PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK NO. DOKUMEN 37.03.12
RSUD ANUNTALOKO PARIGI
TANGGAL TERBIT 15 April 2016
STANDAR PROSEDUR OPRASIONAL (SPO) PENGERTIAN
TUJUAN
NO. REVISI 0/0
HALAMAN 1/2
DITETAPKAN OLEH : DIREKTUR RSUD ANUNTALOKO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
dr. NURLAELA HARATE, MPH NIP. 19720312 200012 2 001 Perlindungan Pasien dari kekerasan fisik adalah tanggung jawab rumah sakit dalam melindungi pasien dari penganiayaan fisik yang tiba-tiba oleh pengunjung pasien lain dan staf rumah sakit terutama bagi bayi, anak-anak, orang tua, dan pasien lain yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri atau memberi sinyal butuh bantuan
1. Melindungi seluruh pasien dari acaman kekerasan fisik. 2. Sebagai pedoman tindakan responsive terkait perlindungan pasien dari
KEBIJAKAN
kekerasan fisik. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor 72.17/800/RSUD tentang perlindungan pasien dari kekerasan Fisik.
PROSEDUR
A
B
Pencegahan dan Perlindungan Kekerasan Fisik pada Pasien 1. Identifikasi pasien beresiko terhadap kekerasan dimulai dari IGD 2. Permintaan perlindungan dari kekerasan fisik bisa dilakukan atas permintaan keluarga pasien atau lembaga tertentu. 3. Perawat di ruangan Rawat Inap melakukan sensus harian untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko dan segera merespon bila pasien butuh berkoordinasi dengan pihak terkait. 4. Coordinator Keamanan melaksanakan koordinasi terhadap petugas Satpam dalam penjagaan khusus terkait ancaman kekerasan fisik 5. Setiap penunggu pasien mendapat kartu tunggu dan pembesuk menunjukan identitas dan harus seijin dari penunggu pasien. 6. Penungjung pasien di luar jam berkunjung diperiksa identitasnya dan akan dicatat dalam buku kunjungan dan mendapatkan kartu pengunjung. 7. Lokasi terpencil dan trisolasi dilakukan penjagaan dan pengawasan dengan kamera CCTV. Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran : 1. Pasien Rawat Jalan a) Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai ke tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan. b) Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan sampai selesai c) Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang ditunjuk dan dipercaya. 2. Pasien Rawat Inap a) Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor nurse station b) Perawat memastikan dan memasang pengaman tepat tidur c) Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat digunakan. d) Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau
PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK NO. DOKUMEN 37.03.12
NO. REVISI 0/0
Halaman 2/2
RSUD ANUNTALOKO PARIGI pihak yang ditunjuk dan dipercaya. Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat : 1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan. 2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk memnjaga pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang. 3. Memastikan bel pasien dijangkau oleh pasien dan memastikan pasien dapat menggunakan bel tersebut. 4. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien. Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak : 1. Setiap Pasien anak harus didampingi oleh orang tua atau wali 2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan. 3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien dan selalu mengingatkan orang tua atau wali untuk selalu memasang pagar pengaman tempat tidur pasien. 4. Setiap pengunjung yang berkunjung wajib memakai kartu pengunjung pasien. Tata laksana perlindungan terhadap penculikan bayi. 1. Lakukan pemeriksaan secara berkala di ruang rawat bayi. 2. Ruang bayi selalu terkunci dari dalam. 3. Hanya orang tua atau wali yang ditunjuk di perkenankan masuk keruang perawatan bayi. 4. Untuk orang tua atau wali yang ditunjuk wajib mengisi buku penunggu pasien. 5. Setiap orang tua atau wali wajib memakai identitas penunggu pasien. 6. Melakukan monitoring ruangan bayi menggunakan CCTV. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti ( risiko penyiksaan, napi, korban dan tersangka tindak pidana, korban kekeran dalam rumah tangga ) : 1. Pasien ditempatkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat. 2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas dikantor perawat,berikut dengan penjaga psien lain yang satu kamar perawatan dengan pasien berisiko. 3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan untuk memantau lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien. 4. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan. Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga ( KDRT) resiko penyiksaan, nara pidana, korban dan tersangka tindak pidana, Penanganan Kejadian Kekerasan Fisik Tehadap Pasien (Black Code) 1. Prosedur I : Orang pertama yang menemukan kasus Ingat keselamatan anda adalah yang utama, bersikap setenang a. mungkin . Jangan melakukan gerakan yang gegabah dan tiba-tiba b. e)
C
D
E
F
G H
PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK
RSUD ANUNTALOKO PARIGI
NO. DOKUMEN 37.03.12
c.
