BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Riyadi (2007) komunitas merupakan kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama Keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
secara
keseluruhan
guna
meningkatkan
kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan (WHO, 1959). Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Keperawatan komunitas diperlukan untuk membentuk masyarakat yang mandiri terutma dalam sektor kesehatan serta mampu merubah paradigm sehat, yakni mengupayakan promotif dan preventif dari pada upaya kuratif. Hubungan yang harmonis antara masyarakat dengan fasilitas kesehatan juga dirintis melalui keperawatan komunitas. Keperawatan komunitas membentuk masyarakat yang diharapkan pada masa depan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi, maupun non ekonomi (Yuddi, 2008). Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat tersebut diatas, derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal (Yuddi, 2008).
1
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Riyadi, 2007). Linggasari merupakan salah satu desa di kecamatan kembaran yang memiliki beberapa masalah kesehatan yang kompleks diantaranya adalah masalah penyakit menular dan masalah kesehatan lingkungan. Berdasarkan data puskesmas tahun 2011, terdapat 10 penyakit terbesar yang terdapat di masyarakat desa Linggasari Linggasari diantaranya penyakit ISPA terdapat 629 orang, faringitis 132 orang, hipertensi 110 orang, dyspepsia 103 orang, neuralgia 87 orang, dermatitis 77 orang, diare 66 orang, chepalgia 46 orang, myalgia 40 orang, dan asma 39 orang. Oleh karena itu proses keperawatan komunitas sangat diperlukan di Desa linggasari agar tercipta masyarakat yang berparadigma sehat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawtan komunitas sesuai dengan konsep dan teori keperawatan komunitas. a.
Penerapan asuhan keperawatan komunitas, kolaborasi lintas program dan lintas sektoral baik formal maupun informal dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif mengenai masalah kesehatan.
b.
Menunjukkan
keterampilan
mengorganisasi
dan
koordinasi
kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dimasyarakat. c.
Melakukan pengkajian komunitas.
d.
Merumuskan masalah keperawatan komunitas.
e.
Membuat perencanaan.
f.
Melakukan implementasi.
g.
Menerapkan koordinasi dengan berbagai komponen yang terlibat dalam masalah kesehatan masyarakat.
2
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Riyadi, 2007). Linggasari merupakan salah satu desa di kecamatan kembaran yang memiliki beberapa masalah kesehatan yang kompleks diantaranya adalah masalah penyakit menular dan masalah kesehatan lingkungan. Berdasarkan data puskesmas tahun 2011, terdapat 10 penyakit terbesar yang terdapat di masyarakat desa Linggasari Linggasari diantaranya penyakit ISPA terdapat 629 orang, faringitis 132 orang, hipertensi 110 orang, dyspepsia 103 orang, neuralgia 87 orang, dermatitis 77 orang, diare 66 orang, chepalgia 46 orang, myalgia 40 orang, dan asma 39 orang. Oleh karena itu proses keperawatan komunitas sangat diperlukan di Desa linggasari agar tercipta masyarakat yang berparadigma sehat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawtan komunitas sesuai dengan konsep dan teori keperawatan komunitas. a.
Penerapan asuhan keperawatan komunitas, kolaborasi lintas program dan lintas sektoral baik formal maupun informal dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif mengenai masalah kesehatan.
b.
Menunjukkan
keterampilan
mengorganisasi
dan
koordinasi
kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dimasyarakat. c.
Melakukan pengkajian komunitas.
d.
Merumuskan masalah keperawatan komunitas.
e.
Membuat perencanaan.
f.
Melakukan implementasi.
g.
Menerapkan koordinasi dengan berbagai komponen yang terlibat dalam masalah kesehatan masyarakat.
2
h.
Menggunakan
pendekatan
pemecahan
masalah
dalam
merencanakan kegiatan-kegiatan keperawatan. 2. Tujuan Khusus Setelah menyelesaikan praktek klinik keperawatan komunitas, mahasiswa atau kelompok mampu: a.
Memperoleh pengalaman dalam mengenal situasi dan kondisi kesehatan masyarakat.
b.
Memperoleh pengalaman dalam mengenal dan menentukan sumber daya di masyarakat.
c.
Memperoleh pengalaman dalam mengolah asuhan keperawatan komunitas.
d.
Memperoleh pengalaman dalam mengidentifikasi atau membantu masyarakat mengenal masalah-masalah kesehatan di masyarakat dan berupaya menanggulangi permasalahan yang ada bersama masyarakat.
e.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
C. MANFAAT
1.
Untuk Mahasiswa a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada masyarakat. b. Belajar menjadi role model dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas. c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam menghadapi dinamika masyarakat. d. Meningkatkan
keterampilan
komunikasi,
kemandirian
dan
hubungan interpersonal. e. Melatih kemampuan untuk memodifikasi lingkungan untuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan 2.
Untuk Masyarakat a. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
3
b. Mendapatkan
kemampuan
untuk
mengenal,
mengerti,
dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang ada di masyarakat. c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatan dan mempunyai upaya peningkatan status kesehatan. d. Masyarakat
mampu
menerapkan
paradima
sehat
dalam
mempertahan kan status kesehatan 3.
Untuk Pendidikan a. Salah satu tolok ukur kebersihan Program Study S1 Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas
Jenderal
Soedrman
Program
Profesi
khususnya
dibidang keperawatan komunitas. b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktek keperawatan komunitas selanjutnya. 4.
Untuk Profesi a. Upaya menyiapkan tenaga perawat yang profesional berpotensi secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan. b. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga profesi mampu mengembangkanya.
D. CARA PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara Wawancara dilakukan pada kepala desa, pamong desa, kadus, ketua RW, ketua RT, warga, dan petugas puskesmas untuk mengumpulkan data tentang berbagai permasalahan kesehatan sesuai panduan pengkajian. 2. Observasi / Winsield Survey Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi fisik lingkungan maupun rumah warga berkaitan permasalahan kesehatan. 3. Studi dokumentasi Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder tentang kependudukan, penyakit dan data lain berkaiatan dengan unsur komunitas.
4
4. Kuisioner Kuisioner disusun berdasarkan unsur komunitas agar dapat menjangkau seluruh aspek permasalahan kesehatan yang ada dalam komunitas termasuk upaya pemeliharaan kesehatan, risiko dan faktor pencetus terjadinya malasah kesehatan.
5
BAB II TINJAUAN TEORI
A. PARADIGMA SEHAT
Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang akan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap dan bertindak mandiri dalam menjaga kesehatannya sendiri melalui kesadaran terhadap pentingnya upaya-upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Paradigma sehat ditetapkan sebagai model pembangunan kesehatan di Indonesia, yaitu pembangunan kesehatan yang mengutamakan upayaupaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya-upaya kuratif dan rehabilitatif (Depkes, 2001). Unsur penting dalam paradigma sehat meliputi; Program dan kebijakan yang Bottom-up, mentalitas proaktif, pemberdayaan sumber daya lokal, pembangunan kesehatan berbasis masyarakat, sistem prabayar pelayanan kesehatan, dan pembangunan kesehatan multi sektor. Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat (Stanhope, 2004). Menurut Helvie, tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama adalah: 1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan. 2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu. 3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik self care pada masyarakat. 4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat. 5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.
6
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Ri yadi, 2007). 1. Individu sebagai klien Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007). 2. Keluarga sebagai klien . Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007). 3. Masyarakat sebagai klien
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
B. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2001). Pelayanan keperawatan adalah upaya untuk membantu individu baik sakit maupun sehat, dari lahir sampai meninggal dunia dalam bentuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut dapat secara optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat (1990) dijelaskan bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang
7
merupakan
perpaduan
antara
keperawatan
( Nursing )
dan
kesehatan
masyarakat ( Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
dan
mengutamakan
pelayanan
promotif
dan
preventif
secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan ( Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005). Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberikan dari luar suatu institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Naomi, 2002). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu: 1.
Kemanfaatan Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas (Riyadi, 2007). Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2.
Kerjasama Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3.
Secara langsung Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4.
Keadilan Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri (Riyadi, 2007). Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
8
5.
Otonomi Klien
atau
komunitas
diberi
kebebasan
dalam
memilih
atau
melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah : 1. Pendidikan kesehatan ( Health Promotion) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Naomi, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan
ingin
hidup
sehat
(Yuddi,
2008).
Menurut
Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005). 2. Proses kelompok (Group Process) Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat
dapat
menggunakan
alternatif
model
pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community development) (Palestin, 2007). 3. Kerjasama atau kemitraan ( Partnership)
9
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien dalam hal ini adalah masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kese ahteraan (Palestin, 2007). Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Palestin, 2007). 4. Pemberdayaan ( Empowerment ) Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk inter aksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007). Perawat pemberdayaan
komunitas kepada
perlu
masyarakat
memberikan agar
muncul
dorongan
atau
partisipasi
aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upayaupaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Palestin, 2007). Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari : a. Individu Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena
10
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien (Riyadi, 2007). b. Keluarga Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007). c. Kelompok khusus Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan (Mubarak, 2005). d. Tingkat Komunitas Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien (Stanhope, 2004).
Perawat di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja dan perawat gerontologi. 1. Perawat keluarga Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Ande, 2009). 2. Perawat keluarga
11
Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Praktek ini mencakup pengambilan keputusan
independen
dan
interdependen
dan
secara
langsung
bertanggung gugat terhadap keputusan klinis. Peran perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case managemen dan konsultasi (Ande, 2009).. 3. Perawat kesehatan sekolah Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan
pendidikan
mengikutsertakan
guna
keluarga
memenuhi maupun
kebutuhan
masyarakat
anak
dengan
sekolah
dalam
perencanaan pelayanan . Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek
keperawatan
untuk
memenuhi
kebutuhan
unit
individu,
kelompok dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader (Ande, 2009). 4. Perawat kesehatan kerja Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing) Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di t atanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan lainlain. Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling,
promosi
kesehatan,
administrasi
management
asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas (Ande, 2009)..
12
quality
5. Perawat gerontologi Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional. Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan
dan
mempertahankan
kesehatan,
mencegah
dan
meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
C. PERAN PERAWAT KOMUNITAS
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah : 1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider ) Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang
ada,
merencanakan
tindakan
keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997). 2. Sebagai Pendidik dan konsultan ( Nurse Educator and Counselor ) Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal (Helvie, 1997). Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau
13
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2005). Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005). 3. Sebagai Panutan ( Role Model ) Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 1997). 4. Sebagai pembela (Client Advocate) Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997). Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005). Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan ( Informed Concent ) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005). 5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager )
14
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie, 1997). 6. Sebagai kolaborator Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997). 7. Sebagai perencana tindakan lanjut ( Discharge Planner ) Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan (Helvie, 1997). 8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder ) Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie, 1997). 9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services) Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan
mengorganisasikan
pelayanan
kesehatan
yang
diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005). 10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin ( Change Agent and Leader )
15
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005). Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan
menggunakan
proses
keperawatan,
perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005) 11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And Researcher ) Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Helvie, 1997).
D. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Target keperawatan komunitas adalah : 1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang dari berbagai golongan 2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini komunitas 3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin kerjasama yang baik 4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung maupun mengahambat
16
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat 6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang ada di masyarakat, maka dapat dkembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya. 3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan 4. Upaya
preventif
dan
promotif
merupakan
upaya
pokok
tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif 5. Pelayanan
keperawatan
kesehatan
masyarakat
yang
diberikan
berlangsung secara berkesinambungan 6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat di desa Pamijen.
17
7. Pengembangan tenaga kesehatan/keperawatan bagi masyarakat yang direncanakan secara berkesinambungan dan terus menerus agar lebih baik. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Pengkajian Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan
masalah
kesehatan
masyarakat
dan
prioritas
masalah
(Mubarak, 2005). a. Pengumpulan data Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Wawancara atau anamnesa 2) Pengamatan 3) Pemeriksaan fisik Menurut Anderson dan Elizabeth (2006), dalam pengkajian sumber data yang dipergunakan dapat diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu : 1) Sensus
Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus dapat diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat. a) Laporan Penyakit yang Terinformasikan Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang dilaporkan oleh departemen kesehatan baik pusat maupun daerah tentang penyakit-penyakit yang dapat dilaporkan secara
18
legal. Secara legal laporan penyakit yang ditugaskan mungkin tidak mewakili seluruh kasus penyakit sehingga laporan tersebut tidak menyajikan penjelasan yang valid tentang penyakit yang terjadi di masyarakat. Dalam prakteknya, petugas kesehatan mungkin gagal untuk memberikan laporan penyakit yang seharusnya dilaporkan. b) Catatan Medis dan Rumah Sakit Catatan medis dan rumah sakit digunakan secara luas dalam penelitian kesehatan komunitas. Bagaimanapun catatan-catatan inipun tidak menyajikan gambaran yang lengkap atau valid tentang kesehatan komunitas. c) Catatan Autopsi Catatan autopsy memiliki bias yang sangat kentara, pasien menderita sakit yang parah dan meninggal dunia. Autopsy tidak dilakukan pada semua kasus kematian. Catatan autopsy meliputi kasus-kasus kematian akibat tindak kekerasan yang tidak proporsional dan penyebab kematian seseorang yang tidak diketahui sampai autopsy dilakukan. b. Pengolahan data Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data denga cara sebagai berikut : 1) Klasifikasi data atau kategori data 2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly 3) Tabulasi data 4) Interpretasi data c. Analisis data Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisis adalah : 1) Kategorisasi Untuk menganalisis data pengkajian komunitas, sangat membantu jika
pertama-tama
mengkategorikan
19
data.
Data
dapat
dikategorikan dalam berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas meliputi: a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan kelompok etnik dan ras). b) Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat tinggal, ruang public, dan jalan). c) Karakteristik social-ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan, pendidikan
yang
dicapai,
dan
pola
penyewaan
atau
kepemilikan rumah). d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, pusat pelayanan kesehtan mental, dan sebagainya). 2) Ringkasan Berupa diagram dan grafik. 3) Pembandingan Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah
mengidentifikasi
kesenjangan,
kejanggalan,
dan
kehilangan data. Kesenjangan data tidak dapat dihindarkan seperti kesalahan dalam pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara kritis data dan menyadari potensi terjadinya kesenjangan dan kehilangan data. 4) Penarikan kesimpulan Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik simpulan logis dari bukti yang ada untuk mengarah perumusan diagnosa keperawatan komunitas. d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005). e. Prioritas masalah
20
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005): 1) Perhatian masyarakat 2) Prevalensi kejadian 3) Berat ringannya masalah 4) Kemungkinan masalah untuk diatasi 5) Tersedianya sumberdaya masyarakat f. Aspek politis Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai
dengan
prioritas
(penapisan)
yang
digunakan
dalam
keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope (1988) : 2. Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (potensial). Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab), sign atau symtom (tanda gejala) (Mubarak, 2005). 3. Perencanaan keperawatan. Perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005). 4. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang
telah
disusun.
Dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
21
Prinsip
yang
umum
digunakan
dalam
pelaksanaan
atau
implementasi pada keperawatan komunitas adalah : a. Inovative Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005). b. Integrated Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005). c. Rasional Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005). d. Mampu dan mandiri Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2005). e. Ugem Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005). Level
pencegahan
dalam
komunitas terdiri atas: a. Pencegahan Primer b. Pencegahan Sekunder c. Pencegahan Tersier 5. Evaluasi atau Penilaian
22
pelaksanaan
praktik
keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif program. Data evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Sejalan dengan landasan teoretis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas, program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikenukakan oleh Foundation (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut : a. Memperkuat program Tujuan perawatan adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaiain ini dengan cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan dalam mengakaji program dampaknya serta hasil akhir program tersebut. b. Menggunakan pendekatan multipel Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-macam. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul, tetapi metode yang dipilih harus señalan anegan tujuan program. c. Merancang evaluasi untuk memnuhi isu nyata Program berbasis dan berfokus komunitas, yang berakar pada comunitas nyata dan berdasarkan pengkajian komunitas, harus
23
memiliki rancangan evalausi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi komunitas. d. Menciptakan proses partisipasi Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun harus menjadi mitra dalam evaluasi. e. Memungkinkan fleksibilitas Pendekatan evaluasi harus fleksibel dan bersifat prestiktif; jira tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan komplek. f.
Membangun kapasitas Prose evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan ketrampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat didalamnya. Hal ini serupa dengan kontek profesional maupun nonprofesional. Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Perubahan dampak kesehatan
Keterangan: : peran masyarakat : peran perawat
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan melalui proses asuhan keperawatan komunitas
24
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN 1. Profil Desa a. Demografi
Desa Linggasari secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, terletak di arah timur kota Purwokerto yaitu kurang lebih 6 km dari Purwokerto. Jarak Desa Linggasari ke kantor kecamatan kurang lebih 2 km. Desa Linggasari terdiri dari 3 Dusun, 6 RW dan terbagi dalam 36 RT dengan pembagian wilayah masing-masing kadus sebagai berikut: Kadus I membawahi wilayah RW 1 dan RW 2 yang meliputi 13 RT; Kadus II membawahi wilayah RW 3 dan RW 4 yang meliputi 12 RT; dan Kadus III membawahi wilayah RW 5 dan RW 6 yang meliputi 11 RT. Desa Linggasari sebelah utara berbatasan dengan desa Karang Turi, sebelah barat berbatasan dengan desa Bantarwuni dan Karang Sari, sebelah timur berbatasan dengan desa Karang Turi dan sebelah selatan berbatasan dengan desa Purbadana. Tabel 3.1 Karakteristik penduduk desa Linggasari berdasarkan usia No
Umur
Jumlah (Orang)
1. 0 – 5 tahun 2. 6 – 16 tahun 3. 17 – 25 tahun 4. 26 – 55 tahun 5. 56 tahun keatas Sumber : data monografi 2010
736 789 882 1.893 1.667
Berdasarkan tabel 3.1, jumlah penduduk paling banyak adalah usia 56 tahun keatas yaitu sebanyak 1.667 jiwa. Paling sedikit adalah balita dengan jumlah 736 jiwa. Tingkat pendidikan warga secara umum mulai dari sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi, bahkan terdapat data warga yang belum sekolah.
25
Tabel 3.2 Karakteristik penduduk desa Linggasari berdasarkan tingkat pendidikan No.
Tingkat pendidikan
1. Belum sekolah 2. Tidak sekolah 3. Tamat SD/sederajat 4. Tamat SLTP/sederajat 5. Tamat SLTA/sederajat 6. Tamat Akademi/sederajat 7. Tamat Perguruan Tinggi Sumber : data monografi 2010
Jumlah orang
737 121 2.379 1.573 1.067 36 55
Berdasarkan tabel 3.2, tingkat pendidikan warga paling banyak adalah tamat SD/sederajat yaitu sebanyak 2.379 jiwa. Tingkat pendidikan paling sedikit adalah tamat akademi/sederajat yaitu sebanyak 36 jiwa. Jenis pekerjaan warga sanagat merata, mulai dari petani sampai peternak, bahkan pegawai negeri maupun swasta. Tabel 3.3 Karakteristik penduduk desa Linggasari berdasarkan mata pencaharian No.
Jenis Pekerjaan
1. Petani milik sendiri 2. Petani penggarap sawah 3. Buruh tani 4. Pengusaha sedang / besar 5. Buruh industri 6. Pengrajin / industri kecil 7. Buruh bangunan 8. Pedagang 9. Pengangkutan 10. PNS 11. ABRI 12. Pensiunan (PNS & ABRI) 13. Peternak Sumber : data monografi 2010
Jumlah orang
237 126 438 1 120 16 78 231 18 45 7 17 916
Berdasarkan tabel 3.3, jenis pekerjaan terbanyak adalah peternak sejumlah 916 jiwa. Jumlah buruh tani sebanyak 438 jiwa dan hanya ada 1 pengusaha sedang atau besar.
26
2. Inti Komunitas a. Demografik
Dusun 2 desa Linggasari membawahi RW 3 dan RW 4 dengan jumlah masing-masing-masing RT adalah 6. Tabel 3.4 Karakteristik RT dusun Linggasari berdasarkan jumlah KK No.
RW 3
Jumlah KK
RW 4
Jumlah KK
1. 2. 3. 4. 5. 6.
RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6
47 47 56 40 53 55
RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6
39 37 36 36 31 48
Jumlah
298
Jumlah
227
Berdasarkan tabel 3.4, jumlah KK keseluruhan di dusun Linggasari adalah 525 KK. Jumlah KK paling banyak di dusun Linggasari adalah 56 KK di RT 3 RW 3. Jumlah KK paling sedikit adalah RT 5 RW 4 dengan jumlah 31 KK.
4. Pasangan Usia Subur
Berdasarkan pengkajian, terdapat 89 PUS dari 159 KK dusun Linggasari. PUS yang menggunakan KB ada 61 orang. Jenis KB yang digunakan paling banyak adalah suntik yaitu 34 orang (55,74%). Penyebab beberapa PUS tidak menggunakan KB karena dilarang suami, faktor agama, tidak tahu dan lain-lain termasuk ingin mendapakan keturunan.
5. Ibu Hamil
Jumlah ibu hamil di dusun Linggasari dari hasil pengkajian ke 159 KK adalah 16 orang. Usia kehamilan bervariasi dari tr imester I sampai III. Tabel 3.5 Karakteristik ibu hamil dusun Linggaasri berdasarkan usia kehamilan (n=16) No. Pengobatan 6 bulan Jumlah Presentase Presentase 1. 2. 3.
I (0-3 bulan) II (4-6 bulan) III (7-9 bulan) Total
1 6 9 16
27
6,25% 37,5% 56,25% 100%
Berdasarkan tabel 3.5, didapatkan data bahwa paling banyak adalah ibu hasil dengan usia kehamilan pada trimester III yaitu 9 orang (56,25%). Kehamilan yang dialami sekarang rata-rata adalah kehamilan anak pertama dan kedua yaitu masing-masing 8 orang. Hanya terdapat 2 orang (12,5%) ibu hamil yang berusia diatas 35 tahun. Sisanya sejumlah 12 orang (75%) berusia antara 20-35 tahun ta hun dan 2 orang (12,5%) berusia dibawah 20 tahun. Semua ibu yang hamil mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT dan rutin memeriksakan kehamilannya, ada yang 3 kali sampai lebih dari 4 kali. Keluhan yang dirasakan ibu hamil bervariasi mulai dari lemah, letih, lesu, mual sampai muntah Tabel 3.6 Karakteristik ibu hamil berdasarkan penyakit/keluhan saat hamil (n=16) No. Keluhan Jumlah Presentase Presentase 1. 2. 3. 4. 5.
Lemah,letih,lesu Pusing Mual dan muntah Bengkak di kaki/tempat lain Lainnya Total
3 7 3 3
18,75% 43,75% 18,75% 18,75%
16
100%
Berdarakan tabel 3.6, didapatkan data bahwa paling banyak adalah ibu yang mengeluh pusing yaitu 7 orang (43,75%). Sebanyak 14 ibu hamil mengatakan bahwa sudah menyusun rencana persalinan di tempat bidan. Sedangkan untuk rencana KB, 10 orang (62,5%) ibu hamil sudah menentukan jenis KB yang akan digunakan. 6. Ibu Menyusui
Jumlah ibu menyusui di dusun Linggasari dari 159 KK yang dikaji adalah 26 orang (16,35%). Sebanyak 18 orang (69,23%) mengatakan bahwa memberikan ASI ekslusif pada anak. Alasan ibu tidak memberikan ASI ekslusif karena tidak tahu dan lain-lain termasuk ASI tidak keluar dengan lancar.
28
7. Balita
Jumlah balita di dusun Linggasari dari 159 KK yang dikaji adalah 42 balita (26,41%). Hanya terdapat 1 balita yang tidak mengikuti posyandu karena alasan tidak ada waktu. Pemberian imuniasi pada balita sesuai usia mencapai angka 100%. Kepemilikan KMS dari 42 balita, hanya ada 2 balita yang tidak memiliki karena pindah rumah dan sudah rusak.
8. Anak dan Remaja
Jumlah anak dan remaja di dusun Linggasari dari 159 KK yang dikaji adalah 93 orang (58,49%). Pembagian kelompok rentang usia anak dan remaja mulai dari 6-10 tahun, 11-15 tahun dan 16-21 tahun. Tabel 3.7 Karakteristik anak dusun Linggasari berdasarkan kelompok usia (n=93) No.
1. 2. 3.
Usia anak
Jumlah
Presentase
6-10 tahun 11-15 tahun 16-21 tahun
30 31 32
32,26% 33,33% 34,41%
Total
93
100%
Berdasarkan tabel, didapatkan data bahwa sebanyak 25 anak (26,88%) sudah bekerja. Kegiatan anak yang tidak bekerja adalah 27 anak (39,70%) megikuti kegiatan keagamaan, 3 anak (4,42%) olahraga, dan 38 anak (55,88%) lainnya termasuk ekstrakulikuler sekolah. Sebanyak 15 dari 93 anak sedang mengalami sakit. Sebanyak 13 KK mengatakan bahwa keluarga sudah membawa anak untuk berobat. Permasalahan remaja yang terjadi adalah 12 orang merokok dan 2 orang
alkohol.
Berkaitan
dengan
pengetahuan
tentang
kesehatan
reproduksi, dari 23 (71,87%) dari 32 remaja mengatakan belum mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Sedangkan berkaiatan dengan pengetahuan tentang kenalakan remaja, 12 (37,5%) dari 32 remaja mengatakan sudah mengetahui tentang kenalana remaja mulai dari merokok sampai membolos sekolah. Sebanyak 21 (65,62%) dari 32 remaja mengatakan belum mengetahui tentang peyakit HIV/AIDS.
29
9. Lanjut Usia (Lansia)
Jumlah lansia di dusun Linggasari dari 159 KK yang dikaji adalah 57 orang. Jenis penyakit yang terjadi pada lansia paling banyak adalah hipertensi yaitu 13 lansia (30,95%). Selain itu juga terdapat keluhan penyakit lain seperi rheumatik 9 orang (21,43%), TBC 3 orang (7,14%), jantung 2 orang (4,76%), dan lain sebagainya. Sebanyak 32 lansia (76,19%) mengatakan upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kesehatan adalah dengan berobat ke sarana kesehatan. Sebanyak 5 lansia (11,90%) mengtakan berobat sendiri, 2 lansia (4,77%) berobat ke non media, dan sebanyak 3 lansia (7,14%) lain-lain. Sebanyak 159 KK yang dikaji mengatakan belum ada posyandu lansia sehingga tidak ada kegiatan khusus berkaitan dengan kesehatan yang diadakan untuk lansia. Menurut bidan desa, di dusun Linggasari pernah terbentuk posyandu lansia dan beberapa kali aktif kegiatan sekitar tahun 2004. Namun dengan adanya PKD (Pos Kesehatan Desa), posyandu lansia sudah tidak berjalan lagi. Tidak adanya kegiatan lansia membuat 36 (63,16%) dari 57 lansia menggunakan waktu luang untuk berkebun, 2 lansia (3,51%) jalan-jalan, 5 lansia (8,77%) senam, dan 14 lansia (24,56%) lain-lain.
b. Nilai, Keyakinan, dan Agama
Hasil pengkajian pada 159 KK, didapatkan data seluruh warga dusun 2 beragama islam. Dusun 2 Desa Linggasari secara umum masih memegang teguh nilai-nilai kemasyarakatan seperti gorong-royong, silaturahmi, dan musyawarah. Setiap RT pada masing-masing RW mengadakan jadwal pertemuan rutin setiap bulannya. Pertemuan tersebut merupakan media silaturahmi warga, arisan, dan penyampaian informasi dari pemerintah desa maupun infromasi lainnya. Bentuk kerjasama dan rasa peduli antar warga diwujudkan dengan pengumpulan dana sosial yang dikumpulkan warga jika ada tetangga yang terkena musibah.
30
c. Profil Kesehatan
Jumlah warga yang memiliki riwayat ASMA dalam 1 tahun terakhir dari 159 KK yang dikaji adalah 19 warga (11,95%). Cara perawatan ISPA adalah dengan obat 17 orang (89,47%) dan lainnya sebanyak 2 orang (10,53%). Sebanyak 82 orang (51,57%) megnetahui tentang penyakit ASMA. Sebanyak 124 KK mengatakan bahwa terdapat anggota keluarga yang merokok dalam keluarga. Kaitannya dengan riwayat alergi, 51 KK mengatakan dala keluarga ada yang alergi. Jenis alergi terdiri dari alergi debu 19 orang (37,25%), dingin 5 orang (9,80%), makanan/minuman 18 oarang (35,29%), obat 3 orang (5,88%), dan alergi lainnya 6 orang (11,76%). Data profil kesehatan lain berdasarkan empat besar penyakit terbanyak di dusun Linggasari adalah sebagai berikut : 1. ISPA Riwayat kejadian ISPA dalam rumah tangga dari 159 KK yang dikaji adalah 104 orang (65,41%). Ada Tidak
Tidak 55 orang (34,49 %)
Ada 104 orang (65, 41 %)
Gambar 3.1 Distribusi keluarga berdasarkan kejadian ISPA dalam 1 tahun terahir (n=159) Waktu terjadinya ISPA dalam keluarga berbeda-beda yaitu 72 orang (69,23%) < 3 bulan yang lalu, 21 orang 3-6 bulan yang lalu, 7 orang (6,74%) 6 bulan yang lalu, dan 4 orang (> 6 bulan yang lalu. Riwayat pengetahuan ISPA dalam keluarga dari 159 KK yang dikaji adalah 131 KK tidak mengetahui tentang penyakit ISPA.
