22
MAKALAH SENSORI PERSEPSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELAINAN SISTEM PENCIUMAN
PADA PENYAKIT SINUSITIS
Oleh :
Kelompok 7
Evie Nurainy Adelan NIM 1130014092
Roudhotun Nikmah NIM 1130014096
Alfin Hidayatur Rahman NIM 1130014103
Nurul Fatmalia NIM 1130014105
Semester / Kelas : 4C
Dosen Pembimbing :
Muhammad Khafid, S.Kep., Ns
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Asuan Keperawatan pada Kelainan Sistem Penciuman pada Penyakit Sinusitis" Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memperoleh pengetahuan tentang Konsep, Asuhan Keperawatan, Penatalaksanaan dan Pendidikan Kesehatan pada Penyakit Sinusitis. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang kami lakukan dalam penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 28 Februari 2016
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sinusitis merupakan proses peradangan pada mukosa atau selaput lendIr sinus parasanal. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini dilapisi lapisan mukosa yang merupakan lanjutan mukosa rongga hidung dan bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada kondisi anatomi dan fisiologis normal, sinus terisi udara. Deviasi dari struktur anatomi normal maupun perubahan fungsi lapisan mukosa dapat menjadi predisposisi penyakit sinus.
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar, dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal, kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien (gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat ditentukan.
Rumusan Masalah
Bagaimana anatomi dan fisiologi dari penyakit Sinusitis?
Apa yang dimakhsud dengan penyakit Sinusitis?
Apa penyebab dari penyakit Sinusitis?
Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Sinusitis?
Apa saja klasifikasi dari penyakit Sinusitis?
Bagaimana patofisiologi dari penyakit Sinusitis?
Bagaimana WOC dari penyakit Sinusitis?
Bagaimana epidemiologi dari penyakit Sinusitis?
Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit Sinusitis?
Apa saja komplikasi dari penyakit Sinusitis?
Bagaimana cara pencegahan untuk penyakit Sinusitis?
Bagaimana pengobatan dari penyakit Sinusitis?
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit sinusitis
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Definisi
Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah ronga rongga yang terdapat pada tulang – tulang di wajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di belakang sinus etmoid). (Efiaty, 2007)
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. (Endang mangunkususmo dan Nusjirwan Rifki, 2001)
Yang paling sering ditemukan ialah sinusitis maksila dan sinusitis etmoid, sinusitis frontal dan sinusitis sphenoid lebih jarang. Pada anak hanya sinus maksila dan sinus etmoid yang berkembang, sedangkan sinus frontal dan sinus sphenoid belum.
Sinus maksila disebut juga antrum highmore, merupakan sinus yang sering terinfeksi, oleh karen merupakan sinus paranasal yang terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran secret (drenase) dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris) sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, ostirium sinus maksila terletak di meatus medius di sekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat.
Anatomi dan Fisiologi
Menurut Soepardi, EA. 2007
Anatomi
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.Sinus maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.
Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari lainya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kuran lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.
Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. sinus fronta biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Taidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus fronta mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrenase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.
Sinus Etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan focus bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukuran dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior.
Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka media dan dinding dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral ( lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis.
Dibagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan sinus frontal. Selo etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang di sebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan diresesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid darirongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.
Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid.
Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior didaerah pons.
Fisiologi
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain :
Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karean ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.
Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang di lindungi.
Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbanga kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya aka memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.
Membantu resonasi suara
Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidaj ada kolerasi antara resonasi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.
Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.
Membantu produksi mucus
Mucus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan mucus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang masuk dengan udara inspirasi karena mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.
Etiologi
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
Faktor local adalah smua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput lendir)
Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat – obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung
Penyebab pada sinusitis akut adalah :
Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus).
Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.
Peradangan menahun pada saluran hidung
Penyebab pada Sinusitis Kronik adalah
Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh
Alergi
Karies dentis ( gigi geraham atas )
Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa.
Benda asing di hidung dan sinus paranasal
Tumor di hidung dan sinus paranasal.
Tanda dan Gejala
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
Hidung tersumbat
Nyeri di daerah sinus
Sakit Kepala
Hiposmia / anosmia
Hoalitosis
Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering demam.
