LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PT. HOLI PHARMA
Disusun oleh :
BENI MAULANA HABIB
P17335113013 P17335113013
ANEDA MISWARI
P17335113044
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI 2016
i
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PT. HOLI PHARMA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di Industri Farmasi dan untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi
Disusun oleh :
BENI MAULANA HABIB
P17335113013 P17335113013
ANEDA MISWARI
P17335113044
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI 2016
ii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN INDUSTRI FARMASI PT. HOLI PHARMA
Disusun oleh :
Beni Maulana Habib
P17335113013 P17335113013
Aneda Miswari
P17335113044 P17335113044
Menyetujui :
Pembimbing Lahan PKL
Dra. Doorthea. M., Apt. Plant Manager
Dwi Hartati R., S.Si., Apt Kepala QA
Pembimbing Institusi
Syarifah Nova, S.Si. Kepala Litbang
iii
Widyastiwi, M.Si., Apt. NIP.199006052014022002 NIP.199006052014022002
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Holi Pharma serta dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan dengan tepat waktu. Salawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita termasuk ke dalam umat yang diberi syafaat di hari akhir. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun berdasarkan apa yang telah kami lakukan pada saat di lapangan yakni di PT. Holi Pharma yang beralamat di Leuwigajah No. 100 Cimahi, yang dimulai dari tanggal 04 April – April – 1 1 Mei 2016. Dalam Penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dra. Mimin Kusmiyati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Bandung.
2.
Ibu Widyastiwi, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKL dari pihak kampus yang telah membimbing selama pelaksanaan PKL Industri Farmasi.
3.
Ibu Dra. Doorthea. M., Apt., selaku Plant Manager dari dari pihak PT. Holi Pharma yang telah menerima dan memberikan arahan selama PKL Industri Farmasi.
4.
Bapak Bedjo Stefanus selaku direktur PT. Holi Pharma yang telah menerima kami untuk melaksanakan PKL Industri Farmasi di PT. Holi Pharma.
5.
Seluruh Kepala Bagian dan Staf di PT. Holi Pharma yang telah menerima dan memberikan arahan selama PKL Industri Farmasi.
6.
Teman-teman Angkatan 2013 yang telah memberikan motivasi dan semangatnya. Selain itu, penulis menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak apabila selama pelaksanaan PKL dan pengerjaan laporan ini penulis banyak melakukan hal yang tidak berkenan. berkenan. Penulis mengakui laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidaklah sempurna seperti kata pepatah “Tak Ada Gading yang Tak
iv
Retak”, begitu pula dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan dapat lebih baik dari sebelumnya. Semoga segala amal kebaikan dan bantuan yang diberikan pada penulis mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung, 13 April 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan........................................................ 9
1.2
Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ............................................. 10
1.3
Manfaat ........................................................................................................ 10 1.3.1
Manfaat bagi Mahasiswa ................................................................. 10
1.3.2
Manfaat bagi Industri Farmasi ......................................................... 10
1.3.3
Manfaat bagi Institusi ...................................................................... 11
1.4
Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan............................................... 11
1.5
Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ............................................. 11
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1
Industri Farmasi ........................................................................................... 12 2.1.1
Izin Usaha Industri Farmasi ........................................................... 13
2.1.2
Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi ......................................... 14
BAB III TINJAUAN PT. HOLI PHARMA 3.1
Sejarah Singkat PT. Holi Pharma ................................................................ 16
3.2
Visi dan Misi PT. Holi Pharma ................................................................... 17
3.3
Kebijakan Perusahaan PT. Holi Pharma ...................................................... 18
3.4
Motto PT. Holi Pharma .............................................................................. 18
3.5
Sarana dan Prasarana Fisik ......................................................................... 18
3.6
Jenis Produk PT. Holi Pharma .................................................................... 19
3.7
Aspek-Aspek CPOB PT. Holi Pharma ....................................................... 21 3.7.1
Pemastian Mutu (Quality Assurance) ............................................. 21
3.7.2
Pengawasan Mutu (Quality Control ) .............................................. 26
3.7.3
Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ........................................ 27
3.7.4
Produksi ........................................................................................... 32
3.7.5
Teknik Produksi .............................................................................. 40
3.7.6
PPIC dan Purchasing ..................................................................... 41
3.7.7
Gudang ............................................................................................ 41
vi
3.7.7
Marketing ........................................................................................ 44
BAB IV KEGIATAN DAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN 4.1
Penelitian dan Pengembangan Produk ........................................................ 45
4.2
Kegiatan Bagian Penelitian dan Pengembangan Produk ............................ 45
4.3
4.2.1
Evaluasi Kerapatan Massa Granul ................................................. 45
4.2.2
Evaluasi Distribusi Ukuran Granul ................................................ 47
Kegiatan Bagian Pemastian Mutu (Quality Assurance) .............................. 49
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan .................................................................................................. 55
5.2
Saran ......................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Industri Farmasi merupakan salah satu sarana kesehatan yang menjadi tempat pelaksanaan pekerjaan kefarmasian. Salah satu peranan Industri Farmasi ialah menjamin kesehatan masyarakat dengan menghasilkan suatu obat. Tahapan proses pembuatan obat meliputi seluruh kegiatan yang terdiri dari produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengadaan bahan obat, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi untuk didistribusikan, Dalam menjamin mutu suatu obat tidak cukuo hanya mengandalkan pada suatu pengujian tertentu saja, namun seluruh prosesnya harus dikendalikan dan dipantau secara cermat karena bergantung terhadap keselamatan penggunanya. Dalam meningkatkan kualitas obat pemerintah mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 mengenai Penerapan PedomanCara Pembuatan Obat yang Baik.Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah bagian dari sistem pemastian mutu yang mengatur dan memastikan obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai tujuan produk disamping persyaratab lainnya. Selain itu, BPOM menetapkan cara pembuatan obat yang baik, sebagai pedoman kerja bagi Industri Farmasi di Indonesia. CPOB ini dijelaskan pada peraturan pemerintah yang dikeluarkan oleh BPOM RI jilid I (ISBN 978-979-3707-78-5) dan jilid II (ISBN 978-979-3707-79) tentang petunjuk operasional penerapan CPOB 2012. Salah satu faktor yang sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan adalah sumber daya manusia yang terampil dan terkualifikasi. Salah satunya ialah tenaga teknis kefarmasian yang telah dijelaskan padaPeraturan Pemerintah RI nomor 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Dalam mewujudkan sumber daya yang terampil tersebut, jurusan 9
Farmasi Poltekkes Kemenkes Bandung membuat gambaran penyelenggaraannya melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Industri Farmasi yaitu PT. Holi Pharma. Praktik Kerja Lapangan di PT. Holi Pharma dilaksanakan pada tanggal 4 April-1 Mei 2016. PKL ini diharapkan mahasiswa calon ahli madya atau tenaga teknis kefarmasian dapat memperoleh dan menambah wawasan dan pengalaman di bidang Industri Farmasi.
1.2
Tujuan Praktik Kerja Lapangan Industri Farmasi
1. Meningkatkan pemahaman calon ahli madya atau tenaga teknis kefarmasian tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab ahli madya atau tenaga teknis kefarmasian dalam Industri Farmasi. 2. Membekali calon ahli madya atau tenaga teknis kefarmasian agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman prkatis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Industri Farmasi. 3. Memberi kesempatan kepada calon ahli madya atau tenaga teknis kefarmasian untuk mempelajari prinsip CPOB dan penerapannya dalam Industri Farmasi. 4. Mempersipakan calon ahli madya atau tenaga teknis kefarmasian dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional. 5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di Industri Farmasi.
1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan di dunia kerja dan juga sebagai tolak ukur dalam memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. 1.3.2 Manfaat bagi Industri Farmasi
Dapat digunakan sebagai bahan atau informasi, penilaian (evaluasi) dan peningkatan kinerja PT. Holi Pharma.
