ABSES FOSSA KANINA DAN PENATALAKSANAANNYA PENATALAKSANAANNYA
ABSTRAK
Abse Absess pada fossa canina canina jarang dilaporkan dalam literatur. Infeksi gigi yang sering adalah berasal dari bakteri yang berhubungan dengan abses. Abses pada fossa pada fossa canina canina dapat menyebabkan perkembangan perkembangan sekunder sekunder dan infeksi infeksi gigi incisivus dan caninus rahang caninus rahang atas dan infeksi sinusitis infeksi sinusitis maksila. maksila. Infeksi odontogenik dapat dengan muda mudah h meny menyeba ebarr diep diepan anja jang ng otot otot dan dan waja wajah, h, yang yang dapat dapat menye menyebab babka kan n abses abses mukolabial atau akumulasi pus pada palpebra dan wajah. Kasus pertama seorang lakilaki berusia 74 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah kanan, keluhan dialami sejak 2 minggu sebelum keklinik, kemudian meluas kebawah mata. asien mengalami riwayat nyeri dan demam. emeriksaan fisik pada wajah menunjukkan pembesaran dan pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan, gambaran radiografi panoramik terlihat tampakan radiolusen pada daerah ujung apeks gigi !". #ilakukan insisi drainase intraoral pada daerah apeks gigi !", kemudian dilanjutkan pemberian terapi antibiotik. Kasus kedua seorang pasien berusia 2! tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah kanan sampai kehidung, dialami sejak ! minggu sebelum ke klinik kemudian meluas ke bawah mata dan hidung. asien memiliki riwayat nyeri dan dan dema demam. m. eme emeri riks ksaa aan n fisi fisik k pada pada waja wajah h menu menunj njuk ukka kan n pemb pembes esar aran an dan dan pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan sampai ke hidung. $ambaran radiografi panoramik dan periapikal terdapat gigi !2 dengan penambalan dan pada ujung akar ada tampakan radiolusen. #ilakukan drainase pada pulpa dan sekaligus perawatan saluran akar dan selanjutnya dilakukan kuretase dan pemotongan ujung akar gigi !2.
1
ABSTRACT
Canina fossa abscess rarely reported in the literature. Tooth infection which often are derived from bacteria associated with abscess. Canina fossa abscess can lead to the development of secondary and infection incisors and canines of the upper jaw and maxillary sinusitis infection. Odontogenic infections can easily spread throughout the muscles and the face, which can cause abscesses mukolabial or accumulation of pus in the eyelid and face. The first case of a man aged 7 years came with complaints of swelling on the right face, complaints experienced since ! weeks before clinic, then extends down the eye. "atients experienced a history of pain and fever. "hysical examination showed enlargement and swelling of the face area right cheek, panoramic radiographs look picture radiolucent on the apex of the tooth tip region #$. %ntraoral drainage incision in the apex of the tooth #$, then continued administration of antibiotic therapy. The second case a !#&year&old patient came with complaints of swelling in the face right up to noise, experienced since one week prior to the clinic and then extends to the bottom of the eyes and nose. "atients with a history of pain and fever. "hysical examination showed enlargement and swelling of the face area right cheek to the nose. "anoramic and periapical radiographs are #! teeth with fillings and at the apex there overview radiolucent. 'rainage of the pulp and root canal treatment at the same time and further curettage and cutting apex of the tooth #!.
Key words: Odontogenic %nfections, (ossa Canina abscess.
