BAB X KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
10.1 Pendahuluan Beberapa istilah yang ada dalam keselamatan dan kesehatan kerja antara lain: 1.
Keselamatan dan kesehatan. Keselamatan adalah bebas dari bahaya yang berasal berasal dari lingkungan kerja atau ada pendapat pendapat yang mengatakan bahwa keselamatan keselamatan adalah kesehatan kesehatan
keadaan
yang
tidak
membawa
resiko. resiko.
Sedangkan Sedangkan
adalah keadaan dimana tubuh dan pikira pikiran n berada berada dalam dalam keadaan keadaan
baik. 2.
Resiko. Resiko.
Resi Resiko ko
bisa bisa
memungkinkan memungkinkan terjadinya terjadinya adalah
diarti diartikan kan
kecelakaan. kecelakaan.
sebaga sebagaii
faktor faktor-f -fakt aktor or
Kemungkinan Kemungkinan
yang
yang yang
dimaksud dimaksud
probabilitas kecelakaan kerja kerja terjadi. Nilai tersebut sering dinyatakan
dalam statistik. 3.
Bahaya. Bahaya sering digunakan untuk menerangkan keadaan yang beresiko tinggi.
4.
Kecelakaan. Kecelakaan.
Kecelaka Kecelakaan an
bisa
diarti diartikan kan
sebagai sebagai
suatu suatu
kejadian kejadian
yang yang
tidak direncanakan direncanakan yang mengakibatkan mengakibatkan seseorang seseorang terluka terluka atau terjadinya terjadinya kerusakan harta benda.
10.2 Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tindakan untuk meningkatkan usaha pencegahan kecelakaan di tempat kerja perlu perlu dilaku dilakukan kan bersam bersama-sa a-sama. ma. Sediki Sedikitny tnyaa ada 3 sebab sebab mengap mengapaa kecelak kecelakaan aan kerja perlu dihindari. Tiga hal tersebut adalah: 1.
Aspek ekonomi. Kecelakaan di tempat kerja bisa mengakibatkan kerugian secara ekonomi. ekonomi. Kerugian Kerugian itu bisa berupa biaya pengobatan pengobatan bila terjadi terjadi sakit atau cidera, biaya ganti rugi kerusakan, dan terjadi perpanjangan waktu pelaksanaan.
Dampak ekonomi ini menjadi aspek yang paling penting baik langsung maupun tidak langsung. 2.
Aspek
kemanusiaan.
dalam melaksanakan maka
Aspek
ini
pekerjaan.
patut
Dengan
menjadi adanya
perhatian
aspek
serius
kemanusiaan,
setiap komponen dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi harus
bisa memastikan bahwa semua pekerja yang terlibat berada dalam kondisi sehat, selamat, dan tidak mengalami kecelakaan selama bekerja. 3.
Aspek
perundang-undangan.
Semua
yang
terlibat
dalam
pekerjaan
konstruksi harus mematuhi, memahami dan menjalankan semua peraturan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang berlaku. Peraturan tersebut dibuat untuk memastikan bahwa kecelakaan kerja di suatu proyek konstruksi
tidak terjadi. Kegagalan dalam melaksanakan peraturan akan
berdampak pada proses hukum pelaksanaan
proyek
yang
pada
akhirnya
bisa
menunda
yang bersangkutan.