10
1.3.3 Manfaat bagi Institusi
Sebagai bahan pertimbangan dan panduan untuk mahasiswa yang akan melakukan praktek kerja lapangan di masa yang akan datang dan menambah kerjasama dengan Industri Farmasi.
1.4 Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan PKL dilaksanakan selama 4 minggu yaitu pada tanggal 4 April sampai 1 Mei 2016. 1.5 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan PKL di PT. Holi Pharma yang berlokasi di Jalan Leuwigajah No.100 Cimahi, Jawa Barat.
11
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1
Industri Farmasi
Menurut Surat Permenkes RI No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat ialah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi. Beberapa fungsi dari suatu Industri Farmasi antara lain: a. pembuatan obat dan/atau bahan obat; b. pendidikan dan pelatihan; dan c. penelitian dan pengembangan. Industri Farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk: a. semua tahapan; dan/atau b. sebagian tahapan. Industri Farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk sebagian tahapan harus berdasarkan penelitian dan pengembangan
yang
menyangkut
produk
sebagai
hasil
kemajuan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Industri Farmasi yang menghasilkan obat atau bahan obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Suatu Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB dan dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan.
12
2.1.1
Izin Usaha Industri Farmasi
Dalam mendirikan suatu usaha Industri Farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jenderal. Menurut Surat Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 untuk memperoleh izin Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan yang terdiri atas: a. berbadan usaha berupa perseroan terbatas; b. memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat; c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; d. memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia
masing-masing
sebagai
penanggung
jawab
pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu; dan e. komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Dalam perolehan izin Industri Farmasi pemohon wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) diberikan oleh Kepala Badan paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan.
Setelah
pemohon
memperoleh
persetujuan
Rencana
Induk
Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan, dilanjutkan mengajukan permohonan persetujuan prinsipkepada Direktur Jenderal. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pemohon harus memperoleh
Surat
menyelenggarakan
Persetujuan urusan
Penanaman
penanaman
modal
Modal sesuai
dari
instansi
ketentuan
yang
peraturan
perundang-undangan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip yang telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan pelaksanaan penyelesaian pembangunan 13
fisik, atas permohonan pemohon, jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling lama 1 (satu) tahun. Izin Industri Farmasi berlaku untuk seterusnya selama Industri Farmasi yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
Industri
Farmasi
yang akan
melakukan
perubahan
bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.1.2
Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi
Pencabutan izin Industri Farmasi dilakukan apabila industry bersangkutan melakukan pelanggaran atau melakukan hal-hal yang telah ditetapkan yaitu: 1. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industry farmasi dan perluasan tanpa izin. 2. Tidak menyampaikan informasi industri secara berturut-turut 3 kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi tidak benar. 3. Melakukan pemindahan lokasi usaha Industri Farmasi tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan RI. 4. Sengaja memproduks obat jadi atau bahan baku yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu). 5. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha Industri Farmasi. Menurut Surat Permenkes RI No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 apabila terdapat pelanggaran terhadap ketentuan suatu Industri Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan secara tertulis; b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu; c. perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu; 14
d. penghentian sementara kegiatan; e. pembekuan izin Industri Farmasi; atau f. pencabutan izin Industri Farmasi. Pada penghentian sementara terhadap kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh kegiatan atau sebagian kegiatan, sedangkan untuk sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat huruf a sampai dengan huruf d diberikan oleh Kepala Badan. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada huruf e dan huruf f diberikan oleh Direktur Jenderal atas rekomendasi Kepala Badan. Selain itu, Izin Industri Farmasi Izin produksi Industri Farmasi dapat dicabut apabila melanggar ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
15
BAB III TINJAUAN PT. HOLI PHARMA
3.1
Sejarah Singkat PT. Holi Pharma
PT. Holi Pharma berdiri pada tahun 1968, yang semula bernama PT. NDAHOLI, yang berlokasi di jalan Leuwigajah No. 100, Cimahi, menempati bangunan tiga lantai dengan luas sekitar ± 1000 m 2.Pada tahun 1995 diadakan perbaikan dan perluasan menyeluruh dengan luas 1500 m² hal ini seiring dengan persyaratan CPOB untuk Industri Farmasi. Sertifikat CPOB yang dimiliki oleh PT. Holi Pharma antara lain meliputi: 1.
Tablet Biasa non Antibiotik
2.
Cairan Oral non Antibiotik
3.
Cairan Oral Antibiotik
4.
Cairan Obat Luar non Steril non Antibiotik
5.
Kapsul Keras non Antibioti
6.
Kapsul Keras Antibiotik
7.
Salep non Antibiotik
Pada bulan Juli tahun 1996 terjadi pengalihan kepemilikan perusahaan yang dipimpin oleh Bapak Bambang Hernawan Tjahyana sebagai direksi. Pada tahun 1998 terjadi perubahan nama perusahaan dari semula PT. NDAHOLI berubah menjadi PT. HOLI PHARMA, dengan share holder pada saat itu adalah PT. Barito Budi Pharmindo ( Holding company) sebagai distribusi company PT. Barito Budi Pharmindo yang memiliki beberapa cabang di Indonesia. Pada
bulan
oktober
2002
terjadi
pengalihan
kepemilikan
perusahaan yang dipimpin oleh Bapak Ruddy Bambang Sukmana sebagai Direktur. Distributor pada saat itu adalah PT. Surya Sarana Manunggal dengan alamat Jl. Cempaka Putih Tengah nomor 10 Jakarta Pusat. Pada bulan Mei tahun 2007, kepemilikan berpindah dan dipimpin oleh Bapak Bedjo Stefanus sebagai Presiden Direktur sampai sekarang. Seiring dengan dinamisnya peraturan tentang Industri Farmasi yang secara periodik harus mengikuti standar CPOB, maka pada 16
bulan Mei tahun 2007, dilakukan perbaikan dan perluasan pabrik sehingga total luas bangunan menjadi ± 4000 m 2. Hal tersebut diharapkan akan ada peningkatan kualitas maupun kuantitas produksi sehingga produk yang dihasilkan bisa dipertanggung jawabkan, di bawah manajemen PT. Holi Pharma terus berupaya dari waktu ke waktu meningkatkan jenis maupun jumlah produk yang dihasilkan sejalan dengan kepuasan pelanggan akan produk dengan kualitas yang baik dengan jenis yang cukup beragam oleh karena itu kebijakan segmen pasar Obat Generik Berlogo (OGB) dan merk dagang harus tetap dipertahankan. Bukti dari eksistensi industri PT. Holi Pharma diantaranya adalah ikut serta dalam proyek BPJS yang mulai disosialisasikan pada awal tahun 2014.
3.2
Visi dan Misi PT. Holi Pharma
PT. Holi Pharma memiliki misi membangun dengan berlandaskan pada Catur Pilar yaitu : 1. Mengutamakan kualitas 2. Berwawasan Nasional dan Internasional 3. Memberikan nilai tambah kepada yang bernaung di bawahnya 4. Mengoptimalkan nilai ekonomis kepada pemegang saham PT. Holi Pharma berupaya secara konsisten dan terus menerus agar visi tersebut dapat dicapai dengan misi untuk : 1. Secara konsisten memenuhi standar CPOB 2. Pemasaran dengan konsep saling menguntungkan 3. Meningkatkan kecakapan dan keterampilan sumber daya manusia 4. Peningkatan efisiensi
3.3
Kebijakan Perusahaan PT. Holi Pharma
Adapun beberapa kebijakan perusahaan yang diterapkan PT. Holi Pharma, yakni : 1. Prioritas produksi pada produksi pada produk merk dagang dan Obat Generik Berlogo (OGB)
17
2. Pemasaran
Nasional
dan
Internasional
dengan
konsep
saling
menguntungkan baik sektor swasta maupun Instansi Pemerintah 3. Menjalin hubungan kerjasama bisnis yang harmonis dan saling menguntungkan dengan pemasok, konsumen dan pihak terkait lainnya. 4. Menerapkan
biaya
produksi
yang
ekonomis
dengan
tetap
mengutamakan standar kualitas.
