25
BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN
Membuat sediaan obat dalam bentuk suppositoria dengan Aminophylin sebagai zat aktif.
MANFAAT
Mengetahui dan memahami apa itu suppositoria dan cara pembuatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI SUPPOSITORIA
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. (FI ed.IV hal 1 6). Suppositoria vaginal (ovula) umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Umumnya, supositoria rectum panjangnya ± 32 mm (1,5 inci), berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Beberapa supositoria untuk rectum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan habis yang digunakan. Beratnya pun berbeda-beda. bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk orang dewasa dan 2 gr untuk anak, suppositoria disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.
Tujuan Penggunaan Sediaan Bentuk Suppositoria
Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi lainnya.
Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.
Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien mudah muntah, tidak sadar.
Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah.
Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar .
Keuntungan Kerugian dari Sediaan Bentuk Suppositoria
Keuntungan :
Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.
Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kerugian :
Daerah absorpsinya lebih kecil
Absorpsi hanya melalui difusi pasif
Pemakaian kurang praktis
Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang rusak oleh pH di rektum
Macam – Macam Suppositoria
Berdasarkan tempat penggunaannya
Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), berbentuk silinder dengan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain berbentuk peluru, torpedo, atau jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2gr untuk yang menggunakan basis oleum cacao.
Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat umumnya 5 g. Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah supositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut FI.ed.IV. Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut / bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag.gliserin, 20 bag. gelatin dan 10 bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 350 C°.
Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang panjang antara 7 cm - 14 cm.
Berdasarkan basis lemaknya
Bahan dasar lemak coklat (Oleum Cacao)
Bahan dasar PEG
Bahan dasar Gelatin Tergliserinasi
Pada suppossitoria dengan bahan ini perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan disimpan ditempat yang dingin.
Kerugian :cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapat menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk melindunginya dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan konsistensinya.
Dalam farmakope Belanda terdapat formula Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin. yaitu : panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian Gliserin sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh Suppositoria dengan berat 4 gram. Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air atau Gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada massa yang sudah dingin.
Bahan dasar Surfaktan
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria lain untuk memperoleh rentang suhu lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu keuntungan utama pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat yang menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
Basis Suppositoria
Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat dalam suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarut pada suhu tubuh sehingga obat yang dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera setelah pemakaian. Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol. Basis suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapeutik (FI IV,hlm.16).
Yang perlu diperhatikan untuk basis suppositoria adalah :
Asal dan komposisi kimia
Jarak lebur/leleh
Solid-Fat Index (SFI)
Bilangan hidroksil
Titik pemadatan
Bilangan penyabunan (saponifikasi)
Bilangan iodida
Bilangan air (jumlah air yang dapat diserap dalam 100 g lemak)
Bilangan asam
Syarat basis yang ideal antara lain :
melebur pada temperatur rektal
tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi
dapat bercampur (kompatibel) dengan berbagai obat
tidak berbentuk metastabil
mudah dilepas dari cetakan
memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi
bilangan airnya tinggi
stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan
dapat dibentuk dengan tangan, mesin, kompresi atau ekstrusi
Jika basis adalah lemak, ada persyaratan tambahan sebagai berikut :
Bilangan asam < 0,2
Bilangan penyabunan 200 – 245
Bilangan iodine < 7
Macam – macam Basis Suppositoria
Basis suppositoria yang meleleh (Basis berlemak)
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, terdiri dari oleum cacao, dan macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas.
Oleum cacao merupakan :
Lemak yang diperoleh dari biji Theobroma cacao yang dipanggang.
Secara kimia adalah trigliserida yang terdiri dari oleapalmitostearin dan oleo distearin
Pada suhu kamar, berwarna kekuning-kuningan sampai putih padat sedikit redup, beraroma coklat
Melebur pada 30-36oC
Titik leleh :31-34 oC
Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, eter, petroleum spirit, larut dalam etanol panas, sedikit larut dalam etanol 95%.
Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan diatas 36 oC menyebabkan pembentukan kristal menstabil. Oleum cacao disimpan di suhu < 25 oC
Bilangan iod 34 – 38
Bilangan asam 4
Mudah tengik dan meleleh harus disimpan di tempat sejuk dan kering terhindar dari cahaya.
Bentuk polimorfisa :
Bentuk α melebur pada 24°C diperoleh dengan pendinginan secara tiba-tiba sampai 0oC.
