ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL OSTEOARTHRITIS (OA)
DI SUSUN OLEH KELOMPOK III KELAS C
1. RISALDY ABDULLAH
: 841415211
2. IRMAWATI M.Y BOBIHU
: 841415184
3. MELISA ARSYAD
: 841415201
4. SARINTAN DANO
: 841415218
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN AJARAN 2017
KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya kita masih diberi kesehatan. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada para sahabat-Nya, keluarga-Nya, dan insya allah akan tercurah kepada kita semua. Asuhan Keperawatan ini membahas tentang Osteoarthritis yang disusun untuk memenuhi tugas Sistem Muskuloskletal program studi S1 Keperawatan semester lima. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan, karena penyusun masih dalam tahap belajar dan kurangnya keterbatasan pengetahuan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlimpah, Aamiin..
Gorontalo, Oktober 2016
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, tulang dibawahnya mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi. Osteoarthritis dapat terjadi secara ideopatik (tidak diketahui penyebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stress berulang seperti yang dialami oleh pelari jarak jauh atau ballerina, atau berkaitan dengan deformitas congenital. Individu yang mengalami hemophilia atau kondisi lain yang ditandai oleh pembengkakan sendi kronis dan edema, dapat mengalami Osteoartritis sering dijumpai pada lansia, yang mengenai lebih dari 70% pria dan wanita yang berusia diatas 65 tahun. (Buku Saku Patofisiologi, 2009) Penyakit ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru yang irregular pada permukaan persendian. Nyeri menjadi gejala utama terbesar pada sendi yang mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan penggunaan sendi dan rasa nyeri dapat diringankan dengan istirahat. Trauma dan obesitas dapat meningkatkan resiko osteoarthritis. Namun baik penyebab maupun pengobatannya belum sepenuhnya diketahui.1 Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada pasien sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dan menimbulkan dampak sosial ekonomi yang berat.3 Orang lanjut usia di Indonesia yang menderita cacat karena osteoarthritis diperkirakan mencapai dua juta. Prevalensi osteoarthritis usia 49-60 tahun di Malang mencapai 21,7%, yang terdiridari 6,2% laki-lakidan 15,5% perempuan.2 Insidensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia dengan adanya bukti pada gambaran fotopolos. Insidensi osteoartritis di Amerika pada usia 18-24 tahun, 7% laki-lakidan 2% perempuan menggambarkan osteoarthritis pada tangan. Pada usia 55-64 tahun, 28% laki-laki dan perempuan terkena osteoarthritis
lutut dan 23% osteoarthritis panggul. Pada usia antara 65-74, 39% laki-laki dan perempuan menggambarkan osteoarthritis pada lutut dan 23% menggambarkan osteoarthritis pada panggul. Pada usia diatas 75 tahun, sekitar 100% laki-laki dan perempuan mempunyai gejala-gejala osteoartritis. Kejadian osteoartritis di Norwegia pada tahun 2008, 80% berusia lebih dari 55 tahun. Angka keseluruhan prevalensi osteoartritis di Norwegia adalah 12,8% dan lebih tinggi pada perempuan (14,7%) di banding lakilaki (10,5%). Prevalensi osteoarthritis panggul adalah 5,5%, osteoarthritis lutut 7,1% dan osteoarthritis tangan 4,3%.(Jurnal diagnosis and treatment osteoarthritis, 2015) Osteoartritis
merupakan
penyakit
sendi
degeneratif
yang
dihubungkan dengan kerusakan kartilago sendi. Osteoartritis bersifat kronik, progresif lambat dan ditandai dengan adanya perubahan rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Osteoartritis sering mengenai sendi penopang berat badan misalnya vertebre, panggul, lutut, dan pergelangan kaki. Terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh berbagai faktor resiko seperti umur (proses penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi, anomaly anatomi, penyakit metabolik dan penyakit inflamasi sendi.(Jurnal Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Kerusakan Sendi pada Pasien Osteoartritis Lutut di RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2016 )
1.2. Tujuan Tujuan umum: Secara umum tujuannya untuk membantu mahasiswa dapat mengetahui konsep medik dan konsep keperawatan osteoarthritis (OA). Tujuan khusus: 1.
Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari penyakit osteoarthritis
2.
Mahasiswa dapat mengetahui etiologi yang menjadi penyebab penyakit osteoarthritis
3.
Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari penyakit osteoarthritis
4.
Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit osteoarthritis
5.
Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari penyakit osteoathritis
6.
Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostic dari penyakit osteoathritis
7.
Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan penyakit osteoathritis
8.
Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian penyakit osteoathritis
9.
Mahasiswa
dapat
mengetahui
diagnose
keperawatan
penyakit
dapat
mengetahui
intervensi
keperawatan
penyakit
osteoathritis 10. Mahasiswa osteoathritis
BAB II KONSEP MEDIK 1.1. Definisi
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vetebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA (Sudoyo Aru,dkk 2009). Dan memiliki gambaran yang khas yaitu sendi palang distal dan proksimal sering terkena.(Nurarif & Kusuma. Jilid 3, 2015) Osteoarthritis adalah penyakit tulang degenerative yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Osteoarthritis dapat terjadi secara ideopatik (tidak diketahui penyebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stress berulang seperti yang dialami oleh pelari jarak jauh atau ballerina, atau berkaitan dengan deformitas congenital. (Buku Saku Patofisiologi, 2009)
1.2. Etiologi Penyebab dari OA untuk sekarang masih belum jelas tetapi faktor resiko OA dapat diketahui dari: 1. Usia Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan di sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi , klasifikasi tulang rawan dan menurunnya fungsi kondrosit yang mendukung terjadinya osteoarthritis lutut primer. Kartilago pada pasien yang mengalami penuaan kurang
sensitif terhadap adanya beban pada sendi. Pada keadaan normal, beban pada sendi menstimulasi pembentukan matriks kartilago sebagai respon protektif. Proses penuaan juga menyebabkan otot-otot di sekitar sendi menjadi lebih lemah, input saraf sensori dari reseptor mekanik pada otot dan
tendon
untuk
mempertahankan
tekanan
dan
posisi
sendi
menurun.(Jurnal Karakteristik pasien osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam bandung, 2014) 2. Genetika Struktur tulang rawan dan laxity pada sendi, serta permukaan sendi yang tidak teratur yang dimiliki seseorang sebagai faktor bawaan merupakan faktor resiko terjadi Osteoarthritis. Adanya kelainan genetik dan kelainan perkembangan tubuh (displasia epifisial, displasia asetabular, penyakit
Legg-Calve-Perthes,
dislokasi
sendi
panggul
bawaan,
tergelincirnya epifisis) dapat menyebabkan osteoarthritis. Faktor genetik berperan utama dalam timbulnya osteoartritis lutut. Jika orang dengan salah satu anggota keluarga memiliki osteoartritis lutut, maka orang tersebut mempunyai kesempatan besar untuk terjadinya osteoartritis lutut. .( http://digilib.unimus.ac.id) 3. Trauma dan faktor okupasi Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi juga dapat menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang pembentuk sendi tersebut. (Jurnal diagnosis and treatment osteoarthritis, 2015) 4. Aktivitas fisik Perkerjaan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya osteoarthritis. Menurut FAO (1985) aktifitas fisik dibagi berdasarkan proporsi waktu kerja yaitu: -
Ringan 75% dari waktu digunakan adalah untuk duduk dan 25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah.
-
Sedang 25% waktu yang digunakan adalah untuk duduk dan 75% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang perkerjaannya. Contoh penambang, penebang pohon, kuli angkut.