3.4
Motto PT. Holi Pharma
PT. Holi Pharma menetapkan sasaran dan mendorong semua mendukung ke arah pencapaian tujuan bersama dengan motto : “CARES FOR YOUR HEALTH” “PEDULI KESEHATAN ANDA”
3.5
Sarana dan Prasarana Fisik
PT. Holi Pharma menempati bangunan tiga lantai yang terdiri dari: 1. Lantai pertama terdiri dari ruang produksi (penimbangan, staging, mixing, filling, stripping, coating, dan IPC), gudang bahan baku, gudang obat jadi (sirup, suspensi kering, tablet, kasul, kaplet, area karantina untuk obat return, dan tempat penyimpanan sediaan injeksi) lobi kantor/ receptionist , ruang bagian teknik utilitis dan teknik produksi ruang pengemasan I. 2. Lantai kedua terdiri dari ruang tamu, ruang rapat, ruang gudang bahan kemas suhu kamardan suhu AC, gudang bahan baku suhu AC, gudang obat jadi tablet, kaplet, dan kapsul, ruang pengemasan II, ruang QA, ruang sistem HVAC, ruang stabilitas, kantin, dan ruang retained sample. 3. Lantai ketiga terdiri dari kantor, ruang QC dan ruang Litbang yang meliputi ruangDirektur, ruang Plant Manager, laboratorium Pengawasan Mutu dan ruang Kepala Pengawasan Mutu, ruang kepala dan laboratorium Penelitian dan Pengembangan (litbang) ruang Kepala Registrasi, ruang Keuangan, ruang bagian Akunting, ruang bagian Marketing, ruang bagian Purchasing dan
18
Production Planning Inventory Control (PPIC), ruang server ,perpustakaan, ruang sekretaris, ruang bagian penjualan, dan ruang administrasi.
3.6
Jenis Produk PT. Holi Pharma
PT. Holi Pharma memproduksi dua jenis produk yaitu produk generik dan produk branded . Kedua jenis produk tersebut diproduksi dalam beberapa bentuk sediaan, antara lain: tablet/kaplet, kapsul, sirup dan suspensi. Berikut merupakan daftar produk yang dihasilkan PT. Holi Pharma:
Generik Asam Mefenamat 250 & 500 mg Pyrazinamide 500 mg Furosemide 40 mg Haloperidol Tablet
Branded
Procurma 60, 120, 200 & 450 ml Insic Suspensi Artimatic Kapsul 10 & 20 mg Holimox Sirup & Forte 250 & 500 mg Listrum DHA Sirup
Isoniazide Tablet 100 & 300 mg Sulfadoksin - Pirimetamin 525 mg Dexamethason Tablet 0.5 mg Paracetamol Sirup 120 mg & Kaplet 500 mg Papaverine 40 mg CTM Kaplet 4 mg Prednison Tablet 5 mg Tramadol Tablet 50 mg Cefadroxil Sirup 125 & 250 mg, Tablet 500 mg Allopurinol Tablet 100 mg Trihexyphenidyl Tablet 2 mg Cimetidine Tablet 200 mg Ranitidine Tablet 150 & 300 mg Ceftriaxone 1.0 gr Cefoperazone 1.0 gr Cefotaxim 1.0 gr Antasida Doen Tablet Kunyah Propanolol 10 & 40 mg Chloramphenicol Kapsul 250 mg
Phylocin Sirup Kering Spesidal Kaplet 500 mg Holimicetine Sirup 125 mg/5ml Liflamal 200 & 400 mg Holidryl Sirup 60 & 100 ml Liblok 10, 20 & 40 mg Mintriko 250 & 500 mg Gitri Kaplet 480 mg & Suspensi Lisfen 250 & 500 mg Stronginal 50 mg Upsikis 0.5 & 1.0 mg Limaag 150 & 300 mg Holidon 500 mg Holimol Kaplet 650 mg Propulmo 500 mg Lilung 500 mg Gentian Violet 10 mg Etanol 70% 19
Tetrasiklin Kapsul 250 mg Vitamin B Compleks 100 mg Vitamin C 100 mg
Rivanol 1.0 mg Kalium Permanganat Lifadrox 125 mg + Forte Kaplet 500 mg Minkosa 5 mg
Ampicillin Sirup & Forte 250 & 500 mg Amoxicillin Sirup & Forte 250 & 500 mg Mebendazole Sirup 100 mg Piperazine Sirup 1 gr Diethyl Carbamazine 100 mg Pyrantel Tablet 125 mg Albendazole Tablet Salut Selaput 100 mg Metronidazole Tablet 250 & 500 mg Cotrimoxazole 240 & 480 mg
Verlica Sirup 100 mg Prouric 100 & 300 mg Lilepsy Tablet 100 mg Lifentris 100 & 200 mg Sonarex Kapsul 125 mg Minipid 20 mg Montaprim 25 mg Antoksid Beta Caroten, Vit. C & E New Korimon Multivitamin, Mineral & Zat Besi Liaxon 1.0 gr Lifazone 1.0 gr
Dextromethorphan 10 mg OBH Sirup Ibuprofen Tablet 200 & 400 mg Piroxicam Tablet 10 & 20 mg
Litaxim 0.5 & 1.0 mg Mezac 50 mg Protexinal Sirup & Tablet Ampiholi Dry Syrup 125 mg/ml, Kapsul 250 mg & Kaplet 500 mg Procurma 60, 120, 200 & 450 ml Insic Suspensi Artimatic Kapsul 10 & 20 mg Holimox Sirup & Forte 250 & 500 mg Listrum DHA Sirup
20
3.7 Aspek-Aspek CPOB PT. Holi Pharma 3.7.1
Pemastian Mutu ( Quali ty Assur ance )
Pemastian Mutu merupakan bagian yang tertanggung jawab terhadap mutu obat yang diproduksi, menentukan apakah produk yang dihasilkan memenuhi kriteria mutu yang ditentukan atau tidak. CPOB 2006 mensyaratkan bagian Pemastian Mutu harus dipegang oleh seorang apoteker yang telah terdaftar dan terkualifikasi, dan di PT. Holi Pharma bagian Pemastian Mutu dipegang oleh seorang
apoteker.
Bagian
Pemastian
Mutu
bertanggung
jawab
PlantManager . Tugas dan tanggung jawab bagian pemastian mutu sebagai berikut :
VALIDASI: (Proses, Pembersihan, Prospektif, Retrospeksi, Konkuren)
21
kepada
Kalibrasi
Tujuan
Ruang Lingkup 1.
untuk memastikan dan 2.
menjamin bahwa alat yang digunakan sesuai dengan
standar
dan
fungsinya. 3.
Kalibrator
Instrumen vital, contohnya : thermocouple Instrumen analisa, contohnya : HPLC, pHmeter, Spektrofotometer FTIR, dll. Instrumen pelengkap, contohnya : pressure gauge dan flow meter pada washing machine.
1.
2.
Prosedur
Kalibrator primer, contohnya : anak timbangan standar (kelas E1), IR Thermometer, digital manometer, pressure calibrator, conductivity meter, temperatur/RH meter. Kalibrator sekunder, contohnya : Hygrometer (KSTO 45).
1.
2. 3. 4. 5.
Pembuatan rencana kalibrasi tahunan. Pembuatan SOP kalibrasi. Pelaksanaan kalibrasi. Laporan kalibrasi. Pemberian label kalibrasi
Gambar 1.2 Penjelasan mengenai Kalibrasi Tujuan
:
untuk
mendokumentasikan
membuktikan sesuai
dan
dengan
persyaratan yang telah ditentukan dan agar
Validasi
produk yang dihasilkan memliki kualitas yang konsisten dan berkualitas tinggi.
Validasi
Validasi
Validasi Metode
Proses
pembersihan
Analisa
Jenis : 1.
2.
3.
