LAPORAN PRAKTIKUM
EKSTRAKSI MINYAK DAN LEMAK
NAMA
: YUSI ANDA RIZKY
NIM
: H311 08 003
KELOMPOK
: I (SATU)
HARI/TGL PERC. : SENIN/18 OKTOBER OKT OBER 2010 ASISTEN
: MUH. ASHADI CANGARA
LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2010
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lemak dan minyak termasuk ter masuk dalam dala m golongan lipida sederhana. sederha na. Lemak dan minyak disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asamasam lemak. lemak.
Asam-asam lemak lemak mengalami esterifikasi dengan dengan ketiga ketiga gugus
hidroksil dari gliserol. Ikatan ester adalah ikatan yang yang paling umum digunakan dalam lemak. Minyak dan lemak adalah trigliserida atau triasil gliserol (merupakan asam ester lemak dengan gliserol). Perbedaan a ntara minyak minyak dan lemak bisa bisa dari bentuk bentu k dan sumbernya yakni minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan umumnya berasal dari tumbuhan yang merupakan minyak nabati dan lemak lemak berbentuk padat pada suhu kamar dan umumnya berasal dari hewan yang merupakan lemak hewani. Lemak dan minyak atau lipida pada umumnya tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam bahan pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. polaritasnya. Dalam percobaan ini dilakukan pengamatan kelarutan beberapa contoh minyak dan lemak terhadap beberapa jenis pelarut seperti air, etanol, kloroform, dan n-heksan sehingga kita dapat menentukan pelarut yang paling baik bagi minyak dan lemak sehingga menjadi dasar penentuan pelarut yang paling tepat dalam ekstraksi minyak dan lemak. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga percobaan ini dilakukan.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami kelarutan minyak dan lemak dalam beberapa pelarut serta metode ekstraksi minyak dan lemak. 1.2.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kelarutan minyak dan lemak dengan menggunakan berbagai macam pelarut. 2. Menentukan dan mengetahui jenis pelarut yang baik dalam ekstraksi minyak dan lemak 1.3 Prinsip Percobaan 1.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah melarutkan minyak/lemak dalam pelarut akuades, etanol, n-heksan, kloroform dan menghitung diameter noda pada penetesan di atas kertas saring yang dikeringkan. 1.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Prinsip dari percobaan ini adalah menambahkan n-heksan dan kloroform pada campuran air dan minyak beberapa kali dan memisahkan larutan yang terbentuk yang kemudian dihitung diameter noda yang terbentuk pada kertas saring yang dikeringkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Lipid (dari kata Yunani lipos, lemak) merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan sifat kelarutannya. Lipid dapat diekstraksi dari sel dan jaringan dengan pelarut organik. Sifat kelarutan ini membedakan lipid dari tiga golongan utama lain dari produk alam lainnya, yaitu karbohidrat, protein, dan asam nukleat, yang pada umumnya tidak larut dalam pelarut organik (Hart dkk., 2003). Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. Sebagai contoh pembuatan ester ( essence) untuk bau-bauan dalam pembuatan sirup atau minyak wangi, pengambilan kafein dari daun teh, biji kopi atau biji coklat dan yang dapat dilihat sehari-hari ialah pelarutan komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dari biji kopi yang telah dibakar atau digiling (Rahayu, 2009).