Klasifikasi
Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986
Klasifikasi sinusitis berdasarkan patologi berguna dalam penatalaksanaan pasien. Di samping menamakan sinus yang terkena, beberapa konsep seperti lamaya infeksi sinus, harus menjadi bagian klasifikasi
Sinusitis Akut
Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug dari satu hari sampai 3 minggu.
Sinusitis Sub Akut
Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu sampai 12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversible pada fase akut dan sub akut, biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan sinusitis sub akut yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.
Sinusitis Kronik
Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang tidak terbatas.
Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan.
Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Secret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi.
Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik jika lebih dari 8 minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat. Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas.
Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%). Hemopylus influenzae (20-40%) dan moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%). Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.
WOC (Web Of Caution)
InflamasiMembran mukosa sinusInfeksi oleh virus / bakteri
Inflamasi
Membran mukosa sinus
Infeksi oleh virus / bakteri
Edema, kemerahan, demam, nyeri kepalaPeningkatan sekresi mukusHilangnya fungsi silia normal
Edema, kemerahan, demam, nyeri kepala
Peningkatan sekresi mukus
Hilangnya fungsi silia normal
HipertermiNyeriObstruksi hidung (Hidung tersumbat)Bakteri dapat masuk dan berkembang
Hipertermi
Nyeri
Obstruksi hidung (Hidung tersumbat)
Bakteri dapat masuk dan berkembang
Bakteri dapat tumbuh dengan baik
Bakteri dapat tumbuh dengan baik
Obstruksi sinus pada nasal
Obstruksi sinus pada nasal
Penyebaran bakteri secara sistemik
Penyebaran bakteri secara sistemik
Kesalahan interpretasiIritasi sinus
Kesalahan interpretasi
Iritasi sinus
Sekresi nasal yang purulenDefisiensi pengetahuanAnsientas
Sekresi nasal yang purulen
Defisiensi pengetahuan
Ansientas
Gangguan organ sistemik
Gangguan organ sistemik
Ketidakefektifan bersihan jalan nafasGangguan menelanKomplikasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Gangguan menelan
Komplikasi
IntracranialOrbita, osteomielitis & abses sub periosteal pada tulang frontal
Intracranial
Orbita, osteomielitis & abses sub periosteal pada tulang frontal
Meningitis akutAbses subdural di otak
Meningitis akut
Abses subdural di otak
Epidemiologi
Angka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada batasan yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran nafas atas pada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.
Nyeri tekan pipi sakit
Transiluminasi
Dilakukan di kamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya menghadap ke atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah glabella. Pada sinusitis ethmoidalis akan tampak kesuraman
X Foto sinus paranasalais : Kesuraman, Gambaran "airfluidlevel", Penebalan mukosa
Komplikasi
Menurut Efiaty Arsyad Soepardi, 2001
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotika. Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut. Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
Osteomielitis dan abses sub periostal
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan pada anak – anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral.
Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub periostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus cavernosus.
Kelainan intracranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak dan thrombosis sinus cavernosus
Pencegahan
Makan-makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga dan memperkuat daya tahan tubuh
Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri
Hindari stres
Hindari merokok
Usahakan hidung selalu lembab meskipun udara sedang panas
Hindari efek buruk dari polusi udara dengan menggunakan masker
Bersihkan ruang tempat tinggal
Istirahat yang cukup
Hindari alergen (debu,asap,tembakau) jika diduga menderita alergi
Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi, 2015
Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :
Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban yang ideal 45-55%
Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu
Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri
Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia
Antihistamin jikaada factor alergi
Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-"ESS= fungsional endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus.
BAB 3
APLIKASI KASUS
Kasus
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita sinusitis.
Pengkajian
Identitas/ biodata klien
Nama : Tn. M
Tempat tanggal lahir : Surabaya, 18 September 1964
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Alamat : Jln. Argolawu no.49 Surabaya
Hubungan dg klien : Istri
Riwayar Kesehatan
Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Tuan M datang ke RS tanggal 18 Februari 2016 dengan keluhan nyeri kepala dan tenggorokan. Nyeri ini dirasakan sejak 7 hari yang lalu disertai pilek yang sering kambuh dan ingus yang kental di hidung. Nyeri dirasakan semakin hebat jika pasien menelan makanan dan menundukkan kepala. Pasien mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya. Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat penyakit THT sebelumnya. Setelah melakukan pemeriksaan pasien didiagnosa menderita sinusitis.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengaku pernah mempunyai riwayat THT.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita sinusitis.