Metode :
Revalidasi
Parameter :
Dilakukan bila terjadi
Validasi
1.
Metode Swab
1.
Selektivitas
perubahan seperti
Prospektif
2.
Metode Bilas
2.
Linieritas
alat, spesifikasi, bahan
Validasi
3.
Akurasi
baku,
Konkuren
4.
Presisi
formulasi proses dsb.
Validasi
5.
LOD
retrospektif
6.
LOQ
7.
Robustness
Gambar 2.2 Macam-macam Validasi
22
bahan
:
kemas,
Tujuan : untuk menjamin bahwa fasilitas,
Kualifikasi
sistem, dan instrumen.berfungsi sesuai spesifikasinya.
Kualifikasi
Kualifikasi
Kualifikasi
Kualifikasi
Desain
Instalasi
Operasional
Kinerja
Mencakup
kegiatan
Mencakup
kegiatan
kegiatan
Mencakup
kegiatan
untuk menyesuaikan
untuk
spesifikasi
yang
bagian atau part dari
operasional
dari
hasil kinerja fasilitas,
diinginkan
dengan
suatu fasilitas, sistem,
fasilitas,
dan
sistem, dan instrumen.
dan instrumen.
instrumen.
kondisi
nyata
dari
menyesuaikan
Mencakup untuk
menyesuaikan
sistem,
untuk
menyesuaikan
fasilitas, sistem, dan instrumen..
Gambar 3.2 Macam-macam Kualifikasi
Dalam hal dokumentasi QA melalukan sistem pengawasan dokumen agar kesesuaian dengan persyaratan GMP dapat terjamin dengan baik. Dalam melakukan pengendalian tersebut jika terdapat suatu lembar dokumentasi yang disebut DCN ( Document Control Note) dan Transmitte Letter . DCN berfungsi untuk mengendalikan dokumen jika terjadi perubahan dan pengkajian ulang suatu dokumen. Dalam prosedurnya melakukan perubahan atau pengkajian ulang, pemohon mengisi DCN dan diajukan kepada QA. Dalam DCN terdapat saran atau usulan penambahan. Lembar DCN kemudian diserahkan ke pihak plan manager dan QA manager . Setelah lembar DCN disetujui, perubahan dokumen dapat dilakukan. Transmitte letter merupakan lembar dokumentasi yang berfungsi dalam pengendalian
pendistribusian
dokemen.
Dalam
prosedurnya,
proses
pendistribusian dokumen ke bagain-bagian terkait perlu disertakan lembar Transmitte letter yang dapat digunakan sebagai bukti dan dokumentasi dalam melakukan pendistribusian dokumen.
23
Gambar 4.2 Alur Penanganan Penyimpangan
Gambar 5.2 Bagan Pelulusan Produk Jadi
24
Produk Retur
Salah kirim dan
Kadaluarsa
salah adinistrasi
GOJ menerima dan
GOJ menerima dan
memberi label
memberi label
karantina
karantina
Input data : Nama produk Jumlah Bukti penerimaan kembalian
Input data : Nama produk Jumlah Bukti penerimaan kembalian
QA memberi label reject dan membuat berita acara
Disposisi dan QC sampling
Dimusnahkan
QA menentukan : 1. Rilis 2. Reject 3. Musnahkan 4. repacking
Gambar 6.2 Penanganan Produk Kembalian
Gambar 7.2 Penanganan Produk Recall
25
3.7.2 Pengawasan Mutu ( Quali ty Control )
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB dalam memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Kegiatan pengawasan mutu dilakukan dari awal penerimaan bahan baku hingga terbentuk produk jadi. Bagian Pengawasan mutu (QC) dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Plant Manager . Tugas dan tanggung jawab bagian pengawasan mutu, sebagai berikut : In Process Control (IPC) - Uji kadar air - Uji keseragaman bobot - Uji kekerasan - Uji friabilitas - Uji kebocoran - Uji waktu hancur - Uji keseragaman ukuran
Pengujian produk : Stabilitas Tablet/Kaplet/Kapsul : Pemeriksaan fisik Kadar zat aktif Uji disolusi Keseragaman kandungan Keseragaman bobot
Pemeriksaan obat Validasi / Verifikasi metode analisa
Pengawasan Mutu
-
Retained sample : Produk jadi Produk antara Bahan baku Bahan kemas
-
-
-
Laboratorium dan instrumen
-
Penandaan : Release/Reject Karantina On-test Contoh Label pereaksi Kalibrasi Bahan kemas
-
Pemeriksaan ulang/retest : Bahan baku Produk jadi
Gambar 8.2 Tugas dan Tanggung jawab QC
26
Syrup : Pemeriksaan fi Kadar zat aktif Keseragaman volume pH
Suspensi : Pemeriksaan fisik Kadar zat aktif Keseragaman volume pH Viskositas
3.7.3
Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
Bagian Litbang dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Plant Manager. Bagian Litbang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan terhadap produk baru, baik produk dengan zat aktif baru maupun bentuk sediaan baru. Bagian litbang akan membuat suatu formula, kemudian dilakukan trial terhadap formula tersebut hingga diperoleh produk dengan spesifikasi yang diinginkan. Tugas dan tanggung jawab bagian Litbang, sebagai berikut : 1. Formulasi dan Trial yang dilakukan pada skala lab, scale up, pilot dan skala produksi 2. Melakukan pengujian stabilitas obat baik untuk obat on going, trial, dan yang sedang dilakukan validasi proses. Pengujian stabilitas dilakukan dengan cara real time dan dipercepat. 3. Registrasi obat yang terdiri dari obat baru atau obat yang memerlukan pengembangan produk. a. Pengembangan Obat, Trial, Metode Pengujian dan Batch Record
Bagian litbang bertugas melakukan penelitian dan pengembangan terhadap produk baru, baik produk dengan zat aktif baru, zat tambahan baru maupun bentuk sediaan baru. Bagian litbang akan membuat formula, kemudian dilakukan trial terhadap formula tersebut hingga diperoleh produk dengan spesifikasi yang di inginkan. Berikut ini adalah alur produk trial, pengujian, pembuatan Batch Record:
Gambar 9.2 Alur Pembuatan Batch Record
27
Gambar 10.2 Trial dan Metode Pengujian
28
Gambar 11.2 Penelitian dan Pengembangan Produk Baru
29
Gambar 12.2 Penelitian dan Pengembangan Produk Lama
30
Gambar 13.2 Uji Stabilitas
31
b. Registrasi
Registrasi ialah suatu proses pendaftaran dan evaluasi produk untuk mendapatkan izin edar. Registrasi terdiri atas :
Registrasi baru (copy product ) dan NCE ( New Chemical Entify) atau obat baru.
Registrasi variasi termasuk pelaporan perubahan (formula, spesifikasi, kemasan, dll).
3.7.4
Produksi
Bagian produksi dipimpin oleh seorang Apoteker sebagai kepala produksi yang membawahi supervisor pengolahan dan pengemasan. Supervisor pengolahan bertanggung jawab atas setiap tahapan yang dilakukan selama proses produksi, dari awal sampai kemasan primer. Supervisor pengemasan bertanggung jawab terhadap pengemasan sekunder sampai obat di transfer ke gudang obat jadi. Gedung produksi terletak di lantai dasar digunakan untuk produksi tablet/kaplet, kapsul, sirup/suspensi dan cairan luar. Setiap karyawan dan tamu yang akan memasuki ruang produksi harus menggunakan pakaian khusus yang dilengkapi penutup kepala dan sepatu. Penggunaan pakaian khusus ini dilakukan di ruang antara. Begitu pula alur barang yang akan masuk ke ruang produksi harus melalui ruang antara. Ruangan produksi ini didesain secara berurutan sesuaitahapan produksi yang bertujuan untuk memudahkan proses produksi. Kegiatan produksi mulai dari penimbangan bahan baku (zat aktif dan zat tambahan), proses pengolahan hingga pengemasan primer dilakukan di Grey Area (Kelas E) sedangkan proses pengemasan sekunder dilakukan di Black Area (Kelas F).
