BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Epilepsi merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2002; 229). Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 5 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada lakilaki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73) Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2001 : 858) 858) .
1
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif kurati f dan rehabilitatif reh abilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosialspiritual.
Prioritas
asuhan
keperawatan
pada
Epilepsi
adalah
:
Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).
1.2.Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi di Ruang Anak RSUD Jend. A.Yani Metro. 1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada pasien dengan Epilepsi. b. Mampu menganalisa data yang diperoleh c. Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Epilepsi d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
2
Epilepsi merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif kurati f dan rehabilitatif reh abilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosialspiritual.
Prioritas
asuhan
keperawatan
pada
Epilepsi
adalah
:
Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 2000; 262).
1.2.Tujuan Penulisan 1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan pada kasus Epilepsi di Ruang Anak RSUD Jend. A.Yani Metro. 1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada pasien dengan Epilepsi. b. Mampu menganalisa data yang diperoleh c. Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Epilepsi d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
2
e. Mampu
mengevaluasi
tindakan
keperawatan
yang
telah
dilaksanakan
1.3. Manfaat Penulisan
a.
Hasil analisis ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan pengetahuan khususnya untuk pasien Epilepsi dan keluarganya sehingga
diharapkan
agar
keluarga
dapat
lebih
meningkatkan
kewaspadaan terhadap tanda dan gejala yang terjadi. b.
Hasil analisis ini diharapkan sebagai bahan masukan, acuan dan pertimbangan bagi profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan edukasi dalam menangani pasien Epilepsi pada saat memberikan pengobatan.
1.4. Sumber Data 1.4.1. Data primer
Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan keluarga 1.4.2. Data sekunder
Data sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan perawatan, Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga kesehatan lain yang terkait.
3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibatlepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel. Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi . Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik. Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir (Utopias,2008).
2.2. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada: 1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum 2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf 3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol 4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
4
5.Tumor Otak 6. Kelainan pembuluh darah
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik,
remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi
simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang buruk..
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk
5
terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.
(Tarwoto,2007)
2.3. Klasifikasi Epilepsi
1. Epilepsi Grand Mal Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit. 2. Epilepsi Petit Mal Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like), biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata. 3. Epilepsi Fokal Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan fungsional. (Tarwoto,2007)
6
2.4. Patofisiologi
Durasi pendek < 15 menit
Hiperkapni
Durasi pendek < 15 menit
Hipoksemia
Denyut jantung meningkat
Kerusakan Neuron otak
Demam Meningkat Takikardi Dx : tidak efektif termoregulasi peningkatan suhu
Gangguan saraf otonom
Dx : jalan nafas tidak efektif
Dispnea
Gangguan keseimbangan membran sel neuron
O2 Menurun
Kebutuhan O2 Meningkat
Disfusi Na+& K + Berlebilahan
Kesadaran menurun
Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun membran sel disekitarnya dengan bantuan neorotransiter
Dx : gangguan perfusi jaringan
Dx : Resiko Cidera Kejang Umum
Parsial
Sederhana
Komplek
Mioklonik
tonik
klonik
7
Atonik
Tonik-klonik
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hil angnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
(Hidayat,2009)
8
2. 5 Manifestasi klinik
1. Klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan. 2. Kelainan gambaran EEG 3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen 4. Dapat mengalami
Aura
yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya) (Hidayat,2009) 2. 6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya sawan tanpa mengganggu kapasitas dan intelek pasien. Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan medikamentosa dan pengobatan psikososial. 1) Pengobatan medikamentosa
Pada epilepsi yang simtomatis di mana sawan yang timbul adalah manifestasi penyebabnya seperti tumor otak, radang otak, gangguan metabolic, mka di samping pemberian obat anti-epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan: a. Pada sawan yang sangat jarang dan dapat dihilangkan factor pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan. b. Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan; ini berarti pasien mengalami lebih dari dua kali sawan yang sama.
9
c. Obat yang diberikan sisesuaikan dengan jenis sawan. d. Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas
akan
berkurang,
mempermudah
pemantauan,
dan
menghindari interaksi obat. e. Dosis obat disesuaikan secara individual. f.
Evaluasi hasilnya, bila gagal dalam pengobatan, cari penyebabnya: - Salah etiologi: kelaianan metabolisme, neoplasma yang tidak terdeteksi, adanya penyakit degenerates susunan saraf pusat. - Pemberian obat antiepilepsi yang tepat. - Kurang penerangan: menelan obat tidak teratur. - Faktor emosional sebagai pencetus. - Termasuk intractable epilepsi.
g. Pengobatan dihentikan setelah sawan hilang selama minimal 2 – 3 tahun. Pengobatan dihentikan secara berangsur dengan menurunkan dosisnya. h. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu: -
Phenobarbital (luminal). Paling seringdipergunakan, murahharganya, toksisitasrendah.
-
Primidone (mysolin) Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
10
- Difenilhidantoin
(DPH, dilantin, phenytoin).
Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis, takberhasiatterhadap petit mal, efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi gingiva dan gangguan darah. -
Carbamazine (tegretol). Mempunyaikhasiatpsikotropikyangmungkindisebabkanpengontrol anbangkitanepilepsiitusendiriataumungkinjugacarbamazinemema ngmempunyaiefekpsikotropik.Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi
lobus
temporalis
yang
sering
disertai
gangguan
tingkahlaku.Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo,
disartri,
ataxia,
depresi
sumsum
tulang
dan
gangguanfungsi hati. - Diazepam. Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status konvulsi.).Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya lambat. Sebaiknyadiberikani.v.atau intra rektal. - Nitrazepam
(inogadon).
Terutamadipakaiuntukspasmeinfantildanbangkitanmioklonus. - Ethosuximide
(zarontine).
Merupakanobatpilihanpertamauntukepilepsi petit mal - Na-valproat (dopakene)
11
obat pilihan kedua pada petit mal Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai. obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak. - Acetazolamide (diamox). Kadangkadangdipakaisebagaiobattambahandalampengobatanepilepsi.Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi. - ACTH
Sering kali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil. (Hidayat,2009)
2)Pengobatan Psikososial.
Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya sehingga dapat bebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja dan bermasyarkat secara normal. 3) Penatalaksanaan status epileptikus
a) Lima menit pertama -
Pastikan diagnosis dengan observasi aktivitas serangan atau satu serangan berikutnya.
12
-
Beri oksigen lewat kanul nasal atau masker, atur posisi kepala dan jalan nafas, intubasi bila perlu bantuan bentilasi.
-
Tanda-tanda vital dan EKG, koreksi bila ada kelaianan.