Aplikasi metode ekstraksi tidak hanya dalam pemisahan minyak dan lemak dari campurannya. Ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik, atau biokimia. Salah satu pemanfaatannya adalah dalam reaksi transesterifikasi minyak sawit menjadi biodiesel. Biodiesel pada umumnya disintesis melalui reaksi transesterifikasi dengan alkohol ringan menggunakan katalis basa konvensional. Dengan pemanfaatan ekstraksi, kalium yang terkandung dalam abu tandan kosong (TKS) dapat dipakai sebagai katalis dalam konversi minyak sawit menjadi biodisel melalui reaksi transesterifikasi (Imanuddin dkk., 2008). Perbedaan lemak dan minyak bisa dilihat pada sifat fisiknya. Pada temperatur kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair. Suatu kekecualian adalah minyak nabati yaitu minyak kelapa, yang mencair pada temperatur 21-25ºC, hampir sama dengan temperatur kamar di daerah beriklim dingin dan di bawah temperatur kamar di daerah tropis. Lemak dan minyak pada umumnya merupakan trigliserida yang tidak homogen dengan beberapa kekecualian. Oleh sebab itu kebanyakan trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda, misalnya satu asam palmitat, satu asam stearat dan satu asam oleat sebagai esternya. Golongan asam lemak yang spesifik yang ada dalam trigliserida tergantung pada jenis spesies dan kondisi lainnya (Fessenden dan Fessenden, 1997) Lemak dan minyak mempunyai struktur kimia umum yang sama. Perbedaan antara lemak dan minyak disebabkan karena terdapatnya asam-asam lemak yang berbeda. Lemak mengandung sejumlah besar asam-asam lemak jenuh
yang terdistribusi di antara trigliserida-trigliserida sedangkan minyak mempunyai sejumlah besar asam lemak tidak jenuh. Adanya asam-asam lemak tidak jenuh akan menyebabkan lebih rendahnya titik lincir ( slip point ) yaitu suhu di mana lemak atau minyak mulai mencair. Pada umumnya, lemak diperoleh dari bahan hewani sedang minyak dari bahan nabati. Keduanya, lemak dan minyak, mengandung sejumlah kecil non-trigliserida; khususnya, senyawa kompleks asam lemakyang mengandung fosfat yang dinamakan fosfolipida (Gaman dan Sherrington, 1994). Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuknya akrolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan membentuk aldehida tak jenuh atau akrolein tersebut (Winarno, 2004). Lemak adalah campuran trigliserida. Trigliserida terdiri atas satu molekul gliserol yang berikatan dengan tiga molekul asam lemak. Digliserida terdiri dari gliserol yang mengikat dua molekul asam lemak sedangkan monogliserida hanya memiliki satu asam lemak. Digliserida dan monogliserida sering terdapat dalam makanan berlemak dalam jumlah sedikit (Ga man dan Sherrington, 1994). Satu molekul gliserol dapat mengikat satu, dua, atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut monogliserida, digliserida, atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah (Poedjiadi, 1994) :
H2C
OH
H2C
HC
OH
HC
OH
H2C
OH
H2C
OH
gliserol
H2C
OCO
R1
monogliserida
OH
H2C
OCO
R1
HC
OCO
R2
HC
OCO
R2
H2C
OCO
R3
H2C
OCO
R3
digliserida
trigliserida
Suatu trigliserida R 1 ± COOH, R 2 ± COOH, dan R 3 ± COOH adalah molekul asam lemak yang terik at pada gliserol. K etiga molekul asam lemak itu boleh sama, boleh ber beda. Asam lemak yang terdapat dalam alam adalah asam palmitat, stearat, oleat, dan linoleat (Poedjiadi, 1994). Tipe gliserida yang paling seder hana adalah yang k etiga asam lemak nya sama. Namun demik ian, k ebanyak an trigliserida mengandung dua atau tiga asam lemak yang ber beda dan dik enal sebaga trigliserida majemuk. Lemak alami adalah campuran dari trigliserida majemuk yang ber beda-beda dan k arenanya dapat mengandung sejumlah asamlemak yang beranek a ragampula. Pada dasarnya ada dua tipeasamlemak (Gaman danSherrington, 1994) : 1. Asam lemak jenuh, yaitu bila rantai hidrok ar bonnya dijenuhi dengan hidrogen. 2.
Asamlemak tidak jenuh, yaitu bila rantai hidrok ar bonnya tidak dijenuhi oleh hidrogendank arena itu mempunyai satu ik atanrangk ap atau lebih.