Keadaan Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di lingkungan yang kurang bersih, ventilasi rumah kurang (tidak adekuat).
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Suhu : 38ºC
Nadi : 84 /menit
TD : 120/80 mmHg
RR : 25 /menit
BB : 62 kg
Tinggi badan : 170 cm
Pemeriksaan B1 – B6
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan
adanya secret kental pada hidung
B2 (blood) : Normal
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan
BB turun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise
Pemeriksaan Penunjang
Rinoskopi anterior
Rinoskopi posterior
Nyeri tekan pipi sakit
Transiluminasi
X Foto sinus paranasalais
Analisa Data
No.
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1.
Data subjektif:
Pasien mengeluh nyeri kepala.
Data objektif:
Pasien tampak gelisah, didapati skala nyeri 8, RR= 25 x/ menit.
Inflamasi pada sinus frontal
Peradangan
Nyeri pada kepala
Nyeri
2.
Data subjektif:
Pasien mengeluh sesak nafas.
Data objektif:
Ada retraksi dinding dada, penggunaan pernafasan cuping hidung, suara nafas ronkhi, RR=25 x/menit.
Inflamasi pada sinus frontal
Produksi secret meningkat
Akumulasi secret
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Ronkhi
Sesak nafas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
3.
Data subjektif:
Pasien mengeluh tidak nafsu makan.
Data objektif:
Penurunan berat badan dari 63 kg menjadi 62 kg, makanan yang disajikan tidak pernah dihabiskan.
Inflamasi
Produksi secret meningkat
Secret terakumulasi dihidung
Hidung tersumbat
Penciuman terganggu
Tidak bisa mencium aroma makanan
Nafsu makan menurun
Nutrisi tidak terpenuhi
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
4.
Data subjektif:
Pasien mengeluh tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Data objektif:
Gelisah, lemas, mata cowong, tidur kurang dari 6-8 jam perhari.
Inflamasi
Rasa tidak nyaman karena hidung tersumbat (buntu)
Tidur tidak nyenyak
Gangguan istirahat; tidur berhubungan dengan hidung tersumbat (buntu)
5.
Data Subjektif:
Pasien mengeluh kedinginan
Data Objektif:
Suhu tubuh= 38°C
Infeksi saluran pernafasan atas
Makrofag menangkap benda asing yang masuk ke tubuh
Merangsang pengeluaran mediator kimia
Prostalglandin
Peningkatan set. point Hipotalamus
Suhu tubuh meningkat
Hipertermi
Diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada hidung.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental.
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan menurun.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat.
Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi.
Intervensi
Nyeri (kepala, tenggorokan) berhubungan dengan peningkatan tekanan sinus sekunder terhadap peradanggan sinus paranasal.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien berkurang atau menghilang dalam waktu 1x24 jam.
Kriteria hasil :
Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau menghilang
RR=16-20 x/menit, Nadi=60-100x/menit, ekspresi wajah klien tidak menyeringai lagi.
Skala nyeri 2
Intervensi
Rasional
Kolaborasi pemberian obat analgesic
Ajarkan Teknik distraksi atau pengalihan nyeri dengan teknik relaksasi
Observasi TTV, Keluhan klien dan skala nyeri
Obat analgesic dapat menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri.
Teknik distraksi diharapkan bisa menurunkan skala nyeri setelah pengobatan dengan obat analgesic.
Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa nyeri berkurang yang ditandai dengan RR dalam skala normal.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya secret yang mengental
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 10 – 15 menit
Kriteria Hasil :
Klien tidak lagi menggunakan pernafasan cuping hidung
Tidak ada suara nafas tambahan
Ronkhi (-)
TTV normal
Intervesi
Rasional
Kolaborasi pemberian nebulising
Foto thoraks dada serta melakukan clapping atau vibrasi
Kolaborasi melakukan suction (pada px. yang mengalami penurunan kesadaran dan tidak mampu melakukan batuk efektif).
Ajarkan batuk efektif (pada px. yang tidak mengalami penurunan kesadaran dan mampu melakukan batuk efektif).
Observasi TTV
Nebulizing dapat mengencerkan secret dan berperan sebagai bronkodilator untuk melebarkan jalan nafas.
Mengetahui letak secret dan mengakumulasi secret di supsternal sehingga mudah untuk di drainase.
Mengeluarkan secret dari paru.
Mengeluarkan secret dari jalan nafas khusunya pada pasien yang tidak mengalami penurunan gangguan kesadaran dan bisa melakukan batuk efektif.
Untuk mengetahui perkembangan kesehatan klien
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 5x24 jam
Kriteria Hasil :
Berat badan klien kembali seperti semula (63kg), BB normal= 63 kg
Makanan yang disajikan selalu dihabiskan
Intervensi
Rasional
Sajikan makanan secara menarik dengan memperhatikan nutrisi yang diperlukan oleh klien.
Catat intake dan output makanan klien
Anjurkan makan sedikit sedikit tapi sering.
Berikan helath education pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.
Dengan menu yang bervariasi, dapat menumbuhkan nafsu makan klien sehingga kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi.
Mengetahui perkembangan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
Dengan sedikit tapi sering dapat mengurangi penekanan pada lambung
Dengan pemahaman yang baik tentang nutrisi akan memotivasi untuk meningkatkan pemenuhan nutrisi.
Gangguan Istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat
Tujuan : Klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
Klien dapat tidur 6-8 jam perhari
Tidak gelisah
Mata tidak cowong
Klien tidak lemas
Intervensi
Rasional
Kaji kebutuhan tidur klien
Ciptakan suasana yang nyaman
Kolaborasi pemberian obat tidur
Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan ; istirahat klien
Klien dapat tidur dengan tenang.
Agar klien dapat tidur
Hipertermi berhubungan dengan reaksi infeksi
Tujuan : Suhu kembali dalam keadaan normal
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh 36,5-37,5 C
Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab
Intervnsi
Rasional
Monitoring perubahan suhu tubuh
Berikan kompres hangat
Kolaborasi pemberian antipiretik
Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien.
Dapat membantu mengurangi demam
Mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan autodestruksi dari sel-sel terinfeksi.
Implementasi
NO
No DX
Implementasi
Paraf
1.
1
Mengkolaborasi pemberian obat analgesic
Mengajarkan Teknik distraksi atau pengalihan nyeri dengan teknik relaksasi
Mengobservasi TTV, Keluhan klien dan skala nyeri
Perawat A
Evaluasi
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
Evaluasi
1.
Nyeri kepala, tenggorokan berhubungan dengan peradangan pada hidung.
-
S : Px mengatakan kalau
Nyerinya berkurang
O : - Klien mengungkapkan
nyeri yang dirasakan
berkurang atau menghilang
RR=16-20 x/menit, Nadi=60-100x/menit, ekspresi wajah klien tidak menyeringai lagi.
Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Anamnesa
Penyakit Sinusitis dapat menyerang pada segala usia terbanyak pada kelompok usia 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan seimbang. Bayi di bawah 1 tahun tidak menderita sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Pada klien dengan Sinusitis keluhan utama yang timbul seperti nyeri kepala dan tenggorokan, nyeri di bola mata, demam, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, pusing, penciuman berkurang.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien biasanya pernah mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita penyakit akut dan pendarahan hidung atau trauma.
Riwayat kesehatan keluarga
Sinusitis bukan merupakan penyakit keturunan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan fisik umum per system dan observasi keadaan umum, dan pemeriksaan TTV.
