Ghina Khoerunisa 240210120091 VI. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan kali ini adalah pengujian bakteri halofilik terhadap ikan peda dan sayur asin dengan menggunakan media NA, NA + NaCl 5%, NA + NaCl 10%, NA + NaCl 15%. Ikan peda merupakan makanan hasil fermentasi tradisional dengan penggaraman.. Pemberian garam berfungsi sebagai antibakteri dan untuk menyeleksi serta menumbuhkan hanya bakteri halofilik, proses penggaraman pun merupakan salah satu proses pengawetan yang dilakukan dengan cara mengurangi kadar air dalam badan ikan sampai titik tertentu. Selanjutnya, dilakukan fermentasi selama 10 sampai 15 hari. Pada saat proses fermentasi ini bakteri halofilik mulai tumbuh. Setelah fermentasi selesai, maka diperoleh ikan peda. NA merupakan medium semisintetik, yaitu medium yang komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. NA pun merupakan medium yang dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme. Komposisi NA adalah beef extract 3 gram, pepton 5 gram, bacto agar 15 gram dan aquades 1 liter. Untuk media NA + NaCl 5% diperoleh dari hasil pembuatan media NA kemudian dilakukan penambahan NaCl sebanyak 5% dari berat NA yang diperoleh dari hasil pembuatan tersebut. Demikian pula halnya dengan NA + NaCl 10% dan NA + NaCl 15% diperoleh dari hasil pembuatan media NA kemudian dilakukan penambahan NaCl sebanyak 10% dari berat NA untuk NA + NaCl 10% dan penambahan NaCl sebanyak s ebanyak 15% dari berat NA untuk NA + NaCl 15% . Tujuan penambahan NaCl yang jumlahnya bervariasi adalah untuk mengetahui kebutuhan garam untuk pertumbuhan optimum bakteri halofilik dan adanya peningkatan penambahan garam (NaCl) akan meningkatkan aktivitas protease halofilik, sedangkan untuk medium yang tidak ditambahkan NaCl digunakan sebagai pembanding. Garam mempengaruhi aktivitas air (Aw) dari bahan, jadi mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh racunnya, dan bakteri halofilik dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh, tetapi bakteri ini membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan.
Ghina Khoerunisa 240210120091 Fungsi garam yang mempengaruhi aktivitas air (Aw) yang terkandung dalam daging ikan peda menyebabkan aktifitas bakteri dalam ikan menjadi terhambat, dapat menjadikan protein daging terdenaturasi, menyebabkan sel-sel mikroba menjadi lisis karena perubahan tekanan osmosis, sedangkan ion klorida pada garam dapur memiliki daya toksisitas yang tinggi pada mikroba serta memblokir sistem respirasinya (Sugitha, 1995). Berdasarkan hasilpengamatan yang diperoleh, dapat dilihat bahwa sampel sayur asin A yang paling banyak dirumbuhi koloni bakteri adalah pada medium NA+5% NaCl dengan jenis bakteri gram negatif dan berbentuk coccus. Sedangkan untuk medium NA dan NA + 10% NaCl bakteri yang tumbuh adalah jenis gram positif berbentuk coccus dan basil. Untuk medium NA + 15% NaCl sendiri, tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh. Untuk sayur asin B, dapat dilihat bahwa yang paling banyak dirumbuhi koloni bakteri adalah pada medium NA+10% NaCl dengan jenis bakteri gram negatif dan berbentuk coccus. Sedangkan untuk medium NA, bakteri yang tumbuh adalah jenis gram positif berbentuk coccus dan NA + 5% NaCl, bakteri yang tumbuh adalah jenis gram negatif berbentuk coccus. Untuk medium NA + 15% NaCl sendiri, tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh. Kemungkinan karena kadar garam yang terlalu tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sayur yang diasinkan diperkirakan sebagai bakteri golongan halofilik sedang (moderate halophilic). Halofilik sedang tumbuh maksimal pada kadar garam 5-20% atau 3-15% . Bakteri yang tumbuh pada sayur asin ini kemungkinan adalah bakteri jenis Bacillus, Micrococcus, Vibrio, Acinetobacter, dan Moraxella termasuk kelompok bakteri halofilik sedang. Selain sayur asin, digunakan juga sampel ikan peda. Sampel ikan peda yang paling banyak dirumbuhi koloni bakteri adalah pada medium NA dan dengan jenis bakteri gram negatif dan berbentuk coccus. Sedangkan untuk medium NA bakteri yang tumbuh adalah jenis gram negatif dengan bentuk basil dan NA + 10% NaCl bakteri yang tumbuh adalah jenis gram positif berbentuk coccus. Untuk medium NA + 15% NaCl sendiri, tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh karena media agar rusak.
Ghina Khoerunisa 240210120091 Berdasarkan hasil dari pengamatan di bawah mikroskop, kemungkinan bakteri yang tumbuh pada sampel ikan peda dengan medium NA ini adalah Pseudomonas. Pseudomonas merupakan salah satu jenis bakteri yang sering menimbulkan kebusukan makanan. Bakteri ini bersifat motil dengan flagela polar. Sifat-sifat Pseudomonas yang penting yang mempengaruhi pertumbuhannya pada makanan adalah sebagai berikut: 1. Umumnya mendapatkan sumber karbon dari senyawa bukan karbohidrat. 2. Dapat menggunakan senyawa-senyawa sumber nitrogen sederhana. 3. Kebanyakan spesies tumbuh baik pada suhu rendah (bersifat psikrofilik 1. atau mesofilik dengan suhu optimum relatif rendah), kecuali Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas fluorescens yang dapat tumbuh pada suhu 370C. 4. Memproduksi senyawa-senyawa yang menimbulkan bau busuk. 5. Dapat mensintesis faktor-faktor pertumbuhan dengan vitamin. 6. Beberapa spesies bersifat proteolitik (pemecah protein) dan lipolitik (memecah lemak), atau pektinolotik (pemecah pektin). 7. Pertumbuhan pada kondisi aerobik berjalan cepat, dan biasanya membentuk lendir. 8. Beberapa
spesies
memproduksi
pigmen,
misalnya Pseudomonas
fluorescens memproduksi pigmen fluoresin yang bersifat fluoresens dan larut dalam air, Pseudomonas nigrifaciens memproduksi pigmen hitam dan Pseudomonas aeruginosa memproduksi pigmen piosianin yang berwarna biru. 9. Kebanyakan Pseudomonas,
kecuali Pseudomonas
syringe bersifat
oksidase positifdan akan membentuk warna biru jika ditambah senyawa dimetil-p-fenilenediamin dihidroklorida. 10. Tidak tahan terhadap panas dan keadaan kering. Oleh karena itu mudah dibunuh dengan proses pemanasan dan pengeringan (Fardiaz, 1992). Dugaan bakteri yang tumbuh pada sampel ikan peda dengan media NA + 5% NaCl adalah Pediococcus dan Micrococcus. Pediococcus merupakan bakteri yang umumnya membentuk tetrad, tetapi beberapa beberapa spesiesnya membentuk rantai pendek, bersifat katalase negatif dan mikroaerofilik. Bakteri ini
Ghina Khoerunisa 240210120091 bersifat homofermentatif, yaitu mememecah gula menjadi asam laktat sampai mencapai konsentrasi 0,5 – 0,9%, dan tumbuh baik pada konsentrasi garam sampai 5,5%. Micrococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang hidup secara bergerombol tidak teratur, atau membentuk paket atau tetrad. Bakteri ini bersifat gram positif, aerobik dan katalase positif. Sifat-sifat Micrococcus yang menjadikan bakteri ini penting dalam mikrobiologi pangan adalah sebagai berikut: 1. Beberapa spesies dapat menggunakan garam amonium atau senyawa nitrogen sederhana lainnya sebagai satu-satunya sumber nitrogen. 2. Kebanyakan spesies memfermentasi gula dengan memproduksi sejumlah asam. 3. Beberapa bersifat proteolitik asam, yaitu memecah protein dengan mmbentuk asam, misalnya Micrococcus freudenreichii. 4. Beberapa spesies sangat tahan garam, dan dapat tumbuh pada substrat dengan nilai aw rendah, misalnya pada proses kuring daging atau fermentasi garam. 5. Beberapa spesies Micrococcus yang bersifat termodurik, yaitu tahan proses pasteurisasi susu, misalnya Micrococcus varians. 6. Banyak spesies yang membentuk warna sehingga jika tumbuh pada makanan dapat menyebabkan perubahan warna makanan. 7. Beberapa mikrokoki masih dapat tumbuh pada suhu pendinginan, misalnya 100C atau kurang (Fardiaz, 1992). Dugaan bakteri yang tumbuh pada sampel ikan peda dengan media NA + 10% NaCl adalah Halobacterium dan Hallococcus. Halobacterium dan Hallococcus termasuk dalam kelompok bakteri halofilik, yaitu dapat tumbuh pada konsentrasi NaCl dengan kisaran 3,5% sampai jenuh. Bakteri ini ditemukan dalam air laut dan garam. Salah satu spesies yaitu Halobacterium salinarium bersifat halofilik obligat, kromogenik (memproduksi pigmen), dan sering ditemukan pada ikan asin. Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa konsentrasi NA yang paling cocok untuk pertumbuhan bakteri halofilik adalah NA + NaCl 5% dan NA + NaCl 15%. Karena pada medium dengan konsentrasi ini bakteri halofilik tumbuh secara optimum.
Ghina Khoerunisa 240210120091 VII. KESIMPULAN
Bakteri yang terdapat pada ikan peda, memiliki bentuk bulat (coccus), basil (batang), termasuk golongan gram positif maupun gram negatif.
Bakteri halofilik yang diuji dalam praktikum tumbuh secara optimum pada media NA + NaCl 5% dan NA + NaCl 15%.
Bakteri halofilik yang terdapat pada ikan peda ini kemungkinan besar merupakan golongan halotoleran yang dapat hidup dengan atau tanpa garam, misalnya bakteri Micrococcus.
Bakteri halofilik yang tumbuh pada ikan peda, termasuk dalam golongan bakteri halofilik ekstrim (kadar garam 5-20%) yang biasa tumbuh pada makanan yang diawetkan dengan penggaraman.
Ghina Khoerunisa 240210120091 VIII. SARAN
Dalam melakukan praktikum pengujian bakteri halofilik ini, praktikan harus benar-benar memperhatikan hal-hal berikut: 1. Kondisi lingkungan maupun alat-alat harus benar-benar dalam kondisi aseptis. Lingkungan yang kurang aseptis dapat menimbulkan banyak kontaminan pada medium yang diamati. 2. Teliti dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan pengamatan dan perhitungan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam hasil yang diperoleh. 3. Dalam melakukan pengamatan, praktikan harus benar dalam kondisi yang baik dan memakai alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan dengan benar.
Ghina Khoerunisa 240210120091 DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. Avaliable at: http://mawarmawar.wordpress.com/ /mikroorganisme-dalam bahan-makanan/. Diakses pada tanggal 13 Mei 2013 pukul : 10.04 WIB.
Anonim. 2012. Avaliable at: http://wikipedia.com Diakses pada tanggal 14 Mei 2013 pukul : 22.04 WIB. Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah: Hari Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia (UIPress), Jakarta. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta IPB. Bogor. Rahmawati, Maulida Mulya. Mikrobiologi pangan di Indonesia dan Perspektif Global.http://maulidamulyarahmawati.wordpress.com/mikrobilogi pangan di-indonesia-dan-perspektif-global/ . Diakses pada tanggal 14 Mei 2013 pukul : 15.04 WIB. Sugitha, I Made. 1995. Teknologi Hasil Ternak. Universitas Andalas. Padang. Sukarmina, E., Debby M. Sumanti. In-in Hanidah. 2008. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Industri Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor Sumanti, Debby M.,Een Sukarminah.2008. Diktat Penuntun Mikrobiologi Pangan.Jatinangor : Universitas Padjadjaran.
Praktikum