BANTUAN HIDUP JANTUNG DASAR
Pendahuluan
Survey WHO tahun 2004 memperkirakan bahwa 17,1 juta orang karena penyakit jantung. 2030 diperkirakan terjadi 23,6 juta kematian karena penyakit jantung dan pembuluh darah Asia Tenggara Tenggara diprediksi merupakan daerah yang mengalami peningkatan tajam angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2007, prevalensi penyakit jantung 7.2 %
Pendahuluan • Kematian akibat penyakit jantung paling utama
disebabkan karena henti jantung mendadak, dengan irama paling sering terdokumentasi adalah ventrikel fibrilasi • Pertolongan bantuan hidup dasar yang berhasil,
dilakukan dalam 5 menit pertama dengan bantuan AED • Bantuan hidup jantung dasar merupakan
gabungan pengamatan dan tindakan yang tidak terputus yang disebut “Chain of Survival”
Pendahuluan
Bantuan hidup dasar mengalami perubahan sesuai dengan pedoman AHA pada oktober 2010 yaitu :
Penderita dinyatakan mengalami henti jantung mendadak berdasarkan tidak adanya respons dan pernafasan
Look, Feel and Listen dihilangkan dari algoritme Kompresi dada yang kontinu dilakukan oleh penolong yang tidak terlatih Urutan pertolongan mendahulukan kompresi daripada bantuan pernafasan (CAB dibandingkan ABC) RJP dilakukan sampai terjadi ROSC atau dinyatakan berhenti Penyederhanaan algoritme dan peningkatan fokus metode
Pendahuluan • Komponen yang harus dikuasai oleh
penolong – Pengetahuan penilaian keadaan pasien – Pelaksanaan kompresi dada yang baik – Penilaian pergerakan dada serta pemberian nafas bantuan
yang baik – Penggunaan Automated External Defibrillator yang baik (jika tersedia)
• Pelaksanaan Bantuan Hidup Jantung Dasar
yang baik diharapkan : – Henti jantung dapat dicegah serta transportasi pasien dapat
cepat dilaksanakan – Fungsi Jantung dan paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan Kompresi – Otak dapat dipertahankan karena suplai darah terpelihara
Pendahuluan
KESIMPULAN Dalam melakukan pertolongan bantuan hidup jantung dasar, langkah yang harus diperhatikan :
Pengenalan keadaan darurat Pengaktivasian sistem gawat darurat segera Pelaksanaan RJP serta defibrilasi segera
Kualitas RJP yang baik memegang peranan dalam keberhasilan pertolongan
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular, dan Cerebrovaskular
Sistem Respirasi
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular, dan Cerebrovaskular Sistem Kardiovaskul ar
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular, dan Cerebrovaskular Sistem Cerebrovaskular
Anatomi dan Fisiologi Respirasi, Kardiovaskular, dan Cerebrovaskular
Interaksi Sistem Respirasi, Jantung dan Otak
Tujuan Utama Pertolongan gawat darurat kardiovaskular adalah untuk mempertahankan, memelihara dan mengembalikan pasokan oksigen ke otak, jantung dan paru
Survei Bantuan Hidup Dasar
Survei Primer Bantuan Hidup Dasar
Merupakan tindakan penyelamatan jiwa setelah terjadi keadaan henti jantung. Bisa dilakukan oleh satu atau dua penolong Tujuan : Memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang dengan melakukan kompresi dada Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan sesuai dengan panduan American Heart Association tahun 2010
Survei Primer Bantuan Hidup Dasar
Tujuan Pembelajaran
Mengerti dan bisa menerangkan kembali survei bantuan hidup dasar primer Dapat melakukan survei bantuan hidup dasar secara spesifik dan terperinci setiap langkah
Survei Bantuan Hidup Dasar
Tahapan Profisiensi Penolong
Survei Bantuan Hidup Dasar
Tahapan Pertolongan
Pastikan bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk dilakukan pertolongan, dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan respons penderita, sambil meminta pertolongan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat dan menyediakan AED. Selalu melakukan pemeriksaan sebelum melakukan tindakan