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan gliserol, minyak kelapa, margarin, etanol, kloform, n-heksan, kertas saring, korek api, akuades, tissu rol, sabun cair, dan kertas label. 3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, oven, pembakar spritus, mistar, pensil, pinset, sikat tabung, dan gegep. 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 4 buah, masing-masing diisi dengan 5 tetes sampel minyak dan lemak. Tabung reaksi pertama ditambahkan akuades, tabung reaksi kedua dengan etanol, tabung reaksi ketiga dengan kloroform, dan tabung reaksi keempat dengan n-heksan. Tiap-tiap tabung reaksi tersebut kemudian dikocok, dipipet dan diteteskan pada kertas saring. Kertas saring yang ditetesi masing-masing larutan kemudian dikeringkan dalam oven lalu diukur diameter masing-masing noda yang ada. 3.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Diambil tabung reaksi yang berisi campuran air dan minyak/lemak, selanjutnya ditambahkan 1 mL kloform. Dikocok tabung hingga tampak dua
lapisan. Dipindahkan lapisan yang satu ke tabung reaksi yang lain. Lapisan air pada tabung ditambahkan lagi 1 mL. Lapisan organik digabungkan. Dikocok dan dipipet masing-masing 1 tetes larutan dalam tabung tersebut di atas kertas saring. Dikeringkan kertas saring di dalam oven. Diukur masing-masing diameter noda yang ada dan dicatat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Pengamatan 4.1.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut ( solvent ). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat dalam pelarut organik maupun dalam air bergantung pada jenis zat tersebut. Zat-zat yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar (seperti air) dan zat-zat yang
nonpolar
akan
larut
dalam
pelarut-pelarut
nonpolar
(umumnya
pelarut-pelarut organik). Data pengamatan diameter noda yang dihasilkan oleh minyak dengan berbagai pelarut dapat dilihat pada tabel berikut : Pelarut
Diameter Noda (cm)
Keterangan
Air
1,30
2 fasa
Etanol
1,75
2 fasa
n-Heksan
3,25
1 fasa
Kloroform
1,50
2 fasa
4.1.2 Ekstraksi minyak dan Lemak
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, dilakukan pencampuran antara sampel campuran air dengan minyak dan lemak dengan kloroform. Lapisan organiknya dipisahkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi lain. Lapisan air yang tetap ada dita mbahkan lagi kloroform. Data pengamatan hasil ekstraksi sampel-sampel minyak dan lemak dapat dilihat pada tabel berikut : Lapisan
Diameter Noda (cm)
keterangan
Air
2,00 cm
2 fasa
Organik
1,20 cm
1 fasa
4.2 Reaksi 4.2.1 Kelarutan Minyak dan Lemak a. Minyak dan air O H2 O
1
O H O
2
O H2 O
3
+
H2O
b. Minyak dengan etanol
O
O
CH2 O C R 1 O CH O C R 2
CH2 O C R 1 O + 3 C2H5OH
O
CH O C R 2 O
CH2 O C R 3
CH2 O C R 3
C2H5OH
c. Minyak dengan n-heksana
O
O
CH2 O C R 1 O CH O C R 2 + 3 CH3(CH2 )4CH3
CH2 O C R 1 O CH O C R 2
O
O
CH2 O C R 3
CH2 O C R 3
CH3(CH2)4CH3
d. Minyak dengan kloroform
O
O
CH2 O C R 1 O CH O C R 2 O CH2 O C R 3
+ 3 CHCl3
CH2 O C R 1 O CH O C R 2 O CH2 O C R 3
CHCl3
4.2.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak a. Minyak/lemak dengan air
O CH2 ± O ± C R 1 O CH ± O ± C
+
H 2O
R 2 O CH2 ± O ± C R 3 b. Minyak/lemak dengan kloroform
O CH2 ± O ± C
O R 1
CH2
O
C O
R 1
CH
O
C O
R 2
CH2
O
C
R 3
O CH ± O ± C
+
CHCl 3
R 2 O
CHCl3
CH2 ± O ± C R 3
4.3 Pembahasan 4.3.1 Kelarutan Minyak dan Lemak
