ANALISA MUTU DAN HASIL PERTANIAN LAPORAN ANALISA KADAR LEMAK
Oleh :
Nama
: AKHMAD TRI RIFQI
NIM
: 121710101099 121710101099
Kleas
: THP - C
Kelompok
:4 / C2 Shift 1
Hri / Tgl Praktikum
: 08 Oktober 2013
Hrai / Tgl Pengumpulan
: 22 Oktober 2013
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lemak adalah senyawa ester dari gliserol dan asam lemak. Namun lemak yang ada didalam jaringan, baik hewan maupun tanaman, juga disertai dengan senyawa lain seperti posfolipida, sterol, dan beberapa pikmen. Dalam analisis kadar lemak sering kali disebut sebagai analisis lemak kasar, karena selain asam lemak terikut pula senyawa – senyawa – senyawa senyawa lain(Whitaker 1915). Lipida adalah senyawa yang tidak larut dalam air,tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, benzena, kloroform, dan hexane. Sifat kelarutanya tergantung pada sruktur dan polaritasnya. Dimana, senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan bahan yang akan di larutkan. Lipida (non polar) akan larut dengan pelarut non polar. Klasifikasi Lipida yaitu Lipida sederhana, lipida majemuk, derivat atau turunan lipida Untuk menentukan kadar lipid bahan hasil pertanian dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu penetapan kadar lipid bahan padat dan bahan cairan. Prinsip penetapan lipid bahan padat adalah penggunaan pelarut organik yang memiliki polaritas sama dengan polaritas lipid untuk mengekstraksi lipid. Sedangkan prinsip penetapan lipid bahan cairan dilakukan dengan merusak lipid yang berupa emulsi dalam cairan menggunakan asam sulfat pekat, garam yang bersifat anion atau hidrofilik yang mengakibatkan salting out dari protein yang berfungsi sebagai emulsifier sehingga akan didapatkan minyak mi nyak yang mengapung di permukaan cairan yang dapat diukur jumlahnya. Terdapat dua metode dalam penentukan kadar lemak suatu sampel, yaitu metode ekstraksi kering (menggunakan soxhlet) dan metode ekstraksi basah. Selain itu, metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak dapat menggunakan metode weibull. Prinsip kerja dari metode weubull adalah e kstraksi lemak dengan pelarut nonpolar setelah sampel dihidrolisis dalam suasana asam untuk membebaskan lemak yang terikat (Harper et.al (Harper et.al , 1979). Oleh karena itu, perlu kiranya melakukan kegiatan praktikum kali ini guna mengetahui cara penetapan kadar lipid pada bahan hasil pertanian
1.2 Tujuan
Untuk mengetauhi cara analisis kadar lemak atau minyak pada bahan pangan dan hasil pertanian dengan metode soxhlet.
BAB 2. TINJAUN PUSTAKA 2.1 Penjelasan Bahan Baku 2.1.1 Daging Ayam (goreng)
Jenis daging yang berasal dari unggas yang umum dikonsumsi adalah daging ayam. Menurut SNI 01-3924-2009 Produk daging ayam banyak dikonsumsi masyarakat global karena tidak ada faktor pembatas dengan kultur budaya dan kepercayaan tertentu, sehat, bergizi, kandungan lemaknya sedikit dengan asam lemak tidak jenuh yang lebih rendah dibanding daging lainnya (Anwar,1996). Lemak pada unggas ayam terletak di bawah kulit sehingga dapat dipisahkan apabila tidak ingin dikonsumsi. Daging unggas lebih seragam dalam komposisi, tekstur dan warna dibanding dengan jenis daging mamalia sehingga lebih mudah dalam konsistensi formulasi produk pangan (Delvin,1992). Daging ayam termasuk mengandung gizi yang tinggi, selain dari proteinnya juga daging ayam mengandung lemak. Protein pada ayam yaitu 18,2 g, sedangkan lemaknya berkisar 25,0 g. Untuk memperjelas zat yang dikandung daging ayam, maka dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Ayam dalam 100 g bahan : Komponen Jumlah Kalori (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (mg) Air (g) Kalori (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (mg) Air (g)
Jumlah 18,2 25 200 810 0 76 18,2 0 200 810 0 58
2.1.2 Ikan Tongkol
Menurut Soesanto (1979), ikan tongkol merupakan salah satu jenis ikan pelagis artinya hidup di lapisan atas dari suatu perairan. Bentuk badannya memanjang yang kedua ujungnya meruncing, mempunyai dua sirip punggung dan 7-8 finlet. Dari bentuk ikan adanya dua sirip punggung dan banyaknya finlet ini menujukan ikan tongkol termasuk jenis ikan perenang cepat. Ikan tongkol merupakan penghuni hampir seluruh perairan Asia. Di Indonesia, ikan ini banyak membentuk gerombolan-gerombolan besar terutama di perairan Indonesia timur dan samudra Indonesia. Termasuk ikan pelagis perenang cepat sehingga untuk menangkapnya alat yang digunakan harus dioperasikan dengan kecepatan yang memadai (Santoso,2005).
