Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes melitus
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
I. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Sudarth, 2002). Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati (Price & Wilson, 2006). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi & Sukarmin, 2008).
2. Etiologi a) Pada Diabetes tipe I: Ditandai dengan adanya kerusakan sel-sel beta pankreas, yang mungkin mungkin disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik, imunologi dan mungkin lingkungan . 1) Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
2) Faktor imunologi Terdapat respon autoimun. Respons ini merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut seolaholah sebagai jaringan asing.
3) Faktor-faktor lingkungan
Penelitian sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor external yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh virus ata u toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. b) Pada Diabetes tipe II Penyebab resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain: 1) Kelainan genetik Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin. 2) Usia Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis dan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin dan resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun 3) Gaya hidup stress Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikkan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin. 4) Pola makan yang salah Kurang gizi atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakseimbangan kerja pankreas.
5) Obesitas Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertrofi pankreas pada penderita obesitas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa un tuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
Penelitian sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor external yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh virus ata u toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. b) Pada Diabetes tipe II Penyebab resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain: 1) Kelainan genetik Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin. 2) Usia Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis dan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin dan resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun 3) Gaya hidup stress Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikkan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin. 4) Pola makan yang salah Kurang gizi atau kelebihan berat badan dapat meningkatkan resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakseimbangan kerja pankreas.
5) Obesitas Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertrofi pankreas pada penderita obesitas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa un tuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
3. Klasifikasi Diabetes Melitus Klasifikasi menurut ADA menurut ADA (American Diabetes Association) yang dikutip oleh Price & Wilson (2006) dan yang telah disahkan oleh WHO, yaitu : a) Diabetes Melitus 1. Tipe 1 ( juvenile onset dan tipe denpenden insulin) 5-10% kejadian. 1) Akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta. 2) Idiopatik, tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika, Asia. Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya muda < 30 tahun. Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis dengan penurunan BB yang baru saja terjadi. Cenderung mengalami komplikasi akut hiperglikemi: ketoasidosis diabetik (Brunner & Suddarth, 2002). 2. Tipe 2 (onset (onset maturity dan nondependen nondependen insulin) : 90-95% kejadian. Obesitas, herediter dan lingkungan sering dikaitkan dengan penyakit ini. Awitan terjadi di segala usia biasanya > 30 tahun. Cenderung meningkat pada usia > 65 tahun. Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darah melalui penurunan berat badan. Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila bila modifikasi diet dan latihan tidak berhasil. Memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemi. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stress atau menderita infeksi. Komplikasi akut: sindrom hiperosmolar nonketotik (Brunner & Suddarth, 2002). 3. Diabetes Gestasional (GDM) Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor resiko yaitu usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional dahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa maka kehamilan adalah suatu keadaaan diabetogenik. 4. Tipe khusus lain
Cacat genetik fungsi sel beta: MODY
Memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi s ebelum usia 14 tahun. Pasien
sering kali obesitas dan resisten terhadap insulin.
Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom resistensi insulin yang berat
dan akantosis negrikans.
Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik.
Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali.
Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta.
Infeksi.
5. Gangguan toleransi glukosa (IGT) Tes toleransi glukosa menunjukkan kelainan dan pasien menunjukkan asimtomatis. IGT mungkin menunjukkan adanya diabetes dalam stadium dini. Mereka ini tidak digolongkan sebagai penderita diabetes tetapi dianggap beresiko tinggi terhadap diabetes.
6. Manifestasi Klinis Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu: a)
Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine) 2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus. 3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa. 4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul: 1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur. 3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida. 4.
Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
5. Kelemahan tubuh 6. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal. 7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. 8.
Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9.
Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
7. Komplikasi Menurut Price & Wilson (2006), komplikasi DM dibagi dalam 2 kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. a) Komplikasi Metabolik Akut 1. Hyperglikemia. Menurut Sujono & Sukarmin (2008) hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur. Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:
Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah kedalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia yaitu : 1.
Ketoasidosis Diabetik (DKA)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton. Peningkatan keton dalam plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kekurangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok. Akibat penurunan oksigen otak, pasien akan me ngalami koma dan kematian.
2.
Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat.
3.
Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin) terutama komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa normal yang mengakibatkan terjadinya hipoglikemia. Menurut Brunner & Suddarth (2002) hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu s edikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Tingkatan hypoglikemia adalah sbb:
(1) Hipoglikemia ringan Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. (2) Hipoglikemia sedang Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Berbagai tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, (3) Hipoglikemia berat Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran. Penanganan harus segera diberikan saat terjadi hipoglikemi. Rekomendasi biasanya berupa pemberian 10-15 gram gula yang bekerja cepat per oral misalnya 2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di apotek, 4-6 ons sari buah atau teh manis, 2-3 sendok teh sirup atau madu. Bagi pasien yang tidak sadar, tidak mampu menelan atau menolak terapi, preparat glukagon 1 mg dapat disuntikkan secara SC atau IM. Glukagon adalah hormon yang diproduksi sel-sel alfa pankreas yang menstimulasi hati untuk melepaskan glukosa b) Komplikasi Kronik Jangka Panjang 1) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik). 2)
Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis.
Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan pembekuan darah. 8. Data Penunjang Diagnostik Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl. b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik. c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik. d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl. e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa. f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif. g. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan. h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa. i.
Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes.
Kriteria Diagnosik. Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes Melitus pada orang dewasa yang tidak hamil, pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan: a) Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L). b) Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L). c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp)) > 200 mg/dl (11,1 mmol/L). (World Health Organization, Diabetes Melitus, Report of a WHO study group. Teach Report Series No. 727, 1985) kutipan dalam Brunner & Suddarth (2002). 9. Penatalaksanaan a) Diet Tujuan utama penatalaksanaan diet pada DM adalah: 1. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal. 2. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal. 3. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
4. Meningkatkan kualitas hidup. Pada dasarnya harus mengikuti prinsip berikut: 1. Cukup kalori atau mempertahankan BB idaman 2. Perhatikan bila ada komplikasi. Sesuaikan dengan komplikasi itu 3. Cukup vitamin dan mineral 1) Tepat jumlah : Jumlah kalori harus diperhitungkan dengan benar. Tepat jumlah:
karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani . Penentuan gizi penderita dilaksanakan menurut Brocca: BB idaman= 90% x (tinggi badan dlm cm – 100)x 1 kg
BB idaman= x (tinggi badan dlm cm – 100)x 1 kg
Catatan: laki-laki dibawah 160 cm atau perempuan dibawah 150 cm berlaku rumus Ada beberapa cara yang dibutuhkan untuk menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan pasien:
Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan BB dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk wanita, dan ditambah sesuai kegiatan yang dilakukan:
Ringan
Sedang
Berat
100-200Kcal/jm
200-350Kcal/jam
400-900Kcal/jm
Mengendarai mobil
Kerja RT
Aerobik
Memancing
Bersepeda
Bersepeda
Kerja Lab
Jalan cepat
Memanjat
Kerja sekertaris
Berkebun
Menari, lari
Mengajar
Sepak bola Tennis
Kerja ringan tambah 10% dari kebutuhan basal
Pada pasien kurus : 2300-2500 Kcal
Pada pasien normal: 1700-2100 Kcal
Pada pasien gemuk: 1300-1500 Kcal Dewasa
Kcalori/ kg BB idaman
Kerja santai
Kerja sedang
Kerja berat
Gemuk
25-25
30
35
Normal
30
35
40
Kurus
35
40
40-50
2) Tepat Jenis
Bahan makanan yang harus dihindari: gula murni dan bahan makanan yang diolah dengan menggunakan gula murni seperti: gula pasir, gula jawa, madu, sirop. alkohol (Alkohol dapat memperburuk penderita hiperlipidemia dan dapat mencetuskan hipoglikemia terutama jika tidak makan).
Makanan yang dibatasi: sumber hidrat arang kompleks seperti: nasi, Lemak jenuh , lontong, ketan ,jagung, roti, singkong, talas, kentang, sagu, mie.
Batasi natrium untuk menghindari hipertensi 3)
Tepat jadwal.
Antara porsi besar dengan makanan selingan diberi jarak 3 jam b) Olah raga. Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat latihan. Obat-obatan Indikasi pengobatan insulin 1. Ketoasidosis diabetikum/koma hiperosmolar non ketotik 2. Diabetes dengan berat badan kurang
3. Diabetes yang mengalami stres (infeksi, operasi dll) 4. Diabetes kehamilan 5. Diabetes tipe 1 6. Kegagalan pemakaian obat hiperglikami oral Golongan obat-obat DM (1) Golongan sulfoniluria: merangsang sel beta pankreas mengeluarkan insulin. (2) Golongan binguanid: merangsang sekresi insulin yang tidak menyebabkan hipoglikemia. (3)
Alfa glukosidase inhibitor: menghambat kerja insulinalfa glukosidase didalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post prandial.
(4)
Insulin sensitizing agent: efek farmakologi meningkatkan sensitifitas berbagai masalah akibat resistensi insulin.
o
Kerja cepat: RI (regular insulin) dengan masa kerja 2-4 jam contoh obat: actrapid.
o
Kerja sedang: NPN dengan masa kerja 6-12 jam.
o
Kerja lambat: PZI (protamme zinc insulin) masa kerja 18-24 jam.
c) Penyuluhan Kesehatan Informasi yg perlu diberikan : 1. Patofisiologi sederhana: definisi diabetes , batas-batas kadar glukosa darah dan efek terapi insulin ,makanan dan stress 2. Pendekatan terapi : cara pemberian insulin, 3. Dasar-dasar diit, 4. Pemantauan kadar glukosa darah, keton urin. 5. Pengenalan, penanganan dan pencegahan: hipoglikemia hiperglikemia. 6.
Informasi pragmatis: dimana membeli dan menyimpan insulin, kapan bagaimana cara menghubungi dokter.
2.
Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian 1) Identitas Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), kelompok etnik di Amerika Serikat golongan Hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit. 2) Keluhan utama (1) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala. (2) Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran. 3)
Riwayat penyakit sekarang Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan haus, berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
4)
Riwayat kesehatan dahulu DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5)
Riwayat kesehatan keluarga Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
b) Pemeriksaan Fisik 1)
Aktivitas dan Istirahat Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau beijalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma.
2)
Sirkulasi Gejala: adanya riwayat penyakit hipertensi, inpark miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda: takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
3)
Integritas ego Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda: ansietas, peka rangsang.
4)
Eliminasi Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
5)
Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton.
6)
Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.
7)
Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
8)
Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
9)
Penyuluhan Gejala: fakor resiko keluarga DM, PJK, HT, stroke, penyembuhan yang lambat, penggunaan obat steroid, diuretik, dilantin, fenobarbitol. Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik.
c.
Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan adanya keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi syok hipovlemik. Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5- 37°C, RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, haluaran urine >15001700 cc/hari, kadar elektrolit urin dalam batas normal. 2)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan insulin. Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal, dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
3)
Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan mikrovaskular. Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan tidak terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan. Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau diplopia, visus 6/6, nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan dalam batas: natrium: 135-147 meq/l, kalsium: 9-11 mg/dl, kalium: 3,5-5,5 meq/l, klorida: 100-106 meq/l.
4)
Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot. Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan adanya peningkatan kemampuan dalam beraktivitas. Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau berkurang, skala kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
5)
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi. Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan integritas kulit membaik dan tidak teijadi perluasan kerusakan. Kriteria hasil: teijadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula darah dalam batas normal, bebas dari drainase purulen, menunjukkan tanda-tanda penyembuhan dengan tepi luka bersih, tidak terdapat pembengkakan pada luka.
6)
Perubahan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 ja m diharapkan peningkatan keefektifan pola nafas. Kriteria hasil: RR: 18-24 x/menit, pernafasan reguler, tidak berbau keton. 7)
Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang mengingat intervestasi informasi. Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan informasi mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya dapat menyebutkan penyakit, dapat mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit.
d. Intervensi Keperawatan 1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (1) Pantau TTV, catat adanya perubahan TD. R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah. (2) Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan membran mukosa. RJ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel. (3) Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan. R1 memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB adalah air). (4) Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi jantung. R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan menghindari overload j antung. (5)
Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah yang manis. R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan osmosis.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masa otot. (1) Timbang berat badan. R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita DM. (2) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar gula. R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel untuk • mengambil glukosa. (3)
Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah nutrisi. R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol masukan nutrisi.
(4) Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten. R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel. (5) Kolaborasi dengan ahli diet. Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori karena kalau tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia. 3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan kimia endogen. (1) Pantau TTV dan status mental. R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental. (2) Kaji status persepsi penglihatan seperti menggunakan test visus dengan snellen card (apabila memungkinkan). R/ untuk mengkaji status persepsi pasien. (3) Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman seperti buah pisang dan makanan yang mengandung garam. R/ meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan elektrolit seperti natrium berdampak pada peningkatan ikatan cairan. 4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot. (1) Buat perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang menimbulkan keletihan. R/ aktivitas akan lebih terarah dan menghidari keletihan yang berlebihan. (2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup. R/ memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi untuk aktivitas. (3) Pantau nadi, pernafasan, TD, sebelum melakukan aktivitas. R/ Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat aktivitas. (4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah setiap hari. R/ membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energi metabolik dan unsur glukosa. 5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi. (1) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk. R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan terapi pilihan. (2) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan. R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka. (3) Balut luka dengan kasa steril
R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme. (4) Kolaborasi pemberian antibiotik. R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi. 6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik. (1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan bernafas. R/ mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh diafragma. (2) Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan. R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi peningkatan benda keton dalam tubuh. (3) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan psikologis yang berlebihan. R/ mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton. 7)
Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang
mengingat
intervestasi informasi. (1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan pengobatannya R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan menghindari kejemuan informasi. (2)
Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP). R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien dan bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien dengan pasti.
(3) Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya. R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup. (4) Tinjau ulang program pengobatan. R/ pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat meningkatkan penggunaan yang tepat. 8)
Ketidakpatuhan pada diet rendah kalori yang berhubungan dengan ketidak sesuaian penyiapan makanan khusus dan kurangnya dukungan keluarga. (1) Tentukan alasan tingkah laku yang mengganggu pengobatan. R/: Berbagai faktor mungkinterlibat dalam tingkah laku yang menggunggu rejimen pengobatan.
(2)
Bantu pasien dan keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti program dan konsekuensi akibat ketidakpatuhan.
penanganan sesuai
R/: Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang / kedalam konsep. Memastikan bahwa pasien/orang terdekat memiliki informasi yang akurat/aktual untuk membuat pilihan-pilihan. (3)
Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas pelayanan kesehatan sesuai dengan keperluan. R/: memudahkan pasien untuk melaksanakan diet dan mengarahkan pasien kemana harusnya bertanya bila mengalami kesulitan dalam menjalankan diet,
(4)
Konsultasikan dengan tim kesehatan lain tentang perubahan yang mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung kepatuhan pasien. R/: pasien yang setuju akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan akan lebih mampu bekerja sama.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W DENGAN ULKUS DIABETES MELLITUS GRADE II DI POLIKLINIK RSU KMC LURAGUNG
I. Identitas Diri Klien Nama
:
Ny W
Umur
: 65 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Prayan, Jetis, Karang nongko
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
:
Suku
: Sunda
Tanggal masuk RS
: 23 Maret 2017
Tanggal Pengkajian
: 23 Maret 2017
Islam
II. Riwayat Penyakit 1. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit Luka di tumit kaki kiri dan terasa nyeri skala 5-6.
2. Riwayat Penyakit Sekarang Satu bulan sebelum masuk rumah sakit klien kena luka di tumit kaki kiri, namun klien tidak mengetahui penyebabnya. Mulai saat itu klien lebih berhati-hati dan pelan-pelan saat berjalan. 2 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasa semakin bertambah, luka pada tumit menjadi membengkak diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral. 1 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan luka pada tumit kaki klien makin bertambah, luka makin membenkak dan oleh cucunya luka tersebut di buka atau diiris keluar pusnya banyak. Klien hanya istirahat di rumah dan akhirnya karena merasa tidak kuat dan tidak bisa mengobati luka tersebut maka oleh keuarganya klien dibawa ke rumah sakit.
Hari masuk rumah sakit, keluhan luka tumit, kemudian dilakukan perawatan luka .
3. Riwayat Penyakit Dahulu Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu. Klien terdeteksi diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit ini. Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
4. Diagnosa Medik Saat Masuk Rumah Sakit: - Ulkus Diabetes mellitus Grade II - DM2NO Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium: Tanggal 23 Maret 2017 Normal Creatinin : 1,22 (0,6 – 1,3) Glukosa
: 515, 9 mg/dl (80 – 120)
Ureum : 47,29 (20 – 40) Interpretasi: - glukosa = 515, 9 mg/dl ; Hiperglikemi
Tindakan yang telah dilakukan - Diit DM IV (1700 kalori) - Rongent : tidak ada osteomyelitis - EKG : ST elevasi
III.Pengkajian Saat Ini 1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Klien dan keluarga belum mengetahui penyakit diabetes mellitus yang diderita klien, karena klien dan keluarga hanya mengetahui kalau klien tersebut dirawat di rumah sakit hanya karena adanya luka ulkus di tumit tersebut. Untuk pemerliharaan kesehatan klien selalu memeriksakan diri ke dokter atau mantri praktek di sekitar rumahnya.
2. Pola Nutrisi / metabolik Program diit RS: DM IV (1700 kalori) Intake makanan : sebelum sakit klien makan 3 kali sehari, dengan sayur dan lauk. Klien mempunyai pantangan makanan yaitu daging kambing, minum air putih 3 – 4 gelas sehari .
3. Pola Eliminasi a. Buang air besar Sebelum sakit: sekali per dua atau tiga hari. b. Buang air kecil Sebelum sakit klien BAK 7 – 8 kali sehari. warna kuning pekat. 4. Pola Tidur dan Istirahat Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari, tidak ada gangguan tidur. Saat di rumah sakit klien banyak istirahat dan tidur. 5. Pola Perceptual Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 6. Pola Persepsi Diri Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya. 7. Pola Seksualitas dan Reproduksi Klien sudah menopouse, klien menikah dua kali. Dengan suami yang pertama mempunyai 7 anak dan dengan suami yang kedua klien tidak mempunyai anak. Klien merasa senang dan bahagia karena didampingi oleh suami yang kedua. 8. Pola Peran-hubungan Klien lebih dekat dengan suami. Komunikasi dengan perawat sekarang hanya apabila ditanya, menggunakan bahasa jawa. 9. Pola Managemen koping-stress Setiap ada permasalahan klien senantiasa didampingi oleh keluarganya. 10. Sistem Nilai dan keyakinan Sebelum sakit klien taat sholat, saat sakit klien tidak bisa sholat lagi, tapi meyakini apapun penderitaannya Tuhan yang mengaturNya.
IV. Pemeriksaan Fisik 1. Keluhan Yang Dirasakan Saat Ini: Nyeri pada luka di tumit kaki kiri, skala 5-6 , merasa panas seperti terbakar. 2. Tanda-tanda Vital (3) Suhu : 36,5 C (4) Nadi : 80 X/menit (5) Pernafasan : 20 X/menit (6) Tekanan Darah : 160/100 mmHg 4. BB / TB TB = 150 cm. BB tidak terkaji, klien tampak gemuk.
Diagnosa Keperawatan: 1. PK : infeksi 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury : fisik 3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Faktor mekanik: mobilitas dan penurunan neuropati, perubahan sirkulasi. 4. Ketidakseimbangan nurisi: kurang berhubungan dengan Faktor biologis 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas. 6. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit DM dan perawatannya berhubungan dengan Kurang familier dengan sumber informasi 7. PK: Hipertensi
RENCANA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASI PERENCANAAN RASIONAL TUJUAN INTERVENSI 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis Setelah dilakukan tindakan keperawaatan selama 6 hari Status Nutrisi meningkat, Dengan criteria: a) intake makan dan minuman b) intake nutrisi c) control BB d) masa tubuh e) biochemical measures f) energy a. Monitoring Gizi a) Timbang berat badan pasien pada interval tertentu. b) Amati kecenderungan pengurangan dan penambahan berat badan. c) Monitor jenis dan jumlah latihan yang dilaksanakan. d) Monitor respons emosional pasien ketika ditempatkan pada suatu keadaan yang ada makanan. e) Monitor lingk tempat makanan. f) Amati rambut yang kering, tipis dan mudah rontok. g) Monitor mual dan muntah. h) Amati tingkat albumin, protein total, hemoglobin dan hemaktokrit. i) Monitor tingkat energi, rasa tidak enak badan, keletihan dan kelemahan. j) Amati jaringan penghubung yang pucat, kemerahan dan kering. k) Monitor masukan kalori dan bahan makanan
b. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan teraupetik.
RENCANA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASI PERENCANAAN RASIONAL TUJUAN INTERVENSI b. Manajemen Nutrisi b) Tanyakan pada pasien apakah memiliki alergi makanan. c) Kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. d) Anjurkan masukan kalori sesuai dengan kebutuhan. e) Ajari pasien tentang diet yang benar berdasarkan kebutuhan tubuh. f) Timbang berat badan secara teratur. g) Anjurkan penambahan intake protein, zat besi dan vitamin C yang sesuai. h) Pastikan bahwa diet mengandung makanan berserat tinggi untuk mencegah sembelit. i) Berikan makanan berprotein tinggi, kalori tinggi dan makanan bergizi yang sesuai. j) Pastikan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizinya. a.