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu minyak dan lemak ialah panjang pendeknya rantai asam lemak penyusunnya. Suatu gliserida asam lemak rantai pendek dapat dengan mudah larut dalam air, sementara itu gliserida asam lemak rantai panjang tidak dapat larut dalam air. Semakin panjang rantai atom karbon penyusun lemak dan minyak, semakin tidak polar minyak dan lemak tersebut, sehingga semakin tidak larut dalam air.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan yang paling baik bagi minyak dan lemak dimana pelarutnya adalah akuades, etanol, n-heksana, dan klororform, dengan cara melihat dan mengukur diameter noda yang dihasilkan setelah ditetesi pada kertas saring dimana kertas saring itu telah dikeringkan. Fungsi dari pengeringan kertas saring adalah untuk memudahkan dilakukannya pengukuran dan untuk mendapatkan hasil noda yang lebih baik karena pada saat kertas saring telah kering, noda yang terbentuk akan lebih mudah untuk diamati. Dalam percobaan penentuan kelarutan minyak dan lemak, sampel minyak dan lemak dilarutkan dalam beberapa pelarut seperti air, etanol, kloroform, dan n-heksan untuk melihat kelarutannya. Dalam percobaan diatas terlihat bahwa minyak kelapa tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan karena perbedaan sifat kepolarannya dimana sampel diatas tersebut bersifat non polar sedangkan pelarut yang digunakan bersifat polar, selain itu sampel tersebut umumnya berbentuk trigliserida berantai panjang sehingga sangat sulit untuk larut dalam air. Selanjutnya minyak kelapa sedikit larut dengan membentuk 2 fasa dengan pelarut etanol hal ini disebabkan karena etanol adalah pelarut yang bersifat semi polar dan rantai karbonnya tidak terlalu panjang sehingga jika di campurkan dengan keempat sampel tersebut akan membentuk kelarutan yang sedikit dimana fasa diatas adalah sampel dan fase bawah adalah fase etanol karena momen dipol etanol dan bobot molekulnya lebih besar dibandingakn keempat sampel tersebut. Kemudian minyak kelapa dilarutkan dengan pelarut kloroform dimana minyak kelapa larut dengan kloroform hal ini disebabkan karena kloroform pada struturnya ada satu atom H yang terikat Cl, sehingga ada sedikit perbedaan momen dipol yang menyebabkan kloroform tidak terlalu polar sehingga dapat
larut pada sampel yang bersifat non polar. Namun, dalam kloroform, terbentuk larutan yang keruh karena pengaruh momen dipolnya. Dilihat dari noda yang dihasilkan, hubungan kelarutan dengan diameter noda pelarut pada kertas saring yaitu semakin besar diameter noda, semakin besar pula kelarutan minyak dan lemak dalam pelarut tersebut. Hal ini disebabkan karena
semakin
larut
minyak
dan
lemak
dalam
suatu
pelarut,
maka
partikel-partikel minyak dan lemak tersebut akan semakin terdistribusi secara merata dalam pelarut, sehingga apabila pelarut diteteskan pada suatu kertas saring dan kemudian kertas saring tersebut dipanaskan hingga pelarutnnya menguap, akan tersisa noda minyak atau lemak yang diameternya besar. Berbeda jika minyak dan lemak tersebut tidak larut. Jika minyak dan lemak tidak larut, maka dalam pelarut tersebut tidak ada partikel-partikel lemak atau minyak, sehingga apabila pelarut diteteskan pada kertas saring dan kemudian dipanaskan hingga pelarut tersebut menguap, maka tidak ada noda minyak atau lemak pada kertas saring. Berdasarkan percobaan ini, kelarutan minyak kelapa yang paling baik adalah dalam n-heksan. Urutan kelarutannya dalam etanol, kloroform, dan n-heksan adalah n-heksan > kloroform > etanol > air. 4.3.2 Ekstraksi Minyak dan Lemak
Suatu hal yang penting dalam ekstraksi pelarut adalah perbandingan distribusi yang didefinisikan sebagai perbandingan antara konsentrasi zat dalam pelarut organik dengan konsentrasi zat tersebut dalam pelarut air. Sehingga, dalam melakukan ekstraksi yang paling penting adalah bagaimana kita memilih pelarut yang paling tepat. Semakin larut minyak dan lemak dalam suatu pelarut, maka