31
131 (82,39%) 150 100
28 (17,61%)
50 0
Benar
Salah
Pengetahuan ISPA Gambar 3.2 Distribusi keluarga berdasarkan pengetahuan tentang ISPA (n=159) Kebiasaan warga dalam menangani ISPA paling banyak adalah dengan pergi ke RS / Puskesmas yaitu sebanyak 74 orang dan yang menggunakan pengobatan herbal sebanyak 7 orang (6,74%). Sisanya, 21 orang (20,19%) berobat ke PKD / bidan / mantri, dan sebanyak 2 orang (1,92%) masuk dalam kategori lainnya. Salah satu faktor risiko terjadinya ISPA yang dikaji adalah kaitannya dnegan cara memasak. Berdasarkan pengkajian, sebanyak 109 KK (68,55%) memasak dengan menggunakan kompor gas dan masih terdapat 47 KK (29,56%) memasakan menggunakan tungku/pawon. 2. Hipertensi Angka kejadian hipertensi dari 159 KK yang dikaji, didapatkan sebanyak 47 orang dalam keluarga menderita hipertensi. Sebanyak 78 KK (49,06%) mengatakan mengetahui penyakit hipertensi. Penanganan anggota keluarga dengan hipertensi yang paling banyak dilakukan warga adalah dengan membawa ke RS/Puskesmas. Tindakan perawatan yang dilakukan oleh 33 orang (70,22%) adalah dengan minum obat, 3 orang (6,38%) olahraga, dan sisanya sebanyak 11 orang (23,40%) mengatasi hipertensi dengan konsumsi makanan seimbang. Data hasil pengkajian faktor risiko hipertensi adalah sebagai berikut : a. Sebanyak 117 KK (73,58%) mengatakan menggunakan garam ≤ 1 sdt dalam sekali masak.
32
b. Kaitannya penggunaan minyak jelantah, terdapat 10 warga (6,29%) yang setiap hari menggunakan minyak jelantah dan 86 orang (54,09%) kadang-kadang menggunakan minyak jelantah. c. Sebanyak 23 orang (14,47%) dari 159 KK yang dikaji mengatakan menggunakan kontrasepsi hormonal d. Terdapat 5 orang (3,14%) yang mengatakan mengkonsumsi minuman beralkohol e. Sebanyak 11 KK (6,92%) mengatakan setiap hari memiliki kebiasaan konsumsi makanan berlemak dan 138 KK (86,79%) kadang-kadang mengkonsumsi makanan berlemak. f. Sebanyak 127 KK (78,87%) mengatakan tidak melakukan pemeriksaan rutin tekanan darah ke fasilitas kesehatan g. Konsumsi kopi rutin setiap pagi dan sore dilakukan oleh 117 KK (73,58%) dari 159 KK yang dikaji. h. Sebanyak 19 KK (11,95%) dari 159 KK yang dikaji memiliki riwayat keluarga dengan DM atau gagal ginjal.
3. Diare
52 (32,70%)
diare tidak
107 (67,3%)
Gambar 3.3 Distribusi Angka Kejadian Diare pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) Berdasarkan gambar, terdapat 52 KK yang anggota keluarganya memiliki riwayat diare. Sebanyak 48 KK (30,19%) mengatakan belum mengetahui tentang penyakit diare. Pengobatan
33
diare menggunakan oralit hanya dilakukan oleh 53 orang (33,33%). Sebanyak 7 orang (4,4%) belum melakukan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta sebelum/sesudah diare.
4. TB ada riwayat 13% (20…
tidak ada riwayat 87% 139…
Gambar 3.4 Distribusi Riwayat Penyakit TB Paru pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n =159) Berdasarkan gambar, terdapat 20 orang (13%) dari 159 KK yang memiliki riwayat TB. Sejumlah 7 orang (35%) mengetahui tentang penyakit TB. Klasifikasi waktu kejadian TB paru antara < 3 bulan sampai > 6 bulan dapat dilihat pada gambar. 16 orang (80%)
20 15 10 5
4 orang (20%)
0 < 3 bulan yang lalu
3-6 bulan yang lalu
6 bulan yang lalu
> 6 bulan yang lalu
Kejadian TB
Gambar 3.5 Distribusi Waktu Kejadian TB Paru pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=20) Riwayat waktu kejadian TB paling banyak adalah > 6 bulan yang lalu yaitu 16 orang (80%). Data mengenai cara menangani TB adalah 19 orang (95%) ke RS/puskesmas dan 1 orang (5%) ke PKD/bidan/mantri desa. Sejumlah 2 orang (10%) dari 20 orang yang
34
memiliki riwayat TB, tidak menjalani pengobatan selama 6 bulan. Terdapat 4 orang (20%) yang mengalami riwayat putus obat.
3. Subsistem yang Mempengaruhi Komunitas a. Lingkungan
Keadaan masyarakat desa Linggasari khususnya dusun 2 secara umum ramah dan religius. Kualitas udara dusun 2 baik karena banyak sawah, pohon dan terletak jauh dari jalan raya utama. Sebagian besar warga menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih. Hanya ada beberapa warga yang memiliki kolam ikan di dekat rumah. Kolam ikan tersebut biasa digunakan sebagai jamban bagi rumah tangga yang tidak memiliki jamban pribadi. Batas antar RT dipisahkan oleh jalan kecil/gang. Kondisi perumahan warga sebagian besar terlalu rapat antara yang satu dengan yang lain. Berdasarkan hasil winsield survey (WS), masih ada kandang ternak yang terletak derdekatan dengan rumah warga. Hewan ternak yang dipelihara antara lain sapi, kambing, ayam, dan kelinci. Berdasarkan wawancara dengan kepala desa, kadus 2, dan ketua RW sudah ada upaya dari warga dan pemerintah desa untuk membangun kandang bersama yang berada di RT 1 RW 3. Kapasitas kandang antara 30-40 sapi. Namun sampai saat ini, belum ada yang menggunakan kandang tersebut. Berkaitan dengan kebersihan lingkungan, secara umum masingmasing rumah tangga mempunyai tempat sampah sementara yang terbuka. Proses pembuangan sampah biasa dilakukan di pekarangan rumah dengan membuat lubang lalu membakarnya. Satu lubang biasa digunakan oleh beberapa rumah tangga. Tidak jarang juga warga membuang sampah di selokan-selokan air yang berada di sekitar rumah atau sawah. Berdasarkan wawancara dengan kadus 2, sudah ada rencana program untuk mengelola sampah untuk mewujudkan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Namun realisasi rencana tersebut tidak dilakukan dalam waktu dekat dengan pertimbangan akan datangnya tahun baru hijriah dan sebagaian besar warga berfokus pada acara tersebut.
35
Kuisioner pengkajian permasalahan lingkungan difokuskan pada beberapa aspek yaitu pembuangan sampah, pembuangan limbah, kandang ternak, perumahan, kondisi kelembapan rumah, dan sumber air. 1) Pembuangan sampah a) Tempat pembuangan sampah 81.76%
130 8.80% 14 Sungai
4.40%
2.52%
7
4
Tempat sampah
Lainnya
2.52% 4 Sembarang tempat
Pekarangan
Gambar 3.6 Distribusi Tempat Pembuangan Sampah Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) b) Pemisahan sampah organik dan anorganik
86.79%
138 13.21% 21 Ada
Tidak ada
Gambar 3.7 Distribusi Pemisahan Sampah Rumah Tangga Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159)
36
c) Tempat Penampungan Sampah Sementara 26 (16,35%)
133 (83,65%)
Ada Tidak…
Gambar 3.8 Distribusi Kepemilikan Penampungan Sampah Sementara Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) d) Keadaan penampungan sampah sementara 32 (24,06)
Terbuka Tertutup 101 (75,94)
Gambar 3.9 Distribusi Keadaan Penampungan Sampah Sementara Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=133) e) Jarak pembuangan sampah 42
117
Dekat (<5m) Jauh (>5m)
Gambar 3.10 Distribusi Jarak Pembuangan Sampah Sampah dengan Rumah Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) 2) Pembuangan limbah
37
a) Kebiasaan BAB 60.38% 100 80 60
96
40 20
19.50%
20.12%
31
32
0 Jamban/WC
Sungai
Kolam
Gambar 3.11 Distribusi Kebiasaan Buang Air Besar Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) b) Kepemilikan Jamban 80 60 40
78
20 10
0 pribadi
8
umum
menumpang
Gambar 3.12 Distribusi Kepemilikan Jamban Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=96) c) Kepemilikan Septic Tank 61.46% 60 40
38.54% 59 37
20 0 Punya
Tidak punya
Gambar 3.13 Distribusi Kepemilikan Septic Tank Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=96)
38
d) Pembuangan limbah keluarga yang tidak memiliki septic tank
15 (40,54%) 22 (59,46%) Selokan Sungai
Gambar 3.14 Distribusi Pembuangan Limbah Warga yang tidak Memiliki Septic Tank pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=37) e) Pembuangan Air Limbah 70 35.85%
60 50
26.42%
40
21.38%
30 20
8.80% 1.89%
5.66%
42
3
9
57
34
14
Resapan
Sumur
Kolam
Sungai
Selokan
lainnya
10 0
Gambar 3.15 Distribusi Tempat Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) Berdasarkan gambar menunjukkan tempat pembuangan air limbah rumah tangga yang paling banyak dilakukan warga adalah sungai
yaitu
sebanyak
57
KK
(35,85%).
Kondisi
saluran
pembuangan dari 159 KK yang dikaji adalah 152 KK (95,60%) mengatakan lancar meskipun musim penghujan.
39
3) Kandang Ternak a) Kepemilikan Kandang Ternak
69 (43,40%)
punya Tidak punya
90 (56,60)
Gambar 3.16 Distribusi Kepemilikan Kandang Ternak pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) b) Letak kandang ternak 68.11% 50 40 30
47
20
20.29%
11.60%
10
14
8
0 Didalam rumah
Diluar rumah (<10 m)
Di luar rumah (>10m)
Gambar 3.17 Distribusi Letak Kandang Ternak pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=69) c) Pembersihan Kandang Ternak 50 55.93%
40 30
25.43%
20 10
5.08% 3
38
20
Tidak pernah
Setiap hari
2-4 hari sekali
6.78% 4
6.78% 4
0 5-7 hari Lebih dari sekali seminggu
Gambar 3.18 Distribusi Pembersihan Kandang Ternak pada Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=69)
40
4) Perumahan Tipe rumah di dusun Linggasari dari 159 KK yang dikaji adalah permanent yaitu sejumlah 108 orang (67,92%). Masih terdapat 10 KK (6,29%) dengan lantai rumah tanah dan 4 KK (2,51%) dengan lantai rumah papan. Pencahayaan rumah pada 85 KK (53,46%) adalah terang, namun masih terdapat 68 KK (42,77%) dengan pencahayaan remang-remang dan 6 KK (3,77%) dengan pencahayaan gelap. Jarak anatar rumah sayu dengan yang laindapat dilihat pada tabel 3.8. Tabel
3.8
No.
1. 2. 3.
Karakteristik rumah penduduk dusun Linggasari berdasarkan jarak rumah dengan tetangga (n=159) Jarak rumah
Jumlah
Presentase
Bersatu Dekat Terpisah ( >10 m)
26 16,35% 125 78,62% 8 5,03% Total 159 100% Berdarakan tabel 3.8, didapatkan data bahwa terdapat 125
rumah (78,62%) yang berdekatan dengan tetangga. Sejumlah 110 rumah (69,18%) memiliki halaman. Data lokasi halaman rumah adalah 84 rumah (76,36%) berada di depan, 12 rumah (10,91%) berada di samping dan 14 rumah (12,73%) berada di belakang. Data mengenai pemanfaatan lahan pekarangan dapat dilihat pada gambar.
70 60 50 40 30 20 10 0
38.36% 31.45% 15.72% 50
7.55% 12
Kebun
Kolam
25
61 6.92% 11
Kandang Lainnya
Tidak punya
Gambar 3.19 Distribusi Pemanfaatan Pekarangan Rumah Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159)
41
5) Kondisi kelembapan rumah warga 150 100
104 orang 65,41% 16 orang 10,06%
50
39 orang 24,53%
0 Sejuk
Panas
Lembap
Gambar 3.20 Distribusi Kondisi Kelembapan Rumah Warga Dusun Linggasari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas (n=159) 6) Sumber Air Sumber air warga dusun Linggasari dari 159 KK yang dikaji apaling banyak adalah sumur yaitu 149 rumah (93,71%). Sebanyak 35 KK (22,01%) mengtakan tempat penampungan air dalam kondisi terbuka. Hanya terdapat 1 KK (0,63%) dengan kondisi air yang berwarna, namun sisanya sebanyak 159 KK (99,37%) air dalam kondisi bersih. Terdapat 1 KK (0,63%) yang ada jentik nyamuk dalam penampungan air.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdekat di wilayah dusun 2 yaitu Pos Kesehatan Desa (PKD), posyandu balita, dan praktik swasta bidan desa. Posyandu balita terbagi menjadi 2 tempat, yaitu posyandu RW 3 yang berada di rumah warga RT 3 dan RW 4 yang berada di rumah warga RT 1. Posyandu balita dilaksanakan sebulan sekali yaitu senin minggu kedua pada RW 3 dan rabu minggu ketiga pada RW 4. PKD terletak di lingkungan Balai Desa sedangkan praktik bidan desa terletak di sebelah utara Balai Desa. Selain menggunakan fasilitas kesehatan terdekat, sebagian besar warga biasa berobat ke Puskesmas yang terletak kurang lebih 1-2 km dari wilayah dusun 2. Hasil pengkajian pada 159 KK menunjukkan bahwa sebanyak 100 keluarga memiliki kebiasaan berobat ke Puskesmas bila sakit. Ada juga warga yang biasa berobat ke dokter praktik atau mantri desa. Jaminan
42
kesehatan terbanyak yang dimiliki warga dusun 2 adalah jamkesmas yaitu sebanyak 119 keluarga dari 159 KK yang dikaji. Berdasarkan hasil pengkajian pada 159 KK dan wawancara dengan warga beserta tokoh masyarakat, saat ini belum tersedia posyandu yang secara khusus berfokus pada kesehatan lansia.
c. Ekonomi
Sebagian besar pekerjaan warga dusun 2 adalah buruh. Sebanyak 99 dari 159 KK yang dikaji memiliki penghasilan rata-rata perbulan kurang dari Rp 1.000.000,00. Banyak dari warga dusun 2 khususnya yang berada di RW 3 bekerja melipat kertas pembungkus roti dengan sistem pengerjaan di rumah-rumah warga. Pekerjaan tersebut biasa dilakukan oleh ibu-ibu. Karakeristik pekerjaan warga dusun Linggasari dalap dilihat pada tabel 3.9. Tabel 3.9 Distribusi penduduk Linggasari berdasarkan karakteristik pekerjaan (n=159) No. Pekerjaan Jumlah Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pedagang Petani Buruh PNS Wiraswasta Swasta Lain-lain
20 19 92 6 4 17 1 159
Total
12,58% 11,95 % 57,86 % 3,77 % 2,52 % 10,69 % 0,63 % 100 %
d. Transportasi dan Keamanan
Alat transportasi yang terdapat di dusun 2 terbagi menjadi transportasi umum dan pribadi. Alat transportasi pribadi yang dimiliki warga berupa sepeda maupun sepeda motor. Sedangkan alat transportasi umum yang digunakan berupa angkutan desa. Aspek keamanan tidak hanya keamanan dari tindakan kriminal, juga keamanan lingkungan dengan memperhatikan sanitasi dan limbah. Keamanan dari tindakan kriminal didukung dengan adanya kegiatan jaga malam (ronda). Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan saat perkumpulan RT 4, ronda
43
dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Kaitannya keamanan lingkungan dari limbah, sebagian besar warga memiliki kebiasaan membuang sampah dipekarangan dan kemudian membakarnya.
e. Politik dan Pemerintahan
Sistem pemerintahan dusun 2 diketuai oleh seorang kepala dusun yang secara administratif membawahi RW 3 dan RW 4. Masing-masing RW membawahi 6 RT yang setiap bulan rutin mengadakan pertemuan RT. Setiap RT diketuai oleh ketua RT yang merupakan warga RT bersangkutan dan dipilih musyawarah oleh warga. Jadwal pertemuan rutin setiap RT dapat dilihat pada tabel 3.10. Tabel 3.10 Karakteristik RT dusun Linggasari berdasarkan jadwal pertemuan (n=12) No.