Bentuk β diperoleh dari cairan oleum cacao yang diaduk pada suhu 18-23 0 C titik leburnya 28-31 oC.
Bentuk stabil β diperoleh dari bentuk β', melebur pada 34-35 0C diikuti dengan kontraksi volume
Bentuk γ melebur pada suhu 18oC, diperoleh dengan menuangkan oleum cacao suhu 20oC sebelum dipadatkan ke dalam wadah yang didinginkan pada suhu yang sangat dingin. Pembentukan polimorfisa ini tergantung dari derajat pemanasan, proses pendinginan dan keadaan selama proses. Pembentukan kristal non stabil dapat dihindari dengan cara :
Jika massa tidak melebur sempurna, sisa-sisa krsital mencegah pembentukan krsital non stabil.
Sejumlah kristal stabil ditambahkan ke dalam leburan untuk mempercepat perubahan dari bentuk non stabil ke bentuk stabil. (istilahnya "seeding").
Leburan dijaga pada temperatur 28-32 0C selama 1 jam atau 1 hari.
Kelemahan dengan menggunakan basis ini adalah sebagai berikut :
Meleleh pada udara yang panas
Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama
Titik leburnya dapat turun atau naik bila ditambahkan bahan tertentu
Adanya sifat Polimorfisme
Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair) selama pemakaian
Tidak dapat bercampur dengan sekresi.
Karena ada beberapa kelemahan Ol.Cacao tersebut, maka dicari pengganti Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria yaitu :
Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat diatur.
Campuran cetilalkohol dengan Ol.Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83
Ol.Cacao sintetis : Coa buta , Supositol
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Gunakan panas minimal pada proses peleburan, < 40oC
Jangan memperlama proses pemanasan
Jika melekat pada cetakan gunakan lubrikan
Titik pemadatan oleum cacao terletak 12-13 oC dibawah titik leburnya sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan suppositoria (menjaga suppositoria tetap cair tanpa berubah menjadi bentuk tidak stabil).
Penambahan emulgator seperti tween 61 sebanyak 5-10 % akan meningkatkan absorpsi air sehingga menjaga zat-zat yang tidak larut tetap terdispersi/tersuspensi dalam oleum cacao.
Kestabilan suspensi dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan-bahan seperti Almonostearat atau silika yang memberikan leburan oleum cacao bersifat tiksotropik.
Untuk obat-obat yang dapat menurunkan titik lebur oleum cacao seperti minyak atsiri,creosote, fenol,. Kloralhidrat, digunakan campuran malam atau spermaceti (lemak ikan paus).
Basis Suppositoria yang Larut dan Bercampur dengan Air
Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin tergliserinasi dan basis polietilen glikol. Basis gelatin tergliserinasi terlalu lunak untuk dimasukkan dalam rektal sehingga hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra. Basis ini melarut dan bercampur dengan cairan tubuh lebih lambat dibandingkan dengan oleum cacao sehingga cocok untuk sediaan lepas lambat. Basis ini menyerap air karena gliserin yang higroskopis. Oleh karena itu, saat akan dipakai, suppositoria harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.
Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat menjadi bermacam-macam panjang rantai, berat molekul dan sifat fisik. Polietilen glikol tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. PEG yang umum digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan 8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul. Basis polietilen glikol dapat dicampur dalam berbagai perbandingan dengan cara melebur, dengan memakai dua jenis PEG atau lebih untuk memperoleh basis suppositoria dengan konsistensi dan karakteristik yang diinginkan. PEG menyebabkan pelepasan lebih lambat dan memiliki titik leleh lebih tinggi daripada suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak perlu di kulkas dan dapat dalam penggunaan dapat dimasukkan secara perlahan tanpa kuatir suppositoria akan meleleh di tangan (hal yang umum terjadi pada basis lemak).
Contoh formula basis
PEG 1000 96%, PEG 4000 4%
PEG 1000 75%, PEG 4000 25%
Basis a) memiliki titik leleh rendah, sehingga membutuhkan tempat dingin untuk penyimpanan, terutama pada musim panas. Basis ini berguna jika kita ingin disintegrasi yang cepat. Sedangkan basis b) lebih tahan panas daripada basis a) sehingga dapat disimpan pada suhu yang lebih tinggi. Basis ini berguna jika kita ingin pelepasan zat yang lambat. Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika terkena suhu tubuh, tetapi perlahanlahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu basis ini tidak perlu diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh saja dalam pengerjaannya, menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG yang mempunyai titik lebur lebih tinggi daripada suhu tubuh.