semakin baik pelarut tersebut digunakan dalam ekstraksi. Hal ini disebabkan karena akan semakin besar nilai koefisien distribusinya, dimana semakin besar nilai koefisien distribusi, maka pelarut akan semakin baik untuk digunakan. Dalam percobaan ekstraksi minyak dan lemak ini, hanya digunakan pelarut kloroform. Dari pelarut ini, dapat dibuktikan bahwa minyak dan lemak cukup larut dalam kloroform yang dapat dilihat dari diameter noda yang dihasilkan. Saat dicampurkan terdapat dua lapisan. Saat kloroform dan air dicampurkan, larutan kloroform di bawah dan air di atas karena berat jenis air lebih kecil dari pada kloroform. Tabel di atas menunjukkan pelarut air memberikan noda yang bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan lapisan minyak. Artinya minyak dan lemak sangat larut dalam air. Hal ini sangat tidak bersesuaian dengan teori yang ada, air bukan pelarut yang baik untuk minyak dan lemak karena perbedaan kepolarannya. Hal ini terjadi mungkin karena praktikan terlalu memaksakan untuk memberikan noda pada kertas saring, walaupun sebenarnya tak ada noda pada kertas saring tersebut. Ketidaktahuan atau kurangnya pemahaman praktikan juga menjadi kendala pada percobaan ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Pelarut yang paling baik untuk melarutkan minyak dan lemak adala h n-heksan. Urutan kelarutannya adalah n-heksan > kloroform > etanol > air. 2. Kloroform merupakan pelarut yang cukup bagus untuk digunakan dalam ekstraksi minyak dan lemak. 5.2 Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium yakni sebaiknya persediaan bahan-bahan untuk semua percobaan diperbanyak dan kebersihan laboratorium lebih dijaga lagi, terlebih lagi untuk laboratorium biokimia. Saran yang dapat saya berikan untuk percobaan kali ini yakni sebaiknya pada percobaaan kelarutan minyak dan lemak, sampel minyak dan lemaknya lebih divariasikan lagi, jangan hanya satu jenis sampel minyak atau lemak saja, agar praktikan dapat membandingkan dengan jenis-jenis minyak atau lemak lainnya, sehingga pengetahuan praktikan lebih berkembang dan pada percobaan ekstraksi minyak dan lemak, jenis pelarut yang digunakan jangan cuma satu saja, karena tujuan dari percobaan ini adalah menentukan jenis pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak, jadi butuh lebih dari satu jenis pelarut yang digunakan sebagai pembanding antara jenis pelarut yang satu dengan pelarut yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, J., dan. Fessenden, J.S., 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Binarupa Aksara, Jakarta. Gaman, P.M., dan Sherrington, K.B., 1994, Pengant ar Ilmu P angan Nut ri si dan Mik r obiolog i, UGM-Press, Yogyakarta. Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik : Edisi Sebelas, diterjemahkan oleh : Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta. Imanuddin, M., Yoeswono, Wijaya, K., dan Tahir, I., 2008, Ekstraksi Kalium dari Abu Tandan Kosong Sawit sebagai Katalis pada Reaksi Transesterifikasi Minyak Sawit, Bulletin of Chemical Reaction Eng ineer ing & C at alysis (online), 3(1-3):14-20, (http://bcrec.ac.id, diakses tanggal 23 Oktober 2010, pukul 21.00 WITA). Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia edisi revisi, UI-Press, Jakarta. Rahayu, S. S., 2009, Ekst raksi, (online), (http://bcrec.ac.id,), diakses 23 Oktober 2010, pukul 20.35 WITA. Winarno, F.G., 2004, Kimia P angan dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 23 Oktober 2010 Asisten
(MUH. ASHADI CANGARA)
Praktikan
(YUSI ANDA RIZKY)
Lampiran Bagan Kerja Kelarutan Minyak dan Lemak
5 tetes sampel
-
Dimasukkan dalam 4 buah tabung reaksi
-
Diberikan tanda untuk masing-masing tabung
-
Tabung 1 ditambahkan dengan air
-
Tabung 2 ditambahkan dengan etanol
-
Tabung 3 ditambahkan dengan kloroform
-
Tabung 4 ditambahkan dengan n-heksana
-
Dikocok dan dipipet
-
Diteteskan 1 tetes pada kertas saring yang diberi tanda
Noda
Data
-
Dikeringkan dalam oven
-
Diukur diameter noda
Bagan Kerja Ekstraksi Minyak dan Lemak
Campuran air dan minyak -
Ditambahkan 1 mL kloroform
-
Dikocok
Larutan dengan dua lapisan
-
Kedua lapisan dipisahkan
Lapisan organik (I)
Lapisan air (I)
- Ditambah 1 mL kloroform
- Disimpan
- Dikocok dan dipisahkan lagi
Lapisan air (II)
Lapisan Organik (II)
- Dikocok dan dipipet
- Digabungkan (I & II)
- Diteteskan 1 tetes pada kertas
- Dikocok dan dipipet
Saring
- Diteteskan 1 tetes pada kertas saring
Noda
Data
Noda
- Dikeringkan dalam oven
- Dikeringkan dalam oven
- Diukur diameter noda
- Diukur diameter noda Data