Survei Bantuan Hidup Dasar
Tujuan Utama Resusitasi Jantung Paru
Mempertahankan kehidupan, memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan serta membatasi disabilitas tanpa melupakan hak dan keputusan pribadi Perlu penguasaan diri dan materi yang baik karena keputusan yang harus diambil itu dalam hitungan detik
Survei Bantuan Hidup Dasar ALASAN TIDAK MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU
Dalam Sarana Kesehatan
Ada Permintaan dari pasien/keluarga inti yang berhak secara sah dan ditandatangani oleh pasien Henti Jantung terjadi akibat penyakit dengan stadium akhir yang mendapat pengobatan secara optimal Untuk neonatus/bayi yang memiliki mortalitas tinggi
Di Luar Sarana Kesehatan
Terdapat tanda-tanda kematian yang ireversibel. Upaya RJP yang membahayakan penolong Penderita dengan Trauma yang tidak bisa diselamatkan
Survei Bantuan Hidup Dasar
Keputusan Penghentian RJP karena : Bila penolong sudah memberikan pertolongan secara optimal Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar bahan beracun atau mengalami over dosis obat Kejadian henti jantung tidak disaksikan penolong Asistol yang menetap terekam selama 10 menit atau lebih
Survei Bantuan Hidup Dasar
Implementasi penghentian usaha RJP Asistol yang menetap atau tidak terdengar denyut nadi pada neonatus lebih dari 10 menit Penderita tidak respons terhadap bantuan hidup jantung lanjutan lebih dari 20 menit Berdasarkan keputusan klinik yang layak Semakin lama waktu yang diperlukan, semakin menurun keberhasilan resusitasi.
Survei Bantuan Hidup Dasar
RJP lebih lama dikerjakan pada penderita dengan : Usia Muda Asistol menetap karena toksin atau gangguan elektrolit Hipotermia Overdosis Obat Usaha bunuh diri Permintaan Keluarga Korban tenggelam di air dingin
Survei Bantuan Hidup Dasar • Teknik Pelaksanaan : – Sebelum Oktober
2010 • Airway • Breathing : Look, Feel,
Listen • Circulation : CPR • Defibrilasi
– Setelah Oktober
2010 • Circulation • Airway • Breathing (Look, Feel,
Listen dihilangkan) • Defibrilasi
Survei Bantuan Hidup Dasar • Circulation : – Observasi yang
dilakukan : • Pemeriksaan denyut nadi. – –
Maksimal 10 detik Tidak dilakukan pada penderita yang mengalami henti jantung mendadak dan disaksikan
• Circulation – Tindakan yang dilaksanakan • Kompresi dada dengan frekuensi yang cukup (100x/menit) • Kedalaman minimal 5 cm untuk dewasa • Bayi-Anak, kedalaman 4-5 cm • Harus terjadi recoil dada sempurna • Interupsi seminimal mungkin • Hindari pemberian bantuan nafas yang berlebihan
Survei Bantuan Hidup Dasar • Airway : – Observasi yang dilakukan : • Jalan Nafas diperiksa bila setelah dikompresi 30 x dan saat
pemberian nafas didapatkan dada tidak mengembang
– Tindakan yang dilakukan • Mempertahankan Patensi jalan nafas dengan Head Tilt
Chin Lift
Survei Bantuan Hidup Dasar • Breathing : – Observasi yang
dilakukan : • Tidak ada observasi khusus
yang dilakukan
• Breathing – Tindakan yang dilakukan • Bantuan nafas diberikan dalam 1 detik, sesuai tidal volume • 2 kali setelah 30 kompresi • Bila sudah dipasang ETT 8-10 x/menit • Bila terjadi gangguan komplians pasru, maka diperlukan tekanan tinggi • Bantuan nafas yang berlebihan dapat menyebabkan regurgitasi dan aspirasi
Survei Bantuan Hidup Dasar • Defibrilasi – Memegang peranan kritis untuk pasien dengan aritmia
karena : • Irama Jantung penyebab henti jantung mendadak di luar rumah
sakit adalah Ventrikel Fibrilasi yang terapinya adalah defibrilasi • Semakin lama defibrilasi, keberhasilannya makin berkurang • Ventrikel Fibrilasi akan berubah jadi asistol seiring dengan waktu.
– Dosis • Dewasa 360 joule monofasik/200 joule bifasik
2 – 4 4 joule/kg, dapat diulang denga 4 – 4 – 10 10 joule/kg • Anak : 2 –
Survei Bantuan Hidup Dasar Rekomendasi
Komponen
Dewasa
Pengenalan Awal
Anak
Bayi
Tidak sadarkan diri Tidak ada nafas atau
Tidak bernafas atau ada usaha nafas
bernafas tidak normal Tidak teraba nadi dalam 10 detik (hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan professional) Urutan BHD
CAB
Frekuensi Kompresi Kedalaman kompresi
CAB
CAB
Minimal 100 x/menit Minimal 5 cm (2 inci)
Minimal 1/3 diameter
Minimal 1/3 diameter
dinding Anterior posterior
dinding Anterior posterior
toraks (sekitar 5 cm/2 inci)
toraks (sekitar 4 cm/1 ½ inci)
Recoil Dinding Dada
Usahakan terjadi recoil sempurna setiap kompresi Untuk penolong terlatih, pergantian posisi penolong setiap 2 menit
Interupsi bantuan
Interupsi seminimal mungkin, jikalau memungkinkan interupsi kurang dari 10 detik
Jalan Nafas (Airway)
Head tilt Chin lift (untuk kecurigaan trauma leher lakukan jaw thrust)
Kompresi
30 : 2 (1 atau 2 penolong)
Ventilasi
30 : 2 (satu penolong)
30 : 2 (satu penolong)
15 : 2 (2 penolong)
15 : 2 (2 penolong)
Jika penolong tidak terlatih, kompresi saja Pada penolong terlatih, dengan jalan nafas lanjutan berikan nafas setiap 6 – 8 detik (8
– 10 x/menit). Defibrilasi
Pasang dan tempelkan AED sesegara mungkin, Interupsi kompresi minimal baik sebelum atau sesudah kejut listrik. Lanjutkan RJP diawali dengan kompresi setelah
Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut
Prevalensi Nasional berdasarkan Riskesdas 2007 adalah 7,2 % Di Amerika Serikat, dari 1, 5 juta penderita 500 ribu meninggal dunia 250 ribu meninggal mendadak Ketepatan mendiagnosis serta kecepatan penanganan merupakan kunci penurunan angka komplikasi
Sindroma Koroner Akut
Prevalensi Nasional berdasarkan Riskesdas 2007 adalah 7,2 % Di Amerika Serikat, dari 1, 5 juta penderita 500 ribu meninggal dunia 250 ribu meninggal mendadak Ketepatan mendiagnosis serta kecepatan penanganan merupakan kunci penurunan angka komplikasi
Sindroma Koroner AKut
Patofisiologi
Sindroma Koroner Akut
Merupakan istilah yang digunakan untuk mencakup semua gejala yang ditimbulkan oleh iskemia miokard akut. Diklasifikasikan menjadi :
STEMI bila terdapat gambaran elevasi segmen ST pada elektrokardiogram UAP/NSTEMI bila tidak terdapat gambaran elevasi segmen ST pada elektrokardiogram
Sindroma Koroner Akut
Manifestasi Klinis SKA dan Infark Miokard Akut
Sindroma Koroner Akut
Angina Pektoris
Stabil : Timbul saat aktifitas sedang atau berat. Berkurang dengan istirahat/pemberian ISDN 5 mg sublingual Tidak Stabil :
Resting Angina New Onset Angina Progressive Angina
Infark Miokard Akut
Nyeri dada yang sangat berat. > 20-30 menit
Gejala yang harus diwaspadai
Dada rasa tidak enak (chest dyscomfort ) disertai keringat, mual, muntah atau napas pendek, perasaan lemah.
Sindroma Koroner Akut Program Pertolongan Gawat Darurat Gejala Serangan Jantung pada Seorang Penderita Tak Diketahui Sakit Jantung Koroner
Diketahui Sakit Jantung Koroner
Stop Aktivitas & Duduk / Berbaringlah
Stop Aktivitas & Duduk / Berbaringlah
Tunggu tiap 5 menit untuk Evaluasi
Beri tablet nitrogliserin 3-5 menit (maks. 3 kali) Beri Aspilet 160-320 mg
Nyeri Menetap
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
Tujuan
Memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan yang adekuat sampai keadaan henti jantung teratasi atau sampai pasien dinyatakan meninggal
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa • Penyebab Henti
Nafas – Sumbatan Jalan
Nafas yang disebabkan oleh • Benda Asing • Muntahan • Edema Laring atau
bronkus akibat trauma • Spasme Laring akibat radang atau trauma • Tumor
• Gangguan Paru – Infeksi, Aspirasi,
Edema Paru, Kontusio atau benda asing seperti efusi, pneumotoraks • Gangguan
Neuromuskular – Miastenia Gravis,
Sindroma Guillan Barre, Multipel Sklerosis, Polio, kiposkoliosis, distrofi muskuler, penyakit motor neuron
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
Penyebab Henti Jantung
Gagal Jantung Tamponade Jantung Miokarditis Kardiomiopati Hipertrofi Ventrikel Fibrilasi karena infark, sengatan listrik, gangguan elektrolit atau karena obat-obatan
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
Indikasi
Henti Jantung Henti Nafas Tidak Sadarkan diri
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
Penilaian Kesadaran
Dilakukan untuk meyakinkan bahwa penderita sadar
Pengaktifan sistem layanan gawat darurat
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa • Kompresi Dada – Dilakukan bila tidak
teraba nadi setelah perabaan arteri karotis • Pelaksanaan
Kompresi – Dibaringkan di tempat
datar dan keras – 2 jari di atas proc Xifoideus – Frekuensi yang diberikan harus
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
Airway
Buka jalan nafas Berikan nafas dalam 1 detik Sesuai dengan volume tidal Diberikan setelah 30 kompresi
Bantuan Hidup Pada Orang Dewasa
Breathing
Mulut ke mulut Mulut ke hidung Mulut ke sungkup Dengan Kantung Pernafasan
Bantuan Hidup Pada Orang Dewasa • Yang perlu
diperhatikan saat pemberian nafas bantuan dari mulut ke sungkup – Letakkan sungkup
pada muka pasien dengan ke dua ibu jari – Head tilt chin lift – Lakukan tiupan sambil memperhatikan pergerakan dinding
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa • Yang perlu
diperhatikan saat pemberian nafas bantuan dengan kantung pernafasan – 2 penolong : satu
penolong di atas kepala pasien, penolong ke dua memompa – 1 penolong : Melakukan pompa sambil memperhatikan pergerakan dinding
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa • Yang diperhatikan saat
memberikan pertolongan dengan 2 penolong – Tiap penolong harus
mengerti peranan masingmasing. – Penolong yang melakukan kompresi dada memberikan pedoman dengan cara menghitung dengan suara yang kuat – Sebaiknya perputaran penolong dilakukan setiap 5 siklus. – Sebelum melakukan perpindahan tempat, penolong yang melakukan
• Komplikasi yang
mungkin terjadi
– Aspirasi regurgitasi – Fraktur Costae- sternum – Pneumotorak – Laserasi Hati-Limpa
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
Sebab Henti Jantung Pada Anak Kegawatan nafas yang tidak dikelola dengan benar. Akibat penyakit atau trauma. Masalah gangguan irama jantung primer jarang terutama pada anak umur kurang dari 8 tahun.
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
Sebab Henti Jantung Pada Anak Kegawatan nafas yang tidak dikelola dengan benar. Akibat penyakit atau trauma. Masalah gangguan irama jantung primer jarang terutama pada anak umur kurang dari 8 tahun.
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
Penilaian kesadaran
Untuk Memastikan penderita benarbenar tidak sadarkan diri
Kompresi
Dilakukan setelah pemeriksaan arteri karotis
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak
Sebab Henti Jantung Pada Anak Kegawatan nafas yang tidak dikelola dengan benar. Akibat penyakit atau trauma. Masalah gangguan irama jantung primer jarang terutama pada anak umur kurang dari 8 tahun.
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak • Kompresi dada pada anak
1- 8 tahun – Letakkan tumit satu
tangan pada setengah bawah sternum, hindarkan jari-jari pada tulang iga anak – Menekan sternum sedalam 2,5-4 cm kemudian lepaskan dengan kecepatan 100 kali permenit. – Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas buatan sampai dada terangkat untuk 1 penolong.
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak • Kompresi dada pada bayi – Letakkan 2 jari satu
tangan pada setengah bawah sternum; lebar 1 jari berada di bawah garis intermammari (Gb. 9). – Menekan sternum sedalam 1,25 - 2,5 cm kemudian angkat tanpa melepas jari dari sternum, dengan kecepatan 100 kali per menit. – Setelah 30 kali kompresi, buka jalan nafas dan berikan 2 kali nafas buatan sampai dada terangkat untuk 1 penolong. – Kompresi dan nafas buatan dengan rasio 15 :
Bantuan Hidup Dasar Pada Anak • Posisi Mantap – Gendong bayi di lengan
penolong sambil mensupport perut dan dada bayi dengan kepala bayi terletak lebih rendah untuk mencegah tersedak karena lidah bayi tersebut atau aspirasi karena muntah. – Usahakan tidak memblok mulut dan hidung bayi. – Monitor dan rekam tanda vital, kadar respons, denyut nadi dan pernafasan sampai
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing Pada Dewasa
Pengenalan akan sumbatan jalan nafas karena benda asing merupakan kunci keberhasilan penanganan Penatalaksanaan berbeda antara penderita tidak sadarkan diri dengan penderita sadar
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing Pada Dewasa
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing Pada Anak
Tidak terdapat perbedaan dengan panduan sebelumnya. Pedoman yang dilakukan untuk dewasa, tidak bisa diterapkan pada bayi dan anak. Benda asing yang menyebabkan sumbatan jalan nafas pada anak adalah benda cair, kemudian benda asing yang bersifat padat seperti kancing, mainan, atau makanan padat.
Sumbatan Jalan Nafas Karena Benda Asing Pada Anak
Resusitasi Pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Hipotermia
Hipotermia berat, suhu kurang dari 30 0 C, berhubungan dengan depresi berat dari peredaran darah otak dan kebutuhan oksigen, penurunan kardiak output, dan penurunan tekanan arterial.
Pasien dapat meninggal disebabkan adanya depresi berat pada sistem syaraf.
Resusitasi pada Kondisi Khusus • Angkat semua pakaian basah •
• • •
dari tubuh pasien Lindungi tubuh dari udara dingin, gunakan jaket, Selimut dan sebagainya Posisikan pasien dengan letak horizontal Cegah gerakan maupun aktifitas yang berlebihan Gunakan waktu sekitar 30 – 45 detik untuk menilai Pernafasan dan sirkulasi
•
•
•
•
•
Jika tanda – tanda pernafasan tidak terdeteksi berikan nafas buatan dan sebaiknya menggunakan bag mask, menggunakan oksigen yang memiliki kelembaban baik (42 0 – 46 0 C (108 0 F – 115 0 F) jika memungkinkan Jika pasien tidak dalam kondisi henti jantung berikan penghangatan tubuh segera Jika pasien dalam henti jantung segera mulai kompresi dada dan berikan defibrilasi external otomatis sampai 3 shock. Jika pasien tidak ada respon lanjutkan RJP dan stabilkan Kondisi klinisnya untuk dapat dilakukan transfer ke RS
Resusitasi pada Kondisi Khusus • Penyelaman / Tenggelam – Komplikasi yang paling utama terjadi pada orang yang tenggelam
(tanpa ventilasi) adalah kondisi Hipoksia – Kerusakan yang terjadi dan harapan hidup tergantung dari
lamanya keadaan hipoksia. – Jadi oksigenisasi, ventilasi dan perfusi harus diperbaiki secepat
mungkin. Hal ini memerlukan tindakan segera. – Jika tenggelam terjadi di air bersuhu < 50 C, hipotermia dapat cepat terjadi. Hipotermia sekunder terjadi sebagai komplikasi dari penyelaman dan berkurangnya panas tubuh karena evakuasi pada saat resusitasi. – Kondisi hypoxia itu sendiri dapat menyebabkan komplikasi pada
paru dan memerlukan pertolongan ACLS. – Pada hampir semua korban tenggelam karena menyelam dapat
terjadi injuri pada kepala atau urat syaraf tulang belakang
Resusitasi pada Kondisi Khusus • Konsep kritis tata laksana bantuan hidup dasar pada Orang
yang tenggelam .
– Jika memungkinkan gunakan perahu alat mengapung untuk
–
– –
–
menyelamatkan orang dari air. Segera berikan bantuan nafas secepatnya. Jika terjadi kecelakaan pada penyelaman atau Injuri pada kepala perlakukan leher pada posisi netral, cegah leher untuk bergerak dan Pindahkan korban dari air dengan menggunakan papan jika memungkinkan. Jangan melakukan Kompresi dada di dalam air. Jika memungkinkan mulai kompresi dada sesegera mungkin setelah memindahkan korban dari air, jangan coba mengeluarkan air dari dalam paru, Keluarkan semua bahan – bahan organik dari dalam air Rujuk semua korban tenggelam ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan segera
Resusitasi pada Kondisi Khusus • Henti Jantung Karena Trauma – Trauma syaraf sentral dengan akibat kolaps jantung –
– –
– –
pembuluh darah. Hypoxia sekunder dan henti nafas menyebabkan injuri pada syaraf, obstruksi jalan nafas atau laserasi trauma bronchial berat. Trauma langsung dan berat ke organ – organ vital, contoh jantung, aorta dan A. pulmonalis. Beberapa masalah medis sebelumnya dapat menyebabkan trauma seperti sudden VF pada pengemudi kendaraan atau motor, atau korban yang tersengat listrik. Penurunan kardiak output yang berat karena tension pneumotorax. Trauma pada lingkungan yang dingin (contoh fraktur
Resusitasi pada Kondisi Khusus • Henti Jantung Karena Trauma – Trauma syaraf sentral dengan akibat kolaps jantung –
– –
– –
pembuluh darah. Hypoxia sekunder dan henti nafas menyebabkan injuri pada syaraf, obstruksi jalan nafas atau laserasi trauma bronchial berat. Trauma langsung dan berat ke organ – organ vital, contoh jantung, aorta dan A. pulmonalis. Beberapa masalah medis sebelumnya dapat menyebabkan trauma seperti sudden VF pada pengemudi kendaraan atau motor, atau korban yang tersengat listrik. Penurunan kardiak output yang berat karena tension pneumotorax. Trauma pada lingkungan yang dingin (contoh fraktur
Resusitasi pada Kondisi Khusus • Tersambar Petir • Mortalitasnya sangat tinggi • Bila terjadi henti jantung umumnya disebabkan oleh
Ventrikel Fibrilasi • Penatalaksanaan tidak berbeda dengan yang lain
Resusitasi pada Kondisi Khusus • Kehamilan • Kasus yang menyebabkan henti jantung pada
kehamilan :
Cairan Emboli dari Amnion Eklampsia Keracunan Obat
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Alergi Reaksi - reaksi alergi sangat jarang Letakkan posisi telentang. Jika henti nafas dan jantung terjadi segera lakukan penyelamatan jalan nafas atau RJP.
Asfiksia
Terjadi karena gangguan udara dan kadar oksigen Penatalaksanaan awal adalah ventilasi yang adekuat