Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal. 1.
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 2.
Ibid.
Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal. 4.
Djojosoedarso Soeisno. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta; Salemba Empat. Hal. 4.
Pramana Tony. 2011. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta; Sinar Ilmu Publishing. Hal. 21. Cet. I.
Ibid.
Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal. 12.
Hanggraeni Dewi. 2010. Pengelolaan Risiko Usaha. Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hal. 22.
Ibid.
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 3.
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 5.
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 7.
Djojosoedarso Soeisno. 1999. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta; Salemba Empat. Hal. 22.
Fahmi Irfan. 2010. Manajemen Risiko (Teori, Kasus, Solusi). Bandung; Alfabeta. Hal. 8.
Pramana Tony. 2011. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta; Sinar Ilmu Publishing. Hal. 35. Cet. I.
BOOK REVIEW
Manajemen Risiko
By. Sjarif Hidayatullah
1/14/2016
Segala kegiatan baik usaha maupun bisnis tak lepas dari kata manajemen risiko. Dimana hal tersebut terdiri dari dua kata yakni manajemen dan risiko. Hal penting yang harus ada dalam segala aktivitas usaha maupun bisnis. Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari aktivitas bisnis perusahaan sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengatasi permasalahan ini. Maka diperlukan pengertian yang mendetail terkait apa itu manajemen risiko. Risiko merupakan bentuk dari keadaan ketidak pastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, risiko adalah uncertainty about future events. Adapun Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mendefinisikan risiko pada tigal hal:
Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan.
Variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variable keuangan lainnya.
Kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industry.
Joel G. Siege dan Jae K. Shim menjelaskan pengertian dari analisis risiko adalah proses pengukuran dan penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi. Sementara itu David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H. Moffett mengatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities. Maka dari pengertian resiko tersebut, manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukurandalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menepatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis. Manajemen risiko dilakukan untuk memastikan kesinambungan, profitabilitas dan pertumbuhan usaha sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Dimana manajemen risiko melibatkan seluruh komponen yang ada dalam suatu struktur organisasi atau perusahaan.
Manajemen risiko memiliki sejarah yang dimulai pada tahun 2100 SM. Di Babilonia, Hammurabi mencetuskan konsep 'bottomry', yaitu bentukasuranasi untuk perkapalan, dimana pemilik kapal dapat meminjam uang untuk membeli kargo dan tidak harus membayar utangnya bila kapal pengangkut kargo tersebut hilang di laut. Setelah era 'bottomry', manajemen risiko beralih ke tahapan first age. Pada tahapan ini, perusahaan hanya mempertimbangkan risiko non-entrepreneurial dalam menjalankan bisnisnya. Asuransi merupakan sarana manajemen risiko yang paling di andalkan pada era ini. Kemudian manajemen risiko masuk ke tahapan second age. Di tahapan ini dengan tetap menggunakan asuransi, manajemen risikomulai mempertimbangkan pengelolaan risiko secara preventif. Perusahaan yang menjalankan manajemen risiko tidak hanya menanggulangi risiko ketika risiko itu terjadi, namun juga melakukan tindakan pencegahan sebelum risiko itu terjadi. Tindakan tersebut merupakan bukti bahwa banyaknya perusahaan yang mulai menerapkan penjaminan kualitas. Pencetus ide penjaminan kualitas ini ialah British Standards Institution, dengan mengeluarkan BS 5750 tentang standar kualitas pada tahun 1979. Hingga manajemen risiko masuk ke era third age, manajemen risiko tidak hanya mempertimbangkan risiko non-entrepreneurial , namun juga risiko entrepreneurial. Munculnya era third age ditandai dengan banyaknya standar untuk manajemen risiko yang bermunculan. Pertama dikeluarkan oleh Standards Australia of the world risk management standard yaitu AS/ NZS 4360:1995. Kemudian disusul oleh Canadian standard, yaitu CAN/ CSA-Q850-97. Hingga di akhir tahun 1990, manajemen risiko mulai lebih memperhatikan laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi bagian yang wajib dipantau untuk dapat mengelola risiko dengan baik. Pada tahun 1980, Departemen Perindustrian dan Perdagangan Inggris menetapkan peraturan baru untuk bisnis. Kemudian pada tahun 1999, Institute of Chartered Accountants di Inggris mempublikasikan Turnbull Report. Turnbull Report menetapkan bahwa pengawasan dan pengauditan yang ketat harus dilakukan untuk setiap bisnis yang ada untuk mengelola risiko.