-
Berat 40% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk dan 60% untuk kegiatan kerja khusus dalam bidang nya. Contoh perkerjaannya, supir, nelayan, tukang las.(Artikel ilmiah kelamin,
imt,
dan
aktivitas
hubungan umur, jenis fisik
dengan
kejadian osteoathritis lutut, 2012 5. Jenis kelamin Perubahan keseimbangan hormon progesteron dan estrogen pada usia menjelang monopouse yang mempengaruhi sistem keseimbangan tulang diseluruh tubuh, termasuk tulang subkondral. Oleh karena itu dapat dipahami jika osteoarthritis lutut primer sering terjadi pada wanita monopouse. Estrogen menyebabkan meningkatnya aktivitas osteoblat. Osteoblast berperan untuk mensistesis matriks ulang, sesudah monopouse hampir tidak ada estrogen yang dieksresikan oleh ovarium, kekurangan ini akan menyebabkan berkurannya osteoblast pada tulang, sehingga berkuranngnya matriks tulang dan berkurannya deposit kalsium dan fosfat tulang. (Jurnal Karakteristik pasien osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam bandung, 2014)
1.3. Prognosis Gerakan penderita mungkin menjadi sangat terbatas. Pengobatan umumnya meningkatkan fungsi Beberapa perubahan gaya hidup sederhana dapat memperlambat perkembangannya dan memperbaiki prognosis pribadi seseorang. Menurut American College of Rheumatology, kehilangan berat badan hanya 10 pon selama periode 10 tahun dapat mengurangi peluang pengembangan OA hingga 50 persen. kelebihan berat badan dan telah didiagnosis dengan OA, latihan harian untuk mempertahankan dan membangun kekuatan dan strategi penurunan berat badan lainnya dapat membantu menekan sendi. Selain itu, membatasi jumlah pekerjaan yang dilakukan sendi yang terkena. Hal-hal sederhana seperti mengangkat tinggi kursi yang duduki dan mengurangi jumlah
gerakan berulang yang dilakukan sendi dapat memberi dampak signifikan. Alat bantu seperti berjalan dengan tongkat juga bisa meningkatkan tingkat rasa sakit yang dirasakan,berolahraga, mengendalikan berat badan, dan mengistirahatkan sendi.(https://www.verywell.com/what-is-the-prognosisfor-osteoarthritis-2552109)
1.4. Manfestasi Klinis Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007) Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut : a. Nyeri sendi Keluhan utama, dan cenderung memiliki omset yang perlahan. Nyeri bertambah dengan aktivitas, membaik dengan istrahat, terasa paling nyeri pada akhir hari, dan seiring dengan membruknya penyakit, menjadi semakin parah, sampai pada tahap dimana pergerakan minimal saja sudah menimbulkan rasa nyeri dan bisa menggangu tidur.(Nurarif & Kusuma. Jilid 3, 2015) Nyeri dan edema dapat timbul akibat periosteum tidak terlindungi lagi. Kondorit yang tidak dapat mensistesi matriks dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada sinovial. Hal ini ditandai dengan adanya rasa sakit pada lutut yang meningkat secara perlahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, sehingga pada tahap akhir pasien mengalami rasa sakit pada saat istrahat. (Jurnal Karakteristik pasien osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam bandung, 2014) b. Hambatan gerakan sendi dan kaku sendi
Gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri. (Nurarif & Kusuma. Jilid 3, 2015) c. Krepitasi Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. (Nurarif & Kusuma. Jilid 3, 2015) Krepitasi merupakan rasa gemertak. Krepitasi disebabkan oleh hilangnya tulang rawan, kontraktur kapsul dan kelemahan otot.( Jurnal Karakteristik pasien osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam bandung, 2014) d. Pembengkakan sendi ( deformitas ) Pembengkakan
sendi
merupakan
reaksi
peradangan
karena
pengumpulan cairan dalam ruang sendi. Deformitas merupakan kelainan bentuk tulang berupa varus dan valgus. Deformitas disebabkan oleh tidak stabilan sendi dan kerusakan kontraktur pada kapsul yang menimbulkan hambatan pergerakan.( Jurnal Karakteristik pasien osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam bandung, 2014) e. Perubahan gaya berjalan Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman
yang besar
untuk
http://digilib.unimus.ac.id)
kemandirian
penderita
usia
lanjut.(
2.5. Klasifikasi
1. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumya yang berhubungan dengan osteoathritis Lokal - Tangan: Nodus Heberden dan Boutchard (nodal), atrhitis antar falang etosis (non nodal), karpal-metakarpal pertama - Kaki: Hallucks faldus, halluks rigidus, jempol terkontraksi (jempol palu/cock-up), talonafikularis - Lutut: Kompartemen medial, kompartemen lateral, kompartemen patelofemolaris - Panggul: Eksentrik (superior), konsentrik (aksial, medial), difus (koksa senilis) - Tulang belakang: Sendi apofisalis, antarvertebra (diskus), spondilasis (osteofit), ligamentosa (hiperostosis, penyakit foresteir, hiperostosis rangka idiopatik difus) Tempat tunggal lainnya, misalnya lenohumeralis, akromioklavikularis, tibiotalar, temporomndibularis, sakroiliaka. - Generalisata (OAG): Mencakup tiga atau lebih daerah yang tercantum di atas (kellgren_moore) 2. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi, dan pernah fraktur Trauma: - Akut
- Kronik (pekerjaan, olahraga) Kongenital atau perkembangan - Penyakit lokal: Legg-calve-verthes, dislokasi panggul kongenital, epifisis selip - Faktor mekanis: Panjang ekstremitas bawah yang tidak sama, deformitas valgus/varus, sindrom hipermobilitas - Displasia
tulang:
Displasia
epifisis,
displasia
spondiloapofisis,
osteonikondistrofi Metabolik: - Okronosis (alkaptonuria) - Hemokromatosis - Penyakit willson - Penyakit Gaucher Endokrin - Akromegali - Hiperparatioroidisme - Diabetes melitus - Kegemukan - Hipotiroidisme Penyakit Endapan Kalsium: - Endapan kalsium pirovosat dihidrat - Atropati apatit - Penyakit tulang dan sendi lain Lokal: Fraktur, nekrosis avaskuler, infeksi, gout Difus: Arthritis rematoid (Peradangan), penyakit paget, osteopetrosis, osteokondritis. Neuropatik (sendi charcot) - Endemik - Kashin-beck - Mseleni
Lain-lain: - Hemoglobinnopati - Penyakit casson - Frosbite(Nurarif & Kusuma. Jilid 3, 2015)
2.6. Patofisiologi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan,
yang
menjadikan
tulang
rawan
sendi
kehilangan
sifat
kompresibilitasnya yang unik. Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriksrawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik.(Jurnal Karakteristik pasien osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam bandung, 2014) 2.7. Komplikasi Komplikasi yang sangat sering timbul akibat osteoarthritis adalah penderita dapat sangat mudah mengalami fraktur. Osteoarthritis juga merupakan penyebab utama kecatatan dan penyebab utama kelumpuhan pada orang tua. Keadaan ini secara langsung atau tidak langsung, akan mempengaruhi
produktivitas
dan
kualitas
hidup
seseorang.(Jurnal
Karakteristik pasien osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam bandung, 2014)
2.8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan serologi (untuk indikasi inflamasi) dan cairan sinovial dalam batas normal, pemeriksaan mikroskopik 2. Foto Rontgent polos menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi penyempitan rongga sendi 3. Pemeriksaan zat besi dan kalsium(Nurarif & Kusuma. Jilid 3, 2015) 4. Pemeriksan x-ray dari sendi yang terkena akan menunjukkan hilangnya ruang sendi.Dalam kasus lanjut, akan nampak tulang taji.(bony spurs) (inawati, 2010)
2.9. Penatalaksanaan Pengelolaan OA berdasarkan atas sendi yang terkena dan berat ringannya OA yang diderita. Penatalaksanaan OA terbagi atas tiga hal, yaitu: 1. Terapi Non-farmkologi a. Edukasi Edukasi atau penjelasan pada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui
serta
memahami
tentang penyakit
yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiannya tetap terpakai. b. Terapi fisik atau rehabilitasi Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dpat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit. c. Penurunan berat badan Berat badan yang berlebihan merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebihan dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebihan. 2. Terapi Farmakologi
