Laporan Praktikum Bahan Bahan Bangunan dan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9
BAB 2 PENGUJIAN AGREGAT HALUS
2.1
Kandungan Lumpur
2.1.1
Dasar Teori
Pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran sebesar 0,15 mm sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan batuan baik secara alamiah maupun penghancuran dengan bantuan manusia.
Pasir merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan campuran adukan adukan beton. Untuk itu, mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan. Sedangkan lumpur adalah bagian – bagian butiran yang dapat melewati ayakan 0,063 mm. Kandungan lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 5% 5% dari berat kering pasir. Untuk itu pasir yang akan dipakai dalam adukan beton harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti tercantum dalam peraturan beton bertulang Indonesia (PBI) tahun 1971. Menurut PBI (N I-2) pasal 33 Ayat 3, syarat-syarat yang harus dipenuhi agregat agregat halus adalah sebagai berikut :
Ayat 2 : Agregat halus harus terdiri dari butiran tajam dan keras, bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca sseperti matahar i dan hujan.
Ayat 3 : Agregat halus mengandung lumpur tidak boleh lebih dari 5% (terhadap berat keringnya). Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang dapat lolos ayakan 0.063 mm.
Bila ternyata kandungan kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat
halus tersebut harus dicuci sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton.
60
62 Laporan Praktikum Bahan Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.1.2
Tujuan
Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir sebagai salah satu komponen penyusun beton.
2.1.3
Alat dan Bahan
2.1.3.1 Alat
a. Gelas ukur 250 cc. b. Cawan. c. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram. d. Pipet. e. Oven.
2.1.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) kering dari oven, lolos ayakan 2 mm. b. Air bersih.
2.1.4
Langkah Kerja
1. Menyiapkan sampel pasir dan mengeringkan dalam oven. oven. 2. Menimbang pasir kering oven seberat 100 gram. 3. Memasukkan pasir ke dalam gelas ukur dan melakukan proses pencucian sebagai berikut: a. Memasukkan air ke dalam gelas ukur yang telah berisi pasir dengan ketinggian 12 cm dari permukaan pasir. b. Menutup mulut gelas rapat-rapat dengan tangan. c. Gelas dikocok 10 kali (dianggap satu kali pencucian). d. Membuang air dalam gelas (usahakan pasir tidak ikut terbuang). e. Proses pencucian diulang sampai bersih.
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 4. Menuangkan pasir ke dalam cawan (air yang ikut menetes diambil dengan pipet). 5. Pasir dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam. 6. Setelah dikeluarkan dari oven didiamkan hingga mencapai suhu kamar. 7. Menimbang pasir yang sudah dikeringkan. 8. Melakukan perhitungan.
2.1.5
Alur Kerja
Mulai
Menyiapkan pasir kering oven dan menimbangnya sebanyak 100 gram. Mengambil tabung gelas ukur.
Memasukkan pasir ke dalam tabung.
Melakukan proses pencucian: a. Memasukkan air ke dalam tabung. b. Menutup tabung rapat – rapat. c. Mengocok tabung sebanyak 10 kali (dianggap satu kali pencucian). d. Membuang airnya. e. Mengulangi sampai airnya jernih.
A
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9
A
Memasukkan pasir ke dalam cawan. Memasukkan sampel ke dalam oven pada suhu 110 C selama 24 jam. Menimbang pasir. Melakukan perhitungan.
