ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKHOPNEUMONIA PADA ANAK
Di Susun Oleh :
Friska Wahyuningtyas (201304015)
Arifatus Novitasari (201304030)
Erika Yunita Kusuma W. (201304054)
Putri Langgangsari (201304101)
Silvia Lailatus S. (201304116)
Rizka Galuh A. (201304140)
Bima Raja M. (201304146)
Agustin Triningtyas (03201213027)
AKADEMI KEPERAWATAN
BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
2014 - 2015
BAB I
TINJAUAN TEORI
DEFINISI
Bronkhopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. ( Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 )
Bronkhopneumoni adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya bronkhopneumoni adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
ETIOLOGI
Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. ( Sandra M. Nettiria, 2001 : 682 ) Antara lain :
Bakteri : streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
Virus : legionella pneumoniae
Jamur : aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma
Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-paru
Terjadi karena kongesti paru yang lama
PATOFISIOLOGI
Jamur, Virus, Bakteri, ProtozoaJamur, Virus, Bakteri, Protozoa
Jamur, Virus, Bakteri, Protozoa
Jamur, Virus, Bakteri, Protozoa
Penderita dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuhKontaminasi peralatan RSPenderita dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuhKontaminasi peralatan RS
Penderita dirawat di RS
Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh
Kontaminasi peralatan RS
Penderita dirawat di RS
Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh
Kontaminasi peralatan RS
Saluran pernafasan atasSaluran pernafasan atas
Saluran pernafasan atas
Saluran pernafasan atas
Infeksi saluran pernapasan bawahInfeksi saluran pernapasan bawahKuman terbawa di saluran cernaKuman terbawa di saluran cernaKuman berlebih di bronkusKuman berlebih di bronkus
Infeksi saluran pernapasan bawah
Infeksi saluran pernapasan bawah
Kuman terbawa di saluran cerna
Kuman terbawa di saluran cerna
Kuman berlebih di bronkus
Kuman berlebih di bronkus
Infeksi saluran pencernaanInfeksi saluran pencernaanProses peradanganProses peradangan
Infeksi saluran pencernaan
Infeksi saluran pencernaan
Proses peradangan
Proses peradangan
Peningkatan peristaltik usus malabsorbsiPeningkatan peristaltik usus malabsorbsiPeningkatan flora normal dalam ususPeningkatan flora normal dalam ususAkumulasi sekret di bronkusAkumulasi sekret di bronkus
Peningkatan peristaltik usus malabsorbsi
Peningkatan peristaltik usus malabsorbsi
Peningkatan flora normal dalam usus
Peningkatan flora normal dalam usus
Akumulasi sekret di bronkus
Akumulasi sekret di bronkus
Diare Diare
Diare
Diare
Mucus bronkus meningkatMucus bronkus meningkatKetidakefektifan bersihan jalan nafasKetidakefektifan bersihan jalan nafas
Mucus bronkus meningkat
Mucus bronkus meningkat
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Resiko ketidak seimbangan elektrolitResiko ketidak seimbangan elektrolit
Resiko ketidak seimbangan elektrolit
Resiko ketidak seimbangan elektrolit
Bau mulut tidak sedapBau mulut tidak sedap
Bau mulut tidak sedap
Bau mulut tidak sedap
Eksplorasi meningkatEksplorasi meningkatPeningkatan suhuPeningkatan suhu
Eksplorasi meningkat
Eksplorasi meningkat
Peningkatan suhu
Peningkatan suhu
Anoreksia Anoreksia
Anoreksia
Anoreksia
Peningkatan metabolismePeningkatan metabolismeSeptikimia Septikimia
Peningkatan metabolisme
Peningkatan metabolisme
Septikimia
Septikimia
Eksudat plasma masuk alveoliEksudat plasma masuk alveoliDilatasi pembuluh darahDilatasi pembuluh darahIntake kurangIntake kurang
Eksudat plasma masuk alveoli
Eksudat plasma masuk alveoli
Dilatasi pembuluh darah
Dilatasi pembuluh darah
Intake kurang
Intake kurang
Gangguan difusi dalam plasmaGangguan difusi dalam plasmaKetidakefektifan jalan nafasKetidakefektifan jalan nafasKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan difusi dalam plasma
Gangguan difusi dalam plasma
Ketidakefektifan jalan nafas
Ketidakefektifan jalan nafas
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Edema antara kapiler dan alveoliEdema antara kapiler dan alveoli
Edema antara kapiler dan alveoli
Edema antara kapiler dan alveoli
Edema paruEdema paruIritan PMN eritrosit pecahIritan PMN eritrosit pecah
Edema paru
Edema paru
Iritan PMN eritrosit pecah
Iritan PMN eritrosit pecah
Penurunan capliance paruPenurunan capliance paruPergeseran dinding paruPergeseran dinding paru
Penurunan capliance paru
Penurunan capliance paru
Pergeseran dinding paru
Pergeseran dinding paru
Suplai O2 menurunSuplai O2 menurun
Suplai O2 menurun
Suplai O2 menurun
Hipoksia Hipoksia Hiperventilasi Hiperventilasi
Hipoksia
Hipoksia
Hiperventilasi
Hiperventilasi
Metabolic anaerob meningkatMetabolic anaerob meningkatDispneu Dispneu
Metabolic anaerob meningkat
Metabolic anaerob meningkat
Dispneu
Dispneu
Akumulasi asam laktatAkumulasi asam laktatRetraksi dada/ nafas cuping hidungRetraksi dada/ nafas cuping hidung
Akumulasi asam laktat
Akumulasi asam laktat
Retraksi dada/ nafas cuping hidung
Retraksi dada/ nafas cuping hidung
Patique Patique Gangguan pertukaran gasGangguan pertukaran gas
Patique
Patique
Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas
Intoleransi aktivitasIntoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
GEJALA KLINIS
Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkhopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996 :435).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat) (Sandra M. Nettina, 2001 : 683).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik
2) Nafas dangkal dan mendengkur
3) Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
(Martin tucker, Susan. 2000_247).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 : 435).
2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk transpor muskusilier
7. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP SISTEM TUBUH
a. Sistem Pernapasan
Adanya peradangan / infeksi menyebabkan terjadinya edema yang disertai dengan produksi mukus yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan saluran pernapasan menyempit dan terjadi gangguan pertukaran gas. Sehingga terjadi dipneu, pernapasan cuping hidung, retraksi interkostalis, hipoksia, dan adanya suara napas ronkhi.
Sistem Cardiovaskuler
Konsentrasi oksigen yang rendah menyebabkan dilepaskannya sejumlah zat vasokontriktor dari jaringan paru – paru, kemudian zat ini mengakibatkan vasokontriksi arteri. Akibatnya terjadi peningkatan cardiac out put yang menyebabkan terjadinya nadi kuat dan cepat serta tekanan darah meningkat.
Sistem Integumen
Suhu tubuh pada bronkponeumoni kadang meningkat menjadi 39 - 40 0 . Hal ini menyebabkan pori – pori kulit membesar dan pembuluh darah melebar sehingga tubuh akan mengeluarkan keringat
Sistem Perkemihan
Bronkopneumoni dapat menyebabkan pengeluaran ADH yang tidak tepat, Produksi ADH yang berlebihan ini mengakibatkan ekskresi natrium dalam jumlah yang sangat banyak kedalam urin, oleh karena itu konsentrasi natrium menjadi sangat berkurang.
Sistem Persyarafan
Adanya lesi pada pleura menyebabkan nyeri pada abdomen bagian atas yang terjadi akibat adanya gesekan ketika bernapas
Sistem Muskuloskletal
Oksigen diperlukan untuk metabolisme sel. Suplay oksigen yang kurang menyebabkan penurunan metabolisme sehigga energi yang dihasilkan rendah. Hal ini mengakibatkan terjadinya kelemahan
Sistem Pencernaan
Produksi sekret yang berlebihan menyebabkan terjadinya mual dan tidak nafsu makan sehingga asupan makanan kurang.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH BRONKHOPNEUMONI
PENGKAJIAN
a) Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
b) Riwayat Keperawatan.
i. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
ii. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
iii. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
iv. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
c) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
d) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
e) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
f) Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
g) Pemeriksaan persistem.
Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability
Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping hidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering
Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Proses inflamasi
b) Bersihan jalan napas tidak efektif behubungan dengan Akumulasi Sekret
c) Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi
d) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan Kebutuhan oksigen
e) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme inefektif
f) Cemas berhubungan dengan dipsneu
g) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak
f) Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya akumulasi sekret
g) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh : hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi
h) Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa : Bersihan jalan napas tidak efektif behubungan dengan Akumulasi Sekret
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam Pasien menunjukkkan Fungsi pernapasan normal
Kriteria Hasil :
Menunjukan pembersihan jalan nafas yang efektif
Menunjukan status pernafasan yg di buktikan oleh indikator gangguan sebagai berikut:
Kemudahan bernafas
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
Suara nafas jernih
Irama frekuensi pernafasan dalam rentan normal
Intervensi
Lakukan Auskultasi Suara 2 – 4 Jam
R/ mengetahui obstruksi pada saluran nafas dan manifestainya pada suara nafas.
Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.
Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif
R/ batuk merupakan mekanisme alamiah untuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas dengan baik dan benar.
Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam
R/ Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat mengakibatkan akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada di bagian bawah.
Lakukan suction bila perlu
R/ peningkatan mucus/lendir di saluran nafas dapat menyumbat jalan nafas.
Monitor tanda vital tiap 4 jam
R/ peningkatan frekwensi nafas mengindikasikan tingkat keparahan.
Lakukan kolaborasi pemberian O2
R/ kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu dengan tambahan oksigen yang diberikan.
Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer hati. Hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel pada dinding saluran nafas, nebulizer merangkang batuk efektif klien.
Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan penunjang.
R/ pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan mempermudah klien bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan pemeriksaan penunjang.
DAFTAR PUSTAKA
Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, DanEvaluasi halaman 247.EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 Jilid ke 2. Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes ; Jakarta.
Brunner & Suddrath. 2002. Keperawatan Medikel Bedah. EGC: jakarta.
Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006.Patofisiologi konsep klinis dan proses-proses penyakit. EGC: Jakarta.
Sandra M Nettina.2001. Lippincott "Manual Praktik Keperawatan". EGC: Jakarta.