2
PENDAHULUAN
%ongga mulut merupakan tempat berkembang biaknya berbagai ma&am mikroorganisme. 'ikroorganisme yang se&ara normal ada dalam rongga mulut ini dapat mengakibatkan infeksi apabila, yang pertama sifat mikroorganisme tersebut berubah, baik kualitas maupun kuantitasnya( yang kedua, mukosa mulut dan pulpa gigi terpenetrasi( dan yang ketiga, sistem kekebalan tubuh dan pertahanan seluler terganggu, atau kombinasi dari hal-hal tersebut diatas. Infeksi bisa bersifat akut atau kronis, dimana suatu kondisi akut biasanya disertai dengan pembengkakan dan rasa sakit yang hebat dengan manifestasi sistemik yaitu malaise dan demam yang berkepanjangan. )edangkan bentuk kronis bisa berkembang dari penyembuhan sebagian keadaan akut, serangn yang lemah atau pertahanan yang kuat.! Infeksi merupakan suatu proses yang melibatkan proliferasi mikroorganisme yang menimbulkan reaksi pertahanan tubuh, yaitu suatu proses yang disebut inflamasi. Inflamasi adalah reaksi *askular yang hasilnya merupakan pengiriman &airan, +at-+at terlarut dan sel-sel darah dari darah yang bersirkulasi kedalam jaringan interstitial pada daerah yang &edera atau yang mengalami nekrotik. Inflamasi akut adalah reaksi segera dari tubuh terhadap &edera atau kematian sel. anda tanda pokok peradangan adalah dolor rasa sakit, rubor merah, &alor panas, tumor pembengkakan dan fungsio laesa perubahan fungsi. /ntuk memahami perbedaan antara jenis-jenis peradangan dianggap penting untuk mengetahui dan menentukan terapi pengobatan.2 Infeksi odontogenik adalah penyakit yang paling umum ditemukan dan menjadi masalah pada seluruh dunia maka dari itu menjadi alasan utama untuk men&ari perawatan gigi yang tepat." Infeksi odontogenik dapat berkembang dari gigi yang rusak karies, trauma pada daerah akar gigi, dikarenakan lokasi anatomi dan topografi dari gigi, pathogen dalam mulut atau adanya mediator inflamasi dapat dengan &epat menyusup kedaerah yang terdekat, misalnya trigonum submandibular dan fossa canina. 0al ini dapat mengakibatkan terbentuknya &airan di jaringan lunak
3
dan pembentukan abses. Ini dapat meluas sampai daerah cranial , seperti pada kasus abses fossa canina. 1bstruksi saluran napas, abses periorbital dan abses intracranial merupakan gejala yang paling sering dan sangat familiar ketika infeksi bertambah.4 Infeksi odontogenik merupakan masalah kesehatan umum dan berbahaya( terutama ketika komplikasi yang mengan&am jiwa terjadi. Infeksi ini menyebar melalui tulang dan periosteum terhadap struktur dan ruang di dekatnya atau yang lebih jauh yang meningkatkan risiko septikemia dan kematian untuk pasien yang terkena. Abses fossa canina adalah infeksi odontogenik yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengan&am jiwa. Keberhasilan pengobatan memerlukan pengenalan lebih awal, penentuan faktor etiologi, dan manajemen medis dan bedah yang tepat.4, /ntuk melakukan perawatan infeksi odontogenik, dokter gigi harus memahami terminologi mengenai infeksi dan patofisiologi peradangan. Infeksi odontogenik selalu berasal dari berbagai ma&am mikroba seperti bakteri aerob dan anaerob fakultatif. 3 aktor anatomi memainkan peran kun&i dalam presentasi infeksi bakteri, setelah menyebar di luar batas-batas rahang. enyebaran infeksi &enderung mengikuti garis paling berlawanan, yang ditentukan oleh tulang dan periosteum, otot dan fasia.3 enentuan