32
Ruangan-ruangan dalam produksi dapat dilihat sebagai berikut : Ruang timbang
Ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahna-bahan yang akan digunakan dalam proses produksi
Ruang stagging
Ruangan tempat penyimpanan sementara bahan-bahan yang akan diproduksisetelah mengalami proses penimbangan
Ruang pencucian botol Ruang pengisian dan capping Ruang tangki mixing
Ruangan yang digunakan untuk mencuci botol. Pada ruang ini terdapat oven yang digunakan untuk mengeringkan botol. Ruangan ini terdapat mesin untuk pengisian dan penyegelan botol dengan cap Ruangan tempat dilakukan pencampuran. Selain alat pencampuran terdapat juga alat cooloid mill .
Ruang FBD dan
Terdapat mesin FBD (dryer ), supermixer dan granulator
granulasi basah Ruang filling kapsul
Ruang cetak
Ruang mixing penyalut dan penyalutan
Terdapat mesin automatic filling capsule dan polishing capsule.
Terdapat 5 ruangan cetak yang dilengkapi dengan mesin cetak.
Untuk pembuatan larutan penyalut dan tempat proses penyalutan berlangsung
Ruang counting tablet
Terdapat mesin perhitungan jumlah tablet untuk tablet yang akan dikemas dalam pot
Ruang stripping
Ruang campur cairan luar Ruang antara
Terdapat mesin stripping (Chen Tai)
Tempat pencampuran sediaan obat luar
Tempat penyimpanan produk antara atau ruahan
33
Forecast dan Permintaan dari Marketing
PPIC Menyusun Rencana Produksi untuk 1 Triwulan dan Membuat Nomor Litbang Membuat Batch Record
Produksi Membuat Rencana Produksi GBB dan GBK Melakukan
Mingguan
Pengecekan Stok Bahan Baku Bersama PPIC
Stok Mencukupi
Stok Kurang
GBB
GBK
Menyiapkan
Menyiapkan
Bahan Baku
Bahan
dan
Kemas
Disimpan di
GBB dan GBK melaporkan ke Purchashin Purchasing Melakukan
Stagging
Pemesaanan ke Industri Bahan Baku
Pengolahan
Pengemasan
Pengemasan
Primer
Sekunder
Gambar 14.2 Alur Rencana Produksi
34
Transfer GOJ
Inspeksi Diri
Eksternal
Eksternal
Internal
-
Alat
-
Personil
-
Bangun
-
Masalah
an
Pengajuan KPI
Sanitasi
ke Manajemen
Monitoring KPI Bulanan
Laporan KPI per Bulan
Evaluasi per Tahun
Gambar 15.2 Inspeksi Diri
Menunggu persetujuan Ruang Produksi Baru
Pelaporan ke BPOM untuk perluasan Ruangan
BPOM untuk penggunaan Ruangan Produksi Baru
Gambar 16.2 Ruang Ekspansi Produksi
35
Penimbangan
Stagging
Granulasi Basah
Granulasi Kering
Kempa Langsung
Pencampuran
Pencampuran
Pencampuran
Granulasi
Pengayakan basah
Pengeringan granul
Slugging
Pengayakan kering
Pencampuran dan Lubrikasi
Pencampuran akhir
Pencampuran akhir
Cek lab : Keseragaman kadar Keseragaman bobot Disolusi Cek IPC : Kekerasan Kerapuhan Waktu hancur
Pencetakan tablet Cek IPC : Penampilan Kebocoran Penandaan
Pengemasan
Pengemasan
Cek IPC : Penampilan Kelengkapan Penandaan
Gudang Obat Jadi
Gambar 17.2 Alur Produksi Tablet
36
Penimban an
Stagging
Granulasi
Direct fillin
Pencampuran
Pengayakan
Granulasi Pengayakan I
Pengeringan
Cek IPC : Kadar Air
Pen a akan
Pencam uran
Cek lab :
Pencam uran
Kadar Zat
Cek lab : Keseragaman kadar Keseragaman bobot Disolusi
Pengisian
Cek IPC : Kekerasan Kerapuhan Waktu hancur
Polishin Cek IPC :
Penampilan Kebocoran Penandaan
Pengemasan Cek IPC :
Pengemasan sekunder
Gudang Obat Jadi
Gambar 18.2 Alur Produksi Kapsul
37
Penampilan Kelengkapan Penandaan
Penimbangan
Stagging
Pencampuran (mixing)
Penyaringan (Filtrasi)
Cek IPC : Organoleptis Kadar zat aktif pH BJ Viskositas
Cek IPC :
Penampilan Kebocoran Volume
Pengisian dan penutupan botol
Cek IPC :
Labeling
Penampilan Kelengkapa n
Cek IPC :
Pengemasan sekunder
Gudang Obat Jadi
Gambar 19.2 Alur Produksi Sirup
38
Penampilan Kelengkapa n
Penimbangan
Stagging
Pelarutan Bahan Aktif dan Bahan Tambahan
Pengembangan Suspending Agent
Pencampuran
Cek IPC : Organoleptis Kadar zat aktif pH BJ Viskositas
dan koloidasi
Cek Lab :
Keseragaman Kadar
Cek IPC : Penampilan Kebocoran Volume
Filling
Cek IPC : Kebocoran
Capping
Cek IPC : Penampilan Kelengkapan Penandaan
Labelling
Folding Box
Master Box
Gambar 20.2 Alur Pembuatan Suspensi
39
Cek IPC : Penampilan Kelengkapan Penandaan
3.7.5
Teknik Produksi Bagian teknik produksi
dipimpin
oleh
kepala
bagian
teknik
yangbertanggung jawab kepada plant manager . Tiga tugas utama bagian TeknikProduksi yaitu : 1. Perawatan alat/mesin Perawatan alat/mesin dilakukan untuk menjaga agar alat/mesin produksi yang
digunakan terawat, berfungsi dengan maksimal, menghemst biaya dan
berumur panjang. Adanya perawatan alat/mesin produksi, juga dapat mendeteksi tanda-tanda kerusakan sehingga dapat mengantisipasi kerusakan yang lebih berat. Perawatan alat/mesin produksi dibagi menjadi perawatan harian dan perawatan bulanan sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh kepala bagian teknik produksi. Setiap perawatan alat/mesin yang dilakukan di catat dalam log book perawatan alat/mesin. 2. Perbaikan alat/mesin Setiap perbaikan yang dilakukan di semua bagian, harus melalui pengisian form permohonan bantuan teknik ke bagian teknik mesin produksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Sifat dari perbaikan mesin atau alat diantaranya :
Biasa : perbaikan masih bisa ditunda
contoh: perbaikan pintu
Penting : harus segera dikerjakan dan berkaitan dengan operasional
contoh: mesin stripping tidak jalan
Penting sekali : harus segera dikerjakan, tidak bisa ditunda dan berkaitan
dengan keselamatan kerja contoh : kebocoran pipa steam, panel listrik bau terbakar Setiap perbaikan yang dilakukan dicatat dalam log book perbaikan alat/mesin. 3. Pemeliharaan bangunan produksi dan pengemasan. Pemeliharaan bangunan dilakukan untuk menjaga agar bangunan di produksidan pengemasan terawat dan terpelihara sehingga dapat digunakan secara maksimal dan sesuai dengan ketentuan CPOB. Pemeliharaan dilakukan 2 kali dalam setahun. Bagian yang dilakukan perawatan ialah lantai, dinding dan atap (langit-langit) dengan cara pengecatan dan epoksi lantai. Setiap pemeliharaan 40
yang
dilakukan
dicatat
dalam
log
book
pemeliharaan
bangunan
produksi/pengemasan.
