ASUHAN KEPERAWATAN Lengkap RETENSIO PLASENTA NOYAN SARI
BAB I KONSEP MEDIS
Retensio plasenta merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam
setelah
jalan
lahir.
Plasenta
harus
dikeluarkan dikeluarkan
karena
dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma.
Sebab-sebab plasenta belum lahir bisa oleh karena : a. plasenta belum lepas dari dinding dinding uterus b. Palsenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan Apabila plasenta belum lahir sama sekali tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian
terjadi
perdarahan
yang
merupkan
indikasi
untuk
mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dari dinding uterus karena: a. b.
kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis korialis menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritonium (plasenta akreta-perkreta). akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala II, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
a. anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan post partum sebelumnya, paritas serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat post partum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. b. Pada pemeriksaan pervaginam olasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.
a. Hitung darah lengkap Untuk menentukan tingkat Hb dan Ht, melihat adanya trombositopenia serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infksi, leukosit biasanya meningkat. b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.
Meliputi palsenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua.
Penanganan retensio plasenta adalah : a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiamter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida atau larutan ringer laktat yang hangat apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksige. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. b. Drips oksitosin 20 IU dalam 500 ml larutan ringer laktat atau NaCl 0,9 (normal saline) sampai uterus berkontraksi. c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan manual plasenta. e. Jika tindakan manual plasenta tidak meungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuratase. f.
Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta delanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.
a. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi jaringan c. Sepsis d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.
Multifaktor (keainan plasenta, kelainan uterus, salah penanganan kala III) ↓
Implantasi plasenta yang kuat ↓
Plasenta melekat pada Dinding uterus ↓
Lapisan fibrinoid nitabuch Tidak terbentuk ↓
Kontraksi uterus kurang kuat ↓
Retensio plasenta ↓
Plasenta lepas tapi belum lahir
Terjadi lingkaran kontriksi
perdarahan Pada bagian bawah uterus
↓
Saraf terjepi/putus
↓
terjadi hipovolemik
↓
Reseptor nyeri terangsang
↓
Menstimulasi thalamus
↓
respon fisiologis tubuh ↑
Ambang nyeri ↓ ↓
↓
ketakutan ↑ ↓
sering bertanya
A. 1. Pengumpulan Data
Klien mengeluh pusing
Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir
Klien mengatakan sakit perut pada bagian bawah
Klien mengatakan lemah
Klien mengeluh tidak mengerti dengan keadaanya
Klien mengatakan takut
Tampak perdarahan
Sianosis
Pengisian kapiler dibawah batasan normal
Ekspresi wajah klien tampak meringis
Klien tampak gelisah
Membran mukosa kulit tampak kering
Klien tampak sering bertanya
Ekspresi wajah pasien tampak kebingungan
Kulit tampak terasa dingin 2 Data Subyektif Klien mengeluh pusing
Data Obyektif Tampak perdarahan
Klien mengatakan nyeri pada Sianosis jalan lahir
Pengisian kapiler dibawah batasan
Klien mengatakan sakit perut pada normal bagian bawah
Ekspresi
Klien mengatakan lemah
wajah
klien
tampak
meringis
Klien mengeluh tidak mengerti Klien tampak gelisah dengan keadaanya
Membran mukosa kulit tampak
Klien mengatakan takut
kering Klien tampak sering bertanya Ekspresi wajah pasien tampak kebingungan Kulit tampak terasa dingin
No Symptom 1.
DS
:
pusing DO : Sianosis
Klien
Etiologi mengeluh
Problem
Plasenta lepas tapi belum lahir ↓
perdarahan ↓
Terjadi hipovolemik
Gangguan perfusi jaringan
Kulit
2.
tampak
terasa
↓
dingin
Gangguan perfusi jaringan
DS : Klien mengatakan
Retensio plasenta ↓
lemah
Plasenta lepas tapi belum lahir
DO :
volume cairan
↓
Tampak perdarahan
perdarahan
Membran mukosa kulit tampak kering Pengisian
Kekurangan
↓
Kekurangan volume cairan
kapiler
dibawah batasan normal 3.
Saraf terjepit/putus
DS : Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir Klien mengatakan sakit perut
pada
bagian
bawah
Nyeri
↓
Reseptor nyeri terangsang ↓
Menstimulasi talamus ↓
Ambang nyeri ↓ ↓
nyeri
DO : Ekspresi
wajah
klien
tampak meringis Klien tampak gelisah 4.
Respon fisologis tubuh
DS : Klien mengeluh tidak mengerti
dengan
keadaanya DO : tampak
Ketakutan ↑ ↓
Sering bertanya
Klien mengatakan takut Klien
↑ ↓
sering
↓
Kurang terpajan informasi ↓
Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan
bertanya Ekspresi wajah pasien tampak kebingungan 5.