RW3
Jadwal pertemuan
RW4
Jadwal pertemuan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6
Malam 1 Malam 26 Malam 2 Malam 25 Malam 26 Malam 2
RT 1 RT 2 RT 3 RT 4 RT 5 RT 6
Malam 25 Malam 21 Malam 14 Malam 26 Malam 5 Malam 1
Berkaitan bidang politik, warga dusun 2 ada yang menjadi kader partai politik, namun sebagian besar warga tidak fanatik dengan partai politik tertentu. Berdasarkan wawancara dengan kepala dusun 2, situasi dan kondisi politik secara umum kondusif dan tidak pernah terjadi halhal yang meresahkan masyarakat.
f. Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan warga secara umum adalah terbuka dan demokratis diwujudkan dalam musyawarah. Bahasa seharihari yang digunakan oleh warga adalah bahasa jawa Banyumasan dan terkadang juga bahasa Indonesia. Hubungan antar warga terjalin dengan baik dan dekat antar tetangga. Media penyampaian informasi warga dusun 2 melalui perkumpulan rutin RT setiap bulan. Selain menjadi media arisan warga, dalam pertemuan tersebut juga disampaikan
44
berbagai informasi berkaitan dengan desa secara umum maupun RT secara khusus. Untuk informasi kegiatan mendadak yang harus disampaikan ke warga seperti kegiatan yang tidak direncanakan sebelumnya, proses penyampaian informasi biasanya menggunakan spekaer musola atau masjid yang ada.
g. Pendidikan
Fasilitas pendidikan formal yang ada di dusun 2 adalah SDN 1 Linggaasari dan TK Pertiwi yang berada dekat dengan Balai Desa. Tingkat pendidikan sebagian besar warga adalah tamat SD/sederajat. Fasilitas pendidikan informal adalah pendidikan agama yang biasa dilaksanakan pada sore hari di rumah salah seorang tokoh agama di dusun Linggasari.
h. Rekreasi
Sarana rekreasi atau hiburan yang dipilih warga disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi. Berdasarkan wawancara dengan ketua RW, tempat rekreasi yang biasa dikunjungi antara lain Wabong, Baturraden, Cilacap dan lain-lain. Rekreasi ke tempat wisata tersebut biasanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu misalnya saat libur panjang dan hari besar. Selain itu, televisi yang secara umum dimiliki warga merupakan sarana hiburan setiap harinya.
4. Persepsi
Persepsi tokoh masyarakat tentang kesehatan, dalam hal ini diwakili oleh ibu kepala desa yang beranggapan bahwa kesehatan sangatlah penting. Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kesehatan adalah mengenai sulitnya merubah perilaku masyarakat. Hal yang menjadi perhatian berkaitan dengan kebiasaan membuang sampah yang tidak baik dan letak kandang yang berdekatan dengan rumah warga.
45
B. ANALISA DATA
Tabel 3.11 Analisa data pengkajian komunitas dusun Linggasari No.
Data
Problem
1.
1. 230 balita datang ke puskesmas dengan keluhan ISPA berdasarkan data puskesmas Kembaran pada bulan September 2012 2. Terdapat 907 kasus ISPA di desa Linggasari tahun 2011 berdasarkan data puskesmas Kembaran pada tahun 2011 3. 104 orang (65,41 %) menderita ISPA 1 tahun terakhir di dusun Linggasari berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 4. 131 KK (82,39%) belum memahami tentang ISPA 5. Kepemilikan kandang ternak sebanyak 69 KK (43,40%) 6. Letak kandang ternak yang berada didalam rumah 8 orang (11,60%), diluar rumah <10m 47 orang (68,11%), dan diluar rumah > 10m 14 orang (20,29%) 7. Rumah warga yang dekat dengan sumber polusi 86 warga (54,09%) dan 100% sumber polusi adalah kandang ternak
Tingginya Lingkungan kasus ISPA yang tidak di dusun sehat linggasari
2.
1. Terdapat 2 balita yang dikatakan bawah garis merah (BGM) di RW 3 (Sumber : Buku Laporan Bulanan Bulan Oktober 2012 Posyandu) 2. Terdapat 5 Balita di RW 4 mengalami penurunan berat badan (Sumber : Buku kunjungan posyandu Bulan Oktober 2012 Posyandu mekarsari IV) 3. Jumlah kunjungan balita ke posyandu belum 100 %, menurun setiap bulannya 4. Angka kunjungan posyandu balita bulan Oktober di RW 03 sebanyak 58 dari 78 balita 5. Jumlah kunjungan posyandu balita di RW 4 sebanyak 46 balita dari jumlah keseluruhan 60 balita (Buku Bulanan Posyandu dan SIP posyandu RW 03 dan 04 dusun Linggasari)
Risiko penurunan derajat kesehatan balita di Dusun Linggasari
46
Etiologi
Kurangnya perilaku yang mendukung kesehatan balita
6. sebanyak 8 Ibu (30,77%) tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 8 orang (30,77%) berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 7. 50 % Pengetahuan ibu dalam memberikan ASI eksklusif kurang berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 3.
1. sebanyak 12 remaja (37,5 %) merokok berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 2. 20 remaja (62,5%) belum memahami tentang kenakalan remaja berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 3. sebanyak 23 remaja (71,87%) belum memahami tentang kesehatan reproduksi berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 4. sebanyak 21 remaja (65,62%) belum memahami tentang HIV-AIDS
Risiko Penurunan terjadinya perilaku kenakalan sehat remaja di dusun linggasari
4.
1. Jumlah lansia desa linggasari berdasarkan survei sebanyak 57 dari 159 KK (35,85%) 2. 42 dari 57 lansia (73,68%) lansia yang memiliki keluhan kesehatan berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 3. Berdasarkan pengkajian 100 % tidak terdapat posyandu lansia 4. Keluhan penyakit yang banyak dialami lansia adalah Hipertensi orang (30,95%), Rheumatik / Artritis 9 orang (21,43%), Asma 5 orang (11,90%), TBC 3 orang (7,14%), jantung 2 orang (4,76%), DM 1 orang (2,38%), liver 1 orang (2,38%)
Penurunan derajat kesehatan lansia
Kurangnya pelayanan kesehatan lansia di Linggasari
5.
1. 47 orang (29,56%) menderita hipertensi berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 2. sebanyak 78 orang (49,06%) masyarakat belum mengetahui mengenai hipertensi berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 3. sebanyak 33 penderita (70,22%) merawat dirinya dengan obat,
Risiko peningkatan angka kejadian hipertensi di dusun linggasari
Pola hidup yang tidak sehat
47
penderita yang merawat dengan olah raga 3 orang (6,38%), merawat dengan konsumsi makanan seimbang sebanyak 11 orang (23,40%). berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 4. 95 orang (59,75%) masyarakat tidak pernah melakukan olah raga berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 5. 86 orang (54,09%) sering menggunakan minyak jelantah berdasarkan hasil survei ners UNSOED tahun 2012 6.
1. 8,80% warga membuang sampah di sungai, 81,76% di pekarangan, 2,52% di sembarang tempat, 2,40 % di tempat sampah 2. 86,79% belum ada pemisahan sampah organik dan anorganik 3. Sudah ada tempat penampungan sampah semenrata (83,65%) namun kondisinya terbuka (75,94%). 4. Jarak pembuangan sampah dekat dengan rumah (73,58%). 5. Kebiasaan BAB di jamban/WC (60,38%), sungai (19,50%), kolam (20,12%). 6. Kepemilikan septic tank (61,46%) dari 96 warga. 7. Pembuangan limbah masyarakat yg tidak mempunyai septic tank : selokan (59,46%), sungai (40,54%). 8. Pembuangan air limbah dengan cara resapan (26,42%), sungai (35,85%), selokan (21,38%). 9. Angka kejadian diare di Desa Linggasari pada tahun 2011 sebanyak 92 kasus (puskesmas, 2011). 10. Kejadian diare 1 tahun terakhir di dusun linggasari dari hasil pengkajian sebanyak 52 orang (32,70%) 11. SPM diare 100% 12. Kepemilikan kandang ternak sebanyak 69 orang (43,40%) 13. Letak kandang ternak yang berada didalam rumah 8 orang (11,60%),
48
Risiko terjadinya peningkatan kasus penyakit di dusun linggasari
Lingkungan yang tidak sehat
diluar rumah <10m 47 orang (68,11%), dan diluar rumah > 10m 14 orang (20,29%) 14. Rumah warga yang dekat dengan sumber polusi 86 warga (54,09%) dan 100% sumber polusi adalah kandang ternak 15. Pemanfaatan pekarangan untuk kandang (15,72%) 16. Pembersihan kandang ternak : tidak pernah (5,08%), setiap hari (55,93%) 17. Sudah ada kandang bersama namun belum ada pemilik ternak yang mau menempati 7.
1. Riwayat dan kejadian TB 20 orang Risiko (12,58%) peningkatan 2. kejadian <3 bulan sebanyak 4 orang kasus TB (20 %) dan kejadian >6 bulan paru sebanyak 16 orang (80%) 3. masyarakat tidak tahu tentang TB sebanyak 13 orang (65 %) 4. rumah warga 39 orang (24,53%) kondisinya lembap 5. masyarakat memiliki kandang ternak 69 orang (43,40%)
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Tingginya kasus ISPA di dusun Linggasari b.d lingkungan yang tidak sehat 2. Risiko penurunan derajat kesehatan balita di dusun Linggasari b.d kurangnya perilaku yang mendukung kesehatan balita 3. Risiko terjadinya kenakalan remaja di dusun Linggasari b.d penurunan perilaku sehat 4. Penurunan derajat kesehatan lansia di dusun Linggasari b.d kurangnya pelayanan kesehatan lansia di Linggasari 5. Risiko peningkatan angka kejadian hipertensi di dusun Linggasari b.d pola hidup yang tidak sehat 6. Risiko terjadinya peningkatan kasus penyakit di dusun Linggasari b.d lingkungan yang tidak sehat 49
7. Risiko peningkatan kasus TB paru di dusun Linggasari b.d kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB
D. PERUMUSAN PRIORITAS MASALAH
Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan kriteria penapisan keperawatan komunitas sesuai tabel 3.12. Tabel 3.12 Kriteria penapisan penentuan prioritas diagnosa keperawatan komunitas dusun Linggasari KRITERIA PENAPISAN Dx. a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
Jumlah
1.
4
3
4
3
3
5
4
3
5
4
4
3
45
2.
4
4
3
3
5
5
3
3
3
4
4
4
45
3.
4
4
4
4
5
4
3
3
3
3
3
3
43
4.
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
54
5.
5
5
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
52
6.
4
3
5
3
3
3
4
4
4
4
3
3
43
7.
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
44
Skore antara rentang 1-5 dengan skala 0 paling rendah, dan 5 paling tinggi. Keterangan : a. Sesuai dengan peran perawat komunitas b. Jumlah yang berisiko c. Besarnya resiko d. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan e. Minat masyarakat f. Kemungkinan untuk diatasi g. Sesuai program pemerintah h. Sumber daya tempat i. Sumber daya waktu j. Sumber daya dana k. Sumber l. Sumber daya manusia Berdasarkan tabel 3.12, diagnosa keperawatan komunitas di dusun linggasari berdasarkan skala prioritas adalah Penurunan derajat kesehatan lansia berhubungan dengan kurangnya pelayanan kesehatan lansia di Linggasari dan Risiko peningkatan angka kejadian hipertensi di dusun linggasari b.d pola hidup yang tidak sehat.
50
E. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 3.13 Perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa masalah komunitas dusun Linggasari No.
Dx.
Tujuan
Sasaran
1.
Tinggin Setelah dilakukan ya asuhan keperawatan kasus selama 7 minggu ISPA di diharapkan kasus ISPA Dusun di dusun Linggasari Linggas dapat menurun ari Jangka Pendek berhubu Diharapkan masyarakat ngan mampu: dengan a. Mengidentifikasai lingkun masalah ISPA gan b. Mengatasi masalah yang ISPA tidak c. Meningkatkan sehat kesehatan dan mencegah terjadinya ISPA
2.
Risiko Setelah dilakukan Masyara penurun asuhan keperawatan kat dusun an selama 7 minggu Linggasa derajat diharapkan terjadi ri yang kesehat peningkatan angka memiliki an kunjungan posyandu balita balita di balita Dusun Jangka pendek: Linggas Diharapkan masyarakat ari b.d : kurangn a. Mampu
Strategi
Masyara Pendidikan kat dusun kesehatan Linggasa dan ri penyuluhan
Pendididkan kesehatan Kemitraan Pemberdaya an
Evaluasi Rencana Hari/tgl Tempat Evaluator Kegiatan Kriteria Standar Penyuluhan ISPA 11, 13, Di Verbal a. Masyarakat mampu - Ketua RT dan cara cuci 15, 19 rumah menjelaskan - Mahasiswa tangan yang baik Novem warga pengertian dan profesi ners dan benar pada ber tanda-tanda ISPA perkumpulan RT 2012 b. Masyarakat mampu menjelaskan cara mencegah dan mengatasi ISPA Psiko c. Masyarakat mampu motor mempraktekan cara cuci tangan yang baik dan benar d. Masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih
a. Penyuluhan mengenai gizi balita dan ASI eksklusif b. Bekerjasama dengan kader posyandu balita untuk koordinasi tempat dan waktu kegiatan
12 Novem ber 2012 dan 21 Novem ber 2012
Posyan du Mekar Sari III dan Iv
Verbal
a. Masyarakat mampu - Puskesmas/ menyebutkan Bidan desa pentingnya - Kader posyandu balita posyandu b. Masyarakat mampu - Mahasiswa menyebutkan jenis profesi ners makanan bergizi dan pentingnya ASI eksklusif bagi balita c. Masyarakat mampu
51
ya meningkatkan perilaku kesehatan balita yang b. Mau membawa balita menduk rutin ke posyandu ung kesehat an balita
3.
Penuru Setelah dilakukan nan tindakan keperawatan derajat selama 7 minggu kesehat diharapkan masyarakat an mampu meningkatkan lansia derajat kesehatan lansia berhubu Jangka pendek: ngan Kembali aktifnya dengan posyandu lansia di kurangn dusun Linggasari ya pelayan an kesehat an lansia
posyandu c. Pemberian PMT bersama dari mahasiswa dan kader posyandu balita
Lansia di dusun Linggasa ri
Kemitraan Proses kelompok Pendidikan kesehatan Pemberdaya an
a. Koordinasi 10, bidan desa, 17,24 puskesmas, Novem kader posyandu ber, 1 lansia tentang Desem kegiatan yang ber. akan dilakukan b. Mengumpulkan lansia untuk mengikuti kegiatan c. Penyuluhan penyakit hipertensi, reumatik, dan jantung koroner
52
Psiko motor
Balai desa Lingga sari
Verbal
Psiko motor
memodifikasi jenis makanan yang bergizi bagi balita d. Masyarakat mau mengikuti kegiatan posyandu balta secara rutin e. Tidak ada balita yang mengalami penurunan berat badan ata berada pada status BGM f. Kondisi balita tercatat dalam kondisi sehat dan tidak mengalami penurunan gizi a. Masyarakat dan lansia mampu mengenal dan menyebutkan masalah kesehatan lansia sesuai isi penyuluhan b. Terdapat perwakilan setiap RT dalam kegiatan lansia yang diadakan c. Masyarakat dan lansia mampu mengaktifkan kembali posyandu
- Puskesmas/ Bidan desa - Kepala desa/ perangkat desa - Kader posyandu lansia - Mahasiswa profesi ners
ya meningkatkan perilaku kesehatan balita yang b. Mau membawa balita menduk rutin ke posyandu ung kesehat an balita
3.