Keuntungannya, tidak memungkinkan perlambatan pelepasan obat dari basis begitu suppositoria dimasukkan, tetapi juga menyebabkan penyimpanan dapat dilakukan di luar lemari es dan tidak rusak bila terkena udara panas. Suppositoria dengan basis PEG harus dicelupkan ke dalam air untuk mencegah rangsangan pada membran mukosa dan rasa "menyengat", terutama pada kadar air dalam basis yang kurang dari 20%.
Keuntungan basis PEG :
stabil dan inert
polimer PEG tidak mudah terurai.
Mempunyai rentang titik leleh dan kelarutan yang luas sehingga memungkinkan formula suppositoria dengan berbagai derajat kestabilan panas dan laju disolusi yang berbeda.
Tidak membantu pertumbuhan jamur
Kerugian basis PEG:
secara kimia lebih reaktif daripada basis lemak.
dibutuhkan perhatian lebih untuk mencegah kontraksi volume yang membuat bentuk suppositoria rusak
kecepatan pelepasan obat larut air menurun dengan meningkatnya jumlah PEG dengan BM tinggi.
cenderung lebih mengiritasi mukosa daripada basis lemak.
Kombinasi jenis PEG dapat digunakan sebagai basis suppositoria dan memberikan keuntungan sebagai berikut :
titik lebur suppositoria dapat meningkat sehingga lebih tahan terhadap suhu ruangan yang hangat.
pelepasan obat tidak tergantung dari titik lelehnya.
stabilitas fisik dalam penyimpanan lebih baik.
sediaan suppositoria akan segera bercampur dengan cairan rektal.
Basis Surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat digunakan tanpa penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan basis lain. Basis ini dapat digunakan untuk memformulasi obat yang larut air dan larut lemak.
Keuntungan :
Dapat disimpan pada suhu tinggi
Mudah penanganannya
Dapat bercampur dengan obat
Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
Nontoksik dan tidak mensensitisasi
Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Obat Per Rektal
Faktor fisiologis :
Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya rendah. Epitel rektum keadaannya berlipoid (berlemak), maka diutamakan permeable terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah larut dalam lemak).
Faktor fisika-kimia dari obat dan basis :
Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air.
Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat makin cepat.
Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari obat ke cairan rektal.
Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah masuk ke dalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.
Nilai Tukar
Pada pembuatan supositoria menggunakan cetakan, volume supositoria harus tetap. Tetapi, bobotnya beragam tergantung pada jumlah dan bobot jenis yang dapat diabaikan, misalnya ekstrak belladonea dan garam alkaloid. Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot minyak cokelat yang mempunyai volume yang sama dengan 1g obat.
Dalam praktik, nilai tukar beberapa obat adalah 0.7 kecuali untuk garam Bismuth dan Zincy Oxydum. Untuk larutan nilai tukarnya dianggap satu. Bila supositoria mengandung obat atau zat padat yang banyak, pengisian pada cetakan berkurang dan jika dipenuhi dengan campuran massa, akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. Oleh sebab itu, untuk membuat supositoria yang sesuai dapat dilakukan dengan cara menggunakan perhitungan nilai tukar.
Nama Obat
Nilai tukar ol cacao per 1g
Acidum boricum
0.65
Garam alkaloid
0.7
Bismuth subgallas
0.37
Ichtam molum
0.72
Tanninum
0.68
Aethylis aminobenzoas
0.68
Aminoplhylinum
0.86
Bismuth subnitras
0.20
Sulfonamidum
0.60
Zinci oxydum
0.25
CARA PEMBUATAN SUPPOSITORIA
Pembuatan supositoria secara umum yaitu bahan dasar supositoria yang digunakan dipilih agar meleleh pada suhu tubuh atau dapat larut dalam bahan dasar, jika perlu dipanaskan. Jika obat sukar larut dalam bahan dasar, harus dibuat serbuk halus. setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, tuangkan ke dalam cetakan supositoria kemudian didinginkan. Tujuan dibuat serbuk halus untuk membantu homogenitas zat aktif dengan bahan dasar.
Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lainnya, namun ada juga yang terbuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan supositoria. Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, supositoria harus dibuat berlebih (±10%), dan sebelum digunakan cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair atau minyak lemak, atau spiritus sapotanus (Soft Soap liniment) agar sediaan tidak melekat pada cetakan. Namun, spiritus sapotanus tidak boleh digunakan untuk supositoria yang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti digunakan oleum recini dalam etanol. Khusus supositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween bahan pelicin cetakan tidak diperlukan, karena bahan dasar tersebut dapat mengerut sehingga mudah dilepas dari cetakan pada proses pendinginan.
Metode pembuatan supositoria :
Dengan tangan
Yaitu dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris, kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper, sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.
Dengan mencetak kompresi
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.
Dengan mencetak tuang
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
PENGEMASAN SUPPOSITORIA
Suppositoria gliserin dan suppositoria gelatin gliserin umumnya dikemas dalam wadah gelas ditutup rapat supaya mencegah perubahan kelembapan dalam isi suppositoria. Suppositoria yang diolah dengan basis oleum cacao biasanya dibungkus terpisah-pisah atau dipisahkan satu sama lainnya pada celah-celah dalam kotak untuk mencegah terjadinya hubungan antar suppositoria tersebut dan mencegah perekatan. Suppositoria dengan kandungan obat yang sedikit pekat biasanya dibungkus satu per satu dalam bahan tidak tembus cahaya seperti lembaran metal ( alufoil ). Sebenarnya kebanyakan suppositoria yang terdapat di pasaran di bungkus dengan alufoil atau bahan plastic satu per satu. Beberapa diantaranya dikemas dalam strip kontinu berisi suppositoria yang dipisahkan dengan merobek lubang-lubang yang terdapat diantara suppositoria tersebut. Suppositoria ini biasa juga dikemas dalam kotak dorong ( slide box ) atau dalam kotak plastic.
Karena suppositoria tidak tahan pengaruh panas, maka perlu menjaga dalam tempat yang dingin. Suppositoria yang basisnya oleum cacao harus disimpan di bawah 300F dan akan lebih baik bila disimpan dalam lemari es. Suppositoria gelatin gliserin baik sekali bila disimpan di bawah 350F. suppositoria dengan basis polietilen glikol mungkin dapat disimpan dalam suhu ruangan biasa tanpa pendinginan. Supositoria yang disimpan dalam lingkungan yang kelembaban nisbinya tinggi mungkin akan menarik uap air dan cenderung menjadi seperti spon sebaliknya bila disimpan dalam tempat yang kering sama sekali mungkin akan kehilangan kelembapannya sehingga akan menjadi rapuh.
EVALUASI SUPPOSITORIA
Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur rata dengan bahan dasar suppositoria atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik bagian suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
Kesegaman Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo.
Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG 1000 waktu hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan dalam tubuh. Pengujian menggunakan media air, dikarenakan sebagian besar (± 60%) tubuh manusia mengandung cairan.
Uji Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya dengan ditimbang seksama sejumlah suppositoria, satu persatu kemudian dihitung berat rata-ratanya. Hitung jumlah zat aktif dari masing-masing sejumlah suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan yang beratnya melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat memberikan efek terapi yang sama pula.
Uji Titik Lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air dengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati waktu leburnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit, sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.
Kerapuhan
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar, kemudian diberi beban seberat 20N (lebih kurang 2kg) dengan cara menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.
CARA PEMBERIAN SUPPOSITORIA
Waktu pemakaian suppositoria adalah :
Sesudah defactio untuk suppositoria analia
Pada saat posisi tidur
Cara pakai suppositoria adalah :
Pertama-tama cucilah tangan terlebih dahulu
Buka bungkus aluminium foil dan lunakkan suppositoria dengan air
Berbaring miring dengan tungkai yang di bawah lurus, dan yang di atas ditekuk
Masukkan suppositoria ke dalam anus dengan menggunakan jari kira-kira 2 cm dan terus berbaring selama 15 menit
Cuci tangan setelah memasukkan suppositoria
Jika suppositoria terlalu lunak untuk dimasukkan, dinginkan obat dalam lemari pendingin selama 30 menit atau direndam dengan air dingin sebelum membuka bungkus aluminium foil.
MONOGRAFI BAHAN
Aminophylin
Sifat Kimia
Nama Lain : Aminophyllinum
Nama kimia : Theofilina Etilendiamina
Rumus Molekul : C16H24N10O4
Berat Molekul : 420,43
pH : ± 8,8
Sifat Fisika
Organoleptis
Pemerian : serbuk hablur putih atau agak kekuningan, bau lemah mirip amoniak, rasa pahit, bersifat anhydrous atau tidak mengandung lebih dari 2 molekul air. Aminofilin mengandung tidak kurang dari 84.0% dan tidak lebih dari 87.4% teofilin anhydrous, serta mengandung 13.5% sampai 15% anhydrous ethylenediamine.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan mungkin menjadi keruh, praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan dalam eter.