3.7.6
PPIC (Production Planni ng I nventor y Control ) dan Purchasing
PPIC merupakan bagian dari produksi yang berfungsi untuk melaksanakan perencanaan produksi agar permintaan dari marketing dapat dipenuhi sesuai dengan waktu pemesanan, kuantitas dan kualitas produk. PPIC mengontrol persediaan barang baik berupa bahan baku, bahan kemas maupun produk jadi. Pengendalian persediaan dilakukan oleh PPIC , sedangkan pengatur masuk keluarnya barang dilakukan oleh gudang. Purchasing atau bagian pembelian berhubungan dengan supplier barang baik bahan baku maupun bahan kemas. Sebagian tugas dari purchasing ialah seleksi dan evaluasi pemasok ( supplier ). Hal hal yang perlu diperhatikan pihak puerchasing
terhadap pemilihan supplier
diantara lain: identitas supplier, izin usaha (legalitas, penanganan keluhan, complain, system pengiriman, system pembayaran dan distribusi. Adapun pemasok kita lakukan evaluasi terhadap barang barang yang kita beli diantaranya dengan melakukan kecocokan jam barang datang, kelengkapan administrasi surat penggiriman, jumlah tidak sesuai dengan jumlah yang dipesan, barang tidak sesuai dengan spesifikasi.
3.7.7
Gudang
Terdapat tiga gudang, yaitu gudang bahan baku (GBB), gudang bahan kemas (GBK) dan gudang obat jadi (GOJ). Penyimpanan disusun berdasarkan mapping yang telah dibuat untuk adanya ruang yang kosong. Pengeluaran bahan baku/bahan kemas/obat jadi dilakukan berdasarkan prinsip FIFO ( First in first out ) dan FEFO ( First expired first out ). a. Gudang Bahan Baku (GBB)
Gudang bahan baku (GBB) adalah tempat penyimpanan bahan baku baik bahan baku aktif maupun bahan baku tambahan. GBB dipimpin oleh kepala bagian yang bertanggung jawab kepada Plant Manager. Penyimpanan Bahan Baku dilakukan di 3 kategori yaitu: 41
a. Suhu kamar ≤ 30o C ditempatkan di lantai 1. Penyimpanan bahan baku Untuk bahan baku yang penyimpanannya tidak khusus dan untuk bahan yang pembeliaannya dalam jumlah besar. b. Suhu AC < 25 o C ditempatkan di lantai 2. Untuk bahan baku yang sensitif terhadap suhu dan kelembaban, penyimpanan bahan baku ini biasanya atas anjuran litbang atau dari Certificate Analysisnya sendiri. c. Bahan yang mudah terbakar di ditempatkan di lantai 1.
Gambar 21.2 Alur Penerimaan Bahan Baku b. Gudang Bahan Kemas (GBK)
Gudang bahan kemas (GBK) merupakan tempat penyimpanan bahan bahan kemas yang dipimpin oleh supervisior yang bertanggung jawab kepada plant manager. Berdasasrkan tepat penyimpanannya GBK dibagi menjadi: a. Suhu Kamar terdiri dari bahan kemas sekunder (contoh : master box, folding, brosur, partisi, etiket) yang disimpan pada suhu kamar b. Suhu AC yang terdiri dari bahan kemas primer seperti alufoil print/polos dan cangkang kapsul. 42
c. Gudang Obat Jadi (GOJ) Gudang obat jadi (GOJ) merupakan tempat penyimpanan obat jadi yangakan didistribusikan. GOJ dipimpin oleh seorang kepala ba gian yang
- nomor batch - expired date - nama item bahan kemas - nama supplier - jumlah barang - fisik kemasan - Kesesuaian
Gambar 22.2 Alur penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan kemas
Gambar 23.2 Alur penerimaan, penyimpanan dan penyerahan Obat Jadi
43
3.7.8 Marketing
Bagian
marketing
merupakan
bagian
yang
bekerja
di
bidang
pemasaranproduk. Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab bagian pemasaran adalah sebagai berikut : 1. Melakukan kunjungan dan supervisi kepada pelanggan 2. Mengkoordinir dan mengevaluasi hasil pekerjaan bagian marketing , penjualan dan pengiriman. 3. Membuat rencana penjualan dan pengiriman. 4. Melakukan promosi produk 5. Memonitor kegiatan kompetitor dan melaporkan kepada atasan 6. Melakukan tugas purna jual
44
BAB IV KEGIATAN DAN HASIL PRAKTIK KERJA LAPANGAN
4.1.1
Penelitian dan Pengembangan Produk
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam
rangka
penetapan
diagnosis,
pencegahan,
penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Semakin meningkatnya teknologi dalam kesehatan menjadikan suatu obat perlu adanya peningkatan dalam penelitian dan pengembanganya. Salah satu bagian di PT. Holi Pharma yang merencanakan dan mengembangkan produk obat baik produk obat baru maupun yang sudah ada adalah bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Bagian litbang akan membuat suatu formula, kemudian dilakukan trial terhadap formula tersebut hingga diperoleh produk dengan spesifikasi yang diinginkan. Pengembangan formula baru di PT. Holi Pharma didasarkan atas permintaan dari bagian marketing, Plant Manager (PM) , Quality Assurance (QA) , Produksi dan Litbang.
4.2
Kegiatan Bagian Penelitian dan Pengembangan Produk
Pada saat pencetakan tablet, bobot tablet yang dihasilkan sangat bergantung pada pengisian die oleh granul.Beberapa faktor yang menjadi masalah pada granul meliputi sifat alir dan sudut istirahat, distribusi ukuran granul, kerapatan massa granul, serta moisture content . Maka dari itu perlu adanya evaluasi granul sebelum dilanjutkan ke proses pencetakan tablet untuk menjamin keseragaman ukuran dari suatu tablet. Adapun evaluasi yang dilakukan di bagian Litbang ini terdiri dari evaluasi distribusi ukuran granul dan kerapatan massa granul. 4.2.1
Evaluasi Kerapatan Massa Granul
Evaluasi granul yang pertama adalah evaluasi kerapatan massa granul yang meliputi tapped density, bulk density dan % kompresibilitas. Tujuan dilakukannya evaluasi ini untuk menjamin granul memiliki aliran yang baik. Alat 45
yang digunakan untuk penggujian berat jenis ini yaitu Tapped Density.Pada prinsipnya pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan. Prosedur kerja evaluasi kerapatan massa granul: a. Dipastikan alat dan gelas ukur dalam keadaan bersih b. Dihubungkan alat dengan sumber arus listrik dengan memasang steker ke stop kontak c. Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur mencapai volume 80 ml kemudian timbang. Dicatat volume awal yang ditunjukkan (80 ml) dan bobot awal granul ketika granul ditimbang. Nilai volume awal sebagai data Vo dan nilai bobot awal sebagai data W d. Ditempatkan gelas ukur pada dudukan tapped density e. Dinyalakan alat dengan menekan tombol “POWER” pada posisi “ON” f. Dilakukan setting alat pada counter display sesuai dengan yang telah ditetapkan g. Ditekan tombol “START” untuk memulai proses pengetukan hingga angka yang muncul pada counter display mencapai banyaknya ketukan sebanyak yang telah ditetapkan (100 ketukan). h. Apabila telah mencapai banyaknya 100 ketukan, tekan tombol “STOP” untuk mengakhiri proses pengetukan dan cata penyusutan volume granul pada gelas ukur. Nilai volume akhir sebagai data Vt. i.
Setelah selesai tekan tombol “POWER” pada posisi OFF dan putu skan hubungan arus listrik pada alat dengan melepaskan steker dari stop kontak
j.
Dibersihkan alat sesuai dengan prosedur pembersihan alat.