Penuru Setelah dilakukan nan tindakan keperawatan derajat selama 7 minggu kesehat diharapkan masyarakat an mampu meningkatkan lansia derajat kesehatan lansia berhubu Jangka pendek: ngan Kembali aktifnya dengan posyandu lansia di kurangn dusun Linggasari ya pelayan an kesehat an lansia
posyandu c. Pemberian PMT bersama dari mahasiswa dan kader posyandu balita
Lansia di dusun Linggasa ri
Kemitraan Proses kelompok Pendidikan kesehatan Pemberdaya an
a. Koordinasi 10, bidan desa, 17,24 puskesmas, Novem kader posyandu ber, 1 lansia tentang Desem kegiatan yang ber. akan dilakukan b. Mengumpulkan lansia untuk mengikuti kegiatan c. Penyuluhan penyakit hipertensi, reumatik, dan jantung koroner
Psiko motor
Balai desa Lingga sari
Verbal
Psiko motor
memodifikasi jenis makanan yang bergizi bagi balita d. Masyarakat mau mengikuti kegiatan posyandu balta secara rutin e. Tidak ada balita yang mengalami penurunan berat badan ata berada pada status BGM f. Kondisi balita tercatat dalam kondisi sehat dan tidak mengalami penurunan gizi a. Masyarakat dan lansia mampu mengenal dan menyebutkan masalah kesehatan lansia sesuai isi penyuluhan b. Terdapat perwakilan setiap RT dalam kegiatan lansia yang diadakan c. Masyarakat dan lansia mampu mengaktifkan kembali posyandu
- Puskesmas/ Bidan desa - Kepala desa/ perangkat desa - Kader posyandu lansia - Mahasiswa profesi ners
52
di Linggas ari
4.
Risiko peningk atan angka kejadia n hiperten si di dusun linggas ari b.d pola hidup yang tidak sehat
d. Pemeriksaan kesehatan dan senam bersama e. Memfasilitasi pembentukan kader lansia f. Melakukan pelatihan pada lansia dan kader lansia berada di depan sebagai role model serta ikut membimbing lansia yang lain Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 minggu diharapkan lansia mampu melakukan perawatan dan pencegahan hipertensi Jangka pendek: Setelah dilakukan tindakan keperawatan: a. Lansia mengenal maslaah hipertensi b. Lansia mampu melakukan pola hidup bersih dan sehat
Lansia dengan hipertens i,
Kemitraan Pendidikan kesehatan Proses kelompok
a. Kerjasama 17 dengan desa Novem untuk ber penyediaan 2012 tempat b. Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan penyuluhan hipertensi c. Senam lansia bersama
53
lansia yang sudah lama tidak aktif d. Masyarakat dan lansia mampu merencanakan kegiatan bagi lansia
Balai desa Lingga sari
Verbal
Psiko motor
a. Lansia mampu - Puskesmas/ menjelaskan bidan desa pengertian, - Kepala penyebab, tanda desa/ gejala dan perangkat perawatan desa hipertensi - Mahasiswa b. Lansia profesi ners memeriksakan tekanan darah dan pengukuran berat badan c. Lansia mampu mengikuti senam lansia bersama
di Linggas ari
4.
Risiko peningk atan angka kejadia n hiperten si di dusun linggas ari b.d pola hidup yang tidak sehat
d. Pemeriksaan kesehatan dan senam bersama e. Memfasilitasi pembentukan kader lansia f. Melakukan pelatihan pada lansia dan kader lansia berada di depan sebagai role model serta ikut membimbing lansia yang lain Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 minggu diharapkan lansia mampu melakukan perawatan dan pencegahan hipertensi Jangka pendek: Setelah dilakukan tindakan keperawatan: a. Lansia mengenal maslaah hipertensi b. Lansia mampu melakukan pola hidup bersih dan sehat
Lansia dengan hipertens i,
Kemitraan Pendidikan kesehatan Proses kelompok
lansia yang sudah lama tidak aktif d. Masyarakat dan lansia mampu merencanakan kegiatan bagi lansia
a. Kerjasama 17 dengan desa Novem untuk ber penyediaan 2012 tempat b. Melakukan pemeriksaan tekanan darah dan penyuluhan hipertensi c. Senam lansia bersama
Balai desa Lingga sari
Verbal
Psiko motor
a. Lansia mampu - Puskesmas/ menjelaskan bidan desa pengertian, - Kepala penyebab, tanda desa/ gejala dan perangkat perawatan desa hipertensi - Mahasiswa b. Lansia profesi ners memeriksakan tekanan darah dan pengukuran berat badan c. Lansia mampu mengikuti senam lansia bersama
53
5.
6.
Risiko Setelah dilakukan terjadin asuhan keperawatan ya selama 7 minggu kenakal diharapkan remaja an memahami tentang remaja bentuk kenakalan di remaja dan terhidar dusun dari kenakalan tersebut linggas Jangka pendek: ari setelah dilakukan berhubu tindakan keperawatan ngan diharapkan remaja dengan mampu : penurun a. Mengenal bentuk an kenakalan remaja perilaku b. Melaksanakan/meng sehat aplikasikan pola hidup sehat dan tidak melakukan kenakalan remaja
Remaja dusun linggasar i
Risiko terjadin ya peningk atan kasus penyaki t di dusun
Masyara kat desa Linggasa ri, Ketua RT , Tokoh Masyara kat, pemilik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 minggu diharapkan tidak terjadi peningkatan kasus penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat Jangka pendek:
Kemitraan
Proses kelompok
Pendidikan kesehatan
Pemberdaya an
Pendidikan kesehatan
a. Kerjasama 13 dengan irmala Novem (ikatan remaja ber masjid dan 2012 musola) untuk mengumpulkan remaja b. Kerjasama dengan desa dalam penyediaan tempat kegiatan c. Penyuluhan NAPZA dan kenakalan remaja disertai kesehatan reproduksi d. Menjadikan remaja yang mengikuti penyuluhan sebagai role model
Aula Balaide sa Lingga sari
Verbal
a. Remaja mampu - Kepala mengenal masalah desa/ NAPZA dan perangkat kenakalan remaja desa b. Remaja mampu - Mahasiswa menjelaskan profesi ners kembali tentang kesehatan reproduksi c. Remaja mampu merencanakan kegiatan positif bagi remaja (olahraga)
a. Penyuluhan PHBS b. Penyuluhan pengelolaan sampah c. Memotivasi warga masyarakat untuk
Perku mpulan warga
Respo n verbal
a. 75% warga mampu - Kepala menyebutkan desa/ tentang 10 indikator perangkat PHBS rumah desa tangga - Puskesmas b. 75% warga mampu - Mahasiswa menyebutkan cara profesi ners pengelolaan sampah di
54
Setiap perkum pulan RT
5.
6.
Risiko Setelah dilakukan terjadin asuhan keperawatan ya selama 7 minggu kenakal diharapkan remaja an memahami tentang remaja bentuk kenakalan di remaja dan terhidar dusun dari kenakalan tersebut linggas Jangka pendek: ari setelah dilakukan berhubu tindakan keperawatan ngan diharapkan remaja dengan mampu : penurun a. Mengenal bentuk an kenakalan remaja perilaku b. Melaksanakan/meng sehat aplikasikan pola hidup sehat dan tidak melakukan kenakalan remaja
Remaja dusun linggasar i
Risiko terjadin ya peningk atan kasus penyaki t di dusun
Masyara kat desa Linggasa ri, Ketua RT , Tokoh Masyara kat, pemilik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7 minggu diharapkan tidak terjadi peningkatan kasus penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat Jangka pendek:
Kemitraan
Proses kelompok
Pendidikan kesehatan
Pemberdaya an
Pendidikan kesehatan
a. Kerjasama 13 dengan irmala Novem (ikatan remaja ber masjid dan 2012 musola) untuk mengumpulkan remaja b. Kerjasama dengan desa dalam penyediaan tempat kegiatan c. Penyuluhan NAPZA dan kenakalan remaja disertai kesehatan reproduksi d. Menjadikan remaja yang mengikuti penyuluhan sebagai role model
Aula Balaide sa Lingga sari
Verbal
a. Remaja mampu - Kepala mengenal masalah desa/ NAPZA dan perangkat kenakalan remaja desa b. Remaja mampu - Mahasiswa menjelaskan profesi ners kembali tentang kesehatan reproduksi c. Remaja mampu merencanakan kegiatan positif bagi remaja (olahraga)
a. Penyuluhan PHBS b. Penyuluhan pengelolaan sampah c. Memotivasi warga masyarakat untuk
Perku mpulan warga
Respo n verbal
a. 75% warga mampu - Kepala menyebutkan desa/ tentang 10 indikator perangkat PHBS rumah desa tangga - Puskesmas b. 75% warga mampu - Mahasiswa menyebutkan cara profesi ners pengelolaan sampah di
Setiap perkum pulan RT
54
linggas a. Terjadi peningkatan ari b.d pengetahuan lingkun masyarakat tentang gan penyakit akibat yang lingkungan yang tidak tidak sehat sehat b. Warga masyarakat termotivasi ikut mencegah terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat c. Terjadi peningkatan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan d. Warga masyarakat berpartisipasi dengan lembaga lintas sektoral dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan e. Warga masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga
kandang ternak
Proses Kelompok
Pemberdaya an
Kemitraan
senantiasa menjaga kebersihan diri dan menghindar dari faktor pencetus terjadinya penyakit d. Melibatkan ketua RT sebagai support group untuk selalu menerapkan hidup bersih e. Melibatkan Ketua RT untuk mengadakan kerja bakti di lingkungan f. Mengadakan lomba RT sehat g. Bekerja sama dengan Puskesma untuk menentukan indikator lomba RT sehat h. Bekerjasama dengan perangkat desa
55
Psiko motor
pemukiman c. Setiap RT melakukan kegiatan kebersihan
linggas a. Terjadi peningkatan ari b.d pengetahuan lingkun masyarakat tentang gan penyakit akibat yang lingkungan yang tidak tidak sehat sehat b. Warga masyarakat termotivasi ikut mencegah terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat c. Terjadi peningkatan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan d. Warga masyarakat berpartisipasi dengan lembaga lintas sektoral dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan e. Warga masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga
kandang ternak
Proses Kelompok
Pemberdaya an
Kemitraan
senantiasa menjaga kebersihan diri dan menghindar dari faktor pencetus terjadinya penyakit d. Melibatkan ketua RT sebagai support group untuk selalu menerapkan hidup bersih e. Melibatkan Ketua RT untuk mengadakan kerja bakti di lingkungan f. Mengadakan lomba RT sehat g. Bekerja sama dengan Puskesma untuk menentukan indikator lomba RT sehat h. Bekerjasama dengan perangkat desa
Psiko motor
pemukiman c. Setiap RT melakukan kegiatan kebersihan
55
7.
Risiko peningk atan kasus TB paru bd kurangn ya pengeta huan masyar akat tentang TB
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 minggu diharapkan tidak terjadi peningkatan kasus TB paru di Dusun Linggasari Tujuan Khusus: a. Terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru b. Terjadi peningkatan kemampuan tentang cara mencegah dan merawat penderita TB paru
Seluruh Kemitraan warga masyarak at linggassa ri Pendidikan kesehatan
untuk melakukan penjurian dalam lomba RT sehat i. Bekerja sama dengan Puskesmas untuk mengawasi pelasanaan PHBS rumah tangga warga Dusun Linggasari a. Kerjasama dengan Puskesmas untuk mendata penderita TB paru di dusun Linggasari b. Penyuluhan tentang TB paru c. Memotivasi warga untuk menjaga kebersihan diri guna menghindarkan dari faktor pencetus penyakit TB
56
Seluruh warga masyar akat linggas sari
Pendidi kan kesehat an
Verbal
Psiko motor
a. Masyarakat mampu - Kepala menyebutkan desa/ pengetian, faktor perangkat risiko dan cara desa perawatan TB paru - Puskesmas/ b. Terdapat warga Bidan desa yang melakukan - Mahasiswa pemeriksaan dahak profesi ners ke puskesmas atau RS
7.
Risiko peningk atan kasus TB paru bd kurangn ya pengeta huan masyar akat tentang TB
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 4 minggu diharapkan tidak terjadi peningkatan kasus TB paru di Dusun Linggasari Tujuan Khusus: a. Terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru b. Terjadi peningkatan kemampuan tentang cara mencegah dan merawat penderita TB paru
Seluruh Kemitraan warga masyarak at linggassa ri Pendidikan kesehatan
untuk melakukan penjurian dalam lomba RT sehat i. Bekerja sama dengan Puskesmas untuk mengawasi pelasanaan PHBS rumah tangga warga Dusun Linggasari a. Kerjasama dengan Puskesmas untuk mendata penderita TB paru di dusun Linggasari b. Penyuluhan tentang TB paru c. Memotivasi warga untuk menjaga kebersihan diri guna menghindarkan dari faktor pencetus penyakit TB
Seluruh warga masyar akat linggas sari
Pendidi kan kesehat an
Verbal
Psiko motor
a. Masyarakat mampu - Kepala menyebutkan desa/ pengetian, faktor perangkat risiko dan cara desa perawatan TB paru - Puskesmas/ b. Terdapat warga Bidan desa yang melakukan - Mahasiswa pemeriksaan dahak profesi ners ke puskesmas atau RS
56
Proses kelompok
Pemberdaya an
Paru d. Memotivasi keluarga berisiko untuk melakukan pemeriksaan dahak e. Melibatkan keluarga sebagai support group untuk selalu mengawasi anggota keluarga yang sakit TB paru (menjadi PMO)
F. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 3.14 Implementasi rencana asuhan keperawatan komunitas dusu n Linggasari No.
1.
Dx. Kegiatan Keperawatan Tingginya kasus a. Penyuluhan ISPA di pertemuan a Jumlah peserta ISPA di Dusun arisan ibu-ibu dasawisma RT a. RT 03/03:17 orang Linggasari b. Kegiatan penyuluhan dilakukan b. RT 01/04:26 orang berhubungan sebanyak 5 kali c. RT 06/03:15 orang dengan c. Waktu : d. RT 01/03:20 orang lingkungan yang Tanggal 11-19 November 2012 e. RT 04/03:26 orang tidak sehat d. Tempat : Rumah ibu RT b Hasil yang dicapai: a. Proses
57
Evaluasi
Proses kelompok
Pemberdaya an
Paru d. Memotivasi keluarga berisiko untuk melakukan pemeriksaan dahak e. Melibatkan keluarga sebagai support group untuk selalu mengawasi anggota keluarga yang sakit TB paru (menjadi PMO)
F. IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Tabel 3.14 Implementasi rencana asuhan keperawatan komunitas dusu n Linggasari No.