Selesai
Gambar 2.1 Diagram Alir Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir
2.1.6
Hasil Pengujian dan Analisis Data
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Pencucian Agregat Halus
Pencucian ke
Pengamatan
1-3
keruh
4
agak keruh
5-8
agak keruh
9 – 10
mulai bening
11-12
agak bening
13-16
jernih/bening
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9
keruh
agak
agak
mulai
agak
jernih /
keruh
keruh
bening
bening
bening
11-12
13-16
1-3
4
5-8
9-10
Gambar 2.2 Hasil Pengujian Kandungan Lumpur dalam Pasir
Analisis Data dan Perhitungan: Berat awal pasir (a)
= 100 gram
Berat akhir pasir (b)
=
Kadar Lumpur
75 gram a
b
a
100%
100 75
100
100%
= 25 %
2.1.7
Kesimpulan
Kadar lumpur yang disyaratkan PBI 1971 untuk pasir yang akan digunakan sebagai campuran dalam adukan beton maksimal adalah 5%. Dalam pengujian ini diperoleh kandungan lumpur dalam pasir sebesar 25%, sehingga pasir tersebut tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan sebagai bahan bangunan yang baik. Untuk memperoleh pasir yang baik maka harus dilakukan pencucian terlebih dahulu dengan air bersih sebelum digunakan.
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9
2.2
Kandungan Zat Organik
2.2.1
Dasar Teori
Zat organik berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sampah yang apabila bercampur dengan pasir akan membuat pasir kurang baik dalam pembuatan beton.Untuk mengetahui banyak sedikitnya kandungan zat organik dalam pasir maka dapat dilihat berdasarkan tabel Prof. Rosseno (lihat Tabel 2.2). Apabila warna air cukup bersih/jernih, maka kandungan zat organik dalam pasir itu sedikit dan pasir dapat digunakan untuk bahan baku beton. Apabila warna air tampak keruh, maka pasir harus dicuci dulu sebelum digunakan untuk bahan baku beton.
2.2.2
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan banyak sedikitnya kandungan zat organik dalam pasir.
2.2.3
Alat dan Bahan
2.2.3.1 Alat
a. Gelas ukur 250 cc. b. Pipet. c. Oven. d. Ayakan 2 mm. e. Cawan. f. Neraca dengan ketelitian 0,1 gr.
2.2.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) dari oven lolos ayakan 2mm 130 ml. b. Larutan NaOH 3 % 200ml.
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.2.4
Langkah Kerja
1. Mengambil contoh pasir kering oven secukupnya. 2. Mengayak pasir dengan ayakan 2 mm hingga hasil ayakan mencapai 130 cc. 3. Memasukkan contoh pasir dalam gelas ukur 250 ml. 4. Menuangkan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga mencapai 200 ml. 5. Mengocok pasir dan larutan NaOH selama 10 menit. 6. Meletakkan campuran tersebut pada tempat terlindung selama 24 jam. 7. Mengamati warna larutan NaOH di atas pasir. 8. Mencocokkan dengan tabel Prof. Rosseno.
Tabel 2.2 Hubungan Perubahan Warna NaOH dengan Prosentase Kandungan Zat Organik
Warna campuran air + NaOH
Kandungan Zat Organik
Jernih
0%
Kuning Muda
0 - 10%
Kuning Tua
10 - 20%
Kuning Kemerahan
20 - 30%
Coklat Kemerahan
30 - 50%
Coklat Tua
50 - 100%
Sumber : Prof. Ir.Rooseno
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.2.5
Alur Kerja
Mulai
Mengambil sampel pasir kering oven. Mengayak pasir dengan ayakan 2 mm hingga hasil ayakan mencapai 130 cc.
Memasukkan contoh pasir dalam gelas ukur 250 ml.
Memasukkan larutan NaOH 3% ke dalam gelas ukur sehingga mencapai 200 ml, kemudian mengocoknya selama 10 menit. Meletakan campuran tersebut ditempat terlindung selama 24 jam.
Mengamati perubahan warna larutan NaOH yang berada diatas pasir.
Mencocokkannya dengan tabel Prof. Rosseno.
Selesai Gambar 2.2 Diagram Alir Pengujian Kandungan Zat Organik Dalam Pasir
2.2.6
Hasil Pengujian dan Analisis Data
Setelah dikocok dan didiamkan selama 24 jam, warna NaOH yang semula jernih berubah warna menjadi coklat tua. Berdasarkan tabel 2.2, kandungan zat organik sebesar 50 – 100 %.
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.2.7
Kesimpulan
Dari hasil percobaan diperoleh perubahan warna NaOH berubah menjadi coklat tua. Berdasarkan tabel 2.2, kandungan zat organik sebesar 50 - 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa pasir tersebut mengandung zat organik sekitar 50 – 100 % dan pasir tersebut masih dapat digunakan sebagai bahan pembuatan beton.
2.3 Specific Gravity Agregat Halus
2.3.1
Dasar Teori
Untuk mendapatkan mutu beton yang baik juga dipengaruhi dari mutu agregat yang baik, FAS, serta dengan pemeliharaan yang baik pula. Penentuan berat jenis pasir serta daya serap pasir tersebut didalam air dilakukan dalam dua tahap : Tahap I
:
Penentuan keadaan fisik bahan (pasir dalam keadaan kering permukaan atau SSD).
Tahap II
:
Penentuan berat jenis pasir ( specific gravity).
1. Bulk specific gravity ( perbandingan berat pasir kering dengan volume pasir total). A
B D C
2. Bulk specific gravity SSD (perbandingan berat pasir dalam keadaan SSD dengan volume pasir total). D
B D C
3. Appearent Spesific Gravity pasir (perbandingan berat pasir kering di banding volume pasir kering). A
A B C
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 4. Absorbtion (besarnya air yang diserap pasir). D
A
x100%
A
Keterangan: A =
Berat pasir oven.
B = Berat volumetric flash air. C =
Berat pasir + air + volumetric flash.
D =
Berat pasir SSD.
2.3.2
Tujuan
Untuk menentukan Bulk Specific Gravity, Bulk Specific Gravity SSD, Apparent Specific Gravity, dan Absorbsion Agregat Halus.
2.3.3 Alat dan Bahan
2.3.3.1 Alat
a. Conical Mould dan temper (pemadat) . b. Tabung Volumetrick Flash 500 cc. c. Neraca/timbangan dengan ketelitian 5 gr. d. Oven. e. Cawan. f. Pipet.
2.3.3.2 Bahan
a. Agregat halus (pasir) 500 gram lolos ayakan 2 mm. b. Air bersih.
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.3.4
Langkah Kerja
1. Membuat pasir dalam keadaan SSD dengan cara: a. Mengambil pasir yang telah disediakan (dianggap kondisi lapangan SSD), masukkan dalam conical mould sampai 1/3 tinggi. b. Menumbuk dengan temper sebanyak 15 kali, tinggi jatuh temper 2 cm. c. Menambah pasir hingga 2/3 tinggi, lalu mengulangi prosedur b. d. Menambah pasir hingga penuh dan mengulangi lagi prosedur b. e. Memasukkan pasir hingga penuh lalu meratakan permukaan pasir. f. Mengangkat conical mould sehingga pasir dengan sendirinya akan merosot. Pemerosotan pasir tidak boleh lebih dari ½ tinggi dan apabila penurunan pasir mencapai 1/3 tinggi atau ± 2,5 cm, maka pasir tersebut sudah dalam keadaan kering permukaan (SSD). 2. Mengambil pasir SSD sebanyak 500 gram, dimasukkan dalam volumetrick flash, dan diisi air hingga penuh lalu didiamkan hingga 24 jam. 3. Setelah 24 jam, menimbang volumetrick flash yang berisi pasir dan air tersebut. 4. Mengeluarkan pasir dari volumetrick flash dan memasukkan ke cawan dengan membuang
air
terlebih
dahulu,
jika
dalam
cawan
masih
ada
air
mengeluarkannya dengan menggunakan pipet. 5. Memasukkan pasir dalam cawan ke dalam oven dengan suhu 1100 C selama 24 jam. 6. Volumetrick flash yang telah kosong dan bersih diisi air sampai penuh dan ditimbang. 7. Pasir yang telah dioven didiamkan sampai mencapai suhu kamar kemudian menimbang pasir tersebut. 8. Dari data yang diperoleh, dapat dihitung nilai Spesific Gravity (berat jenis).
