BAB III
DECODER-ENCODER & MULTIPLEXER-DEMULTIPLEXER
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA : HAFIZ FADILLAH
NIM : 170402064
GROUP : 11
LABORATORIUM SISTEM PENGATURAN & KOMPUTER
DEPATEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
BAB III
DECODER-ENCODER & MULTIPLEXER-DEMULTIPLEXER
Tujuan
Tujuan dari praktikum Decoder-Encoder dan Multiplexer-Demultiplexer adalah:
Mempelajari karakteristik Decoder-Encoder.
Mempelajari karakteristik Multiplexer-Demultiplexer.
Menganalisis dan merancang rangkaian.
Dasar Teori
Decoder merupakan rangkaian logika kombinasi yang berfungsi mengkode ulang atau menafsirkan kode-kode biner yang ada pada inputnya menjadi data asli pada outputnya. Rangkaian decoder dapat dibedakan atas "non-inverted-output" dan "inverted-output". Rangkaian decoder "inverted-output" menghasilkan satu dari sejumlah keluarannya yang berlogika 0 sedangkan keluaran lain semua berlogika 1. Sedangkan decoder "non-inverted-output" sebaliknya. Bentuk decoder antara lain, decoder biner ke octal, BCD ke decimal.
Encoder merupakan rangkaian logika kombinasi yang fungsinya kebalikan dari fungsi decoder. Multiplexer merupakan rangkaian logika kombinasi yang berfungsi sebagai pemilih data yang ada pada inputnya untuk disalurkan ke outputnya dengan bantuan sinyal control. Kata multiplexer sering juga disingkat dengan MUX. Jumlah input multiplexer adalah 2n (n=1,2,3,…) dengan n merupakan jumlah bit sinyal pemilih, sehingga terdapat MUX 2 ke-1, MUX 4 ke-1, MUX 8 ke-1, dst.
Gambar 3.1 : Multiplexer
Demultiplexer merupakan rangakain logika kombinasi yang berfungsi sebagai menyalurkan data yang ada pada inputnya ke salah satu dari beberapa outpunya dengan bantuan sinyal control. Kata demultiplexer sering juga disingkat dengan DEMUX. DEMUX kebalikan dari MUX.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum Decoder-Encoder dan Multiplexer-Demultiplexer adalah:
IC tipe:
7404
7408
7432
74LS138
Box Panel Digital
Kabel jumper
Prosedur
Pengujian Decoder 2 X 4
Rangkaikanlah pada work area seperti pada gambar 3.2.
Lakukan Debugging/Start simulasi.
Atur switch input (A dan B) sesuai dengan tabel kebenaran dibawah ini.
Lakukan percobaan berikut dan catat hasil output led (Y0, Y1, Y2, Y3) pada tabel.
Gambar 3.2 : Decoder 2 X 4
INPUT
OUTPUT
A
B
Y0
Y1
Y2
Y3
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
Tabel 3.1 Decoder 2 x 4
Pengujian Decoder 3 X 8
Rangkaikanlah pada work area seperti pada gambar 3.3.
Aturlah switch enable (E1, E2, E3) sesuai dengan konfigurasi berikut E1 = High, E2 = Low, E3 = Low.
Lakukan Debugging/Start simulasi.
Atur switch input (A, B, dan C) sesuai dengan tabel kebenaran dibawah ini.
Lakukan percobaan berikut dan catat hasil output led (Y0, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7) pada tabel.
Gambar 3.3 : Decoder 3 X 8
Tabel 3.2 Decoder 3 X 8
INPUT
OUTPUT
A
B
C
Y0
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
Pengujian Encoder 8 ke 3
Rangkaikanlah pada work area seperti pada Gambar 3.4.
Pastikan semua switch input dalam keadaan Low.
Lakukan Debugging/Start simulasi.
Atur switch input (0..7) sesuai dengan tabel kebenaran dibawah ini.
Gambar 3.4 : Encoder 8 ke 3
INPUT
OUTPUT
Y0
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
A
B
C
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
Tabel 3.3 Encoder 8 ke 3
Pengujian Multiplexer
Rangkailah pada work area seperti pada gambar 3.5.
Pastikan semua switch input dalam keadaan Low.
Lakukan Debugging/Start simulasi.
Atur switch input (D0, D1, Clk) sesuai dengan tabel kebenaran dibawah ini.
Lakukan percobaan berikut dan catat hasil pada tabel
Gambar 3.5 : Multiplexer
Tabel 3.4 Multiplexer
INPUT
OUTPUT
D0
D1
Clk
F
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
Analisa Rangkaian
Decoder 2 X 4
Gambar 3.6 : Rangkaian Decoder 2 X 4 (A dan B = 0, Y1 = 1 (menyala), Y2, Y3, Y4 = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.7 : Rangkaian Decoder 2 X 4 (A = 0, B = 1, Y2 = 1 (menyala), Y1, Y3, Y4 = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.8 : Rangkaian Decoder 2 X 4 (A = 1, B = 0, Y3 = 1 (menyala), Y1, Y2, Y4 = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.9 : Rangkaian Decoder 2 X 4 (A dan B = 1, Y4 = 1 (menyala), Y1, Y2, Y3 = 0 (tidak menyala))
Decoder 3 X 8
Gambar 3.10 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A, B, dan C = 0, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y0 = 0 (tidak menyala), Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7 = 1 (menyala))
Gambar 3.11 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A dan B = 0, C = 1, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y1 = 0 (tidak menyala), Y0, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7 = 1 (menyala))
Gambar 3.12 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A dan C = 0, B = 1, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y2 = 0 (tidak menyala), Y0, Y1, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7 = 1 (menyala))
Gambar 3.13 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A = 0, B dan C = 1, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y3 = 0 (tidak menyala), Y0, Y1, Y2, Y4, Y5, Y6, Y7 = 1 (menyala))
Gambar 3.14 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A = 1, B dan C = 0, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y4 = 0 (tidak menyala), Y0, Y1, Y2, Y3, Y5, Y6, Y7 = 1 (menyala))
Gambar 3.15 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A dan C= 1, B = 0, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y5 = 0 (tidak menyala), Y0, Y1, Y2, Y3, Y4, Y6, Y7 = 1 (menyala))
Gambar 3.16 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A dan B = 1, C = 0, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y6 = 0 (tidak menyala), Y0, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y7 = 1 (menyala))
Gambar 3.17 : Rangkaian Decoder 3 X 8 (A, B dan C = 1, E1 = 1, E2 dan E3 = 0, Y7 = 0 (tidak menyala), Y0, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6 = 1 (menyala))
Encoder 8 ke 3
Gambar 3.18 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y0 = 1, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7 = 0, A, B dan C = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.19 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y1 = 1, Y0, Y2, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7 = 0, A dan B = 0 (tidak menyala), C = 1 (menyala))
Gambar 3.20 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y2 = 1, Y0, Y1, Y3, Y4, Y5, Y6, Y7 = 0, A dan C = 0 (tidak menyala), B = 1 (menyala))
Gambar 3.21 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y3 = 1, Y0, Y1, Y2, Y4, Y5, Y6, Y7 = 0, A = 0 (tidak menyala), B dan C = 1 (menyala))
Gambar 3.22 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y4 = 1, Y0, Y1, Y2, Y3, Y5, Y6, Y7 = 0, B dan C = 0 (tidak menyala), A = 1 (menyala))
Gambar 3.23 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y5 = 1, Y0, Y1, Y2, Y3, Y4, Y6, Y7 = 0, B = 0 (tidak menyala), A dan C = 1 (menyala))
Gambar 3.24 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y6 = 1, Y0, Y1, Y2, Y3, Y4, Y5, Y7 = 0, C = 0 (tidak menyala), A dan B = 1 (menyala))
Gambar 3.25 : Rangkaian Encoder 8 ke 3 (Y4 = 1, Y0, Y1, Y2, Y3, Y5, Y6, Y7 = 0, A, B dan C = 1 (menyala))
Multiplexer
Gambar 3.26 : Rangkaian Multiplexer (D0, D1 dan Clk = 0, F = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.27 : Rangkaian Multiplexer (D0 dan D1 = 0, Clk = 1, F = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.28 : Rangkaian Multiplexer (D0 dan Clk = 0, D1 = 1, F = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.29 : Rangkaian Multiplexer (D0 = 0, D1 dan Clk = 1, F = 1 (menyala))
Gambar 3.30: Rangkaian Multiplexer (D1 dan Clk = 0, D0 = 1, F = 1 (menyala))
Gambar 3.31 : Rangkaian Multiplexer (D1 = 0, D0 dan Clk = 1, F = 0 (tidak menyala))
Gambar 3.31 : Rangkaian Multiplexer (Clk = 0, D0 dan D1 = 1, F = 1 (menyala))
Gambar 3.32 : Rangkaian Multiplexer (D0, D1 dan Clk = 1, F = 1 (menyala))
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Dari uraian praktikum Decoder-Encoder dan Multiplexer-Demultiplexer, dapat kita simpulkan bahwa :
Decoder merupakan rangkaian logika kombinasi yang berfungsi mengkode ulang atau menafsirkan kode-kode biner yang ada pada inputnya menjadi data asli pada outputnya
Encoder merupakan rangkaian logika kombinasi yang fungsinya kebalikan dari fungsi decoder.
Multiplexer merupakan rangkaian logika kombinasi yang berfungsi sebagai pemilih data yang ada pada inputnya untuk disalurkan ke outputnya dengan bantuan sinyal control
Demultiplexer merupakan rangakain logika kombinasi yang berfungsi sebagai menyalurkan data yang ada pada inputnya ke salah satu dari beberapa outpunya dengan bantuan sinyal control.
Tabel Kebenaran untuk decoder 2 x 4 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5 Decoder 2 x 4
INPUT
OUTPUT
A
B
Y0
Y1
Y2
Y3
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
Tabel kebenaran untuk decorder 3 x 8 adalah sebagai berikut :
INPUT
OUTPUT
A
B
C
Y0
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
Tabel 3.6 Decoder 3 X 8
7. Tabel kebenaran untuk encoder 8 ke 3 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 Encoder 8 ke 3
INPUT
OUTPUT
Y0
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
A
B
C
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
Tabel kebenaran untuk multiplexer adalah sebagai berikut :
Tabel 3.8 Multiplexer
INPUT
OUTPUT
D0
D1
Clk
F
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
Saran
Sebaiknya berhati hati pada saat melakukan praktikum agar barang barang yang dipakai tidak mudah rusak.
Box panel digital sebaiknya disediakan lebih.
Kabel yang disediakan sehendaknya disediakan sesuai dengan box panel digital sehingga praktikan tidak mengalami kekurangan kabel.
Box Panel Digital yang disediakan beberapa ada yang mengalami kerusakan, sebaiknya diperbaiki agar praktikan dapat menggunakannya dengan maksimal.