KANDUNGAN GIZI DALAM 100 G KACANG HIJAU
Energi 345 kal Protein 22,2 g Lemak 1,2 g Karbohidrat 62,9 g Serat 4,1 g Kalsium 125 mg Fosfor (320) mg Besi 6,7 mg Vitamin A 157 IU Vitamin B1 0,64 mg Vitamin C 6 mg Air 10 g Jumlah Kandungan Lemak Daun Kelor = 1,7 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Daun Kelor = 14,3 gr Jumlah Kandungan Protein Daun Kelor = 6,7 gr Jumlah Kandungan Fosfor Daun Kelor = 70 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Daun Kelor = 7 mg Jumlah Kandungan Kalsium Daun Kelor = 440 mg Jumlah Kandungan Energi Daun Kelor = 82 kkal Jumlah Kandungan Vitamin B1 Daun Kelor = 0,21 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Daun Kelor = 220 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Daun Kelor = 11300 IU
Tepung ikan merupakan tepung yang diperoleh dari penggilingan ikan dan termasuk bahan essensial yang sangat diperlukan untuk campuran pakan ternak sebagai sumber protein untuk mempercepat pertambahan berat badan. Mutu tepung ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis dan kesegaran ikan dan teknik atau cara pengolahannya. Mutu tepung ikan dapat dinilai secara fisik, kimia, mikrobiologi. Secara fisik, kriteria yang dinilai adalah bentuk dan keseragaman ukuran partikel tepung. Penilaian secara kimiawi dilakukan dengan mengukur kandungan protein, lemak, air dan abu. Secara mikrobiologi, tepung ikan harus terbebas dari bakteri patogen seperti Salmonella dan kapang. Tepung ikan yang bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: mempunyai butiran yang seragam, bebas dari sisa-sisa tulang dan benda-benda asing lainnya.
Sumber: janathafishmeal.com Baca Juga
Standar dan Cara menghitung FCR Ayam Broiler Manfaat Dan Kandungan Air Rebusan Kedelai Untuk Ternak Pengertian Pakan Ternak
Berdasarkan The International Association of Fish Meal Manufacture (Donald e t al., 1981) dinyatakan bahwa kualitas tepung ikan dapat dibagi menjadi empat golongan, sebagai berikut: 1. Kandungan protein tinggi yaitu mengandung protein lebih dan 680 g/kg dan kurang dan 90 g minyak/kg. 2. Kandungan protein reguler yaitu mengandung protein antara 640-679 g/kg dan kandungan minyak cukup banyak yaitu 130 g/kg. 3. Protein regular dengan kandungan minyak rendah yaitu 640-679 g protein/kg dan kandungan minyak 60 g/kg. 4. Protein standar yaitu kandungan protein 600-639 g/kg. Tepung ikan yang dipasarkan memiliki protein kasar 65%, tetapi dapat bervariasi dari 57-70% tergantung pada spesies ikan yang digunakan (Maigualema dan Gernet, 2003). Menurut Jassim (2010) komposisi kimia tepung ikan, yaitu protein kasar 60%, kadar air 2,5%, lemak 2,54%, dan kadar abu 1,2%. Di samping mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tepung ikan juga merupakan sumber mineral, misalnya kandungan unsur kalsium yang cukup tinggi yaitu 80 g/kg, kemudian fosfor 35 g/kg dan juga sejumlah mineral lainnya seperti magnesium, besi dan iodin. Kemudian tepung ikan juga sebagai sumber vitamin misalnya vitamin B komplek, khususnya koline, B-12 dan riboflavin (Donald et al., 1981). Pencampuran tepung ikan ke dalam pakan ternak dilakukan ketika pemberian pakan pada hewan usia muda, yaitu mempercepat pertumbuhan pada tahap awal dan tahap akhir sehingga menaikkan berat badan yang biasanya dicampurkan dalam pakan sekitar 3-10% Sumber: Donald, P., R. Edwards, And J. Greenhalgh. 1981. Animal Nutrition. 3rd Ed. Longman, London.
Sumber: janathafishmeal.com Baca Juga
Standar dan Cara menghitung FCR Ayam Broiler Manfaat Dan Kandungan Air Rebusan Kedelai Untuk Ternak Pengertian Pakan Ternak
Berdasarkan The International Association of Fish Meal Manufacture (Donald e t al., 1981) dinyatakan bahwa kualitas tepung ikan dapat dibagi menjadi empat golongan, sebagai berikut: 1. Kandungan protein tinggi yaitu mengandung protein lebih dan 680 g/kg dan kurang dan 90 g minyak/kg. 2. Kandungan protein reguler yaitu mengandung protein antara 640-679 g/kg dan kandungan minyak cukup banyak yaitu 130 g/kg. 3. Protein regular dengan kandungan minyak rendah yaitu 640-679 g protein/kg dan kandungan minyak 60 g/kg. 4. Protein standar yaitu kandungan protein 600-639 g/kg. Tepung ikan yang dipasarkan memiliki protein kasar 65%, tetapi dapat bervariasi dari 57-70% tergantung pada spesies ikan yang digunakan (Maigualema dan Gernet, 2003). Menurut Jassim (2010) komposisi kimia tepung ikan, yaitu protein kasar 60%, kadar air 2,5%, lemak 2,54%, dan kadar abu 1,2%. Di samping mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tepung ikan juga merupakan sumber mineral, misalnya kandungan unsur kalsium yang cukup tinggi yaitu 80 g/kg, kemudian fosfor 35 g/kg dan juga sejumlah mineral lainnya seperti magnesium, besi dan iodin. Kemudian tepung ikan juga sebagai sumber vitamin misalnya vitamin B komplek, khususnya koline, B-12 dan riboflavin (Donald et al., 1981). Pencampuran tepung ikan ke dalam pakan ternak dilakukan ketika pemberian pakan pada hewan usia muda, yaitu mempercepat pertumbuhan pada tahap awal dan tahap akhir sehingga menaikkan berat badan yang biasanya dicampurkan dalam pakan sekitar 3-10% Sumber: Donald, P., R. Edwards, And J. Greenhalgh. 1981. Animal Nutrition. 3rd Ed. Longman, London.
Jassim, J.M. 2010. Effect of using local fish meal (Liza abu) as protein concentration in broiler diets. J. diets. J. Poultry Sci., Sci., 9(12):1097-1099. Maigualema, M.A. and A.G. Gernet. 2003. The effect of feeding elevated levels of Tilapia (Oreochromus niloticus) by product meal on Broiler performance and Carcass characteristics. J. characteristics. J. Poultry Sci., 2:195:199. Yuningsih. 2002. Kualitas Tepung Ikan Sebagai Campuran Pakan Unggas Dan Gambaran Toksisitasnya. Balai Penelitian Veteriner, P. 0. Box 52, Bogor. Wartazoa Vol. 12 No. 3 Home » Kandungan Gizi T » Isi Kandungan Gizi Tepung Ikan - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan
Isi Kandungan Gizi Tepung Ikan - Komposisi Nutrisi Bahan Makanan godam64 14:55 1 Komentar dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Tepung Ikan Tepung Ikan adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi mengandung energi sebesar 316 kilokalori, protein 60,1 gram, karbohidrat 22,4 gram, lemak 6,5 gram, kalsium 3196 miligram, fosfor 1976 miligram, dan zat besi 16,6 miligram. Selain itu di dalam Tepung Ikan juga terkandung vitamin A sebanyak 1083 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Tepung Ikan, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Tepung Ikan : Nama Bahan Makanan : Tepung Ikan Nama Lain / Alternatif : Banyaknya Tepung Ikan yang diteliti (Food Weight) = 100 gr Bagian Tepung Ikan yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 % Jumlah Kandungan Energi Tepung Ikan = 316 kkal Jumlah Kandungan Protein Tepung Ikan = 60,1 gr Jumlah Kandungan Lemak Tepung Ikan = 6,5 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Ikan = 22,4 gr Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Ikan = 3196 mg Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Ikan = 1976 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Ikan = 16,6 m g Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Ikan = 1083 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Ikan = 0 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Ikan = 0 mg Khasiat / Manfaat Tepung Ikan : - (Belum Tersedia) Huruf Awal Nama Bahan Makanan : T Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Re publik Indonesia serta sumber lainnya.
Keterangan : Riset/penelitian pada Tepung Ikan yang berbeda bisa menghasilkan perbedaan hasil yang didapat karena
godam64 08:55 Komentari Kacang Kedelai adalah bahan makanan kacang-kacangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang Kedelai mengandung energi sebesar 381 kilokalori, protein 40,4 gram, karbohidrat 24,9 gram, lemak 16,7 gram, kalsium 222 miligram, fosfor 682 miligram, dan zat besi 10 miligram. Selain itu di dalam Kacang Kedelai juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,52 miligram dan vitamin C 121,7 miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Kacang Kedelai, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %. Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kacang Kedele :
Nama Bahan Makanan : Kacang Kedelai Nama Lain / Alternatif : Kacang Kedele Banyaknya Kacang Kedelai yang diteliti (Food Weight) = 100 gr Bagian Kacang Kedelai yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 % Jumlah Kandungan Energi Kacang Kedelai = 381 kkal Jumlah Kandungan Protein Kacang Kedelai = 40,4 gr Jumlah Kandungan Lemak Kacang Kedelai = 16,7 gr Jumlah Kandungan Karbohidrat Kacang Kedelai = 24,9 gr Jumlah Kandungan Kalsium Kacang Kedelai = 222 mg Jumlah Kandungan Fosfor Kacang Kedelai = 682 mg Jumlah Kandungan Zat Besi Kacang Kedelai = 10 mg Jumlah Kandungan Vitamin A Kacang Kedelai = 0 IU Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kacang Kedelai = 0,52 mg Jumlah Kandungan Vitamin C Kacang Kedelai = 121,7 mg Khasiat / Manfaat Kacang Kedelai : - (Belum Tersedia) Huruf Awal Nama Bahan Makanan : K Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya
Home » Pupuk Urea » Kandungan Pupuk Urea
Kandungan Pupuk Urea Kandungan pupuk urea secara global terdiri dari 46% nitrogen dan 54% zat pembawa (carrier) . Hal ini berarti, di dalam 100 kg urea terdapat sebanyak-banyaknya 46 kg nitrogen tersedia dan 56 kg zat pembawa yang tidak memberikan efek positif bagi tanaman. Itupun dari 46% nitrogen ter sedia yang terkandung dalam pupuk urea, biasanya hanya separuhnya saja yang dapat dikonsumsi tanaman,
selebihnya nitrogen tersebut hilang karena pencucian (leaching) oleh air tanah mapun karena penguapan (evaporasi).
Kandungan Pupuk Urea Dimanfaatkan sebagai Penambah Hara Tanah
Kandungan nitrogen adalah satu-satunya zat yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman. Nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman memang tersedia cukup banyak dalam pupuk urea. Berbeda dengan zat pembawanya yang justru banyak memberikan efek negatif bagi tanah seperti pemadatan, nitrifikasi, dan lain sebagainya. Kendati demikian, tanpa zat pembawa, urea tidak akan dapat diproduksi dan diaplikasikan seperti sekarang ini. Pupuk urea memang menjadi pupuk anorganik yang sangat digemari oleh petani Indonesia. Selain karena harganya yang relatif murah, manfaat dan fungsi pupuk urea juga dapat langsung dilihat setelah diaplikasikan pada pertumbuhan tanaman. Pupuk yang memiliki sifat higroskopis (mudah menyerap air) ini sering membatu jika tidak ditempatkan dengan sistem penyimpanan yang tepat. Berbicara masalah kandungan pupuk urea, tentu tidak terlepas dari komposisi zat pembawanya. Dalam 54% zat pembawa tersebut nyatanya terdapat kandungan karbondioksida yang terikut saat proses pembuatan pupuk urea berlangsung. Kandungan karbondioksida ini jumlahnya cukup banyak, apalagi jika pupuk urea telah mengalami penguraian, jumlah karbondioksidanya pun akan semakin banyak. Kandungan karbondioksida dalam pupuk urea sebetulnya masih memiliki beberapa manfaat seperti membantu proses fotosintesis dan menyediakan nutrisi bagi organisme anaerob tanah yang menguntungkan bagi tanaman. Selain karbondioksida, di dalam urea juga terkandung senyawa biuret yang terikut saat proses purifikasi dalam pembuatan pupuk urea. Senyawa biuret ini sangat menggangu pertumbuhan tanaman, oleh karena itu jumlah senyawa biuret dalam urea dibatasi keberadaannya pada
persentase tertentu. Senyawa biuret ini adalah salah satu senyawa yang memacu timbulnya berbagai jenis penyakit pada tanaman. Itulah sebabnya mengapa setelah dipupuk urea biasanya tanaman akan menjadi sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Demikianlah pembahasan mengenai kandungan pupuk urea. Pupuk urea memang harus diketahui apa saja kandungannya agar kita tidak salah dalam melakukan aplikasi pemupukan pada tanaman.
Manfaat Garam dan Kandungan Mineral dalam Garam Dapur Pada garam dapur terkandung unsur sodium dan chlor (NaCl). Dimana unsur sodium sangat penting untuk mengatur proses keseimbangan cairan di dalam tubuh, disamping fungsinya dalam mengatur kelancaran proses transmisi saraf dan kerja otot. Tubuh manusia sebenarnya hanya membutuhkan kurang dari 7gr garam dapur sehari atau setara dengan 3.000 mg sodium.
Satu sendok teh garam dapur setara dengan 2.000 mg sodium. Sodium yang terkandung dalam setiap menu modern rata-rata ialah sekitar 500 m g. Acapkali dalam menu makanan harian kita justru mengandung berlebihan garam dari yang sekedar kita butuhkan oleh tubuh. Hasilnya, kinerja organ ginjal jadi 6 kali lebih berat untuk membuangnya. Selain itu, konsumsi garam berlebihan bagi tubuh juga mutlak menyebabkan darah tinggi. Tidak hanya hipertensi, orang yang mengidap penyakit j antung pun perlu membatasi asupan sodium pula. Begitu juga jika mengidap penyakit ginjal dan gangguan hati.
Beberapa jenis makanan yang banyak mengandung sodium, antara lain seperti soda kue, bubuk soda sebagal pengawet, obat pencahar, makanan yang dipanggang, keju, makanan kaleng dan laut, serta sereal. Sementara beberapa jenis makanan yang memiliki kadar rendah sodium antara lain seperti buah dan sayur-mayur segar, daging dan unggas segar. Penting diketahui, kekurangan garam sama berbahayanya dengan berlebihan garam. Kekurangan
sodium dan chlor secara drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal. Diiringi gejala pembengkakan (oedema), kaki bengkak yang disebabkan penyakit jantung. Adapun pembatasan konsumsi terbagi menjadi 3 kategori:
Diet ketat Diet Sedang Diet Ringan
: cukup 500 gr sodium atau setara 1,5 gr garam dapur. : cukup 800 gr sodium atau setara 2 gr garam dapur. : cukup 2000 gr sodium atau setara 5 gr garam dapur.
Berikut penjabaran kandungan mineral yang terdapat dalam garam yang biasa kita konsumsi sehari-hari dari makanan maupun minuman. 1. Yodium Zat mineral yodium biasanya terdapat pada garam dapur yang tersedia bebas di pasaran, namun pastikan garam yang anda beli memiliki kandungan yodium. Karena zat ini berperan penting untuk membantu perkembangan kecerdasan atau kepandaian pada anak pada masa pertumbuhannya. 2. Phospor Phosfor berfungsi untuk pembentukan tulang dan membentuk gigi. 3. Cobalt Cobalt memiliki fungsi untuk membentuk pembuluh darah. 4. Kalsium Kalsium atau zat kapur merupakan zat mineral yang memiliki fungsi dalam pembentukan tulang dan gigi disamping perannya dalam vitalitas otot pada tubuh. 5. Kalium Kalium berfungsi sebagai pembentuk aktivitas otot jantung. 5. Zinc atau Seng Diperlukan untuk pembentuk enzim dan hormon penting. 7. Sulfur atau Belerang Berfungsi dalam proses pembentuk protein di dalam tubuh.
8. Chlor Chlor digunakan tubuh kita untuk membentuk HCl atau asam klorida pada lambung. HCl sendiri berfungsi membunuh kuman bibit penyakit dalam lambung se rta mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. 9. Magnesium Magnesium berfungsi sebagai zat yang pembentuk sel darah merah berupa z at pengikat oksigen dan hemoglobin. 10. Mangaan Mangaan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan tubuh kita dan sistem reproduksi.
11. Tembaga Tembaga pada tubuh manusia berguna sebagai pembentuk hemo globin pada sel darah merah.
12. Natrium / Na Natrium adalah zat mineral yang kita andalkan sebagai pembentuk faram di dalam tubuh dan sebagai penghantar impuls dalam serabut syaraf dan tekana osmosis pada sel yang menjaga keseimbangan cairan sel dengan cairan yang ada di sekitarnya. 13. Flour Memiliki peran dalam pembentukan lapisan email gigi yang melindungi dari segala macam gangguan pada gig
Kandungan dan Manfaat Cangkang Telur dalam Industri Pangan 07 Maret 2017 06:42:11 Diperbarui: 07 Maret 2017 08:41:04 Dibaca : 78 Komentar : 0 Nilai : 0 Durasi Baca : 1 menit Kandungan dan Manfaat Cangkang Telur dalam Industri Pangan Anonim. 2015. 9 Manfaat Cangkang Telur Bagi Kesehatan – Kerajinan – Kecantikan . Available at: http://manfaat.co.id/manfaat-cangkang-telur# (diakses pada tanggal 7 Maret 2017). Masyarakat Indonesia mengkonsumsi telur setiap harinya, tidak hanya dalam skala rumah tangga namun juga telur sebagai bahan baku pembuatan makanan di industri besar. Sehingga banyak cangkang telur yang terbuang karena pada umumnya yang dikonsumsi adalah putih dan kuning telur. Namun ternyata cangkang telur juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan baku untuk industri
makanan yang ramah lingkungan yaitu menjadi tepung yang fungsinya sama seperti tepung terigu. Lalu bagaimana kandungan yang ada didalam cangkang telur? Kandungan yang ada didalam cangkang telur terdiri dari mengandung 94% kalsium karbonat, 1% kalium phospat, dan 1% magnesium karbonat .Menurut Daengprok dalam Journal Agricultural and Food Chemistry 51:6056-6061 bahwa kalsium dari cangkang telur merupakan suplemen yang sempurna untuk bahan pangan. Kalsium dari cangkang telur berfungsi meningkatkan densitas mineral dalam tulang untuk penderita osteoporosis. Selain itu cangkang telur yang diolah menjadi tepung ini memiliki rasa yang lebih lezat dan gurih dikarenakan kandungan amilum yang tidak ada pada tepung terigu.Sedangkan kekurangannya teksturnya masih kasar menyerupai pasir, tepung cangkang telur ini masih membutuhkan pengolahan tambahan untuk mencapai kelembutan yang menyerupai tepung terigu. Yuk, mari simak cara pembuatan tepung cangkang telur ini. Pertama kulit telur di cuci bersih, buang sisa telur dan lapisan dalam telur, jadi hanya murni cangkang telur saja yang di pakai. Setelah dicuci bersih kulit telur di rebus atau di kocor air panas sekitar setengah jam, lalu di keringkan, baru di giling tepung. afifah indah /afifahindahn Selengkapnya... IKUTI Share Share 0 0 JADIKAN FAVORIT Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/afifahindahn/kandungan-dan-manfaat-cangkangtelur-dalam-industri-pangan_58bdf3d3a3afbdeb10b3a1cf
Berikut ini contoh format laporan praktikum Biologi yang menurut saya baik dan lengkap. Silahkan simak dan sesuaikan dengan tema praktikum Anda.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Caha ya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995). … dst …
Latarbelakang berisi dasar teori singkat yang berisi penjelasan ringkas men genai konsep yang relevan/berhubungan dengan tema praktikum, atau sesuatu yang mendorong mengapa kamu melakukan praktikum tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan percobaan tentang fotosintesis ini adalah untuk: 1. membuktikan bahwa dalam fotosintesis dihasilkan oksigen (O 2) 2. mengamati pengaruh cahaya dan CO2 terhadap pembentukan oksigen pada proses fotosintesis 3. mengetahui ada tidaknya simpanan amilum dalam jaringan daun yang diberi perlakuan cahaya matahari berbeda … dst …
Tujuan berisi konsep yang apa diuji atau yang ingin diketahui atau hasil yang diharapkan dalam praktikum.
BAB II METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum fotosintesis ini berlangsung pada hari Senin tanggal 15 … dst … 2.2 Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum tentang fotosintesis ini adalah beaker glass, corong kaca, tabung reaksi, cawan petri, lampu spiritus/kompor, … dst … 2.3 Prosedur kerja
Fotosintesis 1. Dimasukkan beberapa cabang Hydrilla verticillata yang sehat sepanjang kira-kira 15 cm … dst …
Metode praktikum berisi tentang uraian prosedur kerja, alat dan bahan, waktu pelaksanaan praktikum, tim/kelompok praktikum dsb. … dst …
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan berisi catatan hasil praktikum. Data yang dicatat bisa berupa data numerik (angka) atau pengamatan terhadap suatu peristiwa. Untuk mempermudah biasanya dituangkan dalam bentuk tabel. 3.2 Pembahasan
Pada percobaan tentang proses fotosintesis, Hydrilla verticillata dengan panjang yang telah ditentukan dimasukkan ke dalam corong kaca yang ditutup dengan tabung reaksi dan kemudian ke dalam beaker glass yang berisi air sampai penuh, apabila dilakukan perlakuan dengan memberikan cahaya pada Hydrilla verticillata tersebut akan menghasilkan gelembung udara yang banyak, … dst … Pembahasan berisi tentang uraian hasil praktikum. Pembahasan ini umumnya bisa dipermudah dengan mensinkronkan antara hasil eksperimen dengan teori. Tidak masalah jika hasil praktek sesuai dengan teori. Yang jadi persoalan bila hasil praktikum tidak sesuai dengan teori. Kasus ini sering disebut dengan anomali praktikum. Untuk menghindari masalah ini rancanglah prosedur percobaan dengan baik dan cermat. Selain itu Anda juga harus memahami benar mengenai variabel bebas, variabel terikat, variabel kontrol, serta faktor lain yang kiranya bisa menyebabkan munculnya anomali tersebut. Untuk lebih jelas lagi silahkan baca di sini.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Fotosintesis adalah suatu proses metabolisme dalam tanaman untuk membentuk karbohidrat dengan memakai karbondioksida (CO2) dari udara dan air (H2O) dari dalam tanah … dst … Kesimpulan berisi penegasan konsep hasil praktikum secara singkat, da n disesuaikan dengan tujuan praktikum dengan berlandaskan hasil eksperimen. Jika tujuan praktikum ada lima item misalnya, maka kesimpulan bisa ditarik berdasarkan setiap item tujuan p raktikum. DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar literatur yang digunakan sebagai acuan dasar teori. Anda boleh mencantumkan sumber apa saja di sini, mulai buku, laporan ilmia, maupun artikel pada suatu situs tertentu. Semakin banyak literatur yang relevan dan berkualitas, maka dasar teori Anda semakin bagus. Jika ada pertanyaan, tambahan, atau koreksi, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga berguna.
Beranda » contoh surat » 3 CONTOH KATA PENGANTAR MAKALAH YANG BAIK
3 CONTOH KATA PENGANTAR MAKALAH YANG BAIK Oleh hengki kristianto Tuesday, March 1, 2016
Contoh Kata Pengantar Makalah Yang Baik ~ Saat membuat makalah harus disertai kata pengantar untuk melengkapi susunan sebuah karya tulis ilmiah, Baik itu dari sekolah menengah maupun dari kampus. Isi pengantar makalah biasanya terdiri dari ucapan syukur kepada Sang Pencipta, ucapan terimakasih
kepada
guru
pembimbing,
ataupun
instansi
terkait.
Dalam kata pengantar boleh juga ditambahkan harapan-harapan dari penulis termasuk saran maupun kritik
hingga
manfaat
dari
makalah
yang
telah
dibuatnya
tersebut.