keadaan umum
Tanda- tanda Vital
Nadi : 84x /menit, Tekanan Darah : 120/80 mmHg, RR : 20x /menit
B1-B6
B1 (breathing) : Tidak teratur, suara nafas ronkhi berhubugan dengan adanya
secret kental pada hidung
B2 (blood) : Normal
B3 (brain) : Pasien composmentis
B4 (bladder) : Normal
B5 (bowel) : Nafsu makan menurun ,porsi makan menurun dan BB turun
B6 (bone) : Kelemahan otot dan malaise
Pemeriksaan penunjang
Rinoskopi anterior : Mukosa merah, Mukosa bengkak, Mukopus di meatus medius
Rinoskopi posterior : Mukopus nasoparing
Nyeri tekan pipi sakit
Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit
X Foto sinus paranasalais : Kesuraman, Gambaran "airfluidlevel", Penebalan mukosa
Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
Hipertermia b.d proses inflamasi, pemajanan kuman
Nyeri akut b.d iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi
Ansietas b.d proses penyakit (kesulitan bernafas) , perubahan dalam status kesehatan (Eksudat purulen)
Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Definisi :
Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Batasan karakteristik :
Tidak ada batuk
Suara nafastambahan
Perubahan frekuensinafas
Perubahan irama nafas
Sianosis
Kesulitan berbicara
Atau mengeluarkan suara Penurunan bunyi nafas
Dipsneu
Sputum dalam jumlah berlebihan
Batuk tidak efektif
Orthopneu
Gelisah
Mata terbuka lebar
Faktor yang Berhubungan
Lingkungan :
Perokok pasif
Mengisap asap
Merokok
Obstruksi jalan nafas :
Spasme jalan nafas
Mokus dalam jumlah berlebihan
Eksudat dalamjalan alveoli
Materi asing dalam jalan nafas
Adanya jalan nafas tambahan
Sekresi bertahan / sisa sekresi
Sekresi dalam bronki
Fisiologi
Jalan nafas alergi
Asma
Penyakit paru obstruktif kronik
Hiperplasi dinding bronchial
Infeksi
Disfungsi neorumuskuler
NOC
Respiratory status: ventilation
Respiratory status : airway patency
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispeneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menujukan jalan napas yang paten (pasien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara napas upnormal)
Mampu mengindentifikasikan dan mencegah factor yang menghambat jalan napas
NIC
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral atau tracheal suctioning
Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
Informasikan pada klien pada keluarga tentang suctioning
Minta klien napas dalam sebelum suction dilakukan
Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal
Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
Anujrkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotracheal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan brikaldi
Buka jalan napas, gunakan teknik chinlift
Posisikan pasien untuk mengatur fentilasi
Pasang mayo bila perlu
Melakukan fisio terapi dada bila perlu
Auskultasi suara napas catat adanya suara tambahan
Monitor respirasi dan status oksigen
Hipertermia b.d proses inflamasi, pemajanan kuman
Hipertermi
Definisi:
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Batasan karakteristik :
Konvulsi
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Kejang
Takikardi
Takipnea
Faktor yang Berhubungan
Anastesia
Penurunan respirasi
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan yang panas
Penyakit
Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
Peningkatan laju metabolisme
Medikasi
Trauma
Aktifitas berlebihan
NOC
Thermoregulation
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
NIC
Fever theatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan antipiretik
Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan kolaborasi pemberian IV
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Monitor suhu minimal 2 jam
Monitor TD, nadi, RR
Monitor warna dan suhu kulit
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehagangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas
Auskultasi TD, nadi, suhu,dan RR
Catat adanya fluktuasi tekana darah
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor suara paru
Monitor kualitas dari nadi
Monitor sianosis perifer
Identifikasi penyebab dari perubahan
Identifikasi pola pernapasan upnormal
Analgesic Administration
Tentukan pilihan analgesik tergantuentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dois, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Tentukan analgesik pilihan, rute peberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta
Nyeri Akut
Definisi :
Pengalaman sensor dan emosional ag tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yan aktul atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Asociation For The Study of Pain) : Awitan yang iba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang daat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
Batasan karakteristik :
Perubahan selera makan
Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernafasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi (Miss; berjalan mondar-mandir mencari oranglain atau aktifitaslain, altifitas yang berulang)
Mengekrpersikan perilaku (Miss; Gelisah, merengek, menangis).
Masker wajah (Mis; mata kurang bercahaya, tamak kacau, gerakan mata berpencar ata tetappada satu foku meringis)
Sikap melindungi area nyeri
Fokus menyempit (Miss; gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan intraksi dengn oranglain dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghidari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
Faktor yang Berhubungan
Agen cedera (Miss; Biologis, zat kimia, fisik, psikologis)
NOC
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain Manajemen
Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Obserfasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kutur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal)
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
Tentukan pilihan analgesik tergantuentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dois, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Tentukan analgesik pilihan, rute peberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Ansietas b.d proses penyakit (kesulitan bernafas) , perubahan dalam status kesehatan ( Eksudat purulen).