NO. REVISI 0/0
Halaman 2/2
Ajak bicara dan menjawab percakapan, lakukan apa yang mereka inginkan dan jangan lebih. Bila memungkinkan cari tahu penyebab /alasan tindakannya. d. Ingat apa yang menjadi ciri pelaku (pakaian, penampilan, umur, dll) e. Segera hubungi …………. informasi “Black Code”, sebutkan nama, f. lokasi kejadian dan hal-hal lain yang terkait. Jika penyerang melarikan diri, catat rute yang diambil, nomor dan g. jenis kendaraan dan informasi lainya. Berikan informasi saat anggota satpam tiba. Tunggu intruksi lebih h. lanjut. 2. Prosedur II : Bagian Informasi a. Konfirmasi informasi yang masuk terkait “Black Code” baik nama, tempat dan detail kejadian. b. Setelah mendapat kepastian, informasikan lewat pengeras suara sebagai berikut, contoh : perhatian untuk selurh staf, Respon Balck Code di Ruangan Angrek” ulangi sebanyak 3 (tiga) kali c. Hubungi Komandan Regu Jaga Satpam dan Koordinator Keamanan d. Pengang kendali komunikasi lewat telepon dan radio e. Hubungi pihak kepolisisan atas intruksi dari Komandan Regu Jaga atau Koordinator Keamanan yang berada di lokasi kejadian. f. Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat pengeras suara, sebagai berikut, contoh : “Perhatian untuk seluruh staf, Black Code di Ruangan Angrek telah terkendali” ulangi sebanyak 3 (Tiga) kali. 3. Prosedur III : Penangung Jawab Ruangan. a. Pastikan telah menghubungi ……... untuk menyatakan kondisi “Black Code” b. Bantu persiapan jalur masuk ke lokasi kejadian agar memudahkan bantuan datang. c. Jika beberapa di lokasi yang berdekatan dengan tempat kejadian berlangsung, amankan area anda dan keluar dari area berbahaya. 4. Prosedur IV : Komandan Regu Jaga Satpam a. Segera merespon informasi “Black Code” dengan menuju kelokasi kejadian b. Pastikan pos induk telah terhubung Koordinator Keamanan c. Berkoordinasi dengan penangung jawab di ruangan untuk memahami situasi dan rencana penanganan. d. Informasikan ke pos induk untuk prosedur evakuasi bila diperlukan. e. Tetap tenang dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan agar tidak membahayakan diri sendiri atau orang-orang disekitar lokasi kejadian. f. Amankan area kejadian dari orang-orang yang tidak berkepentingan g. Berikan informasi lengkap apabila Koordinator Keamanan atau pihak kepolisian tiba din lokasi kejadian. h. Hubungi Pos Induk Satpam bila diperlukan tenaga bantuan. i. Upayakan mmperkecil akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota
PERLINDUNGAN PASIEN DARI KEKERASAN FISIK NO. DOKUMEN 37.03.12
NO. REVISI 0/0
Halaman 2/2
RSUD ANUNTALOKO PARIGI
j. k. l.