Retensio plasenta
DS :
Resiko
↓
DO :
tinggi
keluarga
Plasenta lepas tapi belum lahir
berduka
↓
perdarahan ↓
Resiko tinggi keluarga berduka
1.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan 3.Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi otot rahim 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi 5.Resiko tinggi keluarga berduka berhubungan dengan ancaman perdarahan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Tujuan : Pasien akan menunjukan penurunan perfusi jaringan teratasi dengan kriteria : -
Tanda-tanda vital dalam batas normal
-
Perifer hangat tidak sianosis Intervensi
;
1. monitor TTV setiap jam R/ respon konpensasi untuk menurunkan volume sirkulasi adalah pengeluaran o2
darah
dengan
meningkatkan
frekuensi
jantung
dan
pernapasan serta menurunkan sirkulasi ekstremitas menyebabkan penurunan nadi, kulit dingin dan sianosis 2. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku R/ perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia. Sianosis, tanda lanjut lainya tidak nampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg 3.
Pantau GDA dan kadar Ph
R/ membantu dalam mendiagnosa derajat hipoksia jaringan atau asidosis yang diakibatkan dari terbentuknya asam laktat dari metabolisme anerob 4.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen R/ memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi
kejaringan 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan Tujuan : Klien akan menunjukan kekurangan volume cairan terasi dengan kriteria : -
TTV dalam batas normal
-
Pengisian kapiler cepat
-
Memberan mukosa kulit lembab Intervensi
1. Kaji ulang catatan kehamilan, persalinan. Perhatikan faktor penyebab pada situasi hemoragi R/ membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah terjadinya komplikasi 2. Kaji jumlah, tipe perdarahan (timbang dan hitung kembali) R/ perkiraan kehilangan darah, arteriaversus vena, membantu menentukan penggantian cairan. 3.Anjurkan melakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30° dan tubuh horizontal R/ pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin
persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar
4.
Pantau
masukan
dan
haluaran,
perhatikan
berat
jenis
urin.
R/ bermanfaat dalam memperkirakan luas kehilangan cairan. Volume perfusi atau
sirkulasi adekuat ditunjukan dengan haluaran 30-50 ml/jam
atau lebih besar 5.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian cairan IV satu atau 2 jalur dari
cairan
isotonik atau elektrolit atau produk darah sesuai
indikasi R/ perlu untuk di infus cepat dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulais dan mencegah pembekuan 3. Nyeri akut berhubngan dengan kontraksi otot rahim Tujuan : Klien akan menunjukan nyeri hilang dengan kriteria : -
Ungkapan bebas nyeri
-
Ekspresi wajah yang rileks
1. Kaji sifat dan derajat nyeri R/ membantu mengidentfikasi faktor-faktor yang memperbebrat ketidak nyamanan nyeri 2. Berikan informasi yang tepat tentang kedaannya R/ Informasi yang teapt dapat mengurangi persepsi nyeri dan adanya kooperatif 3. ajurkan penggunaan tehnik relaksasi R/ meningkatkan rasa kontrol dan dapat mengurangi beratnya nyeri berkenaan dengan kontraksi dan masase funus 4. Tekankan pentingnya menjalani pemeriksaan ginekologi lanjut secra teratur R/ pemeriksaan ginekologi membantu mengetahui tingkat kesuburan 5. Kolaborasi pemberian analgetik R/ pemberian obat analgetik bekerja mengurangi nyeri 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpjan informasi Tujuan : klien mampu menunjukan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria
-
Klien mengerti dengan penyakitnya
-
Tidak tampak kebingungan pada klien
1. Jelaskan faktor predisposisi dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi R/ memberikan informasi untuk membantu klien atau pasangan memahami dan
mengatasi situasi
2. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan untuk belajar R/ memberikan informasi yang perlu untuk menembangkan rencana perawatan individu 3. Rujuk pada kelompok pendukung R/
Kelompok-kelompok
memberikan
spesifik
seperti
kelompok
pendukung
dapat
informasi terus menerus untuk memudahkan adaptasi
positif 5. Resiko tinggi keluarga berduka berhubungan dengan ancaman perdarahan Tujuan : Agar tidak terjadi ancaman kematian dengan kriteria -
Keluarga dapat mengatasi perasan sedih
-
Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya
1. Kaji situasi yang berat dan mengancam nyawa klien R/ mengidentifikasi situasi dengan tepat untuk memberikan informasi yang tepat dan jelas 2. Berikan informasi sederhana dan akurat pada keluarga, penetapan diagnosis dan keperawatan R/ pengetahuan dapat mengurangi rasa berduka keluarga 3. Tentukan orientasi religius orang tua, hubngan dukungan yang tepat bila mereka menginginkan R/ banyak pasangan sangat tergantung pada keyakinan mereka sebagai sumber
kekuatan selama resolusi krisis DAFTAR PUSTAKA
Doengos, Marillyn E (2001) Rencana Perawatan Maternal Bayi . Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono. (1997). Ilmu Kebidanan . Edisi 3. yayasan Bina Pustaka; Jakarta Prof. dr. Ida BagusGde Manuaba, SpOG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan .
Penerbit Buku EGC;Jakarta.