2.1.3 Tempe
Tempe dibuat dari biji kedelai yang difermentasi dengan bantuan ragi (Boga 2005). Ragi yang terdapat dalam pembuatan tempe adalah Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus oryzae, Rhyzopus stolonifer , Rhyzopus chlamdosporus, dan Rhyzopus arrhizus. Rhyzopus oligosporus lebih banyak mensintesis enzim pemecah protein (protease) dan Rhyzopus oryzae lebih banyak mensintesis enzim pemecah pati (alfa amilase) selama proses fermentasi. Kedua jenis ragi tersebut digunakan dalam pembuatan tempe dengan kadar Rhyzopus oligosporus lebih banyak atau dengan perbandingan 1:2. Standar Nasional Indonesia atau SNI (2009) menyatakan bahwa tempe merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan ragi Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan, dan berbau khas tempe.
Tempe memiliki komposisi dan nilai gizi yang lebih besar daripada kedelai. Kandungan komposisi zat gizi tempe rata-rata dalam 100 gram adalah 149 kalori, terdiri dari 64% air, 18.3% protein, 4% lemak, 12.7% karbohidrat, 0.129% kalsium, 0.154% fosfor, dan 0.01% zat besi (Santoso 2005). Perbandingan komposisi dan nilai gizi kedelai dan tempe dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3.kandungan Gizi Tempe
3.1.4 Sosis
Nama sosis diambil dari bahasa latin yaitu Salsus yang berarti ‘salted’ atau asin. Dalam kamus kuliner Perancis, sosis juga dikenal dengan nama sausage, saucisse, atau saucisson. Yang membuat nama-nama ini berbeda, jika saucisse biasanya berbentuk kecil dan segar sehingga sebelum disantap harus diolah terlebih dahulu dengan cara diasap. Sedangkan, saucisson memiliki bentuk yang besar, dalam keadaan sudah diasap, kering dan disajikan dengan cara diiris. Sosis adalah salah satu produk olahan daging yang sekarang mulai populer di masyarakat. Istilah sosis sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu salsus yang berarti asin, merujuk pada artian potongan atau hancuran daging yang diawetkan dengan penggaraman. Dari teknologi produksinya, sosis dibuat dari daging yang digiling (dihaluskan), diberi bumbu lalu dimasukan kedalam selonsong (casing) berbentuk bulat panjang simetris yang kemudian diolah lebih lanjut. (Lehninger, 1982).
Tabel 4.Kandungan Gizi Sosis
2.2 Penjelasan macam-macam lemak
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh (Salirawati et al ,2007).Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan (Salirawati et al ,2007). Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat di identifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati et al ,2007).Derajat ketiakjenuhan dinyatakan dengan bilangan iodin, yaitu jumah garam yang dapat diserap oleh 100 gram lemak untuk reaksi penjenuhan. Semakin besar bilangan Iodin semakin tinggi ketidakjenuhannya ( Salirawati et al ,2007).
2.2.3
Prinsip analisa
Prinsip analisa yang digunakan adalah dengan mengunkana metode soxhlet.Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. (Darmasih, 1997). Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi dalam perhitungan.