Nurisi yang adekuat sesuai kebutuhan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
RENCANA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASI PERENCANAAN RASIONAL TUJUAN INTERVENSI
c. Managemen Hiperglikemia a) Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi b) 23Monitor tanda dan gejala polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan
kabur atau sakit kepala c) Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi d) Berikan insulin sesuai resep e) Pertahankan akses IV f) Berikan IV fluids sesuai kebutuhan g) Konsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala hiperglikemia menetap atau memburuk h) Dampingi/ Bantu ambulasi jika terjadi hipotensi i) Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya adanya keton pada urine j) Anjurkan banyak minum k) Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan Hiperglikemia dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya: terlalu banyak makan, terlalu sedikit insulin, dan kurang aktivitas.
RENCANA KEPERAWATAN No. DIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASI PERENCANAAN RASIONAL TUJUAN INTERVENSI 3. Kerusakan integritas jaringan b/d factor mekanik : perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensasibilitas (neuropati) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari Wound healing meningkat: Dengan criteria Luka mengecil dalam ukuran dan peningkatan granulasi jaringan Wound care a) catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers b) Catat karakteristik cairan secret yang keluar c) Bersihkan dengan cairan anti bakteri d) Bilas dengan cairan NaCl 0,9% e) Lakukan nekrotomi f) Lakukan tampon yang sesuai
g) Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan h) Lakukan pembalutan i) Pertahankan tehnik dressing steril ketika melakukan perawatan luka j) Amati setiap perubahan pada balutan k) Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan pada luka l) Berikan posisi terhindar dari tekanan Pengkajian luka akan lebih realible dilakukan oleh pemberi asuhan yang sama dengan posisi yang sama dan tehnik yang sama
7. Kurang pengetahuan tentang Proses Penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan tidak mengenal (familiar) dengan sumber informasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari dapat mengidentifikasi manajemen diabetes Dengan criteria: a) Mendemonstrasikan bagaimana gambaran tentang prosedur yang akan dijalani. b) Menjelaskan tentang proses penyakit, perlunya pengobatan dan memahami perawatan. c) Membuat daftar sumber yang akan digerakkan sebagai sumber informasi
Pembelajaran proses penyakit a) Jelaskan patofisiologi dari penyakitnya dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan fisiologi. b) Jelaskan tanda-tanda dan gejala yang umum dari penyakitnya. c) Jelaskan tentang proses penyakitnya. d) Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol proses penyakit. e) Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang dianjurkan. f) Berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pilihannya atau mendapatkan second opinion. g) Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin terjadi. h) Anjurkan pada pasien untuk mencegah atau meminimalkan efek samping dari penyakitnya.
i) Menilai tingkat pengetahuan pasien yang berhubungan dengan penyakitnya. Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan memilih gaya hidup dapat melakukan tindakan pencegahan supaya tidak terjadi komplikasi
Pengajaran Prosedur Perawatan a) Beritahu pasien atau orang lain tentang kapan dan dimana, berapa lama prosedur perawatan akan berlangsung selama tepat. b) Beritahu pasien atau orang lain yang berkepentingan tentang siapa yang akan melakukan prosedur perawatan tersebut. c) Pastikan pengalaman masa lalu pasien dan tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan prosedur perawatan selama tepat. d) Terangkan tujuan dari prosedur e) Terangkan kegiatan sebelum dilakukan prosedur perawatan. f) Ajari pasien tentang bagaimana cara bekerja sama selama prosedur g) Ajari pasien untuk menggunakan teknik relaksasi selama prosedur. h) Berikan waktu bagi pasien untuk menanyakan pertanyaan dan membicarakan halhal yang berkaitaan dengan prosedur perawatan. Dengan pengajaran prosedur perawatan pemahaman klien dan keluarga mengenai prosedur perawatan akan meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan antara perawat dan klien.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury : fisik; Ulkus DM di kaki dan tindakan nekrotomi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari klien dapat Kontrol nyeri dan mengidentifikasi Tingkat nyeri. Dengan criteria hasil: a) penampilan rileks b) Klien menyatakan nyeri berkurang c) skala nyeri 0-2 Pain manajemen a) Kaji tingkat nyeri: kualitas, frekuensi, presipitasi, durasi dan lokasi.
b) Berikan posisi yang nyaman c) Berikan lingkungan yang tenang
d) Monitor respon verbal dan non verbal nyeri e) Monitor vital sign f) Kaji factor penyebab
g) Berikan support emosi
h) Lakukan touch terapi i) Lakukan teknik distraksi dan relaksaski
j) Lakukan anxiety reduction
Management medication Kolaborasi pemberian analgetik
Mengetahui subyektifitas klien terhadap nyeri untuk menentukan tindakan selanjutnya. Menurunkan ketegangan Menurunkan stimulasi dapat menurunkan ketegangan
Mengetahui tingkat nyeri utk menentukan intervensi Nyeri mempengaruhi TTV Intervensi disesuaikan dengan penyebab Emosi berpengaruh thd nyeri Klien merasa diperhatikan Mengalihkan perhatian untuk mengurangi nyeri Kecemasan dapat meningkat
Analgetik memblokade reseptor nyeri
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari dapat teridentifikasi Mobi lity level Joint movement: aktif. Self care:ADLs Dengan criteria hasil: a) aktivitas fisik meningkat b) ROM normal c) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan kemampuan dalam bergerak d) klien bisa melakukan aktivitas e) kebersihan diri klien terpenuhi walaupun dibantu oleh perawat atau keluarga Terapi Exercise : Pergerakan sendi a) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami b)
Kolaborasi dengan fisioterapi
c) Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi d) Pastikan klien untuk mempertahankan pergerakan sendi e) Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan f) Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual; keteraturan, Latih ROM pasif. Exercise promotion a) Bantu identifikasi program latihan yang sesuai b) Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai latihan yang tepat
Exercise terapi ambulasi a) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi b) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi c) Fasilitasi penggunaan alat bantu ROM exercise membantu mempertahankan mobilitas sendi, meningkatkan sirkulasi, mencegah kontraktur, meningkatkan kenyamanan.
Pengetahuan yang cukup akan memotivasi klien untuk melakukan latihan.
Meningkatkan dan membantu berjalan/ ambulasi atau memperbaiki otonomi dan fungsi tubuh dari injuri
Self care assistance: Bathing/hygiene a) Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan kebersihan diri klien b) Berikan bantuan sampai klien dapat merawat secara mandiri c) Monitor kebersihan kuku, kulit d) Monitor kemampuan perawatan diri klien e) Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan f) Promosi aktivitas sesuai usia Self care assistance:dressing/groming a) Berikan baju sesuai ukuran
b) Fasilitasi klien menyisir c) Pelihara privasi ketika berpakaian Self care assistance:feeding a) Identifikasi preskripsi diet b) Set tray makanan dan meja secara aktraktif c) Kreasikan lingkungan menarik d) Monitor dan catat intake Memfasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri untuk dapat membantu klien hingga klien dapat mandiri melakukannya.
Self care assistance:toileting a) Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan toileting b) Berikan bantuan sampai klien dapat melakukan eliminasi secara mandiri c) Fasilitasi kebersihan /hygiene toiletsetelah dipakai d) Anjurkan klien membiasakan jadwal rutin ketoilet, sesuai kebutuhan dan kemampuan e) Berikan privasi RENCANA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASI PERENCANAAN RASIONAL TUJUAN INTERVENSI 1. PK. Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari klien dapat Mengelola dan meminimalkan komplikasi, dengan criteria hasil: - tanda vital stabil - angka leukosit normal a) Pantau tanda dan gejala infeksi b) Kaji tanda-tanda vital c) Kaji dan observasi daerah ulkus d) Monitor angka leukosit e) Monitor jika ada infeksi di daerah lain
f) Kolaborasi pemberian antibiotik: ceftriaxon 2 x 1 gr IV, metronidazol 3 x 500 gr (IV) g) Monitor jumlah granulosit, leukosit dan bandingkan dengan angka normal. h) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai. i) Gunakan sarung tangan sesuai peraturan tindakan pencegahan. j) Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku. k) Pastikan perawatan aseptik pd IV line. l) Pastikan teknik perawatan luka secara tepat. m) Dorong pasien untuk istirahat. n) Berikan terapi antibiotik sesuai instruksi Tanda vital bisa menunjukkan adanya infeksi sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya.