Khasiat : Bronkodilator, antispasmodikan, diuretikum
Stabilitas : Sediaan parenteral: Simpan pada suhu 15°C-30°C, terlindung dari cahaya. Simpan dalam kardus sampai pada waktu ingin digunakan. Aminofilin merupakan larutan yang stabil pada suhu ruangan. Pada pH 3.5-8.6, stabilitas dalam suhu kamar pada konsentrasi tidak kurang dari 40 mg/mL dapat dijaga hingga 48 jam. Stabilitas Aminofilin dalam plastic syringes ± 5 jam. Aminofilin bersifat basa (pH sekitar 8.8) sehingga memiliki kecenderungan untuk meluluhkan plastik dan karet, oleh karena itu tidak direkomendasikan penyimpanan dalam plastic syringes dalam waktu lama.
PEG
Pemerian : serbuk hablur putih, bau manis yang samar/sedikit.
Titk lebur : 56 - 610C
Titik beku : 4 – 8 0C
Fungsi : Pengikat tablet; lubrikan
Kelarutan : Larut dalam air dan dapat bercampur dalam semua proporsi dengan polietilen glikol lainnya; larut dalam aseton, diklorometana, etanol dan metanol; agak sukar larut dalam hidrokarbon alifatik dan eter; tidak larut dalam lemak, fixed oil, dan minyak mineral. Semua PEG larut dalam air dan bercampur dalam berbagai perbandingan polietilen glikol (setelah dipanaskan, jika diperlukan). Larutan PEG dengan bobot meolekul yang tinggi dapat gel. Polietilen glikol yang cair larut dalam aseton, alkohol, benzene, gliserin dan glikol. Polietilen glikol yang wujudnya padat larut dalam aseton, diklorometan, etanol (95%).
Stabilitas : PEG secara kimia stabil di udara dan dalam larutan, walaupun PEG>2000 higroskopis. PEG tidak rentan terhadap pertumbuhan mikroba dan tidak mudah menjadi tengik. PEG (padat atau cair) dapat disterilisasi dengan autoklaf, filtrasi atau gama irasiasi. Sterilisasi PEG yang padat dengan pemanasan pada suhu 150ºC selama 1 jam dapat menyebabkan oksidasi, penggelapan warna dan pembentukan degradasi asam. Idealnya sterilisasi dilakukan pada lingkungan yang inert. Oksidasi PEG dapat juga dihambat dengan penambahan antioksidan yang tepat. Penyimpanan dalam bnitrogen dapat mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi. Harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik pada tempat yang sejuk dan kering. Wadah yang terbuat dari stainless steel, aluminium, kaca atau lined steel diutamkan untuk penyimpanan PEG cair.
Incomp : PEG dalam wujud padat dan cair inkompatibel dengan beberapa zat pewarna. Aktivitas antibakteri dari beberapa antibiotik, seperti penisilin dan basitrasin, berkurang dalam basis PEG. Efektivitas pengawet seperti paraben juga dapat berkurang karena membentuk ikatan dengan PEG. Perubahan fisik yang terjadi pada basis PEG adalah menjadi lebih lunak atau lebih cair dengan adanya campuran fenol, asam tannat dan asam salisilat. Dapat menyebabkan perubahan warna sulfonamid dan ditranol, juga pengendapan sorbitol. Plastik, seperti polietilen, fenolformaldehid, polivinilklorida dan membran selulosa dapat mnejadi lebih lunak atau larut dengan PEG. Perpindahan PEG dapat terjadi dari salut film tablet, menyebabkan interaksi dengan komponen pada inti tablet.
PEG
Titik Leleh (°C)
1000
37 –
40
1500
44 –
48
1540
40 –
48
4000
50 –
58
6000
55 –
63
FARMAKOLOGI DAN DOSIS
Kerja Obat :
Menghambat kerja posfodiesterasi, menimbulkan peningkatan konsentrasisiklik adenosine monoposfat ( cAMP) dalam jaringan. Peningkatan kadar cAMP menyebabkan:
Bronkodilatasi
Stimulasi SSp
Efek inotropik dan konotropik positif
Dieresis
Sekresi asam lambung
Farmakokinetik :
Absobsi : diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral. Absorbsi dari bentuk dosis lepas lambat bersifat lama tetapi sempurna. Absorbsi dari supposutoria rectal tidak menentu dan tidak diandalkan.
Distribusi : distribusi secara luas sebagai teofilin, menembus plasenta,konsentrasi dalam asi 70% dari kadar plasma.
Metabolisme dan Ekskresi : dimetabilosme dihati menjadi kafein, yang dapat terakumulasi pada neonatas. Metabolismenya diekskresi melalui ginjal.
Farmakodinamik :
menyebabkan relaksasi otot polos, terutama otot polos bronkus, merangsang SSP, otot jantung, dan meningkatkan diuresis.
BAB III
METODOLOGI KERJA
PERHITUNGAN BAHAN
Resep Standar
FORNAS Edisi II tahun 1978 hal : 21
Aminophylini Suppositoria
Tiap suppositoria mengandung :
Aminophylin 250 mg
Suppositorium dasar yang cocok qs
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
Dosia : 1 sampai 2 kali sehari 2 suppositorium
Catatan : sediaan lain berkekuatan 125 mg dan 500 mg
Resep Baru
Menggunakan Aminophylin dengan dosis 500 mg untuk dewasa dengan berat per suppositorium 3 gr berjumlah 8 buah. Suppositorium dasar yang digunakan pada sediaan ini adalah PEG 1000 (75 %) dan PEG 4000 (25 %).
Perhitungan bahan
Suppositorium yang dibuat : 8 + 2 = 10 buah (perhitungan dibuat lebih)
Berat suppositorium : 10 x 3 gr = 30 gr
Aminophylin : 0,5 gr x 10 = 5 gr
Basis : berat suppos – total zat aktif
: 30 gr – 5 gr = 25 gr
PEG 1000 (75 %) : 75100x 25=18,75 gr
PEG 4000 (25 %) : 25100 x 25 gr=6,25 gr
ALAT DAN BAHAN
No
Alat
Bahan
1
Timbangan, anak timbangan, penara
Aminofillin
2
Perkamen
PEG 1000
3
Cawan porselen
PEG 4000
4
Sendok Tanduk
Alumunium foil
5
Sudip
Parrafin Liquidum
6
Batang pengaduk
7
Mortir
8
Stamper
9
Serbet
10
Pencetak supositoria
PROSEDUR PEMBUATAN
Penimbangan Bahan
No
Nama Bahan
Jumlah Bahan (14 buah)
Penimbangan
Paraf
1
Aminophylin
5.000 mg
5.000 mg
2
PEG 1000 (75 %)
18.750 mg
18.750 mg
3
PEG 4000 (25 %)
6.250 mg
6.250 mg
Pembuatan
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Timbang seluruh bahan yang dibutuhkan yaitu Aminophylin: 4000 mg, PEG 1.000: 18.750 mg, dan PEG 4000: 6.250 mg.
Lebur PEG 1000 dan PEG 4000 di atas penangas air ad mencair (massa I)
Setelah massa I melebur, turunkan dari penangas. Tambahkan Aminophylin yang sudah digerus terlebih dahulu, aduk menggunakan pengaduk kaca (massa II). Jika massa II mengeras lakukan sedikit saja pemanasan sambil diaduk.
Tuang massa II kedalam cetakan suppositoria yang telah dilubrikasi dengan Paraffin Liquidum. Pastikan massa II dituang kedalam cetakan secara terus – menerus tanpa berhenti dan biarkan isi melebihi cetakan. Cetak suppositoria sebanyak 8 buah.
Biarkan suppos mendingin dalam suhu ruang terlebih dahulu. Setelah suhu suppos sama dengan suhu ruang, suppos dapat dimasukkan ke lemari pendingin untuk proses pengerasan lebih lanjut.
Keluarkan suppos dari lemari pendingin, buka cetakan dan dorong suppos perlahan dengan hati – hati.
Segera lapisi suppositoria dengan aluminium foil, masukkan kedalam kotak, simpan di tempat yang kering dan sejuk, dan tambahkan brosur ke dalam kotak.
