari efek bahay satu penyakit & cara menanganinya
Kebutuhan terpeutik dapat berubah sehingga mempersiapkan kemungkinan yang akan terjadi
Aktivitas yang sedang & teratur dapat membantu menurunkan/mengendalikan faktor presdiposisi
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : An. B
Ruangan : Anak
No. MR : 235615
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Hari/Tanggal
& jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Senin, 21/04/2014
08. 30 WIB
09.00 WIB
09.15 WIB
10.30 WIB
Menganjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu
Meletakkan klien dalam posisi miring dan pada permukaan datar
Menanggalkan pakaian pada daerah leher dan dada, serta abdomen
Melakukan penghisapan sesuain indikasi
Memberikan oksigen sesuai program terapi O2 1 liter/menit nasal kanul
Subjektif :
Ibu An. B mengatakan bahwa anaknya kini dalam keadaan batuk
Ibu An. B mengatakan sudah 2 hari anaknya mengalami batuk
Ibu An. B mengatakan batuk yang dialami anaknya disertai dengan secret/dahak
Objektif :
Tampak tidak ada benda asing/zat tertentu di mulut An.B
Klien terlihat dalam posisi miring kiri diatas permukaan datar tempat tidur
Ibu klien tampak melepaskan pakaian luar An. B dan hanya memakaikan kaos dalam saja pada An. B
Pukul 19.30 WIB telah dilakukan penghisapan secret dengan menggunakan mesin suction
Klien terpasang oksigen 1 liter/menit nasal kanul
Analisis :
Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian
Planing :
Lanjutkan Intervensi : 2,4 & 5
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Senin, 21/04/2014
08. 45 WIB
09.00 WIB
09.10 WIB
09.30 WIB
09.45 WIB
Mengkaji factor terjadinya peningkatan suhu
Mengobservasi vital sign
Mengajarkan keluarga cara memberikan kompres di bagian kepala / ketiak
Menganjurkan untuk menggunakan pakaian tipis yang terbuat dari kain katun
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin
Memberikan antipiretik
Subjektif :
Ibu klien mengatakan demam An. B belum juga turun
Ibu klien mengatakan demam yang dialami oleh An. Bsejak semalam saat setelah dibawa ke Rumah Sakit
Ibu klien mengatakan demam yang di alami klien setelah terjadi kejang
Objektif :
Faktor terjadi demam akibat kejang yang terjadi setelah berulang
Hasil observasi vital sign :
Suhu : 38,5 C Nadi : 120x/menit
Pernafasan : 42x/menit
Mengajarrkan cara mengkompres dan keluarga telah mampu mempraktekannya
Klien tampak telah di ganti pakaiannya oleh ibunya dengan pakaian yang tipis
Klien tampak sering diberikan ASI eksklusif oleh ibunya
PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian
Planing :
Lanjutkan Intervensi : 2,3 & 5
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Senin, 21/04/2014
08. 30 WIB
09.00 WIB
09.10 WIB
09.45 WIB
Masih terpasang
Menganjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu
Meletakkan klien dalam posisi miring dan pada permukaan datar
Menanggalkan pakaian pada daerah leher dan dada, serta abdomen
Melakukan penghisapan sesuain indikasi
Memberikan oksigenn sesuai program terapi O2 1 liter/menit
Subjektif :
Ibu An. B mengatakan bahwa anaknya kini dalam keadaan batuk
Ibu An. B mengatakan sudah 2 hari anaknya mengalami batuk
Ibu An. B mengatakan batuk yang dialami anaknya disertai dengan secret/dahak
Objektif :
Tampak tidak ada benda asing/zat tertentu di mulut An.B
Klien terlihat dalam posisi miring kiri diatas permukaan datar tempat tidur
Ibu klien tampak melepaskan pakaian luar An. B dan hanya memakaikan kaos dalam saja pada An. B
Pukul 19.30 WIB telah dilakukan penghisapan secret dengan menggunakan mesin suction
Klien terpasang oksigen 1 liter/menit nasal kanul
Analisis :
Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian
Planing :
Lanjutkan Intervensi : 2,4 & 5
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Selasa, 22/04/2014
10. 15 WIB
11.30 WIB
Masih terpasang
Meletakkan klien dalam posisi miring dan pada permukaan datar
Melakukan penghisapan sesuain indikasi
Memberikan oksigenn sesuai program terapi O2
1 liter/menit
Subjektif :
Ibu An. B mengatakanbatuk yang dialami An. B sudah mulai berkurang
Ibu An. B mengatakan sudah tidak mendengar suara dahak/secret ketika An. B batuk
Objektif :
Klien di posisikan miring kiri dan di permukaan datar diatas tempat tidur
Klien telah dilakukan penghisapan dengan menggunakan suction untuk yang terakhir, karena secret/dahak sudah berkurang & tidak terdengar lagi
Klien An. B masih terpasang Oksigen 1 liter/menit nasal kanul
Analisis :
Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi.