tingkat
keparahan
infeksi, e*aluasi pertahanan tuan rumah,
manajemen bedah, dukungan medis, pemberian antibiotik, dan e*aluasi berkala pasien adalah jalur utama pengelolaan infeksi odontogenik. iga faktor utama yang harus dipertimbangkan ketika menentukan keparahan infeksi pada kepala dan leher5 anatomi lokasi, laju perkembangan, dan kompromi jalan napas.7 Abses fossa canina adalah infeksi odontogenik yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengan&am jiwa. Keberhasilan pengobatan memerlukan pengenalan lebih awal, penentuan faktor etiologi, dan manajemen medis dan bedah yang tepat. 4,6 enyebaran infeksi ke fossa canina biasanya berasal dari caninus rahang atas atau gigi premolar atas, sering terlihat di atas otot businator. pembengkakan ini menghilangkan lipatan nasolabial. %uang ini berada di dekat kelopak mata bawah, dan karena itu manajemen dini sangat penting untuk menghindari infeksi sirkumorbital. Ada risiko penyebaran ke kranial, melalui sudut eksternal *ena, yang
4
kemudian menjadi thrombos.7
LAPORAN KASUS
Kasus 1
)eorang laki-laki berusia 74 tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah sebelah kanan, keluhan dialami sejak 2 minggu sebelum ke klinik, kemudian meluas ke bawah mata. asien mengalami riwayat nyeri dan demam. emeriksaan fisik pada wajah menunjukkan pembesaran dan pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan gambar ! 2, gambaran radiografi panoramik terlihat tampakan radiolusen pada daerah ujung apeks gigi !" gambar ". #ari hasil pemeriksaan klinis dan radiografi, pasien didiangnosis abses fossa canina. erawatan yang dilakukan adalah insisi drainase intraoral pada daerah apeks gigi !" gambar 4 , kemudian dilanjutkan pemberian terapi antibiotik.
$ambar !. $ambaran ekstraoral
5
$ambar 2. ampak samping
$ambar ". $ambaran radiografi panoramik
6
$ambar 4. $ambaran klinis intraoral
$ambar . Insisi drainase intraoral pada daerah ape ks gigi !"
Kasus 2
)eorang pasien berusia 2! tahun datang dengan keluhan bengkak pada wajah kanan sampai kehidung, dialami sejak ! minggu sebelum ke klinik kemudian meluas ke bawah mata dan hidung. asien memiliki riwayat nyeri dan demam. emeriksaan fisik ekstraoral pada wajah menunjukkan pembesaran dan pembengkakan didaerah pipi sebelah kanan sampai ke hidung gambar 3. $ambaran radiografi panoramik
7
dan periapikal terdapat gigi !2 dengan penambalan dan pada ujung akar ada tampakan radiolusen gamabar 6 8. #ilakukan drainase pada pulpa dan sekaligus perawatan saluran akar dan selanjutnya dilakukan kuretase dan pemotongan ujung akar gigi !2.
$ambar 3. $ambaran ekstraoral
$ambar 7. $ambaran klinis intraoral
8
$ambar 6. $ambaran radiografi panoramik
$ambar 8. $ambaran radiografi periapikal
9
PENATALAKSAAANNYA
erawatan abses odontogenik akut dapat dilakukan se&ara lokal atau sistemik. erawatan lokal meliputi irigasi, aspirasi, insisi dan drainase, sedangkan perawatan sistemik terdiri atas pengobatan untuk menghilangklan rasa sakit, terapi antibiotik dan terapi pendukung.! Insisi untuk drainase dilakukan se&ara intraoral pada lipatan mukobukal paralel dengan tulang al*eolar pada regio caninus. Anastesi dilakukan ekstraoral didekat foramen infraorbital .6 )uatu hemostat kemudian dimasukkan sedalam mungkin pada akumulasi pus sampai bersentuhan dengan tulang. )ementara itu jari telunjuk pada tangan satunya melakukan palpasi di margin infraorbital . Akhirnya suatu rubber drain ditempatkan dan dijahit pada mukusa untuk menstabilkannya.2 %angkaian insisi dan drainase pasien abses fossa caninus apabila memungkinkan sebaiknya pemilihan obat didasarkan pada hasil smear atau pewarnaan garam, kultur dan tes sensiti*itas. Antibiotik yang dipilih diresepkan dengan dosis yang adekuat dan jangka waktu yang lama.! %adiasi dan indurasi
yang
sangat
sakit
pada
sudut
medial
orbital
mengindikasikan adanya kemungkinana infeksi melaui *ena angular. Infeksi ini dapat menyebar melalui *ena ini menuju sinus &a*ernosus.6 9amun, karena komplikasi ini menimbulkan tuntutan khusus dalam mengelola penyakit, diagnosis tersebut harus diperhatikan se&ara serius, dan pasien biasanya membutuhkan perawatan yang serius dan bahkan dirawat inap se&ara khusus, abses fossa canina dan selulitis memerlukan perawatan &epat untuk mengontrol bakteremia lebih lanjut misalnya, melalui *ena sudut. elah dijelaskan kasus abses fossa canina yaitu terjadi setelah trauma pada gigi taring yang lebih rendah dan memberikan penjelasan yang komprehensif dari patogenesis dan prosedur bedah yang terlibat )elain operasi, pasien diberi terapi antibiotik dan anti-inflamasi untuk men&egah penyebaran lebih lanjut dari infeksi inflamasi ke dalam jaringan lunak dan untuk men&egah kerusakan lanjutan sebagai akibat dari edema. asien diberi ! mg amoksisilin atau asam kla*ulanat dan :, mg metronida+ol, baik intra*ena tiga kali sehari. pasien juga diberi 7 mg natrium diklofenak intra*ena tiga kali sehari untuk
10
men&egah pembengkakan. erapi intra*ena dipertahankan selama satu minggu. %ongga abses dibilas hamper setiap hari. #alam radiografi, kami mengamati repneumati+ation lengkap lesi apikal saat ini.4 enisilin adalah jenis antibiotik yang paling sering digunakan pada infeksi odontogen, baik yang alami maupun semisintesis. Antibiotik ini mempunyai aktifitas bakteriosid yang luas dan bekerja dengan &ara mengganggu pembentukan dan keutuhan dinding sel bakteri.!
gambar 25 proses insisi untuk drainase dari abses, ) umber 5 ragiskos #. 1ral )urgery. ;erlin 5 )pringer ( 2::7. p.22!.
gambar "5 a. insersikan hemostat di daerah ka*itas abses untuk drainase( b. penempatan rubber drain pada lokasi drainase, )umber 5 ragiskos #. 1ral )urgery. ;erlin 5 )pringer ( 2::7. p.22!.
11
gambar 45 insisi daerah *estibulum folt untuk drainase abses fossa canina, )umber 5 ragiskos #. 1ral )urgery. ;erlin 5 )pringer ( 2::7. p.222.
gambar 5 insersikan hemostat dan eksplorasikan daerah abses sampai permukaan tulang untuk memudahkan drainase pus, )umber 5 ragiskos #. 1ral )urgery. ;erlin 5 )pringer ( 2::7. p.222.
PEBAHASAN
/ntuk semua tujuan praktis sebagian besar infeksi berasal dalam tulang rahang
12
bawah dan rahang dari sumber odontogenik, biasanya didapatkan dari infeksi periapikal, infeksi periodontal, kista, sisa akar, infeksi yang tersisa, poket perikorona dan lain-lain.!2 enyebab dan diagnosis infeksi odontogenik serius dan ke&enderungannya untuk menyebar telah dijelaskan se&ara luas dalam literatur. Abses fossa canina merupakan salah satu jenis infeksi odontogenik yang memiliki beberapa faktor pemi&u. 0al ini dapat
dihubungkan
dengan karies gigi,
abses periapikal atau periodontal,