Ansietas
Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak dikietahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasiterhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Batasan karakteristik :
Perilaku
Penurunan produktifitas
Gerakan yang irelevan
Gelisah
Melihat sepintas
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
Agitasi
Mengintai
Tampak waspada
Affektif
Gelisah, disstres
Kesedihan yang mendalam
Ketakutan
Perasaan tidak adekuat
Berfokus pada diri sendiri
Peningkatan kewaspadaan
Iritabilitas
Gugup senang berlebihan
Rasa nyeri yang meningkatkan ketidak berdayaan
Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten
Bingung,menyesal
Ragu/tidak percaya diri
Khawatir
Fisiologis
Wajah tegang, tremor tangan
Peningkatan keringat
Peningkatan ketegangan
Gemetar,tremor
Suara bergetar
Simpatik
Anoreksia
Eksitasi kardiovaskular
Diare,mulut kering
Wajah merah
Jantung berdebar-debar
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan denyut nadi
Peningkatan reflex
Peningkatan frekuensi pernapasan,pupil melebar
Kesulitan bernapas
Vasokonstriksi superficial
Lemah, kedutan pada otot
Parasimpatik
Nyeri abdomen
Penurunan tekanan darah
Penurunan denyut nadi
Diare,mual,vertigo
Letih,gangguan tidur
Kesemutan pada ekstremitas
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Dorongan segera berkemih
Kognitif
Menyadari gejala fisiologis
Bloking fikiran,konfusi
Penurunan lapang persepsi
Kesulitan berkonsentrasi
Penurunan kemampuan untuk belajar
Penurunan kemampuan untukmemecahkn masalah
Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidakspesifik
Lupa,gangguan perhatian
Khawatir, melamun
Cenderung menyalahkan orang lain
Faktor yang Berhubungan :
Perubahan dalam (status ekonomi,
Lingkungan,status kesehatan,polainteraksi, fungsi peran,status peran)
Pemajanan toksin
Terkait keluarga
Herediter
Infeksi/kontaminan interpersonal
Penularan oenyakit interpersonal
Krisis maturasi,krisis situasional
Stress,ancaman kematian
Penyalahgunaan zat
Ancaman pada (status ekonomi,
Lingkungan, status kesehatan,pola interaksi, fungsi peran, status peran,konsepdiri)
Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
Konflik tidakdisadari mengenai nilai yang esensial/penting
Kebutuhan yang tidak dipenuhi
NOC
Anxiety Self-control
Anxiety level
Coping
Kriteria hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi,mengungkapkan dan mengungkapkan untuk mengontrolcemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh,ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas mununjukkan berkurangnya kecemasan.
NIC
Anxiety Reduction (Penurunan Kecemasan)
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back/neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenalsituasi yang menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan tekhnikrelaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya
Defisiensi pengetahuan
Definisi :
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu.
