BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
5.1
Uraian Umum Pengendalian proyek adalah suatu proses kegiatan dari awal sampai akhir pada
suatu proyek yang bersifat menjamin adanya kesesuaian antara rencana dan hasil kerja serta melakukan tindakan-tindakan terhadap penyimpangan yang dijumpai di lapangan atau selama pelaksanaan, baik mengenai tenaga, bahan, peralatan, biaya, manajemen, waktu dan mutu. Dalam hal ini yang berhubungan dengan proses pengendalian adalah pengontrolan dan pengevaluasian. Tujuan pengendalian dan pengawasan proyek antara lain: 1) Agar hasil dari pelaksanaan proyek dapat sesuai dengan gambar rencana proyek dan spesifikasi yang telah ditentukan. 2) Dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 3) Menekan biaya pelaksanaan seefisien mungkin. 4) Bertanggung jawab dan menjaga kualitas pekerjaan. Beberapa hal yang ditinjau dalam pengendalian proyek ini adalah : 1) Pengendalian mutu bahan 2) Pengendalian mutu peralatan 3) Pengendalian waktu 4) Pengendalian biaya 5) Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 6) Pengendalian tenaga kerja
5.2
Pengendalian Mutu Bahan Pengendalian mutu bahan di lapangan meliputi inspeksi dan tes, pengendalian
produk yang tidak sesuai, serta pengendalian catatan mutu. Bahan–bahan yang diuji pada proyek ini adalah: 1)
Beton Sebelum pelaksanaan pengecoran, terlebih dahulu dilaksanakan pengambilan sampel
campuran beton untuk diuji dengan metode Slump Test. Campuran beton juga dilakukan pengujian terhadap kuat tekan beton (Compression Test) yaitu dengan Cylinder Test. Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
58
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
Pelaksanaan pembuatan benda uji dilakukan oleh penyedia/supplier beton ready mix, dalam proyek ini PT. Pioneer, atas persetujuan dan pengawasan pihak pengawas lapangan.
Standar Pengambilan Contoh Benda Uji (Sampel) Standar BS (British Standart) Pembuatan sampel beton dilakukan pada setiap kelipatan 50 m3 akan dibuat 1 set (3 silinder) sampel. Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon ini, mengambil 4 buah sampel pada setiap kelipatan 25 m3, agar di dapatkan hasil pengujian yang lebih maksimal. Pengetesan benda uji / sampelnya masing-masing (setiap set) diambil satu buah benda uji untuk tes 7 hari ,dua buah benda uji untuk tes 28 hari dan satu buah benda uji untuk cadangan. a.
Slump Test Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan mutu beton. Dapat dilihat pada Gambar 5.1. Proyek Gedung Parkir Mall Solo Paragon ini, slump yang disyaratkan yaitu 12 ± 2 cm. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kerucut Abrams. Cara pengujian : 1.
Menyiapkan peralatan uji slump yaitu kerucut Abrams.
2.
Kerucut Abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air, biasanya menggunakan alas berupa tripleks atau seng.
3.
Adukan beton dimasukkan dalam tiga lapis yang kira-kira sama tebalnya, dan setiap lapis ditusuk 25 kali dengan menggunakan tongkat baja supaya adukan yang masuk dalam kerucut lebih padat.
4.
Adukan yang jatuh di sekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dan kerucut ditarik vertikal dengan hati – hati, kemudian dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula
5.
Hasil pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan merupakan nilai kekentalan dari adukan beton tersebut.
6.
Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh digunakan.
Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
59
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
Gambar 5.1 Slump Test
Saat mengamati pengujian ini, pengukuran penurunan beton tidak hanya dilakukan pada satu titik saja, akan tetapi dilakukan pada 4 titik yakni bagian samping 2 titik, bagian tengah 2 titik. Pengukuran 4 titik tersebut akan diperoleh penurunan yang berbeda-beda lalu nilai tersebut dirata-rata. Dari rata-rata penurunan tersebut akan didata apakah sesuai dengan permintaan dari pihak kontraktor atau tidak. Pihak kontraktor PT. Wijaya Karya Bangunan Gedung untuk proyek Gedung Parkir Mall Solo Paragon ini mensyaratkan nilai slump 12 ± 2 cm. Jika hasil slump tidak memenuhi syarat maka beton akan dikembalikan karena tidak sesuai dengan standar persyaratan yang telah ditentukan.
b.
Tes Uji Kuat Tekan ( Compression Test ) Tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran. Cara pengujian : 1.
Menyiapkan silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
2.
Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakannya.
3.
Memasukkan adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test ke dalam cetakan yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama lalu menusuk–nusuk beton segar sebanyak 25 kali tiap lapisan.
4.
Meratakan bagian atas dan memberi kode tanggal pembuatan.
5.
Mendiamkan selama 24 jam lalu direndam dalam air (curing) selama waktu tertentu, kemudian diserahkan ke laboratorium dan di tes dengan mesin
Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
60
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
compressor untuk dilakukan pengetesan beton. Cetakan smapel beton silinder dapat dilihat pada Gambar 5.2 Hasil pengujian kuat tekan beton dari PT. Pioneer dapat dilihat pada Lampiran 5.1. Compression Test Result. Di dalamnya terdapat informasi nilai slump, umur beton, berat beton, serta kekuatan beton. Hasil uji kuat tekan (Compression Test Result) beton untuk kolom mutu f’c 35 Mpa pada pengecoran tanggal 21 November 2011 dengan tanggal pengujian 19 Desember 2011 untuk sample umur 7 hari sebesar 254,7 kg/cm² atau 25,47 MPa, sedang untuk kuat tekan 28 hari sebesar 393,3 kg/cm² atau 39,33 MPa menunjukkan beton telah memenuhi persyaratan spesifikasi beton.
Gambar 5.2 Cetakan Sampel Beton Silinder
2)
Baja Tulangan Berdasarkan SNI 03-2874-2002, benda uji ditentukan sebagai berikut:
a.
Benda uji merupakan batang proposional dimana perbandingan antara panjang dan luas penampang sebelum pengujian adalah sama.
b.
Apabila benda uji memiliki diameter < 15 mm gaya tarik masikmum lebih kecil dari kapasitas mesin tarik, maka benda uji yang digunakan adalah dengan penampang utuh.
c.
Benda uji dengan diameter > 15 mm dimana gaya tarik maksimum melebihi kapasitas mesin tarik, maka bentuk dan dimensi benda uji dibuat dengan memperkecil penampang bagian tengah benda uji sesuai dengan ketentuan pada manual pengujian. Certificate dari pabrik (melalui supplier) dan certificate dari laboratorium baik pada
saat pemesanan maupun secara periodik minimum 2 contoh percobaan (stress-strain test) Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
61
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
dan pelengkungan untuk setiap 20 ton baja tulangan harus ada untuk mendapatkan jaminan atas kualitas baja tulangan yang diminta. Proses pengujian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a.
Membuat benda uji dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Setiap contoh dibuat 2 (dua) buah benda uji untuk pengujian ganda. 2. Setiap benda uji dilengkapi dengan nomor benda uji, nomor contoh serta dimensinya.
b.
Memasang benda uji dengan cara menjepit bagian h dari benda uji pada alat penjepit mesi tarik, sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda uji.
c.
Menarik benda uji dengan penambahan beban beban sebesar 10 MPa/detik sampai benda uji tersebut putus.
d.
Mencatat dan mengamati besarnya perpanjangan yang terjadi setiap penambahanpenambahan beban 10 MPa.
e.
Mencatat besarnya gaya tarik pada batas leleh Py dan pada bats putus Pmaks, bila benda uji merupakan baja lunak.
f.
Membuat grafik antara gaya tarik yang bekerja pada perpanjangan. Proyek ini juga mengadakan pemeriksaan secara visual yaitu untuk melihat diameter
tulangan serta diameter efektif tulangan yang dipakai. Pengukuran dilakukan dengan jangka sorong. Hasil pengujian tarik baja dari laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Universitas Sebelas Maret, Solo, dapat dilihat pada Lampiran 5.2. Di dalamnya akan dapat diketahui mechanical properties dari baja tersebut. Hasil uji pada tanggal 12 Januari 2012 dengan 3 benda uji menunjukkan bahwa rata-rata tegangan leleh baja untuk D25 adalah sebesar 417,627 MPa, tegangan maksimal 634,194 MPa, dengan beban maksimal 20600 kg, dan beban leleh sebesar 1356,67 kg telah memenuhi persyaratan baja tulangan minimum yang telah disyaratkan.
5.3
Pengendalian Mutu Peralatan Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanaan pekerjaan suatu struktur,
kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan. Pengelolaan peralatan selain ditujukan untuk mendapatkan efisiensi juga untuk menunjang produktivitas kemajuan pekerjaan. Dilakukan pengaturan penempatan dan mobilisasi alat untuk memperlancar pengoperasian alat. Pengendalian mutu peralatan ini, dilakukan evaluasi Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
62
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
kinerja alat dengan mencatat jumlah waktu operasi alat, kemudian membandingkan dengan waktu ideal operasi alat dalam periode tertentu. Hasil dari evaluasi dapat menghasilkan kebijakan penambahan atau penggantian peralatan, maupun pengaturan kembali penempatan peralatan. Contoh pengendalian peralatan adalah pada pekerjaan pengecoran, dari pihak Wijaya Karya selaku kontraktor melakukan pencatatan kinerja alat-alat yang dibutuhkan pada setiap pengecoran setiap harinya, yakni mengenai alat yang bekerja apa saja, yang stanby berapa, mencatat alat–alat yang rusak. Apabila terdapat kerusakan alat, maka segera dilakukan perbaikan, sehingga dapat mengurangi kemungkinan mundurnya pekerjaan yang lebih lama.
5.4
Pengendalian Waktu Pengendalian waktu pada proyek ini didasarkan pada time schedule pekerjaan.
Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran proyek. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat kontrol untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan. Time schedule menjabarkan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga komulatif prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk kurva S realisasi. Kurva S realisasi akan dibandingkan dengan kurva S rencana. Namun dalam hal ini, perbandingan yang dilakukan adalah perbandingan antara kurva S rencana dengan pelaksanaan di lapangan. Dalam kurva S rencana, tertulis bahwa pekerjaan ramp putar sudah dimulai pada minggu ke-2 bulan November 2011, tetapi dalam pelaksaan di lapangan, pekerjaan ini baru mulai dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Desember 2011. Berarti pekerjaan mangalami keterlambatan dari jadwal yang direncanakan semula. Kurva S proyek dapat dilihat pada Lampiran 5.3.
5.5
Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah
dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) yang telah disusun. Dari pembandingan ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan biaya sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.
Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
63
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
Pengendalian biaya ini dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat jumlah material yang dibeli dan besarnya biaya yang digunakan, sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar presensi pekerja selama satu minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk menyusun kurva-S realisasi dan untuk memperkirakan prosentase pekerjaan proyek yang telah dicapai.
5.6
Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pengendalian K3 dalam proyek ini berkaitan dengan penyusunan Safety Plan,
Pengamanan Proyek (Security Plan), dan pengelolaan ketertiban serta kebersihan proyek (House Keeping) dengan target ’zero accident’ (tidak ada kecelakaan kerja). Safety Plan dibuat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan maupun arahan yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) selaku instansi yang melakukan kontrol terhadap hal ini. Safety Plan mencakup antara lain penyusunan Safety Management, identifikasi bahaya kerja dan penanggulangannya, rencana penempatan alat-alat pengaman seperti pagar, jaring pada tangga, railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan muster point (zona aman), alat-alat pemadam kebakaran (tabung pemadam api), dan lainlain. Security Plan berupa pos pengaman digunakan untuk mengawasi prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, dan identifikasi daerah rawan di wilayah sekitar proyek. Pengelolaan ketertiban dan kebersihan proyek meliputi pemasangan papan-papan peringatan pada lokasi proyek yang rawan terjadi kecelakaan, penempatan bak sampah, toilet pekerja, pengaturan jalan sementara, gudang, los kerja, barak pekerja, dan lain-lain. Keselamatan kerja sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek ini, antara lain : 1) Penggunaan Pelindung Diri Diwajibkan bagi pekerja menggunakan pelindung diri (Gambar 5.3) selama berada di lokasi proyek baik itu helm proyek maupun sepatu yang standard digunakan di proyek.
Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
64
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
Gambar 5.3 Alat Perlindungan diri 2) Railing Tepi Lantai Dipasang railing (Gambar 5.4) di tepi gedung untuk penanda daerah pinggir dan juga berfungsi sebagai penahan benda jatuh, dan sampah yang dibuang sembarangan.
Gambar 5.4 Railing Tepi Lantai 3) Penutup Void Untuk mengamankan dari benda jatuh maka tiap void / lubang ditutup dengan menggunakan palay wood / jaring pengaman (Gambar 5.5) untuk menangkap benda jatuh dari pekerjaan pembongkaran di lantai atasnya dan dilakukan tiap lantai.
Gambar 5.5 Penutup Lubang 4) Bak Sampah Di beberapa tempat di tempatkan bak sampah (Gambar 5.6) agar kebersihan area proyek terjaga dengan baik.
Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
65
BAB V
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK
Gambar 5.6 Bak Sampah
5) Catatan Kinerja K3 Bulanan Catatan kinerja K3 bulanan berguna untuk memberitakan kinerja K3 pada umum agar bisa terpantau dengan baik. Catatan ini berisi tentang informasi jumlah total pekerja, jumlah pekerja yang sakit, dan jumlah pekerja yang meninggal bulan lalu dan bulan sekarang. Sehingga dapat terlihat perbandingan tingkatan kinerja K3.
5.7
Pengendalian Tenaga Kerja Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat
menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek, oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh pengadaan tenaga kerja diserahkan pada tim pelaksana. Pemilihan dan penunjukan pemborong dilakukan berdasarkan reputasi pemborong tersebut dalam menyelesaikan pekerjaan proyek yang telah ada. 5.7.1 Kesehatan Kerja Kesehatan kerja yang dimaksud tidak hanya kesehatan untuk para pekerja tetapi juga kebersihan dan ketertiban yang harus dijaga, antara lain : 1)
Pemeriksaan Jamsostek Setiap pekerja yang bekerja pada proyek central park ini memiliki Jamsostek sehingga jika terjadi sesuatu dapat ditanggung oleh asuransi jiwa tersebut.
2)
Fogging Dilakukan fogging untuk menghindari penyakit demam berdarah.
3)
Fasilitas Sanitasi dan Tempat Sampah Untuk fasilitas sanitasi di proyek sangat diperhatikan kebersihannya, jangan sampai malah menimbulkan penyakit bagi pekerja. Untuk tempat sampah sudah disediakan di tiap lantai.
Proyek Pembangunan Gedung Parkir Mall Solo Paragon
66