UNIT TERKAIT
Kenakan alat pelindung diri dan siapkan perlengkapan pengamanan. Bertindak secara Tim, bila dipeluang untuk melupuhkan Bila pihak kepolisian telah tiba di lokasi serahkan komando kepada polisi, namum tetap melakukan koordinasi dengan anggota lain dilokasi kejadian. m. Informasikan kepada Pos Induk Satpam, bila kondisi telah bisa ditangani. n. Buat laporan kronologis penanganan kasus. 5. Prosedur V : Koordinasi Keamanan. Segera merespon informasi Black Code dengan menuju ke lokasi a. kejadian. Berkoordinasi dengan penaggung jawab di rungan dan Komandan Regu b. Jaga Satpam untuk memahami situasi dan membuat rencana penanganan. Informasikan ke Pos Induk untuk prosedur evakuasi bila diperlukan. c. Pastikan anggota telah mengenakan alat pelindung diri. d. Berikan informasi lengkap apabila pihak kepolisian tiba dilokasi kejadian. e. Intruksikan Komandan Regu Jaga Satpam dan anggotanya untuk f. memperkecil akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota. Informasikan kepda Pos Induk Satpam, bila kondisi telah bisa ditangani. g. Bila pelaku diamankan pihak kepolisian, intruksikan agar penanggung h. jawab ruangan dan komandan regu jaga security untuk mendampingi pihak kepolisian sebagai saksi. Melaporkan kejadian dan penanganan yang dilakukan kepada jajaran direksi. 1. Bagian Tata Usaha 2. Bidang Keperawatan 3. Instalasi Gawat Darurat 4. Security 5. Rawat inap 6. Rawat Jalan
RSUD ANUNTALOKO PARIGI STANDAR PROSEDUR OPRASIONAL (SPO)
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR KERJA
PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK BERESIKO ANAK-ANAK, INDIVIDU YANG CACAT, LANJUT USIA DAN KDRT NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN 0/0 1/2 DITETAPKAN OLEH : DIREKTUR RSUD ANUNTALOKO TANGGAL TERBIT KABUPATEN PARIGI MOUTONG 15 April 2016
dr. NURLAELA HARATE, MPH NIP. 19720312 200012 2 001 Langkah – langkah petugas dalam me -monitor dan memanipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan pada kelompok beresiko : bayi, anak-anak, individu yang cacat dan usia lanjut Langkah – langkah petugas dalam me -monitor dan memanipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan pada kelompok beresiko : bayi, anak-anak, individu yang cacat dan usia lanjut. Tujuan dari perlindungan terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat, anak-anak dan yang berisiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien berisiko dari kekerasan fisik yang dialkuakn oleh pengunjung, staf rumah sakit dan pasien lain serta menjamin keselamatan kelompok pasien berisiko yang mendapat pelayanan di Rumah Sakit. Dan juga buku panduan ini digunakan sebagai acuan bagi seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita, anank-anak dan yang berisiko disakiti. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor:72.17/800/RSUD tentang perlindungan pasien dari kekerasan Fisik. Tata laksana dari perlindungan terhadap kekerasan fisik pada pasien sebagai berikut : 1. Petugas Rumah Sakit melakukan proses mengidentifikasi pasien berisiko melalui pengkajian secara terperinci. 2. Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien : Perawat unit bertanggung jawab untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter medis untuk menilai kebutuhan fisik dan psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut. 3. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit : Perawat unit bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke kepala bidang terkait untuk diproses lebih lanjut. 4. Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : Staf bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut memasuki area Rumah Sakit. 