46
Rumus untuk pengolahan hasil: Bulk Density
=
Tapped Density(Bj
=
Kompresibilitas (%) = Keterangan: W
: Berat granul (gram)
Vo
: Volume awal granul (80 ml)
Vt
: Volume akhir granul (Vt)
Kriteria Penerimaan Hasil Compressi bil it y I ndex (%) 5 – 12 Sangat baik
4.2.2
12- 18
Baik
18 – 23
Cukup
23 – 33
Kurang
33 – 38
Sangat kurang
>38
Sangat buruk
Evaluasi Distribusi Ukuran Granul
Evaluasi granul selanjutnya ialah distribusi ukuran granul, yang bertujuan untuk menjamin keseragam ukuran granul, mencegah segregasi dan memperbaiki sifat alir granul serta pada proses pengempaan tablet yang dihasilkan tidak rapuh atau cepat pecah. Alat yang digunakan pada pengujiaan ini adalah Sieve Shaker. ada prinsipnya granul dilewatkan melalui suatu pengayak dalam berbagai ukuran secara bertingkat. Granul dalam tiap pengayak ditimbang dan dihitung persentasinya serta ukuran diameternya.
47
Prosedur kerja evaluasi kerapatan massa granul: a. Dipastikan rantang ayakan dalam keadaan bersih b. Dilakukan penyusunan rantang ayakan dengan ukuran mesh terbesar pada posisi paling atas, hingga mesh terkecil pada posisi paling bawah sebelum rantang penampung akhir (40, 80, 100, 200 dan rantang penampung) c. Ditimbang granul sebanyak ± 50 gram dan dimasukkan ke dalam rantang dengan ukuran mesh terbesar d. Dilakukan pemasangan penutup yang kemudian dikunci dengan memutar baud pengunci e. Dihubungkan alat dengan sumber arus listrik dengan memasang steker ke stop kontak f. Dinyalakan alat dengan menekan tombol “MAIN SWITCH” pada posisi ON g. Dilakukan pengaturan waktu (timer) sesuai dengan yang telah ditetapkan h. Ditekan tombol “START/RESET” pada posisi ON untuk memulai proses shaking hingga selesai. Selanjutnya tekan kembali tombol “START” pada posisi OFF dan tekan lagi pada posisi ON untuk mengulang proses shaking i.
Alat dimatikan dengan menekan tombol “START/RESET pada posisi (OFF) dan putuskan hubungan arus listrik pada alat dengan melepaskan steker dari stop kontak
j.
Dilakukan penimbangan granul hasil shaking pada tiap-tiap rantang
k. Bersihkan alat sesuai dengan prosedur pembersihan alat
48
4.3
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan di PT. Holi Pharma
Kualifikasi dan validasi merupakan bagian penting dari pemastian mutu, sehingga CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk melakukan identifikasi validasi yang perlu dilakukan dan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah dilakukan revalidasi. Dalam melakukan validasi, pendekatan kajian risiko yang digunakan dalam menentukan ruang lingkup validasi adalah pada aspek kritis yang mempengaruhi mutu produk. PT. Holi Pharma telah menerapkan CPOB dalam setiap kegiatannya salah satunya yaitu melaksanakan validasi. Validasi merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk menjamin bahwa produk obat yang dihasilkan mempunyai kualitas yang konsisten. Validasi didefinisikan sebagai tindakan membuktikan dan mendokumentasikan bahwa seluruh proses, prosedur dan metode telah secara benar dan konsisten memberikan hasil yang diperkirakan. Kegiatan validasi harus dilakukan oleh industri farmasi mencakup aspek kritis dari suatu kegiatan produksi diantaranya validasi pembersihan, validasi metode analisa dan validasi proses. Validasi proses pembersihan adalah tindakan pembuktian bahwa prosedur pembersihan yang ditetapkan mampu dipergunakan untuk pembersihan alat secara konsisten, meyakinkan, dan hanya menyisakan residu hingga tingkat yang diperbolehkan. Validasi pembersihan mutlak dilaksanakan untuk situasi dimana meminimalkan residu sangat diperlukan, misalnya pada alat yang dipakai untuk ultiproduk. Validasi pembersihan dilakukan untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan telah bekerja secara efektif untuk tujuan pembersihan. Dalam melakukan proses validasi pembersihan, di PT. Holi Pharma perlu dilakukan pembuatan matriks validasi pembersihan. Matriks validasi pembersihan ini merupakan aspek kritis dari pembersihan. Terdapat 3 aspek penting yang menjadi dasar untuk melakukan prosedur validasi pembersihan yaitu nilai MTD ( Minimum Therapeutic Dose), LD ( Lethal Dose) dan kelarutan suatu zat aktif (Solubility). Dalam mencari nilai MTD dari masing-masing zat aktif yang terdapat di dalam 49
produk, dapat diperoleh di MSDS ( Material Safety Data Sheet ) atau referensi lain yang diakui. Data tersebut diberi skor dengan ketentuan pembobotan : Grup TDD/MTD 1 1000-9000 mg 2 100-1000 mg 3 10-99 mg 4 1-9 mg 5 < 1 mg Hasil dari pembobotan ini dikalikan dengan 2 (dua) yaitu nilai yang menunjukkan tingkat atau resiko kontaminasi yang mungkin terjadi. Bahan aktif yang dicari nilai MTDnya yaitu ambroxol HCL, kalsium laktat pentahidrta,
cetirizinie
dihidroklorid,
eritromisin
stearat,
glibenklamid,
haloperidol, isoniazid, ketoprofen, papaverin, fenilbutazon, dan propanolol. Semua bahan aktif yang disebutkan merupakan bahan aktif yang digunakan untuk produk tablet/kaplet/kapsul. Dalam pembuatan matriks validasi pembersihannya, daftar bahan aktif untuk jenis sediaan yang berbeda dibuat dengan daftar yang berbeda pula. Sedangakan untuk bahan aktif yang digunakan untuk bahan sirup/suspensi/cairan
luar
yaitu
ambroxol
HCl,
asam
salisilat,
cetirizin
dihidroklorid, gentian violet, kaolin pektin, mebendazol, parasetamol, rizanol, sulfur pp dan zink sulfat monohidrat. Mencari data kelarutan dari masing-masing zat aktif yang terdapat dalam produk diperoleh dari MSDS ( Material Safety Data Sheet ) atau referensi lain yang diakui. Data tersebut diberi skor dengan ketentuan pembobotan : Data kelarutan : FI IV, 1995 Grup
Istilah Kelarutan
Jmlah Bagian Pelarut yng diperlukan untuk Melarutkan 1 Bagian Zat 1 Sangat mudah larut <1 Mudah larut 1-10 2 Larut 10-30 Agak sukar larut 30-100 3 Sukar larut 100-1000 4 Sangat sukar larut 1000-10000 10000 5 Praktis tidak larut Hasil dari pembobotan ini dikalikan 3 (tiga) yaitu nilai yang menunjukkan tingkat atau resiko kontaminasi yang mungkin terjadi. 50
Bahan
aktif
untuk
sediaan
tablet/kaplet/kapsul
kelarutannya yaitu ambroxol HCL, kalsium laktat
yang
dicari
data
pentahidrta, cetirizinie
dihidroklorid, eritromisin stearat, glibenklamid, haloperidol, isoniazid, ketoprofen, papaverin,
fenilbutazon,
sirup/suspensi/cairan
luar
dan yaitu
propanolol. ambroxol
Sedangkan
HCl,
asam
untuk salisilat,
bahan cetirizin
dihidroklorid, gentian violet, kaolin pektin, mebendazol, parasetamol, rizanol, sulfur pp dan zink sulfat monohidrat. Dalam prosesnya, data kelarutan didapatkan dari farmakope indonesia edisi ke-4 dan Britsh pharmacopea jika data kelarutan dari FI IV tidak ditemukan. Mencari data LD50 daring msaing-masing zat aktif yang terdapat dalam produk yang dapat diperoleh dari MSDS ( Material Safety Data Sheet ) atau referensi lain yang diakui. Data tersebut diberi skor dengan ketentuan pembobotan : Grup
Deskripsi
Lethal Dose untuk manusia (mg/kg)
1
Practically nontoxic
>15000
Slightly toxix
5000-15000
2
Moderately toxic
500-5000
3
Very toxic
50-500
4
Extremely toxic
5-50
5
Supertoxic
<5
