ANALISIS MIKROBIOLOGI SAMPEL URIN
Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten
: Rahma Adilah : B1A015074 : II :7 : Arie Tri Pangestu Judanto
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
KEMENTERIAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2017
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang ada di dalam tubuh bahkan meracuni tubuh (Pearce, 2006).
Sistem perkemihan atau biasa juga
disebut Urinary System adalah suatu sistem kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian. Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Wibowo, 2005). Urin terdiri atas air (96%) , urea (2%), dan sisanya 2% terdiri atas asam urat, kreatinin, amonium, natrium, kalium, klorida, pospat, sulfat, dan oksalat. Urin berwarna kuning jernih karena adanya urobilin, suatu pigmen empedu yang diubah di usus, direabsorbsi, kemudian diekskresikan oleh ginjal. Berat jenis urin antara 1020 dan 1030, sedangakn pH urin sekitar 6 (rentang normal 4,5-8). Orang dewasa yang sehat mengeluarkan 1000-1500 ml urin per hari. Jumlah urin yang diasilkan dan berat jenisnya tergantung pada asupan cairan dan jumlah larutan yang diekskresi. Produksi urin berkurang saat tidur dan latihan (Setiadi, 2007). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan ditemukannya mikrorganisme di dalam urin dalam jumlah tertentu. Dalam keadaan normal, urin mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 100 bakteri/mL urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 100.000 bakteri/mL (Sondakh et al., 2016). Pada tahun 2007, di Amerika Serikat saja, ada sekitar 10,5 juta kunjungan untuk gejala ISK (merupakan 0,9% dari semua kunjungan rawat jalan) dan 2-3 juta kunjungan ke gawat darurat (Flores-Mireles et al., 2015). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah invasi bakteri pada saluran kemih yang menyebabkan respon inflamasi disertai timbulnya gejala-gejala seperti: demam (suhu tubuh > 380C), urinary
urgency, pollakisuria, perasaan panas pada daerah supra pubik, yang bukan disebabkan infeksi lain. Dalam keadaan normal, air kemih ti dak mengandung bakteri, virus ataupun mikroorganisme lain, sehingga air kemih di dalam sistem saluran kemih biasanya steril. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteriuria bermakna melalui biakan atau kultur (Endriani et al., 2009). Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan umum yang dialami oleh jutaan orang tiap tahunnya termasuk di Indonesia (Yacob et al., 2011). Enterobacteriace (termasuk Esch-richia coli) dan Enterococcus faecalis merupakan agen penyebab yang mencakup >95% dari ISK. Di laboratorium klinik Mikrobiologi Universitas Indonesia pada tahun 2002 jenis kuman yang terbanyak ialah Escherichia coli (19%) dan yang kedua ialah Klebsiella pneumoniae (13%). Hasil penelitian pada tahun 2002 sampai 2003 didapatkan kuman yang terbanyak Escherichia coli (14%), dengan kedua terbanyak Acinetobacter calcoa-ceticus (8%) (Sumolang et al., 2013), Escherichia coli adalah salah satu bakteri Gram negatif yang paling banyak dipelajari dalam mikrobiologi. Spesies ini telah dikaitkan dengan infeksi intestinal dan ekstraintestinal pada manusia dan hewan . Galur E. coli yang termasuk golongan patogen
dan
berdasarkan
Enteropathogenic
E.
Enterohemorrhagic E.
sifat
coli
virulensi
(EPEC),
dan
mekanisme
Enterotoxigenic
coli (EHEC), Enteroinvasive
E.
E.
kerjanya coli
yaitu
(ETEC),
coli (EIEC),
dan
Enteroadherent E. coli (EAEC). Bakteri penyebab ISK lain yang paling sering seperti Enterococcus spp, Klebsiella, Enterobacter spp, Proteus spp, dan Pseudomonas sp, selain
itu ditemukan Streptococcus
group B,
Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia sp yang ditularkan melalui kontak seksual (Carreno, 2002). B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui metode deteksi bacteriuria dan identifikasi mikroorganisme yang berasosiasi dengan saluran urin.
II.
MATERI DAN CARA KERJA
A. Materi
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, cawan petri, pembakar spiritus, jarum ose, pipet steril 1 ml, dan inkubator. Bahan yang digunakan yaitu sampel urin, medium Blood Agar , Phenol Red Lactose Broth dan akuades. B. Cara Kerja
Isolasi
Tiga tabung pengenceran dan tiga cawan petri berisi medium Blood Agar disiapkan. Sampel urin sebanyak 1 ml diambil sebanyak 1 ml menggunakan pipet steril kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml akuades sebagai pengenceran pertama dan pengenceran dilakukan hingga 10 -3. Plating dilakukan pada tiap pengenceran secara spread plate pada medium Blood Agar, kemudian biakkan diinkubasi 2x24 jam pada suhu 37ºC. Koloni bakteri dihitung secara TPC kemudian dicocokan dengan tabel berikut. Koloni bakteri dihitung secara TPC kemudian dicocokkan dengan tabel berikut:
Rata-rata Jumlah koloni <25
Perkiraan jumlah bakteri per ml <25000
Negatif bacteriuria
25-50
25000-100000
Suspicious
>50
>100000
Positif bacteriuria
Diagnosis
Uji Duga
Sampel urin sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Phenol Red Lactose Broth, lalu sampel urin yang telah dimasukkan ke dalam tabung reaksi diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37ºC. Hasil inkubasi diamati dengan interpretasi sebagai berikut: Kuning : E. coli dan Enterococcus Orange : Klebsiella, Staphylococcus, dan Streptococcus Merah-keunguan : Proteus dan Pseudomonas
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Koloni Bakteri secara TPC
Pengenceran
Rata-Rata Jumlah Koloni
Perkiraan Jumlah
Diagnosis
Bakteri/mL
10-1
189
189 x 10 2
Negative
10-2
143
143 x 10 3
Positive
10-3
204
204 x 10 4
Positive
Gambar 3.1 Hasil Isolasi Sampel Urin Pengenceran 10 -1
Hasil perhitungan koloni bakteri dari isolasi sampel urin pada pengenceran 10-1 yang dapat terhitung pada medium Blood Agar yang pertama adalah sebanyak 196 koloni sedangkan pada medium Blood Agar yang kedua sebanyak 182 koloni dengan rata-rata koloni bakteri dari kedua medium Blood agar adalah sebanyak 189 koloni. Setelah dilakukan perhitungan koloni secara TPC, didapatkan hasil jumlah bakteri sebanyak 189 x 10 2 yang menunjukkan bahwa sampel urin didiagnosis negative bacteriuria. ISK dinyatakan apabila ditemukan bakteri di dalam urin, mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah jenis aerob. Pada saluran kemih yang normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau mikroba yang lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli – buli biasanya steril. Walaupun demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih (Kumala et al., 2009).
Gambar 3.2 Hasil Isolasi Sampel Urin Pengenceran 10 -2
Hasil perhitungan koloni bakteri dari isolasi sampel urin pada pengenceran 10-2 yang dapat terhitung pada medium Blood Agar yang pertama adalah sebanyak 158 koloni sedangkan pada medium Blood Agar yang kedua sebanyak 128 koloni dengan rata-rata koloni bakteri dari kedua medium blood agar adalah sebanyak 143 koloni. Setelah dilakukan perhitungan koloni secara TPC, didapatkan hasil jumlah bakteri sebanyak 143 x 10 3 yang menunjukkan bahwa sampel urin didiagnosis positive bacteriuria. Mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih melalui penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending), hematogen, limfogen dan eksogen sebagai akibat pemakaian kateter (Inayati & Falah, 2014).
Gambar 3.3 Hasil Isolasi Sampel Urin Pengenceran 10 -3
Hasil perhitungan koloni bakteri dari isolasi sampel urin pada pengenceran 10-3 yang dapat terhitung pada medium Blood Agar yang pertama adalah sebanyak
128 koloni sedangkan pada medium Blood Agar yang kedua sebanyak 280 koloni dengan rata-rata koloni bakteri dari kedua medium Blood Agar adalah sebanyak 204 koloni. Setelah dilakukan perhitungan koloni secara TPC, didapatkan hasil jumlah bakteri sebanyak 204 x 10 4 yang menunjukkan bahwa sampel urin didiagnosis positive bacteriuria. Mikroorganisme yang paling sering menyebabkan ISK adalah mikroorganisme gram negatif seperti Eschericia coli, Proteus mirabilis, Klebsiela, Citrobacter, Enterobacter dan Pseudomonas. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah bakteri Eschericia coli. Mikroorganisme gram positif seperti Enterococcus faecalis, Staphylococcus saprophyticus dan group B Streptococci dapat juga menyebabkan ISK. Chlamydia dan Mycoplasma juga diketahui dapat menyebabkan ISK yang sering ditularkan secara seksual (Prabowo & Habib, 2012).
Gambar 3.4 Hasil Uji Duga
Interpretasi hasil dari uji duga adalah warna kuning menunjukkan sampel terinfeksi bakteri E. coli dan Enterococcus, warna orange menunjukkan sampel terinfeksi bakteri Klebsiella, Staphylococcus, dan Streptococcus, sementara warna merah keungunan menunjukkan sampel terinfeksi bakteri Proteus dan Pseudomonas. Hasil yang diperoleh dari kelompok 7 rombongan II menunjukkan hasil yang negatif karena tidak ada perubahan warna pada sampel, berarti sampel tidak terkontaminasi oleh bakteri. Pada umumnya penyebab utama ISK adalah Escherecia coli. Bakteri ini ditemukan secara luas pada penderita ISK , jumlahnya mencapai 50- 90 % (Pranoto et al., 2012).
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan acara analisis mikrobiologi sampel urin, dapat disimpulkan bahwa dalam mendeteksi keberadaan bacteriuria di dalam sampel urin secara mikrobiologi dapat dilakukan melalui 2 uji yaitu isolasi dan uji duga. Hasil isolasi sampel urin yang didapatkan dari ketiga pengenceran (10 1
, 10
-2
, 10
-3
) menunjukkan hasil yang negatif dan positif terinfeksi bacteriuria.
Perbedaan yang cukup jauh dari hasil ketiga pengenceran dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya keaseptisan. Sementara hasil yang didapatkan dari uji duga menunjukkan hasil yang negatif yang berarti sampel urin tidak terinfeksi oleh bakteri. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas media yang kurang baik sehingga tidak ada perubahan yang terjadi. B. Saran
Saran untuk praktikum acara analisis mikrobiologi sampel urin adalah diharapkan praktikan dapat bekerja secara lebih aseptis agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan dan tidak terjadi kontaminasi oleh bakteri lainnya.
DAFTAR REFERENSI
Carreno, C. A., Funai E. F. 2002. Urinary Tract Infection in Pregnancy. Journal Up to Date, 10(2): pp. 1-2. Endriani, R., Andrini, F & Alfina, D. 2009. Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Pekanbaru. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2): pp. 139-143. Flores-Mireles, A. L., Walker, J. N., Caparon, M & Hultgren, S. J. 2015. Urinary Tract Infections: Epidemiology, Mechanisms of Infection and Treatment Option. Nature Reviews Microbiology, 13(2): pp. 1-16. Inayati & Falah, K. 2014. Uji Diagnostik Urinalisis Lekosit Esterase terhadap Kultur Urin pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan Kateterisasi Uretra. Jurnal Kedokteran Syifa Medika,4(2), pp. 100-108 Kumala, S., Raisa, N., Rahayu, L & Kiranasari, A. 2009. Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) terhadap Beberapa Antibiotika pada Periode Maret-Juni 2008. Majalah Ilmu Kefarmasian, 6(2): pp. 45-55. Pearce, E. C. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Prabowo, F. I & Habib, I. 2012. Identifikasi Pola Kepekaan dan Jenis Bakteri pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Mutiara Medika, 12(2): pp. 93-101. Pranoto, E., Kusumawati, A & Hapsari, I. 2012. Infeksi Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Periode Agustus 2009-Juli 2010. Jurnal Pharmacy, 9(2), pp. 9-18. Setiadi. 2007. Anatomi & Fisiologi manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sondakh, F. A., Fatimawali & Wewengkang, D. S. 2016. Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dan Diidentifikasi dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Terhadap Antibiotik Amoksisilin, Gentamisin dan Seftriakson. Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(4): pp. 123-129. Sumolang, S. A. C., Porotu’o, J & Soeliongan, S. Pola Bakteri pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di Blu RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Journal e Biomedik (EBM), 1(1): pp. 597-601. Wibowo, D. S. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia Widiasaran Indonesia. Yacob, T., Endriani, R., Hamidy, M. Y & Budiman, M. A. 2011. Resistensi Antibakteri pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan Kateterisasi Urin di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Ilmu Kesehatan, 5(2): pp. 94-100.