Kedudukan manajer risiko, di Indonesia saat ini dapat dikatakan memang belum ada perusahaan yang mepunyai manajer atau bagian yang khusus menangani pengelolaan risiko secara keseluruhan yang dihadapi oleh perusahaanyang sudah ada baru seorang manajer asuransi yang fungsinya hanya mengurusi masalah-masalah yang beruhubungan dengan perusahaan asuransi, dimana perusahaan menjalin hubungan pertanggungan, yang meliputi antara lain: mengurusi penutupan kontrak-kontrak asuransi mengurusi ganti rugi bila terjadi peril dan sebagainya. Tugas dari manajer risiko umumnya mencakup: mengidentifikasi, dan mengukur kerugian dari exposures, menyelesaikan klaim-klaim asuransi, merencanakan, dan mengelola jaminan tenaga kerja, ikut serta mengontrol kerugian dan keselamatan kerja.
Manajemen risiko juga memiliki definisi pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi, perusahaan , keluarga, maupun masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisisr, menyusun, memimpin/mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Maka tugas manajemen risiko mencakup identifikasi, mengukur atau menentukan besarnya risiko, mencari jalan untuk menghadapi atau menanggulangi risiko selanjutnya menyusun setrategi untuk memperkecil risiko, mengkoordinir pelaksanaan penanggulangan risiko serta mengevaluasi program penanggulangan yang telah dibuat.
Dalam buku manajemen risiko bisnis mencatatkan bahwa, hasil riset George dan James Watson (1990-1995) dari Virginia University, USA, menyimpulkan bahwa manajemen risiko akan meningkatkan nilai perusahaan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan biaya modal serta mengurangi ketidakpastian aktivitas social.
Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang badan teorinya masih muda, maka hal ini yang menyebabkan seringkali ditemukan banyak kontradiksi dalam pengertian tentang konsep risiko. Menurut Australian Risk Management Standard (4360: 2004), manajemen risiko merupakan kultur, proses, dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial dan sekaligus mengelola dampak yang merugikan. Sedangkan definisi yang lain menyebutkan bahwa manajemen risiko merupakan suatu pendekatan tekstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Manajemen risiko juga merupakan suatu system pengawasan risiko bahkan perlindungan atas harta benda, keuntungan, serta keuntungan suatu badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulya suatu kerugian karena adanya risiko tersebut. Dalam pengertian praktis konsep ini dapat diartikan sebagai proteksi ekonomis terhadap kerugian yang mungkin timbul atas asset dan pendapatan suatu perusahaan.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan para manajer risiko dalam menilai risiko:
Exposure
Merupakan risiko kerugian maksimum yang harus dihadapi apabila terjadi suatu kejadian terburuk. Makin besar nilai eksposur, maka semakin besar kerugian yang timbul.
Volatility
Semakin bervariasi hasil yang akan terjadi pada masa yang akan dating, maka semakin besar risikonya.
Probability
Merupakan kemungkinan terwujudnya kejadian yang mengandung risiko. Semakin besar probabilitas dari kejadian berisiko, maka semakin besar risiko.
Severity
Berbeda dengan eksposur yang menekan pada kerugian maksimum, severity menekan pada kerugian yang sekiranya akan dialami. Severity erta hubungannya dengan probabilitas kejadian risiko.
Time Horizon
Semakin lama jangka waktu suatu investasi, maka tingkat risiko akan semakin besar.
Correlation
Jika risiko yang dihadapi saling berhubungan , maka risiko yang dihadapi perusahaan akan semakin besar.
Capital
Perusahaan menyimpan modal untuk dua alas an utama. Alasan pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan kas. Alasan kedua, untuk menutupi kerugian yang tidak diperkirakan sebelumnya akibar dari eksposur risiko.