Penanganan terapi farmakologi meliputi penurunan rasa nyeri yang timbul, mengoresi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manisfestasimanifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi a. Obat anti inflamasi non steroid (AINS), inhibitor sikloosigenase—2 (COX2), dan asetaminofen Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA lutut, penggunaan obat AINS dan inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena resiko toxisitas obat AINS lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penangan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toxisitas dari obat AINS adalah dengan cara mengombinasikannya dengan menggunakan inhibitor COX-2. b. Condroprotective agent Merupakan obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat-obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminaglikan, Vitamin C dan sebagainya. 3. Terapi Pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologi tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi
yang menggangu aktivitas sehari-hari. (Nurarif
&Kusuma. Jilid 3, 2015)
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian 1. Anamnesa a. Identitas klien Mengetahui nama klien, umur yang memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan dewasa pemberian dosis obatnya berbeda. Osteoartritis sering muncul pada usia lanjut, dan hampir tak pernah pada anak-anak osteoarthritis jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun. Selanjutnya mengetahui pekerjaan, alamat menentukan tingkat sosial, ekonomi, dan tingkat kebersihan lingkungan. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Biasanya pasien dengan osteoarthritis mengeluh nyeri pada sendi waktu bergerak. b. Riwayat kesehatan sekarang Pasien biasanya mengeluh nyeri pada saat bergerak, , merasa kaku pada persendian c. Riwayat kesehatan dulu Biasanya klien pernah menderita penyakit Akromegali, inflamasi pada sendi misalnya OA atau artropati karena inflamasi d. Riwayat penyakit keluarga Penyakit osteoarthritis bisa terjadi karena faktor genetik. Jika anggota keluarga mengalami penyakit ini maka akan ada kemungkinan bisa menurun pada keluarga selanjutnya
3. Pola aktifitas sehari-hari a. Pola aktifitas a) Keterbatasan rentang gerak b. Interaksi sosial a) Kerusakan interaksi dalam keluarga 4. Pola istirahat tidur a) Kesulitan untuk tidur karena adanya nyeri. 5. Neuro sensori a) Sering kesemutan pada tangan dan kaki. b) Hilangnya sensasi pada jari kaki dan tangan. 6. Pemeriksaan Fisik a. Look : Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang mendorong
klien
mencari
pertolongan
(meskipun
mungkin
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan dibandingkan dengan
nyeri yang lebih
gerakan yang lain. Deformitas sendi
(pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan membesar. Feel :Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak. Move : Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat. b. Pemeriksaan Muskuloskeletal a) Pemeriksaan ekstremitas atas Inspeksi dan Palpasi ekstremitas atas 1. Periksa kondisi sendi, tanda-tanda radang dan deformitas. periksa apakah ada atrofi, hipertrofi, atau hipertrofi otot 2. kaji adanya nyeri sendi, minta pasien untuk menunjukan lokasi sendi, catat adanya awitan nyeri, terutama bila ada trauma 3. kaji lamanya, kualitas, dan keparahan nyeri 4. kaji adanya keterbatasan gerak
5. Periksa adanya tumor jaringan parut, dan lesi pada kedua tangan. nodul yang teraba keras tidak terasa nyeri dan ditemukan pada persendian bagian distal interval langeal dibagian dorsorateral (nodul heberden adalah tanda utama adanya penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis) 6. Periksa kemampuan ekstensi dan fleksi pada jari. Kontraktur fleksi jari dijari kelingking, jari manis, jari tengah (kontaktur dupuytren) dapat menghambat ekstensi penuh jari-jari tangan. Arthritis ditandai dengan adanya keterbatasan gerak pada semua jari 7. Palpasi sendi metakarpal langeal bagian medial dan lateral jarijari. Rasakan adanya pembengkakan, tulang yang menonjol dan teraba keras, serta deformitas. Jika ditemukan pembesaran pada bagian distal sendi interfalangeal, kemungkinan besar ada penyakit sendi degeneratif 8. periksa kontur telapak tangan 9. Lakukan palpasi pada sendi jari dibagian distal, rasakan apakah ada pembesaran, deformitas, dan nyeri 10. gerakan pergelangan tangan (fleksi, ekstensi, deviasi ulna dan medial), tangan dan jari 11. Periksa kontur pergelangan tangan, tangan dan jari. Biasanya akan ada pembengkakan pada penderita arhritis 12. palpasi sendi pergelangan tangan 13. Lanjutkan dengan pengkajian siku. Topang lengan klien dan biarkan siku menekuk dan sedikit fleksi. lakukan inspeksi dan palpasi pada masing-masing siku, permukaan ekstensor tulang ulna dan olekranon. jika ditemukan bengkak, kemerahan dan nyeri, kemungkinan besar klien mengalami osteoarthritis 14. inspeksi dan palpasi lengkung antara epikondilus dan olekranon. biasanya akan ditemukan nyeri tekan pada penderita arthritis.
minta
pasien
untuk
memfelksikan
dan
mengekstensikan bahu dan membalkian telapak tangan keatas dan bawah (supinasi dan pronasi) 15. Lakukan inspeksi pada bagian depan bahu. cata adaya bengkak, dan rasa nyeri saat disentuh. Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah skapula dan rasakan otot yang ada disekitarnya 16. Inspeksi kontur bahu dan lingkar bahu dari depan kebelakang 17. Lakukan
palpasi
pada
klavikula
dari
sendi
sternoklavikulakesendi akromioklavikula 18. Lakukan palpasi pada bursa subakromial dan subdeltoid setelah mengangkat lengan kebagian posterior 19. kaji rentang pergerakan: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi eksternal dan internal b) Pemeriksaan Ekstremitas Bawah 1. Pengakjian kaki dan tumit dilakukan dengan posisi berbaring. Inspeksi adanya pembengkakan, kalus, tulang dikaki yang menonjol, nodul, atau deformitas 2. Lakukan palpasi pada bagian anterior sendi pada tumit. Catat adanya pembengkakan, nyeri, atau deformitas. Lakukan juga palpasi pada tendon achilles, cata jika ditemukan nodul dan nyeri tekan 3. Lakukan palpasi pada sendi-sendi jari kaki. Catat jika menemukan abnormalitas 4. Kaji kemampuan gerak daerah tumit dan kaki. Normalnya kaki dan tumit bisa bergerak tanpa rasa nyeri 5. Kaji kekuatan otot kaki 6. Kaji lutut klien. Inspeksi adanya perubahan bentuk atau abnormalitas pada patela 7. inspeksi dan palpasi tibiofemoral (dengan lutut difleksikan), termasuk garis sendi, biasanya bagian tepi banyak tulangnya dan berbentuk tidak teratur pada osteoarthritis
8. tekan patela terhadap femur yang menopang. pada keadaan abnormal akan ada nyeri, krepitus 9. kaji kantong suprapateral, ruang infrapateral (area cekungan yang berdekatan dengan patela). Biasanya akan ditemukan pembengkakan pada arthritis 10. periksa rentang gerak lutut (fleksi, ekstensi, abduksi). biasanya akan terjadi keterbatasan gerak pada penderita arthritis 11. periksa/ kaji kaki dengan cara stabilkan tumit dan putar telapak kaki depan kedalam dan keluar (sendi tarsal dan tranversal). 12. tekan sendi metatarsofalang, kemudian palpasi setiap sendi antara ibu jari dan jari telunjuk 13. Lakukan pengkajian pada punggung dan pinggul klien dengan posisi berdiri. Minta klien untuk berjalan dan lihat keadaan abnormalitas dari klien 14. Lakukan palpasi pinggul. Dan lihat apakah klien mengeluh nyeri 20. Kesadaran Klien dengan osteoarthritis biasanya composmentis 21. Aktivitas/istirahat Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan sendi, kekakuan sendi biasanya terjadi secara bilateral dan simetris. Tanda
:
malaise,
keterbatasan
ruang
gerak,
atrofi
otot,
kulit
kontrakturatau kelainan pada sendi dan otot. 22. Kardiovaskular Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, misal pucat intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal 23. Integritas ego Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusan
dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh 24. Hygiene Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
25. Neurosensory Gejala : Kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Tanda : pembengkakan sendi simetri 26. Nyeri/kenyamanan Gejala : Fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ). 27. Interaksi social Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi. 28. Keadaan Umum Meliputi pemeriksaan tekanan darah, respirasi, suhu tubuh dan nadi 16. Pemeriksaan diagnostik Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik ( Soeroso, 2006 ). Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah : a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut ). b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ). c. Kista pada tulang d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi. Berdasarkan temuan-temuan radiografis diatas, maka OA dapat diberikan suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografis dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih terlihat normal ( Felson, 2006 ).
3.2. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut (00132) Domain 12 : Kenyamanan Kelas 1: kenyamanan fisik 2. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Kelas 2: aktivitas/latihan 3. Resiko Cedera (00035) Domain 11: keamanan/perlindungan Kelas 2: cedera fisik 4. Defisiensi Pengetahuan (00126) Domain : 5 Persepsi/Kognisi Kelas : 4 Kognisi
3.3. Intervensi dan Rasional No. Dx. Keperawatan
1.
NOC
NIC
Rasional
Nyeri Akut (00132)
1. Kontrol Nyeri
Pain Management
Domain 12 : Kenyamanan
2. Kepuasan Klien
Observasi
Observasi
Kelas 1: kenyamanan fisik
3. Pengetahuan:
1. Kaji nyeri pada pasien meliputi
1. Untuk mengetahui tingkatan
Manajemen Nyeri Definisi :
4. Tingkat Nyeri
lokasi, durasi, frekuensi,
nyeri yang terjadi pada pasien
kualitas, intensitas nyeri
sehingga mempermudah
Penagalaman sensori dan
dalam melakukan pengobatan
emosional yang tidak
Tujuan : Setelah dilakukan Tindakan Mandiri
Tindakan Mandiri
menyenangkan yang muncul
tindakan keperawatan …. X
2. Agar mendapat data yang jelas
akibat kerusakan jaringan yang
24 Jam, Nyeri dapat diatasi
teraupetik untuk mengetahui
dari klien melalui hubungan
aktual atau potensial atau
dengan :
pengalaman nyeri pasien
BHSP, dan untuk membantu
digambarkan dalam hal
Kriteria Hasil:
dalam pengobatan nyeri pada
kerusakan sedemikian rupa
1. Kontrol Nyeri :
klien
(international Association for
-
the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
-
Mengenali kapan nyeri
2. Gunakan teknik komunikasi
3. Bantu pasien untuk lebih
terjadi (5)
berfokus pada aktivitas, bukan
Mengenali apa yang
pada nyeri
3. Untuk mengurangi dan menghilangkan nyeri
intensitas ringan hingga berat
terkait dengan gejala
dengan akhir yang dapat
nyeri (4)
diantisipasi atau diprediksi dan
-
berlangsung kurang dari 6 bulan Batasan karakteristik :
-
4. Bantu pasien untuk melakukan relaksasi
Melaporkan nyeri yang
4. Tindakan relaksasi dapat Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
terkontrol (4)
Health Education
Health Education
Menggunakan
5. Informasikan kepada pasien
5. Agar pasien tidak stres dengan
-
Perubahan selera makan
analgesik yang
tentang prosedur yang dapat
-
Perilaku distraksi
direkomendasikan (4)
menurunkan nyeri
nyeri yang dialami
(mis.,berjalan mondar-
Catatan :
Kolaborasi
Kolaborasi
mandir mencari orang lain
1 (Tidak pernah
6. Kolaborasikan dengan dokter
6. Sebagai evaluasi untuk
dan atau aktivitas lain,
menunjukan)
jika ada keluhan dan tindakan
tindakan yang akan diberikan
aktivitas yang berulang)
2 (Jarang menunjukkan)
nyeri tidak berhasil
selanjutnya agar nyeri yang
Mengekspresikan perilaku
3 (Kadang-kadang
sedang dirasakan klien dapat
mis.,gelisah, merengek,
menunjukan)
teratasi
menangis)
4 (Sering menunjukan)
Pemberian Analgesik
-
Sikap melindungi area nyeri
5 ( Secara konsisten
Kolaborasi
Kolaborasi
-
Fokus menyempit (mis.,
menunjukkan)
7. Tentukan pilihan analgesik atau
7. Tindakan ini dapat
-
gangguan persepsi nyeri, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
2. Kepuasan klien : -
Nyeri terkontrol (4)
kombinasi analgesik yang
mengurangi dan menurunkan
sesuai ketika lebih dari satu di
ketidak nyamanan fisik dan
tentukan
emosional pasien.
-
-
-
Indikasi nyeri yang dapat
-
Masalah keamanan
8. Berikan Analgesik sesuai waktu 8. Morfin adalah salah satu
diamati
ditanganai dengan
paruhnya, terutama pada nyeri
analgesik yang digunakan
Perubahan posisi untuk
penggunaan obat
yang berat (misalnya,
untuk mengurangi ataupun
menghindari nyeri
nyeri (4)
pemberian morfin)
menghilangkan nyeri, morfin
Membuat rujukan ke
diberikan sesuai dosis karena
verbal
profesional
mengingat morfin merupakan
Gangguan tidur
kesehatan dalam
zat adiktif narkoba yang jika
Faktor yang berhubungan:
manajemen nyeri
dikonsumsi dalam jumlah
-
sesuai kebutuhan (4)
yang banyak akan
-
Melaporkan nyeri secara
-
Agen cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik psikologis)
Catatan :
memberikan efek negatif
1 (Tidak puas)
Peningkatan Koping
2 (Agak puas)
Mandiri
Mandiri
3 (Cukup puas)
9. Hargai penyesuaian diri pasien
9. Dengan menghargai,
4 (Sangat puas)
terhadap perubahan bodi image,
meneriman dan mendukung
5 (Sepenuhnya puas)
sesuai indikasi.
penyesuaian diri pasien dapat membantu untuk mengurangi
3. Pengetahuan: Manajemen Nyeri: -
Tanda dan gejala
tingkat kecemasan pasien 10. Gunakan ketenangan, pendekatan yang
10. Pendekatan yang menentramkan seperti
nyeri (4) -
-
menentramkan.
Strategi untuk
kondisi yang stabil kepada
mengontrol nyeri (4)
pasien dapat membantu pasien
Pembatasan aktivitas
untuk lebih percaya dan dapat
(4)
mengungkapkan apa yang
4. Tingkat Nyeri : -
-
-
dirasakannya yang berguna
Nyeri yang
untuk dapat menentukan
dilaporkan (4)
intervensi selanjutnya
Ekspresi nyeri wajah
11. Jangan dukung keputusan yang
11. Kondisi emosi yang tidak
(4)
dibuat pasien bila pasien dalam
stabil dapat mempengaruhi
Kehilangan nafsu
keadaan stres.
pasien dalam mengambil
makan (4) -
berbicara lembut dengan
Panjangnya episode nyeri (4)
Catatan :
keputusan. 12. Dorong pasien mengungkapkan
12. Memberi kesempatan kepada
perasaan, persepsi dan
pasien untuk mengungkapkan
ketakutannya.
perasaannya dapat membantu
1 (Berat)
mengurangi stres dan dapat
2 (Cukup berat)
membantu dalam penentuan
3 (sedang)
intervensi apa yang akan
4 (Ringan)
dilakukan untuk pasien kanker
5 (Tidak ada)
Manajemen Energi
Manajemen Energi
Observasi
Observasi
13. Pantau bukti adanya keletihan
13. Keletihan dan emosi yang
fisik dan emosi yang berlebihan
berlebihan pada pasien dengan
pada pasien.
kanker kulit dapat menyebabkan kondisi pasien yang tidak stabil dan dapat menyulitkan untuk tindakan yang akan dilakukan selanjutnya,
Health Education
Health Education
14. Ajarkan pengaturan aktivitas
14. Tidur sangat berguna bagi
dan teknik manajemen waktu
kesehatan kulit dan juga dapat
untuk mencegah keletihan.
mengurangi penggunaan energi yang berlebihan serta mengurangi nyeri yang dirasakan.