-
Pasang jalur intravena dengan NaC10,9%, periksa gula darah, kimia darah, hematology dan kadar OAE (bila ada fasilitas dan biaya).
b) Menit ke-6 hingga ke-9 Jika hipoglikemia/gula darah tidak diperiksa, berikan 50 ml glukosa 50% bolas intravena (pada anak: 2 ml/kgBB/glukosa 25%) disertai 100 mg tiamin intravena. c)Menit ke-10 hingga ke-20 Pada dewasa: berikan 0,2 mg/kgBB diazepam dengan kecepatan 5 mg/menit sampai maksimum 20 mg. Jika serangan masih ada setelah 5 menit, dapat diulangi lagi. Diazepam harus diikuti dengan dosis rumat fenitoin. d)Menit ke 20 hingga ke-60 Berikan fenitoin 20 mg/kgBB dengan kecepatan <50 mg/menit pada dewasa dan 1 mg/kbBB/menit pada anak; monitor EKG dan tekanan darah selama pemberian. e)Menit setelah 60 menit Jika status masih berlanjut setelah fenitoin 20 mg/kg maka berikan fenitoin tambahan 5 mg/kg sampai maksimum 30 mg/kg. Jika status menetap, berikan 20 mg/kg fenobarbital intravena dengan kecepatan 60 mg/menit. Bila apne,
13
berikan bantuan ventilasi (intubasi). Jika status menetap, anestasia umum dengan pentobarbiatal, midazolam atau propofal.
4)Perawatan pasien yang mengalami kejang :
a. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu (pasien yang mempunyai aura/penanda ancaman kejang memerlukan waktu untuk mengamankan, mencari tempat yang aman dan pribadi b.Pasien dilantai jika memungkinkan lindungi kepala dengan bantalan untuk mencegah cidera dari membentur permukaan yang keras. c. Lepaskan pakaian yang ketat d.Singkirkan semua perabot yang dapat menciderai pasien selama kejang. e. Jika pasien ditempat tidur singkirkan bantal dan tinggikan pagar tempat tidur. f. Jika aura mendahului kejang, masukkan spatel lidah yang diberi bantalan diantara gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit. g.Jangan berusaha membuka rahang yang terkatup pada keadaan spasme untuk memasukkan sesuatu, gigi yang patah cidera pada bibir dan lidah dapat terjadi karena tindakan ini. h.Tidak ada upaya dibuat untuk merestrein pasien selama kejang karena kontraksi otot kuat dan restrenin dapat menimbulkan cidera i. Jika mungkin tempatkan pasien miring pada salah satu sisi dengan kepala fleksi kedepan yang memungkinkan lidah jatuh dan memudahkan
14
pengeluaran salifa dan mucus. Jika disediakan pengisap gunakan j ika perlu untuk membersihkan secret j. Setelah kejang: pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi, yakinkan bahwa jalan nafas paten. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal. Periode apnoe pendek dapat terjadi selama atau secara tiba-tiba setelah kejang. Pasien pada saat bangun harus diorientasikan terhadap lingkungan
2. 7 Pemeriksaan Diagnostik
1.Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada aktivitas kejang. 2.Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang. 3.Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas kejang. 4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat. 5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi. 6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab kejang tersebut. 7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi ada nya SOL,fraktur. 8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan karakteristik dari gelombang pada masing – masing tipe dari aktivitas kejang tersebut.
15
9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang secara tepat. 10. Scan CT : mengidentifikasi
letak lesi serebral, hematoma, edema
serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras. 11.Positron
emission
tomography
:
Mendemontrasikan
perubahan
metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi. 12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal. 13.Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola pembebasan yang abnormal. 14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal dari praoperasi lobektomi temporal). (Rencana Asuhan Keperawatan :262)
16
2.8.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI
1. Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No register, tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan informasi informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: a. ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang b. pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial c. pengalaman kerja d. Mekanisme koping yang digunakan e. Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.
1. Selama serangan : a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan. b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena. c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai. d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonikklonik, kejang mioklonik, kejang atonik. e. pasien menggigit lidah. f.mulut berbuih. g.ada inkontinen urin. h.bibir atau muka berubah warna.
17
i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi. j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau keduanya. k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan emosional. l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang. m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak. n. Apakah makan obat-obat tertentu. o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2. Sesudah serangan a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara b. ada perubahan dalam gerakan. c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan. d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung. e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
3. Riwayat sebelum serangan a. ada gangguan tingkah laku, emosi. b. disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar. c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun visual.
18
4. Riwayat Penyakit a.Sejak kapan serangan terjadi. b.Padausiaberapaseranganpertama. c.Frekuensi serangan.
5. Riwayat kesehatan a.Riwayat keluarga dengan kejang. b.Riwayat kejang demam. c.Tumor intrakranial. d.Trauma kepala terbuka, stroke.
6. Riwayat kejang a. Berapa sering terjadi kejang b. Gambaran kejang seperti apa c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal d. yang dilakuakn pasien setelah kejang
7. Riwayat penggunaan obat a. Nama obat yang dipakai b. Dosis obat c.Berapa kali penggunaan obat
19
8.Pemeriksaan fisik a.Tingkat kesadaran b.Abnormal posisi mata c.Perubahan pupil d.Garakan motorik e.Tingkah laku setelah kejang f.Apnea g.Cyanosis h.Saliva banyak
9. Psikososial a. Usia b.Jenis kelamin c.Pekerjaan d.Peran dalam keluarga e.Strategi koping yang digunakan f.Gaya hidup dan dukungan yang ada
10. Pengetahuan pasien dan keluarga a.Kondisi penyakit dan pengobatan b. Kondisi kronik c.Kemampuan membaca dan belajar. (Utopias,2008)
20
2. Diagnosa Keperawatan secara teoritis 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler. 2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi 3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan ) 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat. (Rencana Asuhan Keperawatan :262-268)
21
3. Rencana asuhan Keperawatan Teoritis
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler. Tujuan
: Setelah dilakukan askep 3x24 Jam
masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi. Kriteria hasil
: nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi, tidak ada dispnea,
tidak ada penumpukan sekret.
INTERVENSI
1. Anjurkan klien untuk
RASIONAL
1. Menurunkan resiko aspirasi atau
mengosongkan mulut dari
masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu
kedalam tirah baring
2. Letakkan klien dalam posisi
2. Meningkatkan aliran (drainase),
miring dan pada permukaan
sekret, mencegah lidah jatuh dan
datar
menyumbat jalan nafas
3. Tanggalkan pakaian klien pada
3. Untuk memudahkan usaha klien
daerah leher atau dada dan
dalam bernafas dan ekspansi
abdomen
dada
4. Melakukan penghisapan sesuai
4. Mengeluarkan mukus yang
indikasi
berlebihan menurunkan resiko aspirasi atau afeksia
5. Berikan oksigen sesuai
5. Membantu pemenuhi kebutuhan
program terai
oksigen adar tetap adekuat.
22
2. Termogulasi tidak efektif : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi Tujuan
: Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif
Kriterua hasil
teratasi.