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.3.5
Alur Kerja
Mulai
Membuat pasir SSD a.Mengambil pasir yang telah disediakan (dianggap kondisi lapangan SSD), masukkan dalam conical mould sampai 1/3 tinggi. b.Menumbuk dengan tamper sebanyak 15 kali, tinggi jatuh temper 2 cm. c.Menambah pasir hingga 2/3 tinggi, lalu mengulangi prosedur b. d.Menambah pasir hingga penuh dan mengulangi lagi prosedur b. e.Memasukkan pasir hingga penuh lalu meratakan permukaan pasir.
Mengambil 500 gram pasir SSD .
Memasukkan ke dalam volumetrick flash + air hingga penuh, didiamkan 24 jam.
Mengeluarkan pasir dari volumetrick flash dan memasukkan ke cawan dengan membuang air terlebih dahulu.
A
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9
A
Memasukkan pasir dalam cawan ke dalam oven dengan suhu 1100 C selama 24 jam.
Volumetrick flash yang telah kosong dan bersih diisi air sampai penuh dan ditimbang.
Pasir yang telah dioven didiamkan sampai mencapai suhu kamar kemudian menimbang pasir tersebut.
Diperoleh data untuk perhitungan nilai specific gravity.
Selesai
Gambar 2.3 Diagram Alir Pengujian Spesific Gravity Agregat Halus
2.3.6
Hasil Pengujian dan Analisis Data
2.3.6.1 Data Hasil Pengujian
a. Berat pasir SSD
= 515
gram (D)
b. Berat pasir kering oven
= 500
gram (A)
c. Berat volumetrick flash + air
= 700
gram (B)
d. Berat volumetrick flash + air + pasir
= 985
gram (C)
e. Tinggi pasir
=
cm
7,3
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.3.6.2 Analisis Data
a. Bulk Specific Gravity
=
b. Bulk Specific Gravity SSD =
c. Apparent Specific Gravity =
d. Absorbsion
2.3.7
=
A B D C D B D C
A A B C D
A
A
500 700 515 985 515 700 515 985
500 500 700 985
100%
515 500 500
2,1739 gr / cc
2,2391 gr / cc
2,3256 gr / cc
100% 3%
Kesimpulan
Dari hasil percobaan dan analisis data diperoleh nilai: 1. Bulk Specific Gravity agregat halus
= 2,1739 gr/cc
2. Bulk Specific Gravity SSD agregat halus = 2,2391 gr/cc 3. Apparent Specific Gravity
= 2,3256 gr/cc
4. Absorbsion
=3 %
Berdasar ASTM C.128-79 syarat Bulk Specific Gravity SSD adalah 2,5 – 2,7. Hasil percobaan dan analisis data menunjukkan bahwa nilai Bulk Specific Gravity SSD adalah 2,2391 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir sampel tidak memenuhi syarat dan tidak layak digunakan sebagai agregat halus dalam pembuatan beton.
2.4
Gradasi Agregat Halus
2.4.1
Dasar Teori
Agregat halus adalah butiran mineral dengan ukuran
4,75
mm yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dalam campuran adukan beton atau mortar. Pasir yang
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 merupakan agregat halus merupakan hasil dari disintegrasi batuan. Berdasarkan tempat terjadinya, pasir dibedakan menjadi : 1.
Pasir galian
2.
Pasir sungai
3.
Pasir laut
Untuk menggunakan pasir sebagai bahan utama dari beton maka ukuran butirannya harus memenuhi syarat. buturan dari agregat tersebut.
Gradasi agregat adalah susunan ukuran
Apabila butir-butir agregat mempunyai ukuran
yang sama, maka volume pasir akan menjadi besar.
Sebaliknya jika ukuran
bervariasi maka ukuran volumenya akan menjadi kecil.