Label: ni (tidak boleh di ulang tanpa resep dokter)
Tambahan :
label komposisi bahan obat
ukuran sediaan
tanggal explaired date
nama perusaahan produksi obat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
EVALUASI SEDIAAN
Pembuatan : 16 Juni 2014
Evaluasi : 17 Juni 2014
Uji fisik Aminophylin Suppositoria meliputi uji homogenitas, waktu hancur, keseragaman bobot, dan titik lebur. Dari uji fisik tersebut didapatlah data sebagai berikut :
Uji Homogenitas
Dengan cara mengambil 3 titik bagian suppositoria (atas – tengah – bawah) dan diamati di bawah mikroskop, dan didapatlah seperti dibawah ini :
Pangkal
Tengah
Bawah
Pembahasan :
Uji ini bertujuaan untuk melihat homogenitas dari zat aktif yaitu Aminophylin, jika dilihat dari hasil pengamatan bagian yang hitam merupakan zat aktif yang dapat disimpulakan tersebar merata. Karena suppositoria ini dibuat dari basis PEG 1000 dan 4000, hal ini menyebabkan sediaan menjadi sangat keras seperti lilin. Kerasnya suppositoria ini menyebabkan sulitnya sediaan dipotong menjadi bagian yang sangat tipis. Jadi, adanya celah pada pengamatan bukan karena zat aktif yang tidak tersebar merata namun dikarenakan sulitnya suppos untuk dipotong menjadi bagian yang tipis.
Uji Waktu Hancur
Dengan cara memasukkan sediaan kedalam air yang suhunya diset sama dengan suhu tubuh normal. Uji ini dilakukan dengan alat Desintegrasi Tester, dan didapatlah hasil sebagai berikut :
Waktu : 13 menit 40 detik
Suhu : 370C
Pembahasan :
Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sediaan suppositoria untuk hancur didalam tubuh. Pada umumnya sediaan suppositoria yang menggunakan basis PEG memiliki waktu hancur ± 15 menit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sediaan suppos yang diuji memenuhi syarat yaitu 13 menit 40 detik. Dalam pengujian ini menggunakan media air dikarenakan sebagian besar tubuh mengandung cairan.
Keseragaman Bobot
Diuji dengan menimbang sediaan satu per satu di timbangan analitik dan ditimbang dengan satuan gram. Dalam hal ini penyimpangan keseragaman variasi bobot yang didapat tidak boleh lebih dari 5%. (BP 2002, Appendix XII H, A.253, FI IV 1995 hal.999)
No
Berat Suppositoria
Persentase Penyimpangan
Paraf
1
3,23 gr
0,61 %
2
3,31 gr
1,84 %
3
3,26 gr
0.30 %
4
3,21 gr
1,23 %
5
3,28 gr
0,92 %
6
3,28 gr
0,92 %
7
3,29 gr
1,23 %
8
3,16 gr
2,79 %
9
x=3,25 gr
1,23 %
Pembahasan:
Meskipun berat suppositoria tidak tepat 3 gram, namun lebihnya berat tidak terlalu besar dengan bobot paling besar lebih 0,31 gram dan hal ini masih bisa ditoleransi. Keseragaman bobot mengindikasikan semua bahan obat terdistribusi merata dan mempengaruhi efek terapi yang diberikan obat.
Uji Titik Lebur
Uji ini dilakukan di alat Melting Point dengan cara
Meletakkan suppos ditempatkan pada lempeng area pemanas
Amati perubahan yang terjadi selama ± 10 detik.
geser jarum pembacaan sedemikian rupa sehingga jarum berada tepat pada batas antara zat yang melebur dan tidak melebur.
Baca garis skala yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk. Range pada Bangku Lebur ini 50 -260 .
Dan didapatlah hasil titik lebur dari basis yaitu :
PEG 1000 : 350 – 630 C
PEG 4000 : 500 – 580 C
Jadi, range titik lebur : 350 – 680 C
Setelah dilakukan uji di alat khusus didapatlah hasil bahwa suppositoria memiliki titik lebur 520C.
Pembahasan :
Suppositoria yang menggunakan basis PEG pasti akan memiliki titik lebur yang besarnya melebihi suhu tubuh normal. Walaupun demikian tidak akan mempengaruhi proses absorbsi didalam tubuh, karena basis PEG melarut bersama cairan yang ada didalam tubuh. Titik lebur yang tinggi ini memberikan keuntungan terutama dinegara iklim tropis, dan memberikan kemudahan dalam penyimpanan yang tidak perlu dimasukkan ke dalam lemari es. Suppositoria dengan PEG dapat disimpan di tempat yang kering dengan suhu ruang, tanpa rasa khawatir suppos akan meleleh dan berubah bentuk. Namun, kekurangan dari PEG kombinasi 1000 dan 4000 ini adalah sifatnya yang keras dapat mengiritasi mukosa, pelepasan zat aktif secara perlahan (lambat) semakin lambat seiring dengan besarnya Berat Molekul PEG yang digunakan.