365 – 375 RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI
1. Kaji faktor-faktor terjadinya
RASIONAL
1. Mengetahui penyebab terjadinya
peningkatan suhu
peningkatan suhu tubuh karena penambahan pakaian / selimut dapat menghambat penurunan suhu.
2. Pemantauan tanda vital yang teratur 2. Observasi tanda – tanda vital
dapat menentukan perkembangan keperawatan selanjutnya.
3. Ajarkan keluarga cara
3. Proses konduksi / perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
memberikan kompres dibagian kepala / ketiak
4. Anjurkan untuk menggunakan
4. Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan
pakaian tipis yang terbuat dari
tidak dapat menyerap keringat.
kain katun
5. Berikan ekstra cairan dengan
5. Kebutuhan cairan meningkat karena
menganjurkan klien banyak
penguapan tubuh yang meningkat.
minum
23
1. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan ) Tujuan
: Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.
Kriteria Hasil
: tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI
1. Identifikasi faktor lingkungan
RASIONAL
1. Dengan menjauhkan barang-barang
yang memungkinkan resiko
disekitarnya dapat membahayakan
terjadinya cidera
saat terjadinya kejang
2. Pasang penghalang ditempat
2. Penjagaan untuk keamanan, untuk
tidur
mencegah terjadinya cidera pada klien
3. Letakkan klien ditempat tidur
3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar
mencegah terjadinya cidera pada klien
4. Siapkan kain lunak untuk
4. Lidah berpotensi tergigit saat kejang karena saat kejang biasanya
mencegah terjadinya tergigitnya
lidah menjulur kedepan
lidah saat kejang
5. Berikan obat anti kejang
5. Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan yang dapat mengurangi suplai oksigen
24
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat. Tujuan
: Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang pengetahuan mengenai
kondisi
dan
aturan
pengobatan teratasi. Kriteria hasil
: Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai merubah
perilaku,
mentaati
peraturan
obat
yang
diresepkan. INTERVENSI
1. Jelaskan mengenai prognosis
RASIONAL
1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya
mengklarifikasi kesalahan
pengobatan
persepsi & keadaan penyakit yang ada
2. Berikan informasi yang
2. Pengetahuan yang diberikan
adekuat tentang prognosis
mampu menurunkan resiko dari
penyakit dan tentang interaksi
efek bahay satu penyakit & cara
obat yang potensial
menanganinya
3. Tekankan perlunya untuk
3. Kebutuhan terpeutik dapat berubah sehingga mempersiapkan
melakukan evaluasi yang
kemungkinan yang akan terjadi
teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi 4. Diskusikan manfaat kesalahan
4. Aktivitas yang sedang & teratur dapat membantu
umum yang baik, seperti diet
menurunkan/mengendalikan
yang adekuat, & istirahat yang
faktor presdiposisi
cukup
25
2.3.4
Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
2.3.5
Evaluasi
Tahap
evaluasi
dalam
proses
keperawatan
menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B Dengan Diagnosa MedisEpilepsi
Ruang Praktek
: Ruang Anak / II.1
Tanggal Pengkajian
: 21 April 2014
3.1. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS PASIEN
No. MR
:
235615
Nama
:
An.B
Alamat
:
Seputih Raman
Tempat / tanggal Lahir
:
Metro, 24 November 2014
Usia
:
5 bulan
Nama Ayah / Ibu
:
Tn.B/Ny.S
Pekerjaan Ayah
:
Buruh
Pekerjaan Ibu
:
Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah
:
SMP
Pendidikan Ibu
:
SMP
Agama
:
Islam
Suku Bangsa
:
Jawa
27
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama Keluhan utama masalah kesehatan yang dialami oleh An.B adalah Kejang Demam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang Masalah yang dialami oleh An.B saat ini adalah Kejang Demam. Ibu klien mengatakan saat terjadi kejang tubuh An.B seluruhnya bergetar, kaki menendang-nendangdan mulut terkatup dengan keras. Ibu klien mengatakan ketika dirumah saat terjadi kejang pada An.B berlangsung selama kira-kira ± 3-5 menit dan biasanya terjadi di pagi hari dan di sore hari. Ibu klien juga mengatakan sebelumnya An.B tidak ada riwayat kejang, namun sebelum dibawa kerumah sakit klien sudah 2 kali mengalami kejang di rumahnya di pagi hari dan di sore hari. Kejang yang dialami An.B selalu disertai dengan demam tinggi dan terdengar ada suara batuk yang di sertai dengan adanya penumpukan sekret.
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu 1. Riwayat kehamilan dan kelahiran a) Prenatal Ibu klien mengatakan ketika mengandung An.B rajin memeriksakan kondisi kehamilannya satu bulan sekali di bidan praktek dan puskesmas yang berada disekitar rumahnya. Dan ibu klien juga mengatakan selama masa kehamilan klien pernah mengalami
28
hipertensi namun klien tidak memiliki riwayat jatuh ataupun riwayat kecelakaan. b) Intranatal Ibu klien mengatakan proses persalinan saat melahirkan An.B dilakukan persalinan secara Secsio Cesaria. Namun saat persalinan berlangsung
tidak
di
temukan
masalah
apa-apa,
tidak
ada
perdarahan, dan tidak ada komlikasi yang lainnya. c) Postnatal Ibu klien mengatakan setelah melahirkan An.B tidak terjadi masalah yang menghawatirkan. Ibu klien hanya dirawat selama 3 hari perawatan di rumah sakit dan setelah itu diperbolehkan pulang karena tidak ada masalah apapun.
2. Riwayat Masa Lalu Ibu klien mengatakan An.B sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Ibu klien juga mengatakan An.B tidak pernah sebelumnya dirawat di rumah sakit, sehingga An.B tidak mengonsumsi obat-obatan. Ibu An.B juga mengatakan An.B tidak memiliki riwayat melakukan tindakan operasi apapun, tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan dan tidak ada riwayat jatuh ataupun kecelakaan. Dan ibu klien juga mengatakan sampai dengan usia An.B 5 bulan saat ini imunisasi sudah dilakukan, hanya tinggal beberapa imunisasi saja yang belum dilakukan karena klien belum mencapai usia tersebut.
29
3. RIWAYAT KELUARGA
Keterangan : :
Laki-laki
:
Perempuan
:
Tinggal 1 rumah
:
Keturunan
:
Pernikahan
:
Klien
An. B adalah anak kedua dari dua orang bersaudara, An.B tinggal bersama kedua orang tuannya yaitu ayah dan ibunya beserta kakak laki-lakinya. Ibu An.B mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada riwayat kejang yang seperti dialami An.B saat ini. Namun Ibu klien mengatakan bahwa sebelumnya
30
kakak An.B ketika berusia 2 tahun juga pernah mengalami kejang, namun tidak sampai dibawa kerumah sakit dan dirawat berhari-hari seperti An.B saat ini.