Susunan sebuah kata pengantar makalah harus dibuat sedemikian rapi dan teratur dengan dilengkapi tata bahasa yang baik dan benar sehingga memudahkan untuk dibaca dan dimengerti akan makna yang tertuang
di
dalamnya.
Di bawah ini saya tuliskan beberapa contoh kata pengantar makalah yang baik dan benar agar dapat dijadikan bahan regerensi bagi Anda yang memerlukannya, Silahkan disimak ya
Contoh Kata Pengantar Makalah 1 Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada
semua
pihak
yang
telah
berkontribusi
dalam
pembuatan
makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan
kritik
dari
pembaca
agar
kami
dapat
memperbaiki
makalah
ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini
dapat
memberikan
manfaat
maupun
inpirasi
Jakarta,
terhadap Maret
pembaca. 2015
Penyusun
Contoh Kata Pengantar Makalah 2 Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik
lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi
kesempurnaan Jakarta,
makalah Maret
Penyusu
Laporan Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum by sobah · March 25, 2015 LAPORAN PRAKTIKUM
ini. 2015
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
Disusun oleh : Nurus Sobah 13/349268/PT/06587 Kelompok VII Asisten : Meita Puspa Dewi
LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015
BAB I PENDAHULUAN
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menunjang kehidupan ternak dalam melakukan semua proses metabolisme dalam tubuh, mulai dari sistem digesti, respirasi, sirkulasi, pertumbuhan dan perkembangan, sistem hormon, sistem limfoid dan syaraf, sistem gerak, sistem kekebalan tubuh (imun), ekskresi maupun reproduksi. Pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang nantinya akan berpengaruh pada produktivitas ternak serta pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pakan yang dibutuhkan harus memiliki kualitas baik yaitu pakan yang mengandung seluruh nutrien yang dibutuhkan oleh ternak. Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan dapat diketahui melalui beberapa analisis bahan pakan salah satunya yaitu analisis proksimat. Bahan pakan perlu dianalisa kandugan nutrienya. Ada beberapa metode analisa yang digunakan menentukan kandungan bahan pakan. Metode yang sering digunakan adalah metode analisis proksimat. Disebut analisis proksimat karena nilai yang diperoleh mendekati nilai komposisi yang sebenarnya. Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen-komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi atau nilai sesungguhnya. Tujuan dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah untuk mengetahui kandungan nutrien dari sampel bahan pakan dengan menggunakan metode analisis proksimat. Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum bahan pakan dan formulasi ransum adalah dapat mempraktikkan secara langsung prosedur analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dari suatu sampel atau bahan pakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pakan atau dulu disebut bahan makanan ternak (feed ) adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, tanpa mengganggu kesehatan pemakannya, dan bermanfaat bagi pemakannya (Utomo et al., 2008). Bahan pakan adalah suatu bahan yang dapat dimakan oleh hewan ternak yang mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya) yang dibutuhkan tubuh ternak (Hartadi et al., 1997). Kamal (1994), menyatakan bahwa bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat diabsorbsi, bermanfaat bagi ternak dan tidak menganggu kesehatan ternak tersebut. Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan nutrien atau komposisi kimianya. Bahan pakan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu air dan bahan kering. Bahan kering dibagi menjadi bahan organik dan bahan anorganik. Bahan organik terdiri dari karbohidrat, lipida, protein dan vitamin. Bahan organik hanya terdiri mineral (Tillman et al., 1998). Komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan dapat diketahui dengan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan da ri Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan komponen bahan pakan yang ada pada makanan. Metode analisis proksimat ini, komponen bahan pakan dapat dikelompokkan dalam bahan kering (dry matter ), abu (ash), ekstrak ether, serat kasar (crude fibre), protein kasar (crude protein), dan ekstrak tanoa nitrogen (ETN) (Utomo et al., 2008). Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia serta penggunaannya, bahan pakan dibagi menjadi 8 klas : Klas 1 adalah hijauan kering (dry forages) dan jerami (roughages) yaitu semua hijauan , jerami serta produk lain yang serat kasar >18%, dinding sel >35%, contohnya hay (hijauan kering), jerami padi, stover, sekam, daging buah ( pod ). Klas 2 adalah pasture (tanaman padangan) yaitu semua hijauan ( forages) yang diberikan segar dipotong atau tidak, contohnya rumput gajah, rumput raja, daun lamtoro, daun turi, daun nangka, ketela pohon. Klas 3 silage (silase) yaitu semua silage yang berasal dari hijauan (rumput, tanaman jagung dan sebagainya), tidak termasuk seilage umbu, silage bebijian, dan silage ikan. Klas 4 adalah sumber energi yaitu bahan pakan yang mengandung serat kasar <18%, dinding sel <35%, dan protein kasar <20%, contohnya bebijian, umbi. Kekacangan, hasil ikutan industri pertanian (dedak halus, onggok, dan tetes). Klas 5 adalah sumbeer protein yaitu bahan pakan yang mengandung serat kasar <18%, dinding sel <35%, dan protein kasar ≥20%, contohnya biji legume, bungkil, bahan pakan asal hewan dan ikan. Klas 6 adalah sumber mineral yaitu bahan pakan yang digunakan sebagai sumber mineral, contohnya batu kapur, tepung tulang. Klas 7 sumber vitamin, termasuk hasil peragian. Klas 8 adalah additive yaitu bahan tambahan, contohnya hormon, pewarna, obatobatan, antibiotik (Utomo et al,. 2008). Nangka ( Artocarpus heterophyllus) merupakan tanaman buah yang populer yang banyak ditanam di Thailand dan daerah tropis lainnya. Buah yang matang banyak mengandung daging buah warna kuning dengan rasa manis dan terdapat biji di dalamnya. Benih nangka berukuran 10 sampai 15% dari total buah dan memiliki karbohidrat dan protein tinggi (Tulyathan et al., 2001). Nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun dimana keringnya tidak terlalu keras. Pohon tinggi 20 sampai 30m, permukaan batang kasar, diameter kurang lebih 80cm, bergetah putih, kayunya bagian dalam berwarna kekuningan. Daun nangka b erbentuk bulat telur dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan bertangkai pendek. Permukaan atas
daun berwarna hijau tua mengilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Di daerah aslinya, nangka tumbuh di hutan-hutan selalu hijau pada ketingiian 400 sampai 1200m. Namun pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada daerah berikli m hangat dan lembab pada ketinggian di bawah 1000 mdpl dan dengan curah hujan 1500 mm atau lebih. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan dengan ditanam pada kedalaman yang cukup, memiliki drainase yang baik, pada tanah berpasir atau tanah liat dengan pH tanah 6,0 sampai 7,5 (Rukmana, 1997). Klarifikasi tumbuhan nangka, sebagai berikut. Kingdom Divisio
: Plantae : Spermatopyta
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Morales
Famili
: Moraceae
Genus
: Artocarpus
Spesies
: Artocarpus heterophyllus
Daun nangka ( Artocarpus heterophyllus Lam) mengandung saponin, flavonoid, dan tanin, pada buah nangka yang masih muda dan akarnya mengandung sapon in. Senyawa saponin, flavonoid, dan tannin dapat bekerja sebagai antimikrobia dan merangsang pertumbuhan sel baru. Senyawa saponin akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel bakteri. Senyawa flavonoid mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar , 1998 dalam Hamzah, 2013). Sasongko et al., (2010) menyatakan bahwa daun nangka banyak mengandung tanin. Hal tersebut diperkuat oleh Kurniawati (2008) dalam Sasongko et al., (2010), bahwa setelah dilakukan penentuan kadar tanin pada beberapa hijauan pakan yang belum banyak dikenal dengan meng gunakan metode total phenol dan total tanin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar total tanin pada daun nangka relatif tinggi dibandingkan dengan hijauan pakan lainnya. Keberadaan tanin di sisi lain berdampak positif jika ditambahkan pada pakan yang tinggi akan protein baik secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini disebabkan protein yang berkualitas tinggi dapat terlindungi oleh tanin dari degradasi mikroorganisme rumen sehingga lebih tersedia pada saluran pencernaan pasca rumen. Kompleks ikatan tanin-protein kemudian dapat lepas pada pH rendah di abomasum dan protein dapat didegradasi oleh enzim pepsin sehingga asam-asam amino yang dikandungnya tersedia bagi ternak. Hal ini menjadikan tanin sebagai salah satu senyawa untuk memanipulasi tingkat degradasi protein dalam rumen (Jayanegara dan Sofyan, 2008). BAB III MATERI DAN METODE
Materi Pengamatan fisik Alat. Alat yang digunakan pada praktikum pengamatan fisik adalah lembar kerja praktikum dan alat tulis. Bahan . Bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan fisik adalah daun nangka ( Artocarpus heterophyllus). Penetapan kadar air Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar air adalah silica disk , desikator, tang penjepit, oven pengering (105 sampai 110oC), dan timbangan analitik. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar air adalah daun nangka ( Artocarpus heterophyllus). Penetapan kadar abu Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar abu adalah silica disk , desikator, tang penjepit, oven pengering (105 sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC), dan timbangan analitik. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar abu adalah Artocarpus heterophyllus. Penetapan kadar serat kasar Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar serat kasar adalah beaker glass 600 ml, pemanas, saringan linen, serat gelas ( glass wool ), alat penyaring crucible, gelas arloji, tang penjepit, desikator, oven pengering (105 sampai 110oC), tanur (550 sampai 600oC), dan timbangan analitik. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar serat kasar adalah Artocarpus heterophyllus, H2SO4 1,25%, NaOH 1,25%, dan etil alkohol 95%.
Penetapan kadar protein kasar Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar protein kasar adalah labu kjeldahl 650 ml, labu Erlenmeyer 650 ml dan 300 ml, gelas ukur 100 ml, buret, corong, pipet volume 25/50 ml, alat destruksi, alat destilasi, dan timbangan analitik.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar protein kasar adalah Artocarpus heterophyllus, H2SO4 pekat, CuSO4 dan K 2SO4, kjeltab, NaOH 50%, HCl 0,1 N, H3BO3 0,1 N, indicator mix ( Metil Red , Brom Cresol Green, metanol ). Penetapan kadar ekstrak eter Alat. Alat yang digunakan pada praktikum penetapan kadar lemak kasar adalah seperangkat alat ekstraksi dan selongsong dari Soxhlet, labu penampung, alat pendingin, oven pengering, desikator, tang penjepit, timbangan analitik, dan kertas saring bebas lemak. Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum penetapan kadar lemak kasar adalah Artocarpus heterophyllus.
Metode Pengamatan fisik
Pengamatan fisik yang dilakukann pada praktikum kali ini dilakukan dengan melakukan pengamatan fisik dengan parameter yang diamati adalah tekstur, warna, bau, dan rasa dari Artocarpus heterophyllus. Penetapan kadar air
Silica disk yang sudah bersih bersama tutup yang dilepas dalam oven pengering pada suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam. Silica disk didinginkan bersama tutup yang dilepas di dalam desikator selama 1 jam, dan bila sudah dingin ditimbang. Cuplikan bahan ditimbang seberat sekitar 1 gram, dimasukkan ke dalam silica disk dan dikeringkan bersama tutup yang dilepas di dalam oven pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 105 sampai 110oC. Silica disk dikeluarkan bersama dengan cuplikan bahan pakan dari dalam oven, lalu didinginkan di dalam desikator dengan tutup dilepas selama 1 jam. Silica disk yang berisi cuplikan ditimbang dalam keadaan dingin dan tertutup sampai diperoleh bobot yang tetap. Perhitungan : Kadar Air = Kadar bahan kering = 100% – kadar air Keterangan :
x = bobot silica disk
y = bobot cuplikan pakan z = bobot cuplikan pakan+ silica disk setelah dioven 105 – 110°C
Penetapan kadar abu
Silica disk yang sudah bersih dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 sampai 110oC selama 1 jam. Silica disk didinginkan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian setelah dingin ditimbang. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 1 gram, dimasukkan ke dalam silica disk . Silica disk yang berisi cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tanur. Tanur dinyalakan pada suhu 550 sampai 600oC selama lebih dari 2 jam hingga cuplikan berwarna putih seluruhnya. Setelah itu suhunya diturunkan sampai 120oC, lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 1 jam.Sesudah dingin kemudian bahan pakan ditimbang. Perhitungan : Kadar Abu = Keterangan :
x = bobot silica disk kosong
y = bobot sampel sebelum dibakar dalam ditanur z = bobot sampel + silica disk setelahditanur Penetapan kadar serat kasar
Cuplikan bahan pakan ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, ditambahkan 200 ml H2SO4 1,25%, dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan disaring dengan saringan linen dengan bantuan pompa hampa. Hasil saringan dimasukkan ke dalam beaker glass, ditambahkan 200 ml NaOH 1,25% lalu dipanaskan sampai mendidih selama 30 menit. Bahan pakan disaring kembali dengan menggunakan crucible yang dilapisi glass wool dengan bantuan pompa vacuum kemudian dicuci dengan beberapa ml air panas dan dengan 15 ml etil alkohol 95%. Hasil saringan termasuk glass wool dimasukkan ke dalam alat pengering dengan suhu 105 sampai 110oC selama semalam kemudian didinginkan dalam desikator selama 1 jam. Crucible bersama dengan isinya kemudian ditanur dengan suhu 550 sampai 6000C sampai berwarna putih seluruhnya. Dinginkan crucible dengan menggunakan desikator, lalu ditimbang. Perhitungan : Kadar serat kasar = Keterangan :
x = bobot sampel awal
y = bobot sampel setelah dikeringkan oven 105°C z = bobot sisa pembakaran 550 – 600°C Penetapan kadar protein kasar
Destruksi. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 0,5 gr. Setelah bahan pakan ditimbang kemudian disiapkan 2 butir batu didih, 20 ml H2SO4 pekat dan ¼ tablet kjeltab. Cuplikan bahan pakan dimasukkan ke dalam tabung destruksi yang telah bersih dan kering. Kompor destruksi dihidupkan kemudian tabung-tabung destruksi ditempatkan pada lubang yang ada pada kompor, lalu pendingin dihidupkan. Skala pada kompor destruksi di set kecil kurang lebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila larutan berwarna jernih kemudian didinginkan dan dilanjutkan proses destilasi. Destilasi. Hasil destruksi diencerkan dengan air sampel volumenya 300 ml, digojog agar larutan homogen. Erlenmeyer 650 ml yang berisi 50 ml H3BO3 0,1 N, 100 ml air, dan 3 tetes indicator mix disiapkan. Penampung dan labu kjeldahl disiapkan dalam alat destilasi. Air pendingin dihidupkan dan tombol ditekan hingga menyala hijau. Dispensing ditekan ke bawah untuk memasukkan NaOH 50% ke dalam tabung. Penambahan NaOH harus melalui dinding. Handle steam diturunkan sehingga larutan yang ada dalam tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah desilat mencapai 200 ml kemudian buat blanko dengan menggunakan cuplikan yang berupa H2O dan di destilasi. Titrasi. Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai berubah warna.
Perhitungan : Kadar protein kasar = Keterangan :
x = jumlah titrasi sampel (ml)
y = jumlah titrasi blanko (ml) N = normalitas HCl z = bobot sampel (gram) Penetapan kadar ekstrak eter
Cuplikan bahan pakan ditimbang sekitar 0,7 gr dan dibungkus dengan kertas saring bebas lemak, diambil sampel sebanyak 3 bungkus. Masing-masing bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam oven pengering 105 sampai 110oC selama semalam. Bungkusan cuplikan bahan pakan ditimbang dalam keadaan panas kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Labu penampung diisi dengan petroleum benzene sekitar ½ volume labu penampung, alat ekstraksi Soxhlet juga diisi sekitar ½ volume dengan petroleum benzene. Labu penampung dan tabung Soxhlet dipasang, kemudian penangas dan pendingin dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama sekitar 16 jam atau sampai petroleum benzene dalam alat ekstraksi berwarna jernih. Pemanas dimatikan kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven pengering selama semalam. Bahan pakan dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Perhitungan :
Kadar ekstrak eter = Keterangan : x = bobot sampel awal y = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (sebelum diekstraksi). z = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C (setelah diekstraksi)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan fisik
Pengamatan fisik pada praktikum ini dilakukan dengan cara menganalisis bahan pakan secara fisik meliputi tekstur, warna, bau, dan rasa. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui data hasil pengamatan tertera pada Tabel 1. sebagai berikut : Tabel 1. Pengamatan fisik Parameter
Pengamatan
Tekstur
Kasar
Warna
Hijau
Bau
Harum
Rasa
Hambar
Berdasarkan data hasil pengamatan fisik yang telah dilakukan didapatkan bahwa sampel yang digunakan mempunyai tekstur kasar, berwarna hijau, bau harum, dan rasa hambar. Berdasarkan pengamatan fisik tersebut diperkirakan bahwa bahan pakan yang digunakan untuk sampel praktikum adalah daun nangka. Rukmana (1997), menyatakan daun n angka berbentuk bulat telur dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan bertangkai pendek. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Menurut Verheij dan Coronel (1997) nangka memiliki daun tunggal, tersebar, bertangkai 1 sampai 4 cm, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong (memanjang), dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, ujung pendek runcing atau agak runcing, dan berwarna hijau muda sampai tua. Daun nangka. Nangka merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman ini menyukai wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun dimana keringnya tidak terlalu keras. Pohon tinggi 20 sampai 30 m, permukaan batang kasar, diameter kurang lebih
80cm, bergetah putih, kayunya bagian dalam berwarna kekuningan. Daun nangka berbentuk bulat telur dan panjang, tepinya rata, tumbuh secara berselang-seling, dan bertangkai pendek. Permukaan atas daun berwarna hijau tua mengilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Di daerah aslinya, nangka tumbuh di hutan-hutan selalu hijau pada ketingiian 400 sampai 1200 m. Namun pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik pada daerah beriklim hangat dan lembab pada ketinggian di bawah 1000 mdpl dan dengan curah hujan 1500 mm atau lebih. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah dan dengan ditanam pada kedalaman yang cukup, memiliki drainase yang baik, pada tanah berpasir atau tanah liat dengan pH tanah 6,0 sampai 7,5 (Rukmana, 1997). Kurniawati (2008) dalam Sasongko et al., (2010) menyatakan bahwa setelah dilakukan penentuan kadar tanin pada beberapa hijauan paka n yang belum banyak dikenal dengan menggunakan metode total phenol dan total tanin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar total tanin pada daun nangka relatif tinggi dibandingkan dengan hijauan pakan lainnya. Berikut adalah data tabel kandungan nutrien yang ada pada daun nangka tertera pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Kandungan nutrien daun nangka ( Artocarpus heterophyllus). Parameter
Nilai
Bahan Kering (%)
16
Protein Kasar (%)
10,5
Lemak Kasar (%)
3,8
Serat Kasar (%)
19,8
Abu (%)
21,8
BETN (%)
32,9
(Hartadi et al., 1997) Analisis Proksimat
Analisis proksimat atau analisis Weende dikembangkan dari Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu suatu metode analisis dan menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Cara ini dipakai hampir di seluruh dunia dan disebut analisis proksimat. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al., 1998). McDonald et al. (1995), menyatakan analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar ai r, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Sutardi et al. ( 2003), menyatakan pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu 105°C. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500°C.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data analisis proksimat tertera pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Data hasil analisis proksimat sampel bahan pakan Pengamatan Parameter Kelompok 7
Kelompok 8
Rata-rata
Kadar Air (%)
66,6%
66,31%
66,455%
Bahan Kering (%)
33,4%
33,69%
33,545%
Protein Kasar (%)
14,67%
8,08%
11,375%
Serat Kasar (%)
22,41%
22,64%
22,525%
Lemak kasar (%)
3,38%
5,5%
4,44%
Abu (%)
14,6%
14,19%
14,395%
Penetapan kadar air. Air yang dimaksud dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan selama beberapa waktu, yakni pada suhu 100 sampai 105°C dengan tekanan udara bebas sampai sisanya tidak menguap (Kamal, 1999). Penentuan kadar air bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut, hal ini penting karena bobot bahan kering akan digunakan sebagai standar bobot untuk penentuan kada r fraksi lainnya (Kamal, 1994). Sudarmadji et al., (2007), menyatakan bahwa prinsip penentuan kadar air dengan cara pengeringan adalah dengan menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan pada suhu 105 sampai 1100C selama 8 sampai 24 jam, kemudian bahan tersebut ditimbang sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Kelemahan metode ini meliputi bahan lain juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain; dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain, contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan sebagainya; bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Langkah yang digunakan dalam menentukan kadar air pada praktikum ini adalah dengan memanaskan silica disk terlebih dahulu dengan menggunakan pemanas oven pada suhu 105 sampai 1100C selama 1 jam, ini dimaksudkan agar kandungan air pada silica disk menghilang sehingga tidak mempengaruhi bahan pakan yang akan diuji. Silica disk yang telah dioven kemudian didinginkan di dalam desikator selama satu jam. Desikator berfungsi untuk menstabilkan suhu penggunaan agar tetap dalam kondisi stabil dan tidak terkontaminasi dengan air. Bahan pakan dan silica disk kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, lalu catat bobot dari bahan pakan dan silica disk tersebut. Bahan pakan dan silica disk yang telah ditimbang kemudian dipanaskan dengan menggunakan pemanas oven pada suhu 105 sampai
1100C selama 8 sampai 24 jam. Pemanas oven berfungsi agar air yang ada dalam bahan pakan tersebut dapat menguap. Pemanasan dihentikan setelah bobot dari bahan pakan tersebut stabil dan tidak mengalami penurunan berat atau berat kering. Berdasarkan hasil praktikum penentuan kadar air diperoleh data bahwa rata-rata kadar air adalah 66,445% dengan kadar bahan kering sebesar 33,4%. Gunawan et al. (2003), menyatakan kadar air pada daun nangka adalah sebesar 67%, sedangkan Sasongko et al., (2010), menyatakan kadar air pada daun nangka adalah 66%. Berdasarkan literatur tersebut dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh sudah sesuai dengan literatur. Menurut Hartadi et al., (1997), kadar bahan kering padadaun nangka ( Artocarpus heterophyllus) adalah sebesar 16%. Kamal (1994), menyatakan perbedaan kadar air pada bahan pakan sangat dipengaruhi oleh kondisi ketika panen d an pengolahan pasca panen, sedangkan Sutardi (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kadar air yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan. Penetapan kadar abu. Abu dalam analisis proksimat adalah suatu bahan yang dibakar sempurna pada suhu 500 sampai 6000C selama beberapa waktu, maka semua nyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O, dan gas lain yang menguap, sedangkan sisanya yang tidak menguap itulah yang disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya (Kamal, 1994). Abu atau mineral diperoleh dengan jalan membakar sempurna bahan pakan pada temperatur 5500C sampai semua bahan organik terbakar (Utomo et al., 2008). Penentuan kadar abu bertujuan untuk menentukan kadar abu dalam suatu bahan pakan. Kombinasi unsur-unsur mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat bervariasi sehingga nilai abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu atau ko mbinasi unsur-unsur penting. Kadar abu berguna khususnya sebagai indeks untuk kadar kalsium dan fosfor pada bahan makanan yang berasal dari hewan (Tillman et al., 1998). Prinsip kerja kadar abu adalah semua bahan pakan bila dibakar pada suhu 550 sampai 6000C selama beberapa waktu maka semua zat organiknya akan terbakar sempurna menghasilkan oksida yang menguap yaitu berupa CO2, H2O, dan gas-gas lain, sedang sisanya yang tertinggal tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu (Kamal, 1994).
