BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain kaya dengan hasil bumi dan kekayaan alam, bumi indonesia juga memiliki beragam budaya yang menyertainya. Tak jarang bila kita berkunjung ke salah satu destinasi wisata di Nusantara maka satu kali perjalanan kita akan mendapatkan sekaligus pemandangan kontur bentukan alam yang mengesankan baik itu didaratan, tepian pantai maupun lautannya serta budaya masyarakat setempat. Contohnya adalah seperti yang bisa kita dapatkan bila mengunjungi berbagai tujuan perjalanan wisata di Tana Toraja. Hal inilah yang mendorong kami sebagai Mahasiswa Pendidikan Matematika 2016 D untuk bertolak dari Makassar ke Tana Toraja (Tator). Upaya kami untuk bisa mengetahui hal-hal yang kami belum ketahui selama ini karena tempat ini adalah salah satu tempat dimana tradisinya sangatlah dijaga dan akan terus dilestarikan serta dibudayakan, karena itu satu-satunya aset terbesar bahkan menarik perhatian para wisatawan asing yang datang dari berbagai Negara maupun para wisatawan dalam negeri seperti kami mahasiswa Unismuh jurusan Pendidikan Matematika. Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bungis Sidenreng dan dari Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan Toraja yang mengandung arti “Orang “ Orang yang berdiam di d i negeri atas atau pengunungan”, pengunungan” , sedang orang luwu menyebutnya Toriajang yang artinya adalah “Orang “ Orang yang berdiam di negari barat”. barat”. Ada juga versi lain bahwa kata Toraya To – Tau Tau (orang). Raya = dari kata Meraya (besar artinya orang-orang besar, bangsawan). Lama kelamaan penyebutannya menjadi Toraja, dan kata tana berarti Negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan Tana Toraja. Wilayah Tana Toraja juga digelar Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana Matar i’allo i’allo arti harfiahnya adalah “ Negeri yang bulat bu lat seperti bulan dan matahari”. matahari” . Wilayah ini dihuni oleh satu etnis (Etnis Toraja).
1
Selain dikenal dengan alamnya yang indah, Toraja juga terkenal dengan masyarakatnya yang masih menjunjung tinggi adat istiadat, salah satunya yaitu tradisi upacara kematian. Dalam tradisi tersebut mayat diawetkan, disimpan di dalam peti dan diletakkan di tebing-tebing atau gua-gua di batu dan juga di batang-batang pohon. Hal ini di karenakan masyarakat Tana Toraja menganggap bahwa sanak keluarga mereka yang telah meninggal adalah pemberian sang Maha Kuasa yang harus dijaga kesuciannya. Dalam laporan ini kita akan lebih membahas salah satu pemakaman batu tepatnya di Londa yang merupakan gua yang terletak di bukit. Didalam gua tersebut terdapat peti-peti mayat yang diatur sesuai dengan garis keluarga, di satu sisi bukit lainnya dibiarkan terbuka menghadap hamparan hijau. Warga Toraja memang memiliki ramuan tersendiri untuk dibalurkan ke tubuh mayat agar tidak berbau. Di dalam gua juga berserekan bunga-bunga dan puntung rokok sebagai bentuk sesaji yang diberikan oleh keluarga kepada sang mayat. Karena rasa penasaran, rasa keingintahuan, tantangan serta ingin menambah pengetahuan yang masih minim, kami menjadikan Londa sebagai objek wisata sehingga kami bisa bercengkrama dengan alam sekitarn ya.
B. Gambaran Umum Lokasi Study Wisata
Londa adalah salah satu lokasi objek wisata yang menarik di Tana Toraja. Lokasinya terletak di desa Sendan Uai, Kecamatan Sanggalangi yang berjarak sekitar 7 km sebelah selatan Kota Rantepao Ibu kota Makale, Toraja Utara. Londa merupakan tempat perkuburan dinding berbatu dan patung-patung (tau-tau). Kuburan ini berbentuk gua alam yang terletak di dalam hutan dan masih digunakan penduduk setempat. Untuk melihat mayat yang telah di simpan di dalam gua, kita harus memasuki gua yang gelap dengan menyewa lampu petromax. Dan tentunya ada pemandu yang akan mendampingi, sehingga kita tidak sendirian. Di sebagian lokasi dalam gua, ketinggian langit-langitnya kurang lebih hanya 1 meter. Jadi, untuk melewatinya posisi badan harus membungkuk.
2
Diatas tebing gua, terdapat patung-patung yang biasa disebut tau – tau. Tau – tau ini adalah patung replikasi manusia yang jenazahnya dimakamkan dalam gua. Hanya kalangan dengan stara sosial tinggi yang dibuat patung miniaturnya. Karena nilai seni dan budayanya, tau-tau menjadi sangat tinggi harganya, sehingga rawan pencurian. Pengunjung kuburan gua alam Londa biasanya diwajibkan memohon izin dengan cara membawa sirih pinang atau kembang. Selama berada di kawasan kuburan Londa, sangat dilarang keras mengambil ataupun memindahkan tengkorak, tulang ataupun mayat yang ada. Di dalam gua Londa, ada begitu banyak tengkorak dan tulang belulang yang jumlahnya ratusan hingga ribuan. Sebagian tengkorak dan tulang belulang ini usianya sudah ratusan tahun. Peti – peti mati yang masih baru juga banyak. Meskipun gua ini berisikan tengkorak, tulang belulang dan peti mati, udaranya tetap terasa sejuk, tidak perluh khawatir pengap ataupun bau. Sebagian besar masyarakat yang berada di sekitar daerah wisata Londa memiliki pekerjaan sebagai petani. Rumah-rumah warga yang terdapat disana masih sangat sedikit.
C. Fokus Objek Yang Diteliti
Objek wisata yang menjadi fokus penelitian kami (kelompok II) yaitu Objek Wisata Londa. Salah satu objek wisata yang berada di Tana Toraja yang memiliki keunikan yang luar biasa karena mayat-mayat ditempat ini berasal dari satu rumpun keluarga, yaitu Tolengke. Adapun fokus kami dalam penelitian studi wisata Tana Toraja dengan tujuan:
Mengetahui sejarah dan seluk beluk objek wisata Londa.
Mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat terhadap objek wisata.
Mengetahui hubungan objek wisata Londa, Kete Kesu dan Baby Grave.
Mengetahui keterkaitan objek wisata dengan faktor ekonomi, budaya nasional, agama, dan politik nasional.
3
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan seluk beluk objek wisata Londa? 2. Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat terhadap objek wisata di Londa? 3. Apa hubungan objek wisata Londa dengan Kete Kesu dan Baby Grave? 4. Apa keterkaitan objek wisata dengan faktor ekonomi, budaya nasional, agama, dan politik nasional?
4