ASKEP SEPSIS
A.
Pengertian
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan mikroorganisme gramnegative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan pseudomonas sp. B.
Etiologi dan Epidemiologi Epidemiologi
Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 50 – 70 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob. Berikut adalah daftar sebagian yang singkat dari keduanya yaitu organisme dan istilah-istilah istilah-istilah sistim organ (dan yang berhubungan dengan organ) yang terlihat di keduanya literatur awam dan medis: • MRSA sepsis: sepsis yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus Staphylococcus aureus aureus yang resisten terhadap methicillin • VRE sepsis: sepsis yang disebabkan oleh jenis jenis bakteri bakteri Enterococcus Enterococcus yang resisten terhadap vancomycin • urosepsis: sepsis yang berasal dari infeksi saluran kencing • wound sepsis: sepsis yang berasal dari infeksi luka • neonatal sepsis atau septicemia: sepsis yang terlihat terlihat pada bayi-bayi yang yang baru dilahirkan, biasanya pada empat minggu pertama setelah kelahiran • septic abortion: abortion: aborsi yang disebabkan oleh infeksi dengan sepsis pada ibu C.
Tanda dan gejala
Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah: a. demam atau hypothermia b. berkeringat c. sakit kepala d. nyeri otot
Cari tahu sumber infeksi utama. Pertimbangkan sumber infeksi berikut: a. infeksi saluran kencing b. infeksi saluran pernapasan c. infeksi kulit d. meningitis e. endokarditis f. infeksi intra abdomen g. osteomyelitis h. penyakit inflamasi pelvis i. penyakit menular seksual Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan: a. perubahan sirkulasi b. penurunan perfusi perifer c. tachycardia d. tachypnea e. pyresia atau temperature <36oC f. hypotensi
D.
Diagnosis
Pasien perlu memenuhi paling sedikit dua dari kriteria SIRS yang didaftar diatas dan mempunyai infeksi yang dicurigai atau terbukti. Diagnosis yang definitif
tergantng pada pembiakn darah yang positif untuk agen infeksius dan paling sedikit dua dari kriteria SIRS. Bagaimanapun, dua subset dari empat kriteria tergantung pada analisa laboratorium; pemeriksaan-pemeriksaan sel darah putih dan PaCO2. Kriteriakriteria subset ini, seperti pembiakan-pembiakan darah, dilakukan di laboratorium-laboratorium klinik. E.
Pengobatan
Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular. Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.
F.
Pencegahan
Faktor-faktor risiko yang menjurus pada sepsis dapat dikurangi dengan banyak metode-metode. Mungkin cara yang paling penting untuk mengurangi kesempatan untuk sepsis adalah untuk pertama mencegah segala infeksi-infeksi. Vaksin-vaksin, kesehatan yang baik, mencuci tangan, dan menghndari sumber-sumber infeksi adalah metode-metode pencegahan yang baik sekali. Jika infeksi terjadi, perawatan segera dari segala infeksi sebelum ia mempunyai kesempatan untuk menyebar kedalam darah adalah mungkin untuk mencegah sepsis. Ini terutama penting pada pasien-pasien yang berisiko lebih besar untuk infeksi seperti mereka yang mempunyai sistim-sistim imun yang ditekan, mereka yang dengan kanker, orangorang dengan diabetes, atau pasien-pasien kaum tua. G. Temuan Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab. b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi organisme. c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan peningkatan
neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi. d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya infalamasi. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN SEPSIS PENGKAJIAN 1. Identitas Klien Riwayat Penyakit a) Keluhan utama b) Riwayat penyakit sekarang c)
Riwayat penyakit dahulu.
d)
Riwayat penyakit keluarga
Airway a. yakinkan kepatenan jalan napas b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal) c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU Breathing a. kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang signifikan b. kaji saturasi oksigen c. periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis d. berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask e. auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada f. periksa foto thorak Circulation
a. kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan b. monitoring tekanan darah, tekanan darah <> c. periksa waktu pengisian kapiler d. pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar e. berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel f. pasang kateter g. lakukan pemeriksaan darah lengkap h. siapkan untuk pemeriksaan kultur i. catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari 36oC j. siapkan pemeriksaan urin dan sputum k. berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat. Disability Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). a. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
Exposure Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya. Tanda ancaman terhadap kehidupan Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut: a. penurunan fungsi ginjal b. penurunan fungsi jantung c. hyposia d. asidosis e. gangguan pembekuan f. acute respiratory distress syndrome (ARDS) – tanda cardinal oedema pulmonal. 2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul
a. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran. b. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman. c. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea. d. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas. e. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasankecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi. 3. Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang berhubungan dengan penu;aran ifneksi pada bayi sebelum, selama dan sesudah kelahiran. Tujuan 1 : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi. Kriteria evaluasi : penularan infeksi tidak terjadi. Intervensi : a. Kaji bayi yang memiliki resiko menderita infeksi meliputi : - Kecil untuk masa kehamilan, besar untuk masa kehamilan, prematur. - Nilai apgar dibawah normal - Bayi mengalami tindakan operasi - Epidemi infeksi dibangsal bayi dengan kuman E. coli Streptokokus - Bayi yang megalami prosedur invasif - Kaji riwayat ibu, status sosial ekonomi, flora vagina, ketuban pecah dini, dan infeksi yang diderita ibu. b. Kaji adanya tanda infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks mengisap kurang, minum sedikit, distensi abdomen, letargi atau iritablitas. c. Kaji tanda infeksi yang berhubungan dengan sistem organ, apnea, takipena, sianosis, syok, hipotermia, hipertermia, letargi, hipotoni, hipertoni, ikterus, ubun ubun cembung, muntah diare. d. Kaji hasil pemeriksaan laboratorium e. Dapatkan sampel untuk pemeriksaaan kultur. Tujuan 2 : Mencegah dan meminimalkan infeksi dan pengaruhnya intercensi keperawatan. a. Berikan suhu lingkungan yang netral
b. Berikan cairan dan nutrisi yang dibutuhkan melalui infus intravena sesuai berat badan, usia dan kondisi. c. Pantau tanda vital secara berkelanjutan d. Berikan antibiotik sesuai pesanan e. Siapkan dan berikan cairan plasma segar intravena sesuai pesanan f. Siapkan untuk transfusi tukar dengan packed sel darah merah atas indikasi sepsis. Diagnosa Keperawatan 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau intoleran terhadap minuman. Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan kenaikan berat badan. Kriteria hasil : nutrisi dan cairan adekuat. Intervensi keperawatan : a. Kaji intoleran terhadap minuman b. Hitung kebutuhan minum bayi c. Ukur masukan dan keluaran d. Timbang berat badan setiap hari e. Catat perilaku makan dan aktivitas secara kurat f. Pantau koordinasi refleks mengisap dan menelan g. Ukur berat jenis urine h. Berikan minuman yang adekuat dengan cara pemberian sesuai kondisi i. Pantai distensi abdomen (residu lambang) Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan pola pernafasan yang berhubungan dengan apnea. Tujuan : mengatur dan membantu usaha bernpaas dan kecukupan oksigen. Kriteria hasil : frekuensi pernapasan normal, tidak mengalami apneu. Intervensi Keperawatan : a. Kaji perubahan pernapasan meliputi takipnea, pernapasan cuping hidung, gunting,sianosis, ronki kasar, periode apnea yang lebih dari 10 detik. b. Pantau denyut jantung secara elektronik untuk mengetahui takikardia atau bradikardia dan perubahan tekanan darah. c. Sediakan oksigen lembap dan hangat dengan kadar T1O2 yang rendah untuk menjaga pengeluaran energi dan panas.