1.
Dx. Kegiatan Keperawatan Tingginya kasus a. Penyuluhan ISPA di pertemuan a Jumlah peserta ISPA di Dusun arisan ibu-ibu dasawisma RT a. RT 03/03:17 orang Linggasari b. Kegiatan penyuluhan dilakukan b. RT 01/04:26 orang berhubungan sebanyak 5 kali c. RT 06/03:15 orang dengan c. Waktu : d. RT 01/03:20 orang lingkungan yang Tanggal 11-19 November 2012 e. RT 04/03:26 orang tidak sehat d. Tempat : Rumah ibu RT b Hasil yang dicapai: a. Proses
Evaluasi
57
Penyuluhan tentang ISPA berlangsung selama 20 menit, diawali dengan apersepsi dan penyampaian materi tentang ISPA. Dilanjutkan dengan diskusi dan penyampaian kesimpulan
b. Hasil Ibu-ibu cukup antusias dengan materi yang dipaparkan; ibu-ibu mampu menjawab pertanyaan evaluasi yang diberikan penyaji Suasana saat penyuluhan cukup kondusif Ibu-ibu mampu menjelaskan kembali pengertian penyakit ISPA dan cara mencegahnya 2.
Risiko penurunan Penyuluhan Gizi Balita dan ASI a. Jumlah Balita yang hadir di Posyandu Mekar Sari III mencapai 59 anak, dan di derajat kesehatan Eksklusif; Pemberian PMT Posyandu Mekar sari IV sebanyak 49 anak . balita di Dusun a. Waktu: b. Hasil yang dicapai: Linggasari b.d a. Proses Senin, 12 November 2012, penurunan jumlah Pukul 09.30 WIB Penyuluhan tentang Gizi Balita dan ASI Eksklusif berlangsung selama 20 kunjungan ke Rabu, 21 November 2012, menit, diawali dengan apersepsi dan penyampaian materi tentang Gizi posyandu dan Pukul 09.30 WIB Balita dan ASI Eksklusif. Dilanjutkan dengan diskusi dan penyampaian pemberian ASI b. Tempat : kesimpulan Eksklusif tidak Posyandu Mekar Sari III, b. Hasil 100 % Dusun Linggasari Rw 03 Respon dan antusiasme dari peserta cukup baik dilihat dari pertanyaan yang Posyandu Mekar Sari IV, diajukan Dusun Linggasari Rw 04 Ada beberapa peserta yang kurang memperhatikan saat berlangsungnya penyuluhan karena repot dengan balita 60 % mampu menjawab pertanyaan yang diberikan Ada sebagian peserta yang sibuk mengurusi balita yang rewel c. Kondisinya ramai, sehingga kurang kondusif.
3.
Penurunan derajat kesehatan lansia
a.
Kegiatan senam lansia. 1. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan : Dilakukan sebanyak 4 kali. a. Penyluhan rematik :
58
Penyuluhan tentang ISPA berlangsung selama 20 menit, diawali dengan apersepsi dan penyampaian materi tentang ISPA. Dilanjutkan dengan diskusi dan penyampaian kesimpulan
b. Hasil Ibu-ibu cukup antusias dengan materi yang dipaparkan; ibu-ibu mampu menjawab pertanyaan evaluasi yang diberikan penyaji Suasana saat penyuluhan cukup kondusif Ibu-ibu mampu menjelaskan kembali pengertian penyakit ISPA dan cara mencegahnya 2.
Risiko penurunan Penyuluhan Gizi Balita dan ASI a. Jumlah Balita yang hadir di Posyandu Mekar Sari III mencapai 59 anak, dan di derajat kesehatan Eksklusif; Pemberian PMT Posyandu Mekar sari IV sebanyak 49 anak . balita di Dusun a. Waktu: b. Hasil yang dicapai: Linggasari b.d a. Proses Senin, 12 November 2012, penurunan jumlah Pukul 09.30 WIB Penyuluhan tentang Gizi Balita dan ASI Eksklusif berlangsung selama 20 kunjungan ke Rabu, 21 November 2012, menit, diawali dengan apersepsi dan penyampaian materi tentang Gizi posyandu dan Pukul 09.30 WIB Balita dan ASI Eksklusif. Dilanjutkan dengan diskusi dan penyampaian pemberian ASI b. Tempat : kesimpulan Eksklusif tidak Posyandu Mekar Sari III, b. Hasil 100 % Dusun Linggasari Rw 03 Respon dan antusiasme dari peserta cukup baik dilihat dari pertanyaan yang Posyandu Mekar Sari IV, diajukan Dusun Linggasari Rw 04 Ada beberapa peserta yang kurang memperhatikan saat berlangsungnya penyuluhan karena repot dengan balita 60 % mampu menjawab pertanyaan yang diberikan Ada sebagian peserta yang sibuk mengurusi balita yang rewel c. Kondisinya ramai, sehingga kurang kondusif.
3.
Penurunan derajat kesehatan lansia
a.
Kegiatan senam lansia. 1. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan : Dilakukan sebanyak 4 kali. a. Penyluhan rematik :
58
berhubungan dengan tidak adanya posyandu lansia. b.
c.
d. e.
Dilakukan setiap hari sabtu b. Penyuluhan jantung koroner : (10,17,24 November dan 1 c. Senam lansia : Desember 2012). Waktu : d. Jalan sehat : 16.30 WIB. 2. Hasil yang dicapai : Penyuluhan rematik . a. Proses : dilakukan pada tanggal 10 Penyuluhan tentang rematik dan jantung koroner dilakukan selama 30 Novemeber 2012. menit, dengan diawali penyuluh menggali pengetahuan lansia tentang Penyuluhan jantung rematik dan jantung koroner. Kemudian penyuluh memberikan materi koroner,dilakukan pada tentang rematik dan jantung koroner yang sesuai dengan SAP. Dilanjutkan tanggal 1 Desember 2012,jam diskusi dan memberikan kesimpulan. 16.00 WIB. Kegiatan senam lansia diawali dengan diberikan penyuluhan terlebih Jalan sehat. Dilakukan pada dahulu, setelah diberikan penyuluhan peserta melakukan senam lansia tanggal 2 Desember 2012. dengan diajarkan terlebih dahuu gerakan-gerakan senam kemudian Tempat : balai desa mengikuti instruktur senam yang didepan dengan diiringi musik. Setelah Linggasari senam selesai peserta dianjurkan untuk istirahat. Kegiatan jalan sehat dimulai dengan senam sehat terlebih dahulu, kemudian semua peserta berbaris digaris start dib alai desa linggasari. Kemudian peserta berjalan sesuai dengan rute yang ditentukan panitia dan dikawal dengan tim keamanan dan finish dibalai desa Linggasari dan kegiatan ini diakhiri dengan pembagian doorprize. b. Hasil : 1) Penyuluhan rematik dan jantung koroner: Selama penyuluhan kesehata lansia cukup antusias dan diskusi berjalan dengan baik dan lancar. Selama proses diskusi peserta antusias memberikan pertanyaan : apa bedanya rematik sama asam urat?, makanan apa yang tidak boleh dimakan oleh penderita rematik?, kenapa darah tinggi bisa menyebabkan sakit jantung? Lansia mampu memahami pengertian,penyebab,tanda dan gejala serta cara merawat pasien rematik dan jantung koroner.
59
berhubungan dengan tidak adanya posyandu lansia. b.
c.
d. e.
Dilakukan setiap hari sabtu b. Penyuluhan jantung koroner : (10,17,24 November dan 1 c. Senam lansia : Desember 2012). Waktu : d. Jalan sehat : 16.30 WIB. 2. Hasil yang dicapai : Penyuluhan rematik . a. Proses : dilakukan pada tanggal 10 Penyuluhan tentang rematik dan jantung koroner dilakukan selama 30 Novemeber 2012. menit, dengan diawali penyuluh menggali pengetahuan lansia tentang Penyuluhan jantung rematik dan jantung koroner. Kemudian penyuluh memberikan materi koroner,dilakukan pada tentang rematik dan jantung koroner yang sesuai dengan SAP. Dilanjutkan tanggal 1 Desember 2012,jam diskusi dan memberikan kesimpulan. 16.00 WIB. Kegiatan senam lansia diawali dengan diberikan penyuluhan terlebih Jalan sehat. Dilakukan pada dahulu, setelah diberikan penyuluhan peserta melakukan senam lansia tanggal 2 Desember 2012. dengan diajarkan terlebih dahuu gerakan-gerakan senam kemudian Tempat : balai desa mengikuti instruktur senam yang didepan dengan diiringi musik. Setelah Linggasari senam selesai peserta dianjurkan untuk istirahat. Kegiatan jalan sehat dimulai dengan senam sehat terlebih dahulu, kemudian semua peserta berbaris digaris start dib alai desa linggasari. Kemudian peserta berjalan sesuai dengan rute yang ditentukan panitia dan dikawal dengan tim keamanan dan finish dibalai desa Linggasari dan kegiatan ini diakhiri dengan pembagian doorprize. b. Hasil : 1) Penyuluhan rematik dan jantung koroner: Selama penyuluhan kesehata lansia cukup antusias dan diskusi berjalan dengan baik dan lancar. Selama proses diskusi peserta antusias memberikan pertanyaan : apa bedanya rematik sama asam urat?, makanan apa yang tidak boleh dimakan oleh penderita rematik?, kenapa darah tinggi bisa menyebabkan sakit jantung? Lansia mampu memahami pengertian,penyebab,tanda dan gejala serta cara merawat pasien rematik dan jantung koroner.
59
Selama proses penyuluhan berlangsung 70 % pasien mampu menjawab pertanyaan pada saat evaluasi.
2) Senam lansia Selama kegiatan senam lansia,peserta cukup semangat untuk mengikuti senam lansia dan kegiatan senam berjalan dengan lancar. Selama kegiatan senam lansia masih ada beberapa lansia belum mampu mengikuti gerakan yang sesuai intruktur,peserta masih ada yang bingung. Namun peserta dapat diarahkan oleh fasilitator (mahasiswa) sehingga peserta dapat mengikuti gerakannya. 3) Jalan sehat Kegiatan jalan sehat berlangsung sangat meriah karena masyarakat dusun Linggasari dan dusun karang miri sangat antusias untuk mengikuti kegiatan jalan sehat ini. Karena peserta yang datang bukan dari kalangan lansia saja,anak-anak,bapa-bapak,ibu-ibu sampai remaja ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Kegiatan jalan sehat ini berjalan dengan lancar dan meriah karena akhir dari kegiatan ini adanya doorprize,sehingga masyarakat sangat antusias dan meriah. 4.
Resiko a. Penyuluhan hipertensi, peningkatan dilakukan pada tanggal 24 angka kejadian November 2012 dibalai desa hipertensi di Linggasari. dusun linggasari b. Pemeriksaan tekanan darah b.d gaya hidup dilakukan Dilakukan setiap yang tidak sehat. hari sabtu (10,17,24 November dan 1 Desember 2012).
a. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan ± 35 peserta. b. Hasil yang dicapai : a. Proses : Penyuluhan tentang hipertensi berlangsung selama ± 30 menit, sebelum penyuluhan dilakukan, peserta melakukan pemeriksaan tekanan darah dan berat badan. Setelah itu, penyuluh menggali pengetahuan lansia tentang hipertensi. Kemudian penyuluh memberikan semua materi mulai dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala tentang hipertensi. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. b. Hasil :
60
Selama proses penyuluhan berlangsung 70 % pasien mampu menjawab pertanyaan pada saat evaluasi.
2) Senam lansia Selama kegiatan senam lansia,peserta cukup semangat untuk mengikuti senam lansia dan kegiatan senam berjalan dengan lancar. Selama kegiatan senam lansia masih ada beberapa lansia belum mampu mengikuti gerakan yang sesuai intruktur,peserta masih ada yang bingung. Namun peserta dapat diarahkan oleh fasilitator (mahasiswa) sehingga peserta dapat mengikuti gerakannya. 3) Jalan sehat Kegiatan jalan sehat berlangsung sangat meriah karena masyarakat dusun Linggasari dan dusun karang miri sangat antusias untuk mengikuti kegiatan jalan sehat ini. Karena peserta yang datang bukan dari kalangan lansia saja,anak-anak,bapa-bapak,ibu-ibu sampai remaja ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Kegiatan jalan sehat ini berjalan dengan lancar dan meriah karena akhir dari kegiatan ini adanya doorprize,sehingga masyarakat sangat antusias dan meriah. 4.
Resiko a. Penyuluhan hipertensi, peningkatan dilakukan pada tanggal 24 angka kejadian November 2012 dibalai desa hipertensi di Linggasari. dusun linggasari b. Pemeriksaan tekanan darah b.d gaya hidup dilakukan Dilakukan setiap yang tidak sehat. hari sabtu (10,17,24 November dan 1 Desember 2012).
a. Jumlah peserta yang hadir dalam penyuluhan ± 35 peserta. b. Hasil yang dicapai : a. Proses : Penyuluhan tentang hipertensi berlangsung selama ± 30 menit, sebelum penyuluhan dilakukan, peserta melakukan pemeriksaan tekanan darah dan berat badan. Setelah itu, penyuluh menggali pengetahuan lansia tentang hipertensi. Kemudian penyuluh memberikan semua materi mulai dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala tentang hipertensi. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. b. Hasil :
60
5.
Selama penyuluhan kesehatan berlangsung peserta penyuluhan cukup antusias dengan penyuluhan yang diberikan. Peserta cukup antusias dengan memberikan pertanyaan kepada penyuluh. Lansia juga sudah mampu mengerti pengertian,penyebab dan tanda gejala hipertensi. Sebanyak 70 % peserta mampu menjawab pertanyaan pada saat evaluasi.
Risiko terjadinya a. Penyuluhan kesehatan tentang a. Jumlah peserta : peningkatan pengelolaan sampah a. RT 3/ 4 = 18 orang kasus penyakit di 1) RT 3 RW 4 tanggal 17 b. RT 2/3 = 29 orang dusun linggasari November 2012 pukul c. RT 2/3 = 32 orang berhubungan 20.30 d. RT 4/3 = 30 orang dengan 2) RT 2 RW 3 tanggal 25 e. RT 5/3 = 38 orang lingkungan yang November 2012 pukul f. RT 2/4 = 23 orang tidak sehat 16.00 WIB b. Hasil yang dicapai : b. Sosialisasi PHBS a. Proses : 1) RT 2 RW 3 tanggal 28 1) Penyuluhan tentang pengelolaan sampah dan PHBS masing-maisng November 2012 pukul berlangsung selama 25 menit, diawali dengan apersepsi dan 20.30 penyampaian materi tentang pengelolaan sampah. Dilanjutkan dengan 2) RT 4 RW 3 tanggal 24 diskusi dan penyampaian kesimpulan November 2012 pukul 2) Lomba RT sehat dimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat di 20.30 pertemuan RT dan pemberitahuan berupa surat edaran, selanjutnya 3) RT 5 RW 3 tanggal 25 dilakukan penilaian pada hari Rabu, 28 November 2012 dan hasil November 2012 pukul pemenang lomba diumumkan pada tanggal 2 Desember 2012 20.30 b. Hasil 4) RT 2 RW 4 tanggal 20 1) Selama penyuluhan kesehatan berlangsung peserta cukup antusis dan November 2012 pukul diskusi berjalan dengan baik. Pada setiap penyuluhan ada pertanyaan 20.30 yang muncul dari perserta. 2) Warga Dusun Linggasari antusias dan berpartisipasi mengikuti lomba c. Lomba RT sehat RT sehat, terlihat dari banyaknya RT yang melakukan kerja bakti 1) Sosialisasi tanggal 17-25 maupun pembersihan pekarangan rumah masing-masing. Lingkungan
61
5.
Selama penyuluhan kesehatan berlangsung peserta penyuluhan cukup antusias dengan penyuluhan yang diberikan. Peserta cukup antusias dengan memberikan pertanyaan kepada penyuluh. Lansia juga sudah mampu mengerti pengertian,penyebab dan tanda gejala hipertensi. Sebanyak 70 % peserta mampu menjawab pertanyaan pada saat evaluasi.
Risiko terjadinya a. Penyuluhan kesehatan tentang a. Jumlah peserta : peningkatan pengelolaan sampah a. RT 3/ 4 = 18 orang kasus penyakit di 1) RT 3 RW 4 tanggal 17 b. RT 2/3 = 29 orang dusun linggasari November 2012 pukul c. RT 2/3 = 32 orang berhubungan 20.30 d. RT 4/3 = 30 orang dengan 2) RT 2 RW 3 tanggal 25 e. RT 5/3 = 38 orang lingkungan yang November 2012 pukul f. RT 2/4 = 23 orang tidak sehat 16.00 WIB b. Hasil yang dicapai : b. Sosialisasi PHBS a. Proses : 1) RT 2 RW 3 tanggal 28 1) Penyuluhan tentang pengelolaan sampah dan PHBS masing-maisng November 2012 pukul berlangsung selama 25 menit, diawali dengan apersepsi dan 20.30 penyampaian materi tentang pengelolaan sampah. Dilanjutkan dengan 2) RT 4 RW 3 tanggal 24 diskusi dan penyampaian kesimpulan November 2012 pukul 2) Lomba RT sehat dimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat di 20.30 pertemuan RT dan pemberitahuan berupa surat edaran, selanjutnya 3) RT 5 RW 3 tanggal 25 dilakukan penilaian pada hari Rabu, 28 November 2012 dan hasil November 2012 pukul pemenang lomba diumumkan pada tanggal 2 Desember 2012 20.30 b. Hasil 4) RT 2 RW 4 tanggal 20 1) Selama penyuluhan kesehatan berlangsung peserta cukup antusis dan November 2012 pukul diskusi berjalan dengan baik. Pada setiap penyuluhan ada pertanyaan 20.30 yang muncul dari perserta. 2) Warga Dusun Linggasari antusias dan berpartisipasi mengikuti lomba c. Lomba RT sehat RT sehat, terlihat dari banyaknya RT yang melakukan kerja bakti 1) Sosialisasi tanggal 17-25 maupun pembersihan pekarangan rumah masing-masing. Lingkungan
61
November 2012 2) Penilaian tanggal 27-28 November 2012 3) Pengumuman pemenang tanggal 2 Desember 2012
tampak lebih bersih dari hari-hari biasa. Pemenang lomba RT sehat adalah RT 4 RW 3.
6.
Risiko peningkatan kasus TB paru bd kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB
Penyuluhan penyakit TB a. Proses 1) RT 2 RW 3 tanggal 14 Secara umum penyuluhan TB paru berlangsung selama 25 menit. November 2012 pukul 16.45 Penyuluhan diawali dengan apersepsi, dilanjutkan penyampaian materi, 2) RT 4 RW 4 tanggal 15 diskusi, dan diakhiri dengan evaluasi. November 2012 pukul 17.00 b. Hasil 3) RT 1 RW 4 tanggal 24 Selama proses berlangsung, peserta antusias dan 75% peserta dapat November 2012 pukul 16.45 menjawab pertanyaan pada saat evaluasi.
7.
Risiko terjadinya kenakalan remaja di dusun linggasari b.d penurunan perilaku sehat
Penyuluhan/sosialisasi NAPZA a. Jumlah peserta : 15 orang dan kesehatan reproduksi tanggal b. Hasil yang dicapai : 13 November 2012 pukul 20.00 1) Proses : WIB. Penyuluhan tentang NAPZA dan kesehatan reproduksi berlangsung selama 20 menit, diawali dengan apersepsi dan penyampaian materi tentang NAPZA dan kesehatan reproduksi. Dilanjutkan dengan diskusi dan penyampaian kesimpulan. Selama proses penyuluhan juga dilakukan donor darah oleh PMI. 2) Hasil Selama penyuluhan berlangsung peserta cukup antusias dan diskusi berjalan, pada saat penyuluhan ada pertanyaan yang muncul dari perserta. Peserta yang mengikuti penyuuhan bersedia menjadi role model remaja yang lain.
62
November 2012 2) Penilaian tanggal 27-28 November 2012 3) Pengumuman pemenang tanggal 2 Desember 2012
tampak lebih bersih dari hari-hari biasa. Pemenang lomba RT sehat adalah RT 4 RW 3.
6.
Risiko peningkatan kasus TB paru bd kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB
Penyuluhan penyakit TB a. Proses 1) RT 2 RW 3 tanggal 14 Secara umum penyuluhan TB paru berlangsung selama 25 menit. November 2012 pukul 16.45 Penyuluhan diawali dengan apersepsi, dilanjutkan penyampaian materi, 2) RT 4 RW 4 tanggal 15 diskusi, dan diakhiri dengan evaluasi. November 2012 pukul 17.00 b. Hasil 3) RT 1 RW 4 tanggal 24 Selama proses berlangsung, peserta antusias dan 75% peserta dapat November 2012 pukul 16.45 menjawab pertanyaan pada saat evaluasi.
7.
Risiko terjadinya kenakalan remaja di dusun linggasari b.d penurunan perilaku sehat
Penyuluhan/sosialisasi NAPZA a. Jumlah peserta : 15 orang dan kesehatan reproduksi tanggal b. Hasil yang dicapai : 13 November 2012 pukul 20.00 1) Proses : WIB. Penyuluhan tentang NAPZA dan kesehatan reproduksi berlangsung selama 20 menit, diawali dengan apersepsi dan penyampaian materi tentang NAPZA dan kesehatan reproduksi. Dilanjutkan dengan diskusi dan penyampaian kesimpulan. Selama proses penyuluhan juga dilakukan donor darah oleh PMI. 2) Hasil Selama penyuluhan berlangsung peserta cukup antusias dan diskusi berjalan, pada saat penyuluhan ada pertanyaan yang muncul dari perserta. Peserta yang mengikuti penyuuhan bersedia menjadi role model remaja yang lain.
62
G. EVALUASI
Proses evaluasi akhir pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah dalam MMD II yang dilakukan pada tanggal 6 Desember 2012 pukul 20.00 WIB bertempat di rumah mantan kepala desa dengan dihadiri kepala desa, tokoh masyarakat, bidan desa, ketua RT, kader posyandu lansia dan balit a serta perwakilan masyarakat. Hasil dari MMD II adalah rencana tindak lanjut 4 pokja yaitu sebagai berikut : 1. Pokja Lansia a. Melanjutkan kegiatan Posyandu Lansia b. Legalisasi Posyandu lansia c. Pelatihan kader Posyandu Lansia d. Kerjasama dengan Puskesmas untuk upaya pengobatan 2. Pokja KIA a. Perekrutan kader Posyandu Balita b. Pelatihan Posyandu Balita c. Pendampingan oleh pihak terkait
G. EVALUASI
Proses evaluasi akhir pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah dalam MMD II yang dilakukan pada tanggal 6 Desember 2012 pukul 20.00 WIB bertempat di rumah mantan kepala desa dengan dihadiri kepala desa, tokoh masyarakat, bidan desa, ketua RT, kader posyandu lansia dan balit a serta perwakilan masyarakat. Hasil dari MMD II adalah rencana tindak lanjut 4 pokja yaitu sebagai berikut : 1. Pokja Lansia a. Melanjutkan kegiatan Posyandu Lansia b. Legalisasi Posyandu lansia c. Pelatihan kader Posyandu Lansia d. Kerjasama dengan Puskesmas untuk upaya pengobatan 2. Pokja KIA a. Perekrutan kader Posyandu Balita b. Pelatihan Posyandu Balita c. Pendampingan oleh pihak terkait 3. Pokja Remaja a. Mengaktifkan kembali perkumpulan remaja dengan kegiatan positif seperti olahraga dan kegiatan keagamaan b. Menjadikan remaja yang mengikuti penyuluhan untuk menjadi contoh (role model ) bagi remaja yang lain 4. Pokja Lingkungan a. Kegiatan jangka pendek : 1) Sosialisasi pemilahan sampah organik dan anorganik dalam rumah tangga 2) Lokalisasi ternak sapi dan sosialisasi kepada pemilik kandang sapi tentang kandang bersama b. Kegiatan jangka panjang dengan pembuatan TPA (tempat pembuangan akhir) dan pengadaan gerobak sampah bekerjasama dengan dinas cipta karya kabupaten.
63
BAB IV PEMBAHASAN
A. POKJA KIA Tabel 4.1 Analisa SWOT pokja KIA dusun Linggasari
Internal
Eksternal
Peluang
Kekuatan 1. Mahasiswa pernah menjalani stase maternitas dan anak sehingga memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah KIA 2. Tersediannya materi dan media untuk penyuluhan 3. Memiliki data jadwal rutin pertemuan ibu-ibu dan posyandu 4. Memiliki data permasalahan KIA di dusun Linggasari 5. Adanya ijin dari pihak desa untuk mengadakan kegiatan di dusun Linggasari
Kelemahan 1. Media yang kurang maksimal 2. Tidak adanya pre test dan post test saat penyuluhan dikarenakan suasana yang kurang kondusif 3. Kurangnya kemampuan untuk mengkondisikan saat pelaksanaan ppenyuluhan
1. Adanya dukungan dari bidan desa, 1. Menyusun bahan sosialisasi ISPA, 1. Menjadikan masyarakat sadar akan perangkat desa dan masyarakat tentang Gizi Balita dan ASI Eksklusif kesehatan dan penanggulangan terlaksananya program penyuluhan 2. Kerjasama dengan kader posyandu penyakit 2. Adanya jadwal rutin pertemuan ibudan memberdayakan kader serta 2. Memberikan motivasi untuk ibu RT 2x setiap bulan perkumpulan ibu-ibu untuk memperhatikan kesehatan balita 3. Sudah tebentuk posyandu di masingmelaksanakan kegiatan dengan bahasa yang mudah
64
masing RW, yaitu Posyandu Mekar 3. Melakukan sosialisasi ISPA, Gizi dipahami Sari III dan Posyandu Mekar sari IV Balita dan ASI Eksklusif pada saat 3. Memberdayakan masyarakat dan 4. Masyarakat antusias mengikuti pertemuan ibu-ibu kader posyandu untuk ikut kegiatan 4. Pembagian PMT yang bervariasi mengkondisikan saat pelaksanaan kegiatan Ancaman
1. Tingginya kasus ISPA di Dusun Linggasari 2. Masyakat kurang memperhatikan pola hidup sehat 3. Tidak semua ibu-ibu mengikuti pertemuan 4. Tidak semua ibu membawa balita ke posyandu 5. Suasana kurang kondusif karena balita yang rewel dan tidak betah ketika diberi penyuluhan 6. Ibu-Ibu dari balita tidak bisa dikumpulkan secara bersamaan karena balita rewel menginginkan cepat pulang
Memberikan penyuluhan materi susai Masyarakat bertahan dengan kondisi dengan masalah dan kondisi yang ada kurang memperhatikan kesehatan pada saat pertemuan ibu-ibu balita dan pola hidup sehat sehingga meningkatkan risiko terjadinya permasalahan kesehatan baik
65
masing RW, yaitu Posyandu Mekar 3. Melakukan sosialisasi ISPA, Gizi dipahami Sari III dan Posyandu Mekar sari IV Balita dan ASI Eksklusif pada saat 3. Memberdayakan masyarakat dan 4. Masyarakat antusias mengikuti pertemuan ibu-ibu kader posyandu untuk ikut kegiatan 4. Pembagian PMT yang bervariasi mengkondisikan saat pelaksanaan kegiatan Ancaman
1. Tingginya kasus ISPA di Dusun Linggasari 2. Masyakat kurang memperhatikan pola hidup sehat 3. Tidak semua ibu-ibu mengikuti pertemuan 4. Tidak semua ibu membawa balita ke posyandu 5. Suasana kurang kondusif karena balita yang rewel dan tidak betah ketika diberi penyuluhan 6. Ibu-Ibu dari balita tidak bisa dikumpulkan secara bersamaan karena balita rewel menginginkan cepat pulang
Memberikan penyuluhan materi susai Masyarakat bertahan dengan kondisi dengan masalah dan kondisi yang ada kurang memperhatikan kesehatan pada saat pertemuan ibu-ibu balita dan pola hidup sehat sehingga meningkatkan risiko terjadinya permasalahan kesehatan baik
65
B. POKJA REMAJA Tabel 4.2 Analisa SWOT pokja remaja dusun Linggasari
Internal
Eksternal
Kekuatan Kelemahan 1. Adanya komitmen bersama antar 1. Setiap anggota kelompok anggota kelompok untuk memiliki tanggung jawab di melaksanakan kegiatan remaja pokja yang lain 2. Adanya materi dan media tentang 2. Terbatasnya anggota kelompok NAPZA, kesehatan reproduksi, dan sehingga kemampuan untuk kenakalan remaja mengumpulkan remaja kurang 3. Adanya data mengenai permsalahan remaja
Peluang
1. Sudah terbentuk irmala (ikatan remaja 1. Menyusun bahan sosialisasi bahaya masjid dan musola) di dusun Linggasari NAPZA, kesehatan reproduksi dan 2. Adanya kegiatan mengaji setiap sore hari kenakalan remaja 3. Sejalan dengan tujuan orang tua dan 2. Melakukan sosialisasi NAPZA, masyarakat secara keseluruhan kesehatan reproduksi, dan 4. Adanya rencana kegiatan donor darah di kenakalan remaja secara langsung balai desa saat donor darah di balai desa 5. Belum pernah ada sosialisasi bahaya 3. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk NAPZA, kesehatan reproduksi dan pemutaran film agar lebih menarik kenakalan remaja remaja
Memberikan penyuluhan pada remaja yang hadir dan menjadikan menjadi role model bagi remaja yang lain
Ancaman
1. Menentukan penilaian masyarakat terhadap keberadaan remaja di Linggasari 2. Remaja kurang dapat di kumpulkan karena ada yang sudah bekerja dan
Bertahan dengan kondisi akan berpengaruh pada kualitas/ penilaian masyarakat terhadap remaja di dusun Linggasari dan meningkatkan risiko peningkatan
Menjadikan remaja yang telah mengikuti sosialisasi untuk menjadi role model karena tidak semua remaja datang pada kegiatan
66
B. POKJA REMAJA Tabel 4.2 Analisa SWOT pokja remaja dusun Linggasari
Kekuatan Kelemahan 1. Adanya komitmen bersama antar 1. Setiap anggota kelompok anggota kelompok untuk memiliki tanggung jawab di melaksanakan kegiatan remaja pokja yang lain 2. Adanya materi dan media tentang 2. Terbatasnya anggota kelompok NAPZA, kesehatan reproduksi, dan sehingga kemampuan untuk kenakalan remaja mengumpulkan remaja kurang 3. Adanya data mengenai permsalahan remaja
Internal
Eksternal
Peluang
1. Sudah terbentuk irmala (ikatan remaja 1. Menyusun bahan sosialisasi bahaya masjid dan musola) di dusun Linggasari NAPZA, kesehatan reproduksi dan 2. Adanya kegiatan mengaji setiap sore hari kenakalan remaja 3. Sejalan dengan tujuan orang tua dan 2. Melakukan sosialisasi NAPZA, masyarakat secara keseluruhan kesehatan reproduksi, dan 4. Adanya rencana kegiatan donor darah di kenakalan remaja secara langsung balai desa saat donor darah di balai desa 5. Belum pernah ada sosialisasi bahaya 3. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk NAPZA, kesehatan reproduksi dan pemutaran film agar lebih menarik kenakalan remaja remaja
Memberikan penyuluhan pada remaja yang hadir dan menjadikan menjadi role model bagi remaja yang lain
Ancaman
1. Menentukan penilaian masyarakat terhadap keberadaan remaja di Linggasari 2. Remaja kurang dapat di kumpulkan karena ada yang sudah bekerja dan
Bertahan dengan kondisi akan berpengaruh pada kualitas/ penilaian masyarakat terhadap remaja di dusun Linggasari dan meningkatkan risiko peningkatan
Menjadikan remaja yang telah mengikuti sosialisasi untuk menjadi role model karena tidak semua remaja datang pada kegiatan
66
memiliki kegiatan lain 3. Observasi kuisioner permasalahan remaja sebanyak12 orang (37,5%) konsumsi rokok, dan konsumsi alkohol sebanyak 2 orang (6,25%)
angka kenakalan remaja akibat kurangnya pegnetahuan dan kontrol dari masyarakat
C. POKJA LINGKUNGAN
Tabel 4.3 Analisa SWOT pokja lingkungan dusun Linggasari Kekuatan
Kelemahan
1. Adanya komitmen bersama untuk 1. Setiap anggota kelompok memiliki melaksanakan kegiatan pokja lingkungan tanggung jawab di pokja lain 2. Adanya data megnenai permasalah 2. Jumlah anggota kelompok yang lingkungan di dusun Linggasari terbatas sehingga tidak mampu Internal 3. Adanya materi dan media tentang mengikuti pertemuan RT yang lingkungan, khususnya PHBS dan jadwalnya bersamaan pengelolaan sampah 3. Media yang digunakan kurang 4. Adanya dukungan dari pihak terkait maksimal karena hanya menggunakan Eksternal untuk pelaksanaan kegiatan lingkungan lembar balik dan leaflet saja, sehingga 5. Adanya data jadwal pertemuan rutin RT kurang menarik bagi para peserta 4. Materi penyuluhan yang diberikan kurang optimal karena pertemuan yang terlalu malam sehingga Peluang 1. Sudah ada perkumpulan rutin di 1. Mengadakan sosialisasi tentang 1. Membagi rata anggota kelompok setiap RT pengelolaan sampah dan PHBS untuk memberikan penyuluhan 2. Warga masyarakat antusias 2. Mengadakan sosialisasi tentang adanya dalam setiap perkumpulan RT dengan kegiatan yang diadakan kandang bersama bagi pemilik ternak 2. Memberikan penyuluhan dengan mahasiswa sapi media yang ada dan bahasa yang
67
memiliki kegiatan lain 3. Observasi kuisioner permasalahan remaja sebanyak12 orang (37,5%) konsumsi rokok, dan konsumsi alkohol sebanyak 2 orang (6,25%)
angka kenakalan remaja akibat kurangnya pegnetahuan dan kontrol dari masyarakat
C. POKJA LINGKUNGAN
Tabel 4.3 Analisa SWOT pokja lingkungan dusun Linggasari Kekuatan
Kelemahan
1. Adanya komitmen bersama untuk 1. Setiap anggota kelompok memiliki melaksanakan kegiatan pokja lingkungan tanggung jawab di pokja lain 2. Adanya data megnenai permasalah 2. Jumlah anggota kelompok yang lingkungan di dusun Linggasari terbatas sehingga tidak mampu Internal 3. Adanya materi dan media tentang mengikuti pertemuan RT yang lingkungan, khususnya PHBS dan jadwalnya bersamaan pengelolaan sampah 3. Media yang digunakan kurang 4. Adanya dukungan dari pihak terkait maksimal karena hanya menggunakan Eksternal untuk pelaksanaan kegiatan lingkungan lembar balik dan leaflet saja, sehingga 5. Adanya data jadwal pertemuan rutin RT kurang menarik bagi para peserta 4. Materi penyuluhan yang diberikan kurang optimal karena pertemuan yang terlalu malam sehingga Peluang 1. Sudah ada perkumpulan rutin di 1. Mengadakan sosialisasi tentang 1. Membagi rata anggota kelompok setiap RT pengelolaan sampah dan PHBS untuk memberikan penyuluhan 2. Warga masyarakat antusias 2. Mengadakan sosialisasi tentang adanya dalam setiap perkumpulan RT dengan kegiatan yang diadakan kandang bersama bagi pemilik ternak 2. Memberikan penyuluhan dengan mahasiswa sapi media yang ada dan bahasa yang
67
3. Sedang dibuatnya kandang 3. Mengadakan lomba RT sehat sebagai bersama oleh pemerintah desa upaya pemberian motivasi pada warga 4. Adanya rencana dari desa untuk tentang pentingya lingkungan sehat mengadakan kerjasama dengan dinas cipta karya untuk mengangkut sampah Ancaman
mudah dipahami masyarakat
1. Banyaknya warga yang 1. Memberikan penyuluhan saat Bertahan dengan kondisi akan membuang sampah di pinggiran perkumpulan RT meningkatkan risiko terjadinya berbagai sungai dan pekarangan rumah 2. Membuat percontohan tempat sampah permasalahan lingkungan yang dapat 2. Hampir semua warga bekerja organik dan anorganik berpengaruh pada kondisi kesehatan pada pagi dan siang hari 3. Tempat penyuluhan di rumah warga dan tidak ada pengeras suara
68
3. Sedang dibuatnya kandang 3. Mengadakan lomba RT sehat sebagai bersama oleh pemerintah desa upaya pemberian motivasi pada warga 4. Adanya rencana dari desa untuk tentang pentingya lingkungan sehat mengadakan kerjasama dengan dinas cipta karya untuk mengangkut sampah Ancaman
mudah dipahami masyarakat
1. Banyaknya warga yang 1. Memberikan penyuluhan saat Bertahan dengan kondisi akan membuang sampah di pinggiran perkumpulan RT meningkatkan risiko terjadinya berbagai sungai dan pekarangan rumah 2. Membuat percontohan tempat sampah permasalahan lingkungan yang dapat 2. Hampir semua warga bekerja organik dan anorganik berpengaruh pada kondisi kesehatan pada pagi dan siang hari 3. Tempat penyuluhan di rumah warga dan tidak ada pengeras suara
68
D. POKJA LANSIA Tabel 4.4 Analisa SWOT pokja lansia dusun Linggasari Kekuatan Kelemahan 1. Adanya komitmen untuk Adanya tanggung jawab berbeda yang melaksanakan kegiatan pokja dimiliki oleh anggota kelompok lansia Internal 2. Pokja lansia menjadi prioritas asuhan keperawatan komunitas karena banyaknya jumlah lansia Eksternal dengan berbagai permasalahan kesehatan 3. Tersedianya materi dan berbagai terapi kesehatan untuk lansia
Peluang
1. Keberadaan dusun linggasari yang dekat dengan pusat kesehatan dan balai desa 2. Lansia antusias untuk mengikuti kegiatan 3. Adanya dukungan dari pihak terkait dalam melakukan kegiatan untuk lansia 4. Sejalan dengan harapan lansia untuk mengadakan kegiatan rutin
1. Memberikan penyuluhan dan 1. Mengumpulkan lansia dalam satu pemeriksaan kesehatan untuk tempat yaitu di balai desa lansia 2. Memberdayakan peserta yang rutin 2. Membangun komitmen bersama hadir dan memiliki pengaruh sebagai untuk mengadakan kegiatan lansia kader posyandu lansia agar dapat secara rutin seminggu sekali menjadi motor penggerak kegiatan 3. Pembentukan posyandu lansia posyandu lansia “BERSERI” dengan kegiatan yang sudah berjalan 4. Pemberdayaan posyandu lansia sebagai upaya kesehatan terutama untuk lansia
69
D. POKJA LANSIA Tabel 4.4 Analisa SWOT pokja lansia dusun Linggasari Kekuatan Kelemahan 1. Adanya komitmen untuk Adanya tanggung jawab berbeda yang melaksanakan kegiatan pokja dimiliki oleh anggota kelompok lansia Internal 2. Pokja lansia menjadi prioritas asuhan keperawatan komunitas karena banyaknya jumlah lansia Eksternal dengan berbagai permasalahan kesehatan 3. Tersedianya materi dan berbagai terapi kesehatan untuk lansia
Peluang
1. Keberadaan dusun linggasari yang dekat dengan pusat kesehatan dan balai desa 2. Lansia antusias untuk mengikuti kegiatan 3. Adanya dukungan dari pihak terkait dalam melakukan kegiatan untuk lansia 4. Sejalan dengan harapan lansia untuk mengadakan kegiatan rutin
1. Memberikan penyuluhan dan 1. Mengumpulkan lansia dalam satu pemeriksaan kesehatan untuk tempat yaitu di balai desa lansia 2. Memberdayakan peserta yang rutin 2. Membangun komitmen bersama hadir dan memiliki pengaruh sebagai untuk mengadakan kegiatan lansia kader posyandu lansia agar dapat secara rutin seminggu sekali menjadi motor penggerak kegiatan 3. Pembentukan posyandu lansia posyandu lansia “BERSERI” dengan kegiatan yang sudah berjalan 4. Pemberdayaan posyandu lansia sebagai upaya kesehatan terutama untuk lansia
69
Ancaman 1. Cuaca yang tidak menentu 1. Melanjutkan program yang sudah 2. Belum adanya legalitas posyandu ada lansia 2. Berupaya mengusulkan legalitas 3. Pengetahuan dan keterampilan dan pendampingan dari kader yang masih terbatas puskesmas 3. Pemberian pendidikan kepada kader agar dapat mengelola posyandu dengan manajemen dan kegiatan yang lebih baik dan terarah
70
Bertahan dengan kondisi dan program yang sudah ada dapat meningkatkan kejenuhan dan berisiko terhadap keberlangsungan posyandu lansia
Ancaman 1. Cuaca yang tidak menentu 1. Melanjutkan program yang sudah 2. Belum adanya legalitas posyandu ada lansia 2. Berupaya mengusulkan legalitas 3. Pengetahuan dan keterampilan dan pendampingan dari kader yang masih terbatas puskesmas 3. Pemberian pendidikan kepada kader agar dapat mengelola posyandu dengan manajemen dan kegiatan yang lebih baik dan terarah
Bertahan dengan kondisi dan program yang sudah ada dapat meningkatkan kejenuhan dan berisiko terhadap keberlangsungan posyandu lansia
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Dusun Linggasari berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terdapat empat penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dusun Linggasari, yaitu ISPA (104 orang), hipertensi (47 orang), diare (52 orang), dan TB paru (20 orang). Kondisi kesehatan tersebut diperburuk dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat, dimana masih banyak terdapat kandang ternak yang terletak di dekat rumah, masyarakat yang buang sampah sembarangan dan BAB di sungai. 2. Dusun Linggasari terdapat 2 RW dan 12 RT, yang masing-masing RT di ketuai oleh seorang ketua RT. Dari tiap-tap RT memiliki jadwal pertemuan rutin sebulan 2 kali. Sumber daya masyarakat di dusun Linggasari berdasarkan hasil pengkajian diperoleh hasil bahwa sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Dusun Linggasari berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terdapat empat penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dusun Linggasari, yaitu ISPA (104 orang), hipertensi (47 orang), diare (52 orang), dan TB paru (20 orang). Kondisi kesehatan tersebut diperburuk dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat, dimana masih banyak terdapat kandang ternak yang terletak di dekat rumah, masyarakat yang buang sampah sembarangan dan BAB di sungai. 2. Dusun Linggasari terdapat 2 RW dan 12 RT, yang masing-masing RT di ketuai oleh seorang ketua RT. Dari tiap-tap RT memiliki jadwal pertemuan rutin sebulan 2 kali. Sumber daya masyarakat di dusun Linggasari berdasarkan hasil pengkajian diperoleh hasil bahwa sebagian besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai petani dan buruh. Masyarakatnya terdiri dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, pasangan usia subur dan lansia. Selain sumber daya, ada beberapa sub sistem yang mendukung
perkembangan
masyarakat
dusun
Linggasari,
yaitu
terdapatnya pelayanan kesehatan yang jaraknya dekat seperti PKD dan puskesmas, terdapatnya fasilitas pendidikan seperti TK dan SD. 3. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan ditemukan beberapa masalah kesehatan yang dapat diangkat antara lain tingginya kasus ISPA di dusun linggasari berhubungan dengan lingkungan yang tidak sehat; risiko
penurunan
derajat
kesehatan
balita
di
Dusun
Linggasari
berhubungan dengan kurangnya perilaku yang mendukung kesehatan balita; risiko terjadinya kenakalan remaja di dusun linggasari berhubungan dengan penurunan perilaku sehat; penurunan derajat kesehatan lansia berhubungan dengan kurangnya pelayanan kesehatan lansia; risiko peningkatan angka kejadian hipertensi di dusun linggasari berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat; risiko terjadinya peningkatan kasus penyakit berhubungan dengan lingkungan yang tidak sehat; dan risiko
71
peningkatan kasus TB paru berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB paru. 4. Upaya yang dilakukan dalam menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi di dusun Linggasari adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat melalui kegiatan penyuluhan, membentuk posyandu lansia, mengajarkan senam lansia;, mengadakan lomba balita sehat dan RT sehat, pendidikan kesehatan ke sekolah dan industri. 5. Penyuluhan yang telah dilakukan antara lain penyuluhan tentang ISPA disetiap perteman ibu-ibu dasawisma RT; penyuluhan Gizi Balita dan ASI Eksklusif di pertemuan Posyandu RW 03 dan 04; penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS rumah tangga); Penyuluhan Hipertensi dan Reumatik di pertemuan lansia; penyuluhan kesehatan kerja dan APD di industri; penyuluhan cara cuci tangan dan gosok gigi yang benar di SD; penyuluhan tentang penyakit DM dan TB paru; dan penyuluhan tentang pengolahan sampah.
B. SARAN
Kesehatan masyarakat atau komunitas akan terwujud secara maksimal apabila di dukung dari sumber daya masyarakat, kesadaran masyarakat akan pola hidup sehat, dukungan petugas kesehatan setempat, dan tersedianya sub sistem lain yang mendukung.
72