ASKEP HIPERTENSI Disusun untuk memenuhi tugas mata ku liah Kardiovaskuler Dosen pengampuh : Ns. Ainur Rochmah, S.Kep
Disusun oleh DEWI FATMAWATI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDIKIA UTAMA KUDUS 2009
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan salah satu penyakit system kardiovaskuler yang banyak dijumpai di masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun harus senantiasa diwaspadai. Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arteriosclerosis ( pengerasan arteri ) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit kardiovaskuler. Lebih
jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga menyebabkan gangguan ginjal.Sampai saat ini, usaha-usaha baik mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya, karena adanya factor-faktor penghambat seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi ( pengertian, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi ) dan juga perawatannya. Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Oleh karena perlu di galakkan pada masyarakat mengenai pengobatan dan perawatan Hipertensi. Diharapkan dengan di buatnya Asuhan Keperawatan keluarga resiko tinggi hipertensi ini dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian karena hipertensi dalam masyarakat khususnya dalam keluarga. Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan darah, aliran darah, dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh. Tekanan darah yang tinggi atau hipertensi sering tidak memberikan keluhan pada seseorang , tetapi penderita mempunyai resiko kematian kardiovaskuler lebih besar dibanding dengan orang yang mempunyai tekanan darah nor mal. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang sering mengakibatkan makin tingginya tekanan darah. Oleh sebab itu pengobatan dini pada hipertensi sangatlah penting, karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal dan otak. Tekanan darah akan berubah setiap saat bergantung pada keadaan seseorang. Tekanan darah terendah adalah pada saat keadaan tidur. Tekanan darah dapat naik pada saat aktivitas fisik ataupun psikis. B. TUJUAN
1. Tujuan Umum Meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa tentang penyakit hipertensi dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menjaga kesehatan. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui arti hipertensi, penyebab, gejala dan penatalaksanaan yang tepat. b. Menentukan asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi hipertensi. c. Memelihara lingkungan baik fisik, psikis maupun social sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002 : 896). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah sistolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Arief Mansjoer, 2001). Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkan, sering kali disebur sebagai pembuluh gelap karena termasuk penyakit yang mematikan.(http://www.hipertensi/2007.com.). Hipertensi menurut penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1. Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi primer. 2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang menyebabkan dapat diketahui antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hiperfitiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
B. Anatomi dan patofisiologi
1. Anatomi Jantung merupakan organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya dibawa. Apexnya (puncak) ke sebelah kiri. Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantara kedua paru-paru. Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa beratnya antara 220gr ± 260 gr. Jantung tersusun atas otot-otot yang bersifat khusus. Jantung terbungkus oleh sebuah membrane yang disebut perikardium. Membrane itu terdiri atas dua lapis : Pericardium visceral adalah membrane serus yang lekat sekali dengan jantung. Pericardium pariteral adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus jantung sebagai kantong longgar. Miokardium (lapisan otot tengah)
Endokardium (batas dalam) 2. Fisiologi Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung Vena membawa darah kejantung
Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya dan merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan extraselluler / intertisiil. Atrium kanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menyimpan darah dari atrium kanan dan menyalurkannya ke paru-pary melewati arteri pulmonalis. Atrium kiri berfungsi menerima darah dari apru-paru dan penyalur darah ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri berfungsi menerima dari atrium kiri dan menyalurkannya ke seluruh tubuh melalui aorta. Sirkulasi darah
a. Peredaran sistemik Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung p aorta p arteri p arteriola p kapiler p bergabung membentuk venula p vena p vena cava superior / inferior p jantung. b. Peredaran darah pulmonal Darah dari vena p atrium kanan p ventrikel kanan p arteri pulmonalis p paru-paru kanan dan kiri
p
arteri
p
arteriola
p
kapiler pulmonal
p
yang mengitari alveoli
untuk memungut O2 dan melepaskan CO2 p vena pulmonar p jantung. (Evelyn C Pearce, 2002) C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
(Mansjoer Arif,dkk,2001) 1. Hipertensi Essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga Hipertensi Idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Faktor resiko dari hipertensi essensial adalah : a. Usia b. Jenis kelamin c. Riwayat keluarga d. Obesitas e. Serum lipid f. Diet g. Perokok 2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal a. Penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkhim g injal b. Berbagai obat c. Disfungsi organ d. Tumor dan kehamilan e. Gangguan emosi f. Obesitas g. Konsumsi alcohol yang berlebihan
h. Rangsangan kopi yang berlebihan i. Stress D. Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras simpatis, yang berlanjut ke bawah ke kardo spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganggria simpatis di toraks dan abdomen rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke gonalis simpatis. Pada titik ini, neuron perganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dimana dengan melepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstritor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Pathway
1. Hipertensi primer
Obesitas Stress Kelebihan Na Iskemia Ginjal
Insulin Katekolamin Hormon natriuretik ReninAngiotensin
Faktor Pertumbuhan Faktor Genetik Perubahan Fungsi Faktor Autokrin Membran Sel Parakrin
Kalsium Intra Sel Pertukaran Na / H
Kontraksi Otot Polos Hipertrofi Vaskular
Tahanan Perifer Hipertensi 2. Hipertensi sekunder
Saraf simpatis
Renin
Angiotensinogen (hati) Angiotensin I (paru)
ACE Angiotensin II
Rangsang saraf pusat Vasokonstriksi Aldosteron
(haus)
ADH Retensi Na
Over volume T.D Over vo lume
F. Manifestasi klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, 2001). G. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifkasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi. Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko : Tekanan darah
Kelompok risiko A
Kelompok risiko B
Kelompok risiko C
130-139/85-89
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan obat
140-159/90-99
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan obat
160/100
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovaskuler dengan biaya sedikit dan risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan untuk : y
Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh 27)
y
Membatasi alcohol
y
Meningkatkan aktivitas fisik aerobic (30 ± 45 menit /hari).
y
Mengurangi asupan natrium (<100>
y
Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
y
Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari).
y
Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan. Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai
dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih disukai dalam dosis tuggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancar dan melindungi pasien terhadap berbagai faktor risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau strok akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping. Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk memilih golongan tertentu, diberikan diuretic atau betabloker. Jika respons tidak baik dengan dosis penuh. Dilanjutkan sesuai algoritma. Diuretic biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara per lahan dan progresif. Pada beberapa pasien mungkin dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah 200 / 120 mmHg harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit. H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain, seperti urium kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, dan ekokardiografi bila diperlukan.
BAB III TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan tanggal 27 Maret 2009 , Jam 08.00 WIB di 1. BIODATA a. Identitas pasien Nama : Tn. A Umur : 50 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : Pekerjaan : Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Alamat : -
Status perkawinan : Menikah Tanggal masuk : - Jam : - WIB Ruang perawatan : Diagnosa Medis : Hipertensi b. Identitas penanggung jawab Nama : Umur : Jenis kelamin : Pekerjaan : Alamat : Hubungan dengan pasien : 2. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN a. Keluhan utama Sakit kepala, mual dan muntah. b. Riwayat kesehatan kesehatan sekarang Pasien mengatakan kepalanya sakit, dan mempunyai penyakit hipertensi ditandai dengan tensi darah 210/115 mmHg. c. Riwayat kesehatan dulu Pasien pernah mengalami riwayat penyakit hipertensi sebelumnya.
d. Riwayatan kesehatan keluarga Dalam keluarga pasien, tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, dsb. 3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik tanggal 04 Februari 2009 a. Keadaan umum KU : Lemah Tanda-tanda : TD : 210 / 115 mmHg N : 90x / menit 2
S : 367 C RR : 26 x/menit b. Kepala Mesochepal, rambut hitam, kulit kepala bersih tidak ada ketombe. c. Mata Sklera tidak ikhterik, conjungtiva tampak merah (tidak anemis), pupil isokor, penglihatan baik. d. Telinga Simetris, terdapat sedikit serumen, pendengaran baik. e. Hidung Simetris, tidak ada polip, penciuman baik.
f. Mulut Tidak cyanosis, tidak ada aphtae (sariawan), tidak ada stomatitis, radang mukcosa. g. Gigi Ada gigi yang tanggal, ada gigi berlubang h. Lidah Bersih, warna merah muda i. Tenggorokkan Pasien mampu menelan dengan baik, tidak ada gangguan menelan, tidak ada pembesaran tonsil. j. Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid pada pemeriksaan palpasi. k. Kulit Turgor kulit jelek dikarenakan sering mual dan muntah. l. Dada 1) Paru-paru : Inspeksi : RR 26x /menit, gerakan naik turun dada tidak teratur. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dinding dada. Perkusi : bunyi sonor Auskultasi : Tidak terdapat bunyi ronkhi / wheez ing bunyi nafas vesikuler m. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis Palpasi : Denyut jantung tidak teratur teratur Perkusi : Terdengar bunyi pekak Auskultasi : Irama jantung tidak teratur, tidak terdapat bunyi gallop. n. Abdomen Inspeksi : Tidak terlihat adanya pembesaran (Asites) Auskultasi : Peristaltik 15 x / menit Palpasi : Tidak ada massa / benjolan Perkusi : Terdengar bunyi timpani o. Genetalia Tidak terpasang DC, tidak ada kelainan p. Anus Tidak terdapat haemoroid q. Reproduksi Pasien mengatakan tidak ada masalah 4. Data biologis a. Nutrisi Nafsu makan klien menurun dan pasien makan tidak habis satu porsi dikarenakan mual dan muntah serta kepa lanya sakit.
b. Eliminasi Klien mengatakan di rumah biasa BAB 1x/hari. Konsistensi lunak warna kuning. BAK
6 x / hari, warna kuning jernih, tidak ada nyeri, tidak ada pendarahan.
c. Istirahat tidur Istirahat tidur
6
7 jam sehari dan terganggu dikarenakan sakit kepala, mual dan
muntah. d. Aktivitas Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. 5. Data psikologis Klien mengatakan cemas akan pengobatan yang akan dijalani karena klien kurang pengetahuan tentang penyakitnya. 6. Data sosiologis Klien mengatakan orang terdekatnya adalah istri dan anak. 7. Data spiritual Klien mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah sholat. 8. Data komunikasi Klien mampu berkomunikasi dengan jelas kepada pasien yang lain, keluarga serta perawat. B. ANALISA DATA No
Data
Etiologi
Masalah
1
Do :
Hipertrofi
/
rigiditas
ventrikuler
Penurunan curah jantung
TD : 210 / 115 mmHg N : 90x / menit 2
S : 367 C RR : 26 x/menit Ds : Pusing, mual , dan muntah 2
Do : porsi makan tidak Mual dan muntah
Kekurangan
habis, muntah 2 x selama
volume cairan
sehari, pucat, turgor kulit jelek, tidak selera makan. Ds : Pasien merasa mual. 3
Do : Pasien gelisah, tidak Peningkatan nyaman tidur.
tekanan Nyeri
vaskular serebral
Ds : pasien mengeluh pusing. 4
Do : Aktivitas pasien Kelemahan umum dibantu
keluarga
Intoleran aktivitas
dan
perawat. Ds : lemas, pusing bila berjalan. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Penurunan Curah jantung berhubugan dengan hipertrofi / rigiditas ventrikuler. 2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. D. Intervensi Keperawatan
Dx
Kriteria hasil
Intervensi
1
Setelah dilakukan tindakan
Kaji TTV pasien
keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan TD oleh dr.
TD stabil 140/90 ± 140/80 mmHg Kolaborasi dengan bagian gizi untuk diit Pasien bisa istirahat tidur dengan cukup ± 6-8 jam/hari. 2
Setelah dilakukan tindakan
Pertahankan input dan output, cairan
keperawatan 2 x 24 jam volume
/ 24 jam dalam jumlah yang cukup
cairan menjadi seimbang
dan seimbang.
- intake / output stabil
- Porsi makan pasien dihabiskan
- turgor kulit baik
- Mual, muntah hilang
- tidak lemas
- Kolaborasi obat anti muntah dan cairan infus
3
Setelah dilakukan keperawatan 2 x
- Pasien tahu teknik relaksasi
24 jam rasa nyeri / pusing hilang atau berkurang
- Pasien merasa nyaman dan dapat beristirahat dengan tenang.
- Pasien dapat beristirahat dengan cukup
- Kolaborasi pemberian analgetik oleh dr.
- Pasien tidak terganggu
aktivitasnya. 4
Setelah dilakukan tindakan
- Pasien dapat beraktivitas secara
keperawatan 1 x 24 jam pasien
mandiri
dapat melakukan sendiri - Pusing berkurang / hilang - Pasien tidak lemas bila beraktivitas E. Implementasi
Tanggal
Dx
Implementasi
/ Jam 1
- Mengkaji TTV pasien - Memberi pengobatan penurun TD sesuai advis dr. - Beri diit rendah garam sesuai progam - Ciptakan lingkungan yang terang dan nyaman dalam ruang perawatan pasien.
2
- Menghitung jumlah cairan masuk dan keluar / 24 jam - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian porsi makan yang masih hangat, segar dan tidak pedas / asam. - Kolaborasi pemberian cairan infuse sesuai advis dokter - Memotivasi pasien untuk banyak makan dan minum - Melakukan oral hygiene
3
- Melatih tehnik relaksasi - Hindari kondisi ruangan yang panas dan bercahaya terlalu terang. - Ciptakan suasana terang - Beri obat analgetik sesuai advis dokter
4
- Membantu aktivitas pasien - Memberi dorongan untuk melakukan aktivitas dan perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. edisi 8 volume 2. jakarta : EGC. Doengoes, ME, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta. Mansjoer Arif, 2000, kapita Selekta kedo kteran, Jilid 2, Edisi 3, EGC. Jakarta R. Sjamsuhidayat, dkk, 2003, Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta http: //Ns. Nining. Blogspot.com/ 2008/08/ Asuhan Keperawatan. Apendicitis. Html Diposkan oleh Wie2_F@
[email protected] di 08.46 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz Label: Askep Hipertensi 0 komentar: Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog y
2010 (23) o Desember (3) Askep Jiwa Defisit Perawatan Diri Askep Dekubitus Pada Lansia Askep Endometriosis o Agustus (9) Askep Perawatan Luka Selulitis Askep Anosmia Askep Agnosia Askep Trachoma Askep Glaukoma Askep Asfiksia Neonatorum Askep Infark Miokardium Askep Appendicitis Askep Peritonitis o Juli (11) Rongga Hati Askep Bartholini Sejarah Perkembangan Ilmu Masyarakat Askep Peritonitis ASkep Hipertensi ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASTEKTOMI Makalah Ca Cerviks Tehnik Pemeriksaan fisik pada Jantung mungkinkah jadi bintang lilin kecil
Mengenai Saya
Wie2_F@
[email protected] Kusandarkan hidup dan matiku pada Allah... Lihat profil lengkapku
Template Watermark. Didukung oleh Blogger .