Planing :
Intervensi dihentikan.
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
No. DX
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
2.
Selasa, 22/04/2014
08. 15 WIB
09.30 WIB
09.00 WIB
Mengobservasi vital sign
Mengajarkan keluarga cara memberikan kompres di
Memberikan ekstra cairan dengan menganjurkan klien banyak minum
Memberikan antipiretik
Subjektif :
Ibu An. B mengatakan demam di hari ke-2 perawatan di rumah sakit sudah berangsur turun sedikit demi sedikit
Ibu klien mengatakn sudah rutin memberikan kompres di bagian kepala anak untuk menurunkan suhu tubuh
Ibu klien mengatakan sering memberikan ASI kepada anaknya
Objektif :
Observasi vital sign : Pagi,
Suhu : 37,5OC
Nadi : 100x/m RR : 34x/m
Siang ; S : 37,4OC N : 110x/m
RR : 30x/menit
Ibu klien tampak sedang memberikan kompres hangat di bagian kepala klien
Ibu klien tampak sedang memberikan ASI saat klien menangis kehausan
PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian
Planing :
Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Selasa, 22/04/2014
09.00 WIB
09.20 WIB
10.00 WIB
Memberikan penghalang di tempat tidur klien
Menyiapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya tergigitnya udah saat kejang
Memberikan obat anti kejang :
Stesolid.Sup : 0,5 mg
Diazepam IV : 0,5 mg
Subjektif :
Ibu An. B mengatakan selalu menjaga & mengawasi An. B di tempat tidur
Ibu klien mengatakan selalu menyiapkan kain lunak disamping tempat tidur An. B
Objektif :
Tampak terlihat keluarga An. B memberikan penjagaan disamping tempat tidur klien
Ibu klien tampak dengan sigap selalu memasukkan kain lunak ke dalam mulut An. B saat terjadi kejang
Klien selalu mendapatkan stesolid & Diazepam setiap kali kejangmya kembali berulang.
Analisis :
Masalah Resiko terhadap cidera sebagian sudah teratasi.
Planing :
Lanjutkan Intervensi 2 & 3.
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Rabu, 23/04/2014
19.00 WIB
19..45 WIB
Mengobservasi vital sign
Memberikan kompres dibagian kepala/ketiak
Memberikan antipiretik
Subjektif :
Ibu An. B mengatakan demamnya semakin tinggi
Ibu klien mengatakan sangat panic melihat kondisi demam An. B yang meningkat
Ibu klien mengatakan sudah sering memberikan kompres hangat setiap kali An. B demam
Objektif :
Hasil observasi vital sign : Siang,
Suhu : 39,8OC
Nadi : 118x/m RR : 46x/m
Sore ; S : 39,4OC N : 134x/m
RR : 44x/menit Malam ; S : 36,3OC N : 100x/m RR : 40x/m
Ibu klien dan keluarga klien tampak telah memberikan kompres hangat di bagian kepala dan ketiak An. B
PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis :
Masalah ketidakefektifan termoregulasi belum teratasi
Planing :
Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Rabu, 23/04/2014
19.00 WIB
19.30 WIB
Menyiapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya tergigitnya udah saat kejang
Memberikan obat anti kejang :
Stesolid.Sup : 0,5 mg
Subjektif :
Ibu An. B mengatakan masih sering merasa panic & gelisah setiap kali anaknya kembali kejang
Ibu klien mengatakan bagaimana caranya agar An. B tidak kembali mengalami kejang
Objektif :
Ibu klien tampak terlihat sedang menyelipkan kain lunak saat An. B kembali kejang
Klien telah diberikan obat anti kejang stesolid
Analisis :
Masalah Resiko terhadap cidera teratasi.