Proses penentuan kadar abu dilakukan setelah melakukan uji kadar air. Bahan pakan dan silica disk hasil dari uji kadar air kemudian dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 550 sampai 6000C selama lebih dari 12 jam. Pemanasan dengan tanur pada suhu 550 sampai 6000C adalah untuk mengoksidasi semua zat organik yang ada dalam bahan pakan. Proses penanuran selesai jika cuplikan bahan pakan tersebut berwarna putih seluruhnya. Matikan tanur dan tunggu selama satu hari agar panas dalam tanur menurun karena jika langsung dibuka akan berbahaya karena udara panas dalam tanur sangat tinggi. Ambil bahan pakan dan silica disk kemudian timbang bobotnya dengan menggunakan timbangan analitik. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa rata-rata kadar abu adalah sebesar 14,395%. Hartadi et al. (1997), menyatakan kadar abu dalam bahan pakan daun nangka adalah 21,8%, sedangkan Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar abu dalam bahan paka daun nangka adalah sebesar 14,3%. Berdasarkan literatur tersebut dapat disimpulkan bahwan kadar abu dalam bahan pakan daun nangka berada pada kisaran normal. Barry (2004), menyatakan, asal bahan baku dan lokasi pembudidayaan mempengaruhi kadar abu karena media tanam pada
daerah yang berbeda memiliki kandungan mineral yang berbeda, sehingga mempengaruhi kadar mineral pada tanaman. Setiap spesies tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap nutrien, khususnya mineral, yang terkandung dalam tanah, sehingga menyebabkan perbedaan kandungan mineral pada tanaman yang juga men yebabkan perbedaan kualitasnya. Penetapan kadar serat kasar. Serat kasar adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan basa lemah (Utomo et al., 2008). Serat kasar menurut analisis proksimat adalah semua senyawa organik yang tidak larut dalam perebusan dengan larutan H2SO4 1,25% dan perebusan dengan larutan NaOH 1,25% selama 30 menit secara berurutan. Perebusan akan melarutkan senyawa organik kecuali serat kasar dengan berbagai campurannya. Senyawa yang termasuk dalam serat kasar adalah hemiselulosa, pentosan, lignin dan cutine (Hartadi et al., 2008). Analisa penentuan serat kasar menghitung banyaknya zat-zat yang tak larut dalam asam encer maupun basa encer dengan kondisi tertentu (Sudarmadji et al., 2007). Prinsip penetapan kadar serat kasar adalah semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus dalam H₂SO₄ 1,25% (0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313 N) yang berurutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang tertinggal disaring dengan glass wool dan crucible. Hilangnya bobot setelah dibakar 550 sampai 600°C adalah serat kasar (Kamal, 1999).
Penetapan kadar serat kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan bahan pakan sebanyak 1 gram dengan menggunakan timbangan analitik, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass 600 ml, lalu ditambahkan dengan 200 ml H2SO4 1,25% dan kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit. Pemanasan dengan menggunakan H2SO4 1,25% adalah untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein yang ada dalam bahan pakan selain itu juga disesuaikan dengan pH yang ada dalam lambung. Bahan pakan yang sudah direbus dengan menggunakan H2SO4 1,25% selama 30 menit kemudian disaring dengan menggunakan saringan linen dibantu dengan menggunakan pompa hampa (pompa vacum). Pompa vacum berfungsi untuk membantu agar proses penyaringan dapat berjalan dengan cepat. Hasil saringan kemudian dimasukkan kembali ke dalam beaker glass dan ditambahkan dengan 200 ml NaOH 1,25% lalu dididihkan selama 30 menit. Perebusan dengan menggunakan NaOH bertujuan untuk penyabunan lemak yang ada dalam bahan pakan, selain itu juga disesuaikan dengan pH yang ada dalam usus. Bahan pakan yang telah dididihkan dengan NaOH 1,25% kemudian disaring dengan meng gunakan crucible yang telah dilapisi dengan glass wool dengan bantuan pompa vacum, cuci dengan beberapa ml air panas dan kemudian dengan 15 ml ethyl alkohol. Glass wool berfungsi agar meminimalisir bahan pakan yang ikut larut dalam penyaringan, selain itu juga karena glass wool tidak mudah lebur atau meleleh jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan menggunakan tanur (550 sampai 6000C). Ethyl alkohol berfungsi untuk menghidrolisis lemak yang k emungkinan masih terkandung dalam bahan pakan. Hasil saringan termasuk glass wool dipanaskan pada oven dengan suhu 105 sampai 1100C selama semalam, kemudian dinginkan dengan desikator lalu timbang bobotnya. Bakar crucible bersama dengan isinya pada tanur dengan suhu 550 sampai 6000C sampai berwarna putih seluruhnya, lalu dinginkan d engan desikator dan timbang bobotnya. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data bahwa rata-rata kadar serat kasar adalah 22,525%. Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar serat kasar pada daun nangka adalah 21,45%, sedangkan Gunawan et al. (2003), menyatakan kadar serat kasar pada daun nangka adalah sebesar 31,369%. Berdasarkan literatur tersebut dike tahui kadar serat kasar berada pada
kisaran normal. Hartadi et al., (1997), menyatakan perbedaan kadar serat kasar disebabkan oleh adanya perbedaan umur tanaman, jenis lingkungan, dan pemupukkan terhadap induk tanaman yang digunakan sebagai sampel Aak (2008) menyatakan semakin tua umur tanaman maka semakin tinggi serat kasarnya karena semakin banyak serabut yang diselubungi oleh lignin dan membuat tanaman menjadi keras, juga semakin rendah pula kecernaannya. Faktor lain seperti jenis tanaman dan komposisi tanaman mempengaruhi kadar serat kasar dalam bahan pakan. Penetapan kadar protein kasar. Protein kasar diperoleh dan hasil penetapan N x 6,25 (protein rata-rata mengandung N 16%). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan ikatan peptida (Utomo et al.,2008). Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan pada produktivitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan nitrogen bahan pakan melalui metode kejedahl yang kemudian dikali faktor protein 6,25 (Suparjo, 2010). Protein merupakan kumpulan asam amino yang saling diikatkan dengan dengan ikatan-ikatan peptida. Energi protein sebesar 5,50 Kcal/g, apabila digunakan sebagai sumber energi 1,25 Kcal/g keluar sebagai urea, setiap unit protein tinggal 4,25 Kcal/g. Karena digesti protein yang tidak sempurna, nilai energinya berkurang 0,25 Kcal/g sehingga tinggal 4 Kcal/g (Utomo, 2012).
Penetapan kadar protein kasar dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Proses destruksi (oksidasi) merupakan perubahan N-protein menjadi ammonium sulfat (NH4)2SO4. Prinsip destruksi yaitu menghancurkan bahan menjadi komponen sederhana, sehingga nitrogen dalam bahan terurai dari ikatan organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat oleh H2SO4 menjadi (NH4)2SO4. Raksi destruksi dilakukan dengan cara menimbang bahan pakan seberat 0,5 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung destruksi. H2SO4 pekat 20 ml dan seperempat tablet kjeltab dimasukkan ke dalam tabung destruksi. Tablet kjeltab terdiri dari CuSO4 dan K 2SO4 dengan perbandingan 2 : 1 yang berfungsi dari katalisator. Tabung destruksi kemudian ditutup dengan penutup yang sudah terhubung dengan selang yang terhubung ke udara bebas. Tabung destruksi kemudian dimasukkan ke dalam kompor destruksi lalu dipanaskan pada suhu tertentu selama 1 jam. Fungsi dari kompor destruksi adalah sebagai katalisator sama seperti dengan tablet kjeltab. Destruksi diakhiri apabila larutan sudah berwarna jernih kekuningan. Reaksi destruksi : N organik + H2SO4 → (NH4)2SO4 + H2O + NO3 + NO2 (Suparjo, 2010). Hasil dari destruksi kemudian masuk ke tahapan destilasi. Prinsip dari destilasi yaitu memecah (NH4)2SO4 menjadi NH3 yang kemudian ditangkap oleh H3BO3. Hasil destruksi pertama dilarutkan dengan menggunakan air sebanyak 75 ml, setelah itu dimasukkan NaOH 50% sebanyak 100 ml melalui dinding tabung. Berwarna biru apabila larutan NaOH sudah cukup dan berwarna coklat apabila NaOH masih kurang dari 100 ml. NaOH berfungsi untuk merubah (NH4)2SO4 menjadi NH4OH yang apabila dipanaskan akan berubah menjadi gas NH3 dan kemudian dikondensasi berubah menjadi larutan. NH3 kemudian mengalir ke dalam tabung yang sudah berisi larutan H3BO3, indikator mix (methanol, methyl red, dan brom kresol green), air, dan NaOH rendah. NH3 kemudian ditangkap oleh H3BO3 menjadi (NH4)3BO3 yang ditandai dengan berwarna hijau. Proses destilasi diakhiri apabila larutan yang ada dalam tabung erlenmeyer sudah berisi larutan sebanyak 200 ml. Reaksi dari proses destruksi adalah :
(NH4)2SO4 + 2 NaOH → 2NH4OH + Na2SO4
2NH3 2H2O NH3 + H3BO → (NH4)3BO3 (Suparjo, 2010). Hasil destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai timbul perubahan warna hi jau menjadi warna perak. Prinsip titrasi yaitu mengukur sisa asam yang tidak bereaksi dengan NH3. Reaksi ini bertujuan untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Reaksi yang terjadi pada proses titrasi sebagai berikut: (NH4)3BO3 + 3HCl → 3NH4Cl + H3BO3 (Suparjo, 2010). Berdasarkan dari praktikum penentuan kadar protein kasar yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa rata-rata kadar protein kasar adalah 11,375%. Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar protein kasar pada bahan pakan daun nangka adala h sebesar 11,22%. Gunawanet al. (2003), menyatakan kadar protein kasar pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 14,945%, sedangkan Hartadi et al., ( 1997), menyatakan kadar protein kasar pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 10,5%. Berdasarkan literatur yang ada, rata-rata kadar protein kasar berada pada kisaran normal. Kamal (1999), menyatakan kada r protein kasar dipengaruhi oleh faktor spesies, perbedaan umur tanaman, dan bagian tanaman yang dianalisis. Semakin tua umur tanaman maka kadar protein kasarnya semakin berkurang. Syamsuddin (2013) bahwa semakin tua umur tanaman kadar protein kasarnya semakin berkurang. Rendahnya kadar protein tanaman tua dapat disebabkan karena semakin tua tanaman memiliki batang yang lebih tinggi persentasenya daripada daun. Penetapan kadar lemak kasar. Lemak kasar adalah semua bahan organik yang larut dalam dalam pelarut lemak termasuk lipida dan zat yang tidak berlemak. Dengan demikian bukan gambaran lemak yang sebenarnya (gliserol dan 3 asam lemak) (Utomo et al., 2008). Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum ether, petroleum benzene dan sebagainya), oleh karena itu lemak kasar lebih tepat disebut ekstrak ether. Disebut lemak kasar karena merupakan campuran beberapa senyawa yang larut dalam pelarut lemak. Penentuan lemak kasar dapat dikerjakan dengan jalan ekstraksi menggunakan zat pelarut lemak menurut soxhlet, apabila sudah larut kemudian pelarutnya diuapkan maka yang tertinggal adalah lemak kasarnya (Suparjo, 2010). Prinsip kerja lemak kasar adalah lemak kasar dapat diekstraksi dengan menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet kemudian ether diuapkan den lemak dapat diketahui bobotnya (Kamal,1994). Penetapan kadar lemak kasar dilakukan dengan menimbang cuplikan bahan pakan dan kertas saring bebas lemak dengan menggunakan timbangan analitik. Kertas saring bebas lemak dipilih karena agar tidak mempengaruhi hasil dari bahan pakan yang akan diuji. Bobot bahan pakan yang ditimbang seberat 0,7 gram dan membuat 3 sampel yang sama dengan berat 0,7 gram. Digunakan 3 sampel agar hasil yang didapat lebih akurat. Bahan pakan yang sudah dibungkus kertas saring bebas lemak kemudian di oven dengan suhu 105 sampai 1100C dan setelah dioven lalu ditimbang bobotnya. Bahan pakan yang sudah dioven pada suhu 105 sampai 1100C
kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet . Labu penampung kemudian diisi dengan petrolium benzene sekitar ½ volume labu penampung atau hingga melebihi batas pipa kecil, kemudian ditambahkan lagi petrolium benzene yang kedua hingga semua bahan pakan tenggelam dalam larutan petrolium benzene. Dipilih larutan petrolium benzene karena selain harganya lebih terjangkau juga titik didih dari petrolium benzene lebih rendah dari pada ether. Alat kondensasi kemudian dialiri air lalu pemanas dari Soxhlet dihidupkan. Pemanasan dilakukan selama 16 jam dengan suhu yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga bisa berjalan maksimal. Pemanasan diakhiri dengan ditandai petrolium benzene sudah berwarna bening yang menunjukkan lemak sudah larut bersamaan dengan petrolium benzene. Sampel bahan pakan kemudian dimasukkan lagi ke dalam oven dengan suhu 105 sampai 1100C lalu setelah itu bobotnya ditimbang. Pemanasan yang kedua bertujuan agar larutan petrolium benzene yang masih ada dalam bahan pakan akan menguap yang tersisa hanyalah bahan organik selain lemak dan sehingga kadar lemak dapat diketahui dari selisish bobot sebelum diekstraksi dan bobot setelah diekstraksi. Berdasarkan praktikum penentuan kadar lemak yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa ratarata kadar lemak kasar adalah 4,44%. Sasongko et al. (2010), menyatakan kadar lemak kasar pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 2,55%. Gunawanet al. (2003), menyatakan kadar lemak kasar pada bahan pakan daun nangka adalah sebesar 2,2016%, sedangkan Hartadi et al. (1997), menyatakan kadar lemak kasar pada daun nangka adalah sebesar 3,8%. Berdasarkan literatur yang ada, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar lemak kasar dari bahan pakan daun nangka yang digunakan berada di atas kisaran normal. Rianto et al. (2010) menyatakan bahwa kadar lemak banyak terdapat pada daun yang berumur muda dibanding pada batang dari suatu tanaman, tetapi biji dalam suatu tumbuhan umumnya mempunyai kandungan lemak yang lebih tinggi. Herman (2005) juga menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kadar lemak adalah pengembangan atau pemelaran bahan tanaman, difusi, pH, ukuran partikel, temperatur, dan pilihan pelarut ekstraksi. Penetapan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen. Bahan ekstrak tanpa nitrogen diperoleh dari hasil mengurangi sampel bahan kering dengan semua komponen-komponen sesperti air, serat kasar, protein, dan abu (Tillman et al., 1998). Berdasarkan data hasil praktikum yang diperoleh, dapat dilakukan perhitungan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari bahan pakan tersebut. Ratarata kadar bahan ekstrak nitrogen pada praktikum kali ini adalah 48,42%. songko et al. (2010), menyatakan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari bahan pakan daun nangka adalah sebesar 50,73%, sedangkan Hartadi et al. (1997), menyatakan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari bahan pakan daun nangka adalah sebesar 32,9%. Berdasarkan dari literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen dari kedua kelompok masih dalam kisaran normal. Perbedaan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen ini dipengaruhi oleh faktor spesies tanaman, umur tanaman, perbedaan bagian yang digunakan untuk sampel, dan kesuburan tanah (Tillman et al., 1998). KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa daun nangka (Artocarpus heterophyllus) mengandung rata-rata kadar air 66,455%, bahan kering 33,545%, protein kasar 11,375%, serat kasar 22,525%, lemak kasar 4,44%, abu 14,395%, dan kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen 48,42%. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar nutrien pada bahan pakan adalah spesies tanaman, umur tanaman, perbedaan bagian yang digunakan untuk sampel, dan kesuburan tanah. DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2008. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta Barry. 2004. Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Gunawan, Didik, E.W., dan Peni, W.P. 2003, Strategi Penyusunan Pakan Murah Sapi Potong Menfukung Agribisnis. Loka Penelitian Sapi Potong. Pasuruan. Hamzah, Hamdiyah., Fatimali., Paulina V.Y.Y., dan Jeane M. 2013. Formulasi salep ekstrak etanol daun nangka ( Artocarpus heterophylus Lam) dan uji efektivitas terhadap penyembuhan luka terbuka pada kelinci. Fakultas Farmasi UNSRAT Manado. Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol.2 No.03. Hartadi, H., Kustantinah, R. E. Indarto, N. D. Dono, Zuprisal. 2008. Nutrisi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hartadi, H., Soedomo R., Soekanto L., Allen D. Tillman. 1997. Tabel-tabel Dari Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Herman. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Jayanegara, A., dan A. Sofyan. 2008. Penentuan aktivitas biologis tanin beberapa hijauan secara in vitro menggunakan “hohenheim gas test ” dengan polietilen glikol sebagai determinan. Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia LIPI. Bandung. Media Peternakan, April 2008, hlm. 44-52. ISSN 0126-0472. Vol. 31 No. 1. Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan. Yogyakarta. Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak Dasar. Fakultas Peternaka n Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Mc Donald, P., RA. Edwards. JFG Greenhalgh, and CA. Morgan. 1995. Animal Nutrition Prentice Hall.
Rukmana R. 1997 .Budi Daya Nangka. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sasongko, W.T., Lies Mira, Y., Zaenal, B., dan Mugiono, 2010, Optimalisasi peningkatan tanin daun nangka dengan protein bovine serum albumin. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Buletin Peternakan Vol. 34(3):154-158, Oktober 2010. Sudarmadji, S., Haryono, B dan Suhardi. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi Kedua. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan secara Kimiawi : Analisis Proksimat dan Analisis Serat. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Negeri Jambi. Jambi. Sutardi, T. R., dan S. Rahayu. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Syamsuddin. 2013. Pengaruh pupuk organik dan umur defoliasi terhadap beberapa zat gizi silase rumput gajah ( Pennisetum Purpureum). Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 9(1):9-17. ISSN 1411-4577. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S. Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tulyathan, V., Kanitha T., Prapa S., Nongnuj J. 2001. Some physicochemical properties of jackfruit (Artocarpus heterophyllus Lam) seed flour and starch. Faculty of Science Chulalongkorn University. Thailand. ScienceAsia 28 (2002) : 37-41. Utomo R., Subur P.S.B., Ali A., Cuk T.N. 2008. Buku Ajar Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Utomo, Ristianto.2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. PT.Intan Sejati. Jakarta. Verheij, E. W. M., dan R. E. Coronel. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Penerbit Gramedia. Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan Kadar Air
Berat sampel
= 1,0510 g
Berat sampel sebelum dioven 105˚C = 22,6070 g Berat sampel setelah dioven 105˚C = 22,5449 g Kadar Air I = X 100 %
= berat sampel sebelum dioven 55˚C – berat sampel setelah dioven 55˚C berat sampel – berat koran = x 100% = 64,5% Kadar Bahan Kering (DW)
= 100 % – kadar air I
= 100 % – 64,5 % = 35,5 % Kadar Air II = X 100 %
= berat sampel sebelum dioven 105˚C – berat sampel setelah dioven 105˚C berat sampel – berat koran = x 100% = 5,9086 % Kadar Bahan Kering (DMDW)
= 100% – kadar air II
= 100% – 5,9086% = 94,09% Kadar Air Total = 64,5% + (5,9086% x 35,5%)
= KA I + (KA II x DW)
= 66,60% Kadar Bahan Kering
= 33,40%
Perhitungan Kadar Abu
Bobot sampel + silica disk sebelum ditanur
= 22,6070 g
bobot sampel + silica disk setelah ditanur
= 21,7011 g
Bobot silica disk kosong
= 21,5560 g
Bobot sampel
= 1,0510 g
Kadar Abu dalam BK= X 100 %
= bobot sampel dan silika disk setelah dibakar – dibakar – bobot bobot silika disk kosong sampel sebelum dibakar = x 100% = 14,6 %
Perhitungan Kadar Serat Kasar dalam BK
bobot sampel setelah dioven 105˚C bobot sampel setelah ditanur bobot sampel awal
= 21,2785 g = 21,0622 g = 1,0252 g
Kadar Serat Kasar X 100 %
= bobot sampel setelah dioven 105˚C – bobot bobot sampel setelah dibakar bobot sampel awal
= x 100% = 22,41%
Perhitungan Kadar Protein Kasar
Jumlah titrasi sampel
= 9 ml
Jumlah titrasi blanko
= 0,3 ml
Bobot sampel
= 0,5513 g
Kadar Protein Kasar dalam BK = X 100 %
= jumlah titrasi sampel – sampel – jumlah jumlah titrasi blanko x 0,1 x 0,014 x 6,25 bobot sampel
= x 100% = 14,67%
Perhitungan Kadar Lemak Kasar dalam BK
Bobot kertas saring I
= 0,4557 g
Bobot kertas saring II
= 0,4768 g
Bobot kertas saring III
= 0,4739 g
Bobot sampel I sebelum ekstraksi 105°C
= 1,1030 g
Bobot sampel II sebelum ekstraksi 105°C
= 1,1263 g
Bobot sampel III sebelum ekstraksi 105°C
= 1,1725 g
Bobot sampel I setelah ekstraksi 105°C
= 1,0456 g
Bobot sampel II setelah ekstraksi 105°C
= 1,0975 g
Bobot sampel III setelah ekstraksi 105°C
= 1,1540 g
Bobot sampel I awal
= 0,7164 g
Bobot sampel II awal
= 0,7222 g
Bobot sampel III awal
= 0,7736 g
Kadar Lemak Kasar dalam BK I =x100% =x 100% = 8,51% Kadar Lemak Kasar dalam BK II X 100 %
= bobot sampel I sblm ekstraksi 105˚C – bobot bobot sampel I stlh ekstraksi 105˚C bobot sampel I awal
= x 100% = 4,23% Kadar Lemak Kasar dalam BK III X 100 %
= bbt sampel III sblm ekstraksi 105˚C – bbt bbt sampel III stlh ekstraksi 105˚C bobot sampel III awal = x 100%
= 2,54% Kadar Lemak Kasar Rata-rata ( II dan III) = kadar lemak kasar II + kadar lemak kasar III 2 = = 3,38%
Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dalam BK
Kadar BETN (BK) = 100 % – (kadar abu + kadar serat kasar + kadar protein kasar + kadar lemak kasar) =100% – (14,6% + 22,41% + 14,67% + 3,38%) = 44,94%
Sep 29
Laporan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (Bahan Pakan Kelas 6 (Sumber Mineral) & Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein))
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini penulis membahas tentang obat antibiotik pada ternak. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Bandar Lampung, 17 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR......................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................
ii
I. PENDAHULUAN.......................................................................
1
A. Latar Belakang...............................................................
1
B. Tujuan............................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................
3
III. PEMBAHASAN........................................................................
4
IV. KESIMPULAN.........................................................................
10
V. DAFTAR PUSTAKA...................................................................
11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahan makanan ternak atau pakan diartikan sebagai semua bahan yang dapat dimakan oleh ternak. Bahan pakan mengandung sejumlah senyawa yang dibutuhkan oleh ternak dalam menunjang proses kehidupan yang disebut zat makanan. Seperti halnya bahan pangan, sumber utama bahan pakan berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani) baik sebagai produk utama maupun hasil ikutan (limbah) pengolahan produk utama. Salah satu upaya yang dilakukan guna penyediaan bahan pakan sumber hijauan secara berkesinambungan yang terjamin dalam hal kuantitas maupun kualitasnya dapat dimulai dengan melakukan identifikasi pakan yang berada di daerah dimana akan dilaksanakannya usaha pemeliharaan dan pengembangan ternak. Pemakaian antibiotika pada hewan untuk pengobatan, pemacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan dimulai pada awal 1950 sampai saat ini Centers Diseases Control (CDC) memperkirakan sekitar 40% antibiotika di dunia digunakan sebagai imbuhan pakan ternak untuk memacu pertumbuhan (AGP) Sebagai imbuhan pakan, antibiotika dapat memacu pertumbuhan ternak agar dapat tumbuh lebih besar dan lebih cepat serta dapat mencegah terjadinya infeksi bakteri.
Ada beberapa klasifikasi bahan pakan, erdasrkan Nomenklatur Internasional Pakan dibedakan menjadi 8 kelas yaitu :
Hijauan kering & jerami (dry forage dan roughages)
Pasture (hijauan) kacang-kacangan dan rumput
Silase hijauan yang diawewtkan dan ditambah dengan sumber protein, vitamin dan mineral.
Makanan yang mengandung sumber energi. Contohnya pakan yang berasal dari biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian, dan buah-buahan.
Makanan sumber protein bisa berasal dari protein hewani (tepung ikan) maupun protein nabati (tepung daun).
Makanan sumber mineral. Contoh Tepung tulang dan kapur
Makanan sumber vitamin makanan yang ber asal dari buah-buahan.
B. Tujuan 1.
Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 5 (sumber protein)
2.
Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 6 (sumber mineral)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan makanan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan dalam bentuk yang dapat dicerna seluruhnya atau sebagiandaripadanya dan tidak mengganggu kesehatan hewan yang bersangkutan ( Lubis,1963). Sedangkan pengertian bahan pakan yang lebih lengkap yaitu bahan bahan yang berasal dari pertanian, peternakan,maupun perikanan yang diolah maupun tidak, yang mengandung unsur nutrisi dan atau energi, yang tercerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan hewan yang memakannya (Rahardjo, 2002).
Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan ko nsentrat, serta dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan inkonvensional. Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sepanjang taun dalam sistem populasi ternak ruminansia ( Abdullah, 2005 ). Menurut Murni (2008) bahan pakan kasar selain dari hijauan segar juga dapat diperoleh dari pemanfaatan limbah. Limbah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan berasal dari bagian-bagian tanaman/ hewan yang dijadikan sebagai pakan kasar, sumber energi, sumber protein at au sumber mineral.
Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama bahan pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan. Ciri-ciri bahan makanan dibedakan dan dipisahkan dengan mengkhususkan dari kualitas bahan pangan yang dihubungkan dengan perbedaan nilai gizinya. Pemberian nama bahan pakan secara Internasional meliputi 6 faset, yaitu : asal mula, bagian, proses, umur/ tingkat kedewasaan, defoliasi, serta grade/ kandungan kualitas dari pabrik ( Hartati, ddk, 2002 ).
III. PEMBAHASAN
A. Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein) Sumber protein merupakan kelas nomor lima dalam klasifikasi internasional. Sumber protein adalah pakan yang mengandung kandungan protein yang lebih tinggi dari kandungan nutrisi lain dan nutrisi selain protein hanya sebagai pelengkap saja. Bahan pakan sumber protein terdiri dari dua sumber yaitu protein yang berasal dari sumber hewani dan yang berasal dari sumber nabati. Sumber protein nabati terutama dari jenis kacang-kacangan dan dari jenis leguminosa.
Contoh bahan pakan kelas 5 : 1.Bungkil kelapa, berbau khas bungkil kelapa, bertekstur kasar, berasa pahit, dan berwarna cokelat tua. Kandungan bungkil kelapa yaitu BK (86%), abu (6,4%), SK (14,4%), BETN (41,8%) dan PK (21%). Bungkil kelapa mengandung protein sekitar 18%-26%, energi metabolismenya lebih dari 1600 kkal/kg.
2. Tepung bulu, berasa pahit, berbau menyengat, bertekstur halus, dan berwarna. Tepung bulu memiliki kandungan protein yang tinggi serta sering diberikan oleh ternak sebagai c ampuran ransum. Kandungan protein pada tepung bulu memang sangat tinggi, kadarnya sekitar 85% dan met abolisme energinya sebesar 2.354 kkal/kg. Sedangkan kandungan nutrisi lainnya adalah serat kasar (0,3-1,5%), abu (3,0-3,5%), Kalsium (0,2-0,4%), Fosfor (0,2-0,65%), G aram (0,2%).
3. Tepung ikan, bertekstur halus, berasa pahit, berbau amis, dan berwarna cokelat. Tepung ikan memiliki kandungan protein yang tinggi serta bahan pakan sumber protein yang baik untuk ternak. Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein terbaik, mengingat kandungan asam amino esensialnya sangat tinggi. Kandungan gizi tepung ikan berupa protein (22,65%), lemak (15,38%), abu (26,65%), serat (1,80%), serta air sebanyak (10,78%). 4. Tepung daun turi digunakan sebagai pakan ayam. Daun turi yang berwarna merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%. Kandungan lemak pada daun turi sebesar (4,73%), karbohidrat (21,30%), abu (20,45%), serat kasar (14,01%) dan air (11,97% ).
5. Ampas kecap termasuk sumber protein nabati karena bahan bakunya adalah biji kedelai. Ampas kecap mengandung protein (24,9%), (24,3%) lemak, (0,39%) kalsium, dan (0,33%) fosfor. Ampas kecap bisa diberikan secara langsung (tanpa diproses lagi) sebagai pakan ternak dengan jumlah 20 % dari ransum.
6. Tepung daun lamtoro mempunyai imbangan asam-asam cukup baik dan kandungan karoten, vitamin serta mineral terutama kalsium yang cukup tinggi dengan kandungan protein kasar 24 – 30 % dari bahan kering. Nilai kandungan nutrisinya adalah (13% air); (2,6 %) protein; (18,4%) BETN; (3,6%) serat kasar; (1%) lemak; (1,4%) abu, kadar protein yang dapat dicerna (2,1%) dan martabat patinya (81%).
B. Bahan Pakan Kelas 6 (Sumber Mineral) Sumber mineral adalah semua bahan pakan yang mengandung banyak mineral seperti Ca dalam tulang, zat besi (Fe) serta mineral lainnya. Ketersediaan sumber mineral di pasaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jenis mineral produksi alam, dan mineral buatan (sintetik). Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat sedikit tetapi sangat vital, teutama pada proses tumbuh dan bereproduksi penyusunnya yaitu kalsium dan fosfor. Apabila ternak kekurangan bahan pakan yang mengandung mineral maka dapat menyebabkan pertumbuhannya lambat.
Contoh bahan pakan kelas 6 : 1. Tepung kerang digunakan sebagai sumber kalsium yang penting untuk unggas pedaging dan unggas yang sedang bertelur dengan kadar kalsium yang cukup besar yaitu 38 % dan kandungan nutrien lainnya yaitu (1,2%) BETN, (46,7%) PK, dan (86%) BK. Kulit kerang diperlukan lebih banyak dalam ransum untuk ayam petelur yang bereproduksi tinggi sehingga dapat menahan telur dalam saluran telur dalam waktu yang relatif singkat. Tepung kulit kerang memiliki warna hitam keabuan, berbau amis karena termasuk dalam hewan laut dan memiliki rasa asin.
2. Potensi tepung kulit telur sebagai alternatif bahan pangan yang mengandung sumber mineral. Kulit telur diolah untuk dijadikan tepung kulit telur dengan cara dikeringkan kemudian digiling hungga halus.
Kandungan nutrisi tepung kulit telur protein kasar (7,6%), abu (91,1%), kalsium (36,4%), fosfor (0,21%), Mg (0,4%), K (0,1%), Fe (0,002%), dan S (0,090%).
3. Tepung batu kapur , berwarna putih kapur, tidak berbau dan teksturnya berbentuk tepung. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tepung batu mengandung Ca sekitar 55% yang terikat dalam bentuk karbonat (CaCO3). Tepung batu di samping mineral Ca, juga mengandung unsur mineral lain yang dibutuhkan oleh ternak, seperti besi (Fe), fosfor (P) dan magnesium (Mg). Tepung ini sebagai bahan baku pakan ternak yang berguna sebagai sumber mineral.
4. Garam digunakan sebagai sumber Na (39,3%) dan Cl (60%). Penggunaanya dalam pakan maksimal 0,25%. Jika kelebihan dapat mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran feses meningkat
IV. KESIMPULAN
Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Bahan pakan yang termasuk kelas 5 (sumber protein) adalah bahan pakan yang mengandung protein >20% dan nutrisi lainnya hanya tambahan saja, bahan ini juga ada yang berasal dari hewani dan nabati. Contohnya adalah bungkil kelapa, tepung bulu, tepung ikan, tepung daun turi, ampas kecap, dan tepung daun lamtoro. 2. Bahan pakan yang termasuk kelas 6 (sumber mineral) adalah bahan pakan yang dapat memberikan suply mineral yang dibutuhkan, seperti kalsium, natrium, zat besi, dll.Contohnya adalah tepung kulit kerang, tepung kulit telur, tepung batu kapur, garam.
V. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Luki dkk. 2005. Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum Fakultas Peternakan. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Hartati, Sri. 2002. Nutrisi Ternak Dasar . Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Lubis, D. A. 1993 . Ilmu Makanan Ternak . PT Pembangunan. Bogor.. Murni, dkk. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Fakultas Peternakan Jambi. Jambi Rahardjo,Tri S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Salirawati. 2007. Kegunaan Antibiotik. Grasindo : Jakarta Posted 29th September 2015 by Abraham Hendry 0
Add a comment
Fresh Kesegaran
Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide
1. Sep 30
Laporan Anatomi Fisiologi Ternak (Sistem dan Organ Pencernaan Ruminansia) Posted 30th September 2015 by Abraham Hendry 0
Add a comment 2. Sep 29
Penggunaan Antibiotik pada Unggas dan Contoh-contohnya Posted 29th September 2015 by Abraham Hendry 0
Add a comment 3. Sep 29
Laporan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (Bahan Pakan Kelas 6 (Sumber Mineral) & Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein))
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam makalah ini penulis membahas tentang obat antibiotik pada ternak. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun penulis. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Bandar Lampung, 17 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................
i
DAFTAR ISI..................................................................................
ii
I. PENDAHULUAN.......................................................................
1
A. Latar Belakang...............................................................
1
B. Tujuan............................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................
3
III. PEMBAHASAN........................................................................
4
IV. KESIMPULAN.........................................................................
10
V. DAFTAR PUSTAKA...................................................................
11
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahan makanan ternak atau pakan diartikan sebagai semua bahan yang dapat dimakan oleh ternak. Bahan pakan mengandung sejumlah senyawa yang dibutuhkan oleh ternak dalam menunjang proses kehidupan yang disebut zat makanan. Seperti halnya bahan pangan, sumber utama bahan pakan berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani) baik sebagai produk utama maupun hasil ikutan (limbah) pengolahan produk utama. Salah satu upaya yang dilakukan guna penyediaan bahan pakan sumber hijauan secara berkesinambungan yang terjamin dalam hal kuantitas maupun kualitasnya dapat dimulai dengan melakukan identifikasi pakan yang berada di daerah dimana akan dilaksanakannya usaha pemeliharaan dan pengembangan ternak. Pemakaian antibiotika pada hewan untuk pengobatan, pem acu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan dimulai pada awal 1950 sampai saat ini Centers Diseases Control (CDC) memperkirakan sekitar 40% antibiotika di dunia digunakan sebagai imbuhan pakan ternak untuk memacu pertumbuhan (AGP) Sebagai imbuhan pakan, antibiotika dapat memacu pertumbuhan ternak agar dapat tumbuh lebih besar dan lebih cepat serta dapat mencegah terjadinya infeksi bakteri.
Ada beberapa klasifikasi bahan pakan, erdasrkan Nomenklatur Internasional Pakan dibedakan menjadi 8 kelas yaitu :
Hijauan kering & jerami (dry forage dan roughages)
Pasture (hijauan) kacang-kacangan dan rumput
Silase hijauan yang diawewtkan dan ditambah dengan sumber protein, vitamin dan mineral.
Makanan yang mengandung sumber energi. Contohnya pakan yang berasal dari biji-bijian, akarakaran, umbi-umbian, dan buah-buahan.
Makanan sumber protein bisa berasal dari protein hewani (tepung ikan) maupun protein nabati (tepung daun).
Makanan sumber mineral. Contoh Tepung tulang dan kapur
Makanan sumber vitamin makanan yang berasal dari buah-buahan.
B. Tujuan 1.
Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 5 (sumber
protein) 2.
Mengetahui bahan pakan yang diklasifikasikan sebagai bahan pakan kelas 6 (sumber
mineral)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan makanan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan dalam bentuk yang dapat dicerna seluruhnya atau sebagiandaripadanya dan tidak mengganggu kesehatan hewan yang bersangkutan ( Lubis,1963). Sedangkan pengertian bahan pakan yang lebih lengkap yaitu bahan bahan yang berasal dari pertanian, peternakan,maupun perikanan yang diolah maupun tidak, yang mengandung unsur nutrisi dan atau energi, yang tercerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan hewan yang memakannya (Rahardjo, 2002).
Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat, serta dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan inkonvensional. Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sepanjang taun dalam sistem populasi ternak ruminansia ( Abdullah, 2005 ). Menurut Murni (2008) bahan pakan kasar selain dari
hijauan segar juga dapat diperoleh dari
pemanfaatan limbah. Limbah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan berasal dari bagianbagian tanaman/ hewan yang dijadikan sebagai pakan kasar, sumber energi, sumber protein atau sumber mineral.
Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama bahan pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan. Ciri-ciri bahan makanan dibedakan dan dipisahkan dengan mengkhususkan dari kualitas bahan pangan yang dihubungkan dengan perbedaan nilai gizinya. Pemberian nama bahan pakan secara Internasional meliputi 6 faset, yaitu : asal mula, bagian, proses, umur/ tingkat kedewasaan, defoliasi, serta grade/ kandungan kualitas dari pabrik ( Hartati, ddk, 2002 ).
III. PEMBAHASAN
A. Bahan Pakan Kelas 5 (Sumber Protein) Sumber protein merupakan kelas nomor lima dalam klasifikasi internasional. Sumber protein adalah pakan yang mengandung kandungan protein yang lebih tinggi dari kandungan nutrisi lain dan nutrisi selain protein hanya sebagai pelengkap saja.
Bahan pakan sumber protein terdiri dari dua sumber yaitu protein yang berasal dari sumber hewani dan yang berasal dari sumber nabati. Sumber protein nabati terutama dari jenis kacangkacangan dan dari jenis leguminosa.
Contoh bahan pakan kelas 5 : 1.Bungkil kelapa, berbau khas bungkil kelapa, bertekstur kasar, berasa pahit, dan berwarna cokelat tua. Kandungan bungkil kelapa yaitu BK (86%), abu (6,4%), SK (14,4%), BETN (41,8%) dan PK (21%). Bungkil kelapa mengandung protein sekitar 18%-26%, energi metabolismenya lebih dari 1600 kkal/kg.
2. Tepung bulu, berasa pahit, berbau menyengat, bertekstur halus, dan berw arna. Tepung bulu memiliki kandungan protein yang tinggi serta sering diberikan oleh ternak sebagai campuran ransum. Kandungan protein pada tepung bulu memang sangat tinggi, kadarnya sekitar 85% dan metabolisme energinya sebesar 2.354 k kal/kg. Sedangkan kandungan nutrisi lainnya adalah serat kasar (0,3-1,5%), abu (3,0-3,5%), Kalsium (0,2-0,4%), Fosfor (0,2-0,65%), Garam (0,2%).
3. Tepung ikan, bertekstur halus, berasa pahit, berbau amis, dan berwarna cokelat. Tepung ikan memiliki kandungan protein yang tinggi serta bahan pakan sumber protein yang baik untuk ternak. Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein terbaik, mengingat kandungan asam amino esensialnya sangat tinggi. Kandungan gizi tepung ikan berupa protein (22,65%), lemak (15,38%), abu (26,65%), serat (1,80%), serta air sebanyak (10,78%). 4. Tepung daun turi digunakan sebagai pakan ayam. Daun turi yang berwarna merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%. Kandungan lemak pada daun turi sebesar (4,73%), karbohidrat (21,30%), abu (20,45%), serat kasar (14,01%) dan air (11,97%).
5. Ampas kecap termasuk sumber protein nabati karena bahan bakunya adalah biji kedelai. Ampas kecap mengandung protein (24,9%), (24,3%) lemak, (0,39%) kalsium, dan (0,33%) fosfor. Ampas kecap bisa diberikan secara langsung (tanpa diproses lagi) sebagai pakan ternak dengan jumlah 20 % dari ransum.
6. Tepung daun lamtoro mempunyai imbangan asam-asam cukup baik dan kandungan karoten, vitamin serta mineral terutama kalsium yang cukup tinggi dengan kandungan protein kasar 24 – 30 % dari bahan kering. Nilai kandungan nutrisinya adalah (13% air); (2,6 %) protein; (18,4%) BETN; (3,6%) serat kasar; (1%) lemak; (1,4%) abu, kadar protein yang dapat dicerna (2,1%) dan martabat patinya (81%).
B. Bahan Pakan Kelas 6 (Sumber Mineral) Sumber mineral adalah semua bahan pakan yang mengandung banyak mineral seperti Ca dalam tulang, zat besi (Fe) serta mineral lainnya. Ketersediaan sumber mineral di pasaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jenis mineral produksi alam, dan mineral buatan (sintetik). Mineral merupakan komponen dari pesenyawaan organik jaringan tubuh dan persenyawaan kimiawi lainnya yang berperan dalam proses metabolisme. Kebutuhannya sangat sedikit tetapi sangat vital, teutama pada proses tumbuh dan bereproduksi penyusunnya yaitu kalsium dan fosfor. Apabila ternak kekurangan bahan pakan yang mengandung mineral maka dapat menyebabkan pertumbuhannya lambat.
Contoh bahan pakan kelas 6 : 1. Tepung kerang digunakan sebagai sumber kalsium yang penting untuk unggas pedaging dan unggas yang sedang bertelur dengan kadar kalsium yang cukup besar yaitu 38 % dan kandungan nutrien lainnya yaitu (1,2%) BETN, (46,7%) PK, dan (86%) BK. Kulit kerang diperlukan lebih banyak dalam ransum untuk ayam petelur yang bereproduksi tinggi sehingga dapat menahan telur dalam saluran telur dalam waktu yang relatif singkat. Tepung kulit kerang memiliki warna hitam keabuan, berbau amis karena termasuk dalam hewan laut dan memiliki rasa asin.
2. Potensi tepung kulit telur sebagai alternatif bahan pangan yang mengandung sumber mineral. Kulit telur diolah untuk dijadikan tepung kulit telur dengan cara dikeringkan kemudian digiling hungga halus. Kandungan nutrisi tepung kulit telur protein kasar (7,6%), abu (91,1%), kalsium (36,4%), fosfor (0,21%), Mg (0,4%), K (0,1%), Fe (0,002%), dan S (0,090%).
3. Tepung batu kapur , berwarna putih kapur, tidak berbau dan teksturnya berbentuk tepung. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tepung batu mengandung Ca sekitar 55% yang terikat dalam bentuk karbonat (CaCO3). Tepung batu di samping mineral Ca, juga mengandung unsur mineral lain yang dibutuhkan oleh ternak, seperti besi (Fe), fosfor (P) dan magnesium (Mg). Tepung ini sebagai bahan baku pakan ternak yang berguna sebagai sumber mineral.
4. Garam digunakan sebagai sumber Na (39,3%) dan Cl (60%). Penggunaanya dalam pakan maksimal 0,25%. Jika kelebihan dapat mengakibatkan proses ekskresi atau pengeluaran feses meningkat
IV. KESIMPULAN
Dari laporan ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Bahan pakan yang termasuk kelas 5 (sumber protein) adalah bahan pakan yang mengandung protein >20% dan nutrisi lainnya hanya tambahan saja, bahan ini juga ada yang berasal dari hewani dan nabati. Contohnya adalah bungkil kelapa, tepung bulu, tepung ikan, tepung daun turi, ampas kecap, dan tepung daun lamtoro. 2. Bahan pakan yang termasuk kelas 6 (sumber mineral) adalah bahan pakan yang dapat memberikan suply mineral yang dibutuhkan, seperti kalsium, natrium, zat besi, dll.Contohnya adalah tepung kulit kerang, tepung kulit telur, tepung batu kapur, garam.
V. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Luki dkk. 2005. Reposisi Tanaman Pakan dalam Kurikulum Fakultas Peternakan. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Hartati, Sri. 2002. Nutrisi Ternak Dasar . Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Lubis, D. A. 1993. Ilmu Makanan Ternak . PT Pembangunan. Bogor. . Murni, dkk. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Fakultas Peternakan Jambi. Jambi Rahardjo,Tri S., W. Suryapratama, Munasik, dan T. Widiyastuti. 2002. Bahan Kuliah Ilmu Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Salirawati. 2007. Kegunaan Antibiotik. Grasindo : Jakarta Posted 29th September 2015 by Abraham Hendry 0
Add a comment
Loading
Go-Livestock Go Modern Animal Husbandry Laporan Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (BPFR) I.IDENTIFIKASI DAN PENGENALAN BAHAN PAKAN
a.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ternak-ternak
dipelihara
untuk
dimanfaatkan
tenaga/diambil
hasilnya
dengan
cara
mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat). Oleh karena hal tersebut, para peternak harus bisa jeli di dalam menentukan bahan pakan apa yang sekiranya bisa diberikan pada ternaknya. Di dalam menentukan bahan pakan, selain jumlah nutrisi yang ada di dalamnya juga harus mempertimbangkan harga dari bahan pakan tersebut supaya di dalam usaha peternakannya tersebut tidak mengalami kerugian. 2.
Tujuan
a. Menghindari pemalsuan bahan pakan b. Menghindari kerusakan bahan pakan 3. Waktu dan tempat Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum ini dilaksanakan pada tanggal 28,30 April 2009 dan tanggal 1,5,8 Mei 2009 dan bertempat di laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan,Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. TINJAUAN PUSTAKA 1. Bahan Pakan Hijauan Hijauan umumnya terdiri dari dari berbagai jenis rumput liar, limbah dan hasil ikutan pertanian, rumput jenis unggul yang dibudidayakan dan berbagai jenis leguminosa. Hijauan tersebut merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Pakan hijauan yang sudah tua mengandung serat kasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan hijauan yang tua tersebut kurang bermutu. Hijauan yang bermutu baik adalah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Kandungan protein leguminosa lebih dari 20%, sedangkan rumput kurang dari 10%. Oleh karena itu, kombinasi keduanya merupakan bahan pakan yang bermutu (Sugeng dan Sudarmono, 2008). Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, leguminosa segar dan silage. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering (AAK, 1983 ). Makanan kasar ialah bahan makanan yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi. Bahan ini umumnya terdiri dari makanan huijauan yang berupa rumput atau leguminosa dalam bentuk yang masih segar ataupun yang telah diawetkan seperti silage atau hay (AAK, 2008). Potensi fisik jerami yang sangat besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pemanfaatan jerami sebagian besar dibakar (37%) untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak. Kendala utama penggunaan jerami sebagai bahan pakan ternak adalah kecernaan (45-50%) dan protein (3-5%) yang rendah. Jerami sebagai limbah tanaman tua, jaringannnya telah mengalami lignifikasi tingkat lanjut dan tingginya kandungan silikat (Anonim, 2009). Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian / jenis kacang-kacangan (Anonim, 2009). 2. Bahan Pakan Sumber Energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama. Zat karbohidrat ini bias berupa gula, pati atau serat kasar. Makanan berbutir dan ubi-ubian banyak mengandung gula dan pati. Hijauan merupakan sumber karbohidrat, apalagi makanan penguat seperti jagung dan sorghum (Sugeng, 2000).
Umbi-umbian tumbuh banyak di daerah tropis yang basah dan bermusim. Umbi-umbian yang paling banyak di daerah tropis adalah ketela pohon, ubi, ketela ranbat, talas dan garut, mempunyai nilai kandungan tenaga dalam bahan kering yang tinggi (Williamson dan Payne, 1993). Bekatul biasanya bercampur pecahan-pecahan halus dari menir dan lebih sedikit mengandung kulit dan selaput putih serta berwarna agak kecoklatan (Lubis, 1963). Bekatul mendekati analisa dedak lunteh, tetapi sedikit mengandung selaput putih dan bahan kulit. Susunan zat makanannya sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4 % serat kasar; 7,4 % lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8 %dan MP 70 % (Anggorodi, 1985). Bahan pakan sumber energi mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi dibandingkan zat – zat makanan lainnya. Kandungan protein sekitar 10% (Suprijatna, 2005). Bahan pakan sumber energi bukan merupakan sumber zat makanan tetapi energi yang dihasilkan dari proses metabolis zat makanan organik yang terdiri karbohidrat, lemak dan protei (Wahju, 1997). Pakan sumber energi memiliki kandungan protein kasar < 20%, serat kasar < 18%. Dalam karbohidrat dan protein menghasilkan nilai energi yang relatif sama yaitu kurang lebih dari 4 kkal/gram, sedangkan lemak menghasilkan 2,25 kali lebih besar yaitu kurang lebih 9 kkal/gram. Sumber bahan energi yaitu jagung kuning, sorghum, tapioka, beras, bekatul, dan lainnya (Wahyu dan jojo 1988). 3. Bahan Pakan Sumber Protein Tepung bulu adalah tepung bulu ayam yang telah mengalami proses hidrolisis dengan jalan pengukusan pada suhu dan tekanan yang tinggi. Tepung bulu mengandung protein yang cukup tinggi yaitu sebasar 75-80% dengan nilai kecernaan protein di atas 75% bila proses pembuatannya baik (Kamal, 1998) Bungkil kedelai merupakan bahan makanan yanbg dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, meskipun bungkil kedelai tersebut sudah diambil minyaknya tetapi masih menyimpan protein nabati sebesar kurang lebih 40% (Rasyaf, 2001). Bungkil kelapa merupakan sumber lemak yang baik untuk unggas serta mengandung protein. Bungkil kelapa selain mudah didapat harganya juga murah. Pemberian bungkil kelapa untuk komposisi ransum maksimal sebesar 10 – 15%. Bungkil kelapa selain sebagai sumber asam lemak juga sebagai sumber Ca dan P meskipun kandungannya sedikit (Hardjosworo, 2000). Penggunaan bungkil kelapa seharusnya tidak lebih dari 20 % karena penggunaan yang berlebihan harus diimbangi dengan penambahan metionin dan lisin (tepung ikan) serta lemak dalam ransum. Kandungan protein dalam bungkil kelapa cukup tinggi yaitu 18 % , sedangkan nilai gizinya dibatasi oleh tidak tersedianya dan ketidakseimbangan asam amino (Rasyaf, 1991). Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok: a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan
(daun
nangka,
daun
pisang,
daun
ketela
rambat,
ganggang
dan
bungkil)
b.
Kelompok
hijauan
yang
sengaja kaliandra,
ditanam,
misalnya
gamal
lamtoro,
dan
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung
turi sentero.
tulang dan
sebagainya) (Anonim, 2009). Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang cukup tinggi terutama untuk protein kasarnya, sehingga kurang baik jika diberikan terlalu banyak (Rasyaf, 1991). Kedelai mentah mengandung beberapa penghambat tripsin. Penghambat tripsin ini (antitripsin) tidak tahan panas, sehingga bungkil kedelai yang mengalami proses pemanasan terlebih dahulu tidak menjadi masalah dalam penyusunan ransum untuk unggas. Kualitas bungkil kedelai ditentukan oleh cara pengolahan. Pemanasan yang terlalu lama dapat merusak kadar lisin (Wahju.1997). 4. Bahan Pakan Sumber Mineral Bahan pakan sumber mineral umumnya terdapat pada pakan berbutir dan hasil ikutannya serta hijauan. Pakan berbutir kaya akan unsur P, sedangkan hijauan kaya Ca, tetapi unsure P- nya kurang, kecuali hijauan jenis leguminosa. Tepung tulang kaya akan Ca dan P, sedangkan kapur (giling) merupakan sumber Ca yang paling bagus dan harganya pun murah (Sugeng dan Sudarmono, 2008 ). Feed supplemen mineral lainnya adalah bahan makanan yang memiliki zat mineral seperti bahan makanan yang terdapat dalam jenis makanan yang menyimpan unsur zat Mg (Magnesium) yaitu: jenis kacang- kacangan (Hartono, 1995). Salah satu jenis batu kapur yang disebut batu bintang ( watu lintang) adalah salah satu sumber mineral Ca yang baik yang sering digunakan di dalam ransum ternak. Batu kapur yang baik hampir murni tersusun dari kalsium karbonat (CaLO3) yang mengandung 36 sampai 38% Ca (Kamal, 1998). 5. Bahan Pakan Sumber Vitamin Vitamin A dibentuk dari pro vitamin A (karoten). Warna kuning pada umbi-umbian dan butirbutiran hijau sebagai provitamin A, oleh dinding usus halus diubah menjadi vitamin A. Apabila sebagian besar daun pada hiajauan masih berwarna hijau, berarti provitamin-A nya masih tetap bertahan. Hijauan yang dipanen pada saat masih muda, provitamin A-nya lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan yang tua (Sugeng dan Sudarmono, 2003). Vitamin B12 dibutuhkan untuk merangsang proses pertumbuhan, meningkatkan daya tetas, meningkatkan resistan embrio dan membantu pembentukan sel darah merah. Sumber vitamin B12 terdapat pada tepung ikan (Hartono, 1995). Vitamin K banyak terdapat pada berbagai bagian tanaman hijau. Sejumlah senyawa mempunyai aktivitas seperti vitamin K, dan yang digunakan sebagai standar normal adalah yang disebut menadion. Ada tersedia beberapa derivat larut air yang berbeda yang diperdagangkan sebagai sumber vitamin K. Dua di antaranya yang umum digunakan adalah meradion sodium bisulfite dan menadion dimethilpyrimedinol bisulfite (Kamal,1998).
Vitamin D berguna untuk metabolisme dan mengatur keseimbangan unsur Ca dan P dalam tubuh, lebih- lebih untuk pembentukan tulang. Vitamin D di dalam tubuh dibentuk dengan bantuan sinar matahari. Di mana di bawah kulit terdapat provitamin D yang apabila kena sinar pagi akan terbentuk vitamin D (Sugeng, 2000). 6. Feed Additif Penggunaan antibiotika dalam usaha peternakan ayam dewasa ini semakin populer. Penggunaan antibiotika dirasakan mempunyai peranan penting dalam merangsang pertunbuhan ayam dan sekaligus memperbaiki efisiensi dalam penggunaan makanan. Penggunaan euramian, telah terbukti sanggup memperbaiki pertumbuhan ayam rata-rata sebesar enam persen, efisiensi makanan sebesar tiga persen dan kasus penyakit berak darah berkurang t iga persen sampai enam persen (Mutidjo, 1992). Hormon oestrogen sintesis seperti stiboestrol memiliki peranan perangsang pertumbuhan, sedangkan thyroxine dapat merangsang pertumbuhan dan produksi susu dan wol. Hormon dapat dimasukkan kepada ternak baik melalui mulut atau implantasi di bawah kulit. Dengan implantasi, pelet ditempatkan pada pangkal telinga ternak ruminansia, dan di leher pada komponisasi kimia ayam jantan muda (Williamson dan Payne, 1993). Masih ada sejumlah bahan makanan tambahan seperti “ nitrovin” yaitu suatu devirat guanidin
dan senyawa quinoxaline, yang nampaknya meningkkan laju pertumbuhan beberapa klas ternak. Koksidiostat yang digunakan pada makanan unggas dan obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan histomoniasis pada kalkun juga bekerja sebagai perangsang pertumbuhan (Hartono, 1995). Ternak sering terserang oleh berbagai macam penyakit, baik yang berupa parasit luar (ectoparasite) maupun parasit dalam (endo-parasit). Untuk mencegah timbulnya penyakit akibat teraserang koksida (koksidosis) dapat digunakan berbagai macam koksidiostat. Salah satu koksidiostat yang sangat efektif adalah sulfaquinoxalin. Di sampinng diberikan sebagai aditif pakan juga dapat diberikan bersama air minum (Kamal, 1998). c.
MATERI DAN METODE 1. Materi a. sampel bahan pakan b. cawan petri c. sendok d. tabel kandungan nutrien bahan pakan 2. Metode a. Mengambil dengan menggunakan sendok contoh bahan pakan dan dalam cawan petri. b. Mengamati dengan panca indera. c. Mengidentifikasi setiap bahan yang disediakan. d. Membuat hasil pengamatan dalam tabel hasil praktikum. e. Menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
memasukkannya ke
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1. Bahan Pakan Hijauan a.
Graminae
a.1. Hasil Pengamatan Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Hijauan Graminae No
Nama Bahan Pakan
1
Hasil Pengamatan
Warna daun: hijau Tulang daun: sejajar Tipe daun: tunggal Bentuk daun: memanjang Batang: pelepah
Kesimpulan Pakan
Kelas
2:
hijauan
segar
2:
hijauan
segar
(graminae) oval
BK: EE: SK:
Rumput Raja TDN:
Pennisitum Hibrida
PK: 2
Warna daun: hijau tua Tulang daun: sejajar Tipe daun: tunggal Bentuk daun: memanjang Batang: pelepah
Pakan
Kelas
(graminae) oval
BK: 92 % EE: 4, 24 % SK: 40, 82 %
Rumput Gajah Pennisitum Purpureum
PK: 10, 79 % TDN: 49, 9 %
3
Warna daun: hijau Tulang daun: sejajar Tipe daun: tunggal Bentuk daun: memanjang Batang: pelepah
Pakan
Kelas
2:
hijauan
segar
(graminae) BK: EE: SK:
Rumput Belulang TDN:
Eleusin Indica
PK:
Sumber Laporan Sementara a. 2. Pembahasan Rumput adalah tanaman yang banyak digunakan sebagai pakanan ternak.Hal tersebut dikarenakan rumput banyak memiliki kelebihan bila bila dibandingkan dengan tanaman pakan ternak yang lain yaitu diantaranya: 1. Sebagian besar rumput adalah palatabel bila umur belum tua. 2. Hanya sedikit yang bersifat toksik. 3. Kemampuan tumbuh baik, sehingga tenak ruminansia dapat mempertahankan hidup. Akan tetapi rumput juga masih mempunyai kekurangan yaitu diantaranya: 1. 2. 3. 4.
Kandungan air sangat tinggi. Bagi ternak ruminansia menyebabkan kelebihan protein. Dapat menyebabkan mencret. Kandungan bahan kering rendah berakibat sukarnya penuhi energi secara maksimal.
Rumput Raja atau Pennisetum Hibrida adalah salah satu dari sekian banyak jenis rumput yang digunakan para peternak untuk pakan teraknya. Rumput raja adalah persilangan antara Pennisetum Purpureum dengan Pennisetum Typoides. Adapun ciri- ciri dari rumput raja diantaranya adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
tinggi dua sampai empat sentimeter panjang daun tujuh puluh sampai dengan seratus sentimeter lebar daun tiga sampai enam sentimeter batang tebal daun agak kesar defoliasi enam minggu berkembang biak dengan stek
8. kandungan protein kasar 11, 02 %. Selain rumput raja, rumput yang juga banyak digunakan untuk pakan ternak adalah rumput gajah atau dengan bahasa latin Penisetum Purpureum dengan ciri- ciri diantaranya batang tebal dan keras, tumbuh setinggi 3- 4,5 meter, berkembang dengan stek, sobekan rumpun, masa efoliasi 6-8 minggu, produksi 150-200 ton/ha/tahun, analisa bahan kering 92%, TDN 49,9%, SK 40,82%, EE 4,24%, PK 10,79%. Perlu perhatian khusus untuk penanaman rumput ini yaitu apabila musim kemarau tiba rumput gajah paling banyak ditanam karena muah baradaptasi dengan tanah buruk. Rumput Belulang (Fleusin Indica) adalah sejenis tanaman gulma atau tanaman pengganggu. Oleh karena itu perlu dimanfaatkan sebagai pakan agar tidak tetap menjadi pengganggu. Pemberian rumput ini pada ternak cukup mudah, yaitu hanya dengan melepaskan ternak ke padang rumput yang tingginya sekitar 15 cm itu. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan nutrient ternak tidaklah cukup dengan hanya menghandalkan rumput belulang ini sehingga perlu adanya pakan tambahan yang mencukupi kebutuhan nutrient ternak tersebut.
b.Legume b. Legume b.1. Hasil Pengamatan Tabel 1.2 Pengamatan Hijauan Legume No
Nama Bahan Pakan
1.
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Warna daun: hijau
Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)
Tulang daun: menyirip
BK:91,2%
Bentuk daun: Elip
TDN: 50,55%
Tipe daun: inparipinate
SK: 49,68%
Batang: berkayu
EE:1,63%
Daun Gamal Glirisida Sepium
PK: 10,17% 2.
Warna daun: hijau
Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)
Tulang daun: menyirip
BK:91,1%
Bentuk daun: lonjong
TDN: 48,20%
Tipe daun: paripinate
SK: 40,42%
Batang: berkayu
EE:5,22%
Daun Turi Sesbania Glandiflora
PK: 25,99% 3.
Warna daun: hijau
Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)
Tulang daun: menyirip
BK:100%
Bentuk daun: Elip
Abu: 8,3%
Tipe daun: paripinate
SK: 14,4%
Batang: berkayu
EE:6,2%
Daun Lamtoro Leucena Leucocephal
PK: 24,3% 4.
Warna daun: hijau
Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)
Tulang daun: sejajar
BK:100%
Bentuk daun: oval
Abu: 8,8%
Tipe daun: trivoleat
SK: 31,2%
Batang: menjalar
EE:3,6%
Daun Kacang Kupu Centrocema Pubescens
PK: 22% 5
Warna daun: hijau
Pakan kelas 2: hijauan segar (legume)
Tulang daun: sejajar Daun Kacang Panjang Vigna Sinensis
Bentuk daun: Trivoleat Tipe daun: Piramid Batang: menjalar
Sumber: Hasil Pengamatan b.2. Pembahasan Gamal merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis, dapat hidup dengan segala kondisi tanah tapi tidak tahan pada air tergenang. Fungsi tanaman selain sebagai pakan, tanaman pagar, tanaman pelindung, dsb, juga sebagai penahan erosi. Tanaman ini belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pakan karena belum terbiasa dengan baunya yang kurang disukai ternak. Untuk membiasakan dapat diberi sedikit demi sedikit atau dengan perlahan. Turi (Sesbania Glandiflora) termasuk tanaman yang berpotensi menyediakan hijauan makanan ternak yang berkualitas baik. Penambahan daun turi segar dapat memberi koefisien cerna semua zat makanan bila dibanding tanpa penambahan turi. Karena disebabkan tinggi nilai makanan hijauan daun turi.
Penambahan daun turi dengan rumput gajah sebanyak 0,5, 1, dan 2 kg dapat meningkatkan bobot badan ternak domba masing-masing sebesar 57, 63, dan 93 g/ ekor/ hari. Daun Lamtoro (Leucena Leucocephal) telah lama dikenal dengan nama kemlandingan, petai cina, dll. Tanaman ini telah lama digunakan sebagai tanaman peneduh dan sebagai makanan ternak. Panen pertama setelah tanaman berumur 6-9 bulan dan pemotongan 3-4 bulan dengan tinggi pemotongan 11,5m. Daun kacang kupu (Centrocema Pubescens) termasuk golongan bahan pakan kelas 2, pakan hijauan segar jenis Legume. Daun kacang panjang (Vigna Sinensis leaves) tanaman ini dimanfaatkan dan diberikan ke ternak dengan skala kecil dengan tujuan memberi variasi pakan ternak. Tanaman ini tergolong pakan kelas 2, hijauan segar jenis legume karena mengandung kandungan protein cukup baik untuk pertumbuhan. c. Rambanan c.1
Hasil pengamatan Tabel 1.3 Hasil pengamatan hijauan rambanan
no
Nama bahan pakar
Hasil pengamatan
kesimpulan
Warna daun :
Pakar kelas
Hijau
2-hijauan segar (rambanan)
Tulang daun: Daun ubi
Menjari Nbentuk daun: Batang : menjalar
2
Daun nangka
Warna daun
Pakar kelas 2
Artocorpus integro
Hijau
Hijauan segar (rambanan)
Tulang daun
Bk:100%
Menyirip
Abo:25%
Bentuk daun
EE:4%
Oval
SK:20%
Batang:
PK:12,%
berkayu 3
Marihot utilisima
Warna hijau:
Pakar kelas 2
Hijau
Hijauan segar (rambanan)
Tulang daun:
BK:100% EE:7,4%
Sejajar Tipe daun:
SK:22,9% BU:45,5% PK:17,3%
Menjari Bentuk daun: Oual memanjang Batang: Berkayu gabus Sumber hasil pengamatan c.2. pembahasan Selain forage rumput dan forase legume,adajuga forase lain uang berupa hijauan berbagai sayur-sayuranbaik hasil sisa / sudah tidak digunakan untuk pangan atau dinamakan rambanan.contoh salah satunya adalah daun singkong(manihot utilisima)tanaman sejanis cassava,atau benalu t6ak bercabang atau bercabang 2 tinggi mencapai 4m.bergetah putih dan mengandung surida pada konsentrasi yang berbeda.selain di manfaat kan untuk pangan ,tanaman ini juga sudah dimanfaatkan menjadi pakar walau hasil yang akan diperoleh berasal dari sisa bahan pangan.
2. Bahan Pakan Penyusun Konsentrat a.
Bahan Pakan Sumber Energi
a.1. Hasil Pengamatan No
Nama Bahan Pakan
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
1.
Biji Lamtoro
Warna Coklat tua
Sumber Energi
Tekstur: biji pipih Bau Tengik Rasa Getir BK:29% PK:6,8% Abu: 2,4% EE: 1,3% SK: 6,2% 2.
Dedak Padi
Warna Coklat muda
Sumber Energi
Tekstur: serbuk Bau apek Rasa tawar BK:86,8% PK:11,9% Abu: 10,1% EE: 12,1% SK: 10,0% 3.
Dedak Jagung
Warna Coklat Tua Tekstur: kasar Bau apek BK:86% PK:9,7% Abu: 2% EE: 6,4% SK: 4,3%
Sumber Energi
4.
Tepung Jagung
Warna kuning
Sumber Energi
Tekstur: kasar Bau harum Rasa tawar BK:100% PK:10,3% Abu: 2% EE: 4,7% SK: 2,5% 5.
Tepung Gaplek
Warna Krem
Sumber Energi
Tekstur: lembut Bau apek Rasa tawar BK:100% PK:3,3% Abu: 3,3% EE: 0,7% SK: 5,3% 6.
Tepung daun singkong
Warna hijau gelap Tekstur: halus Bau apek Rasa tawar BK:100% PK:20% Abu: 3,3%
Sumber Energi
EE: 3,8% SK: 21,2% 7.
Ampas tahu fermentasi
Warna krem
Sumber Energi
Tekstur: lembut Bau apek Rasa tawar BK: PK: Abu: EE: SK: 8.
Bekatul
Warna krem muda
Sumber Energi
Tekstur: agak kasar Bau apek BK:86% PK: 12% Abu: 7,7% EE: 10,7% SK: 5,2% 9.
Corn gluten meal
Warna kuning kecoklatan Tekstur: lembut Bau apek menyengat BK: PK: Abu:
Sumber Energi
EE: SK: 10.
Polard
Warna Coklat muda
Sumber Energi
Tekstur: sedikit kasar Bau apek BK:86% PK:16,1% Abu: 4,1% EE: 45,0% SK: 6,6% 11.
Pati aren
Warna Coklat tua
Sumber Energi
Tekstur: kasar Bau apek Rasa tawar BK: PK: Abu: EE: SK: 12.
Tepung onggok
Warna Coklat muda Tekstur: kasar Bau apek Rasa tawar BK: PK:
Sumber Energi
Abu: EE: SK: 13.
Konsentrat komplit
Warna Coklat
Sumber Energi
Tekstur: kasar Bau tengik Rasa asin BK: PK: Abu: EE: SK: 14.
Kulit kopi
Warna Coklat
Sumber Energi
Tekstur: kasar Bau apek BK: PK: Abu: EE: SK: Sumber: Laporan Sementara a.2. Pembahasan Biji lamtoro berwarna coklat tua, tekstur biji pipih, dengan bau tengik dan rasa getir. BK biji lamtoro 29%, PK6,8%, Abu 2,4%, EE 1,3% dan SK 6,2%. Biji lamtoro termasuk pakan ternak yang mempunyai kandungan nutrisi di antaranya protein anatara 30-40%, lemak 6,13%, seddangkan kadar salah satu jenis alkaloid yaitu memosin kadarnya sangat rendah, maka tidak menyebabkan gangguan pada hewan ternak (Suprayitno, 1981).
Dedak padi berwarna coklat muda. Dengan tekstur serbuk, bau apek dan rasanya tawar. Kandugan BK 86,8%, PK 11,9%, SK 10,0%, abu 10,1% dan EE 12,1%. Bila dedak ini digunakan dalam ransum ungggas, harus dicegah terhadap kemungkinan terjadinya ketengikan autooksidatif karena bisa mengakibatkan penyakit encephalomalacia pada anak ayam. Pemakaian dedak pada dalam jumlah banyak dalam ransum, akan terjad kekurangan isoleusin dan treonin yang gejala- gejalanya sama dengan kekurangan lisin (Wahyu, 1998)). Dedak jagung berwarna coklat tua, tektur kasar sedikit dan berbau apek. Dengan BK 86%, PK 9,7%, SK 4,3% dan EE 6,4%. Dedak jagung merupakan bulir bersama lenbaga dari proses awal pembuatan beras jagung. Jagung merupakan sumber energi utama dalam ransum aneka ternak unggas (Anggorodi, 1995). Jagung kuning selain mengandung karoten, juga menjadi sumber energi dalam ransum. Jagung mempunyai kadar triptofan yang rendah. Yng paling rendah adalah kadar metioninnya, kemudian lisin (Wahyu, 1988). Tepung jagung berwarna kuning, tekstur kasar, bau harum dan rasanya tawar. Dengan kandungan BK 100%, PK 10,3%, SK 2,5%, abu 2%, EE 4,7%. Tepung
jagung
terbuat
dari
biji
jagung.
Di
dalam
biji
jagung
tersebut
terdapat
banyakkarbohidrat. Sebagian besar beradu pada endospermium. Kandungan karbohidratdapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji (Anonim, 2008). Tepung gaplek berwarna krem, tekstur lembut, bau apek dan rasanya tawar. Dengan kandungan BK 100%, PK 3,3%, SK 5,3%, abu 3,3%EE 0,7%. Gaplek adalah umbi ubi kayu yang telah dkupas kulitnya dan telah dikeringkan. Salah satu t ujuan dari pengeringan adalah agar umbi ubi kayu apat disimpan dalam waktu yang cukup lama, mudah penanganannya dan mengurangi atau menghilangkan kandungan glukosa (linamarin) yang dapat menghasilkan HCN oleh adanya aktivitas enzim tertentu. Gaplek dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber energi untuk berbagai jenis ternak. Dan salah satu pemberiannya dapat dalam bentuk tepung (Kamal, 1998). Tepung daun singkong berwarna hijau gelap, tekstur hakus dan berbau apek. Kandungan yang ada di dalamnya adalah BK 100%, pk 20%, SK 21,2%, Abu 10,8%, EE 21,2 % dan BN 44,2%. Ampas tahu fermentasi berwarna krem, tekstur lembut dan bau apek. Ampas tahu fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan memacu pertumbuhan ayam pedaging. Proses fermentasi menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus Digosporus dan Rizopus Oryzae. Proses fermentasi akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualiasnya dari bahan bakunya.
Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino, dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasar ampas tahu (Anonim, 2008). Bekatul berwarna krem muda, tekstur lembut agak kasar, dan bau tidak menyengat. Dengan kandungan BK 86%, abu 7,7%,EE 10,7%, SK 5,2% dan PK 12%. Bekatul merupakan hasil samping dari proses penyosohan beras pecah kulit. Bekatul tersusun dari lapisan luar beras pecah kulit, pati dan mata beras. B ekatul cukup tinggi kandungan minyaknya, sehingga mudah mengalami ketengikannya. Untuk menghindari ketengikan pada bekatul dapat dilakukan dengan jalan pemanasan atau pengeringan segera setelah bekatul diperoleh dari proses penggilingan gabah. Terjadinya ketengikan tersebut adalah akbat rusaknya enzim lipolitik (lipase) yang terdapat pada bekatul (Kamal, 1998). Corn Gluten Meal berwarna kuning kecoklatan, tekstur lembut dan bau apek menyengat. Corn Gluten Meal merupakan salah satu hasil samping dari pembuatan pati jagung (pati mayzena) dan sebagai bahan pakan merupakan konsentrat protein yang kandungan proteinnya cukup tinggi yaitu di atas kandungan protein bungkil kedelai (Kamal, 1998). Polard berwarna coklat muda, tekstur sedikit kasar dan berbau apek. Kandungan BK 86%, PK16,1%, SK 6,6%, abu 4,1% dan EE 45%. Penggunaan polard di dalam ransum sering dibatasi kearena mempunyai bobot ringan perunit(buky), namun demikian ckup palatabelbagi semua jenis ternak. Di samping sebagai sumber energi, polard juga sebagai sumber vilatin larut air kecuali niasin (Kamal, 1998). Pati aren berwarna coklat tua, tekstur kasar dan berbau apek. Untuk menghasilkan pati aren yang baik dibutuhkan proses pembuatan yang panjang. Mulamula batang aren dipotong- potong sepanjang satu meter, lalu dibelah menjadi empat sampai enam bagian. Bagian kayu luar yang keras dibuang dan bagian dalamnya diparut dengan mesin. Hasil parutan kayu kemudian diperas sarinya, dimasukkan ke dalam bak penampungan. Setelah tiga jam didiamkan menghasilkan endapan. Endapan inilah yang selanjutnya akan diolah menjadi pati aren. Caranya disaring lagi dengan saringan mesin, diendapkan satu malam dan dijemur sehari (Anonim, 2008). Konsentrat komplit berwarna coklat, tekstur kasar, bau tengik dan rasa asin. Konsentrat merupakan campuran bahan yang mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mempunyai kandungan nutrien seperti protein atau energi, lemak tinggi dan mudah dicerna. Bahan tersebut dapat dapat berupa dedak, bekatul, bungkil kelapa, bungkil kacang, bungkil kedelai atau bahanbahan sisa dalam proses biji-bijian. Bahan ini dicampur dengan baik sehingga kandungan nutrien yang ada di dalamnya dapat memenuhi kekurangan nutrien yang dibutuhkan. Tepung onggok berwarna coklat muda, tekstur kasar dan berbau apek.
Dalam pembuatan tapioka (pati umbi ubi kayu) dihasilkan ampas yang disebut onggok. Walaupun onggok merupakan ampas dari pembuatan tapioka, namun kenyataanya masih cukup baik untuk digunakan sebagai bahan pakan sumber energi terutama bagi ternak ruminansia. Hal ini disebabkan masih cukup tingginya kandungan karbohidrat yang mudah larut (Ekstrak Tanpa Nitrogen / ETN ) yang berupa pati. Onggok sebagai bahan pakan pada umumnya disimpan dalam keadaan kering dan diberikan kepada ternak dalam bentuk tepung kasar atau giling kasar (Kamal, 1998). Kulit kopi berwarna coklat, tekstur kasar berbau apek. Kulit kopi yang diolah melalui prses fermentasi kandungan gizinya mencapai 12,5 %. Hal ini membuktikan bahwa kandungannya lebih tinggi daripada kandungan dedak atau bekatul. Limbah kopi ini mampu membuat pertumbuhan ternak kambing menjadi lebih cepat bongsor. Dengan diberi pakan limbah sebesar 100 gram per ekor setiap harinya, berat badan seekor ternak bertambah 95 – 100gram perhari (Anonim, 2008). b. Bahan Pakan Sumber Protein b.1 Hasil Pengamatan No
Nama Bahan Pakan
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
1.
Bungkil Kedelai
Warna kuning krem
Sumber protein
Tekstur agak kasar
(kelas 5)
Bau tidak menyengat SK: 6,5% KA : 12% PK: 50% Abu: 7% Lemak: 3,5% TDN:80% 2.
Bungkil Wijen
Warna coklat tua
Sumber protein
Tekstur kasar
(kelas 5)
Bau tengik SK: BK:
PK: Abu: EE: TDN: 3.
Bungkil kelapa
Warna coklat gelap
Sumber protein
Tekstur kasar mennnggumpal
(kelas 5)
Bau tengik EK: 90,2% SK: 12,78% PK: 221,21% TDN: 78,99% Abu: 8,14% EE: 8,89%
4.
Bungkil Klenteng
Warna hitam
Sumber protein
Tekstur kasar
(kelas 5)
Bau tengik BK: 86% PK: 27,3% SK:20,6% Abu: 6,8% EE: 8,6% 5.
Bungkil kacang hijau
Wrna coklat tua ada warna hitamnya
Sumber protein
Tekstur kasar
(kelas 5)
Bau tengik
BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 6.
Bungkil Kelapa sawit
Warna hitam kecoklatan
Sumber protein
Tekstur halus
(kelas 5)
Bau tengik BK: 89,3% SK: 30,41% PK:18,16% EE:4,02% Abu:5,96% 7.
Biji kacang panjang
Warna hitam
Sumber protein
Tekstur butiran
(kelas 5)
Bau apek BK:86% SK: 19,12% Abu: 8,3% PK: 12,21% ME: 1, 97% BETN: 43,3% 8.
Biji kapuk
Warna hitam
Sumber protein
Tekstur butiran
(kelas 5)
Bau apek BK 91,4% PK: 41,0% SK:12,6% Abu: 6,4% TDN: 67% 9.
Biji kacang hijau
Warna hijau
Sumber protein
Tekstur butiran
(kelas 5)
Bau apek BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 10.
Biji turi
Warna coklat
Sumber protein
Tekstur butiran
(kelas 5)
Bau apek BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 11.
Biji munggur
Warna coklat
Sumber protein
Tekstur agak kasar
(kelas 5)
Bau tengik BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 12.
Tepung enceng gondok
Warna hijau
Sumber protein
Tekstur agak kasar
(kelas 5)
Bau tengik BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 13.
Tepung daun lamtoro
Warna coklat kehitaman
Sumber protein
Tekstur agak kasar
(kelas 5)
Bau apek BK: 86% PK: 20,4% SK:15,5% Abu: 5,4% EE: 5,0%
14.
Tepung tempe
Warna coklat
Sumber protein
Tekstur lembut
(kelas 5)
Bau apek BK: 86% PK: 41,3% SK: 5,3% Abu: 8,0% 15.
Tepung bulu hidrolisa
Warna coklat muda
Sumber protein
Tekstur halus
(kelas 5)
Bau tengik BK: 91% PK: 81,7% SK: 6% Abu: 3,7% EE: 3,0% 16.
Tepung ikan
Warna coklat kekuningan
Sumber protein
Tekstur halus
(kelas 5)
Bau amis BK: 86% PK: 62,6% SK: 2,2% Abu: 20,7% EE: 6,8% 17.
Tepung ikan asin
Warna coklat
Sumber protein
Tekstur halus
(kelas 5)
Bau amis BK: 86% PK: 52,6% SK: 2,2% Abu: 9,9% BETN: 2,9% 18.
Tepung ikan hitam
Warna coklat kehitaman
Sumber protein
Tekstur kasar
(kelas 5)
Bau amis BK: 92% PK: 60,2% SK: 0,17% Abu: 20,7% BETN: 3,7% 19.
Ampas tahu
Warna krem
Sumber protein
Tekstur sedikit kasar
(kelas 5)
Bau tengik BK: 100% PK: 25, 37% SK: 15, 27% Abu: 7,4% 20.
Ampas bir
Warna coklat
Sumber protein
Tekstur serbuk kasar
(kelas 5)
Bau amis BK: 94,3%
PK: 23,47% SK: 18,5% Abu: 4,6% EE: 4,53% TDN: 73,8% 21.
Tepung daun
Warna coklat tua
Sumber protein
Tekstur lembut
(kelas 5)
Bau apek BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 22.
Tepung jahe
Warna coklat
Sumber protein
Tekstur lembut
(kelas 5)
Bau apek BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 23.
Meat Born Meal (MBM)
Warna krem gelap
Sumber protein
Tekstur agak kasar
(kelas 5)
Bau amis BK: 86% PK: 58,6% SK: 5% Abu: 2,8% EE: 7,2% TDN: 24.
Lysin
Warna krem
Sumber protein
Tekstur agak kasar
(kelas 5)
Bau amis BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: 25.
Glycine max
Warna coklat muda
Sumber protein
Tekstur butiran
(kelas 5)
Bau apek BK: 100% PK: 48% SK: 6,2% Abu: 9,3% EE: 5,7% BN: 30,8%
26.
Glycine max hitam
Warna hitam
Sumber protein
Tekstur butiran
(kelas 5)
Bau apek BK: 100% PK: 37,7% SK: 7,0% Abu: 5,7% EE: 19,3% 27.
Milo
Warna orange
Sumber protein
Tekstur butiran
(kelas 5)
Bau apek BK: PK: SK: Abu: EE: TDN: Sumber laporan sementara b.2 Pembahasan Bungkil kedelai berwarna kuning krem, tekstur agak kasar dan bau tidak menyengat. Dengan kandungan SK 6,5%, KA 12%, PK 15%, Abu 7%, lemak 3,5 % dan TDN 80%. Bungkil kedelai adalah salah satu bahan pakan yang konsentrat protein nabati yang sangat baik. Kandungan asam amino asensialnya mendekati asam amino esensial dari protein susu, glisinnya cukup tinggi kecuali metionin dan lisinnya rendah, sumber vitamin B kecuali vitamin B12 yang sangat rendah yaitu tidak seperti yang terkandung di dalam konsentrat protein hewani. Sebagai standar, bungkil kedelai mengandung protein kasar 50% untuk yang berasal dari kedelai tanpa kulit, biji 44% (Kamal, 1998).
Warna dari bungkil wijen adalah coklat tua, tekstur kasar dan bau tengik. Bungkil wijen (ampas) yaitu wijen yang sudah diambil minyaknya. Sangat baik untuk pakan ternak. Budidaya wijen relatif mudah, resiko kegagalan kecil input rendah dan mudah ditumpangsarikan dengan tanaman pangan atau industri (Anonim, 2008). Bungkil kelapa berwarna coklat gelap, tekstur kasar menggumpal dan bau tengik. Kandungan BK 90,2%, SK 12,78%, PK 21,21%, TDN 78,99 %, Abu 8,14%, dan EE 8,89%. Bungkil kelapa diperoleh sebagai hasil ikutan dari extraksi minyak dari daging kelapa kering (kopra). Pengaruh bungkil kelapa terhadap komposisi lemak pungung menaikkan kadar asam-asam lemak jenuh yang rantainya pendek. Bungkil kelapa menyebabkan menurunnya asam stearat dan sedikit perubahan asam oleat (Parakkasi, 1983). Bungkil klentheng berwarna hitam, tekstur kasar dan bau tengik. Kandungan BK 86%, PK 27,3%, SK 20,6%, abu 6,8%, EE 8,6%. Setelah kandungan minyak biji kapas diambil dengan berbagai macam proses, didapat bungkil klentheng yang kadar proteinnya akan relatif tinggi. Kadar zat-zat makanan dari bungkil tersebut banyak dipengaruhi antara lain oleh konsentrasi kulit klentheng dalam produk dan cara prosessingnya (Parakkasi, 1983). Bungkil kacang hijau berwarna coklat tua ada hitamnya, tekstu kasar dengan kerikil kecil dan baunya apek. Kacang hijau mengandung vitamin (terutama vitamin B), cukup protein dan sedikit lemak. Kacang hijau mempunyai mempunyai kandungan protein 24% dan karbohidrat sekitar 58% (Soeprapto dan Sutarman, 1982). Bungkil kelapa sawit berwarna coklat kehitaman, tekstur halus, bau tengik dan rasa tawar. Kandungan BK 89,3%, SK 30,41%, PK 18,16%, EE 4,02% dan abu 5,96%. Bungkil dari pembuatan minyak inti atau minyak daging buah disebut bungkil kelapa sawit dan sering disebut pula sebagai bungkil inti sawit. Bungkil inti sawit banyak digunakan sebagai bahan pakan sapi, bahkan untuk sapi perah (1,5 kg/ekor/hari) dapat menghasilkan susu yang bila lemak susunya dibuat mentega akan menghasilkan mentega yang baik (Kamal, 1998). Biji kacang panjang ini berwarna hitam, tekstur butiran atau biji dan berbau apek. Kandubgan BK 86%, SK 19,12%, PK12,21%, abu 8,3%, ME 1,97% dan BETN 43,3%. Biji kacang panjang bentuknya bulat agak memanjang dan pipih, di tengahnya terdapat bintik merah-tua atau hitam atau belang-belang. Tanaman kacang panjang memiliki daya adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungan tumbuh. Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
(pegunungan) lebih kurang 1500m dari permukaan laut (dpl). Tetapi paling baik adalah di dataran rendah. Biji kapuk berwarna hitam, tekstur butiran, bau apek. Kandungan BK 91,4%, PK41,0%, SK 12,6%, abu 6,4%, TDN 67%. Bij kapuk merupakan hasil samping dari buah kapuk, sedang hasil utamanya adalah serat kapuknya. Biji kapuk giling ternyata dapat digunakan di dalam ransum ternak ruminansia dalam jumlah yang cukup tinggi yaitu sampai 70% dalam ransum sapi potong (Kamal, 1998). Biji kacang hijau berwarna hijau, ekstur butiran dan berbau apek. Biji kacang hijau mengandung kadar lemak dan protein yang tinggi. Kandungan proteinnya seitar 23-34%, terdiri dari aasam-asam amino esensial seperti argonin, fenilalanin, histidin, asoleusin, leusin, lisin, metionin, kriotofan, dan valin. Kandungan lemaknya sekitar 16-50%, 76-86% diantaranya adalah aasam lemak tyidak jenuh seperti asam oleat dan linoleat. Kacang hijau mengandung karbohidrat sekitar 58% (Anonim, 2008). Biji turi berwarna coklat, tekstur butiran, dan baunya apek. Biji turi yang masih muda biasanya juga digunakan sebagai bahan masakan, sedang biji yang tua dapat dipakai sebagai bahan tempe yang baik karena kandungan protein yang tinggi (Anonim, 2008). Biji munggur berwarna coklat, tekstur butiran dan bau apek. Munggur (Samanea Saman) terbukti menyerap paling banyak karbondioksida dalm setahun, tanaman yang dibawa dari semenanjubg Yucatan, mexico itu menyerap 28,488,39 kg karbondioksida (Anonim, 2008). Tepung enceng gondok berwarna hijau, tekstur agak kasar dan berbau tengik. Enceng gondok dapatdijadikan pakan ternak karena tingginya kandungan serat kasar, enceng gondok harus diolah terlebih dahulu. Salah satu teknik pengolahannya adalah dengan proses fermentasi. Proses fermentasi ini dapat meningkatkannilai gizi yang terkandung dalam enceng gondok. Protein kasar meningkat sebasar 61,81% (6,31% ke 10,21%) dan serat kasar turun 18% (dari 26,61% ke 21,82%) (Anonim, 2008). Terpung daun lamtoro berwarna coklat kehitaman, tekstur agak kasar dan berbau apek. Kandungan BK 86%, PK 20,4%, SK 15,5%, abu 5,4% dan EE 5,0%. Tepung daun lamtoro banyak digunakan dalam ransum unggas. Tepung daun lamtoro megandung 24% protein, 3,25% lemak, kira-kira 14% serat kasar dan lebih dari 350mg betakaroten aktif perkilogram. Penggunaan tepung daun lamtoro masih dibatasi antara 3-4%, karena tepung daun lamtoro mengandung alkaloid yang beracun dan dikenal dengan nama mimosin (Wahyu,1988). Tepung tempe berwarna coklat, tekstur lembut dan berbau apek.
Tempe mengandung komposisi gizi yang komplit: ada protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, dan besi dalam kadar relatif tinggi. Kandungan ini lebih baik ketimbang kedelai biasa karena tempe sudah melalui proses fermentasi. Serangkaian penelitian bertahun-tahun lahirlah produk yang disebut (BMC) tempe. Ini adalah tempe yang dikukus lalu dikeringkan dan dibikin tepung. Tepung ini kemudian diperkaya lagi dengan tepung kacang hijau beras, telur, dan beberapa bahan lainnya. Tepung tempe ajaib inilah yang kini sedang dimasyarakatkan oleh UPT Balai Pengembangan Proses LIPI di Yogyakarta. Tepung ini mengandung nutrisi: protein 16,4%, lemak nabati 2,5%, air 7,5% serta vitamin B1, B2,B12, dan kalsimu, zat besi, kalium. Kandungan kalorinya 375/100gr bahan (Anonim, 2008). Tepung bulu hidrolisa berwarna coklat muda, tekstur lembut, dan berbau tengik. Kandungan BK 91%, PK 81,7%, SK 6%, EE 30%, dan abu 3,7%. Tepung ini dibuat dengan proses hidrolisa bersama dengan tekanan udara tertentu, nilai proteinnya lebih tinggi atau lebih bermanfaat dibandingkan dengan prossessing lainnya. Daya cerna proteinnya tidak kurang dari 70% dari 85% protein kasar yang dikandungnya (Parakkasi, 1983). Tepung ikan berwarna coklat kekuningan., tekstur halus dan berbau amis. Kandungan BK 86%, PK 62,6%, SK 2,2%, EE 6,8%, dan abu 20,7%. Tepung ikan merupakan sumber protein yang sangat baik untk unggas., karena mengandung asam-asam amino esensial yang cukup untuk kebuthan ayam dan sumber utama lisin dan metionin. Tepung ikan yang tidak rusak karena pengolahan mengandungenergi metabolis yang tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan makanan produksi tinggi lainnya yang digunakan dalam ransum unggas. Kualitas tepung ikan bervariasi tergantung pada kondisi pengolahan dalam pabrik (Wahyu, 1988). Tepung ikan asin berwarna coklat, tekstur halus dan berbau amis. Tepung ikan asin terbuat dari bahan dasar ikan asin. Salah satu c ara untuk membuat tepung ikan asin yaitu dengan teknik desalting. Yaitu dengan cara merendam ikan asin di dalam larutan berkonsentrasi garam rendahselama 12 jam. Proses ini mampu mengurangi kadar garam, menimgkatkan kadar protein, dan secara otomatis akan menaikkan harga jual produk. Dari segi mutu dan harga tepung ini telah mengalami peningkatan. Kadar protein meningkat dari 47,5% menjadi 54% setelah pelaksanaan program vecer, dan kadar air menurun dari 13,7% menjadi 10,4% (Anonim, 2008). Tepung ikan hitam berwarna coklat kehitaman, tekstur kasar dan bau amis. Kandungan BK92%, PK60,2% dan SK 0,17%. Dalam pengolahan ikan-ian yang kaya akan lemak menjadi tepung, biasanya harus dimasak, misalnya dengan steam (uap) kemudian diperas untuk mengeluarkan lemaknya dan akhirnya dugiling. Dalam proses pengeringan, pemasakan,dan segala fase pengolahan yang memerlukan panas yang tidak terkontrol akan menurunkan daya guna asam-asam amino yang terkandung di dalamnya (Parakkasi, 1983). Ampas ytahu berwarna krem, tekstur sedikit kasar dan berbau tengik. Kandungan BK 100%, PK 25,36%, SK 15,27%, LK 11,2% dan abu 7,4%.
Ampas tahu merupakan produk sampingan pabrik tahu. Ampas tahu yang telah mengalami fermentasi dapat meningkatkan kualitas pakan dan pemacu pertumbuhan ayam pedaging. Kandungan air dan serat kasarnya tinggi, maka penggunaan ampas tahu menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang baik. Guna mengatasi ingginya kadar air dan serat kasar pada ampas tahu maka dilakukan fermentasi(Anonim, 2008). Ampas bir berwarna coklat, tekstur serbuk kasar dan baunya amis. Kandungan BK 94,3%, PK 23,47%, SK 18,05%, EE 4,53%, abu 4,06% dan TDN 13,8%. Ampas bir merupakan sisa dari pembuatan bir. Ampas ini merupakan penyaring yang efektifuntuk unsur organis yang berbahaya bagi lingkungan seperti t richloroethylene, atau TCE, zat kimia penyebab kangker yang terkandung dalm zat dan bahan perekat, serta benzene, racun yng biasa ditemukan dalam air yang terpolusi (Anonim, 2008). Tepung daun berwarna coklat tua, tekstur lembut dan berbau apek. Tepung daun biasa digunakan untuk campuran dalam penyusunan ransum untuk ternak. Tepung jahe berwarna coklat, tekstur lembut, dan baunya apek. Tepung jahe adalah butiran kering dari hasil penggilingan jahe kering. Tepung jahe ini diolah dari rimpang jahe segar, yang disortasi dan dicuci untuk menghilangkan pengaruh pestisida dan benda asing yang mungkin melekat, kemudian diproses dengan dipotong dan disteam untuk mengurangi kandungan mikroba, dan digiling setelah dicaoai kadar kekeringan yang diinginkan (Hasbullah, 2001). Meat Born Meal berwarna krem gelap, tekstur agak kasar dan berbau amis. Kandungan BK 86%, PK 58,6%, SK 5%, abu 2,8% dan EE 2,2%. Meat Born Meal (MBM) atau tepung daging dan tulang dibuat dari daging dan tulangnya., tetapi tidak termasuk darah, bulu, kulit, tanduk, kuku, lambung dan usus beserta isinya.. Kandungan fosfor minimal 4,4% dan kalsium (Ca)tidak lebih dari 2,2 kali kandungan fosfornya (P). Tepung daging dan tulang terutama digunakan untuk ternak babi dan unggas di samping untuk hewan piaraan (Kama,1998). Lysin berwarna krem, tekstur agak kasar dan be rbau amis. Lysin meruoakan asam amino pembatas pada jagung. Oleh karena itu, mutu protein QPM (82%) jauh lebih tinggi dibanding jagung biasa (32%), bahkan lebih tinggi mutu dari protein beras (79%) dan gandum (39%) (Anonim, 2008). Glycine max berwarna coklat muda, tekstur butiran dan berbau apek. Kandungan BK 100%, PK 48%, SK 6,2%, EE 5,7%, abu 9,3%, dan BN 30,8%. Glycine max atau kedelai termasuk famili leguminosa. Tanaman glycine max yang masih hijau dan daunnya dapat diberikan pada ternak. Biji glycine max yang berwarna putih kekuning-kuningan dipakai untuk dijadikan tempe, tahu, tauco, susu dan tepung (Aksung, 1990).
Glycine max hitam berwarna hitam, tekstur butiran danbebau apek. Kandungan BK 100%, PK 37,7%, SK 7,0%, EE19,3% dan abu 5,7%. Disebut glycine maxmax hitam karena biji glycine max ini berwarna hitam. Varietas unggul dari kedelai hitam, lebih terbatas dibandingkan dengan kedelai kuning. Para petani kurang mengerti budidaya kedelai hitam maupun pasca panen dan rantai bisnis kedelai hitam yang digunakan sebagai bahan baku kecap. Varietas unggul nasional kedelai hitam yang diberi nama Mallika yang berasal daribahasa Tamil artinya kerajaan. Varietas ini memiliki kandungan protein 37% dan lemak 20%. Di samping itu, kulitnya mengandung antioksidan dan antosianin, dengan daya simpan benih lebih tinggi dari kedelai kuning dengan masa simpan selama enam bulan masih mempunyai daya tumbuh lebih dari 80%. Milo berwarna orange, tekstur butiran dan bau apek. Milo disebut juga daun kaffir, energi metabolismenya hanya sedikit lebih rendah dari energi metabolis jagung. Nilai gizi milo sekitar 92-95% dari niai gizi jagung. Kendala utamanya adalah tannin, golongan poliphenol yang dapat berikatan dengan jenis protein. Tanninmenyyebabkan kecernaan bahan kering dan asam amino berkurang sebanyak 10% (Anonim, 2008). c. Bahan Pakan Sumber Mineral c.1. Hasil pengamatan No
Nama Bahan Pakan
Hasil pengamatan
Kesimpulan
1.
Tentra element phosphor
Warna Abu-abu
Sumber mineral
Tekstur halus Bau menyengat 2.
Calfos
Warna putih
Sumber mineral
Tekstur halus Bau tidak terlalu menyengat 3.
Nacl
Warna putih Tekstur kasar Tidak berbau BK:100% Cl: 60,66%
Sumber mineral
Na : 39,34% 4.
Premix
Warna jingga
Sumber mineral
Tekstur halus Bau apek 5.
Kalsit
Warna putih
Sumber mineral
Tekstur kasar Bau apek 6.
Tri Sulfur Phosphat
Warna ungu muda
Sumber mineral
Tekstur butiran Bau apek 7.
Menir batu
Warna putih kecoklatan
Sumber mineral
Tekstur lembut Bau apek 8.
Tepung batu Kapur
Warna putih kecoklatan Tekstur kasar Bau tawar Cl: 0,03% Mg: 2,06% K: 0,12% BK: 100% Na: 0,06% Ca: 34% P: 0,02% S: 0,04% Fe: 0,34%
Sumber mineral
9.
MBM Coklat
Warna coklat
Sumber mineral
Tekstur halus Bau gurih Sumber: laporan Sementara c.2. Pembahasan Tetra Elemen Phospor Tetra elemen phosphor berwarna abu-abu, tekstur halus dan bau menyengat. Rumus ransum yang terdiri dari biji-bijian dan sumber-sumber protein pada umumnya akan defisien terhadap phospor untuk kepentingan seluruh kondisi fisiologis dalam hidupnya, kecuali kalau ditambah dengan preparat-preparat yang mengandung phospor (Parakkasi, 1983) Calfos Calfos berwarna putih, tekstur halus dan bau kurang menyengat. NaCl NaCl berwarna putih, tekstur kasar dan bau tidak ada. Kandungan BK 100%, Cl 60,66%, dan Na 39,34%. NaCl tau garam dapur berfungsi sebagai kondimen atau perangsang nafsu makan. Sifat ini disebabkan karena garam tersebut dapat merangsang sekresi saliva dan mengaktifkan enzim yang terdapat dalam saliva dan diastase lainnya
(Parakkasi, 1983)
Premix Premix berwarna jingga atau pink, tekstur halus dan berbau apek. Premix adalah campuran dari berbagai bahan sumber vitamin(premix vitamin), atau campuran sumber mineral mikro (premix m ineral) aau campuran kedua-duanya
(premix vitamin-mineral). Penggunaan premix mix di dalam
ransum dibatasi yaitu hanya sampai sebanyak 0,5% (Kamal, 1988) Kalsit Kalsit berwarna putih, tekstur kasar dan berbau apek. Karakteristik fisik kalsik adalah berwarna putih atau beruban atau kelabu, berkilap seperti kaca, sifat terhadap cahaya adalah lembut cahaya ke transparan hanya di kristal yang individu, berbuih dengan mudah (Anonim, 2008) Tri Sulfur Phosphat Tri sulfur phosphat berwarna ungu muda, tekstur lembut dan berbau apek.
Tepung Batu Kapur Tepumg batu kapur berwarna putih kecoklatan, tekstur kasar dan berbau tawar. Kandungan Cl 0,63%, Mg 2,06%, K 0,12%, BK 100%, Na 0,06%, Ca 34%, P 0,02%, S 0,04% dan Fe 0,34%. Tepung batu kapur dapat dibuat dengan jalan menggiling batu kapur menjadi tepung (tepung batu kapur). Sebagai sumber Ca, tepung batu kapur yang halus dapat dicampur di dalam ransum ternak, dan tepung batu kapur yang kasar dapat diberikan tersendiri yaitu tidak dicampur di dalam ransum dan penggunaannya khusus untuk ternak tertentu (unggas) (Kamal, 1998) MBM Coklat MBM coklat berwarna coklat, tekstur halus dan berbau amis gurih. Semua macam tepung tulang dapat digunakan sebagai bahanpakan sumber utama mineral Ca dan P di dalam ramsum ternak. Kandungan Ca dan Pdi dalam ketiga jenis tepung tulang adalah sebagai berikut: tepung tulang rebus mengandung 22% Ca dan 10% P, tepung tulang kukus mengandung 35% Ca dan 155 p, tepung tulang arang atau abu tulang mengandung 34% Ca dan 16% P (Kamal, 1988) d.
Bahan pakan Sumber Vitamin d.1. Hasil Pengamatan No
Nama bahan pakan
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
1.
Vitamin blend
Warna coklat
Sumber vitamin
Tekstur kasar Bau amis 2.
Chloride atau choline
Warna coklat tua Tekstur kasar lengket Bau amis BK 100% Cl 52,03% Zn 47,97%
Sumber: Laporan Sementara d.2. Pembahasan Vitamin Blend
Sumber vitamin
Vitamin blend berwarna coklat, tekstur kasar dan berbau amis. Pada umumnya vitamin yang jumlahnya terbatas di dalam bahan pakan alamiah alah vitamin A, D, E, B, asam pantotenat, niasin, kholin dan vitamin B12. kesemua macam vitamin yang di butuhkan ternak jumlahnya tergantung pada masing-masing spesies dan jenis ternak tersebut. Dalam perdagangan, bentuk kristal vitamin atau campuran vitamin banyak digunakan bagi manusia, dan dibuat dari hati dan ragi atau hasil fermentasi serta beberapa hasil sintetik. Dengan demikian, berbagai macam sumber vitamin larut dalam air dapat digunakan untuk memenuhi jumlah vitamin yang dibutuhkan di dalam ransum (Kamal, 1998). Cloride atau Choline Clorine berwarna coklat tua, tekstur kasar lengket dan berbau amis. Kandungan BK 100%, Cl 52,03% dan Zn 47,97%. Zat dengan formula (CH3)2 NCH2CH2OH hendaknya disebut kholin. Vitamin ini adalh bagian yang terpenting dalam molekul posfolipid, lesitin (Parakkasi, 1983). e.
Feed Additif e.1. Hasil Pengamatan Nama bahan pakan
Hasil Pengamatan
Kesimpulan
Metionin
Warna putih
Feed Additif
No 1.
Tekstur halus Bau menyengat 2.
Criflatox
Warna putih ke abu-abuan
Feed additif
Tekstur lembut Bau apek 3.
Zink
Warna kuning ke coklatan Tekstur lembut Bau amis Zn 29,79%
Sumber : Laporan Sementara e.2. Pembahasan
Fedd additif
Metionin Metionin berwarna putih, tekstur halus dan berbau menyengat. Tingkat metionin dalam ransum adalh penting dalam hubungannya dengan kebutuhan untuk kolin sebagai donor metil, dan vice-versa. Kolin dapat membantu metionin yang secara normal dipergunakan untuk tujuan transmetilasi tapi tidak dapat membantu kebutuhan pokok dari metionin ubtuk sintesa protein, kecuali kalau ransum tersebut mengandung homocystin (Wahyu, 1988). Criflaktox atau anti fungal Criflatox berwarna putih ke abu-abuan, tekstur lembut dan berbau apek. Jamur dapat mencemari atau tumbuh pada bahan pakan sewaktu masih di lapangan ataupun pada pakan yang telah jadi atau pakan komersial tersebut. Cara untuk mencegah terjadinya pertumbuhan jamur pada pakan antara lain adalah manambahkan bahan tertentu (anti fungal) yang dapat mencegah tumbuhnya jamur, misalnya asam propinat, natrium propinat atau anti jamur yang lain (Kamal, 1998). Zink Zink berwarna kuning-kecoklatan, tekstur lembut, dan baunya amis. Kandungan Zn adalah 29,79%. Unsur ini didapatkan terutama dalam jaringan epidermis (kulit, rambut/bulu/woll); dalam jumlah sangat sedikit didapatkan pula dalam tulang, urat daging, darah, dan berbagai organ lain (Parakkasi, 1983).
E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
a.Bahan pakan penyusun konsentrat mengandung sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin dan feed additif. b. Bahan pakan sumber energi dapat berasla dari bij lamtoro, dddak padi, dedak, jagung, tepung jagung, tepung gaplek, tepung daun singkong, ampas tahu fermentasi, bekatul, corn gluten meal, polard, pati aren, tepung onggok, konsentrat komplit, kulit kopi. c. Bahan pakan sumber protein dapat berasal dari bungkil kedelai, bungkil wijen, bungkil kelapa, bungkil klentheng, bungkil kacang hijau, bungkil kelapa sawit, biji kacang panjang, biji kapuk, biji kacang hijau, biji turi, buji munggur, tepung enceng gondok, tepung daun lamtoro, tepung tempe, tepung bulu hidrolisa, tepung ikan, tepung ikan asin, tepung ikan hitam, ampas tahu, ampas bir, tepung daun, tepung jahe, meat bom meal (MBM), lysin, glysin max, glysin max hitam dan milo. d. Bahan pakan sumber mineral dapat berasal dari tetra elemen phosphat, calfo,NaCl, premix, kalsit, ri sulfur phosphat, kenir batu, tepung batu kapur, dan MBM coklat. e. Bahan pakan sumber vitamin dapat berasal dari vitamin blend dan cloride atau choline. f. Feed additif dapat berasal dari metionin, criflatox atau anti fungal dan zink 2. Saran a.Dalam praktikum identifikasi bahan pakan konsentrat, sebaiknya diatur mekanisme atau sirkulasinya agar bahan pakan konsentrat teramati oleh praktikan seluruhnya tanpa ada bahan pakan yang tertinggal/tidak teridentifikasi. b. Untuk bahan pakan konsentrat sebaiknya dipisah-pisahkan antara sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber protein, dan feed aditif sehingga praktikan benar-benar paham. c. Bahan pakan yang digunakan untuk praktikum sebaiknya dalam keadaan baru atau masih layak untuk dikonsumsi ternak. Sehingga menunjukan kondisi saat di lapangan atau aplikasinya di lingkungan (masyarakat).
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Aak. 2008. Sapi Perah. Kanisius. Yogyakarta.
Anggoradi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anonim. 2009. BALITNAK Ransum Ayam Kampung . Martsiano. http://wordpress.com Diakses tanggal 17 April 2009 pukul 10.48 WIB.
Anonim. 2009. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Ayam Broiler. www.poultryIndonesia.com diakses tanggal 17 April 2009 pukul 11.18 WIB.
Anonim. 2009. Pati Aren. www.suaramerdeka.com Diakses tanggal 17 April 2009 pada pukul 12.16 W IB.
Anonim. 2009. Mendongkrak Pendapatan Petani Dengan Sentuhan Teknologi Maju. www.pustakadeptan.co.id diakses tanggal 17 April 2009 pukul 12.38 WIB.
Anonim. 2009. Budidaya dan Pasca Panen. www.litbang_deptan.co.id diakses tanggal 17 April 2009 pukul 12.52 WIB.
Anonim. 2009. Biji Kacang Aren. www.Indobiogen.or.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 10.06 WIB.
Anonim. 2009. Bunga dan Biji Turi . www.griyokulo.tv.id diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 10.15 W IB.
Anonim. 2009. Bertanam Trembesi. www.sahabatlingkunganmultyplay.com diakses taggal 20 April 2009 pada pukul 11.45 WIB.
Anonim. 2009. Agar Enceng tidak Bikin Gondok. www.katabermakna.blogspot.com diakses pada tanggal 20 April 2009 pada pukul 12.00 WIB.
Anonim. 2009. MBM Tempo Majalah. www.tempointeraktif.com diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 12.16 WIB.
Anonim. 2009. Bagaimana Memproses Tepung Ikan yang Baik. www.abswers.yahoo.com diakses tanggal 20 April 2009 pada pukul 12.37 WIB.
Anonim. 2009. Struktur Komposisi da Nutrisi Jagung. www.balitseeal.litbangdeptan.go.id diaksestanggal 20 April 2009 pada pukul 12.53 WIB.
Atjung. 2008. Tanaman yang Menghasilka Minyak, Tepung dan Gula. Yasaguna. Jakarta.
Harsono, H. S. 1995. Beternak Ayam Negeri Petelur Super yang Berhasil. Gunung Mas. Pekalongan.
Hasbullah. 2001. Teknologi Tepat Guna Industri Kecil. Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri. Sumatra Barat.
Kamal, M.1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Murtidya, A. B. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Kanisius. Yogyakarta.
Parakasi, Amirudin. 1993. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Angkasa Bandung.
Rasyaf, M. 2001. Beternaka Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Depok.
Rukmana, Rahmat. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Knisius. Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat, dan Yuniarsih, Yuyun. 2001. Kedelai, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Soeprapto dan Sutarman, Tateng. 1982. Betanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, B. 2000. Berternak Domba. Penebar Swadaya. Depok.
Sugeng dan Sudarmono. 2008. Beternak Domba Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Depok.
Suprayetno,dkk. 1981. Lamtoro gung dan Manfaatnya. Bhratara Karya Aksana. Jakarta.
Wahyu, Jojo. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Pers. Yogyakarta.
Wiliamson da Paeni. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. UGM Pers. Yogyakarta.
Windyarti, S. S. 2007. 2007. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Depok.
II.
FORMULASI RANSUM
.A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Tidak semua bahan dapat dimasukkan dalam kategori bahan pakan. Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat di makan, disukai, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat di absorbsi dan bermanfaat bagi ternak, salah satu faktor terpenting dalam kehidupan ternak adalah pakan. Dimana, apabila pakan yang diberikan pada ternak dalam jumlah yang cukupdapat digunakan untuk beraktivitas dan tumbuh berkembang. Seperti manusia ternak tidak hanya membutuhkan pakan dalam segi kuantitas yang cukup, tetapi kualitas harus juga terpenuhi. Pakan dengan kuantitas yang cukup hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok ternak saja. Jadi kemampuan atau perfoman produksi terlihat biasa saja atau bahkan kurang. Untuk mendapatkan suatu produksi yang maksimal dibutuhkan suatu kasein bahan pakan, baik itu segi kualitas maupun segi kuantitas. Segi kualitas pakan mencakup kandungan nutrien bahan pakan, tekstur bahan pakan maupun tingkat palatabilitas ternak terhadap pakan. Pada ternak jenis ruminansia dan non ruminansia mempunyai mempunyai kemampuan mencerna pakan yang berbeda. Ternak ruminansia mampu mencerna pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi, sedangkan ternak ruminansia tidak dapat, dan hanya terfokus pada pakan dengan energi dan protein tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan produksi semua jenis ternak membutuhkan suatu pakan yang mengandung nutrien yang cukup. Nutrien yang cukup tidak dapat di temukan dalam satu jenis bahan pakan. Untuk itu diperlukan suatu campuran beberapa bahan yang mempunyai nilai nutritif tertentu yang sesuai dengan tujuan dari peternak. Bahan pakan yang dicampur dalam satu kesatuan pakan dan disusun sesuai dengan tujuan peternak biasa disebut ransum. Ransum telah disusun dengan berbagai bahan pakan dan dapat pula berupa bahan non pakan. Bahan penyusun ransum dapat berasal dari biji-bijian, hijauan, ataupun batu-batuan yang ukurannya telah diperkecil. Dalam suatu ransum terdapat suatu keunggulan tertentu, baik itu dari segi energinya ataupun proteinnya. Baik itu dalam penyusunannya harus disesuaikan denan tujuannya.
Penyusunan ransum yang tepat sangat berpengaruh terhadap performan ternak. Untk itu dalam penyusunannya tidak boleh secara asal-asalan tetapi harus melalui beberapa proses tahapan dan perhitungan yang matang sebelum melakukan suatu perhitungan untuk menyusun ransum diperlukan beberapa informasi terlebih dahuli pada setiap kondisi dan situasi yaitu: 1,. Nutrien yang dibutuhkan ternak. 2. macam bahan pakan yang akan digunakan. 3. tipe ransum, dan 4. jumlah ransum yang dapat dikonsumsi. 2. Tujuan Praktikum formulasi ransum ini bertujuan untuk mensuplai nutriae ( dalam bentuk %) dan energi (dalam kalori), sehingga kebutuhan untuk ternak dapat terpenuhi. 3. Waktu dan Tempat Praktikum formulasi ransum ini dilaksanakan pada tanggal 28,30 April 2009 dan tanggal 1,5,8 Mei 2009 dan bertempat di laboraturium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Tinjauan Pustaka 1. Formulasi Ransum Dalam beberapa keadaan, peternakan akan merasa rugi bila memakai ransum yang dibuat oleh salah satu pengusaha makanan ternak. Menyusun ransum untuk keperluan sendiri dengan menggunakan bahan-bahan makanan yang mudah diperoleh disekitar peternakan atau dengan bahan makanan hasil pertanian sendiri, mungkin dapat lebih menguntungkan, sertab lebih sesuai dengan kebutuhan ternak yang sedang dipelihara (Aminudin, 1986). Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan produksi dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang digunakan. Perubahan nilai nutrisi bahan-bahan makanan dapat disebabkan terutama oleh pengolahan dan penyimpanan. Untuk memilih bahan-bahan makanan yang akan dipergunakan dalam ransum harus diketahui dahulu kandungan zatzat makanan dan bahan-bahan bahan-bahan makanan tersebut ( ). Penggunaan beberapa hijauan yang pada umumnya dibawah 4% dari total formulasi ransum menyebabkan hijauan ini tidak akan kekurangan, apalagi hijauan pada formulasi ransum unggas bukan bahan utama. Hijauajn itu dapat diganti atau dihilangkan dari formula ransum tanpa menggangu kandungan nutrisi dan harga ransum ( Rasyaf,1990). Cara menyusun ransum perlu diketahui, bila ingin mengurangi biaya pakan. Ada dua cara dalam penyusunan ransum, yaitu dengan komposisi tabel, berpedoman kandungan protein dan jumlah maksimal penggunaan yang tersaji dalam tabel, dengan cara perhitungan sederhana (Sandhy, 2007).
Salah satu metode untuk menentukan tepat tidaknya berapa bagian dari masing-masing jenisbahan yang akan diperlukan dalam ransum adalah dengan menghitung menurut sistem segi empat person. Dalam menentukan komposisi bahan-bahan pakan diutamakan memperhatikan banyaknya jenis bahan yang berasal dari tanaman, yaitu bahan pakan yang banyak mengandung karbohidrat, serat kasar dan protein ( Djanah, 1971). 2. Pencampuran Ransum Pencampuran ransum pertama-tama dimulai dari bahan yang paling sedikit porsinya. Setelah homogen dimasukkan bahan makanan yang porsinya terkecil kemudian begitu seterusnya dan terakhir dimasukkan bahan pakan yang jumlah atau porsinya terbesar. Cara bertahap itu dimaksudkan agar tiap bahan makanan tercampur homogen ditiap bagian sehingga sejumlah unsur nutrisi yang dirancang benar-benar sampai ketujuannya (Rasyaf, 1994). Sistem pemberian pakan yaitu penggabungan antara tepung halus (butiran halus) dengan butiran kasar atau bijian, hal ini dilakukan semata-mata agar kebutuhan tepung halus bisa terkurangi. Biji-bijian yang diberikan bersama tepung halus ( yaitu dari bahan yang banyak terdapat di sekitar kita misal, jagung,gabah, kedelai, bungkil kacang dan sebagainya (Marhiyanto,2000). (Marhiyanto,2000). Pada pembuatan pakan ternak ada dua bentuk pakan yang dihasilkan yaitu konsentrat dan pakan jadi. Pada dasarnya konsentrat merupakan formulasi pakan yang berbentuk setengah jadi, biasanya konsentrat mengandung serat kasar rendah dan mengandung nilai gizi sehingga dalam penggunaanya harus dicampur dengan bahan-bahan lain yang mengandung protein ternak dan BETN sedangkan pakan jadi merupakan formulasi pakan yang memenuhi persyaratan dan aliran sesuai dengan kebutuhan ternak (Rasidi, 1998). Dalam menyusun ransum dapat dilakukan dengan mencampur terlebih dahulu bahan pakan yang mempunyai jumlah atau bagian kecil misalnya mineral, premix, garam dapur, dan tepung batu. Hal ini bertujuan supaya campuran benar-benar merata, sebab kalau teknik pencampuran ini tidak tepat dikhawatirkan bagian yang kecil tidak merata pada setiap permukaan bahan yang lebih besar, seperti jagung, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil kacang dan dan tepung ikan (Muslim,1993). Untuk mendapatkan campuran ransum yang merata dan homogen, harus dilakukan pencampuran dengan teknik yang benar. Pencampuran bahan baku pakan yang beragam, ini dapat dilakukan secara mekanik dan manual. Dalam usaha ternak ayam berskala besar, dapat digunakan mesin pengaduk yang disebut feed mixer, sedangkan untuk usaha berskala kecil dan menengah. Pencampuran pakan ini cukup dilakukan secara manual, yakni dengan menggunakan skep atau drum (Sudarmono, 2003).
C. Materi dan Metode 1. Formulasi Ransum
a. Materi - Tabel komposisi nutrien bahan pakan - Kertas - Bolpoin - Kalkulator - Data atau kandungan Energi, PK, C a dan P yang diperlukan ternak) b. Metode - Menyiapkan tabel komposisi nutrien bahan pakan dan standar kebutuhan nutrien ternak. - Menyiapkan peralatan - Menghitung formulasi dengan person square method untuk menentukan protein mix. - Menghitung formulasi ransumnya, kandunagn ME, PK, Ca dan P dalam ransum yang dibuat. - Mencapai hasilnya. 2. Pembuatan Ransum a. Materi - Timbangan - Plastik ukuran 5 kg - Plastik untuk alas - Tepung Jagung - Tepung Ikan - Bekatul - Bungkil kedelai - Premix - Kertas - Bolpoin - Steples
b. Metode
Menyiapkan bahan pakan dan peralatan yang akan dipergunakan Menenpatkan plastik di atas meja sebagai alat untuk mencampur ransom Meninmbang tepung jagung 2,5 kg Menimbang bekatul 1 kg Menimbang tepung ikan 0,5 kg Menimbang bungkil kedelai 1 kg Menimbang premix 0,1 kg Meletakkan bahan pakan di atas meja dengan berlapis – lapis dengan urutan sebagai berikut: Paling bawah tepung jagung Tengah bagian bawah bekatul Tengah bungkil kedelai Tengah bagian atas tepung ikan Paling atas premix
Membagi menjadi empat bagian Masing – masing bagian diaduk sampai homogen Menyatukan kembali empat bagian menjadi satu kembali dan mengaduknya sampai homogen menghitung persentase bahan pakan dan komposisi nutrien ransum yang telah dibuat dan dituliskan dalam label Memasukan ransom yang dibuat ke dalam pelastik dan memberinya lebel
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1. Formulasi Ransum a. Hasil Pengamatan Tabel 2.1.1 Kandungan nutrient bahan pakan Bahan Pakan
ME (kkal)
PK (%)
Ca (%)
P (%)
Harga
Bekatul
2860
12
0,04
1,4
1.200
Tp Jagung
3370
8,6
0,02
0,3
2.000
Tp ikan
3080
61
5,5
2,8
6.000
Bungkil kedelai
2240
45
0,32
0,62
4.600
Premix
-
-
45
15
11.000
Sumber : Laporan sementara Susunan ransum untuk ayam broiler fase starter dengan kebutuhan pakan sebagai berikut : ME= 3200 kkal PK = 23 % Ca = 0,7 % P = 0,45 %
Perhitungan :
Basal Mix
Protein mix
Metode person square Premix = 0,2 % Bahan pakan = 99,8 %
Angka konversi =
Basal Mix 9,45
27,3 66,83
23
Protein mix 50,3 40,85 100%
PK
ME
Ca
P
Tabel 2.1.2 Formulasi dan Kandungan Nutrien Ransum Bhn Pakan
Formulasi(%)
ME (kkal)
PK(%)
Ca (%)
P(%)
Harga (Rp)
Bekatul
6,97575
199,506
0,8371
0,00279
0,0977
83,70909
Tepung Jagung
62,78182
2115,74273
5,3992
0,01256
0,1883
1255,636
Tepung Ikan
18,02545
555,184
10,996
0,9914
0,5047
1081,527
Bungkil Kedelai
12,01697
269,180121
5,7681
0,003845
0,0745
552,7806
Premix
0,2
-`
-
0,09
0,03
22,00
100
3139,618061
23,0004
1,0452
0,8652
2973,653
Sumber : hasil Perhitungan b. Pembahasan Ransum adalah Pakan atau beberapa pakan yang diberikan ke ternak dalam jumlah tertentu dan harus mampu memenuhi kebutuhan (rekruitment) dari ter nak itu sendiri sehingga didapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan dari pemeliharaan. Ransum yang baik adalah ransum yang mengandung semua zat nutrient yang jumlahnya cukup serta sesuai dengan tingkat kebutuhan ternak, dan tidak menimbulkan gangguan pada metabolism dan pencernaan atau tidak bersifat toksin. Sebelum menyusun sebuah ransum ternak, kita harus terlebih dahulu mempersiapkan beberapa hal, antara lain adalah kandungan nutrient beberapa bahan pakan yang akan dipergunakan. Dalam penentuan bahan pakan yang akan dipergunakanpun juga harus mempertimbangkan beberapa aspek antara lain ketersediaan bahan pakan dilingkungan, harga dan palatabilitas tingkat kesukaan ternak terhadap pakan tersebut). Selan itu kita harus mengetahui kebutuhan nutrient ternak yang akan dibuatkan ransumnya. Dengan demikian diharapkan ransum yang akan disusun dapat sesuai dengan standart kebutuhan nutren ternak tertentu dan tujuan pemeliharaan ternak tersebut. Dalam praktikum yang dilakukan, kami menyusun formulasi ransum untuk ayam broiler fase stater dengan kebutuhan
nutrient berupa FE sebesar 3200 kkal, PK 20%, Ca 1% dan P sebesar 0,45 % dengan bahan-bahan bekatul dan tepung jagung sebagai sumber energy, tepung ikan dan bungkil kedelai sebagai sumber protein dan premix sebagai sumber mineral. Metode yang digunakan dalam penentuan formulasi ransumadalah metode Pearson’s Square. Pearson’s Square Methodmerupakan metode yang sederhana dan yang hanya digunakan untuk
membuat campuran yang hanya terdiri dari dua bahan pakan. Kedua bahan pakan tyersebut yang yang berbeda hanya kadar satu macam nutrien. Misalnya untuk menentukan kadar PK saja atau ME saja ( Kamal, 1998). Pada praktikum didapatkan hasil perhitungan formulasi bahan pakan dan kandungan nutrient bahan pakan seperti tertulis pada table 2.1.2 di atas. Formulasi atau komposisi Ransum terdiri dari : Bekatul sebanyak 6,975758 %, tepung jagung sebanyak 62,78182 %, tepung ikan sebesar 18,02545 %, bungkil kedelai sebesar 12,01697 % dan premix sebesar 0,2 %. Sedangkan kandungan nutrient yang didapatkan dari formulasi ransum tersebut adalah ME sebesar 3139,618061 kkal. Protein kasar (PK) sebesar 23,0004 %, kalsium (Ca) sebesar 1,0452 %, Fosfor (P) sebesar 0,8652 %. Dan dengan formulasi di atas, harga per kg produksinya sebesar Rp 2973, 653. Jika dibandingkan dengan standart kebutuhan untuk ternak maka didapatkan selisih antara kandungan nutrient ransum dengan kebutuhan ternak sebagaimana tertulis dalam tabel berikut ini :
Table 2.1.3 Perbandingan Kandungan Nutrient Langsung Dengan Standar Kebutuhan Ternak Kandungan nutrien
Dalam ransum
Standar kebutuhan
selisih
ME (kkal)
313,618061
3200
-60,381939
Pk (%)
23,0004
23
0,0004
Ca (%)
1,0452
1
0,0452
P (%)
0,8652
0,45
0,4152
Sumber: Laporan Sementara Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ME (energy) dari ransum yang dibuat di bawah kebutuhan standar ternak sebesar 60,38 kkal atau sebesar 1,89 %. Walaupun kandungan energinya kurang, namun masih dapat diperguankan ternak secara maksimal. Dengan demikian pertumbuhan ternak tidak terganggu karena kekurangan energinya lebih kecil dari 2 %. Sementara kebutuhan nutien lainnya telah terpenuhi, hanya saja kandungan nutrient Ca berlebihan sampai taraf 0,0452 atau 4,52 % dari kebutuhannya dan P berlebihan sampai taraf 0,4152 atau 41,52 % dari kebutuhannya. Akan tetapi kelebihan nutrient Ca dan P tersebut sangat kecil jika dilihat dari total ransum yang dibuat sehingga
kelebihan nutrient Ca dan P juga tidak mempengaruhi pertumbuhan ternak. Pada pencernaan ternak, kelebihan kandungan nutrient pakan akan dikeluarkan lagi melalui proses atau ekskretanya. Dengan kandungan nutrient yang telah mendekati sesuai dengan standar kebutuhan ternak diharapkan pertumbuhan ternak ayam broiler fase starter yang dipelihara dengan ransum ini dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dan efisiensi pakan juga tinggi dengan sedikitnya sisa atau kelebihanya nutrient yang dibuang atau tidak dapat tercerna.
2.
Pembuatan Ransum
a. Hasil Pengamatan Table 2.2.1. komposisi ransum bahan
Jumlah (kg)
Prosentase (%)
Bekatul
2,5
49,02
Tepung jagung
1
19,61
Bungkil kedelai
1
19,61
Tepung ikan
0,5
9,80
premix
0,1
1,96
total
5,1
100
Sumber : laporan sementara Penghitungan kandungan nutrien ransum
Perhitungan Energy (ME) (kkal) per kg
Bekatul : 16,70 % x 2860 = 47762 % Tepung jagung : 50,12 % x 3370 = 168904,4 % Bungkil kedelai : 22,11 % x 2240 = 49526,4 % Tepung ikan : 11,05 % x 3080 = 34034 % TOTAL : 47762 + 168904,4 + 49526,4 + 34034 + 0 = = 3002 %
Perhitungan Protein Kasar (%) per kg
Bekatul : 16,70 x 12 : 200,4 % Tepung jagung : 50,12 x 8,6 : 431,032 % Bungkil kedelai : 22,11 x 45 : 994,95 % Tepung ikan : 11,05 x 61 : 674,05 %
TOTAL = =23 %
Perhitungan Kalsium (%) per kg
Bekatul : 16,70 x 0,04 : 0,668 % Tepung jagung : 50,12 x 0,02 : 1,0024 % Bungkil kedelai : 22,11 x 0,34 : 7,5174 % Tepung ikan : 11,05 x 5,5 : 60,775 % TOTAL = = 0,7 %
Perhitungan Fosfor (%) per kg
Bekatul : 16,70 x 0,16 : 2,672 % Tepung jagung : 50,12 x 0,1 : 5,012 % Bungkil kedelai : 22,11 x 0,29 : 6,4119 % Tepung ikan : 11,05 x 2,8 : 30,94 % TOTAL = = 0,45 %
Bekatul :
Perhitungan Harga (Rp) per kg
Tepung jagung : Bungkil kedelai : Tepung ikan : Premix : TOTAL :
Tabel 2.2.2. Komposisi Nutrien pada label Nutrien
Jumlah
ME
2562,5 kkal
PK
23 %
Ca
1,5 %
P
1,4 %
Sumber : Laporan Sementara b. Pembahasan Komposisi bahan pakan yang digunakan dalam praktikum pembuatan bahan pakan adalah tepung jagung sebesar 2,5 kg, tepung ikan sebesar 0,5 kg, bungkil kedelai 1kg dan premix sebesar 100 gram. Dan dari perhitungan kandungan nutrient ransum didapatkan hasil ME sebesar 2562,5 kkal, PK sebesar 23 %, Ca sebesar 1,5 % dan P sebesar 1,4 %. Proses pencampuran dilakukan secara manual menggunakan tangan (tanpa mesin). Teknis pencampurannya dengan beberapa tahap, pertama-tama bahan pakan ditumpuk-tumpuk mulai yang paling banyak berada di bagian bawah dengan ketebalan kurang lebih 3 cm. Kemudian bahan pakan yang lebih kecil atau yang lebih sedikit, dan seterusnya sampai bahan pakan yang paling sedikit dengan ditaburkan pada permukaan tumpukan sampai rata. Pada saat praktikum, bahan pakan yang paling bawah adalah tepung jagung kemudian bekatul, kemudian bungkil kedelai, kemudian tepung ikan dan yang terakhir adalah premix yang ditaburkan secara merata ker permukaan tumpukan yang terakhir. Tahap berikutnya yakni membagi tumpukan ransum menjadi empat bagian yang masing-masing bagian dicampur dengan membolak balikan dan mengaduk bahan pakan dengan tangan. Pengadukan
terus dilakukan hingga masing-masing bagian tercampur semuanya. Keempat bagian ransum tersebut dicampur dan disatukan kembali menjadi satu bagian yang homogen. Setelah homogen, ransum yang telah dibuat dimasukkan kedalam plastic dan di pak serta diberi label yang diberi tulisan kandungan nutrient ransum tersebut. Ransum yang dicampur pada acara praktikum ini termasuk kedalam jenis ransum yang komplit. Ransum komplit termasuk dalam tipe ransum yang dibuat untuk ternak tertentu yang kandungan nutrient didalamnya telah disesuaikan dengan standar kebutuhan ternak tersebut. Ransum tersebut dapat diberikan langsung kepada ternak tanpa ditambahi atau dicampur dengan bahan lain (Rasidi, 1998). Dari praktikum tersebut dapat dihitung biaya produksi untuk bahan pakan yang dipergunakan untuk membuat 1 kg ransum jadi tersebut adalah Rp. 2686,10. Bila, ingin mendapat keuntungan maka kita harus menjual dengan harga diatas Rp. 2700,00/kg.
E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum penyusunan ransum antara lain adalah standar kebutuhan nutrient ternak, kandungan nutrient untuk setiap bahan pakan yang digunakan, jumlah bahan pakan dilingkungan, tipe ransum dan harga bahan pakan. b. Formulasi ransum dalam praktikum ini dilakukan dengan metode person’s square. c. Komposisi ransum terdiri dari bekatul , tepung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, dan premix. d. Kandungan nutrient ransum yang dibaut adalah sebagai berikut : ME, KKal, PK, Ca, dan P. e. ME dalam ransum kurang dari standar kebutuhan ternak yaitu sebesar Kkal. Sementara yang lain telah mencukupi kebutuhan ternak (PK, Ca, dan P). f. Pada proses percampuran pakan, bahan pakan disusun bertumpuk mulai dari bahan yang paling banyak, kemudiaan yamg lebih sedikit. Bahan tadi diaduk sampai rata atau homogeny dengan menggunakan tangan. g. Komposisi bahan pakan yang digunakan sebagai penyusunan ransum adalah tepung jagung 2,5 kg, bekatul 1 kg, bungkil kedelai 1 kg , tepung ikan 0,5 kg, dan premix 100 gram. h. Komponen nutriennya yaitu ME, KKal, PK, Ca, dan P. i. Biaya yang dikeluarkan menyusun ransum adalah Rp. 2686,10/kg ransum jadi.
2. Saran a. Waktu praktikum hendaknya diperpanjang agar praktikan lebih paham terhadap materi dan praktikun yang dilaksanakan. b. Perlu diadakan pengenalan macam bahan pakan, kandungan nutrient yang ada maupun cara penyusunan ransum dengan menggunakan teknologi computer. c. Metode formulasi ransum selain person’s square method hendaknya diajarkan juga dalam praktikum. d. Bahan pakan sebelum praktikum diganti yang baru.
DAFTAR PUSTAKA Aminudin, p. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik . Universitas Indonesia
Press. Yogyakarta.
Djanah, Djamalin. 1971. Beternak Ayam. C.V. Yasaguna. Jakarta. Juju, Wahyu. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Kumal, M. 1998. Bahan Pakan dan Penyusunan Ransum. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada . Yogyakarta.
Marhiyanto. 2000. Sukses Beternak Ayam Arab. Dika Publisiner. Yogyakarta. Muslim. 1993. Budidaya Ayam Bangkok . Kanisius. Yogyakarta. Rasidi. 1998. Formulasi Ransum Lokal Untuk Unggas. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf. 1994. Makanan Ayam Broiler . Kanisius. Yogyakarta. Rasyaf. 2000. Bahan Makanan Unggas. Kanisius. Yogyakarta. Sandy. 2007. Beternak Itik Tanpa Air . Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur . Kanisius. Yogyakarta.
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest Label: Bahan Pakan, Laporan, Ransum Ternak
No comments: Post a Comment
Terima kasih sudah berkomentar,semoga bermanfaat Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)
137,333
Entri Populer
RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAK) Sistem Reproduksi Hewan Unggas Jantan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak (IKT) | Nekropsi Laporan Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum (BPFR) UJI HA CEPAT DAN HA LAMBAT, UJI HI CEPAT DAN HI LAMBAT, SERTA INOKULASI VIRUS PADA TELUR AYAM BEREMBRIO Contoh Proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL) | Fakultas Peternakan Bentuk Karangan Deskripsi, Narasi, dan Eksposisi FISIOLOGI TERNAK DAN LINGKUNGAN Pemeriksaan Semen Secara Mikroskopik MANAJEMEN PENETASAN DI SEBUAH PERUSAHAAN HATCHERY
Labels
Anatomi Ternak Artikel Bahan Pakan Domba Fisiologi Ternak Hijauan Pakan Hormon Inseminasi Buatan Kambing Kebutuhan Nutrisi Puyuh Konservasi Kuda Laporan Leguminosa Makalah Manajemen Masalah Peternakan Nutrisi Ternak
Pakan Puyuh Pakan Ternak Pemeliharaan Burung Walet Penggemukan sapi Pengolahan Pakan Penyakit Ayam Produksi Ternak Ransum Ternak Reproduksi Hewan Reproduksi Ternak Ruminansia Sapi Ternak Puyuh Usaha Ternak Simple theme. Powered by Blogger.
Kedokteran Hewan Informasi tentang hewan, penyakit hewan, kesehatan hewan, dan info menarik tentang dunia kedokteran hewan Oktober 13, 2012
Inseminasi Buatan (IB) atau Kawin Suntik
Brhubung gue lagi ada tugas makala nhe soal IB jadi gue tulis aja sekalian ya meskipun copas-copas sana sini. hehe, langsung aja...
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari te rnak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.
Tujuan Inseminasi Buatan 1. Memperbaiki mutu genetika ternak; 2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya; 3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama; 4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur; 5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) 1. 2. 3. 4. 5.
Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan; Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik; Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding); Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama; Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati; 6. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan te rlalu besar; 7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Inseminator Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan mendapat sertifikat sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan).
Pelayanan Petugas Inseminasi Buatan Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator yang telah memiliki surat izin melakukan inseminasi (SIM) dengan sistem aktif, pasif dan semi-aktif. Bila inseminator belum memiliki SIM maka tanggung jawab hasil kerjanya jatuh pada Dinas Pete rnakan Propinsi tempatnya bekerja.
Pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti pedoman sebagai berikut: 1. Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua, ketiga dan seterusnya pada kartu catatan Inseminasi Buatan (IB) masing-masing akseptor
2. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang tidak birahi kembali setelah Inseminasi Buatan (IB) pertama (kemungkinan bunting) dan tempat serta nama peternak yang sapi / ternaknya yang baru di Inseminasi Buatan (IB) kepada Petugas Pemeriksa Ke buntingan 3. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang "repeat breeder" (sapi yang telah di I nseminasi Buatan (IB) lebih dari tiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis Reproduksi.
Tugas pokok inseminator adalah: 1. Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepat waktu 2. Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya 3. Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB); 4. Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada ter nak; 5. Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan m enyampaikan kepada pimpinan SPT IB Untuk mempermudah pelaporan / permintaan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) maka harus dibuat suatu sistem pelaporan yang sederhana, cepat, mudah dan murah. Kotak laporan, bendera di depan rumah / kandang, kartu birahi dan lain-lain adalah beberapa sistem komunikasi yang telah dijalankan pada beberapa tempat di Indonesia. Setiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, oleh k arena itulah buatlah suatu perjanjian dengan para akseptor mengenai cara-cara komunikasi yang baik yang disepakati bersama. Komitmen untuk mematuhi keputusan tersebut juga diperlukan. Petugas IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi kalau betina sedang birahi saja. Kalau betina tidak sedang birahi, petugas IB sebaiknya memberitahukan ke peternak dan memintanya untuk memperhatikan gejala birahi dengan lebih baik lagi.
Anatomi dan Fisiologi Alat Kelamin Betina Pubertas (kematangan alat kelamin / dewasa kelamin) terjadi akibat aktivitas dalam ovarium (indung telur), umur pubertas pada sapi adalah antara 7 - 18 bulan, atau dengan berat badan telah mencapai kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kece patan tercapainya umur dewasa kelamin tergantung dari:
Jenis / bangsa sapi;
Gizi
Bila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka dewasa kelamin akan lebih lama dicapai, hal ini disebabkan berat badan yang kurang;
Cuaca
Di daerah tropis seperti di Indonesia, umur dewasa ke lamin lebih cepat / muda
Penyakit
Karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi bila menyerang alat kelamin, maka kemungkinan besar umur dewasa kelamin lebih lambat dicapai. Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang setiap 21 hari, dengan selang antara 1 7-24 hari. Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan: 1. Sebelum dewasa kelamin; 2. Selama kebuntingan; 3. Masa post-partum. Siklus birahi dibagi dalam 4 tahap, dan berbeda-beda pada setiap spesies hewan. Tahapan dan lamanya pada sapi dapat ditemui di bawah ini :
Estrus
Pada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 - 24 jam.
Proestrus
Waktu sebelum estrus. Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadangkadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang lain. Lamanya 3 hari.
Metaestrus
Waktu setelah estrus berakhir, folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan / pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama periode ini 3 - 5 hari.
Diestrus
Waktu setelah metaestrus, corpus luteum meningkat dan memproduksi hormon progesteron. Periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan pematangan badan kuning, yaitu 13 hari. Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai, aktivitas dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu dipenuhi dengan sel khusus dan membentuk apa yang disebut corpus luteum (badan kuning) Corpus luteum ini dibentuk selama 7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil lagi karena ada satu hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan mencegah pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif lama (sepanjang kebuntingan).
Selain membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon, yaitu:
1. Sebelum ovulasi: hormon estrogen; 2. Setelah ovulasi corpus luteum di ovarium memproduksi: hormon progesteron Hormon-hormon ini mengontrol (beri jarak) kejadian siklus birahi di dalam ovarium.
Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB) Pemeriksaan Awal Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan. Untuk memudahkan, sebagai patokan biasa dilakukan sebagai ber ikut: Pertama kali terlihat tanda-tanda
Harus diinseminasi pada
birahi Pagi
Sore
Terlambat
Hari yang sama
Hari berikutnya
Hari berikutnya (pagi dan paling lambat siang
Sesudah jam 15:00
hari)
besoknya
Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi ke birahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada. Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah : 1. 2. 3. 4.
ternak gelisah sering berteriak suka menaiki dan dinaiki sesamanya vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beure um, Bareuh, Baseuh) 5. dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna 6. nafsu makan berkurang Gejala - gejala birahi ini memang har us diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak. Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.
Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB) Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, kare na pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka. Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode t ertentu dari birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :
permulaan birahi : 44% pertengahan birahi : 82% akhir birahi : 75% 6 jam sesudah birahi : 62,5% 12 jam sesudah birahi : 32,5% 18 jam sesudah birahi : 28% 24 jam sesudah birahi : 12%
Faktor - Faktor Penyebab Rendahnya Kebuntingan Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan adalah : 1. 2. 3. 4. 5.
Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah; Inseminator kurang / tidak terampil; Petani / peternak tidak / kurang te rampil mendeteksi birahi; Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban; Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.
Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara:
Mencatat siklus birahi semua sapi be tinanya (dara dan dewasa); petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi.
Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain. Penanganan bidang reproduksi adalah suatu hal yang rumit. Ia membutuhkan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik antara petugas yang terdiri atas dokter hewan, sarjana peternakan dan tenaga menengah seperti inseminator, petugas pemeriksa kebuntingan, asisten teknis reproduksi. Koordinasi juga bukan hanya pada bidang keahlian tetapi juga pada jenjang birokrasi karena pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) masih lewat proyek yang dibiayai oleh pemerintah sehingga birokrasi masih memegang peranan yang besar disini. Koordinasi dari berbagai tingkatan birokrasi ini yang biasanya selalu disoroti dengan negatif oleh para petugas lapang dan petani. Keterbuakaan adalah kunci keberhasilan keseluruhan program ini.
Sinkronisasi Birahi Pada beberapa proyek pemerintah, seringkali inseminasi buatan dilaksanakan secara crash-program dimana pada suatu saat yang sama harus dilaksanakan Inseminasi padahal tidak semua betina birahi
pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu harus dilaksanakan apa yang disebut dengan sinkronisasi birahi. Pada dasarnya, sinkronisasi birahi adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan menggunakan hormon Progesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon sintetik dari jenis Prostaglandin F2a. Nama dagang yang paling sering ditemui di Indonesia adalah Enzaprost F. Sinkronisasi birahi ini mahal biayanya karena harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta biaya lain untuk petugas lapang. Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :
Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :
Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia); Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyer entakkan birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi.
Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama; Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari sete lah penyuntikan kedua.
Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut: 1. Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik. 2. Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue. 3. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih 4. Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw 5. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat 6. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum 7. Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'. Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.
Pemilihan Inseminasi Buatan atau Kawin Alami Keuntungan yang dapat diperoleh jika peternak menggunakan atau beralih ke inseminasi buatan (IB) adalah:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3.
a.
-
b. 1.
2.
3.
a.
-
Kualitas genetik ternak babi dapat dipertahankan atau bahkan dipertahankan secara mudah dengan biaya yang murah. Semen dari pejantan unggul dapat lebih mudah dan cepat disebarluaskan untuk menginseminasi beberapa indukan. Kualitas semen yang dihasilkan dapat lebih dikontrol. Meminimalisir penularan atau masuknya penyakit. Dapat megatasi kendala akibat perbedaan yang signifikan antara bobot tubuh ternak jantan dan betina. Mengatasi kekurangan pejantan, misalnya jika dalam suatu peternakan terjadi estrus yang bersamaan. Mengurangi adanya kemahiran musiman. Biaya operasional peternakan dapat ditekan. Mengurangi resiko peternak tergigit karena pejantan yang beringas. Keuntungan perkawinan alami dibandingkan inseminasi buatan yaitu: Estrus pada induk akan terjadi lebih cepat jika sering dipertemukan dengan pejantan. Jumlah spermatozoa yang terpakai dalam satu kali perkawinan lebih banyak. Diperlukan sedikit pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengawinkan babinya. Tahapan Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan Melatih Pejantan untuk Ditampung Semennya Perlu adanya kesabaran dan waktu yang cukup untuk melatih pejantan agar mau menunggangi betina tiruan. Perangsangan kepada pejantan yang belum pernah mengawini betina dapat dilakukan dengan cara: Menuangkan semen dari pejantan lain ke atas betina tiruan. Dikontakan terlebih dahulu dengan pejantan atau betina sebelum dimasukan ke kandang penampungan semen. Meletakan betina birahi di dekat kandang penampungan semen. Pejantan yang sedang dilatih diberikan kesempatan untuk melihat pejantan lain yang sedang menunggangi betina tiruan. Prosedur Penampungan Semen Kandang Penampungan Semen Aspek penting dari kandang penampungan semen yaitu: ruangan yang cukup terang, terdapat adanya kemungkinan bagi peternak untuk menghindar dari serangan pejantan, lantai kandang tidak licin dan mudah dibersihkan, tersedianya betina tiruan yang tingginya dapat diatur. Peralatan Penampungan Semen Peralatan yang perlu dipersiapkan dalam penampungan semen yaitu: wadah yang berinsulasi, kantong plastik tempat penampungan semen, serta kain kasa dan karet gelang untuk menyaring semen. Teknik Penampungan Semen Teknik penampungan semen dapat dilakukan dengan teknik hand method, massage, dan vagina buatan. Prosesing Semen Laboraturium pengolahan semen Laboraturium pengolahan semen seyogyanya dibagi menjadi 5 bagian untuk mengurangi adanya kontaminasi yaitu: Bagian penerimaan semen untuk menentukan volume semen dan konsentrasi spermatozoa.