10.3 Desain Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Seorang
desainer
dapat
memberikan
kontribusi
signifikan
berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi. Mereka dalam melakukan perencanaan harus
sudah
memikirkan
tahap
pelaksanaan
dari
apa
yang
direncanakan, sehingga diharapkan keputusan - keputusan kritis yang dibuat oleh kontraktor pelaksana saat pelaksanaan dapat diminimalisasi. Tahun 1991 The European Foundation for the improvement of living and working
condition
menyimpulkan
bahwa sekitar
60%
kejadian
fatal
pada fase konstruksi disebabkan oleh keputusan-keputusan yang dibuat sebelum pekerjaan dimulai dilapangan. Tahun 1994 studi yang dilakukan oleh industri konstruksi di Inggris keselamatan berikut ini:
menemukan
hubungan
antara
keputusan
desain
dan
kerja konstruksi. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.1
Gambar 10.1 Hubungan Desain dan Keselamatan Kerja Dari Gambar 10.1 tersebut diatas terlihat bahwa keselamatan kerja konstruksi sangat
ditentukan
pada
fase
konsep,
semakin
mendekati
penyelesaian
proyek konstruksi pengaruh yang dapat diberikan semakin kecil. Fase
konstruksi
merupakan
fase
setelah
pekerjaan
perencanaan,
dimana tanggung jawab terbesar pada fase ini ada pada kontraktor pelaksana. Berhasil tidaknya
suatu
proyek diukur
dari hasil yang
dicapai
pada tahap
konstruksi, karena fase konstrusi merupakan fase implementasi dari apa yang telah direncanakan berupa gambar kerja lengkap dengan segala perhitungannya. Banyak keputusan dan perencanaan yang dibuat di lapangan saat fase konstruksi yang menyangkut pencapaian pekerjaan serta metode kerja kaitannya dengan
keselamatan
kerja.
Kontraktor
dalam
melaksanakan
pekerjaannya mendapatkan pengawasan konsultan pengawas, sehingga konsultan pengawas ikut
terlibat dalam memastikan hasil yang dicapai kontraktor memenuhi persyaratan yang ditentukan, sehingga sedikit banyaknya konsultan pengawas ikut terlibat atas setiap keputusan yang dibuat dilapangan.
10.4 Pengawasan Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pola pengawasan K-3 Konstruksi pada hakekatnya dapat dibagi 3 yaitu 1.
Rencana sebelum konstruksi.
2.
Kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja pada fase konstruksi.
3.
Fase penyerahan proyek.
10.4.1 Rencana Sebelum Konstruksi
Seperti sudah disebutkan, bahwa keselamatan dan kesehatan kerja sangat ditentukan
pada
tahapan
konsep
(desain)
atau
sebelum
pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dimulai. Pengawasan terhadap perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memeriksa bahwa dalam
perencanaan telah
mencakup: 1. Pemilihan sistem dan peralatan a. Metode kerja b. Urutan kerja Penempatan peralatan dan bahan Pembersihan. c. Sarana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peralatan keselamatan. Rambu-rambu pengaman MCK. Tempat istirahat Poster
d. Pelayanan kesehatan 2. Organisasi 3. Pola evaluasi: a. Persyaratan yang dituangkan dalam dokumen lelang yang jelas. b. Colon kontraktor adalah perusahaan yang mempunyai reputasi baik dalam keselamatan dan kesehatan kerja. c. Kontraktor memperoleh safety manual dan fasilitas keselamatan dan
kesehatan kerja. d. Kontraktor menyerahkan rencana pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja untuk dievaluasi pengguna jasa. e. Pengguna jasa bersama kontraktor membicarakan diadakannya program insentif keselamatan.
10.4.2 Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Fase Konstruksi
Agar pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja dapat berjalan dengan baik perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pengamanan lokasi kerja Lahan yang akan digunakan tidak bermasalah Tidak mencemari/ mengganggu lingkungan 2. Mengadakan selamatan 3. Kampanye/penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja Menyebarluaskan informasi keselamatan dan kesehatan kerja. Informasi ini menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Informasi ini bisa berupa peraturan – peraturan tentang keselamatan, daerah mana saja yang berbahaya, perlatan apa saja yang perlu disiapkan dan lain-lain.
Dilakukan pada bulan pertama, dilanjutkan secara berkala. Dilakukan pagi hari sebelum pekerja memasuki lokasi kerja. 4. Penggunaan alat / sarana keselamatan dan kesehatan kerja •
Perlengkapan
pelindung:
pagar
proyek,
pagar
pengaman, jaring pengaman, dan lain-lain. Perlengkapan keselamatan diri : helm, sabuk pengaman, sarung tangan, dan lain – lain. Perlengkapan kerja: masker, kacamata las, sarung tangan khusus dll.
