[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai kaitannya denagn sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir. Dalam laporan WHO yang dikutip dalam Child Health Research Project Special Report : reducing perinatal and neonatal mortality (1999) dikemukakan bahwa 40% kematian bayi baru lahir terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum, sepsis dan infeksi gastrointestinal. disamping tetanus neonatorum, case fatality rate yang tinggi ditemukan pada sepsis neonatorum. Hal ini terjadi karena banyak faktor resiko infeksi pada masa perinatal yang belum dapat dicegah dan ditanggulangi. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan penyebab kematian utama pada neonatus.Hal ini karena neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. (Surasmi, 2003)
1
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sepsis neonatorum? 2. Apa etiologi dari sepsis neonatorum? 3. Apa manifestasi kinis sepsis neonatorum? 4. Bagaimana patofisiologi sepsis neonatorum? 5. Apa pathway dari sepsis neonatorum? 6. Apa komplikasi pada sepsis neonatorum? 7. Apa saja pemeriksaan penunjang sepsis neonatorum? 8. Apa penatalaksanaan dari sepsis neonatorum? 9. Bagaimana asuhan keperawatan sepsis neonatorum? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: Setelah dilakukan pembahasan tentang Sepsis neonatorum diharapkan dapat memahami tentang : a. Teori Penyakit Sepsis Neunatorum dan dapat menjelaskan: 1)
Pengertian Sepsis Neunatorum
2) Etiologi 3) Manifestasi Klinis 4) Patofisiologi 5) Pathway 6) Komplikasi 7) Pemeriksaan penunjang 8) Penatalaksanaan medis dan keperawatan b. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Sepsis neunatorum 1) Pengkajian 2)
Diagnosa keperawatan
3)
Intervensi keperawatan BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
2
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, 1999) Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Surasmi, 2003) Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau sepsis pada neonatus yang perlu diketahui(Maryunani, 2009), yaitu: 1.
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.
2.
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain
3.
Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO, 1996)
4.
Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi multiorgan dan akhirnya kematian.
2.2 Etiologi Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh
3
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
bakteri seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009) Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus adalah: 1.
Perdarahan
2.
Demam yang terjadi pada ibu
3.
Infeksi pada uterus dan plasenta
4.
Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu) 5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
6.
Proses kelahiran yang lama dan sulit
2.3 Patofisiologi Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara (Surasmi, 2003), yaitu :
4
[SEPSIS NEONATORUM] 1.
Asuhan Kepeerawatan
Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
2.
Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
3.
Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
5
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
2.4 Pathway
Bakteri dan virus
Penyakit infeksi yang diderita ibu
Masuk ke neonatus
Masa antenatal
Kuman dan virus dari ibu
Masa intranatal
pascanatal
Kuman di vagina dan serviksInfeksi nosokomial dari luar rahim
Melewati plasenta dan umbilikus Naik mencapai korion dan amnion Melalui alat-alat pengisap lendir, selang endotrakeal, infuse, selang nasog
Masuk ke dalam tubuh bayi
Amnionitis dan korionitis
Melalui sirkulasi darahKuman janin melalui umbilikus masuk ke tubuh janin
SEPSIS
ia, muntah, diare, menyusui buruk, hepatomegali, peningkatan residu setelah menyusui
Ante, Intra, postnatal : hipertermi aktivitas lemah, tampak sakit, menyus Sistem pernapasan : dispnea, takipnea, apnea, tarikan otot pernapasan, sianosis
Gangguan gastrointestinal
Pola napas terganggu Risiko Infeksi
2.5 Manifestasi Klinis
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Gangguan Tubuh Pola Napas
6
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis. 1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari protaglandin dan leukotrien. 2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku. 3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari ketidakstabilan sistem saraf simpatik. 4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang keluar dari telinga
7
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari infeksi luka umbilikus. Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala pada bayi yang mengalami sepsis neonatorum saling berhubungan baik dari perjalanan infeksi, proses metabolik, dan tanda neurologi bahkan psikologinya saling berhubungan. 2.6 Komplikasi 1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat. 2. Dehidrasi Kekurangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia.. 3. Hiperbilirubinemia dan anemia Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel
8
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
darah merah yang sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi. 4. Meningitis Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah. 5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan
endotoksin
ataupun
bakteri
gram
postif
yang
mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada mikrovaskular. 2.7 Pemeriksaan Penunjang Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagiandari evaluasi diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan. Dalam kasus ini, radiografidada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat fokus, penebalanpleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms udaradibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan
9
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
kondisi klinis spesifik, seperti didugaosteomyelitis atau necrotizing enterocolitis (McMillan, 2006) Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya
ditemuksan
anemia,
laju
endap
darah
mikro
tinggi,
dan
trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003) 2.8 Penatalaksanaan a. Perawatan suportif Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk menstabilkan statuskardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportifneonatus septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut: 1)
Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
2)
Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatusmengalami perfusi yang jelek, maka saline normal dengan10 ml / kg selama 5 sampai 10
10
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose(10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atausampai bayi dapat memiliki feed oral. 3)
Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalamidistres pernapasan atau sianosis
4)
Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
5)
Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan perdarahan
6)
Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangatsakit atau memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
7)
Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasilembut fisik, aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dankonstan kondisi bayi dan perawatan ahli
b. Terapi pengobatan Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. (Sangayu, 2012)
11
Sepsis
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
neonatorum
kematian
adalah
penyebab
utama
pada
neonatus.tanpa pengobatan yang memadai, gangguan ion dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Oleh karena itu, tindakan pencegahan mempunyai arti penting karena dapat mencegah terjadinya kesakitan dan kematian (Surasmi, 2003) Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah : 1. Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara bekala,imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dang jani, rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan. 2. Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkindilakukan ( bila benar-benar diperlukan ). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan,melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir. 3. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi normal,penberiab ASI secepatnya,mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap persih, setiap bayi menggunakan peralatan sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan infasif harus dilakukan dengan prinsip – prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang
12
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
menangani atau bertugas dikar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin memalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.
4. Prognosis Pada umumnya ngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10% – 40 % dan pada meningitis 15% – 50%. Angka tersebut berbeda-beda tergantung dari waktu timbulnya penyakit penyebabnya, cara dan waktu awitan penyakit, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.
13
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1.
Biodata / identitas Nama Umur
: Diisi sesuai nama pasien : Biasanya menyerang pada usia neonatal 0 hari – 28 hari
Infeksi nasokomial pada bayi berat badan lahir sangat rendah (<1500gr) rentan sekali menderita sepsis neonatal. Alamat : tempat tinggal keluarga tempat tinggalnya padat dan tidak higienis 2.
Riwayat Kesehatan a. Keluhan utama : Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah b. Riwayat penyakit sekarang: cara lahir (normal), hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.apgar score, jam lahir, kesadaran c. Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.
14
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
d. Riwayat kehamilan: demam pada ibu (<37,9ºc), riwayat sepsis GBS pada bayi sebelumnya, infeksi pada masa kehamilan e.
Riwayat
prenatal:
Anamnesis
mengenai
riwayat
inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi, rupture selaput ketuban yang lama (>18 jam), persalinan premature(<37 minggu. f. Riwayat neonatal : Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom criglernajjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain. g. Riwayat penyakit keluarga: Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah. h. Riwayat imunisasi : Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi DPT / DT atau TT dan kapan terakhir.
3.
Activity daily living a.
Nutrisi : Bayi tidak mau menetek
b.
Eliminasi : BAB 1x/hari
c.
Aktifitas latihan : Kekauan otot, lemah, sering menangis
15
[SEPSIS NEONATORUM] d.
Asuhan Kepeerawatan
Istirahat tidur : Pola tidur bayi yang normalnya 18 – 20
jam/hari, saat sakit berkurang
e. Personal hygiene : Biasanya pada bayi yang terkena Infeksi neonatorum, melalui plasenta dari aliran darah maternal atau selama persalinan karena ingesti atau aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. f.