Pada umumnya tahapan risk assessment pada semua level pad suatu organisasi dimulai dari risk assessment pad semua level. Selanjutnya dilakukan pendefinisian atau pool odf activities. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari
Processed historical data
Output form other planning service
Organizational level specific
Tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi risiko. Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain: menyebarkan kuesioner, interview terhadap participant relevan stakeholder representative (internal dan eksternal), focus group discussion, dana melihat data sekunder dari perusahaan yang bersangkutan. Kemudian setelah melakukan pengidentifikasian, perusahaan melakukan risk measurement / pengukuran risiko. Pengukuran ini dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif;
Pengukuran Kualitatif
Brainstorming, berasal dari Madison Avenue pada tahun 1950, kini brainstorming digunakan diseluruh industry bisnis, dimana sesi ini maksimal berjumlah dua belas orang dengan durasi 15-45 menit. Beberapa ketentuan dasar proses pengukuran ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Penetuan batas waktu.
Perumusan yang jelas terhadap masalah yang dihadapi.
Metode pengumpulan ide, dengan menerapkan prinsip bahwa tidak ada ide yang buruk.
Menunda dalam menganalisis ide, hanya mengumpulkan ide sebanyak mungkin tanpa melihat kualitas ide (evaluasi terhadap ide akan dilakukan setelahnya).
Medorong setiap partisipan untuk menghilangkan hambatan mereka dalam mengularkan ide mereka bermimpi dengan harapan akan menghasilkan ide yang lebih bervariasi.
Menggabungkan kelompok-kelompok ide dan mengembangkannya.
Assumption Analysis, merupakan taknik intuisi dan mengikutsertakan asumsi dalam pembuatan rencana kerja. Secara umum asumsi-asumsi yang dibuat, dalam perencanaan proyek, sudah teridentifikasi sebelumnya, kemudian diukur dampaknya terhadap hasil akhir proyek apabila asumsi tersebut salah. Asumsi yang terlihat sensitive dan memiliki kemungkinan salah, maka akan digabungkan sebagai kumpulan daftar risiko.
Delphi, merupakan teknik untuk memprediksi kejadian atau hasil yang akan dating bersumber dari sekelompok ahli independen yang perkiraan dan kemudian menghilangkan setiap pandangan yang terlalu berisiko.
Interview, merupakan teknik yang diperlukan jika membutuhkan informasi detail yang tidak mampu disediakan oleh kelompok. Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi langsung dari individu.
Hazard and Operability Studies (HAZOP), teknik yang dikembangkan oleh imperial chemical Ltd untuk mengidentifikasi risiko pada proses kimia tanaman. Hal ini hamper sama dengan teknik brainstorming namun lebih tersktrukturdimana suatu kelompok secara sistematis memeriksa elemen-elemen proses dan mendifiniskan tujuan masing-masing elemen (Ansel and Wharton 1995).
Failure Modes and Effects Critically Analysis (FMECA), merupakan teknik induktif yang dilakukan oleh seorang analis dengan pengetahuan mendalam tentang system yang diteliti.
Checklist, teknik deduktif yang berasal dari risiko sebelumnya yang dihadapi dan menyediakan sebuah pemahaman yang sederhana dengan tujuan agar pihak manajemen mampu melakukan identifikasi kemungkinan risiko secara cepat.
Prompt Lists, merupakan teknik deduktif yang mengklasifikasi risiko kedalam tipe atau kelompok, misalnya keuangan, teknik atau kelompok tugas dimana mereka tergabung.
Risk Registers, merupakan upaya dokumentasi setiap rekaman risiko yang berkaitan dengan proyek atau investasi dan asset tertentu.
Risk Mapping, merupakan teknik yang menampilkan grafik risiko dalam bentuk dua dimensi, dimana sumbu X terkait dengan potensi risiko dan sumbu Y terkait dengan kemungkinan risiko tersebut dapat terjadi.
Probability-Impact Tables, merupakan teknik yang digunakan untuk menilai tingkat relatifitas kepentingan dari sebuah risiko.
Risk Matrix Chart, merupakan sebuah matrik yang digunakan untuk menilai tingkat relatifitas kepentingan dari sebuah risiko.
Project Risk Management Road Mapping
Pengukuran Kuantitatif
Decision Trees, merupakan teknik yang digunakan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat dengan menggali bermacam pilihan investasi yang tersedia kepada pengambil keputusan yang dilengkapi dengan kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang tergambar dalam diagram keputusan dan kemungkinan kejadian.
Controlled Interval and Memory Technique, teknik yang menyediakan pemahaman matematika atas kombinasi beberapa peluang distribusi untuk risiko individu.
Monte Carlo Simulation, teknik yang menggunakan peluang atau ketidakpastian situasi dan penggunaan nomor acak untuk mensimulasikan konsekuensinya.
Sensitivity Analysis, teknik yang digunakan untuk menghasilkan nilai yang lebih realistis, didukung oleh berbagai kemungkinan alternative yang mecerminkan setiap ketidakpastian dan menyediakan beberapa pengertian dari asumsi valid.
Probability-Impact Grid Analysis
Statistic – Probability Analysis
Value at Risk (VAR)
Tahapan-Tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko
Identifikasi Risiko, pada tahap ini manajer risiko akan melakukan tindakan berupa pengidentifikasian setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan, termasuk bentuk risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.
Identifikasi Bentuk-Bentuk Risiko, pada tahap ini manajer diharap mampu memnemukana bentuk dan format risiko yang dimaksud secara mendetail.
Menempatkan Ukuran-Ukuran Risiko, pada tahap ini manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metodologi penelitian yang akan digunakan.
Menempatkan Alternative-Alternatif, pada tahap ini manajemen perusahaan telah melakukan pengelolahan data. Hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-pengaruh yang akan timbul jika keputusan-keputusan tersebut diambil. Berbagai untuk penjabaran yang dikemukakan tersebut dipilah dan ditempatkan sebagai alternative-alternatif keputusan.
Menganalisis Setiap Alternative, pada tahap ini setiap alternative yang ada selanjutnya dianalisis dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin timbul.
Memutuskan Satu Alternative, pada tahap ini setelah berbagai alternative dipaparkan dan dijelaskan baik dalam bentuk lisan dan tulisann oleh para manajemen perusahaan maka diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara khusus dan mendalam.
Melaksanakan Alternative Yang Dipilih, pada tahap ini setelah alternative dipilih dan ditegaskan serta dibentuk untuk melaksanakan ini, maka artinya manajer perusahaan sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang dilengkapi dengan rincian biaya.
Mengontrol Alternative Yang Dipilih, pada tahap ini alternative yang dipilih telah dilaksanakan dan pihak tim manajemen beserta para manajer perusahaan. Tugas utama manajer perusahaan adalah melakukan control yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai risiko yang tidak diinginkan.
Mengevaluasi Jalannya Alternative Yang Dipilih, pada tahap ini setelah alternative dilaksanakan dan control dilakukan maka selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada pihak manajer perusahaan. Pelaporan tersebut berbentuk data-data yang bersifat fundamental dan teknikal serta dengan mengesampingkan informasi yang bersifat lisan. Dimana tahap ini bertujuan agar pekerjaan yang dilakukan dapat terus dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
Tipe Risiko, secara umum risiko hanya dikenal hanya dengan dalam 2 (dua) tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulastif (speculative risk).
Risiko Murni, dikelompokkan menjadi tiga tipe risiko yaitu:
Risiko Asset Fisik, merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada ast fisik suatu perusahaan/organisasi. (kebakaran, banjir, gempa)
Risiko Karyawan, merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di perusahaan/organisasi tersebut.(kecelakaan kerja)
Risiko Legal, merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. (adanya perselisihan dengan perusahaan lain)
Risiko Spekulatif, risiko spekulatif ini dikelompokkan menjadi empat tipe risiko yaitu:
Risiko Pasar, merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga dipasar. (Harga saham)
Risiko Kredit, merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. (kredit macet)
Risiko Likuiditas, merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. (kepemilikan kas menurun)
Risiko Operasional, merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan lancar.
Mengelola Risiko
Ada empat cara dalam mengelola risiko agar dapat menekan tingkat kerugian yang ditimbulkan oleh risiko tersebut:
Memperkecil Risiko, Keputusan memeperkecil risiko dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisasinya agar risiko tersbeut tidak bertambah besar diluar dari control pihak manajemen perusahaan.
Mengalihkan Risiko, Keputusan mengalihkan risiko dengan cara risiko yang kita terima tersbut kita alihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan mengasuransikan bisnis guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya.
Mengontrol Risiko, keputusan mengontrol risiko dengan cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Pendanaan Risiko, keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko dikemudian haris seperti perubahan nilai tukar dollar terhadap mata uang domestic dipasaran.
Metode Pengidentifikasian Risiko
Dalam mengidentifikasi risiko ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain,
Menggunakan Daftar Pertanyaan (quesioner) untuk menganalisa risiko, yang dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan tersebut diharapkan dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang dinamika informasi khusus, yang dapat dirancang secara sistematis tentang risiko yang menyangkut kekayaan maupun operasi perusahaan.
Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisa neraca, laporan pengoperasian dan catatan-catatan pendukung lainnya, akan dapat diketahui/diidentifikasi semua harta kekayaan, hutang-hutang dan sebagainya.
Membuat flow-chart, aliran barang mulai dari bahan mentah sampai menjadi barang jadi akan dapat diketahui risiko-risiko yang dihadapi pada masing-masing tahap dari aliran tersebut. Contoh:
Flow-Chart mulai dari: Supplier gudang bahan fabrikasi/proses produksi gudang barang jadi penyalur konsumen
Dari flow-chart tersebut akan dapat diidentifikasi kemungkinan kerugian pada masing-masing tahap. Misalnya pad tahap supplier: risiko kenaikan harga, waktu penyerahan, volume dan sebagainya.
Kerugian potensiil yang dapat terjadi antara lain:
Kerugian berupa harta kekayaan: barang rusak, barang hilang di gudang, barang rusak karena kesalahan proses dan sebagainya.
Kerugian yang menyangkut liability: tuntutan konsumen, karena barang tidak sesuai dengan yang seharusnya dan seterusnya.
Kerugian personil: kecelakaan kerja yang terjadi pada pabrik pada saat karya bekerja dan sebagainya.
Dengan inspeksi langsung ditempat, artinya dengan mengadakan pemeriksaan secara langsung ditempat dimana dilakukan oprasi/aktivitas perusahaan. Dari pemeriksaan tersebut dapat membuat manajer risiko belajar banyak mengenai kenyataan-kenyataan dilapangan.
Mengadakan interaksi dengan departemen/ bagian-bagian dalam perusahaan. Adapun cara-cara yang ditempuh:
Dengan mengadakan kunjungan ke departemen/bagian-bagian akan dapat meraih/memupuk saling pengertian antara kedua belah pihak dan akan dapat memberikan pemahaman yang lengkap tentang aktivitas mereka dan kerugian-kerugian potensiil yang dihadapi bagian mereka.
Dengan menerima, mengevaluasi, memonitor, dan menanggapi laporan-laporan dari departemen/bagian-bagian akan dapat meningkatkan pemahaman tentang aktivitas dan risiko yang mereka hadapi.
Mengadakan interaksi dengan pihak luar: artinya mengadakan hubungan dengan perseorangan ataupun perusahaan-perusahaan lain, terutama pihak-pihak yang dapat membantu perusahaan dalam penanggulangan risiko, seperti: kuntan, penasehat hokum, konsultan manajemen dan sebagainya.
Melakukan analisa terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat dengan pihak lain. Dari analisa tersebut akan dapat diketahui kemungkinan adanya risiko dari kontrak tersebut.
Membuat dan menganalisa catatan/statistic mengenai bermacam-macam kerugian yang telah pernah diderita. Dari catatan-catatan itu akan dapat diperhitungkan kemungkinan terulangnya suatu jenis risiko tertentu.
Mengadakan analisa lingkungan, yang sangat diperhitungkan untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko potensiil, seperti: konsumen, supplier, penyalur, pesaing, dan penguasa (pembuat peraturan/perundang-undangan).
Cara menyelesaikan risiko:
Saling bekerja sama untuk memetakan risiko (risk maping).
Saling bekerja sama untuk memberikan solusi dan memilih satu alternative solusi yang terbaik untuk dijadikan rekomendasi.
Dan saling bertanggungjawab untuk mnyelesaikan risiko hingga selesai.
Manfaat manajemen risiko
Risiko selalu muncul dan dampak yang ditimbulkannya bias saja tidak terprediksi. Apalagi jika jika mengetahui polanya. Oleh karena itu pelaku bisnis harus mencatat dan mempelajari timbulnya risiko, termasuk frekuensi dan aktivitasnya, untuk mengetahui pola risiko bisnis tersebut. Risiko bisnis memang harus diidentifikasi dan dikelola karena risiko itu mengandung biaya yang tidak sedikit. Seperti contoh pabrik sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian dari peristiwan tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar, misalnya gedung, material dll. Namun kerugian tidak langsungnya, sperti tidak beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan aris kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran utang kepada kreditor dan penyuplai karena terhentinya arus kas sehingga menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan rekanan-rekanan tersebut. Contoh tersebut menunjukkan pentingnya manajemen risiko bisnis. Manajemen risiko yang efektif dapat meminimumkan biaya risiko dan menjaga kinerja perusahaan. Manajemen risiko terkait dengan prinsip Tata Kelola Perusahaan atu Good Orporate Governance (GCG) dimana prinsip transparansi dalam GCG menuntut diterapkannya manajemen risiko secara luas (enterprise wide risk management) oleh perusahaan-perusahaan.
Tak sedikit perusahaan yang mengalami kesusahaan dalam menghadapi risiko, hal itu dikarenakan perusahaan tersebut tidak menjalankan manajemen risiko secara benar dan konsisten. Dibalik setiap kegiatan selalu ada risiko yang menyertainya namun sampai seberapa jauhnya dapat mengelola risiko tersebut. Pada prinsipnya, manajemen risiko akan mampu mengurangi , memperkecil atau menghindari terjadinya kerugian, sekaligus meningkatkan pendapatan.
Manajemen risiko juga akan memberikan wawasan yang luas tentang kedisiplinan, hubungan antar-pihak, kepentingan masing-masing pihak dan kesetaraan, serta fair play. Sebagai hasilnya, proses manajemen risiko akan memberikan beberapa keuntungan bagi penggunanya (pengusaha). Berikut ini sejumlah manfaat dan keuntungan tersebut.
Mengurangi Kerugian
Meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kemakmuran menjadi tujuan semua perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pemilik perusahaan wajib menerapkan manajemen risiko yang juga dibutuhkan oleh perusahaan untuk meminimalkan kerugian yang cukup besar dalam aspek psikologis ataupun aspek keuangan.
Peluang menjadi manajer risiko
Seluruh jajaran manajemen dalam suatu perusahaan harus menerapkan manajemen risiko. Bahkan, para pemegang saham sebaiknya tidak hanya mendapatkan deviden tapi juga menerapkan manajemen risiko dan peduli terhadap risiko yang mungkin timbul dalam bisnis.
Menjaga arus kas
Manajemen risiko sangat bermanfaat dalam menjaga kestabilan arus kas bersih. Secara umum, meskipun tidak memiliki pengaruh yang signifika terhadap discount rate, manajemen risiko yang efektif dapat menjaga dan memperbaiki kondisi arus kas bersih perusahaan sehingga pada dasarnya nilai perusahaan dapat ditingkatkan dengan pengelolaan risiko yang efektif.
Mengurangi financial distress
Manajemen risiko yang efektif dapat mengurangi kemungkinan financial distress, yaitu keadaan dimana perusahaan mengalami mengalami kesulitan yang serius untuk memenuhi kewajibannya, baik bunga maupun pokok penjaminan.
Mengurangi penerbitan surat berharga
Serupa dengan poin mengenai financial distress, manajemen risiko juga mengurangi kemungkinan perusahaan harus menerbitkan surat berharga baru untuk meutupi kerugian ataupun untuk mendanai proyek investasi baru.