Rambu-rambu petunjuk daerah berbahaya, daerah wajib helm,
dilarang merokok, jagalah kebersihan dll. Lampu penerangan pada pintu masuk/ keluar. Alat pemadam api. 5. Kesehatan: Kerjasama dengan Puskesmas/ RSU untuk pertolongan pertama. Menyediakan tempat MCK secukupnya. Menyediakan urinoir sementara dan dibersihkan secara rutin. Menyediakan bak sampah utama, penampungan sebelum diangkut keluar lokasi proyek. Menyediakan bak sampah ditempat tertentu. Menyediakan corong sampah. Mengungkut sampah setiap hari keluar lokasi proyek. Menyediakan kotak APK dan P3K Penyemprotan obat anti nyamuk secara berkala. 6.
Kebersihan area / lingkungan kerja dilakukan rutin setiap hari
7.
Pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan oleh Puskesmas/ RSU untuk memberikan pelayanan medis bila terjadi gangguan kesehatan.
8.
Kerapian, berkaitan dengan
Bekerja dengan cermat, tertib, serasi dan bersih. Setelah selesai kerja, barang/ alat segera dikembalikan ke tempat semula. Pengangkatan barang dengan alat dilaksanakan sesuai prosedur
10.4.3 Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Fasé Penyerahan
Pada
penyerahan
proyek
yang
dilakukan
setelah
proyek
selesai
seluruhnya, maka aspek keselamatan dan kesehatan kerja tidak menjadi masalah yang
sulit, namun
harus
tetap
mengejutkan, seperti kebakaran secara
bertahap,
atau
agar
pencurian.
tidak Pada
terjadi
hal-hal yang
penyerahan
proyek
aspek keselamatan dan kesehatan kerja cukup rawan, oleh karena
itu perlu diperhatikan halhal sebagai berikut:
waspada
Prosedur penyerahan dibuat yang baik dan dimengerti semua pihak. Tata cara pengoperasian bagian proyek yang sudah diserahkan dibuat dengan jelas. Ditentukan batas yang jelas tentang sistem ijin kerja, lalu lintas antara daerah yang sudah dan yang belum diserahkan. Dilakukan pertemuan berkala antara Pengguna Jasa dengan Kontraktor. Pengguna Jasa memberitahukan kepada Kontraktor kemungkinan adanya bahaya pada saat start-up instalasi.
10.5 Prosedur Pencegahan Kecelakaan Kerja Kunci pencegahan terjadinya kecelakaan adalah mengupayakan adanya ketertiban dan disiplin kerja serta menjaga agar keadaan lapangan tertata dengan baik,
selalu dalam keadaan teratur dan bersih. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia dapat ditempuh melalui upaya: 1.
Kampanye dan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja secara teratur.
2.
Latihan dan demonstrasi keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pekerja.
3.
Melakukan pemeriksaan secara teratur.
4.
Memasang poster dan tanda-tanda keselamatan dan kesehatan kerja pada tempattempat yang strategis.
5.
Memberikan sanksi bagi mereka yang tidak disiplin dan mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
6.
Memberikan penghargaan bagi mereka yang disiplin dan patuh melakukan keselamatan dan kesehatan kerja
7.
Mengadakan pertemuan,
diskusi dan dialog tentang
kesehatan kerja secara berkala dengan pekerja
keselamatan
dan
dan staf sebelum mulai kerja
atau setelah selesai kerja selama proyek berlangsung. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh faktor konstruksi, alat, bahan dan lingkungan antara lain 1. lintas.
Pencegahan kecelakaan akibat angkutan, penggunaan alat dan lalu
Penempatan bahan dan alat pada lokasi proyek perlu direncanakan sebaik
baiknya agar digunakan
pada
waktu
bahan
dan
alat
tersebut
akan
diangkut
dan
tidak mengganggu lalu lintas di tempat kerja dan tidak membahayakan
para pekerja. 2.
Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh kejatuhan benda, antara lain: a. Untuk menghindari benda-benda yang jatuh dan bangurian perlu dipasang jaring b. Benda-benda
yang
tidak
terpakai
tidak
boleh
dibuang
dengan
cara menjatuhkan ke bawah. c. Untuk memindahkan benda yang berat dan sulit harus ada alat pengaman agar tidak menimbulkan bahaya
d. Bangunan bantu sepe.rti perancah harus dibuat yang kokoh agar tidak rubuh. e. Pekerja harus menggunakan helm. 3.