4. RIWAYAT SOSIAL
Ibu An.B mengatakan bahwa sejak kecil kedua orang tuanyalah yang merawat, mengasuh dan tinggal bersama-sama dengan An.B beserta kakak laki-lakinya. Hubungan An.B didalam keluarga nya sangat baik, kehadiran An.B di tengahtengah keluarga nya sangat diterima dengan baik. Banyak diantara keluargakeluarganya yang lain senang bermain dan secara bergantian ingin menggendong An.B. An.B anak yang cukup kooperatif, tidak rewel dan jarang menangis sehingga banyak yang senang bermain dengannya. Dan lingkungan disekitar
An.B
cukup
aman
karena
An.B
selalu
diawasi
oleh
keluarganyakarena saat ini An.B berada ditahapan Tumbuh kembang belajar untuk telengkup dan merangkak.
5. KEBUTUHAN DASAR
a. Pola Makan Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien
belum
secara eklusif
memberikan
makanan pendamping apapun.saat ini An.B
hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali.
31
b. Pola Tidur An.B tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum tidur. ibu klien mengatakan jika sebelum tidur siang ataupun malam hari An.B minum ASI. Tidur An.B dirasa cukup baik tidak ada masalah dan tidak ada gangguan apapun saat klien tertidur. Dalam sehari klien tidur selama ±9 – 10 jam.
c. Mandi An.B mandi 2x dalam sehari dengan menggunakan washlap dan air hangat. Setiap ibu klien memandikan, klien selalu diberikan sabun, shampo.
d. Aktivitas Bermain Ibu An.B mengatakan dalam kesehariannya An.B adalah anak yang cukup aktif dan kooperatif. An.B saat ini belum bisa menggunakan alat-alat bermainnya hanya saja An.B suka memasukkan benda mainannya kedalam mulutnya dan kini An.B sedang pada masa tahapan Tumbuh kembang belajar telengkup.
e. Eliminasi Ibu An.B mengatakan kebiasaan BAK dalam keseharian An.B 4-6x dalam sehari. Konsistensi urine berwarna kuning, dengan bau yang khas, kira-kira ± 100cc/hari. Untuk BAB ibu klien dalam sehari 1-2x/sehari dengan konsistensi cair warna kuning kecoklatan dengan bau yang khas. dan ibu An.B juga mengatakan tidak ada masalah dan gangguan saat BAB.
32
6. KEADAAN KESEHATANSAATINI
a. wt21p214“Kj” b. t 23 p 214 “Epp” c. Status nutrisi Ibu An.B mengatakan karena saat ini usia An.B masih 5 bulan,jadi ibu klien
belum
secaraeklusif
memberikan
makanan pendamping apapun.saat ini An.B
hanya mengonsumsi ASI. Ibu An.B mengatakan selama
mengonsumsi ASI tidak ditemukan masalah apa-apa. Frekuensi An.B mengonsumsi ASI setiap 2-3 jam sekali. d. Status cairan Klien terpasang IVFD D5 ¼ NS 8tts/menit (dengan faktor tetes mikro) e. Obat-obatan 1) Ampicilin 3x150 mg (pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00) 2) Stesolid sup 0.5 mg 3) Diazepam injeksi 0.5 mg 4) PCT siruf 3x1 sendok (pada pukul 09.00 – 17.00 – 01.00)
33
f. Hasil Laboratorium tanggal 20 april 2014 No
Jenis
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Pemeriksaan
1
WBC
9.3
10 /ul
5-10
2
RBC
5.22
106/ul
3,08-5,05
3
HGB
11.6
g/dl
11-16
4
HCT
36.6
%
37-48
5
MCV
70
fL
80-92
6
MCH
22.3
fL
27-31
7
MCHC
31.8 g/dl
pg
32-36
8
PLT
664 103/mm3
103/ul
150-450
g. Pemeriksaan EEG Dari hasil pemeriksaan EEG yang telah dilakukan pada tanggal 23 April 2014 menunjukkan hasil bahwa An.B dinyatakan hasil EEG abnormal yang menyatakan An.B menderita Epilepsi.
34
7. PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN FISIK No
a.
b.
Pemeriksaan
Hasil
Tanda-tanda vital
Nadi
120x/menit
RR
42x/menit
Suhu
37.7 OC
Berat Badan
8.5 kg
Panjang Badan
58 cm
Kepala-leher
Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, kaput (-)
Ubun-ubun
Ubun-ubun lunak, ubun-ubun besar (+), ubunubun kecil (-)
Mata
Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, reaksi pupil terhadap cahaya (+)
Hidung
Tidak
ada
polip
ataupun
benda
asing,
keadaannya cukup bersih, secret tidak ada Mulut
Mukosa tampak pucat, keadaan cukup bersih, tonsil warna pink, gusi warna pink, gigi klien belum tumbuh, reflek menghisap menghisap (+)
Tenggorokan
Reflek menelan (+), tidak ada infeksi, tidak ada nyeri, dan tidak ada edema.
Vena jugularis
Tidak ada pembesaran vena jugularis
Kelenjar Limfe
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
35
c.
Thorax/paru-paru
RR= 42x/menit, Retraksi dinding dada (-), penggunaan otot-otot pernaasan (-), tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, suara paru vesikuler reguler, ronchi (+), whezing (-)
d.
Jantung
Perifer : CRT <2detik (+), sianosis bibir (+) Jantung : Tidak ada edema, tidak ada nyeri dada, tidak ada nyeri tekan, suara jantung S1 & S2 reguler, HR=120x/menit
e.
Abdomen
Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, bentuk abdomen normal, suara bising usus 5x/menit
f.
Genitalia & anus
Penis menonjol (+), keadaan genitalia cukup bersih, tidak ada edema, Anus (+), tidak ada hemoroid
g.
ekstermitas
Kekuatan otot (+), pergerakan cukup aktif, tidak ada edema, kesadaaran composmentis PCS = 15 ,tonus otot 5 5 5 5
36
8. PEMERIKSAAN NEOROLOGIS
a. Pengkajian status mental
37
a. Kemandirian dan bergaul Klien saat ini masih dalam tahap tumbang bayi berusia 5 bulan dan saat ini kemampuan kemandirian klien sudah mampu meraih benda yang ada disekitarnya dan benda yang diberikan padanya. b. Motorik halus klien sudah mampu meraih benda yang ada disekitarnya dan benda yang diberikan padanya. c. Kognitif dan bahasa Klien mampu mendengar suara orang-orang yang memanggil namanya, dan langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara . Namun, untuk kemampuan bahasa klien masih belum bisa berbicara, hanya mampu mengeluarkan kata-kata yang belum jelas dan hanya mampu menangis. d. Motorik kasar Klien mampu menggerakkan tubuhnya, klien mampu telengkup dengan sendirinya tampa bantuan orang lain, dan mampu menegakkan kepalanya
38
b. Pengkajian fungsi motorik
Pengkajian
Hasil yang ditemukan
a. Amati bayi atau anak terhadap abnormalitas yang nyata yang mempengaruhi fungsi motorik. Khususnya amati bentuk kepala dan ukuran kepala dan periksa tulang belakang.
