1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. P DENGAN SEPSIS NEONATORUM DI RUANG HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI
Disusun Oleh : 1. Malik Alfatah Puruhito
P27220009 096
2. Nia Kumalasari
P27220009 098
3. Nika Widasari
P27220009 099
4. Ninik Prehatin Yunianti
P27220009 100
5. Novik Dwiki Kusumastuti
P27220009 101
DIV KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2013
2
KONSEP DASAR SEPSIS NEONATUS
A. Peng Penger erti tian an
The International International Sepsis Definition Definition Conferences Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom sindrom klinis dengan dengan adanya Systemic Systemic Inflammatory Inflammatory Response Response Syndrome (SIRS) (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian. Sepsis ditandai dengan adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah atau jaringan. Sepsis Sepsis neonat neonatal al merup merupaka akann sindro sindroma ma klinis klinis dari dari penya penyakit kit sistem sistemik ik akiba akibatt infeksi selama satu bulan pertama kehidupan yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir lahir (DEPKE (DEPKES, S, 200 2007; 7; Surasm Surasmi, i, 2003) 2003).. Sepsis Sepsis neona neonator torum um terjad terjadii dalam dalam 28 hari hari pertama kelahiran dan dapat meninggal dalam waktu 24 sampai 48 hari (Mochtar, 2005) Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehungga seringkali tidak terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam. Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). B. Insiden
Sampai Sampai saat saat ini infeks infeksii pada pada neonat neonatus us masih masih merup merupaka akann penye penyebab bab utama utama mortalitas mortalitas dan morbiditas morbiditas pada bayi bayi baru lahir. Angka kejadia kejadian n sepsis neonatal neonatal di negara maju maju (1 – 5 / 1000 kelahiran), kelahiran), sedangkan sedangkan di negara berkembang berkembang masih masih cukup tinggi (1,8 – 18/1000 kelahiran hidup) dimana merupakan penyebab kematian neonatal utama (42%). Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002 bahwa angka kelahiran bayi di Indonesia diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa per
3 tahun, dengan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) sebesar 48/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2007). C. Klasifikasi
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum dibagi menjadi dua: 1. Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri: − Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari − Penyebab → organisme dari saluran genital ibu. − Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik,
Haemophilus influezae dan enterococcus. − Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni) − Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).
2. Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri: − Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari. − Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan. − 0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria. − Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi
meningitis). − Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).
D. Penyebab
Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus, jamur dan protozoa (jarang ). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan awal adalah Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran kelamin ibu. Sepsis awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes simplek (HSV), enterovirus dan E.coli. Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut. Jika dikelompokan maka didapat: 1. Bakteri gram positif
4 − Streptokokus grup B → penyebab paling sering. − Stafilokokus koagulase negatif → merupakan penyebab utama bakterimia
nosokomial. − Streptokokus bukan grup B.
2. Bakteri gram negatif − Escherichia coli Kl penyebab nomor 2 terbanyak. − H. influenzae. − Listeria monositogenes. − Pseudomonas − Klebsiella. − Enterobakter. − Salmonella. − Bakteria anaerob. − Gardenerella vaginalis.
Walaupun jarang terjadi,terhisapnya cairan amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan pneumonia dan sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan dalam ruang perawatan atau di masyarakat merupakan mekanisme infeksi setelah lahir. E. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu: 1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma. 2. Pada masa intranatal atau saat persalinan Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain yaitu pada
5 saat persalinan, kemudian menyebabkan infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya: herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea). 3. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran, terjadi akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alatalat penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus. (Surasmi, 2003) 4. Faktor predisposisi Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor predisposisi itu adalah: Penyakit yang di derita ibu selama kehamilan, perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu menderita eklamsia, diabetes mellitus; Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan; Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus; Tidak menerapkan rawat gabung. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak. Ketuban pecah dini, amnion kental dan berbau; Pemberian minum melalui botol, dan pemberian minum buatan. F. Tanda dan Gejala
Penelitian WHO yang dipublikasikan tahun 2003, mengidentifikasikan sembilan gambaran klinis yang bisa memprediksi infeksi bakteri berat pada neonatus, yaitu: 1. Malas minum 2. Letargi atau malas bergerak 3. Suhu tubuh > 38 oC 4. CRT memanjang (> 3 detik) 5. Tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam 6. Frekuensi nafas > 60 kali /menit 7. Merintih
6 8. Sianosis 9. Kejang Tabel. Gejala Klinik Spesifik No. 1.
Keadaan Umum
Malas
Gejala dan Tanda minum, tidak
bugar,
hipotermi/hipertermi, Sklerema, edema 2.
Sistem Susunan Saraf
Pusat Hipotoni, iritabel, kejang, letargi, tremor, ubun-ubun,cembung, high pitch cry
3.
Sistem Saluran Nafas
Pernafasan tidak teratur, apnea, takipnea, (>60x/mnt), sesak nafas, sianosis
4.
Sistem Kardiovaskular
Takikardi (>160x/mnt), akral dingin, syok
5.
Sistem Saluran Pencernaan Mencret, muntah, perut kembung
6.
Sistem Hematologi
Kuning,
pucat,
splenomegali,
ptekie,
purpura, pendarahan G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Hematologi a) Pemeriksaan jumlah lekosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai perubahan akibat infeksi, adanya lekositosis atau lekopeni, netropeni, peningkatan ratsio netrofil imatur/total/(I/T) lebih 0,2 b) Peningkatan protein fase akut, peningkatan Ig M c) Ditemukan pada pemeriksaan kultur, pengecatan gram dalam darah, urin dan cairan serebrospinal serta dilakukan uji kepekaan kuman d) Analisa gas darah ditemukan hipoksia, asidosis metabolik, asidosis laktat e) Pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan peningkatan jumlah lekosit terutama PMN, jumlah lekosit 20/ml (umur < 7 hari) dan 10/ml (umur > 7 hari) meningkatkan kadar protein, penurunan ini sesuai dengan meningitis yang sering terjadi pada sepsis f) Gangguan metabolik hipoglikemia atau hiperglikemia, asidosis metabolik g) Peningkatan kadar bilirubin 2. Pemeriksaan Radiologi a) Pneumoni konginetal berupa konsolidai bilateral atau efusi pleura
7 b) Pneumonia karena infeksi intra partum, berupa infiltrasi dan desrtuksi jaringan bronkopulmoner, atelektasis segmental, atau lobaris, gambaran retikulogranuler difus (seperti penyakit membran hialin) dan efusi pleura. c) Pneumonia dan infeksi postnatal, gambaran sesuai dengan pola kuman setempat. 3. Jika ditemukan gejala neurologis, bisa dilakukan CT Scan kepala, dapat ditemuakan obstruksi aliran cairan serebrospinal, infark atau abses. Pada ultrasonografi dapat ditemukan ventrikulitis. 4. Beberapa pemeriksaan lain dapat dilakukan sesuai dengan penyakit penyerta H. Pengobatan
Prinsip pengobatan sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi. 1. Pemberian antibiotik Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral. Pilihan obat yang diberikan ialah ampisilin dan gentamisin atau ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. Dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum : Ampisislin 200 g/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian; Eritromisin500 mg/kg BB/hari, 2. Respirasi Menjaga patensi jalan nafas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia. Pada kasus tertentu mungkin dibutuhkan ventilator mekanik 3. Kardiovaskuler Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan serta pemantauan tekanan darah (bila tersedia fasilitas) dan perfusi jaringan untuk mendeteksi dini adanya syok. Pada gangguan perfusi bida diberikan volume eksvander (NaCl Fisiologis,
8 darah, dan albumin, tergantung kebutuhan) sebanyak 10 ml/kgBB dalam waktu setengah jam, bisa diulang 1-2 kali. Jangan lupa untuk melakukan monitor keseimbangan cairan. Pada beberapa keadaan mungkin diperlukan obat-obatan inotropik seperti dopamin atau dobutamin 4. Hematologi Transfusi komponen darah jika diperlukan, atasi kelainan yang mendasari. I. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain: 1. Meningitis 2. Neonatus dengan meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan atau leukomalasia periventrikular 3. Pada sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi acut respiratory distress syndrome (ARDS). 4. Komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal. 5. Komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental 6. Kematian J. Pencegahan dan Pengendalian
1. Mencegah dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan infeksi berat atau infeksi intra uterin 2. Mencegah dan pengobatan dengan ibu dengan ketuban pecah dini’ 3. Perawatan antenatal yang baik 4. Mencegah aborsi yang berulang , cacat bawaan. 5. Mencegah persalinan prematur 6. Melakukan pertologan persalinan yang bersih dan aman 7. Melakukan resusitasi yang benar dan aman 8. Melakukan tindakan pencegahan indeksi dengan mencuci tangan 9. Melakukan identifikasi awal terhadap faktor resiko sepsis pengelolaan yang efektif
9 K. Algoritma Transmisi Bakteri
Terlampir
DAFTAR PUSTAKA
Arif, mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : EGC. Behrman. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: EGC. Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatn Maternitas . Jakarta: EGC. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Syah Iwan. 2012. Sepsis Neonatorum. http://www.sehatsakit.com/2012/07/laporan pendahuluan-sepsis-neonatorum.html. Diakses tanggal 27 Maret 2013.
10 ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. P DENGAN SEPSIS DI RUANG HCU NEONATUS RSUD DR. MOEWARDI
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Maret 2013 pukul 09.00 WIB di ruang HCU Neonatus Rumah Sakit Dr. Moewardi. Data diperoleh dari observasi langsung pada pasien, keluarga, status pasien dan tim medis lain. 1. Kesadaran Kesadaran
: composmentis
GCS
: E4M6V5
Keadaan Umum
: lemah
2. Identitas a. Identitas Pasien Nama
: By. Ny. P
Tanggal Lahir
: 9 Maret 2013
Jenis Kelamin
: ♀ (perempuan)
Alamat
: Jelobo, Wonosari, Klaten
No. RM
: 01183101
Tangal Masuk RS
: 9 Maret 2013
Dx. Medis
: Sepsis
b. Identitas Penanggung Jawab Nama
: Tn. H
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: ♂ (Laki-laki)
Hub. dg Pasien
: Ayah Kandung
Alamat
: Jelobo, Wonosari, Klaten
3. Primery Survey a. Airway
: Ada sumbatan jalan nafas berupa sputum.
b. Breathing
: Nafas spontan dengan support O 2 5 liter/menit head box.
Suara nafas ronchi, pengembangan dada kanan kiri simetris, RR 45x/menit. c. Circulation 0
: HR : 165 x/ menit, RR : 45 x/ menit, SPO 2 : 96 %, S : 36,2
C. Akral hangat, konjungtiva anemis, capillary refill 2 detik.
11 d. Disability
: Keadaan umum lemah, kesadaran Composmentis, GCS E -
M6V5.
4
e. Exposure
: Tidak ada luka, terpasang infus D ¼ S 246cc + D40% 40cc
+ kcl 4 meq + ca glukonas 10cc dengan kecepatan 10 cc/jam di ekstremitas kanan bawah. 4. Secondary Survey a. AMPLE 1) Alergi
: pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat
atau makanan tertentu. 2) Medikasi
: pasien langsung dibawa ke pusat pelayanan
kesehatan saat sakit 3) Post illness
: pasien lahir di RSUD Dr. Moewardi dengan operasi
SC 4) Last meal
: pasien diberikan nutrisi ASI dari ibu melalui ogt
5) Environment
: pasien merupakan bayi baru lahir dengan berat
badan rendah, kelahiran dengan SC atas indikasi eklampsia. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama
: sepsis
2) Riwayat Penyakit Sekarang
: Pagi hari sebelum masuk RS, Ibu
mengeluh pusing, pandangan kabur, lemah. Oleh suami, ibu dibawa ke Bidan swasta di Delanggu. Karena Tekanan darah ibu 180/100mmHg, kemudian dirujuk ke RS di Klaten. RS tersebut menyarankan untuk dilakukan SC, tetapi karena keterbatasan alat kemudian ibu dirujuk ke RS dr.Muwardi. Jam 17.40 WIB di OK IGD RS muwardi, dilakukan SC dengan BB bayi 2100gr, LK 31cm, PB 41cm, LD 28cm, LILA 10cm. Anus ada. APGAR score 8-6-8. Advis oleh residen anak, pasien dirawat di HCU neonatus. 3) Riwayat Penyakit Dahulu
: Pasien belum pernah mondok di RS.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
: By Ny P merupakan anak pertama.
Sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang sama dengan pasien. 5) Pengkajian Prenatal
: Ibu pasien mengatakan saat hamil selalu
memeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan. Ibu pasien makan
12 makanan yang bergizi selama hamil, ibu pasien tidak merokok maupun mengkonsumsi alcohol selama hamil. Ibu hanya mengkonsumsi obat dan vitamin dari pelayanan kesehatan. 6) Pengkajian Intranatal
: pasien lahir di OK IGD RSUD Dr.
Moewardi dengan operasi SC atas indikasi eklampsia. 7) Pengkajian Postnatal
: Ibu pasien mengatakan bahwa ini merupakan
kelahiran pertama bayinya. Pasien merupakan anak pertama. By Ny P lahir pada usia kehamilan 32 minggu. Bayi lahir dengan operasi SC pada tanggal 09 Maret 2013 jam 17.40. BB bayi 2100gr, LK 31cm, PB 41cm, LD 28cm, LILA 10cm. Anus ada. APGAR score 8-6-8 c. Pengkajian Persistem 1) Sistem Kardiovaskuler HR : 165 x / menit I : Ictus cordis terlihat P : Ictus cordis teraba P : bunyi pekak A : Bunyi jantung S1 & S2 regular 2) Sistem Gastrointestinal Pasien terpasang OGT. Anus paten, BAB 20cc, konsistensi lunak warna kuning. I : Simetris, tidak ada lesi, A : Peristaltik usus 7 x / menit P : Suara tympani P : Tidak ada benjolan massa 3) Sistem integument Turgor kulit jelek. Capilary refill 2 detik. Tidak ada oedema. 4) Sistem musculoskeletal Tulang rawan telinga halus, tulang kepala dan ubun ubun masih lunak, tidak ada pembengkakan pada persendian, tidak ada kelainan tulang belakang, pasien dapat menggerakkan tangan dan kaki dengan lemah. 5) Sistem neurosensori Reflek moro : Terjadi ketika pasien disentuh
13 Reflek menggenggam : Tangan pasien menggenggam jari perawat dengan lemah. Reflek rooting : Pasien dapat menoleh aktif, pasien merespon ketika dot didekatkan ke mulutnya saat akan diberikan minum. Reflek menghisap : Reflek menghisap sangat lemah, sehingga dipasang OGT. 6) Sistem urinary Pasien memakai pampers, BAK ± 60 ml 6 jam terakhir, warna urine kuning. 7) Sistem penginderaan Konjungtiva anemis, pupil isokor, telinga luar tampak bersih, tidak ada luka, hidung simetris, lubang hidung tidak terdapat perdarahan maupun pembesaran polip. 8) Sistem pernafasan I:
Pengembangan dada simetris, terpasang O 2 5 liter/menit head box.
RR 45x/mnt P : Tidak ada nyeri tekan P : Sonor A : Bunyi nafas ronchi, irama regular, ada penggunaan otot bantu nafas. d. Data tambahan 1) Pola aktifitas : Pasien sering menangis lemah. 2) Pemeriksaan tingkat perkembangan: Bahasa : Pasien menangis lemah jika merasa haus. Motorik halus : Pasien menggerakkan tangan dan kaki dengan lemah, kadang berusaha menggenggam sesuatu yang ada di dekatnya. Motorik kasar : Gerakan pasien lemah. 3) Pengkajian laktasi : Ibu selalu mengirimkan ASInya ke ruang perawatan, kemudian ASI diberikan kepada pasien lewat OGT.
14
5. Pemeriksaan Penunjang a. Hasil Laboratrium tanggal 23 Maret 2013 Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Normal
HEMATOLOGI Rutin
Hemoglobin
11,8 ↓
g/dl
13,4 – 19,8
Hematokrit
38 ↓
%
41 – 65
Leukosit
20,2 ↑
Ribu/ul
5.0 – 19.5
Trombosit
36 ↓
Ribu/ul
150 – 450
Eritrosit
3,56 ↓
Juta/ul
3.90 – 5.90
MCV
105.7↑
/um
80.0 -96.0
MCH
33.1↑
pg
28.0 – 33.0
MCHC
31.3↓
g/dl
33.0 – 36.0
RDW
19.8↑
%
11.6 – 14.6
HDW
3.2
g/dl
2.2 – 3.2
MPV
10.2
fl
7.2 – 11.1
PDW
71↑
%
25 - 65
Eosinofil
0.60↓
%
1.00-2.00
Basofil
0.40
%
0.00-1.00
Netrofil
49.30
%
18.00-74.00
Limfosit
32.50↓
%
60.00-66.00
Monosit
5.00
%
0.00-6.00
LUC/AMC
12.30
%
-
GDS
111↑
mg/dl
50 – 80
Albumin
3,6 ↓
g/dl
3.8 – 5.4
Natrium
134
mmol/L
129 – 147
Kalium
5.0
mmol/L
3.6 – 6.1
Klorida
100
mmol/L
96 – 106
Kalsium ion
1.15↓
mmol/L
1.17 – 1.29
Index Eritrosit
Hitung Jenis
Kimia Klinik
Elektrolit
15
b. Hasil Kultur tanggal 13 Maret 2013
Identification
Analysis time :
information
Selected organism
3.25 hours
99% probability
Serratia marcescens
Bionumber :
6125711551556220
Statis : final
Organism quantity ID analysis messages Suceptibility
Analysis : 7.50 hours
Information Antimicrobial
ESBL Ampicillin Ampicillin/Sulbactam Piperacilin/Tazobactam Cefazolin Ceftemazole Ceftazidime Ceftriaxone Cefepime
MIC
interpr
Antimicrobial
etation
>=32 >=32 <=4 >=64 4 16 >=64 16
R R S R S I R I
Status : final
Aztreonam Ertapenem Meropenem Amikacin Gentamicin Ciprofloxacin Levofloxacin Tigecycline Trimethoprim/
MIC
ion
>=64 <=0.5 <=0.25 <=2 >=16 <=0.25 <=0.12 1 <=20
Sulfamethjoxazole *= deduced drug, *= AES modified, **= user modified c. Hasil Pemeriksaan Radiologi tanggal 20 Maret 2013 RD 0017 – Thorax PA + Lat. Anak
Klinis : tersangka PJB asianotik Cor : membesar Pulmo : tampak patchy. Infiltrat di paracardial kanan Sinus costophrenicus kanan kiri anterior posterior tajam Retrosternal dan retrocardiac space dbn Diaphragma kanan-kiri normal Trakhea ditengah Sistema tulang baik Kesan : Cardiomegali, bronkopneumonia
interpretat
R S S S R S S S S
16
6. Terapi a. Infus D¼ S 246cc + D40% 40cc + kcl 4 meq + ca glukonas 10cc dengan kecepatan 10 cc/jam b. Injeksi intravena − Meropenem 40mg/8 jam − Amikacin 15mg/24jam
c. Tranfusi TC (Trombocyt Concentrate) 35cc selama 1x tanggal 25 Maret 2013 d. Diit ASI / ASB 8 × 20 – 30 cc (dinaikkan secara bertahap) e. O2 nasal kanul dengan head box 5 liter/menit B. Analisa data
No. 1. DS : -
Data Fokus
DO : Keadaan umum lemah
Problem Etiologi Bersihan jalan Penumpukan nafas tidak efektif
secret
Ada sputum pada jalan nafas. Suara nafas ronchii RR : 45 x / menit HR : 165 x/ menit SPO2 : 96 % 2.