Pencegahan kecelakaan oleh tergelincir, terpukul, terkena benda tajam antara lain: a. Jalan kerja dan tempat injakan kaki harus dijaga tetap bersih dan tidak licin b. Kerja harus dalam posisi dan sikap yang betul c. Tidak menggunakan alat kerja yang bukan semestinya, misalnya pahat untuk memukul paku. d. Memakai sepatu kerja, sarung tangan kerja dan helm. 4.
Pencegahan kecelakaan karena jatuh dan tempat
yang tinggi. antara lain: a. Perancah harus dibuat dengan baik dan kokoh. b. Perancah harus terkait pada bangunan sehingga tidak rubuh. c. Perancah tidak boleh dimuati melampaui kekuatannya. d. Untuk injakan kaki dibuat dan papan yang kuat dan harus lebih dan satu papan. e. Dipasang jaring pengaman dan pinggir pengaman. f. Lantai perancah harus tetap bersih/ tidak licin. g. Pekerja menggunakan sabuk dan tali pengaman. 5. Pencegahan kecelakaan akibat terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan. Kecelakaan akibat terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan jarang
terjadi, tetapi
biasanya
berakibat
fatal.
Usaha
pencegahan
yang
dapat
dilakukan, antara lain: a. Aliran listnik harus ditangani oleh orang yang terampil dan ahli, tempattempat yang ada aliran listrik/ kabel-kabel harus diberi tanda yang jelas. b. Bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti persediaan minyak, minyak cat, kayu harus disimpan jauh dari sumber api.
c. Pada tempat-tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar harus diberi tanda dilarang merokok. d. Aliran listrik perlu mendapat pengamanan yang baik dan dilakukan pengecekan secara rutin.
10.6 Prosedur Penanganan Kecelakaan Kerja Seandainya terjadi suatu kecelakaan pada lokasi kerja, maka perlu diambil berbagai kecelakaan
tindakan
untuk
melakukan
pertolongan
pertama
pada
(PPPK) serta tindak lanjutnya. Untuk itu, maka di lokasi proyek
diperlukan: 1.
Petugas yang dapat melakukan PPPK. Ditunjuk petugas khusus yang pernah mengikuti latihan PPPK.
2.
Alat dan bahan PPPK. Harus disediakan oleh Kontraktor, sekurangkurangnya tersedia kotak PPPK beserta isi yang lengkap.
3.
Daftar nama, alamat dan nomor telepon. Di kantor proyek tersedia daftar nama, alamat,
nomor
telepon
instansi
yang
dapat
dihubungi
bila
terjadi
keadaan darurat. 4.
Petunjuk. Adanya petunjuk yang jelas, berupa poster atau papan-papan petunjuk yang dipasang di kantor proyek atau di tempat-tempat yang strategis dalam jumlah yang cukup. Setelah tindakan tersebut di atas sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya
yang perlu diambil adalah melakukan penyelidikan tentang kecelakaan itu sendiri. Hal ini penting dilakukan karena: 1.
Untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan tersebut.
2.
Mengevaluasi prosedur kerja yang sudah dilakukan apakah perlu untuk dirubah
atau tidak. 3.
Mengambil langkah pencegahan agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.
4.
Menjadikan kecelakaan tersebut sebagai pengalaman bagi yang lain.
10.7 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pencegahan penyakit akibat kerja dapait dilakukan dengan: 1.
Substitusi,
mengganti
bahan-bahan
yang
membahayakan dengan bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil dan mutu. 2.
Isolasi, menjauhkan atau memisahkan suatu pekerjaan yang membahayakan.
3.
Ventilasi, mengalirkan udara bersih ke ruang kerja atau dengan menghisap keluar.
4.
Alat pelindung diri, dapat berbentuk pakaian, topi pelindung kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja dibagian depan, masker khusus, kacamata khusus dan lain-lain.
5.
Pemeriksaan
kesehatan,
meliputi
pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan secara berkala 6.
Latihan pekerja mengetahui kemungkinan
dan adanya
penyebarluasan
informasi,
bahaya/kecelakaan kerja, dan
pekerjadapat bekerja dengan benar. 7.
Istirahat, semua pekerja diberi waktu untuk istirahat secara serentak.