: Ukuran keala sedang dengan ukuran lingkar kepala 35cm, bentuk kepala bulat, dan tidak ada hematoma ada area tulang belakang kepala.
b. Uji kekuatan otot dan : Klien mampu menggenggam jari kesimetrisan dengan meletakkan tangan si pemeriksa saat jari tangan di atas telaak tangan diletakkan diatas telapak tangan si anak agar dapat ia genggam dan anak, dan saat telapak kaki si dorong telapak kaki anak anak didorong ada perlawanan dengan tangan si pemeriksa. yang cukup baik dari si anak. c. Gerakan semua sendi dengan rentang gerakan. Perhatikan flaksiditas atau spasitisitas.
39
: Klien memiliki rentang gerakan yang fleksibel, mampu mengikuti atau diarahkan sesuai dengan gerakan yang dilakukan.
c. Pengkajian fungsi sensorik
Saraf Kranial
Pengkajian Fungsi
Hasil Yang Ditemukan
N. I Olfaktorius
Mengidentifikasi dengan benar bau
Belum dapat dikaji
yang berbeda N. II Optikus
Memeriksa ketajaman penglihatan
Ketajaman penglihatan
anak, persepsi terhada cahaya.
An.B cukup baik, klien mampu berespon terhadap cahaya.
N. III Okumolotorius
Memeriksa ukuran dan reaksi pupil,
Respon pupil terhadap
dan periksa kelopak mata terhadap
cahaya (+), ukuran
posisi
pupil 2mm, posisi kelopak mata simetris dan sejajar dengan garis telinga
N. IV Troklearis
N. V Trigeminus
N. VI Abdusen
Melihat pergerakan mata anak ke
Pergerakan bola mata
arah bawah, ke atas, ke samping
akttif (+)
Tentukan apakah anak dapat
Anak mudah menoleh
merasakan sentuhan halus di atas
bila area dekat pipi
pipi
dekat mulut disentuh
Kaji kemampuan anak menggerakan mata secara lateral
Belum dapat di kaji
N. VII Fasialis
Menguji indra pengecaan anak
Belum dapat di kaji
N. VIII Akustikus
Uji pendengaran anak, dengan
Klien langsung
memanggil anak dari arah samping
menoleh ke arah
telingan nya
sumber suara
N. IX Glasofaringeus
Kemempuan mengidentifikasi rasa larutan pada lidah
40
Belum dapat di kaji
N. X Vagus
Kemampuan terhadap reflek
Reflek menelan (+) saat
menelan
spatel dimasukkan kedalam mulut si anak
N. XI Aksesorius
Memeriksa kemampuan anak
Belum dapat di kaji
memutarkan kepala dan gerakan mengangkat bahu N. XII Hipoglosus
Meminta anak untuk mengeluarkan
Belum dapat di kaji
lidah dan kemampuan cp f “R”
9. KEBUTUHAN CAIRAN
a. Intake 1) Minum
750cc
2) Infus
8 tts/menit = ....Y.....x 60 (mikro) 24 jam x 60 menit 8 tts/menit = 60 Y 1440 60 Y = 1440 x 8 60 Y = 11520 Y = 11520 60 Y = 192 cc Y adalah cairan infus dalam 24 jam
41
Jumlah volume cairan infus yang telah masuk ke tubuh pasien adalah Jumlah 1 botol infus – jumlah volume infus yang sisa
= 500 cc – 370 cc = 130 cc
3) Kebutuhan Cairan
= BB 10 Kg I x 100 cc = 8.5 Kg x 100 cc = 850 cc/hari
Jadi, intake yang di dapat oleh An.B adalah
= Minum + Infus + Kebutuhan Cairan = 750 cc + 130 cc + 850 cc = 1730 cc/hari
b. Output 1) Muntah
Tidak ada (-)
2) Urine
= 2 cc / Kg BB / jam = 2 cc x 8.5 Kg / jam = 17 cc / jam = 17 cc x 24 jam = 408 cc / hari
42
c. IWL = ( 30 – usia dalam tahun ) = ( 30 – 5 bulan ) x 8.5 Kg 12 bulan = 30 – 5 = 360 – 5 12
12
12
= 355 x 8.5 12 = 251 cc Jadi, Balance cairan An.B adalah
Balance cairan = intake – ( output + IWL )
Balance cairan = 1792 cc – ( 408 cc + 251 cc )
= 1730 cc – 659 cc = 1071 cc
d. Untuk kenaikan suhu 0
IWL + 200 ( suhu saat ini – 36.8 C ) 0
Setiap kenaikan suhu1 C x 10 % 1) Tanggal 21 April 2014 pukul 09.00 WIB = 251 + 200 ( 37.7 – 36.8 ) = 251 + 200 ( 0.9 ) = 251 + 180 = 431 cc
43
pukul 09.00 WIB = 251 + 200 ( 38.5 – 36.8 ) x 10 % = 251 + 200 ( 1.7 ) x 10 % = 251 + 340 x 10 % = 251 + 34 = 285 cc
2) Tanggal 23 april 2014 Pukul 19.00 WIB = 251 + 200 ( 39.4 – 36.8 ) x 10 % = 251 + 200 ( 2.6 ) x 10 % = 251 + 520 x 10 % = 251 + 52 = 303 cc
44
3.2. ANALISA DATA NO
1
DATA
DS: -
Ibu An.B Mengatakan
MASALAH
ETIOLOGI
Bersihan jalan nafas
Sumbatan lidah di
tidak efektif
endotrakea
anaknya saat ini sedang peningkatan sekret
batuk-batuk -
saliva
Ibu An.B mengatakan takut yang klien rasakan
kerusakan
setelah dirumah sakit &
neoromuskuler
setelah mengalami kejang berulang -
Ibu An.B Mengatakan batuk yang dialami anaknya disertai dengan adanya penumpukan sekret.
DO: -
An.B terlihat sekali mengeluarkan suara batuk
-
An. B terpasang O₂ 1 Liter/menit nasal kanul
-
An. B Telah dilakukan penghisapan sekret dengan menggunakan suction
-
Ronchi (+)
-
Retraksi dinding dada (-)
-
Sianosis (-)
-
RR = 38x/menit
45
2
DS: -
Ibu klien mengatakan
Termogulasi tidak efektif
Peningkatan metabolic
demam An.B semalam proses infeksi
saat sebelum dibawa ke Rumah Sakit. -
peningkatan suhu
Ibu Klien mengatakan An.B mengalami demam setelah 2x mengalami Kejang
-
Ibu Klien mengakatan kondisi demam yang saat ini dialami oleh An.B membuat klien menjadi gelisah
DO : -
Klien tampak lemas & lemah
-
Suhu An.B (21/04/2014) 377 385
-
Klien An.B tampak Gelisah
-
Klien tampak banyak mengeluarkan keringat
-
Mukosa bibir pucat
46
3
DS: -
Ibu An.B mengatakan
Resiko Terhadap
Perubahan
cidera
kesadaran
An.B sebelumnya tidak
-
pernah mengalami kejang
kerusakan kognitif
Ibu An.B kejang yang di
selama kejang
alami An.B sebelum dibawa Ke Rumah Sakit
kerusakan
sudah 2x terjadi yaitu pagi
mekanisme perlindungan diri
& siang. -
Ibu An.B mengatakan saat aktivitas kejang
kejang tubuh anaknya
yang tidak terkontrol
bergetar & kakinya menendang-nendang -
Ibu An.B mengatakan kejang yang terjadi berlangsung kira-kira ± 5 menit
DO: -
Klien tampak terlihat gelisah
-
Klien terlihat saat demam tubuhnya bergetar
-
Kejang berlangsung ± 5 menit
-
Saat kejang terlihat ibunya memasukkan kain kedalam mulutnya
47
4
DS: -
-
Kurang pengetahuan
Kurang pemajaran
Ibu klien mengatakan
mengenai kondisi
tidak tahu apa yg terjadi
dan aturan
kesalahan
pada An.B
pengobatan
interpretasi informasi
Ibu klien mengatakan setiap An.B kejang, ibu
kurang mengingat.
klien selalu panik -
Ibu klien mengatakan jika An.B kejang tidak tahu apa yang harus dilakukan
DO: -
Ibu klien tampak terlihat bingung & sangat panik saat An.B kejang
-
Ibu klien tampak terlihat cemas & takut jika An.B kembali kejang
3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN a.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi c.
Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan )
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
48
3.4. RENCANA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler. Tujuan
: Setelah dilakukan askep 3x24 Jam
masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif tidak terjadi dan teratasi. Kriteria hasil
: nafas normal ( 25 – 30 x/menit ), tidak tejadi aspirasi, tidak ada dispnea,
tidak ada penumpukan sekret.
INTERVENSI
1. Anjurkan klien untuk
RASIONAL
1. Menurunkan resiko aspirasi atau
mengosongkan mulut dari
masuknya sesuatu benda asing
benda/zat tertentu
kedalam tirah baring
2. Letakkan klien dalam posisi
2. Meningkatkan aliran (drainase),
miring dan pada permukaan
sekret, mencegah lidah jatuh dan
datar
menyumbat jalan nafas
3. Tanggalkan pakaian klien pada
3. Untuk memudahkan usaha klien
daerah leher atau dada dan
dalam bernafas dan ekspansi
abdomen
dada
4. Melakukan penghisapan sesuai
4. Mengeluarkan mukus yang
indikasi
berlebihan menurunkan resiko aspirasi atau afeksia
5. Berikan oksigen sesuai
5. Membantu pemenuhi kebutuhan
program terai
oksigen adar tetap adekuat.
49
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhuberhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi Tujuan
: Setelah dilakukan askep 3x24 Jam, masalah termogulasi tidak efektif
Kriterua hasil
teratasi.
365 – 375 RR normal, tidak ada perubahan warna kulit
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji faktor-faktor terjadinya
1. Mengetahui penyebab terjadinya
peningkatan suhu
peningkatan suhu tubuh karena penambahan pakaian / selimut dapat menghambat penurunan suhu.
2. Observasi tanda – tanda vital
2. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan selanjutnya.
3. Ajarkan keluarga cara
3. Proses konduksi / perpindahan panas dengan suatu bahan
memberikan kompres dibagian
perantara.
kepala / ketiak
4. Anjurkan untuk menggunakan
4. Proses hilangnya panas akan
pakaian tipis yang terbuat dari
terhalangi oleh pakaian tebal dan
kain katun
tidak dapat menyerap keringat.
5. Berikan ekstra cairan dengan
5. Kebutuhan cairan meningkat
menganjurkan klien banyak
karena penguapan tubuh yang
minum
meningkat.
50
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan ) Tujuan
: Setelah dilakukan askep selama 3x24 Jam masalah resiko terhadap cidera teratasi dan tidak terjadi.
Kriteria Hasil
: tidak terjadi cidera fisik pada klien, klien dalam kondisi aman, tidak ada memar dan tidak ada resiko terjatuh.
INERVENSI
1. Identifikasi faktor lingkungan
RASIONAL
1. Dengan menjauhkan barang-
yang memungkinkan resiko
barang disekitarnya dapat
terjadinya cidera
membahayakan saat terjadinya kejang
2. Pasang penghalang ditempat
2. Penjagaan untuk keamanan,
tidur
untuk mencegah terjadinya cidera pada klien
3. Letakkan klien ditempat tidur
3. Area yang rendah dan datar dapat
yang rendah & datar
mencegah terjadinya cidera pada klien
4. Siapkan kain lunak untuk
4. Lidah berpotensi tergigit saat kejang karena saat kejang
mencegah terjadinya
biasanya lidah menjulur kedepan
tergigitnya lidah saat kejang
5. Berikan obat anti kejang
5. Mengurangi aktivitas kejang yang berkepanjangan yang dapat mengurangi suplai oksigen
51
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat. Tujuan
: Setelah dilakukan askep 1x24 Jam masalah kurang pengetahuan mengenai
kondisi
dan
aturan
pengobatan teratasi. Kriteria hasil
: Mampu mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsangan yang telah diberikan, mulai merubah
perilaku,
mentaati
peraturan
obat
yang
diresepkan. INTERVENSI
1. Jelaskan mengenai prognosis
RASIONAL
1. Memberikan kesempatan untuk
penyakit dan perlunya
mengklarifikasi kesalahan persepsi
pengobatan
& keadaan penyakit yang ada
2. Berikan informasi yang adekuat
2. Pengetahuan yang diberikan
tentang prognosis penyakit dan
mampu menurunkan resiko dari
tentang interaksi obat yang
efek bahay satu penyakit & cara
potensial
menanganinya
3. Tekankan perlunya untuk
3. Kebutuhan terpeutik dapat berubah sehingga mempersiapkan
melakukan evaluasi yang
kemungkinan yang akan terjadi
teratur/melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi 4. Diskusikan manfaat kesalahan
4. Aktivitas yang sedang & teratur dapat membantu
umum yang baik, seperti diet
menurunkan/mengendalikan faktor
yang adekuat, & istirahat yang
presdiposisi
cukup
52
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : An. B Ruangan : Anak No. MR : 235615
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler. Hari/Tanggal & jam Senin, 21/04/2014
08. 30 WIB
09.00 WIB
09.15 WIB
10.30 WIB
Implementasi
1. Menganjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu 2. Meletakkan klien dalam posisi miring dan pada permukaan datar 3. Menanggalkan pakaian pada daerah leher dan dada, serta abdomen 4. Melakukan penghisapan sesuain indikasi 5. Memberikan oksigen sesuai program terapi O2 1 liter/menit nasal kanul
Evaluasi
Subjektif : - Ibu An. B mengatakan bahwa anaknya kini dalam keadaan batuk - Ibu An. B mengatakan sudah 2 hari anaknya mengalami batuk - Ibu An. B mengatakan batuk yang dialami anaknya disertai dengan secret/dahak Objektif : - Tampak tidak ada benda asing/zat tertentu di mulut An.B - Klien terlihat dalam posisi miring kiri diatas permukaan datar tempat tidur - Ibu klien tampak melepaskan pakaian luar An. B dan hanya memakaikan kaos dalam saja pada An. B
53
Paraf
- Pukul 19.30 WIB telah dilakukan penghisapan secret dengan menggunakan mesin suction - Klien terpasang oksigen 1 liter/menit nasal kanul Analisis : - Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian Planing : - Lanjutkan Intervensi : 2,4 &5
54
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Hari/Tanggal & Jam Senin, 21/04/2014
Implementasi
Evaluasi
08. 45 WIB
1. Mengkaji factor terjadinya peningkatan suhu
09.00 WIB
2. Mengobservasi vital sign
09.10 WIB
3. Mengajarkan keluarga cara memberikan kompres di bagian kepala / ketiak
Subjektif : - Ibu klien mengatakan demam An. B belum juga turun - Ibu klien mengatakan demam yang dialami oleh An. Bsejak semalam saat setelah dibawa ke Rumah Sakit - Ibu klien mengatakan demam yang di alami klien setelah terjadi kejang
09.30 WIB
4. Menganjurkan untuk menggunakan pakaian tipis yang terbuat dari kain katun
09.45 WIB
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin 6. Memberikan antipiretik
Objektif : - Faktor terjadi demam akibat kejang yang terjadi setelah berulang - Hasil observasi vital sign : Suhu : 38,5 ⁰C Nadi : 120x/menit Pernafasan : 42x/menit - Mengajarrkan cara mengkompres dan keluarga telah mampu mempraktekannya - Klien tampak telah di ganti pakaiannya oleh ibunya dengan pakaian yang tipis
55
Paraf
- Klien tampak sering diberikan ASI eksklusif oleh ibunya - PCT sirup 3 x 1 sendok Analisis : - Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian Planing : - Lanjutkan Intervensi : 2,3 & 5
56
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan ) Hari/Tanggal & Jam Senin,
Implementasi
Evaluasi
21/04/2014
08. 30 WIB
1. Menganjurkan klien untuk
09.00 WIB
Subjektif : - Ibu An. B mengatakan
mengosongkan
bahwa anaknya kini
mulut dari
dalam keadaan batuk
benda/zat
- Ibu An. B mengatakan
tertentu
sudah 2 hari anaknya
2. Meletakkan
mengalami batuk
klien dalam
- Ibu An. B mengatakan
posisi miring
batuk yang dialami
dan pada
anaknya disertai dengan
permukaan
secret/dahak
datar 09.10 WIB
3. Menanggalkan pakaian pada
- Tampak tidak ada benda
daerah leher
asing/zat tertentu di
dan dada, serta
mulut An.B
abdomen 09.45 WIB
Masih terpasang
Objektif :
- Klien terlihat dalam
4. Melakukan
posisi miring kiri diatas
penghisapan
permukaan datar tempat
sesuain indikasi
tidur
5. Memberikan
- Ibu klien tampak
oksigenn sesuai
melepaskan pakaian luar
program terapi
An. B dan hanya
O2 1 liter/menit
memakaikan kaos dalam
57
Paraf
saja pada An. B - Pukul 19.30 WIB telah dilakukan penghisapan secret dengan menggunakan mesin suction - Klien terpasang oksigen 1 liter/menit nasal kanul
Analisis : - Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian
Planing : - Lanjutkan Intervensi : 2,4 &5
58
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
Hari/Tanggal & Jam Selasa, 22/04/2014
10. 15 WIB
Implementasi
1. Meletakkan klien dalam posisi miring dan pada permukaan datar
11.30 WIB
2. Melakukan penghisapan
Evaluasi
Subjektif : - Ibu An. B mengatakanbatuk yang dialami An. B sudah mulai berkurang - Ibu An. B mengatakan sudah tidak mendengar suara dahak/secret ketika An. B batuk
sesuain indikasi Masih terpasang
3. Memberikan oksigenn sesuai program terapi O2 1 liter/menit
Objektif : - Klien di posisikan miring kiri dan di permukaan datar diatas tempat tidur - Klien telah dilakukan penghisapan dengan menggunakan suction untuk yang terakhir, karena secret/dahak sudah berkurang & tidak terdengar lagi - Klien An. B masih terpasang Oksigen 1 liter/menit nasal kanul Analisis : - Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi. Planing : - Intervensi dihentikan.
59
Paraf
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
No. Hari/Tanggal DX & Jam
2.
Implementasi
Evaluasi
Selasa, 22/04/2014
08. 15 WIB
09.30 WIB
09.00 WIB
1. Mengobservasi
Subjektif :
vital sign
- Ibu An. B mengatakan
2. Mengajarkan
demam di hari ke-2
keluarga cara
perawatan di rumah sakit
memberikan
sudah berangsur turun
kompres di
sedikit demi sedikit
3. Memberikan
- Ibu klien mengatakn sudah
ekstra cairan
rutin memberikan kompres
dengan
di bagian kepala anak untuk
menganjurkan
menurunkan suhu tubuh
klien banyak
- Ibu klien mengatakan sering
minum
memberikan ASI kepada
4. Memberikan antipiretik
anaknya
Objektif : - Observasi vital sign : Pagi, Suhu : 37,5 OC Nadi : 100x/m RR : 34x/m Siang ; S : 37,4 OC N : 110x/m RR : 30x/menit - Ibu klien tampak sedang memberikan kompres hangat di bagian kepala klien
60
Paraf
- Ibu klien tampak sedang memberikan ASI saat klien menangis kehausan - PCT sirup 3 x 1 sendok Analisis : - Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian
Planing : - Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
61
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan ) Hari/Tanggal & Jam Selasa,
Implementasi
Evaluasi
22/04/2014
09.00 WIB
1. Memberikan penghalang di
Subjektif : - Ibu An. B mengatakan
tempat tidur klien 09.20 WIB
selalu menjaga &
2. Menyiapkan kain
mengawasi An. B di tempat
lunak untuk mencegah terjadinya
10.00 WIB
tidur - Ibu klien mengatakan selalu
tergigitnya udah saat
menyiapkan kain lunak
kejang
disamping tempat tidur An.
