BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia ksehatan saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di Indonesia saat ini ditinjau dari epidemiologi, Indonesia tengah mengalami transisi epidemiologi penyakit, dan pada saat bersamaan dijumpai triple burden (Tiga Beban Kesehatan). Tiga masalah / beban kesehatan itu yaitu penyakit menular atau infeksi (Ispa, Diare, Demam Berdarah Dengue, Typoid, Hepatitis), penyakit degeneratif (Diabetes Melitus, Hiperensi), dan penyaki baru (flu burung, Sars, Aids) yang telah masuk ke Indonesia. Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella thyposa yang menimbulkan infeksi pada usus halus dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan serta lesu. Typoid mudah menular dan setiap orang bisa terkena serangannya, dan kasus penularan yang tertinggi ditentukan pada anak-anak. Demam Typoid disebabkan oleh banyak factor. Factor penyebabnya antara lain kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah, pengolahan makanan yang masih rendah, urbanisasi, keadaan sosio ekonomi yang masih rendah, pemeliharaan kebersihan pribadi (Personal Hygiene) yang kurang baik, makan makanan yang tidak bersih, air minum yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dan tidak dimasak mendidih, serta kebersihan lingkungan dan sanitasi lingkungan yang kurang. Salah satu upaya penurunan angka kejadian demam typoid adalah pencegahan penyakit demam typoid. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan upaya peningkatan kesehatan (Promotif) dan upaya pencegahan penyakit (Preventif) baik itu untuk mencegah terjadinya penyakit demam typoid dan mencegah berulang kembali penyakit demam typoid.
B. Tinjauan Pustaka 1.1. Pengertian Demam Tifoid Demam tifoid dan para tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus talus 1.2. Etiologi Etiologi demam tifoid adalah “Salmonella typhi”. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies “Salmonella enteritidis”, yaitu S. 1.3. Epidemiologi Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat sporadis. Terpencar-pencar di sautu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak. 1.4. Patogenesis S. Typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak payeri di ileum terminalis yang hipertrafi. S.typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus S.Typhi bersarang di plak payeri, limpa, hati.
1.5. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epitaksis. 1.6. Diagnosis Biarkan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biarkan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Biarkan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid. Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2 – 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Komplikasi Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam : 1) Komplikasi : intestinal a. Pendarahan usus b. Perparasi usus c. Ileus pamalitik 2) Komplikasi ekstraintestinal a. Komplikasi kardiovaskuler ; kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis. b. Komplikasi darah : Anemia hemolitik, trombositopenia c. Komplikasi paru : Pneumonia, empiema, dan pleuritis d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis
f. Komplikasi tulang : osteomielitis g. Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis, meningismus, delirium. 1.7. Penatalaksanaan Penatalaksanaan demam tifoid yaitu : 1) Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman antibiotik yang dapat digunakan. a. Kloromfenikol : dosis pertama 4 x 250 mg, kedua 4 x 500 mg b. Ampisilin / amoksisilin ; dosis 50 – 150 mg/kg BB. Diberikan selama 2 mingu c. Katrimoksazol ; 2 x 2 tablet d. Setrafalosporin generasi II dan III 2) Istirahat dan perawatan profesional ; bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. 3) Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif) Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. 1.8. Prognosis Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella.
BAB II LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Asuhan Keperawatan Menurut Depkes 1994 : 2 Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah untuk mengkaji serta mendiagnosa masalah kesehatan klien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawatan. 2.1.1.
Pengkajian
Merupakan tahap pertama dari proses keperawatan adalah mengumpul kan data akurat dan sistematis akan membantu penentuan status klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan dalam pengumpulan data penulis, menggunakan metode-metode yaitu metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. 2.1.2.
Diagnosa Keperawatan
Merupakan pertanyaan yang menjelaskan status keperawatan dalam masalah aktual dan potensial. Perawat memakai proses perawatan dalam mengidentifikasi dan menentukan intervensi
keperawatan untuk
mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada tanggung jawabnya.
Menurut St. Carolus, Suriadi dan Rita Yuliani, 2001 : 281 – 284 : diagnosa keperawatan pada Typhus Abdominalis adalah : 1.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
terjadinya penyakit 2.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan intake makanan yang tidak adekuat. 3.
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan
dengan intake makanan yang tidak adekuat. 4.
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh
yang meningkat. 2.1.3.
Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas
keperawatan
perlu
ditetapkan
untuk
mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah keperawtan klien. DP I.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses terjadinya penyakit
Intervensi dan Rasionalisasi 1.
Kaji pengetahuan keluarga tentang demam -
Untuk mengetahui apakah keluarga mengerti tentang
demam 2.
Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, pernapasan
-
Dengan mengobservasi vital sign berguna untuk
mengetahui keadaan umum dan perkembangan penyakit DP II
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
Intervensi dan Rasionalisasi 1. Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi klien -
Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat -
Dengan memberikan makanan porsi kecil tapi sering
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi 3. Timbang BB setiap hari -
Untuk mengetahui seberapa banyak penurunan berat
badan klien selama sakit.
DP III
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan intake makanan yang tidak adekuat.
Intervensi dan Rasionalisasi 1. Kaji keadaan umum, pasien lemah, pucat, tachikardi, serta tandatanda vital -
Menetapkan data dasar klien. Untuk mengetahui
dengan cepat penyimpangan dari keadaan normal. 2. Anjurkan klien untuk banyak minum
-
Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh DP IV Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat Intervensi dan Rasionalisasi 1. Berikan Kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha -
Kompres dingin akan membantu penurunan suhu
panas 2. Cipatakan lingkungan yang tenang dan sejuk -
Dengan
menciptakan
lingkungan
yang
tenang
diharapkan klien dapat beristirahat dengan baik 3. Beri obat 2.1.4.
Untuk menurunkan suhu tubuh Penatalaksanaan / Implementasi
Adalah : pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Beberapa tujuan pada implementasi adalah sebagai berikut : 1. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana 2. Keterampilan interpersonasi, intelektual, teknik dilakukan dengan cermat 3. Keamanan fisik dilindungi 4. Dokumentasi intervensi dan respon klien
Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien “A” dengan Typhus abdominalis dilakukan dengan perencanaan yang telah ada.
2.1.5.
Evaluasi
Evaluasi adalah : bagian terakhir dari proses keperawatan DP I
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses terjadinya penyakit
Evaluasi : Klien bebas dari demam ditandai
DP II
-
Klien tidak gelisah lagi
-
Suhu tubuh kembali normal
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
Evaluasi : Kebutuhan nutrisi terpenuhi DP III
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat.
Evaluasi : Kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi DP IV Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat Evaluasi : Rasa nyaman terpenuhi
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “A” DENGAN TYPHOID DI RUANGAN EMERGENSI RUMAH SAKIT MUHAMMAD HOESIN PALEMBANG TAHUN 2008
A. I.
Pengkajian Identitas Klien Nama
: “A”
Umur
: 27 tahun
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Masuk
: 30 – 12 – 2008
Tanggal pengkajian
: 01 – 12 – 2008
Suku bangsa
: Palembang
Diagnosa Medix
: Typhoid
Alamat
: Sry kembang Kec muarakuang Kob Ogan ilir
a.
II.
Penanggung Jawab Nama
: Tn “B”
Umur
: 56 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wira suwasta
Alamat
: Sri kembang Kec muarakuang Kob Ogan ilir
Hub dengan klien
: Anak kandung
Riwayat Penyakit 1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit Klien mengeluh panas, muntah, pusing 2. Riwayat penyakit sekarang Sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh demam, pusing, muntah, klien sudah berobat ke poliklinik dan spesialis Rumah Sakit Pertamina. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pada waktu usia 8 bulan klien pernah sakit demam dan pernah berobat di RS. Pertamina kemudian sembuh 4. Riwayat penyakit keluarga Anggota keluarga tidk ada yang menderita penyakit tsb. Genogram
Keterangan Laki-laki
Perempuan
Klien
III. Diagnosa saat mauk Rumah Sakit Typhoid Fever / Typhus Abdominalis IV.
Pengkajian saat ini 1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Persepsi : klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya Pemeliharaan ksehatan : klien mengatakan ingin sembuh dan pulang ke rumah agar bisa bermain dengan adiknya. Pola Kebiasaan Sehari-hari No Aktivitas 1 Pola Aktivitas
Sebelum MRS
Setelah MRS
a. Makan
3 x sehari
3 x sehari
Frekuensi
padat
lunak
Bentuk
nasi putih, lauk
bubur, lauk
Jenis makanan
ada
tidak ada
b.
6 gelas sehari
3 - 4 gelas sehari
Minum
air putih + susu
air putih + susu
Napsu makan
Frekuensi Jenis
2. Pola Eliminasi BAB
: Biasa
BAK
: Biasa
3. Pola Istirahat Frekuensi
:2x
Lama tidur
: siang 3 jam / malam 6 jam
4. Pola aktivitas dan latihan Kemampuan perawatan diri
c.
Mandi
: Dibantu oleh orang lain
Makan
: Dibantu
Berpakaian
: Dibantu
BAB
: Dibantu
BAK
: Dibantu
Pemeriksaan fisik d.
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu
: 38,50C
Nadi
: 120x / mnt
Pernafasan
: 24x/mnt
e. Bentuk
Kepala : Simetris
Keluhan yang berhubungan f.
: pusing
Mata
Ukuran pupil
: Isokor
Reaksi terhadap cahaya
: normal
Konjungtiva
: tidak pucat
Fungsi penglihatan
: Normal
g.
Hidung
Reaksi alergi
: klien tidak alergi
Pernah mengelami flu
: pernah
h.
Telinga
Bentuk
: simetris
Fungsi pendengaran
: baik/normal
i.
Mulut
Kelainan
: tidak ada
Fungsi perasa / pengecapan
: baik
j.
Kulit
Warna
: sawo matang
Turgor
: cukup / elastis
Kelainan
: tidak ada
k.
Pernafasan
Suara paru
: Vesikuler
Pola napas
: baik
Sputum l.
: ada Nutrisi
Jenis diit
: Nasi bubur (diit lambung)
Nafsu makan
: berkurang
Rasa mual dan muntah
: Ada
m.
Therapy
IVFD RL gtt xx/mnt Amoxycilin 3 x 1 Sdo Ambroxol 3 x 1 Sdo Paracetamol 3 x 1 Sdo Byolicin 1 x 1 Sdo
RENCANA KEPERAWATAN Nama
: “A”
Umur
: 27 thn
Diagnosa Medik
: Typhoid
Tgl
Diagnosa
Perencanaan Intervensi
01-
Keperawatan Gangguan rasa
Tujuan Tupan :
Rasionalisasi
-
12-
nyaman
Klien bebas dari
Observasi tanda Untuk
2008
berhubungan
demam dan rasa
– tanda vital
keadaan umum dan
dengan suhu tubuh
nyaman tepenuhi
sign
perkembangan
-
yang meningkat
mengetahui
klien Tupen
-
-
Dalam waktu 3 x
Beri kompres
Kompres hangat akan
24 jam suhu
membantu
tubuh kembali
menurunkan suhu
normal
tubuh
Kriteria, klien
-
tidak gelisah lagi
Anjurkan
klien Dengan banyak
demam hilang
banyak
minum maka
RR : 20x/mnt
minum
cairan dalam tubuh
N : 80x/mnt
-
akan seimbang
S : 300C Gangguan
Tupan :
01-
pemenuhan
Kebutuhan nutrisi
12-
kebutuhan nutrisi
terpenuhi
2008
berhubungan
-
-
dengan intake
Tupen :
Jelaskan manfaat Meningkatkan
makanan yang
Dalam waktu 2 x
makanan
tidak adekuat
24 jam nafsu
nutrisi
makan klien
klien
bertambah
-
Kiteria : Porsi
Berikan
pengetahuan klien bagi
tentang nutrisi
-
makan dapat
makanan
Dapat mempermu dah
dihabiskan, rasa
dalam
porsi
mual hilang
kecil
tapi
sering
dan
proses perencanaan
hangat -
-
Observasi
Untuk mengetahui
jumlah
porsi
pemenuhan nutrisi
makanan yang
bagi klien
telah dihabiskan -
-
Kolaborasi
Penting dalam
dengan
tim
penyembuhan
dokter
dan
penyakit
gizi
dalam
pemberian therapy
IMPLEMENTASI Nama
: “A”
Umur
: 27 thn
Diagnosa
: Typhoid
No
Tgl dan
DP waktu I 01-12-2008
T.
Tindakan Keperawatan dan respon -
09.00 WIB
Mengobservasi
Tangan tanda-
tanda vital sign Nadi, RR, dan Suhu -
Memberikan
kompres
hangat pada daerah frontalis -
Menganjurkan
klien
Menganjurkan
klien
banyak minum -
tidak memakai pakaian yang tebal -
Menciptakan lingkungan
ii
01-12-2008 11.00 WIB
yang tenang dan nyaman -
Kolaborasi dengan tim dokteri
-
Menjelaskan
manfaat
makanan nutrisi bagi klien -
Mengobsevasi
klien
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang telah dihabiskan -
Memberikan
makanan
dalam porsi kecil dan hangat -
Berkolaborasi
dengan
tim dokter dan ahli gizi
ANALISA DATA Nama Pasien
: “A”
Umur
: 27 thn
Jenis Kelamin
: Laki-laki
No. RM
:0900133/230049
Diagnosa Medis
: Typhoid
No 1 DS :
DATA
ETIOLOGI Demam typhoid disebabkan oleh
MASALAH Peningkatan
Klien (ibunya) menyatakan badan
kuman salmonella typhi dan
anaknya panas dan kadang-kadang
edotoksin ↓
merasa kedinginan, batuk pilek DO :
mempengaruhi pusat hipotalamus
Klien gelisah
↓ 0
Tanda vital sign : S : 38,5 C, N : 120x/mnt, RR : 24x/mnt 2
mengakibatkan gejala demam dan peningkatan suhu tubuh
DS : Ibu lien menyatakan anak nya tidak
kuman typhoid disebabkan kuman Gangguan pemenuhan salmonella typhi
ada nafsu makan apabila dipaksaan akan mual dan muntah
masuk ke dalam lambung maka sekret asam lambung
Klien terlihat tidak ada nafsu makan Porsi makan yang diberikan habis
↓ mempengaruhi pusat medula
1-4 sendok makan
oblongata
BB Sblm MRS 12 Kg
↓
BB Sdh MRS 10,5 Kg TB : 90 cm
terjadi muntah, nafsu makan
menurun. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama
: “A”
Umur
: 27 thn
Diagnosa medis
: Typhoid
1
nutrisi tubuh
↓
DO :
No
suhu tubuh
Tgl Masalah
T.
Muncul 01-12-2008
Tgn
Diagnosa Keperawatan Gangguan rasa nyaman
Tgl Teratasi 02-12-2008
ket Panas sudah
berhubungan dengan suhu
teratasi
tubuh yang meningkat
Klien merasa
nyaman 2
01-12-2008
Gangguan pemenuhan
02-12-2008
kebutuhan nutrisi
Nafsu makan bertambah
berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat
CATATAN KEPERAWATAN Nama pasien
: “A”
Umur
: 27 thn
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tgl 01-12-2008
Diagnosa
Perkembangan
Keperawatan Gangguan rasa
S:
nyaman
Ibu klien mengatakan panas anaknya
berhubungan
mulai turun, batuk dan pilek berkurang
dengan suhu tubuh
T. Tgn
yang meningkat
O : Tanda-tanda vital sign : N : 100x/mnt, RR : 24x/mnt, T : 36,80C A : Masalah teratasi P : Intervensi selesai karena pasien pulang
01-12-2008
Gangguan
S:
pemenuhan
Klien
kebutuhan nutrisi
bertambah dan tidak mual
berhubungan
Ibu klien menyatakan anaknya sudah
dengan intake
ada nafsu makan dan muntah berkurang
menyatakan
nafsu
makan
makanan yang tidak adekuat
O : Porsi makan yang disediakan dapat dihabiskan A : masalah teratasi P : Intervensi selesai, pasien pulang DAFTAR PUSTAKA
Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 1. Fakultas Kedokteran VI.2001 Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Marilynn E. Doenges. Egc. 2000