PAPER ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL
“
Oleh: Ayu Ratna Sari Regisa Dwi Sugiarto 207
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA KRISNADWIPAYANA JAKARTA 2017
”
ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL
A.
PENDAHULUAN
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya aspekaspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi organisasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor.
MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT
Sebagaimana diketahui, motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dua dari kebutuhan pokok Maslow adalah kebutuhan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara baik. 1. Kebutuhan menjadi bagian dari organisasi. Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi. Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa yang memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta
dengan mempercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit. 2. Menghormati diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat
dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam mengidentifikasi kinerja, serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif. Aspek terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui penerapan audit yang merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional manajemen.
HUBUNGAN DENGAN GAYA MANAJEMEN
Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Empat gaya tersebut meliputi : ·
Gaya mengarahkan
Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat. Pada gaya pertama, aturan – aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan – ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus diambil langkah lain. ·
Gaya melatih
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan, menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya.
·
Gaya mendukung
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dengan bawahan. ·
Gaya mendelegasikan
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relative utuh. Bila audit dilakukan menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan mempercayai atau mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang diaudit. Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan bantuan serta kerja sama secara sukarela. Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Pada gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.
PERUBAHAN MANAJEMEN
Salah satu masalah yang dimiliki oleh auditor adalah “menjual” perusahaa n perubahan yang akan
diajalankan
melalui
implementasi
dan
temuan
audir.
Ilmu
sosial
telah
mengindentifikasi sejumlah alasan mengapa orang tidak menginginkan perubahan metode operasi mereka. Namun, terdapat tiga hal yang mungkin merupakan faktor terpenting yang menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan :
1. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa oleh perubahan tersebut 2. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahaan, baik secara horizontal maupun vertikal 3. Aspek ego, bahwa dengan adanya perubahan, maka sekarang dianggap tidak efisien atau tidak layak Oleh sebab itu, auditor seharusnya mengambil tindakan pasti untuk menghilangkan ketakutan atau pertentangan dari pihak yang audit.
Dalam kasus ketakutan dari ketidaktahuan, auditor seharusnya berhati – hatoi dalam menelaah kemungkinan dari pihak yang di auidt untuk menghasilkan perubahaan, baik berdampak bagus maupun yang tidak begitu bagus. Pihak yang diaudit seharusnya diberitahu mengenai metodologi atau penyelesaian yang dapat digunakan dan secara aktif me asihiti mencari tahu mengenai metode – metode yang direkomendasikan. Saran berikutnya yang juga akan membantu menyelesaikan masalah penting kedua adalah aktivitas birokasi yang penting untuk mengakomodasi perubahaan. Di sini, pihak yang di audit dapat mempunyai kesempatan untuk mengakomodasi perubahaan. Di sini, pihakbyang di audit dapat mempunyai kesempatan untuk membantu mendesain metode baru dan memastikan bahwa metode tersebut tidak akan menimbulkan ganggunan terhadap dalam operasi sekarang. Dengan demikian, pihak yang diaudit mampu membantu dalam mendesain perubahan sebagai mana mereka mempengaruhi hubungan internal, baik, secara vertikal maupun horizontal. Terkait dengan masalah ini, beberapa pendekatan yang dapat di ambil antara lain meliputi: 1. Auditor internal seharusnya melihat perubahaan audit dengan cara pendang manajer 2. Konsep auditor terhadap pengendalian seharusnya sejauh mungkin menyerupai konsep – konsep manajemen 3. Auditor seharusnya mengutamakan suatu pendekatan partisipatif 4. Audit seharusnya menjadi suatu audit yang seimbang, tidak sebagai sutau yang menghakimi