d. Sediakan alat bantu pernapasan atau ventilasi mekanik e. Isap lendir atau bersihkan jalan napas secara hati-hati f. Amati gas darah yang ada atua pantau tingkat analisis gas darah sesuai kebutuhan. g. Atur perawatan bayi dan cegah penanganan yang berlebihan. Diagnosa Keperawatan 4 : Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi oleh petugas. Tujuan : menceghah terjadinya infeksi nasokomial Kriteria hasil : cedera pada bayi tidak terjadi. Intervensi keperawatan : a. Lakukan tindakan pencegahan umum, taati aturan/kebijakan keberhasilan kamar bayi. b. Isolasi bayi yang datang dari luar ruang perawatan sampai hasil kultur dinyatakan negatif. c. Keluarkan bayi dari ruang perawatan atua ruang isolasi yang ibunya menderita infeksi dan beri tahu tentang penyakitnya. d. Semua personel atau petugas perawatan didalam ruang atau saat merawat bayi tidak menderita demam, penyakit pernapasan atau gastrointestinal, luka terbuka dan penyakit menular lainnya. e. Sterilkan semua peralatan yang dipakai, ganti selang dan air humidifier dengan yang steril setiap hari atau sesuai ketentuan rumah sakit. f. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator berserta peralatannya dengan larutan anti septik tiap minggu atau sesudah digunakan. g. Bersihkan semua tempat tidur bayi dan inkubator beserta peralatannya dengan larutan antiseptik tiap minggu atau sesudah digunakan. h. Laksanakan secara steril semua prosedur tindakan dalam melakukan perawatan. i. Semua perawat atau petugas lain mencuci tangan sesuai ketentuan setiap sebelum dan sesudah merawat atau memegang bayi. j. Ambil sampel untuk kultur dari peralatan bahan persedian dan banyak bahan lain yang terkontaminasi diruang perawatan. k. Jelaskan orang tua dan keluarga, ketentuan yang harus ditaati saat mengunjungi bayi. Diagnosa Keperawatan 5 : Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
kesalahan dan kecemasan, penularan infeksi pada bayi dan konsekwensi yang serius dari infeksi. Tujuan : meminimalkan kesalahan orang tua dan memberi dukungan koping saat krisis. Kriteria hasil : koping individu adekuat. Intervensi keperawatan : a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi. c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai, perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi. d. Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat bayi.
ASKEP SEPSIS PADA ANAK A. Definisi Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). Pembagian Sepsis: 1. Sepsis dini – > terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Sepsis lanjutan/nosokomial – > terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. B. Etiologi
Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain : • Perdarahan • Demam yang terjadi pada ibu • Infeksi pada uterus atau plasenta • Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan) • Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan) • Proses kelahiran yang lama dan sulit C. Patofisiologi Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu : a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma. b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial, infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus. D. Tanda dan Gejala Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan: • Bayi tampak lesu • tidak kuat menghisap • denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik • gangguan pernafasan • kejang • jaundice (sakit kuning) • muntah • diare • perut kembung E. Faktor Risiko 1. Sepsis Dini • Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal • Malnutrisi pada ibu • Prematuritas, BBLR 2. Sepsis Nosokomial • BBLR– >berhubungan dengan pertahanan imun • Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang • Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten) F. Pencegahan • Pada masa Antenatal – > Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan. • Pada masa Persalinan – > Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. • Pada masa pasca Persalinan – > Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI
secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril. G. Prognosis 25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif. Asuhan Keperawatan Pengkajian : • Status sosial ekonomi • Riwayat parawatan antenatal • Riwayat penyakit menular seksual • Riwayat penyakit infeksi selama kehamilan dan saat persalinan (toksoplasma, rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis) • Pemeriksaan fisik Diagnosa Keperawatan 1. Infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum dan sesudah kelahiran Tujuan : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai risiko menderita infeksi Intervensi : • Kaji bayi yang berisik o menderita infeksi R/ : Mengetahui sejak dini infeksi • Kaji tanda2 infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks menghisap, minum sedikit, distensi abdomen. R/ : mengetahui tanda2 infeksi • Kaji tanda2 infeksi yang berhubungan dengan sistem organ R/ : mengetahui tanda2 infeksi yang ada di organ 2. Kebutuhan Nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap minuman Tujuan : Memelihara kebutuhan nutrisi bayi, BB bayi normal, terhindar dari dehidrasi Intervensi : • Kaji intoleransi terhadap minuman R/ : memberi asupan intake secara normal • Hitung kebutuhan minum bayi R/ : mengontrol adanya kelebihan atau kekurangan minum • Ukur intake dan output R/ : mengetahui asupan intake dan output
• Timbang BB bayi secara berkala R/ : mengetahui keadaan umum bayi • Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat R/ : mengetahui aktifitas yang berlebihan