2.2.4
Penyebab kerusakan lemak
Faktor yang menyebabkan kerusakan pada lipid, meliputi: 1. Penyerapan bau Lipid mudah sekali menyerap bau. Jika bahan pembungkus bahan dapat menyerap lipid, maka lipid yang terserap dapat teroksidasi oleh udara sehingga rusak dan berbau. Bau dari lipid yang rusak ini akan mudah terserap oleh lipid lain yang ada dalam bungkusan sehingga seluruh lipid akan menjadi rusak 2. Hidrolisis Lipid dapat terhidrolisis menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis ini berlangsung karena adanya air dan dipercepat oleh adanya kondisi basa, kondisi asam, maupun enzim lipase. Jumlah asam lemak bebas yang meningkat pada bahan dapat memudahkan terjadinya oksidasi sehingga akan menghasilkan citarasa dan bau tengikyang tidak dikehendaki. 3. Oksidasi dan ketengikan Ketengikan disebabkan oleh adanya autooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lipid. Autooksidasi ini dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor, seperti oksigen, panas, enzim lipoksidase, cahaya, hidroperoksida, logam berat Cu, Fe, Mn, Co, dan logam porfirin. Radikal asam lemak tidak jenuh yang kontak dengan oksigen dari udara akan membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon lebih pendek, seperti aldehid, asam lemak, dan keton yang bersifat volatil sehingga dapat menimbulkan bau tengik pada lipid(Winarno, 2004: 105-107).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat - Alat ekstraksi soxhlet modifikasi - Alat ekstraksi soxhlet biasa - Alat pemanas listrik - Oven - Neraca analitik - Eksikator - Kertas saring - Benang - Labu lemak
3.1.2 Bahan - Petroleum Benzen - Tissue - sosis - Ikan - Tempe - Daging
3.2 Prosedur Analisa
bahan Kertas Saring + Benang Dioven 24 jam
Di oren
Timbang a gram
Dicacah
Ditimbang @3-4 gr (4X)
Oven 24 jam Dieksikator 15
Dieksikator 15 menit menit
Timbang c gram
Masukan soxhlet
sebelum disoxlet
Petroleum benzen
Tungu hingga jernih 4-6
Dioven 24 jam Dieksikator 15 menit
Timbang d gram
Prosedur kerja yang dilakukan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah dengan menggunakan metode Soxhlet modifikasi untuk menganalisa kadar lemak dalam bahan pangan. Pada Prinsip analisa lemak metode Soxhlet modifikasi adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak (seperti benzene, petroleum eter, dll). Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi lemak harus memiliki derajat polaritas yang sama dengan lemak yang akan dianalisis. Ekstraksi ini dapat dilakukan secara terputus-putus. Pelarut yang memiliki titih didih lebih rendah
akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi sekitar 4-6 jam, ditunggu hingga pelarut turun kembali dan sisa/residu lemak akan dioven untuk menguapkan sisa pelarut lalu ditimbang hingga dicapai berat konstan kemudian dapat ditentukan persentase kadar lemaknya yaitu nisbah berat lemak terhadap berat sampel dikali 100% (Tejasari, 2005:114). Tahap awal yang dilakukan adalah dengan mengoven kertas saring pada suhu 60oC selama 24 jam. Pengovenan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air kertas saring sehingga tidak menganggu peninmbangan. Setelah dioven kertas saring dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Fungsi penggunaan eksikator adalah untuk menyeimbangkan RH sehingga kertas saring tidak mudah menyerap air dan nantinya tidak dapat mengganggu penimbangan. Hal ini perlu dilakukan
karena
bahan
yang
baru
saja
dioven,
pori-porinya
akan
membesar/bersifat porous sehingga akan bersifat higroskopis (mudah menarik uap air dari lingkungan). Setelah itu kertas saring ditimbang sebagai a gram. Langkah selanjutnya penimbangan bahan sebanyak 3 gram dan dihaluskan. Proses penghalusan bahan akan menyebabkan proses ekstraksi menjadi semakin mudah dan dapat berlangsung optimal dikarenakan pengecilan ukuran(perluasan luas permukaan) dapat mempercepat ekstraksi. Setelah bahan dihaluskam dimasukan pada kertas saring dan diikat dengan benang bertujuan agar bahan hasil ekstraksi tidak lepas saat penyokletan. lalu ditimbang sebagai b gram. Setelah itu bahan dan kertas saring tersebut dioven pada suhu 60 oC selama 24 jam. Fungsi pengovenan adalah untuk menghilangkan kadar air kertas saring, kadar air bahan. Hal ini dilakukan karena kadar air yang tinggi pada bahan menyebabkan lipid bahan sulit diekstraksi dengan pelarut non polar seperti p. benzene karena pelarut sulit masuk ke jaringan bahan yang basah dan bahan pelarut menjadi jenuh dengan air. Akibatnya ekstraksi tidak berjalan dengan optimal. Setelah dioven, bahan dimasukkan ke dalam eksikator 15 menit. Fungsi penggunaan eksikator adalah untuk menyeimbangkan RH sehingga kertas saring tidak mudah menyerap air dan nantinya tidak dapat mengganggu penimbangan.
Hal ini perlu dilakukan karena bahan yang baru saja dioven, pori-porinya akan membesar/bersifat porous sehingga akan bersifat higroskopis (mudah menarik uap air dari lingkungan). Lalu ditimbang sebagi c gram. Kemudian bahan dimasukkan dalam tabung ekstraksi soxhlet. Dituangin pelarut petroleum benzene atau eter pada
labu
soxhlet.
Fungsi
petroleum
benzene/eter
adalah
untuk
mengekstraksi/melarutkan lemak pada bahan karena lemak hanya dapat larut pada pelarut organik non polar. Setelah itu dilakukan proses ekstraksi lemak bahan selama 4-6 jam( sampai bening). Pelarut yang memiliki titih didih lebih rendah akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi. Setelah itu sisa lemak akan dioven pada suhu 60 oC selama 24 jam. Fungsi pengovenan kali ini adalah untuk menguapkan sisa P. Benzen sehingga yang diperoleh memang benar – benar kadar lemak dari bahan . Lalu setelah dikeluarkan dari oven, bahan dimasukkan ke dalam eksikator 15 menit. Fungsi penggunaan eksikator adalah untuk menyeimbangkan RH sehingga kertas saring tidak mudah menyerap air dan nantinya tidak dapat mengganggu penimbangan. Hal ini perlu dilakukan karena bahan yang baru saja dioven, pori-porinya akan membesar/bersifat porous sehingga akan bersifat higroskopis (mudah menarik uap air dari lingkungan) Lalu ditimbang sebagai d gram. Setelah itu persentase kadar lemak bahan bisa ditentukan dari perhitungan nisbah berat lemak terhadap berat awal sampel dikalikan 100% (Fauzi, 1994).
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. pembahasan lemak 160.00 140.00 139.685 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00
46.097
42.47
20.00 0.00
2.04 bb
bk
lemak ikan
3.07
8.52
bb
bk
22.4
22.92
bb
bk
lemak tempe daging ayam goreng
bb
bk
lemak sosis
4.1 Pembahasan Pada tabel diatas dijelaskan bahwa untuk kadar lemak basis basah pada ikan diperoleh data sebesar 2, 94 dan untuk berat keringnya sebesar 42,47 untuk berat kering kadar air yang digunakan adalah sebesar berturut – turut 53,9 , 49,7 49,776 , 54,189% dan 51,891 dan diperoleh kadar lemak pada literatur sebesar 1 dari 100 gram (Santoso,2005) bahan kandungan lemaknya sudah sesuai dengan literatur dikarenakan sudah cukup mendekati karena dalam setiap perhitungan kadar lemak pasti ada beberapa faktor yang membedakan. Untuk RSD nya diperoleh sebesar 21,36 untuk basis basah dan 21,367 untuk basis kering hal ini
menunjukan keakurasian yang lebih dari 5% hal ini mengalami penyimpangan dan data kurang bisa diterima karna tidak sesuai dengan literatur RSD. Untuk menurunkan RSD dari kadar lemak pada ikan ini perlu dilakukan pengulangan kembali. Seharusnya nilai RSD <5% yang memiliki keakurasian yang tinggi dan dapat diterima. Penyimpangan mungkin dikarenakan tidak akurasi dalam peroses penimbangan dan karena kesalahan praktikan. Untuk lemak pada tempe dari hasil praktikum nilai kadar lemak basis basahnya 3,07 dan basis keringnya sebesar 8,52 . Kadar air pada basis kering diperoleh dari literatur yaitu sebsar 64%.hal ini hampir mendekati kandungan kadar lemak pada tempe dari literatur yaitu sebesar 4% dari 100 gram (santoso,2005).kandungan lemaknya sudah sesuai dengan literatur dikarenakan sudah cukup mendekati karena dalam setiap perhitungan kadar lemak pasti ada beberapa faktor yang membedakan. untuk RSD nya diperoleh sebesar 1,014 untuk basis basahnya dan 2,81 untuk basis keringnya. Hal ini menunjukan keakurasian yang sudah
bisa diterima karna sesuai dengan literatur RSD <5% memiliki
keakurasian yang tinggi. Untuk lemak pada daging dari hasil praktikum nilai kadar lemak basis basahnya 22,4 dan basis keringnya sebesar 22,92 . Kadar air pada basis kering diperoleh dari literatur yaitu sebsar 76%.hal ini hampir mendekati kandungan kadar lemak pada tempe dari literatur yaitu sebesar maks 25% (Lehninger, 1982) dari 100 gram bahan kandungan sudah sesuai dengan literatur dikarenakan sudah cukup mendekati karena dalam setiap perhitungan kadar lemak pasti ada beberapa faktor yang membedakan. Untuk RSDnya diperoleh sebesar 7,8276 pada basis basah dan 7,8350 pada basis kering. Hal ini menunjukan keakurasian yang lebih dari 5% hal ini mengalami penyimpangan dan data kurang bisa diterima karna tidak sesuai dengan literatur RSD. Untuk menurunkan RSD dari kadar lemak pada daging ini perlu dilakukan pengulangan kembali. Seharusnya nilai RSD <5% yang memiliki keakurasian yang tinggi dan dapat diterima. Penyimpangan RSD mungkin dikarenakan tidak akurasi dalam peroses penimbangan dan karena kesalahan praktikan.
Untuk lemak pada sosis dari hasil praktikum nilai kadar lemak basis basahnya 46,097 dan basis keringnya sebesar
139,685 . Kadar air pada basis
kering diperoleh dari literatur yaitu sebsar 64%.hal ini hampir mendekati kandungan kadar lemak pada sosis dari literatur yaitu sebesar 25% dari 100 gram bahan (Dewan Standart Nasional). Hal ini terlalu jauh dengan literatur munkin dikarenakan daging sapi yang digunakan memiliki karakter yang berbeda. untuk RSD nya diperoleh sebesar 3,5217 untuk basis basah dan 3,5127 untuk basis kering. Hal ini menunjukan keakurasian yang sudah bisa diterima karna sesuai dengan literatur RSD <5% memiliki keakurasian yang tinggi.
BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktikum kali ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kadar lemak yang paling tinggi adalah yang didapat dari perbandingan bahan adalah pada sosis sebesar 46,097 dengan data RSD sebesar 3,52 2. Kadar lemak yang terendah adalah pada ikan 2,04 dengan RSD sebesar 2,14 3. Nilai RSD dari semua hasil praktikum memilik nilai RSD yang bisa diterima. 4. Soxhlet modifikasi keakurasianya lebih rendah dari soxhlet biasa.
5.2 Saran
1. Pada setiap pengamatan sebaiknya segera dilakukan pencatatan untuk meminimalisir penyimpangan. 2. untuk mempercepat penguapan pada oven sebaiknya petroleum benzene yang bercampur dengan minyak di minimilkan dengan penguapan pada soxhlet agar pengamatan tidak membutuhkan waktu lama. 3. Sebaiknya pengamatan dilakukan tepat waktu agar data yang dihasilkan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil, dkk. (1996). Pengantar Praktikum Kimia Organik . Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI. Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet . peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek9724.pdf. (diakses pada tanggal 21 oktober 2013). Delvin, M. Thomas. (1992). Textbook of Biochemistry, with Clinical Correlation. NewYork:Willey-Liss Fauzi, Mukhammad. 1994. Analisa Hasil Pangan (Teori dan Praktek). Jember: UNEJ Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Jakarta : Penerbit EGC. Salirawati et al .2007.belajar kimia menarik . Jakarta: Grasindo Santoso BI, Hardinsyah, Siregar P, Pardede SO. 2005. Analisis lemak. Jakarta: Centra Communications. Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering Chemistry. Easton: Eschenbach Printing Company Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
LAMPIRAN 1. Daging ayam goreng(%bb dan % bk) Bahan
Kertas
Kertas
Kertas +
Kertas +
Berat
kadar
Kadar
(Ayam)
saring (a
saring +
bahan
bahan
lemak
lemak
lemak
gram)
ayam (b
setelah
setelah
(%bb)
(%bk)
gram)
dioven
dioven dan
sebelum
disoxhlet(d
disoxhlet
gram)
(c gram) Ulangan 1
0,988
3,765
2,373
1,777
0,596
21,46
21,96
Ulangan 2
1,103
4,105
2,497
1,789
0,708
23,58
24,13
Ulangan 3
1,099
4,156
2,498
1,760
0,738
24,14
24,70
Ulangan 4
1,104
4,183
2,488
1,859
0,629
20,42
20,89
Rata-rata
22,4
22,92
SD
1,7534
1,7958
RSD
7,8276
7,8350
=
Ulangan 1 =
= 21,46 %
=
Ulangan 2 =
= 23,58%
=
Ulangan 3 =
= 24,14 %
=
Ulangan 4 =
= 20,42 %
=
Rata-rata =
= 22,4%
SD =
= =
=
= √ =
= 1,7534
=
RSD =
= 7,8276 %
Kadar lemak dalam basis kering (%bk)
x 100% Kadar air daging ayam(goreng) = 76 gram dalam 100 gram bahan. Bahan yang digunakan dalam sampel = 3gram Kadar air = 3 gram x
= 2,28 %
Kadar lemak Ayam goreng Ulangan 1
=
x 100%
= 21,96% Ulangan 2
=
x 100%
= 24,13% Ulangan 3
=
x 100%
= 24,70% Ulangan 3
=
x 100%
= 20,89%
Rata-rata =
= 22,92%
SD
=
∑
=
=
=
= √ =
= 1,7958
x 100% x 100% =
RSD =
= 7,8350%
2.Kadar lemak pada tempe (%bb dan % bk
berat Ulangan
kertas saring
Berat
Berat kertas
kertas
saring +
saring +
Bahan setelah
Bahan
dioven 24 jam
Berat kertas saring + Bahan
Kadar
setelah dioven
Lemak (bb,
24 dan diambil
%)
Kadar Lemak (bk, %)
lemaknya
1
0.458
4.458
1,995
1,868
3.175
8.819444
2
0.576
4.576
1,940
1,814
3.15
8.75
3
0.398
4.398
2,114
1,984
3.25
9.027778
4
0.556
4.556
2,126
2,018
2.7
7.5
rata-rata
3.068
8.524306
SD
0.031
0.24
RSD
1.014
2.81
Diketahui kadar air tempe 64% literatur Bb (kadar lemak basis basah)
= 3,175 = 3,15 % Ulangan 2 = = 3,25% Ulangan 3 = = 2,7 % Ulangan 4 = = 3,06875 Rata-rata = Ulangan 1 =
SD
=
=
=
=
= 0,031119792 RSD =
= 1,0140 % Bk (kadar lemask basis kering)
= 8,81 % = 8,75 % Ulangan 2 = = 9,02% Ulangan 3 = = 7,5 % Ulangan 4 = = 8.524305556 Rata-rata = Ulangan 1 =
SD =
–
= √ =
= 0,240 RSD =
= 2,81%
3. Kandungan lemak pada ikan (%bb dan %bk)
Bahan
Ulangan
Berat Labu Kosong
Beratlabu+ Minyak Setelah Soxhlet
1 Ikan
2 3 4
33,623 G
34,952
Penimbangan A Gram
B Gram
C Gram
D Gram
E Gram
0,582
4,582
2,426
1,382
0.8
0,742 0,707 0,524
4,792 4,727 4,534
2,804 2,726 2,361
1,392 1,555 1,552
0.6 0.848 1.028
Ulangan
Kadar Air (%)
1.
53.9
2.
49.7
3.
49.776
4.
54.189
Rata-rata
51.891
3.1.3 Kada Lemak Bahan Ulangan
Kadar Lemak (bb, %)
Kadar Lemak (bk, %)
1.
20
41.572
2.
15
31.179
3.
21.09
43.837
4.
25.63
53.274
Rata-rata
20.43
42.4655
SD
4.364
9.0716
RSD
21.36
21.3627
4 kadar lemak pada sosis
berat Ulangan
kertas saring
Berat
Berat kertas
kertas
saring + Bahan
saring +
setelah dioven
Bahan
24 jam
Berat kertas saring + Bahan
Kadar
setelah dioven 24
Lemak (bb,
dan diambil
%)
0.555
4.14
3.659
1.946
2
0.578
4.266
3.619
1.969
3
0.629
4.197
3.614
2.02
4
0.48
4.145
3.622
1.889
SD RSD
3.1.1 Hasil Perhitungan Bb (kadar lemak basis basah)
Ulangan 1
= 47,71%
Ulangan 2 =
= 44,73% Ulangan 3 =
(bk, %)
lemaknya
1
rata-rata
Kadar Lemak
47,71
144,57
44,73
135,54
44,67
135,36
47,28
143,27
46,097
139,685
1,6234
4,91942
3,5217
3,5217
= 44,67 % Ulangan 4 =
= 47,28 % Rata-rata =
= 46,097%
SD =
=
=
=
=
= 1,6234
=
RSD =
= 3,5217% Bk (kadar lemak basis kering) Kadar air sosis menurut SNI 01-3020-1995 adalah
maksimal 67.0%
= 144,57 % = 135,54% Ulangan 2 = = 135,36% Ulangan 3 = Ulangan 1 =
= 143,27% = 139,685 Rata-rata = – SD = Ulangan 4 =
= 4,91942 RSD =
= 3,5217%