perikoronitis, pulpitis, dan osteitis. 4, Alur dari penyebaran Infeksi 1rofa&ial, yaitu langsung melalui jaringan( melalui sistem limfatik ke kelenjar getah bening regional dan kemudian ke dalam aliran darah( dan langsung melalui aliran darah.8 enyebaran infeksi ke fossa canina biasanya berasal dari gigi caninus rahang atas atau gigi anterior lainnya dan gigi premolar atas, sering terlihat di atas otot businator. pembengkakan ini menghilangkan lipatan nasolabial. %uang ini berada di dekat kelopak mata bawah, dan karena itu manajemen dini sangat penting untuk menghindari infeksi &ir&umorbital. Ada risiko penyebaran ke kranial, melalui sudut eksternal *ena, yang kemudian menjadi thrombos. 7,!: Kasus pertama memperlihatkan pembengkakan pada pipi sebelah kanan kemudian meluas ke bawah mata. 0asil radiografi panoramik menunjukkan tampakan radiolusen pada daerah apeks gigi !". )edangkan untuk kasus kedua memperlihatkan tanda klinis ekstraoral yang hampir sama, tetapi dari hasil radiografi periapikal terdapat area radiolusen di daerah apeks gigi !2 dengan tambalan pada bagian mahkota. emeriksaan radiografi merupakan komponen penting dari manajemen masalah gigi. %adiografi eriapikal, oklusal dan panoramik biasanya dapat memberikan informasi yang diperlukan. 4 0asil penelitian yang dilakukan oleh 'athew dkk, menunjukkan sebesar !3< infeksi odontogenik mengenai ruang fossa canina. )umber infeksi utama berasal dari infeksi pada pulpa 7:.6<. anda dan gejala yang menyertai infeksi ini berupa, pembengkakan, rasa nyeri, trismus, demam, disfagia, dan pengeluaran pus.!!
13
Infeksi odontogenik merupakan infeksi polimikrobial, gabungan dari jenis bakteri aerobik, anaerob fakultatif dan anaerob yang spesifik. 'ikro-organisme yang paling umum pada Infeksi dentoal*eolar adalah )treptokokus viridans.3 )ejalan dengan laporan terbaru yang telah mengkonfirmasi bahwa infeksi rongga mulut = gigi melibatkan anaerob fakultatif, seperti kelompok )treptokokus viridans dan kelompok )treptococcus anginosus, dengan anaerob dominan yang spesifik, seperti *naerob kokus, spesies "revotella dan (usobacterium. enggunaan metode non-kultur &anggih telah mengidentifikasi mikroorganisme lebih luas , seperti spesies Treponema
dan
anaerob
batang
$ram-positif
seperti +ulleidia
extructa,
Cryptobacterium curtum, dan ogibacterium timidum.7 1bjek utama dari perawatan infeksi fasial adalah menghilangkan rasa sakit, pemulihan fungsi, mempertahankan struktur anatomi, dan men&egah penyebaran dan rekurensi dari infeksi. rinsip penatalaksaan infeksi odontogenik yang parah telah dikenal selama berabad-abad, yaitu ekstraksi gigi dan drainase pus.,3 ada kasus ini, perawatan yang dilakukan memliputi insisi drainase intraoral pada daerah apeks gigi !" dilanjutkan dengan pemberian antibiotik untuk kasus pertama, sedangkan untuk kasus kedua yang melibatkan gigi !2 dilakukan drainase melalui pulpa dan sekaligus perawatan saluran akar dan selanjutnya dilakukan kuretase dan pemotongan ujung akar gigi !2. Insisi drainase abses harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari trauma ner*us infraorbital.!: raktisi dokter gigi atau tenaga medis lainnya, memiliki peran penting dalam penatalaksaan infeksi odontogenik. 'ereka dapat mengobati pasien dengan hanya antibiotik, menangani dengan perawatan yang benar atau merujuk ke spesialis bedah mulut dan maksilofasial. ada awalnya antibiotik akan bekerja efektif, tetapi jika pasien tidak melanjutkan ke manajemen definiti*e, masalah akan mun&ul kembali dengan peningkatan keparahan infeksi. Antibiotik adalah faktor predisposisi dalam beberapa sumber berbeda yang telah diterbitkan. Infeksi odontogenik dapat terjadi dari perawatan gigi ketika praktisi men&oba untuk mempertahankan gigi dengan manajemen konser*atif.3 )e&ara empiris, terapi antibiotik amoksisilin dengan kalium kla*ulanat dan