Planing :
Lanjutkan Intervensi ulang jika klien masih menngalami kejang
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
Hari/Tanggal
& Jam
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Kamis, 24/04/2014
20.15 WIB
20.30 WIB
20.45 WIB
20.50 WIB
Menjelaskan mengenai prognosis penyakit & perlunya pengobatan
Memberikan informasi yang adekuat tentang prognosis penyakit & tentang interaksi obat yang potensial
Menekankan bahwa perlunya untuk melakukan evaluasi yg teratur/melakukan pemeriksaaan laboratorium sesusai indikasi
Mendiskusikan manfaat kesehatan umum yang baik seperti diit yang adekuat & istirahat yang cukup.
Subjektif :
Ibu An. B mengatakan dirinya sebelumnya tidak tahu apa yang terjadi pada anaknya dan bagaimana cara menanganinya
Ibu klien mengatakan kini setelah diberikan informasi dirinya menjadi tahu
Objektif :
Ibu klien tampak memperhatikan terkait penjelasan yang diberikan mengenai prognosis penyakit & pentingnya pengobatan
Ibu klien tampak antusias & cukup kooperatif mendengarkan informasi yang diberikan
Ibu klien tampak sudah mengerti apa yang harus rutin ia lakukan untuk mengecek kesehatan anaknya
Ibu lien tampak sudah memahami cara meningkatkan kesehatan untuk anaknya
Analisis :
Masalah Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan teratasi.
Planing :
Intervensi di hentikan.
Memberikan leaflet sebagai informasi lanjutan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An.B didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Pengkajian
Pengkajian terpenting dari Epilepsi adalah melakukan anamnese selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan penyebab Epilepsi maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Dan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang EEG maka didaatkan hasil yang menunjukkan hasil EEG abnormal dan menyatakan An.B mengalami Epelepsi
Analisa dan Sintesa Data
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya menemukan 4 diagnosa keperawatan, yaitu :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
Diagnosa / Masalah Keperawatan
Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas , Resiko terhadap cidera, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan informasi.
Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang dapat berubah-ubah.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Meningkatkan pengetahuan keluarga dengan cara membuat tool-tool evaluasi perkembangan pasien di rumah, yang harus diisi oleh keluarga. Membekali keluarga pasien yang terdekat untuk dapat memahami, mengenali, dan bertindak secara efektif mengenai permasalahan-permasalah yang dialami pasien.
Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Institusi pendidikan dan pelayanan harus lebih aktif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien Epilepsi dengan selalu mengikuti perkembangan evidence based.
4.2.3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi dan konseling terkait penyakit Epilepsi dan pengobatannya pada keluarga pasien agar keluarga dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani program pengobatan secara baik.
4.2.4. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit Epilepsi sehingga apabila terdapat keluarga yang mengalami Epilepsi, keluarga dapat memotivasi anggota keluarganya yang sedang menjalani program pengobatan.
4.2. Penutup
Demikianlah kami menyusun makalah ini dan kami sangat bersyukur kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya jua kami dapat menyelesaikan karya makalah ini, dan tidak lupa pula kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini terutama kepada bapak/ibu selaku dosen pembimbing. kami sangat menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi sapa saja yang membacanya terutama bagi kami sendiri.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, et. All.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculaius.
Doengoes, M.E , Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Nurarif,A.H & Kusuma,H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.Yogyakarta : Media Action.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.(2002). BukuAjar Keperawatan Medical Bedah. volume II. Jakarta : ECG