RENCANA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN/ MASALAH KOLABORASI PERENCANAAN RASIONAL TUJUAN INTERVENSI 7. PK. Hipertensi Setelah dilakukan tindakan keperawatan perawat dapat meminimalkan komplikasi dari hipertensi a. Ukur tekanan darah b. Pantau berat badan setiap hari c. Pantau edema d. Pantau hasil laboratorium terhadap proteinuria e. Kaji dan ajarkan untuk melaporkan adanya: edema, gangguan penglihatan, sakit kepala, pandangan kabur f. Ajarkan klien untuk menunjukkan hipertensi dengan edema ringan atau tanpa edema g. Jamin klien untuk mendapatkan istirahat Edema akibat retensi garam berhubungan dengan penurunan filtrasi glomerulus
L
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN
No DK Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf 1 29-03-05 Jam 08.00 Jam 09.00 Jam 10.10 Jam 11.00 Jam 11.15
Jam 12.45 - Memonitor tanda dan gejala infeksi - Merawat luka ulkus - Memonitor WBC - Memonitor tanda vital - Kolaborasi antibiotik: ceftriaxon 2 x 1 gr (IV) - Memonitor keadaan umum klien Jam 13.00 S:O:-kondisi luka kemerahan - TD: 160/80mmHg nadi 84 X/menit, respirasi 20 X/menit, suhu 36 0 C A: Masalah teratasi sebagian P: Pantau adanya tanda-tanda infeksi 1 30-03-05 Jam 07.05 Jam 07.25
Jam 10.00 Jam 10.40 Jam 10.50 Jam 11.00 Jam 11.10
Jam 12.45
Jam 12.55 - Memonitor tanda dan gejala infeksi - Mengganti linen klien - Melakukan dressing infus - Memonitor WBC - Memonitor balutan luka - Memonitor tanda vital - Memberikan injeksi antibiotik ceftriaxon 2 x 1 gr (IV) - Memonitor keadaan umum klien - Menganjurkan klien makan dan istirahat yang cukup Jam 13.00 S:O:-kondisi luka basah - TD: 160/90mmHg nadi 80 X/menit, respirasi 24X/menit, suhu 36,5 0 C A: Masalah teratasi sebagian P: Jam 19.00 injeksi ceftriaxon
1 31-03-05 Jam 07.30
Jam 10.40 Jam 11.00 Jam 11.10
Jam 12.45
Jam 13.00 - Mengganti linen - Memonitor tanda dan gejala infeksi - Memonitor WBC - Memonitor tanda vital - Memberikan injeksi ceftriaxon 2 x 1 gr (IV) - Memonitor keadaan umum klien - Menganjurkan untuk menghabiskan diit yg diberikan Jam 13.00 S : Klien merasa nyaman setelah linen dibersihkan. Klien mampu menghabiskan ¾ porsi diit yang diberikan O:TD: 170/100mmHg nadi 80 X/menit, respirasi 20 X/menit, suhu 36 0 C A: Masalah teratasi sebagian P: Pantau adanya tanda-tanda infeksi
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN
No DK Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf 2 28-03-05 Jam 10.00
Jam 11.00
Jam 12.00
- mengkaji karakteristik nyeri:lokasi,durasi,tipe - memberikan posisi yang nyaman - Memonitor vital sign -
Memberikan lingkungan yang tenang
- Memonitor respon verbal dan non verbal - Mengkaji faktor penyebab - Memberikan support emosi Jam 13.00 S: Klien mengatakan masih terasa nyeri saat ulkus dirawat. Skala nyeri 5-6 O: Ekspresi wajah tegang saat ulkus dirawat, nadi:88x/menit A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan monitoring nyeri Kelola terapi sesuai program Ajarkan teknik non farmakologi 2 29-03-05 Jam 08.50 Jam 09.15
Jam 10.00
Jam 11.00 Jam 13.00 - Mengkaji nilai dan karakteristik nyeri - Mengajarkan teknik non farmakologi sebelum ulkus dirawat - Memberikan posisi yang nyaman - Memonitor respon verbal dan non verbal - Mengukur vital sign - Mengobservasi keadaaan pasien
Jam 13.00
S: Klien mengatakan masih terasa nyeri saat ulkus dirawat. Skala nyeri 5 O: Ekspresi wajah tegang saat ulkus dirawat Klien mampu melakukan teknik distraksion (nafas dalam) Nadi 84x/menit A: Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan monitoring nyeri Ajarkan teknik non farmakologi 2 30-03-05 Jam 10.15
Jam 13.00 - Mengkaji tingkat nyeri - Mengajarkan nafas dalam sebelum ulkus dirawat - Memberikan posisi yang nyaman - Memonitor respon verbal dan non verbal - Observasi keadaan klien Jam 13.00 S: Klien mengatakan masih terasa nyeri berkurang skala nyeri 4 - 5 O: Ekspresi wajah tegang saat ulkus dirawat Klien mampu melakukan distraksion (nafas dalam) nadi:84 x / menit A: Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan monitoring nyeri
2 31-03-05 Jam 07.00
Jam 07.10
Jam 08.30