PRE – FORMULASI
Suppositorium yang dibuat : 8 + 2 = 10 buah (perhitungan dibuat lebih)
Berat suppositorium : 10 x 3 gr = 30 gr
Aminophylin : 0,5 gr x 10 = 5 gr
Basis : berat suppos – total zat aktif
: 30 gr – 5 gr = 25 gr
PEG 1000 (75 %) : 75100x 25=18,75 gr
PEG 4000 (25 %) : 25100 x 25 gr=6,25 gr
Pada pembuatan sediaan suppositoria kali ini menggunakan Aminophylin sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai antiasma. Dalam pembuatan resep baru, sediaan ini berpedoman pada Fornas edisi II tahun 1978 hal : 21 dengan nama resep Aminophylini Suppositoria. Dalam resep tersebut menggunaan zat aktif berkekuatan 125 mg, namun pada resep baru dipilih sediaan berkekuatan lain yaitu 500 mg. Pertimbangan memilih zat aktif 500 mg, karena suppositoria ini ditujukan untuk orang dewasa dengan berat per bobot 3 g.
Karena pada sediaan ini berupa suppositoria jadi diperlukan basis dasar sebagai pembawa dan pembentuk. Pada sediaan ini menggunakan basis dasar PEG 1000 (75%) dan PEG 4000 (25%). Basis ini merupakan basis tidak berair atau dalam pembuatannya tidak ada pencampuran air. Gabungan kedua PEG ini akan menghasilkan suppositoria yang tidak mudah meleleh saat dipegang atau dikondisi lingkungan tropis dan memiliki bentuk yang sedikit keras. Tidak mudahnya meleleh pada suhu tubuh, tidak menjadi masalah karena suppositoria dengan basis ini akan larut dengan cairan sekresi tubuh, karena melarut jadi dibutuhkan waktu yang sedikit lebih lama untuk suppositoria tersebut habis.
No
Nama Bahan
pH
Titik Lebur
1
Aminophylin
8,8
2
PEG 1000 (75 %)
350 – 630 C
3
PEG 4000 (25 %)
50 – 580C
BAB V
KESIMPULAN
No
Nama Bahan
Jumlah Bahan ( 8 buah)
Fungsi
1
Aminophylin
5.000 mg
Zat Aktif
2
PEG 1000 (75 %)
18.750 mg
Basis Dasar
3
PEG 4000 (25 %)
6.250 mg
Basis Dasar
Hasil uji homogenitas memperlihatkan bahwa zat aktif tersebar merata di seluruh bagian suppositoria.
Suppositoria hancur dalam waktu 13 menit 40 detik pada suhu 370C, uji ini menggunakan alat Desintegrasi Tester. Hal ini memenuhi syarat, dimana suppos yang menggunakan basis PEG memiliki waktu hancur ±15 menit.
Setelah ditimbang di neraca analitik bobot rata – rata dari delapan sediaan adalah 3,25 gr, dengan bobot terberat 3,31 gr dan teringan 3,21 gr dengan penyimpangan bobot 1,23 %.
Suppositoria melebur pada suhu 520C. Hasil ini memenuhi kriteria dari range titik lebur yang telah ditentukan jika menggunakan basis PEG 1000 dan 4000, yaitu dengan range 350 – 630C.
DAFTAR PUSTAKA
Kniazi, Sarfaraz (2009). Volume One Second Edition Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Compressed Solid Products. New York: Informa Healthcare USA.
Rowe C Raymond., Sheskey J Paul., & Quinn E Marian (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Ed. III. Jakarta: Depkes RI.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Ed. IV. Jakarta: Depkes RI
Formularium Nasional, Edisi Kedua : tahun 1978
Anief, M.1987. Ilmu Mercik Obat. Yogyakarta: UGM Press.
Anief, M.2000.Farmasetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sumber Website :
Enjoywithsains.blogspot.com
Pharmacycity.wordpress.com
Selfiamonapeggystia.blogspot.com
LAMPIRAN
DESAIN KOTAK
BROSUR
DOKUMENTASI
Grafik Keseragaman Bobot