3. Memberikan obat
B
anti kejang : -
-
Stesolid.Sup :
Objektif :
0,5 mg
- Tampak terlihat keluarga
Diazepam IV :
An. B memberikan
0,5 mg
penjagaan disamping tempat tidur klien - Ibu klien tampak dengan sigap selalu memasukkan kain lunak ke dalam mulut An. B saat terjadi kejang - Klien selalu mendapatkan stesolid & Diazepam setiap kali kejangmya kembali berulang.
62
Paraf
Analisis : - Masalah Resiko terhadap cidera sebagian sudah teratasi.
Planing : - Lanjutkan Intervensi 2 & 3.
63
2. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi
Hari/Tanggal & Jam Rabu,
Implementasi
Evaluasi
23/04/2014
19.00 WIB
1. Mengobservasi vital
Subjektif :
sign 19..45 WIB
- Ibu An. B mengatakan
2. Memberikan
demamnya semakin tinggi
kompres dibagian
- Ibu klien mengatakan sangat
kepala/ketiak
panic melihat kondisi
3. Memberikan antipiretik
demam An. B yang meningkat - Ibu klien mengatakan sudah sering memberikan kompres hangat setiap kali An. B demam
Objektif : - Hasil observasi vital sign : Siang, Suhu : 39,8 OC Nadi : 118x/m RR : 46x/m Sore ; S : 39,4 OC N : 134x/m RR : 44x/menit Malam ; S : 36,3OC N : 100x/m RR : 40x/m - Ibu klien dan keluarga klien tampak telah memberikan
64
Paraf
kompres hangat di bagian kepala dan ketiak An. B - PCT sirup 3 x 1 sendok
Analisis : - Masalah ketidakefektifan termoregulasi belum teratasi
Planing : - Lanjutkan Intervensi : 1 & 2
65
3. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan ) Hari/Tanggal & Jam Rabu,
Implementasi
Evaluasi
23/04/2014
19.00 WIB
1. Menyiapkan kain lunak untuk mencegah
19.30 WIB
Subjektif : - Ibu An. B mengatakan
terjadinya tergigitnya
masih sering merasa panic
udah saat kejang
& gelisah setiap kali
2. Memberikan obat anti kejang : -
anaknya kembali kejang - Ibu klien mengatakan
Stesolid.Sup : 0,5
bagaimana caranya agar
mg
An. B tidak kembali mengalami kejang
Objektif : - Ibu klien tampak terlihat sedang menyelipkan kain lunak saat An. B kembali kejang - Klien telah diberikan obat anti kejang stesolid
Analisis : - Masalah Resiko terhadap cidera teratasi.
Planing : - Lanjutkan Intervensi ulang
66
Paraf
jika klien masih menngalami kejang
67
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat. Hari/Tanggal & Jam Kamis,
Implementasi
Evaluasi
24/04/2014
20.15 WIB
1. Menjelaskan mengenai prognosis penyakit &
20.30 WIB
Subjektif : - Ibu An. B mengatakan
perlunya pengobatan
dirinya sebelumnya tidak
2. Memberikan informasi
tahu apa yang terjadi pada
yang adekuat tentang
anaknya dan bagaimana
prognosis penyakit &
cara menanganinya
tentang interaksi obat
- Ibu klien mengatakan kini
yang potensial 20.45 WIB
setelah diberikan informasi
3. Menekankan bahwa
dirinya menjadi tahu
perlunya untuk
20.50 WIB
melakukan evaluasi yg
Objektif :
teratur/melakukan
- Ibu klien tampak
pemeriksaaan
memperhatikan terkait
laboratorium sesusai
penjelasan yang diberikan
indikasi
mengenai prognosis
4. Mendiskusikan manfaat
penyakit & pentingnya
kesehatan umum yang baik seperti diit yang
pengobatan - Ibu klien tampak antusias
adekuat & istirahat yang
& cukup kooperatif
cukup.
mendengarkan informasi yang diberikan - Ibu klien tampak sudah mengerti apa yang harus rutin ia lakukan untuk mengecek kesehatan
68
Paraf
anaknya - Ibu lien tampak sudah memahami cara meningkatkan kesehatan untuk anaknya
Analisis : - Masalah Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan teratasi.
Planing : - Intervensi di hentikan. - Memberikan leaflet sebagai informasi lanjutan.
69
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An.B didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pengkajian Pengkajian terpenting dari Epilepsi adalah melakukan anamnese selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang terjadi. Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan penyebab Epilepsi maka dilakukan pemeriksaan penunjang. Dan setelah dilakukan pemeriksaan penunjang EEG maka didaatkan hasil yang menunjukkan hasil EEG abnormal dan menyatakan An.B mengalami Epelepsi
2.
Analisa dan Sintesa Data Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya menemukan 4 diagnosa keperawatan, yaitu : a. Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
berhubungan
dengan
sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva, keruskan neromuskuler.
70
b. Termogulasi tidak efektif : peningkatan suhu berhubungan dengan peningkatan metabolik, proses infeksi c. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan perubahan kesadaran, keruskan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri dan aktivitas kejang yang terkontrol ( gangguan keseimbangan ) d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjaan, kesalahan interprestasi, kurang mengingat.
3.
Diagnosa / Masalah Keperawatan Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam adalah
potensial
terjadinya
kejang
ulang
berhubungan
dengan
hiperthermi, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas , Resiko terhadap cidera, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan informasi. 4. Perencanaan Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu. 5. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata tidak menemui kesulitan karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
71
6. Evaluasi Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang dapat berubah-ubah.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan Meningkatkan pengetahuan keluarga dengan cara membuat tool-tool evaluasi perkembangan pasien di rumah, yang harus diisi oleh keluarga. Membekali keluarga pasien yang terdekat untuk dapat memahami, mengenali, dan bertindak secara efektif mengenai permasalahan-permasalah yang dialami pasien.
4.2.2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan Institusi pendidikan dan pelayanan harus lebih aktif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien Epilepsi dengan selalu mengikuti perkembangan evidence based.
4.2.3. Bagi Institusi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi dan konseling terkait penyakit Epilepsi dan pengobatannya pada keluarga pasien agar keluarga dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani program pengobatan secara baik.
72
4.2.4. Bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit Epilepsi sehingga apabila terdapat keluarga yang mengalami Epilepsi, keluarga dapat memotivasi
anggota
keluarganya
yang
sedang
menjalani
program
pengobatan.
4.2. Penutup
Demikianlah kami menyusun makalah ini dan kami sangat bersyukur kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya jua kami dapat menyelesaikan karya makalah ini, dan tidak lupa pula kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini terutama kepada bapak/ibu selaku dosen pembimbing. kami sangat menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi sapa saja yang membacanya terutama bagi kami sendiri. Amin.
73