DS : -
Ketidakseimbangan Intake
DO : Keadaan umum lemah
nutrisi : kurang dari tidak adekuat
Respon menghisap lemah
nutrisi
kebutuhan
Pasien minum dengan OGT Turgor kulit jelek Konjungtiva anemis Hb : 11,8 g/dl 3.
DS : DO :
Infeksi
Pertahanan sekunder tidak
17 adekuat
Pasien terpasang infus D¼ S 246cc + D40% 40cc + kcl 4 meq + ca glukonas 10cc dengan kecepatan 10 cc/jam di kaki kanan. HR
: 165 x/ menit
RR
: 45 x/ menit
SPO2 : 96 % S
: 36.2 0 C
Hb : 11, 8 g/dl Hematokrit : 38% Leukosit : 20.2 ribu/ul Trombosit : 36 ribu/ul Eritrosit : 3.56 juta/ul C. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret 2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat 3. Infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
D. Rencana keperawatan
No. 1.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan a. Menjaga kepatenan nafas tidak efektif keperawatan selama 3 × 24 b.d secret
jalan nafas
penumpukan jam diharapkan pola nafas b. Memberikan bayi efektif, dengan kriteria
support
O2 sesuai indikasi
18 hasil :
c. Melakukan suction
- suara nafas vesikuler
d. Memonitor suara nafas
- RR 20-30x/mnt
e. Memonitor vital sign
- SpO2 95-100%
f. Mengamati penggunaan
- tidak terdapat sputum
otot bantu pernafasan
- tidak ada penggunaan 2.
otot bantu nafas Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan nutrisi : kurang dari keperawatan selama 3 × 24 kebutuhan adekuat
bayi
terpenuhi,
c. Menkaji turgor kulit
- BB normal sesuai usia
d. Mengobservasi
- Konjungtiva
konjungtiva tidak e. Mengobservasi Balance
anemis
cairan
- Balance
cairan
seimbang b.d Setelah dilakukan tindakan
Infeksi pertahanan
hari
dengan kriteria hasil : - Turgor kulit baik
sekunder
20-30cc per 2jam
b.d jam diharapkan kebutuhan b. Menimbang BB setiap
intake nutrisi tidak nutrisi
3.
a. Memberikan ASI/ASB
a. Memantau suhu tubuh
keperawatan selama 3 × 24 b. Kolaborasi melakukan tidak jam
adekuat
diharapkan
infeksi
kondisi
pemeriksaan
mengalami
laboratorium
perbaikan, dengan kriteria hasil : - Leukosit 5.0 – 19.5 ribu/ul - Suhu tubuh 36.5-37.5oC
secara
rutin c. Menjaga
prinsip
aseptic
antiseptic
setiap
melakukan
tindakan pasien.
E. Catatan Perkembangan
Tanggal
No. Dx
Implementasi
Evaluasi Respon
kepada
19 Jam 25/03/2013
2
08.00 3
-
Memandikan pasien
DS : -
-
Mengganti popok
DO : pasien dimandikan oleh
-
Mengganti
linen yang perawat, popok diganti dengan
kotor -
yang baru.
Memberikan lingkungan Posisi tidur pasien supine, yang nyaman
-
Melakukan
posisi kepala miring kananperawatan kiri berkala. Air temperatur : 31.6 oC
inkubator
Set temperatur : 31.5 oC 09.00
2
-
Memberikan minum ASI DS : via OGT
3
-
DO : ASI via OGT masuk
Memberikan Amikacin
injeksi 25cc. 15mg/24jam Injeksi masuk via i.v
i.v, Meronem 40mg/8jam 10.00
i.v 1
-
DS : -
Mengobservasi
k/u DO : pasien lemah, tangis
pasien
lemah.
Memonitor vital sign
Vital sign → RR : 64 x/menit N : 166 x/menit Suhu : 37,2 ° C
11.00
1
-
Memberikan terapi O2 DS : sesuai kebutuhan
3
-
Memonitor
DO : Pasien terpasang O 2
perubahan nasal
kanul
(head
box)
warna kulit, suhu dan 5lpm/menit. kelembaban.
Warna kulit kuning Cramer III, kulit hangat, kelembaban cukup.
12.00
2
-
Memberikan minum ASI DS : via OGT
-
Menjaga
DO : ASI via OGT masuk keamanan 30cc.
pasien
Pasien
dalam
inkubator
dengan pintu selalu tertutup. 14.00
3
-
Mengganti popok
DS : -
20 -
Menghitung
haluaran DO : popok diganti dengan
urin dan feses
yang baru. Feses ± 40cc, urine ± 60cc.
15.00
3 1
-
Memonitor tanda- tanda DS : vital
DO : k/u pasien lemah, tangis
-
Memonitor k/u pasien
lemah, nafas tersengal-sengal.
-
Memberikan lingkungan Vital sign → RR : 62 x/menit yang nyaman
-
Menjaga
N : 164 x/menit keamanan
Suhu : 36,8 ° C
pasien
SPO2 : 99 % Pasien dilakukan perawatan dalam inkubator.
16.00
1
1
-
Memberikan terapi O2 DS : sesuai kebutuhan
DO : Pasien terpasang O 2 nasal
-
Melakukan nebulizer
kanul (head box) 5lpm/menit.
-
Memberikan
injeksi Nebulizer Nacl 3cc
Meronem 40mg/8jam
Injeksi masuk via i.v DS : -
18.00
2
-
Memberikan
ASI
via DO : ASI masuk via OGT
OGT -
25cc.
Memberikan lingkungan Pasien tidur posisi supine, yang nyaman
pasien dibedong. DS : -
24.00
1
-
Memonitor k/u pasien
2
-
Memberikan
3 26/03/2013
DO : pasien lemah, tangis
injeksi lemah.
Meronem 40mg/8jam
Injeksi masuk via i.v
-
Memandikan pasien
DS : -
-
Mengganti popok
DO : pasien dimandikan oleh
-
Mengganti
-
linen yang perawat, linen yang kotor
kotor
diganti, popok diganti dengan
Menimbang BB pasien
yang baru. BB : 2200 gram
27/03/2013
21
F. Evaluasi
Tanggal/Jam 27 Maret 2013
No.Dx 1 S :-
Evaluasi
O : Tidak ada sputum. RR 40x/mnt. Suara nafas vesikuler. Nebulizer dihentikan. A : Masalah Teratasi Sebagian 2
P : Lanjutkan intervensi S :O : ASI masuk lewat OGT 25cc/3jam. Turgor kulit baik. BB 2300gr. Trombosit 237mg/dl (post TC) A : Masalah teratasi sebagian
3
P : Lanjutkan intervensi S :O : Suhu 36.8 oC. Leukosit 17.4ribu/ul A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
22 AKTIFITAS 2
Interpretasi pada alat monitoring pasien : 1. Incubator Suhu incubator selama 24 jam 31,5ºC, untuk menjaga kehangatan tubuh pasien, untuk mencegah hipotermi. Selain untuk penghangat, incubator juga berfungsi melindungi bayi dari infeksi. Incubator merupakan alat yang dilengkapi dengan pengaturan suhu dan kelembaban udara agar bayi selalu hangat. Bila bayi lahir dengan berat badan dibawah 2000 gram maka suhu incubator harus berkisar sekitar 32ºC. bila bayi lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram maka suhu incubator berkisar sekitar 30ºC. suhu incubator akan diturunkan secara bertahap setiap 10 -14 hari sebanyak 1ºC. AKTIFITAS 3
Kegiatan dalam melaksanakan tata cara pengendalian infeksi nosokomial : 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 2. Memakai masker 3. Memakai sarung tangan 4. Mengganti linen pasien 5. Mengganti IV line, OGT, kateter setiap lebih dari 3 hari 6. Membuang sampah sesuai dengan jenis sampahnya 7. Menjaga kebersihan lingkungan bayi AKTIFITAS 4
Identifikasi program terapi dan diet pada pasien : 1. Infus : D¼ S 246cc + D40% 40cc + kcl 4 meq + ca glukonas 10cc dengan
kecepatan 10 cc/jam Untuk mengganti cairan tubuh 2. Program Terapi a. Meropenem 40 mg / 8 jam Anibiotik dengan aktivitas spectrum luas terhadap beberapa patogen. b. Amikacin 15 mg / 24 jam Antibiotik golongan aminoglycosides. 3. Tranfusi TC (Trombocyt Concentrate) 35cc selama 1x tanggal 25 Maret 2013
23
4. Diit : ASI 8 × 20 – 30 cc / hari
5. O2 Nasal kanul ( head box) 5lpm/menit
AKTIFITAS 5
Identifikasi dan Interpretasi data : 1. Metode non invasive pada pemantauan hemodinamik : a. Penilaian laju pernafasan RR : 45 x/menit b. Penilaian denyut dan EKG HR : 166x/menit c. Penilaian perfusi serebral Kesadaran Composmentis, GCS E4M6V5 d. Penilaian perfusi kulit CRT 2 detik e. Penilaian curah urin Urine : 220 cc/24 jam f. Pengukuran tekanan darah arterial Tidak dilakukan 2. Keseimbangan cairan dan elektrolit Intake : 180 cc Output : 220 + IWL 33 : 253 cc Balance cairan selama 24 jam : - 73 3. Keseimbangan asam basa Pasien tidak dilakukan pemeriksaan analisa gas darah 4. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya Hasil kultur 13 Maret 2013 : Identification information
Selected organism
Analysis time :
99% probability
3.25 hours
Serratia marcescens
Statis : final
24 Bionumber :
6125711551556220
Organism quantity ID analysis messages Pasien mengalami sepsis AKTIFITAS 6
Identifikasi dan deskripsi kebutuhan tindakan ALS, BLS serta resusitasi pada pasien : Pasien akan dilakukan tindakan ALS, BLS, dan resusitasi/CPR jika mengalami henti nafas dan henti jantung. Tindakan resusitasi dimulai dengan penilaian secara tepat keadaan dan kesadaran pasien kemudian dilanjutkan dengan pemberian bantuan hidup dasar / BLS untuk oksigenasi darurat kemudian dengan ALS (Advance Life Suport) untuk memulai kembali sirkulasi yang spontan. Fase I : BLS yaitu prosedur pertolongan darurat dalam mengatasi obstruksi jalan nafas, henti jantung dan bagaimana melakukan RJP secara benar. Terdiri dari langkah Airway, Breathing, Circulation. − Airway (A)
: menjaga jalan nafas tetap terbuka
− Breathing (B) : ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat − Circulation (C): mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru
Fase II : Advance Life Suport (ALS), yaitu BLS ditambah dengan D (drug) dan E (EKG) − Drug (D)
: pemberian obat-obatan termasuk cairan
− EKG (E)
: diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin untuk
mengetahui fibrilasi ventrikel Tindakan ALS dan BLS segera dilakukan jika pasien mendadak menurun kesadarannya AKTIFITAS 7
Indikasi pasien masuk/dirawat di ruang HCU Neonatus : 1. Pasien membutuhkan pemantauan dan perawatan intensif