Pada pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit, maka akan membutuhkan bahan pengikat yang sedikit pula. Pernyataan gradasi digunakan sebagai prosentase dari berat butiran yang tertinggal atau lolos dari suatu ayakan.
Gradasi agregat halus sangat penting untuk menjamin mutu beton yang berkualitas sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Menurut PBI 1971 pasal 33 ayat 1 gradasi agregat halus yang baik adalah : 1. Sisa diatas ayakan Ø 4 mm minimal 2 % berat. 2. Sisa diatas ayakan Ø 1 mm minimal 10 % berat. 3. Sisa diatas ayakan Ø 0,25 mm minimal 80 – 95 % berat.
Menurut ASTM harga modulus kehalusan berkisar antara 2,3 – 3,1.
Dengan
adanya ketentuan seperti diatas maka kita sangat perlu memeriksa gradasi pasir sebelum
digunakan
kelayakannya.
untuk
campuran
adukan
beton
untuk
mengetahui
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 Tabel 2.3 Batasan Susunan Butiran Agregat Halus Sesuai ASTM C 33-81
(Edward G Nawi ,1990) Prosentase lolos saringan
Ukuran saringan (mm)
Daerah 1
Daerah 2
Daerah 3
Daerah 4
10,00
100
100
100
100
4,80
90-100
90-100
90-100
95-100
2,40
60-95
75-100
85-100
95-100
1,20
30-70
55-90
75-100
90-100
0,60
15-34
35-59
60-79
80-100
0,30
5-20
8-30
12-40
15-50
0,15
0-10
0-10
0-10
0-15
Sumber : Teknologi Beton; Kardiyono Tjokrodimulyo. 1994 Keterangan: Daerah I
: pasir kasar
Daerah II
: pasir agak kasar
Daerah III
: pasir agak halus
Daerah IV
: pasir halus
2.4.2
Tujuan
Untuk memeriksa susunan atau variasi susunan agregat halus dan angka kehalusan agregat halus (pasir) tersebut.
2.4.3
Alat dan Bahan
2.4.3.1 Alat
a. Neraca/timbangan berkapasitas 2 kg, ketelitian 5 gr. b. Satu set mesin getar. c. Satu set ayakan dengan diameter: 1. 9,50 mm
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2. 4.75 mm 3. 2.36 mm 4. 1.18 mm 5. 0.85 mm 6. 0.30 mm 7. 0.15 mm 8. 0 (pan)
2.4.3.2. Bahan
a. Agregat halus (pasir) 3000 gr.
2.4.4
Langkah Kerja
1. Menyiapkan agregat halus (pasir) sebanyak 3000 gr. 2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun berurutan mulai dari pan (paling bawah), hingga ayakan 9,5 mm (paling atas), lalu susunan ayakan tersebut diletakkan pada mesin penggetar. 3. Menuangkan pasir ke dalam ayakan paling atas dan menutup rapat-rapat susunan ayakan tersebut. 4. Menghidupkan mesin penggetar selama 5 menit. 5. Setelah 5 menit matikan mesin, lalu menimbang dan mencatat berat agregat halus yang tertinggal pada masing-masing ayakan.
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.4.5
Alur Kerja
Mulai
Menyiapkan pasir sebanyak 2000 gr. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun mulai dari bawah ke atas: pan; 0,15 mm; 0,30 mm; 0,85 mm; 1,18 mm; 2,36 mm; 4,75 mm; 9,50 mm. Menuangkan pasir ke dalam ayakan paling atas dan menutupnya rapatra at . Memasukkan ke dalam mesin penggetar (vibrator ) dan menyalakannya 5 menit. Menimbang dan mencatat pasir yang tertinggal pada masing-masing ayakan
Selesai
Gambar 2.4 Diagram Alir Pengujian Gradasi Agregat Halus
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.4.6
Hasil Pengujian dan Analisis Data
2.4.6.1 Hasil Pengujian
Tabel 2.4 Data Hasil Percobaan Gradasi Agregat Halus
Diameter Ayakan (mm)
Pasir Tertinggal (gram)
9,50
0
4,75
105
2,36
270
1,18
415
0,85
295
0,30
1325
0,15
200
0,00
15
Jumlah
2625
Berat awal pasir
= 3000 gram
Berat pasir setelah diayak
= 2625 gram
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.4.6.2 Analisis Data Tabel 2.5 Analisis Data Gradasi Agregat Halus
Berat Tertinggal
Diameter Ayakan
Berat Lolos Kumulatif
SNI
(%)
Standart
Kumulatif
(mm)
Gram
%
9,50
0
0
0
100
100
4,75
105
3,5
3,5
96,5
90-100
2,36
270
9
12,5
87,5
75-100
1,18
415
13,833
26,333
73,667
55-90
0,85
295
9,833
36,166
63,834
35-59
0,30
1325
44,167
80,333
19,667
8-30
0,15
200
6,667
87
13
0-10
0,00
15
0,5
87,5
12,5
-
∑
2625
87,5
333,332
466,668
-
(%)
Sehingga banyak pasir yang hilang
= 3000 - ∑ berat tertinggal = 3000 – 2625 = 375 gram
Berat pasir tertinggal
=
2625
Berat pasir yang hilang
=
3000
100%
100%
87,5%
Berat awal − berat tertinggal 3000
100%
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 3000
2625
x100%
3000
Modulus halus butir =
%
12,5%
komulatif berat tertinggal % berat tertinggal % berat
333,332
tertinggal
87,5
87,5 2,8095
Dengan perhitungan di atas maka pasir tersebut masuk dalam daerah II dan memenuhi syarat dalam standar SK-SNI-T-15-1990-03 dan ASTM C.33-97.
Gradasi Agregat Halus 120 100 n a g 80 n i r a S 60 s o l o 40 L %
Batas Atas
20
Percobaan
Batas Bawah
Hasil
0 0
2
4
6
8
10
Diameter Ayakan
Grafik 2.1 Hubungan Antara Diameter Ayakan dengan Prosentase Lolos
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9 2.4.7
Kesimpulan
Syarat gradasi agregat kasar : 1. Modulus halus untuk British Standart (BS.882:1992) = 1,5-3,8 2. Kehilangan butiran maksimal 1 % dari berat semula
Kesimpulan dari data yang diperoleh: 1.
Dari hasil penelitian diperoleh Modulus Kehalusan agregat halus sebesar 2,8095. Berdasarkan
ketentuan SII-0052-80 Modulus Kehalusan adalah
1,5
Persentase kehilangan berat pada saat pengujian = 12,5 % maka pasir uji tidak memenuhi syarat.
3.
Menurut PBI 1971 : a. Sisa di atas ayakan Ø 4 mm = 2 % berat Hasil uji 0,17 % dengan Ø 4,75 mm. b. Sisa di atas ayakan Ø 1 mm = 10 % berat Hasil uji 28,28 % dengan Ø 1,18 mm. c. Sisa diatas ayakan Ø 0,25 mm = 80-95 % berat Hasil uji 82,66 % dengan Ø 0,30 mm.
Dari data hasil percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1. Prosentase kehilangan berat pada saat pengujian adalah 12,5%. Hal ini menunjukkan bahwa agregat halus sampel tidak memenuhi syarat sebagai bahan bangunan pembuatan beton, karena standar nilai kehilangan berat maksimal 1% dari berat semula. 2. Modulus kehalusan agregat halus sebesar 2,8095. Berdasarkan ASTM C.3397 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 2,3 – 3,1, berdasar SII0052-80 syarat modulus kehalusan agregat halus adalah 1,5 – 3,8. Jadi, agregat halus memenuhi syarat pembuatan beton.
62 Laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Properti Material 2013 Bab 2 Pengujian Agregat Halus Kelompok B-9