Hasil dari pembobotan ini dikalikan dengan 2 (dua) yaitu nilai yang menunjukkan tingkat atau resiko kontaminasi yang mungkin terjadi. Bahan
aktif
untuk
sediaan
tablet/kaplet/kapsul
kelarutannya yaitu ambroxol HCL, kalsium laktat
yang
dicari
data
pentahidrta, cetirizinie
dihidroklorid, eritromisin stearat, glibenklamid, haloperidol, isoniazid, ketoprofen, papaverin, fenilbutazon, dan propanolol. Sedangkan bahan aktif sediaan sirup/suspensi/cairan luar diantaranya ambroxol HCl, asam salisilat, cetirizin dihidroklorid, gentian violet, kaolin pektin, mebendazol, parasetamol, rizanol, sulfur pp dan zink sulfat monohidrat. Semua bahan aktif mendapatkan nilai LD 50 yang berasal dari referensi MSDS. Data LD50 yang didapatkan dari sumber MSDS merupakan data LD50 untuk tikus sedangkan data yang harus dicantumkan pada 51
matriks validasi pembersihan adalah data LD50 untuk manusia. Dalam prosesnya, semua data LD50 bahan aktif yang didapatkan dari MSDS dilakukan proses konversi dosis menggunakan tabel lawrence. Proses konversi dosis dilakukan dengan cara nilai dosis tikus yang berasal dari data MSDS disetarakan nilainya dengan tabel contohnya jika nilai LD 50 masih dalam satuan mg/kg BB tikus, maka penyetaraannya dilakukan dengan megubahnya mejadi g/200g BB tikus. Setetlah dilakukan penyetaraan, maka nilai dosis LD50 dikalikan dengan faktor pengali pada tabel lawrence untuk manusia sehingga didapatlah nilai dosis LD50 untuk dosis manusia. Selain
kegiatan
diatas,
kegiatan
yang
dilakukan
rutin
selama
melaksanakan PKL di PT. Holi Pharma yaitu kegiatan kualifikasi kinerja. Pada prinsipnya dilakukan kualifikasi kinerja dengan alasan untuk membuktikan, menjamin, dan meyakinkan bahwa kinerja suatu alat, sistem atau fasilitas yang digunakan selama kegiatan produksi masih sesuai dengan spesifikasi dan fungsinya. Dalam hal ini jika hasil kualifikasi kinerja didapatkan bahwa hasilnya OOS (Out Of Specification) maka dibuat laporan penyimpangan yang berlanjut dengan membuat laporan perubahannya untuk proses perbaikan. Hasil kualifikasi kinerja ini sangat berpengaruh terhadap hasil dari pengolahan produk sebagai contohnya kualifikasi kinerja AHU yang berpengaruh pada tekanan udara di ruangan tempat pengolahan. Dalam hal ini tekanan udara di tempat pengolahan produk harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam CPOB. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu tekanan udara pada ruang koridor harus lebih besar tekanannya dibanding dengan tekanan ruang antara. Sedangkan untuk tekanan di ruang pengolahan, tekanan udara tergantung dari fungsi ruangan dari proses yang dilakukan. Contohnya jika suatu ruangan digunakan untuk proses pengolahan sediaan solid, maka tekanan udara di tempat pengolahan harus lebih kecil dibanding koridor agar udara atau debu dari dalam ruangan tidak masuk ke koridor sedangkan tekanan udara di tempat pengolahan sediaan liquid atau semisolid, tekanan udara diatur harus lebih besar dari tekanan udara koridor agar udara dari koridor tidak dapat masuk ke ruangan pengolahan.
52
Dalam melakukan proses kualifikasi, masing-masing kualifikasi memiliki parameter kritis yang berbeda. Sebagai contoh, parameter untuk kulaifikasi kinerja mesin stripping yaitu diukur kapasitas mesin dalam melakukan proses penyetripan. Dalam prosesnya dilakukan dengan cara menghitung jumlah produk yang telah melalui proses striping selama 1 menit. Selian itu, dalam prosesnya dilakukan juga penghitungan waktu penyetripan untuk satu kali pemotongan strip dengan kecepatan pemotongan yang sudah diatur sesuai ketentuan. Parameter kritis lain yang dapat digambarkan yaitu parameter untuk mesin ultra turax atau mesin pengadukan. Parameter yang diuji yaitu viskositas larutan yang dihasilkan dari proses pengadukan dengan menggunakan mesin tersebtu. Kegiatan lain yang dilakukan selama PKL yaitu kegiatan kalibrasi alat. Kalibrasi merupakan suatu tindakan untuk membandingkan nilai ukur yang dihasilkan suatu mesin dengan nilai ukur standar. Contohnya dalam kalibrasi alat mesin supermixer . Pada prosesnya, kalibrasi alat supermixer terdapat dua parameter yang diuji yaitu parameter waktu dan kecepatan putaran. Dalam pengujian parameter waktu, mesin supermixer diatur untuk melakukan mixing selama waktu tertentu yang telah ditentukan. Dalam kondisi yang berbeda, ketika mesin timer dinyalakan, stopwatch dinyalakan dan dihentikan ketika mesin supermixer berhenti bekerja. Dalam hal ini terdapat dua hasil waktu yang berbeda. Waktu yang dihasilkan stopwatch merupakan waktu standar, sedangkan waktu yang diatur pada mesin, merupakan waktu pengamatan. Kedua waktu ini dibandingkan untuk melihat hasil kinerja mesin. Jika waktu yang pengamatan berbeda dan melebihi batas toleransi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut harus dilaporkan dan agar dilakukan perbaikan terhadap mesin. Dari parameter waktu ini dapat mempengaruhi terhadap produk yang dihasilkan. Jika pada mesin supermixer terjadi penyimpangan pada alat timer, maka akan berpengaruh terhadap waktu selama proses mixing . Waktu untuk porses mixing akan berpengaruh terhadap homogenitas sediaan yang ujungnya akan berpengaruh terhadap kandungan bahan aktif kemudian efek terapi. Selian parameter waktu, parameter yang diamati pada mesin supermixer adalah kecepatan putaran. Pada porsesnya, untuk menghitung kecepatan putaran terdapat bagian di dalam mesin 53
supermixer . bagian yang diukur ini terhubung dengan bagian pengaduk serbuk atau granul. Dalam hal ini terlihat hubungan antara kecepatan putaran akan menghasilkan produk dengan kualitas yang berbeda. Jika kecepatan putaran tidak sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan maka homogenitas dari hasil pengadukan mesin supermixer akan kurang baik.
54
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan dan pengamatan selama Praktek Kerja Lapangan di PT. Holi Pharma, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pekerjaan Kefarmasian yang dapat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian di Industri Farmasi mempunyai ruang lingkup yang cukup luas mulai dari bagian penelitian dan pengembangan, pengawasan mutu, pemastian mutu, produksi obat, perencanaan persediaan hingga proses pengemasan suatu obat. 2. Peserta PKL dapat memahami peran dan tanggung jawab sebagai seoerang tenaga teknis kefarmasian dalam pelaksanaan kegiatan kefarmasian di Industri Farmasi, khususnya di PT.Holi Pharma. 3. Peserta PKL dapat mengetahui dan memahami gambaran kegiatan di industri melalui praktek kerja secara langsung di PT. Holi Pharma yang berhubungan dengan kompetensi sebagai tenaga teknis kefarmasian. 4. Praktek Kerja Lapangan ini dapat memberikan gambaran nyata tentang pekerjaan dan peranan serta tanggung jawab apoteker di Industri Farmasi. 5.2
Saran
Dari hasil pengamatan selama Praktek Kerja Lapangan di PT. HoliPharma, dapat disarankan untuk meningkatkan hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan dan industri farmasi sebagai salah satu upaya untuk memberikan gambaran kepada calon tenaga teknis kefarmasian tentang peranannya di bidang industri farmasi.
55