Batasan karakteristik :
Perilaku hiperbola
Ketidakakuratan mengikuti perintah
Ketidakakuratan melakukan tes
Perilaku tidak tepat (mis., hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis)
Pengungkapan masalah
Faktor yang Berhubungan :
keterbatasan kognitif
salah interpretasi informasi
kurang panjanan
kurang minat dalam belajar
kurang dapat mengingat
tidak familier dengan sumber informasi
NOC
knowledge : disease process
knowledge : health behavior
Kriteria hasil :
pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC
Teaching : disease proses
berikan penilaian tentang timgkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
jelaskan patofisiologi dari penyakit bagaimna halini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,dengan cara yang tepat
identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat sedangkan informasi pada pasien tentang kondis,dengan cara yang tepat
hindari jaminan yang kosong
sedangkan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
diskusi perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasidi masa yang akan dating dan atau proses pengontrolan penyakit
diskusi pilihan terapi atau penanganan
dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau di indikasikan
rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas local,dengan cara yang tepat
intruksikan pasien mengenai tanda dan gejalauntukmelaporkan pada pemberian perawatan kesehatan yang tepat.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan malaise
Intoleransiaktifitas
Definisi : Ketidakcukupan energy sikologi atau fisiologi untukmelanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilkukan
Batasan karakteristik :
Respon tekanandarah abnormal terhadapaktifitas
Frekuensi jantung abnormal terhadap aktifitas
Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
Ketidaknyamanan setelah beraktifitas
Dyspnea setelah beraktifitas
Menyatakan merasa letih
Menyatakan merasa lemah
Factor yang berhubungan :
Tirah baring atau imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbanganantara suplai dan oksigen
Imobilitas
Gaya hidupmonoton
NOC
Energy conservation
Aktifitiy tolerance
Selfcare : ADLs
Kriteriahasil :
Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
Mampu melakukan aktifitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
TTV normal
Energy sikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmonariadekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC
Activity therapy
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang
Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktifitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor responfisik, emosi, social dan spiritual.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Batasan karakteristik :
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makanan
Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makananan
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membrane mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensai rasa
Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (recomemded daily allowance)
Cepat kenyang sebelum makan
Sariawan ronga mulut
Steatorea
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan
Faktor – factor yang berhubungan :
Factor biologis
Factor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan untuk menelan makanan
Factor psikologis
NOC
Nutritional Status :
Nutritional Status : food and fluid
Intake
Nutritional Status : nutrient intake
Weight control
Kriteria Hasil
Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidk ada tanda alnutrisi
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC
Nutrion Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan psien
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurlkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substransi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
Monitor jumlah nutrisi dan kadungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrion Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penuunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit keringdn perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan mutah
Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nutrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertronik papila lidah, dan cavitas oral
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Implementasi
NO
No DX
Implementasi
Paraf
1
1
Airway suction
Meastikan kebutuhan oral atau tracheal suctioning
mengauskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
mengnformasikan pada klien pada keluarga tentang suctioning
Meminta klien napas dalam sebelum suction dilakukan
memberikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal
menggunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
meganjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotracheal
Memonitor status oksigen pasien
mengajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
menghentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan brikaldi
membuka jalan napas, gunakan teknik chinlift
memposisikan pasien untuk mengatur fentilasi
memasang mayo bila perlu
Melakukan fisio terapi dada bila perlu
mengauskultasi suara napas catat adanya suara tambahan
Memoonitor respirasi dan status oksigen
Perawat A
Evaluasi
No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal
Evaluasi
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
-
S : Px mengatakan kalau
mampu bernapas dengan
mudah
O : - K/U komposmentis
Klien mampu
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
napas yang bersih
Klien mampu mengindentifikasikan dan mencegah factor yang menghambat jalan napas
A : Masalah teratasi
P : Rencana dihentikan
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sphenoid. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri.
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain : Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning), Sebagai penahan suhu (thermal insulators) , Membantu keseimbangan kepala dan lain-lain.
Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu : Faktor local dan Faktor Sistemik. Tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah : Hidung tersumbat, nyeri di daerah sinus, sakit kepaladan lain-lain. Klasifikasi ada 3 macam yaitu sinusitis akut, sub akut dan kronik. Pemeriksaan penunjang antara lain Transiluminasi, Rinoskopi anterior, Rinoskopi posterior dan lain-lain.
Pencegahan pada penyakit sinusitis Rajin berolahraga, karena tubuh yang sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri, Hindari stres, Hindari merokok dan lain-lain. Penatalaksanaannya yaitu Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang ideal 45-55%, Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu, Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.
Saran
Berdasarkan pembahasan masalah ini makalah kami dapat mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara lain : Diharapkan agar mahasiswa mahasiwi dapat memahami tentang penyakit Sinusitis ini dan terus megembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan masyarakat. Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebaai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu keperawatan. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan di perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adam GL, Boies LR, Hilger PA. 1994. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 5. Jakarta : EGC
Cody, D. Thane R. dkk. 1986. Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Efiaty, Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga dan Hidung
Tenggorokan Kepala dan Leher edisi ke 6.Jakarta : FK UI
Mangunkusumo E, Rifki N. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala Leher Edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit FK UI
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC – NOC edisi revisi Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.
Jakarta : Gaya Baru
Soepardi, Efiaty Arsyad & Iskandar Nurbaiti. 2001. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC