ASKEP PENYAKIT HERPES GENITAL BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Kulit adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan seseorang. Kecantikan seseorang secara fisik dapat dilihat dari kesehatan kulitnya. Kulit yang sehat mencerminkan kebersihan, status gizi, status emosi/psikologis, juga kepribadian seseorang. Oleh karena itu, kesehatan kulit/integumen perlu mendapat perhatian yang cukup besar. Apabila kulit mengalami kelainan atau gangguan akan membawa dampak baik fisik maupun psikologis pada penderita. Oleh karena itu, pemberian asuhan keperawatan yang tepat sangat diperlukan. Dalam makalah ini kami akan memaparkan memaparkan beberapa contoh kelainan kulit yaitu Herpes Simplex serta bagaimana penatalaksanaan kita sebagai perawat dalam merawat pasien dengan kelainan kulit tersebut. 1.2
Tujuan
Tujuan Umum : ·
Agar mahasiswa-mahasiswi memahami asuhan keperawatan pada klien dengan herpes
simplex. Tujuan Khusus : Agar mahasiswa-mahasiswi mengerti, mengetahui, dan memahami memahami isi tentang: ·
Pengertian dari Herpes Simplex
·
Penyebab dari Herpes Simplex.
·
Patofisiologi dari Herpes Simplex.
·
Manifestasi klinis dari Herpes Simplex
·
Komplikasi dari Herpes Simplex
·
Pencegahan dari Herpes Simplex
·
Tatalaksana yang tepat pada Herpes Simplex.
1.3 Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini yakni melalui studi literature, browsing internet, dan diskusi kelompok.
1.4 Sistematika Penulisan
·
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN
meliputi latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS meliputi pengertian dari, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pencegahan, tatalaksana yang tepat pada herpes simplex. BAB III KONSEP KEPERAWATAN meliputi pengkajian, diagnosa, dan perencanaan keperawatan. BAB IV KASUS FIKTIF meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dan BAB V PENUTUP meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. (Adhi DJuanda, Ilmu penyakit kulit dan kelamin,2000:355)
2.2 Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe v irus herpes simpleks: ·
Virus herpes simpleks tipe I (HSV I) . Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan
biasanya disebut herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpes febrilis . Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas. Termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitus orogenital (oral sex). ·
Virus herpes simpleks tipe II (HSV II, “virus of love”). Penyakit ditularkan melalui
hubungan seksual. Tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter/dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual orogenital.
2.3 Patofisiologi
HSV disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. HSV memiliki kemmpuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membrane sel. pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional regional dan menyebabkan
limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang
menahan infeksi tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah in feksi awal timbul fase laten. Selama masa ini virus virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi bersembunyi di dalam ganglion ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas sitotoksisitas atau gejala pada manusia. manusia.
2.4 Manifestasi Klinis
Infeksi ini berlangsung berlangsung dalam 3 tingkat tingkat yaitu : ·
Infeksi primer Tempat predileksi VHS tipe I didaerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan
hidung, biasanya dimulai pada usia anak – anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan misalnya kontak langsung dengan kulit . Infeksi primer oleh VHS tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah terutama di daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus . Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira – kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional . Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dan kadang – kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatric. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang – Kadang – kadang kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberikan gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibody VHS. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80 % infeksi VHS pada genetalia eksterna disertai infeksi serviks ·
Fase Laten
Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis ·
Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu ini dapat berupa trauma fisik ( demam, infrksi, kurang tidur, hubungan seksual, dll ), trauma psikis ( ganguan emosional, menstruasi menstruasi dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang . Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira – kira – kira kira 7 – 7 – 10 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal local sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama ( loco ) atau tempat lain / disekitarnya ( non loco )
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit herpes simpleks biasanya tidak menimbulkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Namun dengan orang yang dengan system imun yang tidak bisa bekerja dengan baik, maka bisa saja mengalami outbreaks herpes simpleks genital yang parah dalam waktu yang lama. Orang dengan system imun normal, bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut dengan istilah herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan karena HSV-1, namun kadang juga disebabkan karena HSV-. Herpes simpleks bisa menyebabkan penyakit mata yang lebih serius bahkan menyebabkan kebutaan. Komplikasi lainnya yang terjadi adalah wanita hamil yang biasanya mengalami herpes akan menularkan penyakit herpesnya pada bayinya. Bayi yang terlahir dengan herpes maka biasanya mereka akan meninggal atau juga mengalami gangguan yang terjadi pada otak, kulit, atau juga mata. Dan jika herpes genital muncul pada ibu hamil, maka ini haruslah mendapatkan perhatian khusus dan serius karena virus herpes bisa melalui plasenta, sampai menuju ke sirkulasi fetal serta bisa menimbulkan terjadinya suatu kerusakan atau bahkan kematian pada janinnya.