14
metronida+ole, bersama dengan insisi drainase memberikan hasil perawatan yang sangat baik untuk semua pasien. Antibiotik beta-laktam telah digunakan untuk mengobati infeksi odontogenik, karena mereka sangat efektif terhadap bakteri tertentu, murah, dan memiliki efek samping ke&il. 'eningkatnya resistensi betalaktam karena mun&ulnya organisme yang memproduksi beta-laktamase telah menyebabkan kekhawatiran mengenai efekti*itas antibiotik beta-laktam beberapa tahun terakhir. !! /ntuk menghindari trauma fossa canina yang disebabkan oleh gesekan terhadap caninus rahang bawah, dokter gigi harus memeriksa kasus ini dengan hati-hati.4
KESIPULAN
15
Infeksi yang parah dapat mengan&am jiwa dengan pembentukan abses di sekitar struktur jaringan. 1leh karena itu penting bahwa dokter gigi menyadari &ara yang mungkin di mana infeksi odontogenous dapat menyebar dan mereka tahu bagaimana menangani komplikasi seperti dalam kasus darurat. Abses fossa kanina adalah infeksi odontogenik yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengan&am jiwa. Keberhasilan pengobatan memerlukan penenalan lebih awal, penentuan faktor etiologi, dan manajemen medis dan bedah yang tepat.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
16
1!
etersen, $>. 1ral surgery. ! th ?d. hiladelphia5 >.;. )aunders @ompany(
2!
!883. . !8!-!87. ragiskos, #. 1ral surgery. $ermany5 )pringer Berlag ;erlin 0eldelberg(
3!
2::7. . 2:-22". Cope+-piri+ C, Aguilar Coren+o, $imene+ Dosa 'aria. 2::7 'anagement of 1dontogeni& Infe&tion of ulpa and eriodontal 1rigin. ed oral patol oral cir bukal. !4-!8. Aga&ayak ). Atilgan ), ;elgin $. Case -eport Canine (ossa *bscess/ *
4!
-are 0tiological (actor The 1ower Canine Tooth. Dournal of International #ental 'edi&al %esear&h( 2:!", 3!, pp "3-"8. 5!
Berone+ ;, #e 'atos, 'onna++i '). axillofacial infection. * retrospective evaluation of eight years. ;ra+il Dournal of 1ral )&ien&e. 2:!4( !"25 pp 86!:".
6!
/luibau I@, Daunay , $oss A9. )evere odontogenic infections. Australian #ental Dournal 'edi&ations. 2::(:4. p 74-6:.
7!
1nur $onul, )erta& Aktop, ulin )atilmis, 0asan $arip and Kamil $oker. Odontogenic %nfections. A eEtbook of Ad*an&ed 1ral and 'aEillofa&ial )urgery. Inte&h. urkey. 47-48.
8!
)ailer, 0.. dan arajola, $..!888.1ral )urgery for $eneral #entist. 2ew 3ork Thieme.
9!
1rofa&ial
Infe&tion
and
Its
)pread.
>ebsite5
http5==www.jaypeedigital.&om=books=8766!6:3!3"72=@hapter<2:wise <2:df=!:!3:=@hapter-!6F1rofa&ial<2:Infe&tion<2:and<2:Its <2:)pread.pdfGAspEAuto#ete&t@ookie)upportH!. #iakses pada !3 juli 2:!. 10!
)ailer 0, ajarola $. Oral surgery for general dentist . !888. hieme5 9ew ork. !.
17
'athew $@ , %anganathan CK, $andhi ). Odontogenic maxillofacial space
11!
infections at a tertiary care center in 2orth %ndia a five&year retrospective study. International Dournal of Infe&tious #iseases. 2:!2( !3 !. p 283 ":2. 12!
Ar&her, 0. >. 1ral and 'aEillofa&ial )urgery. (ifth edition.
18