4.
Psikososial : Bayi rewel
Pemeriksaan Fisik a.
Keadaan Umum: lemah, sulit menelan, kejang Kesadaran: normal Nadi Suhu
: normal (110-120 x/menit) : meningkat (36,5ºC– 37ºC)
Pernafasan
: meningkat > 40 x/menit (bayi) normal 30-
60x/menit) b.
Kepala dan leher:
Inspeksi: Simetris, dahi mengkerut Kepala: Bentuk kepala mikro atau makrosepali, trauma persalinan, adanya caput, kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung. Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna
16
[SEPSIS NEONATORUM] Mata
: Agak tertutup / tertutup,
Mulut
: Mecucu seperti mulut ikan
Hidung
Asuhan Kepeerawatan
: Pernafasan cuping hidung, sianosis
Telinga : Kebersihan Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe Terdapat kaku kuduk pada leher c.
Dada
Inspeksi : Simetris, terdapat tarikan otot bantu pernafasan Palpasi
: Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas
Perkusi
: Jantung : Dullness
Paru
: Sonor
Auskultasi : terdengar suara wheezing d.
Abdomen
Inspeksi
: Flat / datar, terdapat tanda – tanda infeksi pada tali pusat
(jika infeksi melalui tali pusat), keadaan tali pusat dan jumlah pembuluh darah (2 arteri dan 1 vena) Palpasi
: Teraba keras, kaku seperti papan
Perkusi
: Pekak
Auskultasi : Terdengar bising usus e.
Kulit
Turgor kurang, pucat, kebiruan
17
[SEPSIS NEONATORUM] f.
Asuhan Kepeerawatan
Genetalia
Tidak kelainan bentuk dan oedema, Apakah terdapat hipospandia, epispadia, testis BAK pertama kali. g.
Ekstremitas
Suhu pada daerah akral panas, Apakah ada cacat bawaan, kelainan bentuk, Fleksi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni sehingga bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu. 6.
Pemeriksaan Spefisik a. b.
Apgar score Frekuensi kardiovaskuler: apakah ada takikardi, brakikardi,
normal c.
7.
Sistem neurologis
d.
Reflek moro: tidak ada, asimetris/hiperaktif
e.
Reflek menghisap: kuat, lemah
f.
Reflek menjejak: baik, buruk
g.
koordinasi reflek menghisap dan menelan
Pemeriksaan laboatorium a.
sampel darah tali pusat
b.
fenil ketonuria
c.
hematokrit
18
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea 2.
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap makanan/minuman 3.3 Rencana Asuhan Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan apnea Kriteria hasil: –
Tidak ada sianosis dan disipnea, mendemonstrasikan batuk
efaktif dan suara nafas yang bersih –
Menunjukan jalan nafas yang paten(pelayan tidak merasa
tercekik,tidak ada suara nafas abnormal) –
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi dan Rasional: INTERVENSI
RASIONAL
1. Posisikan pasien semi fowler
19
Posisi semi powler dapat memaksimalkan ventilasi
[SEPSIS NEONATORUM]
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan
Asuhan Kepeerawatan
Suara napas tambahan dapat menjadi sebagai tanda jalan napas yang tidak adekuat
Pada sepsis terjadinya gangguan 3. Monitor respirasi dan status
respirasi dan status O2 sering
O2,TTV
ditemukan yang menyebabkan TTV tidak dalam rentan normal
4. Berikan pelembab udara kasa basah Nacl lembab
Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuk organism Untuk mengeluarkan sekret pada
5. Ajarkan batuk efektif,suction,pustural drainage
20
saluran napas untuk menciptakan jalan napas yang paten
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif Kriteria hasil: Suhu dalam batas normal –
Perkembangan status klien membaik selama masa terapi
Intervensi dan Rasional:
21
INTERVENSI
RASIONAL Isolasi/pembatasan
pengunjung dibutuhkan Asuhan [SEPSIS NEONATORUM] Kepeerawatan 1. Berikan isolasi atau pantau untuk melindungi pasien –
pengunjung sesuai indikasi
imunosupresi
dan
mengurangi
risiki
kemungkinan infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan
aktivitas
Menugrangi
kontaminasi
walaupun menggunakan sarung
silang
tangan steril 3. Dorong sering menggati posisi,
Bersihan paru yang baik
napas dalam/batuk 4. Batasi
mencegah pneumonia Mengurangi jumlah lokasi
alat/prosedur
penggunaan invasif
jika
memungkinkan
yang dapat menjadi tempat masuk organism
Mencatat
tanda-tanda
inflamasi atau infeksi lokal, 5.
Lakukan inspeksi terhadap
luka/ sisi alat invasif setiap hari
perubahan pada karakter drainase luka atau sputum dan
urine.
Mencegah
infeksi yang berkelanjutan 6.
Gunakan teknik steril setiap
waktu
pada
balutan
saat
ataupun
penggantian suction
atau
pemberian perawatan
Mencegah
masuknya
bakteri, mengurangi risiko infeksi nasokomial Demam (38,5oC – 40 oC) disebabkan oleh efek-efek dari
7. jika
Pantau kecenderungan suhu, demam
berikan
kompres
hangat.
endotoksin
pada
hipotalamus dan endorfin yang melepaskan pirogen. Hipotermia (<36 oC) adalah tanda-tanda genting yang
22
menunjukkan status syok atau
penurunan
jaringan
perfusi
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhaap makanan/minuman Kriteria hasil: –
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
–
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
–
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
–
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi dan Rasional:
23
[SEPSIS NEONATORUM] INTERVENSI
RASIONAL Anoreksia ataupun intoleran
1. Monitor adanya penurunan berat badan
2.
Asuhan Kepeerawatan
terhadap
makanan
minuman
dapat
menyebabkan
Identifikasi
makanan
kesukaan
terjadinya
penurunan berat badan Meningkatkan selera klien terhadap
makanan
3. Anjurkan untuk melakukan
minuman Menurunkan
oral hygene sebelum makan
terhadap makanan Kekurangan
4. Monitor intake cairan dan nutrisi
atau
atau
rasa
cairan
mual
dapat
menyebabkan dehidrasi dan hiper
termi.
Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat
5.
Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan yang berprotein dan vitamin C 6.
Yakinkan
dimakan
juga
diet
badan Protein
dan
berperan
vitamin
penting
C
dalam
penyembuhan yang berkaitan dengan infeksi
yang
mengandung
tinggi serat 7. Kolaborasi dengan ahli
Kekurangan
serat
menyebabkan konstipasi Mengidentifikasi
gizi untuk menentukan jumlah
nutrisi
kaloriyang dibutuhkan pasien
perawatannya
24
dapat
dalam
masalah terapi
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Sepsis neonatorum adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tandatanda klinis dan gejala-gejala infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darahyang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. 4.2 Saran Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami serta menanggapi apa yang telah penulis susun untuk kemajuan penulisan makalah selanjutnya dan
25
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
umumnya untuk lebih dalam asuhan keperawatan dalam kasus sepsis neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA Darsana, Wayan. Laporan Pendahuluan Sepsis Neonatorum. 18 September 2010.http://darsananursejiwa.blogspot.com/2010/09/laporan-pendahuluan-sepsisneonatorum.html Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Indri. Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum. 11 Mei 2009.
http://indri-
dpl.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-sepsis-neonatorum.html NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media ihardy:Yogyakarta
26
[SEPSIS NEONATORUM]
Asuhan Kepeerawatan
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Penerbit Buku Kesehatan: Jakarta McMillan, Julia A. 2006. Oski’s Pediatrics Principles & Practice. Lippincott Williams & Wilkins: USA Udara,
Sangayu.
Sepsis
Neonatorum.
16
Mei
2012.http://udarajunior.blogspot.com/2012/05/sepsis-neonatorum.html Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
27