2.6 Pencegahan
Herpes simpleks bisa dicegah dengan : ·
Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
·
Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
·
Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
·
Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi
2.7 Penatalaksanaan
Untuk mengobati herpes simpleks, dokter dapat memberikan pengobatan antivirus dalam bentuk krim atau pil. Pengobatan ini tidak dapat menyembuhkan herpes simpleks, namun dapat mengurangi durasi terjadinya penyakit dan mengurangi beratnya penyakit. Antivirus yang diakui
oleh FDA (badan pengawas obat-obatan Amerika Serikat) antara lain: Acyclovir, Valacyclovir dan Famcyclovir. Jika seseorang sedang mendapat pengobatan untuk herpes simpleks, maka pasangan seksualnya disarankan untuk diperiksa, dan bila perlu, diobati juga walaupun tidak ada gejala. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang serius pada infeksi herpes simpleks yang tidak terdiagnosis atau mencegah penyebaran infeksi ini ke orang lain. Mereka juga disarankan untuk tidak berhubungan seksual sampai selesai pengobatan
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian a)
Biodata.
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan; beresiko tinggi pada penjaja seks komersial.
b)
Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat palayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
c)
Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. pada beberapa kasus, timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis. Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat.
d)
Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simplek atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
e)
Riwayat penyakit kelarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
f)
Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah: 1.
Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
2.
Menarik diri dari kontak social.
3.
Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
g)
Kebiasaan sehari-hari.
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan, terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-
alat pribadi secara bersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
h)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien. pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikelvesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan men ggunakan skala wajah untuk mengkaji men gkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan. 3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien herpes simpleks adalah : 1.
Nyeri b/d inflamasi jaringan
2.
Resiko infeksi b/d pemajanan melalui kontak ( kontak langsung & tidak langsung)
3.
Kerusakan Integritas Kulit b/d penurunan imunologis
4.
Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks
4.3 Rencana Keperawatan No
NDX
1
Nyeri
NOC
b/d ·
Pain level
NIC Pain Management
Rasional
inflamasi
·
Pain control
· Lakukan
jaringan
·
Comfort level
nyeri secara komprehensif derajat beratnya keterlibatan
·
Kriteria Hasil :
(
·
Mampu
durasi, frekuensi,kualitas Perubahan lokasi/ karakter/
mengontrol (tahu
lokasi,
pengkajian ·
karakteristik, jaringan
nyeri dan faktor pesipitasi)
reaksi
menggunakan teknik verbal
untuk
ketidaknyamanan
teraipetik ·
untuk
·
pengalaman nyeri klien
nyeri
manajemen nyeri
ruangan,
·
kebisingan
skala
nyeri
seperti
stimulasi
berlebihan
dapat
suhu mengurangi nyeri. Beberapa mungkin
sensitif
terhadap cahaya yang dapat meningkatkan nyeri
intensitas, · Ajarkan
frekuensi, dan tanda teknik pernafasan
·
menurunkan
Menurunkan
pencahayaan, orang
(
nyeri)
/
kenyamanan klien
lingkungan ·
menggunakan
mengenali
Dapat
dengan yang dapat mempengaruhi yang
Mampu
perbaikan
mengetahui kecemasan dan meningkatkan
nyeri · Kontrol
berkurang
terjadinya
Menetapkan dasar untuk
mengkaji
bantuan)
bahwa
dapat
teknik perubahan - perubahan
mencari komunikasi
Melaporkan
nyeri
non komplikasi dari ·
mengurangi · Ginakan
nyeri,
kerusakan.
mengindikasikan
mampu · Observasi
nonfarmakologi
/
intensitas
penyebab
nyeri,
Nyeri selalu ada beberapa
relaksasi
Menyatakan
tentang ·
Memfokuskan
/ perhatian,
kebali
meningkatkan
relaksasi, dan meningkatkan rasa
control,
yang
dapat
rasa nyaman setelah
menurunkan ketergantunggan
nyeri berkurang
farmakologis ·
Menurunkan
mengontrol · Berikan analgetik untuk menurunkan menguranggi nyeri
/
nyeri
dan
rangsangan
system saraf simpatis ·
Untuk
mengetahui
intervensi selanjutnya
· Evaluasi
keefektifan ·
kontrol nyeri · Anjurkan
Kekurangan tidur dapat
meningkatkan persepsi nyeri / klien
untuk kemampuan koping menurun
beristirahat
·
Untuk
mengetahui
intervensi selanjutnya
· Kolaborasi
dengan
dokter jika keluhan dan tindakan
nyeri
tidak
berhasil 2
Resiko infeksi
v Immune Status b/d v Knowledge
Infection Control
: ·
Bersihkan
·
Mencegah kontaminasi
pemajanan
infection control
lingkungan setelah dipakai silang,
melalui
v Risk control
pasien lain
kontak kontak
(
·
resiko
infeksi
Pertahankan teknik ·
isolasi
Kriteria Hasil :
menurunkan
Menurunkan
resiko
terkontaminasi silang/terpajan
langsung & v Klien bebas dari
pada flora bakteri multiple
tidak
tanda
·
langsung)
infeksi
·
v Mendeskripsikan
bila perlu
dan
proses
gejala
penularan ·
penyakit,
Batasi pengunjung silang dari pengunjung ·
Instruksikan
yang mempengaruhi mencuci serta berkunjung
tangan
resiko
dan
saat setelah
berkunjung meninggalkan
v Menunjukkan
pasien
untuk ·
menurunkan
untuk infeksi
pelaksanaannya
kemampuan
Mencegah kontaminasi
silang,
faktor pengunjung
penularan
Mencegah kontaminasi
·
Menurunkan
resiko
Gunakan sabun anti terkontaminasi silang/terpajan
mencegah timbulnya mikroba untuk cuci tangan pada flora bakteri multiple infeksi v Jumlah
· leukosit ·
dalam batas normal
Cuci
sebelum
Menurunkan
tangan terkontaminasi dan
sesudah
resiko
Menunjukkan
tindakan keperawatan
perilaku hidup sehat
·
Gunakan
sarug
tangan
Mencegah
terpajan
baju, pada organism infeksis sebagai
pelindung ·
·
·
Berikan
Antibiotik
terapi sistemik
antibiotic bila perlu
local
diberikan
mengontrol
pathogen
teridentifikasi
dan untuk yang oleh
kultur/sensitivitas.
Infection Protection
·
·
Untuk
mengetahui
Monitor tanda dan tingkat keparahan
gejala infeksi iskemik dan local ·
·
mengetahui
Monitor kerentanan resiko penyebaran
terhadap infeksi ·
Untuk
·
Untuk
mengurangi
Berikan perawatan gejala yang muncul
kulit pada area epidema ·
Inspeksi kulit dan ·
membrane terhadap
Untuk
mengetahui
mukosa proses inflamasi kemerahan,
panas, drainase ·
Instruksikan pasien ·
Antibiotik
untuk minum antibiotic sistemik sesuai resep
local
diberikan
mengontrol
pathogen
teridentifikasi
dan untuk yang oleh
kultur/sensitivitas. 3
Kerusakan
v Tissue Integrity : Pressure Management
integritas
Skin
kulit
and
Mocous ·
b/d Membranes
perubahan
v Hemodyalisis
Anjurkan
menggunakan yang longgar
pasien ·
Tekanan baju / balutan
pakaian meminimalkan jaringan parut dengan
mempertahankannya
imunologis
akses
datar, lembut, dan lunak. · ·
Kriteria Hasil :
Hindari kerutan pada lama
jaringan,
menurunkan potensial iskemia
yang
bisa
jaringan/
baik
nekrosis
dipertahankan
pembentukan dekubitus
(sensasi, elastisitas,
·
dan
Klien yang mengalami
Jaga kebersihan kulit kelainan kulit itu harus selalu
agar tetap bersih dan tetap dibersihkan. Jika tidak, kulit
v Tidak ada luka / kering
bisa menjadi media sehingga
lesi pada kulit
bakteri bisa masuk
v Perfusi
·
jaringan
baik
pemahaman proses
Mencegah
progresif
v Menunjukkan
·
Mobilisasi pasien
mengencangkan
meningkatkan
perbaikan
fungsi
mencegah
terjadinya
kehilangan
sedera
berulang
tulang
v Mampu
·
melindungi kulit dan
inflamasi ·
Monitor
kulit
akan ·
kulit adanya kemerahan
dan perawatan alami
·
Mandikan
dengan
sabun
tubuh v Self esteem
b/d
/
sendi
Jika
dan
menurunkan kalsium
Menunjukkan
kulit
dari
proses
tidak dibersihkan,
bisa
menjadi
media
pasien sehingga bakteri bisa masuk. dan
air Disarankan
hangat v Body image
pemeliharaan
otot
kulit dan mencegah
kelembaban
secara
jaringan parut dan kontraktur,
dalam
mempertahankan
citra
pada
kulit tempat tidur
pigmentasi)
Gangguan
tekanan
v Integritas
temperature, hidrasi, ·
4
Menghindari
Body
menggunakan
sabun antiseptic. image
enchancement
· Kaji secara verbal dan ·
Episode
traumatic,
non verbal respon klien mengakibatkan
perubahan
perubahan
Kriteria Hasil :
penampilan,
v Body image positif terhadap tubuhnya
tiba – tiba, tak diantisipasi,
sekunder
v Mampu
membuat perasaan kehilangan
akibat
mengidentifikasi
pada kehilangan actual yang
penyakit
kekuatan personal
dirasakan.
Ini
herpes
v Mendeskripsikan
dukungan
dalam
perbaikan
simpleks
secara
factual
optimal.
perubahan
fungsi · Monitor
Penerimaan
perasaan
tubuh
frekuensi ·
mengkritik dirinya
sebagai
memerlukan
respon
normal terjadi
v Mempertahankan
terhadap
yang
interaksi sosial
membantu
perbaikan.
tidak
membantu
kemungkinan
Ini atau
mendorong
pasien sebelum siap untuk menerima
situasi.
Penyangkalan mekanisme
mungkin
adaptif,
karena
pasien tidak siap mengatasi masalah pribadi. · Jelaskan
tentang ·
pengobatan,
Mempertahankan
/
perawatan, membuka garis komunikasi
kemajuan, dan prognosis dan penyakit
meningkatkan
kepercayaan dan mengadakan hubungan antara klien dan perawat
· Dorong
klien ·
Meningkatkan ventilasi
mengungkapkan
perasaan dan memungkinkan
perasaannya
respon yang lebih membantu pasien ·
Kata – kata penguatan
· Fasilitasi kontak dengan dapat mendukung terjadinya individu
lain
kelompok kecil
dalam koping
positif.
Memungkinkan klien / orang
terdekat
menjadi
realistis
dalam harapan.