5. Monitoring di setiap lobi, koridor rumah sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun di lokasi terpencil atau terisolasi dengan pemasangan kamera CCTV ( Closed Circuit Television ) yang terpantau oleh Petugas Keamanan selama 24 ( dua puluh empat ) jam terus menerus. 6. Petugas keamanan berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan dan mendampingi pengunjung terebut sampai ke pasien yang dimaksud. 7. Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran maupun kekerasan. 8. Perawat ruangan mengunci akses pintu penghubung antar unit pada jam 20.00 WIB
PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK BERESIKO ANAK-ANAK, INDIVIDU YANG CACAT, LANJUT USIA DAN KDRT NO. DOKUMEN RSUD ANUNTALOKO PARIGI
NO. REVISI 0/0
Halaman 2/2
9. Seluruh staf rumah sakit, seluruh penunggu pasien dan pengunjung pasien diluar jam besuk wajib memakai tanda identitas yang disediakan rumah sakit Tata laksana perlindungan terhadap pasien usia lanjut dan gangguan kesadaran: 1. Pasien Rawat Jalan Pendampingan oleh petugas penerimaan pasien dan mengantarkan sampai f) ke tempat periksa yang dituju dengan memakai alat bantu bila diperlukan. g) Perawat poli umum, spesialis dan gigi wajib mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan sampai selesai 3. Pasien Rawat Inap a) Penempatan pasien dikamar rawat inap sedekat mungkin dengan kantor perawat b) Perawat memastikan dan memasang pengaman tepat tidur Perawat memastikan bel pasien mudah dijangkau oleh pasien dan dapat c) digunakan. d) Meminta keluarga untuk menjaga pasien baik oleh keluarga atau pihak yang ditunjuk dan dipercaya. Tata laksana perlindungan terhadap penderita cacat : 1. Petugas penerima pasien melakukan proses penerimaan pasien penderita cacat baik rawat jalan maupun rawat inap dan wajib membantu serta menolong sesuai dengan kecacatan yang disandang sampai proses selesai dilakukan. 2. Bila diperlukan, perawat meminta pihak keluarga untuk memnjaga pasien atau pihak lain yang ditunjuk sesuai kecacatan yang disandang.dapat menggunakan bel tersebut. 3. Perawat memasang dan memastikan pengaman tempat tidur pasien. Tata laksana perlindungan terhadap anak-anak : 1. Setiap Pasien anak harus didampingi oleh orang tua atau wali 2. Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan. 3. Perawat memasang pengamanan tempat tidur pasien dan selalu mengingatkan orang tua atau wali untuk selalu memasang pagar pengaman tempat tidur pasien. 4. Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi bukan kepada keluarga yang lain. 5. Setiap pengunjung yang berkunjung diluar jam berkunjung wajib memakai kartu pengunjung pasien. Tata laksana perlindungan terhadap pasien yang berisiko disakiti ( risiko penyiksaan, napi, korban dan tersangka tindak pidana, korban kekeran dalam rumah tangga ) : 1. Pasien ditempatkan dikamar perawatan sedekat mungkin dengan nurse station. 2. Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas dinurse station,berikut dengan penjaga pasien lain yang satu kamar perawatan dengan pasien berisiko. 3. Perawat berkoordinasi dengan satuan pengamanan (piket) untuk memantau lokasi perawatan pasien, penjaga maupun pengunjung pasien. Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan. UNIT TERKAIT
Semua Unit Pelayanan.
PELAKSANAAN PERMINTAAN KHUSUS PENJAGAAN TERHADAP PASIEN
RSUD ANUNTALOKO PARIGI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SOP) PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
37.03.10
0/0
TANGGAL TERBIT 15 April 2016
HALAMAN
1/1 DITETAPKAN OLEH : DIREKTUR RSUD ANUNTALOKO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
dr. NURLAELA HARATE, MPH NIP. 19720312 200012 2 001 Penjagaan yang dilakukan atas permintaan keluarga pasien, dokter yang merawat atau instansi terkait terhadap pasien dengan kondisi tertentu. 1. Mengantisipasi pasien melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya sendiri. 2. Mengantisipasi pasien mengganggu kenyamanan pasien yang lain 3. Mengantisipasi pasien melarikan diri 1. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor. 57.18/800/RSUD tentang hak dan kewajiban pasien di RSUD Anuntaloko. 2. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor. 13.16/800/RSUP tentang privacy pasien 3. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor 72.17/800/RSUD tentang perlindungan pasien dari kekerasan Fisik. 1. Pasien/Keluarga/Lembaga atau Instansi meminta penjagaan khusus terhadap pasien kepada kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian. 2. Kepala Sub Bagain Kepegawaian dan Umum menindak lanjuti atas permintaan penjagaan khusus tersebut akan menginstruksikan kepada koordinator security guna pelaksanaannya dilapangan atas permintaan keluarga atau lembaga/instansi tertentu. 3. Koordinator security setelah menerima instruksi dari Kasubag umum segera berkoordinasi dengan kepala seksi Rawat Inap untuk melihat situasi guna pertimbangan pengamanan yang perlu dilakukan. 4. Koordinator security berkoordinasi dengan komandan regu jaga terkait pembagian anggotanya dalam penjagaan khusus tersebut. 5. Penjagaan khusus akan mengikuti rotasi jaga setiap 2 (dua) jam sekali. 6. Petugas jaga khusus akan melaporkan kegiatan penjagaan setiap 30 menit sekali kepada pos induk / komandan regu. 7. Anggota jaga khusus agar melaporkan respon cepat bila diperlukan bantuan anggota lain untuk mengatasi suatu kondisi tertentu 8. Laporan penjagaan khusus dimasukkan dalam laporan penjagaan komandan regu. 9. Anggota jaga khusus juga akan melakukan absensi penjagaan diruang perawatan dimana penjagaan dilaksanakan dibawah pengawasan kepala perawat jaga yang ada 1. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum 2. Kepala seksi Rawat Inap dan Perawat Ruangan
PENGENDALIAN KARTU PENUNGGU PASIEN NO. DOKUMEN 37.03.11 RSUD ANUNTALOKO PARIGI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
TANGGAL TERBIT 15 April 2016
NO. REVISI 0/0
HALAMAN 1/1
DITETAPKAN OLEH : DIREKTUR RSUD ANUNTALOKO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
dr. NURLAELA HARATE, MPH NIP. 19720312 200012 2 001 Kartu penunggu adalah alat yang digunakan sebagai bukti identitas selaku penunggu pasien yang sah Membantu petugas di ruangan-ruangan dan anggota pengamanan dalam mengontrol dan mengendalikan jumlah penunggu yang ada di ruang-ruangan. 1. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor. 57.18/800/RSUD tentang hak dan kewajiban pasien di RSUD Anuntaloko. 2. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor. 13.16/800/RSUP tentang privacy pasien 3. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor 72.17/800/RSUD tentang perlindungan pasien dari kekerasan Fisik. 1. Pasien dan penunggu pasien mendapatkan penjelasan terkait penggunaan kartu penunggu pada saat Orientasi Ruangan 2. Kartu penunggu hanya untuk satu orang penunggu pasien 3. Penunggu Pasien harus menyerahkan KTP/SIM/Paspor kepada petugas ruangan untuk ditukarkan dengan kartu penunggu 4. Kartu penunggu pasien menggunakan latar belakang 5. Menghilangkan kartu penunggu akan dikenakan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Rp. 20.000) 6. Petugas ruangan menyerahkan kartu penunggu kepada penunggu tetap pasien dan menukarnya dengan identitas Penunggu tersebut 7. Petugas keamanan akan melakukan pengecekan kartu penunggu pasien pada saat melakukan patroli. 8. Sebelum melakukan patroli ke ruangan-ruangan petugas patroli wajib melakukan pengecekan jumlah kartu penunggu terpakai dengan identitas penunggu yang dititipkan di counter Perawat 9. diluar waktu berkunjung petugas patroli wajib mengeluarkan penunggu pasien tanpa kartu penunggu dari ruang-ruang perawatan. 10. bila ditemukan penunggu yang tidak jelas statusnya, agar diamankan ke pos induk untuk dimintai keterangan. 1. Kepala Bidang Keperawatan 2. Koordinator security 3. Ka. Ruang perawatan
PENERTIBAN KUNJUNGAN TAMU
RSUD ANUNTALOKO PARIGI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) PENGERTIAN TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR
UNIT TERKAIT
NO. DOKUMEN
NO. REVISI
HALAMAN
37.03.09
0/0
1/1
TANGGAL TERBIT 15 April 2016
DITETAPKAN OLEH : DIREKTUR RSUD ANUNTALOKO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
dr. NURLAELA HARATE, MPH NIP. 19720312 200012 2 001 Tamu Rumah Sakit adalah pengunjung rumah sakit yang mempunyai kepentingan selain kepentingan berobat dan membesuk pasien 1. Untuk membatasi akses masuk bagi masyarakat umum 2. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya tindakan-tindakan yang dapat merugikan atau membahayakan karyawan rumah sakit 3. Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman bagi karyawan dalam melaksanakan tugasnya 1. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor. 57.18/800/RSUD tentang hak dan kewajiban pasien di RSUD Anuntaloko. 2. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor. 13.16/800/RSUP tentang privacy pasien 3. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor 72.17/800/RSUD tentang perlindungan pasien dari kekerasan Fisik. 1. Petugas Informasi menanyakan maksud dan tujuan kunjungan 2. Petugas mengarahkan tamu untuk mengisi buku tamu yang telah ada. Setiap tamu yang berkunjung ke RSUD Anuntaloko Parigi wajib mengisi buku tamu di ruang informasi, meninggalkan kartu identitas dan mengenakan kartu pengunjung 3. Untuk Tamu direksi setelah menjalani ketentuan no 1. Petugas mengarahkan dan berkoordinasi dengan secretariat direksi 4. Petugas memberikan kartu pengunjung/visitor yang telah disediakan 5. Petugas memberikan informasi lokasi atau tempat tujuan tamu, dan bila diperlukan mengantar tamu tersebut 6. Setelah kunjungan selesai, kartu pengunjung/visitor diserahkan kembali 7. Tamu tanpa tanda pengenal agar ditertibkan 8. Untuk pasien complain yang hendak bertamu dengan direksi agar diarahkan ke bagian Unit pengaduan Pelayanan Publik dan informasi. 1. Koordinator keamanan 2. Skretaris Direksi 3. Seluruh Unit Pelayanan 4. Unit Pengaduan dan Inforamasi RSUD Anuntaloko Parigi
BLACK CODE NO. DOKUMEN 37.03.07
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
HALAMAN 1/2
DITETAPKAN OLEH : DIREKTUR RSUD ANUNTALOKO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
RSUD ANUNTALOKO PARIGI STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
NO. REVISI 0/0
TANGGAL TERBIT 15 April 2016 dr. NURLAELA HARATE, MPH NIP. 19720312 200012 2 001 Black Code merupakan suatu pernyataan kondisi darurat internal di rumah sakit, terkait tindakan agresif atau perilaku kekerasan yang dilakukan oleh orang luar atau anggota masyarakat terhadap pasien,staf maupun fasilitas rumah sakit. 1. Sebagai kewajiban hukum dan moral direksi rumah sakit untuk menyediakan kebijakan dan prosedur untuk menciptakan rumah sakit yang aman bagi pasien dan k aryawan dari ag resi d an kekerasan. 2. Sebagai pedoman tindakan responsive terhadap tindakan agresi dan kekerasan yang terjadi di RSUD Anuntaloko Parigi. Surat Keputusan Direktur RSUD Anuntaloko Kabupaten Parigi Moutong Nomor 72.17/800/RSUD tentang perlindungan pasien dari kekerasan Fisik.
PROSEDUR 1 1. Ingat keselamatan anda adalah yang utama, bersikaplah setenang mungkin. ORANG PERTAMA YANG 2. Jangan melakukan gerakan yang gegabah dan tiba-tiba. MENEMUKAN KASUS 3. Ajak bicara dan menj awab percakapan, lakukan apa yang mereka inginkan dan jangan lebih 4. Bila memungkinkan cari tahu penyebab/alasan tindakannya. 5. Ingat apa yang menj adi ciri pelaku (pakaian, penampilan, umur, dll) 6. Segera hubungi …………… informasikan "Black Code", sebutkan nama, lokasi kejadian dan hal-hal lain yang terkait. 7. Jika penyerang melarikan diri, catat rute yang diambil, nomor dan jenis kendaraan dan informasi lainnya. 8. Berikan informasi saat anggota satpam tiba. Tunggu instruksi lebih lanjut. PROSEDUR 2 1. Konfirmasi informasi yang masuk terkait "Black Code" baik nama, tempat dan detail kejadian. PUSAT INFORMASI POS SECURITY 2. Setelah mendapat kepastian, informasikan lewat pengeras suara sebagai berikut, contoh: Perhatian untuk seluruh staf, Respon Black Code di Ruang Tulip 1 ) ulangi sebanyak 3 (tiga) kali. 3. Hubungi Komandan Regu Jaga Satpam dan Koordinator Keamanan 4. Pegang kendali komunikasi lewat telepon dan radio 5. Hubungi pihak kepolisian atas instruksi dari Komandan Regu Jaga atau Koordinator Keamanan yang berada di lokasi kejadian. 6. Bila kondisi telah terkendali kembali diinformasikan lewat pengeras suara, sebagai berikut, contoh: "Perhatian untuk seluruh staf, Black Code di Ruang Tulip 1 telah terkendal i" ula ngi sebanyak 3 (tiga) kali. PROSEDUR 3 1. Pastikan telah menghubungi……………..untuk menyatakan kondisi "Black PENANGGUNG JAWAB Code" RUANGAN 2. Bantu persiapkan jalur masuk ke lokasi kejadian agar memudahkan bantuan datang. 3. Jika berada di lokasi yang berdekatan dengan tempat kejadian beriangsung,
BLACK CODE NO. DOKUMEN 37.03.07 RSUD ANUNTALOKO PARIGI PROSEDUR 4 KOMANDAN REGU JAGA SECURITY
PROSEDUR 5 KOORDINATOR SECURITY
UNIT TERKAIT
NO. REVISI 0/0
Halaman 2/2
1. Segera merespon informasi "Black Code" dengan menuju ke lokasi kejadian. 2. Pastikan pos induk telah menghubungkan koordinator Keamanan. 3. Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan untuk memahami situasi dan rencana penanganan. 4. Informasikan ke pos induk untuk prosedur evakuasi bila diperlukan 5. Tetap tenang dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan agar tidak membahayakan di ri sendiri atau orang-orang di s ekitar lokasi kejadian. 6. Amankan area kejadian dari orang-orang yang tidak berkepentingan. 7. Berikan informasi lengkap apabila Koordinator Keamanan atau pihak kepolisian tiba di lokasi kejadian. 8. Hubungi Pos Induk Satpam bila diperlukan tenaga bantuan. 9. Upayakan memperkecil akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota. 10. Kenakan alat pelindung diri dan siapkan perlengkapan pengamanan. 11. Bertindak secara tim, bila ada peluang untuk melumpuhkan. 12. Bila pihak kepolisian telah tiba di lokasi serahkan komando kepada polisi, namun tetap melakukan koordinasi dengan anggota lain dilokasi kejadian. 13. Informasikan kepada Pos Induk Satpam, bila kondisi telah dapat ditangani. 14. Buat laporan kronologis penanganan kasus. 1. Segera merespon informasi Black Code dengan menuju kelokasi kejadian. 2. Berkoordinasi dengan penanggung jawab di ruangan dan Komandan Regu Jaga Satpam untuk memahami situasi dan membuat rencana penanganan. 3. Informasi ke Pos Induk untuk prosedur evakuasi bila diperlukan. 4. Pastikan anggota telah mengenakan alat pelindung diri. 5. Berikan informasi lengkap apabila pihak kepolisian tiba dilokasi kejadian 6. Intrusksi Komandan Regu Jaga Satpam dan anggotanya untuk memperkecil akses pelaku dengan mengatur penempatan anggota. 7. Informasi kepada Pos Induk Satpam, bila kondisi telah bisa ditangani. 8. Bila pelaku diamankan pihak kepolisian, intruksikan agar penangung jawab ruangan dan komandan regu jaga security untuk mendampingi pihak kepolisian sebagai saksi. 9. Melaporkan kejadian dan penanganan yang dilakukan kepada jajaran direksi. 1. Bidang Keperawatan 2. Koordinator Security