Manajemen Lingkungan
Manajemen Lingkungan
Tindakan Mandiri
Tindakan Mandiri
15. Ciptakan lingkungan yang
15. Lingkungan yang aman dapat
aman bagi pasien
membantu pasien kankner kulit untuk beristirahat dan dapat memabntu pasien untuk dapat merasakan kenyamanan fisik
16. Dampingi pasien selama tidak
16. Pendampingan yang
ada kegiatan bangsal, dengan
dilakukan dapat membantu
tepat
pasien merasa aman dan nyaman dan juga dapat membantu pasien untuk tidak terlalu memikirkan hal hal yang dapat menimbulkan nyeri
17. Berikan kamar yang terpisah,
17. Pada penderita kanker kulit
yang sesuai
dianjurkan untuk memiliki kamar terpisah. Ini dikarenakan karena pasien dengan penyakit kanker kulit biasanya memiliki tingkat emosi yang memuncak apalagi dengan keadaan yang dia rasakan dan pasien dengan kanker kulit ini harus memiliki lingkungan yang aman dan dapat membantu mereka dalam beristirahat sebagai salah satu dari proses penyembuhan.
18. Sediakan tempat tidur dan
18. lingkungan yang nyaman
lingkungan yang nyaman bagi
dapat menurunkan reaksi
pasien
terhadap stimulasi dari luar dan meningkatkan relaksasi sehingga pasien dapat istrahat
dengan nyaman 19. Kurangi rangsangan lingkungan
19. Sinar ultraviolet merupakan
(paparan sinar ultraviolet dan
salah satu penyebab dari
radiasi)
kanker kulit. Oleh karena itu pasien yang menderita penyakit kanker kuli dianjurkan untuk tetap beristirahat di dalam kamar agar mencegah kemungkinan terburuknya dari paparan sinar matahari/ultraviolet
2.
Hambatan Mobilitas Fisik (00085) Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Kelas 2: aktivitas/latihan
1. Penampilan Mekanik Tubuh 2. Berat badan :massa tubuh 3. Partisipasi dalam
Definisi : keterbatasan dalam
latihan
gerakan fisik atau satu atau lebih ektremitas secara mandiri dan
Tujuan : Setelah dilakukan
Peningkatan Mekanika Tubuh
Peningkatan Mekanika Tubuh
Observasi
Observasi
1. Kaji pemahaman mengenai
1. Mengetahui aktifitas apa saja
mekanika tubuh dan latihan
yang boleh dilakukan oleh
(misalnya, mendemonstrasikan
klien
kembali tekhnik melakukan
mendemonstrasikan kembali
aktivitas/latihan yang benar)
tekhnik melakuakan aktivitas
kemudian
yang benar hal ini membantu
terarah
tindakan keperawatan … X 24 jam, Hambatan mobilitas
Batasan karakteristik :
fisik dapat diatasi dengan :
dalam proses penyembuhan. 2. Kaji kesadaran pasien tentang
2. Mengetahui apa saja yang
abnormalitas
menyebabkan
muskuloskeletalnya dan efek
klien
kesadaran
-
Gangguan sikap berjalan
-
Gerakan lambat
Kriteria Hasil :
yang mungkin timbul pada
abnormalitas
-
Instabilitas postur
1. Penampilan Mekanik
jaringan otot dan postur
musculoskeletal
-
Keterbatasan rentan gerak
tubuh :
mengetahui
-
Penurunan kemampuan
-
Menggunakan postur
ditimbulkan pada jaringan
untuk melakukan
tubuh yang benar
otot
dan
postur
keterampilan motorik kasar
untuk berdiri (5)
membntu
dalam
Menggunakan postur
penyembuhan klien.
Faktor yang berhubungan :
tubuh yang benar
Tindakan Mandiri
-
Gangguan muskuloskeletal
untuk duduk (5)
3. Bantu untuk
-
Kerusakan integritas struktur
-
-
menurun
akibat
dan efek
yang
hal
ini
proses
Tindakan Mandiri 3. Dengan posisi tidur yang
Menggunakan alat
mendemonstrasikan posisi tidur
tepat membantu dalam proses
tulang
bantu dengan tepat
yang tepat
penyembuhan dan membuat
Nyeri
(4) -
Menggunakan
pasien nyaman saat tidur. 4. Gunakan prinsip mekanika
4. Melihat sejauh mana tubuh
mekanika tubuh
tubuh ketika menangani pasien
klien
mampu
melakuakan
yang tepat
dan memindahkan peralatan
aktifitas apa saja yang bisa
Catatan :
dilakukan
dan
apa
saja
1 (tidak pernah
aktifitas yang tidak boleh
menunjukan)
dilakuakan.
2 (jarang menunjukan) 3 (kadang-kadang
5. Bantu pasien/keluarga untuk
5. Penyesuaian latihan postur
menunjukan)
mengidentifikasi latihan postur
tubuh yang sesuai ini, agar
4 (sering menunjukan)
tubuh yang sesuai
klien saat melakukan latihan
5
(secara
konsisten
tidak menimbulkan masalah
menunjukan)
yang
mungkin
dapat
memperburuk keadaan klien. 2.
Berat
badan
:massa 6. Instruksikan pasien untuk
tubuh -
Berat badan(4)
Ket: 1. =devisiasi
berat
dari
kisaran normal
menggerakan kaki terlebih
secara rutin membantu dalam
dahulu kemudian badan ketika
proses penyembuhan klien
memulai berjalan dari posisi
terutama
berdiri
mengembalikan
2. =devisiasi yang cukup besar normal
dari
6. dengan melakukan latihan ini
berjalan
dapat
mobilitas
tubuh.
kisaran
Health Education Health Education
7. Membantu klien memahami
3. =devisiasi sedang dari 7. Edukasi pasien tentang kisaran normal 4. =devisiasi
ringan
dari
kisaran norma
masalah yang terjadi pada
pentingnya postur tubuh yang
tubuhnya dan aktifitas apa
benar utuk mencegah kelelahan,
saja yang bisa dilakukan dan
ketegangan, atau injuri
apa saja kegiatan yang dapat
5. =tidak ada devisiasi dari
menimbulkan
kisaran normal
kelelahan,ketegangan,
dan
injury. Terkait pentingmya masalah postur tubuh. dalam 8. Adukasi pasien mengenai
8. Agar klien memahami apa
bagaimana menggunakan
saja kegiatan atau aktifitas
postur tubuh dan mekanika
yang
yang tepat dengan tenaga
tubuh untuk mencegah injuri
Penyesuaian terkait postur
kesehatan
saat melakukan berbagai
tubuh ini, membantu klien
aktivitas
dalam mencegah terjadinya
3. Partisipasi latihan - Merencanakan
latihan
sebelum
memulai latihan - Mengidentifikasi
dapat
masalah buruk yang akan
hambatan dalam program
timbul
latihan
menghambat
- Patuh latihan
pada
dilakukan.
program
dan
dapat proses
penyembuhan pada klien. Kolaborasi
Kolaborasi
9. Kolaborasikan dengan
9. Dengan melakukan fisioterpi
1 (tidak pernah
fisioterapis dalam
dapat
membntu
menunjukan)
mengembangkan peningkatan
penyembuhan dengan cepat
2 (jarang menunjukan)
mekanika tubuh, sesuai indikasi
terkait
masalah
proses
yang
di
3 (kadang-kadang
hadapi klien terutama pada
menunjukan)
bagian persendian dan lutut.
4 (sering menunjukan) 5
(secara
menunjukan)
Bantuan Perawatan Diri
konsisten Observasi 10. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
Bantuan Perawatan Diri Observasi 10. Membantu klien terkait apa saja masalah yang dihadapi klien.
11. Monitor kebutuhan pasien
11. Membantu
klien
dalam
terkait alat-alat kebersihan diri,
melakukan
aktifitas
alat bantu untuk berpakian,
berlebihan yang diperlukan
berdandan, eliminasi, dan
untuk memenuhi aktifitasnya.
makan. Tindakan Mandiri 12. Berikan lingkungan yang
Tindakan Mandiri 12. Dengan
lingkungan
yang
teraupetik dengan memastikan
baik
(nyaman)
membntu
(lingkungan) yang hangat,
klien dalam beraktifitas dan
santai, tertutup dan berdasarkan
mengurangi
pengalam individu
yang dialami klien terkait
tingkat
stres
masalah yang dihadapi. 13. Berikan peralatan kebersihan
13. Membatu
klien agar tetap
pribadi (misalnya, deodorant,
dalam keadaan bersih agar
sikat gigi dan sabun mandi)
klien
nyaman
lingkungan
dengan
sekitar
untuk
beraktifitas. 14. Berikan bantuan sampai pasien
14. Mempermudah klien dalam
mampu melakukan perawatan
melakukan
aktifitas
yang
diri mandiri
mungkin
tidak
boleh
dilakukan,
hal
ini
mengurangi
untuk tingkat
kecelakaan yang akan terjadi nantinya. 15. Dengan 15. Bantu pasien menerima
membantu
klien
dapat menjaga aktifitasnya
kebutuhan (pasien) terkait
tetap dalam terjaga dan untuk
dengan kondisi
mencegah
ketergantungannya
kecelakaan yang bisa saja
kemungkinan
terjadi pada klien seperti hilang keseimbangan dll. 16. Lakukan pengulangan yang
16. Agar kondisi kesehatan klien
konsisten terhadap rutinitas
semakin
kesehatan yang dimaksudkan
pengulangan
untuk membangun (perawatan
kesehatan.
diri)
membatu dalam mobilisasi klien
membaik
rutinitas Hal
dalam
aktifitasnya
dengan
ini
dapat
menjalankan
secara normal
kembali. 17. Dorong pasien untuk
17. Dengan melakukan aktifitas
melakukan aktivitas normal
normal,
mampu
melatih
sehari hari sampai batas
keukatan otot dan tulang pada
kemampuan (pasien)
klien berfungsi secara normal kembali.
18. Ciptakan rutinitas aktivitas
18. Rutinitas aktifitas perawatan
perawatan diri
diri ini dilakukan agar klien dapat
melakukan
aktifitasnnya sendiri dengan normal
kembali.
Seperti
berjalan setiap bangun pagi hal ini untuk mempercepat penyembuhan dan juga dapat melatih
otot
dan
tualang
dapat bekerja secara normal kembali. Menejemen Berat Badan
Menejemen Berat Badan
Observasi
Observasi
19. Kaji motivasi pasien untuk
19. dengan mengubah pola makan
mengubah pola makanan
dapat pada
mengurangi klien
karena
obesitas pasien
dengan obesitas sulit bergerak atau
dapat
memperlambat
proses penyembuhan. Mandiri
Mandiri
20. Dorong pasien untuk
20. dengan mengonsumsi air yang
mengkonsumsi air yang cukup
cukup dapat membakar kalori
setiap hari
dalam tubuh sehingga klien dapat
terhindar
Obesitasyang
dari dapat
memperburuk keadaan. Healt Education
Healt Education
21. Diskusikan dengan pasien
21. Dengan
memberikan
mengenai kondisi medis apa
pemahaman
kepada
klien
saja yang berpengaruh terhadap
tentang pengaruh BB dapat
BB
memeperlamabat
proses
penyembuhan. Hal ini buruk karena
klien
akan
sulit
bergerak apabila mengalami Obesitas. 22. Diskusikan resiko yang
22. Agar klien paham tentang
mungkin muncul jika terdapat
bahaya Obesitas yang dapat
kelebihan BB
memperburuk keadaannya dan
Bersama dengan pasien
penyakit yang dideritanya.
membuat metode yang tepat untuk mencatat asupan makanan harian, waktu olahraga, dan atau perubahan BB 3.
Resiko Cedera (00035)
1. Kejadian Jatuh
Manajemen
Lingkungan: Manajemen
Domain 11:
2. Ambulasi
keselamatan
keselamatan
keamanan/perlindungan
3. Pengetahuan :
Observasi
Observasi
Kelas 2: cedera fisik
Pencegahan Jatuh
Tujuan : Setelah dilakukan
Definisi : Beresiko
cedera Tindakan Keperawatan …
mengalami
sebagai
akibat
lingkungan
yang berinteraksi dapat diatasi dengan :
denga
sumber
kebutuhan
1. Dengan mengetahui riwayat
keamanan pasien berdasarkan
perilaku klien dimasa lalu
fungsi fisik dan kognitif serta
dapat
riwayat perilaku dimasa lalu
memenuhi
kondisi X 24 jam, Risiko Cedera
adaptif
membantu
dalam
kebutuhaan
keamanan yang diperlukan klien seusai kebutuhan fisik
dan
dan kognitif.
sumber defensif individu
Kriteria hasil :
Faktor Risiko :
1. Kejadian Jatuh :
-
1. Identifikasi
Lingkungan:
2. identifikasi membahayakan
hal-hal
yang
2. Dengan mengetahui hal-hal
dilingkungan
ataupun factor factor yang
Gangguan fungsi
-
Jatuh saat berdiri (5)
misalnya, bahaya fisik, biologi,
membahayakan perawat bisa
psikomotor
-
Jatuh saat berjalan
dan kimiawi
mengantisipasi
terjadinya
-
Hambatan fisik (mis.,
(5)
cedera pada klien
desain, struktur, pengaturan
-
Jatuh saat duduk (4)
komunitas, pembangunan,
-
Jatuh dari tempat
terjadinya
tidur (4)
keselamatan
peralatan) -
3. monitor lingkungan terhadap perubahan
Tindakan Mandiri
dipindahkan (4)
4. singkirkan
klien
dengan
bahan
Tindakan Mandiri berbahaya
jika diperlukan
4. Bahan
berbahaya
akan
memberikan peluang besar
1 (10 dan lebih) 2 (7-9)
keselamatan
memonitor lingkungan
Jatuh saat
Catatatn :
status
3. Agar perawat bisa menjaga
untuk cedera klien 5. modifikasi lingkungan untuk
3 (4-6)
meminimalkan
4 (1-3)
berbahaya dan beresiko
bahan
5 (Tidak ada)
5. Modifikasi
lingkungan
bertujuan untuk memberikan lingkungan yang aman dan nyaman pada klien dengan menyingkirkan bahan-bahan
2. Ambulasi : -
-
Menopang berat
yang berbahaya 6. Sediakan alat untuk beradaptasi
6. Alat yang disediakan perawat
badan (5)
(misalnya, kursi dan pegangan
untuk klien bertujuan untuk
Berjalan dengan
tangan)
memberikan penopang tubuh
langkah yang efektif
sehingga tubuh klien tak akan
(5)
mudah jatuh yang nantinya
-
Berjalan dengan pelan (5)
-
-
akan menyebabkan cedera 7. Berikan penjelasan pada pasien
7. Penjelasan
yang diberikan
Berjalan dengan
dan keluarga ataupengunjung
atau yang disampaikan akan
kecepatan sedang (5)
adanya
status
mempermudah keluarga klien
Berjalan dengan
kesehatan
danpenyebab
untuk menjaga klien dari
jarak yang dekat (<
penyakit
1 blok/20 meter) Catatan :
8. Sediakan
perubahan
cedera yang akan dialami lingkungan
yang
aman untuk pasien
8. Lingkungan
yang
(menyingkirkan
aman alat-alat
1 (sangat terganggu)
yang
2 (banyak terganggu)
memperkecil
3 (cukup terganggu)
terjadinya resiko cedera
4 (sedikit terganggu) 5 (Tidak terganggu)
3. Pengetahuan :
9. Menghindarkan yang
lingkungan
9. Memindahkan
berbahaya
bertujuan
(misalnyamemindahkan
meminimalisir
perabotan)
resiko cedera
Pencegahan Jatuh
Health Education
-
10. Edukasi individu dan kelompok
-
Pengetahuan alat
berbahaya)
akan
kemungkinan
perabotan dalam terjadinya
Health Education 10. Pengetahuan
yang
cukup
bantu yang benar (4)
yang beresiko tinggi terhadap
akan menghindarkan klien
Penggunaan batang
bahan yang berbahaya yang ada
dari hal-hal yang berbahaya
penggenggam/grab
-
-
dilingkungan
yang ada disekitarnya dan
bars yang benar (4)
mencegah
Penggunaan
terjadinya cedera
pencahayaan
Kolaborasi
lingkungan yang
11. Kolaborasikan dengan lembaga
mereka
dari
Kolaborasi
benar (5)
lain
Latihan untuk
keselamatan lingkungan (mis:
peningkatan
mengurangi risiko
Dinas Kesehatan, Polisi, dan
dilingkungan klien sehingga
jatuh (5)
Badan
klien cedera bisa dihindari
Catatan :
untuk
meningkatkan
11. Kerja sama yang dibangun
Perlindungan
akan membantu terjadinya
Lingkungan)
1 (tidak ada pengetahuan)
Pencegahan jatuh
Pencegahan jatuh
2 (pengetahun terbatas)
Observasi
Observasi
3 (pengetahuan sedang)
12. Identifikasi perilaku dan faktor
4 (pengetahuan banyak)
yang
5
jatuh
(pengetahuan
keselamatan
sangat
mempengaruhi
resiko
banyak)
12. Identifikasi yang dilakukan akan memudahkan perawat dalam menentukan perilaku klien dan factor yang bisa menyebabkan
13. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien
klien
mengalami jatuh 13. Kekurangan kognitif ataupun
yang mungkin meningkatkan
fisik
dari
klien
yang
potensi jatuh pada lingkungan
diidentifikasi
tertentu
bertujuan untuk mengurangi
perawat
potensi jatuh pada klien 14. Monitor
gaya
(terutama
berjalan kecepatan),
keseimbangan
dan
tingkat
kelelahan dengan ambulasi
14. untuk
memantau
mengetahui
ataupun keadaan
abnormal yang terjadi pada klien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang tepat
seperti
tongkat
pemberian
untuk
membantu
memperbaiki
keseimbangan
agar
bisa
klien
berjalan
normal dan terhindar dari resiko jatuh Tindakan Mandiri 15. Sediakan
alat
Tindakan Mandiri bantu
(mis:
15. alat bantu yang diberikan
tongkat) untuk menyeimbangi
berfungsi untuk menopang
gaya berjalan
tubuh klien sehingga resiko
jatuh
yang
akan
dialami
pasien dapat terhindari 16. Bantu ambulasi individu yang memiliki ketidakseimbangan
16. bertujuan
mempermudah
perpindahan pasien dari satu tempat ketempat lain yang susah
dilakukan
adanya
karena
ketidakseimbangan
yang dialami klien 17. Berikan
tanda
mengingatkan
pasien
untuk
17. tanda
yang
ada
agar
membantu
klien
meminta bantuan saat keluar
melakukan
sesuatu
dari tempat tidur
tidak
bisa
sendiri
akan dalam yang
dilakukannya
karena
adanya
keterbatasan 18. Sediakan tempat duduk dengan kursi
bean
bag
membatasi pergerakan
untuk
18. kursi
bean
dipakaikan
bag pada
yang klien
berfungsi untuk membatasi pergerakan klien resiko
jatuh
sehingga dapat
terhindarkan 19. Letakan
benda-benda
dalam
19. benda-benda yang diletakan
jangkauan yang mudah bagi
jauh dari jangkauan klien
pasien
hanya
akan
memperbesar
terjadinya resiko jatuh bagi klien sehinnga ada baiknya benda-benda yang diperlukan klien bisa diletakkan dalam jangkauan klien 20. Sediakan pegangan pada tangga dan
pegangan
tangan
yang
dapat dilihat pasien
20. pegangan yang disediakan bertujuan untuk memudahkan klien
berpegangan
saat
berjalan utuk menghindari klien dari kejadian jatuh 21. Pindahkan barang-barang yang
21. barang-barang
yang klien
tidak
diletakan rendah (mis: tempat
diperlukan
dan
menyimpan sepatu dan meja
membahayakan lebih
yang membahayakan
ditempatkan dalam jangkauan
baik
yang jauh dari klien agar
tidak kejadian jatuh dapat dihindarkan 22. Hindari secara
meletakan
sesuatu
22. barang yang diletakan secara
tidak
teratur
tidak teratur dilantai akan
dipermukaan lantai
meningkatkan resiko jatuh pada klien
23. Lakukan program latihan fisik rutin yang meliputi berjalan
23. latihan
fisik
yang
rutin
dilakukan akan memperkuat tulang dan sendi sehingga tak akan terjadi kekakuan saat berjalan sehingga resiko jatuh dapat terhindari
Health Education 24. Ajarkan
Health Education
pasien
untuk
24. modifikasi
beradaptasi terhadap modifikasi
yang
gaya
membantu
berjalan
disarankan
yang
telah
gaya
disarankan klien
berjalan akan merasa
terbiasa dengan perubahan yang dialami sehingga bisa menjaga keseimbangan yang
membantu
klien
terhindar
dari kejadian jatuh 25. Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh
untuk
meminimalkan
cedera
25. jatuh
yang
membantu
baik
akan
meminimalkan
cedera yang terjadi pada klien
26. Ajarkan
anggota
keluarga
26. pengetahuan keluarga tentang
mengenai faktor resiko yang
factor
berkontribusi terhadap adanya
berkontribusi
kejadian jatuh dan bagaimana
kejadian
keluarga
membantu keluarga dalam
bisa
menurunkan
resiko ini
resiko
yang terhadap
jatuh
akan
menjaga klien agar terhindar dari kejadian jatuh
Kolaborasi
Kolaborasi
27. Berkolaborasi dengan anggota tim
kesehatan
lain
untuk
27. kolaborasi yang dilakukan akan
meminimalkan
meminimalkan efek samping
samping
dari
yang
pengobatan
berkontribusi
pada
yang kejadian
jatuh (mis: cara berjalan yang
dari
pengobatan
berkontribusi
kejadian jatuh
efek
pada
tidak mantap/seimbang) Peningkatan Keamanan
Peningkatan Keamanan
Tindakan Mandiri
Tindakan Mandiri
28. Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
28. lingkungan yang aman dan nyaman
membantu
penyembuhan
klien
menghindarkan kejadian
klien
yang
dalam serta dari tidak
diinginkan 29. Tunjukan
perubahan
secara
berangsur
29. perubahan yang ditunjukan secara
bertahap
akan
menambah semangat klien untuk
sembuh
meningkatkan
dan
rasa
aman
klien 30. Jawablah
semua
pertanyaan
mengenai
status
kesehatan
dengan perilaku jujur
30. jawaban
yang
diberikan
perawat secara jujur akan membantu klien mengetahui kondisi klien sekarang dan
membangun
kepercayaan
antara perawat dank lien sehingga rasa aman tercipta 31. Bantu pasien atau keluarga mengidentifikasi yang
faktor
meningkatkan
31. agar pasien dan keluarga
apa
mengetahui hal apa saja yang
rasa
dapat
meningkatkan
aman
sehingga
keamanan
rasa
keluarga
dapat menerapkannya dalam menjaga klien saat sakit 32. Bantu
pasien
untuk
32. koping respon yang telah
menggunakan koping respon
dilakukan sebelumnya akan
yang
membantu
telah
menunjukan
keberhasilan sebelumnya
perawat
dalam
memberikan intervensi dalam rangka
penyembuhanklien
dan juga peningkatan rasa nyaman Health Education 33. Jelaskan semua prosedur pada pasien atau keluarga
Health Education 33. agar pasien maupun keluarga mengetahui
prosedur
tindakan yang akan dilakukan pada
klien
menciptakan dan
rasa
rasa aman
untuk percaya sehingga
proses penyembuhan dapat berjalan dengan lancer dan efektif.
4.
Defisiensi pengetahuan
NOC
NIC
(00126)
Knowledge : disease
Teaching : disease process
Teaching : disease process
Domain : 5 Persepsi/Kognisi
process
Observasi:
Observasi:
Kelas : 4 Kognisi
Knowledge : health
1. identifikasi kemungkinan
1. Agar dapat mengetahui
Definisi:
behavior
penyebab, dengan cara yang
penyebab kurangnya
Ketiadaan atau defisiensi
Tujuan:
tepat
pengetahuan pasien atau
informasi kognitif yang
Setelah dilakukan tindakan
berkaitan dengan topik tertentu
keperawatan selama 3 x 24 Mandiri:
Mandiri:
Batasan karakteristik:
jam defisiensi pengetahuan 1. berikan penilaian tentang
1. Untuk mengukur sejauh mana
keluarga
1. kurang pengetahuan
berkurang / teratasi dengan
tingkat pengetahuan pasien
pemahaman pasien terhadap
2. ketidak akuratan
Kriteria Hasil:
tentang proses penyakit yang
proses penyakit yang spesifik
mengikuti perintah 3. ketidak akuratan melakukan tes 4. pengungkapan masalah Factor Yang Berhubungan: 1. Gangguan fungsi kognitif 2. Gangguan memori
1. pasien dan keluarga menyatakan
2. diskusikan pilihan terapi atau
pemahaman tentang penyakit, prognosis
atau menyetujui terapi atu penanganan yang akan
3. Agar pasien ataupun keluarga
program pengobatan
terlalu berharap terhadap
(4)
sesuatu yang belum tentu hasil
2. pasien
mampu
4. Kurang minat untuk
prosedur
yang
dijelaskan
secara
pengetahuan
2. Agar pasien dapat memilih
diberikan
dan 3. hindari jaminan yang kosong
melaksanakan
5. Kurang sumber
penanganan
kondisi,
3. Kurang informasi
belajar
spesifik
atau kebenarannya 4. diskusikan perubahan gaya
benar (4) 3. pasien dan keluarga
4. Agar pasien tidak melakukan
hidup yang mungkin diperlukan
hal-hal yang dapat membuat
untuk mencegah komplikasi
penyakitnya menjadi parah
dimasa yang akan datang dan
atau menimbulkan komplikasi
atau proses pengontrolan
Salah pengertian terhadap orang
mampu menjelaskan
lain
kembali apa yang Health education:
Health education:
dijelaskan
1. Agar pasien mengetahui tanda
1. instruksikan pasien mengenai
perawat/tim kesehatan (4)
penyakit
lainnya
tanda dan gejala untuk
dan gejala dari penyakitnya
melaporkan pada pemberi
dan segera melaporkan
perawatan kesehatan ,dengan
apabila terjadi perubahan .
Keterangan
cara yang tepat
1 = tidak ada pengetahuan
Kolaborasi:
2 = pengetahuan terbatas
1. diskusikan dengan dokter untuk
3 = pengetahuan sedang
memberikan penjelasan yang
4 = pengatahuan banyak
lebih akurat disertai bukti.
Kolaborasi: 1. Kebanyakan keluarga tidak terlalu mendengarkan penjelasan dari perawat Pendidikan Kesehatan
5 = pengatahuan sangat Pendidikan Kesehatan
Observasi
banyak
1. Sumber daya seperi peralatan
Observasi 1. identifikasi sumber daya
dan uang serta ruangan dan
(misalnya tenaga,
juga tenaga mempengaruhi
ruang,peralatan, uang, dll) yang
proses meberikan pendidikan
diperlukan untuk melaksanakan
kesehatan
program 2. identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat
2. Faktor dari dalam dan luar mempengaruhi terlaksananya perilaku seseorang.
meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat. 3. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup
3. Tingkatan Pengetahuan keluarga perlu dikaji. Agar perawat mampu memberikan
perilaku saat ini pada individu
pendidikan kesehatan yang
atau keluarga.
mudah diterima keluarga maupun pasien
Mandiri
Mandiri
1. Hindari penggunaan tekhnik
1. Memotivasi dengan menakut-
dengan menakut-nakuti sebagai
nakuti memberikan respon
strategi untuk memotivasi
negatif dan pemikiran negatif
orang agar mengubah perilaku
pada keluarga serta membuat
kesehatan atau gaya hidup
kesalahpahaman dalam menerima pendidikan kesehatan sehingga proses pengobatan tehambat
Health Education
Health Education
1. Ajarkan strategi yang dapat
1. Mengajarkan dan memberikan
digunakan untuk menolak
contoh lebih maksimal untuk
perilaku yang tidak sehat atau
dilakukan agar pasien mudah
beresiko daripada memberikan
mengerti dan memahami
saran untuk menghindari atau
contoh pendidikan kesehatan
mengubah perilaku
dengan baik.
BAB IV PENITUP
4.1. Kesimpulan Osteoarthritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, tulang dibawahnya mengalami iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi. Osteoarthritis dapat terjadi secara ideopatik (tidak diketahui penyebabnya) atau dapat terjadi setelah trauma, dengan stress berulang seperti yang dialami oleh pelari jarak jauh atau ballerina, atau berkaitan dengan deformitas congenital. Individu yang mengalami hemophilia atau kondisi lain yang ditandai oleh pembengkakan sendi kronis dan edema, dapat mengalami Osteoartritis sering dijumpai pada lansia, yang mengenai lebih dari 70% pria dan wanita yang berusia diatas 65 tahun. (Buku Saku Patofisiologi, 2009) 4.2. Saran Bagi para pembaca terutama untuk generasi penerus atau calon perawat dalam menentukan diagnose keperawatan senantiasa memperhatikan gejala dan tanda yang timbul pada klien, mempertimbangkan definisi, batasan karakteristik dan factor resiko. Dan semoga askep ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para calon perawat serta dapat menerapkan askep ini dalam tindakan yang akan dilakukan. Kami juga sadar bahwa dalam pembuatan askep ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan dan kami pun akan
menerima kritik dan sarannya dengan senang hati untuk perbaikan pada makalah berikutnya .
[54]
DAFTAR PUSTAKA Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Jilid 3. Jogjakarta: Media Action. Kusyati, E dkk. (2012). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Edisi 2. EGC: Jakarta Deboro, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika. Wilkinson, Judith. M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta Heather, H. T. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. EGC: Jakarta Bickley, Lynn S. (2015). Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehata, Edisi 7. EGC: Jakarta Pratiwi.
A.I.
(2015).
Diagnosis
and
Treatment
Osteoarthritis.(online).
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/indeks.php.majority/article/view/572/576. Diakses pada hari Senin, 02 Oktober 2017 pukul 19.56 WITA. Sonjaya M.R dkk. (2014). Karakteristik Pasien Osteoarthritis Lutut Primer di Poliklinik Ortopedi Rumah Sakit Al-Islam Bandung Tahun 2014. (online). http://karyailmiah.unisba.ac.id/indeks.php//dokter/article/dowload/1421/pdf. Diakses pada hari Senin, 02 Oktober 2017 pukul 19.58 WITA. Hendrati L.Y. dkk. (2014).Hubungan Obesitas dan Faktor-Faktor Pada Individu dengan
Kejadian
Osteoarthritis
Genu.
(online).
http://journal.unair.ac.id/downloadfull/JBE8520ac4fullabstract.pdf. Diakses pada hari Senin, 02 Oktober 2017 pukul 20.08. WITA.
[55]
Khairani, Y. (2012). Hubungan Umur,Jenis Kelamin, Imt, dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Osteoathritis Lutut. (online). https://media.neliti.com/.../70932ID-hubungan-umur-jenis-kelamin-imt-dan-akti.pdf. Diakses pada hari Senin, 02 Oktober 2017 pukul 20.20 WITA https://www.verywell.com/what-is-the-prognosis-for-osteoarthritis-2552109
[56]