BAB IV KASUS FIKTIF
Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan be ralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada tanggal 10 Mei pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh suaminya. Ny. R mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah genetalia. Sebelumnya Ny. R mengalami gatalgatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia dan kulitnya. Ibu mengatakan pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di sebuah sekolah dasar. Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24 kali/menit, suhu 38,6 0 C, terdapat vesikel yang multipel di daerah mulut dan kulitnya. Leukosit < 4000/mmk
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Tanggal MRS
: 10-05-15
Sumber informasi
: Klien dan Keluarga
Ruang / kelas
: Cendrawasih / I
Tgl Pengkajian
: 10-05-15
Dx Medis
: Herpes Simplex
1.
Identitas
Nama
: Ny. R
Usia
: 30 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Gorontalo/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Desa Tenggela, Telaga, Gorontalo
Keluhan Utama
: Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan
2.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia berwarna kemerahan pada kulit kemudian di ikuti gelembung gelembung berisi cairan 3.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, pasien juga tidak memiliki alergi. Jika merasa gatal biasanya diolesi minyak kayu putih bisa hilang dengan sendirinya. 4.
Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi herpes menyerang daerah genetalia dan sekitarnya. Dua minggu yang lalu penyakitnya kambuh tapi sekarang sudah sembuh. 5. a.
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 82 kali/menit, RR : 24 kali/menit, Suhu : 38,6 0 C b. Pemeriksaan B1 – B1 – B6 B6 B1 ( Breathing ) Paru – Paru – paru paru Ø Inspeksi
: Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi
: Sterm fremitus kanan = kiri
Ø Perkusi
: Sonor seluruh lapang paru
Ø Auskultasi
: Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
B2 ( Blood ) Jantung Ø Inspeksi
: Simetris, statis, dinamis
Ø Palpasi
: Teraba normal
Ø Perkusi
: Konfigurasi jantung dalam batas normal
Ø Auskultasi
: Normal (S1 S2 tunggal)
B3 ( Brain ) Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6) B4 ( Bladder ) BAK tidak menentu, tidak ada nyeri tekan di area bladder. adanya lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluan. B5 ( Bowel ) Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis. Ø Inspeksi
: Datar
Ø Palpasi
: Supel, tidak ada massa
Ø Perkusi
: Timpani
Ø Auskultasi
: Bising usus ( + )
B6 ( Bone ) Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun bawah. Kulit lembab, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi. 6.
Pola Aktivitas Sehari-hari
a.
Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter. b. Pola Nutrisi Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari (porsi makan +/- 7-8 sendok makan) ditambah makanan ringan serta minum 8 gelas/ hari (1500ml/hari). Namun saat sakit nafsu makan pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan nafsu makan. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya. c.
Pola Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya, walaupun pasien tetap kencing dengan frekuensi seperti biasanya, tetapi pasien merasa nyeri saat berkemih.
d. Pola Tidur dan Istirahat Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena merasakan nyeri dan gatal pada daerah tubuh teutama kulit e.
Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera pasien masih berfungsi dalam batas normal. f.
Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak mengurangi aktivitasnya karena pasien merasakan nyeri saat berjalan. g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha menerima segala kondisinya saat ini. h.
Pola Peran Dan Hubungan
Pasien agak risih dengan keadaannya saat ini. Terutama hubungan dengan sang suami. i.
Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Selama sakit pola seksualitas terganggu. j.
Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi harus memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa. k.
Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
4.2 Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut b.d agent cedera biologis
2.
Hipertermi b.d proses penyakit
3.
Kerusakan Integritas Kulit b.d faktor mekanik
4.3 Rencana Keperawatan No Hari/tgl
NDX
1
10.05.15
NOC
NIC
Rasional
Nyeri akut b.d agent Setelah
· Lakukan
·
cedera biologis
diberikan
pengkajian nyeri kerusakan.
tindakan
secara
keperawatan
komprehensif
selama
Nyeri selalu ada beberapa dera Perubahan
lokasi/
mengindikasikan terjadinya komplik ( ·
3x24 lokasi,
Menetapkan dasar untuk me
perubahan
jam, nyeri dapat karakteristik,
·
terkontrol
klien
durasi,
Dapat menurunkan kecemasa
dengan Kriteria frekuensi,kualitas Hasil :
dan
·
pesipitasi)
Mampu
faktor ·
mengontrol nyeri
Menurunkan stimulasi yang b
Beberapa orang mungkin sensiti (tahu
meningkatkan nyeri
penyebab nyeri, · Observasi
·
Memfokuskan kebali perhati
mampu
reaksi non verbal meningkatkan rasa control, yang d
menggunakan
dari
teknik
ketidaknyamanan ·
farmakologis
nonfarmakologi
Menurunkan / mengontrol n
system saraf simpatis
untuk
· Gunakan teknik ·
Untuk mengetahui intervensi se
mengurangi
komunikasi
Kekurangan tidur dapat mening
nyeri,
mencari teraipetik
·
untuk koping menurun
bantuan)
mengetahui
·
pengalaman
Melaporkan
bahwa
nyeri nyeri klien
·
Untuk mengetahui intervensi se
berkurang
· Kontrol
dengan
lingkungan yang
menggunakan
dapat
manajemen
mempengaruhi
nyeri
nyeri
seperti
·
suhu
ruangan,
Mampu
mengenali nyeri pencahayaan, (
skala kebisingan
intensitas, frekuensi,
dan
tanda nyeri)
· Ajarkan tentang
·
teknik pernafasan
Menyatakan
rasa
nyaman / relaksasi
setelah
nyeri
berkurang
· Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri
· Evaluasi keefektifan kontrol nyeri · Anjurkan klien untuk beristirahat
· Kolaborasi dengan
dokter
jika keluhan dan tindakan
nyeri
tidak berhasil 2
10.05.15 Hipertermib.dproses Setelah penyakit
·
Monitor suhu ·
Untuk mengetahui intervensi se
diberikan
sesering mungkin ·
Untuk mengetahui perubahan y
tindakan
·
Tanda – tanda vital merupaka
keperawatan
warna dan suhu umum pasien
selama
Monitor
3x24 kulit
jam,pasien
·
menunjukkan
nadi, dan RR
·
·
Penurunan tingkat kesadaran
Monitor TD, tersebut
semakin
syok
suhu
tubuh
·
Antipiretik dapat menurunkan p
dalam
batas
·
Merangsang penurunan suhu tu
normal
dengan ·
Kriteria Hasil: v Suhu dalam
Monitor
penurunan
·
Untuk menjaga agar klien tetap
tubuh tingkat kesadaran
·
Peningkatan
rentang
yang cukup
v Nadi dan RR rentang
normal v Tidak
·
Berikan
ada antipiretik
perubahan warna kulit dan tidak · pusing
suhu
tubuh
meningkat sehingga perlu diimbang
normal
dalam
pengaturan tubuh
Kompres
pada lipatan paha dan aksila
·
Tingkatkan
sirkulasi udara ·
Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi 3
10.05.15
Kerusakan Integritas
Setelah
·
Kulit diberikan
b.d faktor mekanik
Anjurkan
·
Tekanan baju / balutan me
pasien
mempertahankannya datar, lembut,
tindakan
menggunakan
·
keperawatan
pakaian
selama
Menghindari tekanan lama pa
yang iskemia jaringan/ nekrosis dan pemb
3x24 longgar
·
Klien yang mengalami kelaina
jam, diharapkan
Jika tidak, kulit bisa menjadi media
kerusakan
·
integritas pasien
kulit ·
Hindari
teratasi kerutan
denganKriteria
Mencegah secara progresif m
kontraktur, meningkatkan pemeli pada mencegah menurunkan kehilangan k
tempat tidur
·
Menunjukkan proses inflamasi
Hasil :
·
Jika tidak dibersihkan, kulit
vIntegritas kulit
sehingga
yang baik bisa
antiseptic.
dipertahankan (sensasi, elastisitas,
·
Jaga
temperature,
kebersihan kulit
hidrasi,
agar tetap bersih
pigmentasi)
dan tetap kering
vTidak ada luka / lesi pada kulit vPerfusi jaringan baik vMenunjukkan
·
pemahaman
pasien
dalam
proses
perbaikan dan
kulit
mencegah
terjadinya sedera
Mobilisasi
bakteri
bisa
masuk.
berulang vMampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
dan
perawatan alami
·
Monitor kulit
akan
adanya
kemerahan ·
Mandikan
pasien sabun
dengan dan
air
hangat
4.4 Implementasi dan Evaluasi
No
Hari/
Jam
Implementasi
09.05
· Melakukan
Evaluasi
Tgl
1
10.05.15
pengkajian
nyeri Jam : 09.35
secara komprehensif
S
:
Klien
mengatakan
masih
· Mengobservasi reaksi reaksi non verbal merasakan nyeri pada daerah sekitar 09.10
09.15
dari ketidaknyamanan · Menggunakan
teknik
komunikasi
teraipetik
untuk ·
Klien tampak meringis
mengetahui
pengalaman
nyeri ·
Nyeri berada pada skala 6 (1-
klien 09.20
kemaluan
· Mengontrol
O:
10) lingkungan
yang ·
TTV :
dapat mempengaruhi nyeri seperti TD =120/80 mmHg suhu
ruangan,
pencahayaan, N = 80x/mnt SB = 38,60 C
kebisingan 09.25
· Mengajarkan
tentang RR = 22x/mnt
teknik pernafasan / relaksasi 12.00
· Memberikan
analgetik
A : Masalah nyeri belum teratasi untuk P : Lanjutkan intervensi
mengurangi nyeri 09.30
· Mengevaluasi
keefektifan
kontrol nyeri 09.40
· Menganjurkan
klien
untuk
beristirahat 2
10.05.15
10.30
·
Memonitor
suhu
sesering sesering Jam : 13.50
mungkin
S : Klien mengeluh masih demam
10.35
·
09.35
kulit
·
Akral teraba hangat
·
Memonitor TD, nadi, dan RR
·
TTV :
·
Memonitor penurunan tingkat TD =120/80
10.30
Memonitor warna dan suhu O :
kesadaran
N = 80x/menit
12.00
·
Memberikan antipiretik
SB = 38,4 0 C
10.40
·
Mengompres
pada
lipatan RR = 22x/menit
paha dan aksila
A : Masalah Hipertermi belum teratasi
10.45
·
Meningkatkan sirkulasi udara
P : Lanjutkan intervensi
10.50
·
Meningkatkan intake cairan
dan nutrisi 3
10.05.15
11.00
·
Anjurkan
menggunakan 09.10
longgar ·
11.05
pakaian
yang S
: Klien
mengeluh
gelembung-gelembung
adanya diarea
Hindari kerutan pada tempat kemaluan dan sekitarnya
tidur ·
pasien Jam : 11.10
O : adanya gelembung-gelembung
Monitor kulit akan adanya kemerahan diarea genetalia
kemerahan
A : Masalah Kerusakan integritas kulit
belum teratasi P : Lanjutkan intervensi BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
·
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan. ·
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:virus herpes
simpleks tipe I (HSV I) dan virus herpes simpleks tipe II (HSV II, “virus of love”). ·
Infeksi ini berlangsung dalam 3 tingkat yaitu : Infeksi prime, Fase Laten, dan Infeksi
rekurens ·
Herpes simpleks bisa dicegah dengan :
·
Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
·
Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
·
Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
·
Evaluasi, konsultasi, dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi
5.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan dankelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga parapembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 1). Yogyakarta : Media Action Publishing
Kusuma Hardi dan Nurain Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC (jilid 2). Yogyakarta : Media Action Publishing
Doengoes E. Marilyn, Geissler C. Alice, and Moorhouse F. Mary. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC