BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman dan berkembangnya ekonomi dunia, rumah sakit saling bersaing untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat dan saling memberikan pelayanan yang terbaik. Ketatnya persaingan antar rumah sakit membuat rumah sakit membutuhkan fasilitas yang lebih lengkap dan modern, tenaga medis yang terampil dan berpengalaman, serta dukungan medis yang profesional agar dapat bekerja secara efektif dan efisien, serta memberikan pelayanan yang memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin meningkat (Yulianti, 2001). Hal ini dapat diatasi dengan penerapan
sistem
manajemen
yang
baik
dalam
merencanakan,
mengorganisisr, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan rumah sakit oleh manajer rumah sakit sehingga pelayanan yang unggul dapat diciptakan (Thabrany, 2009). Pengelolaan rumah sakit berbeda dengan pengelolaan perusahaan pada umumnya. Pengelolaan rumah sakit melibatkan berbagai disiplin ilmu mulai dari kedokteran, keperawatan, ekonomi, hukum, dan disiplin ilmu lain. Hal ini dikarenakan pada prinsipnya rumah sakit melaksanakan kegiatan pelayanan harus berdasarkan sifat sosial atau kemanusiaan yaitu nirlaba atau tidak mencari keuntungan (Trisnantoro, 2009). Akan tetapi aspek ekonomi dari rumah sakit tidak dapat dikesampingkan. Rumah sakit membutuhkan dana yang besar untuk dapat tetap hidup dan berkembang dalam memberikan pelayanan dengan mutu pelayanan yang unggul (Saputra, 2015). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas merupakan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif kepada masyarakat. Berdasarkan keputusan Bupati Banyumas Nomor 445/371/2008, RSUD Banyumas
berubah status menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Salah satu pelayanan di RSUD Banyumas yang memiliki jumlah kunjungan pasien yang tinggi yaitu fisioterapi dengan jumlah kunjungan mencapai 18.674 pasien pada tahun 2017 dan rata-rata kunjungan per bulan sejumlah 1.556 pasien (Data Kunjungan Pasien Fisioterapi, 2017). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas fisioterapi, Short Wave Diathermy (SWD) merupakan pelayanan fisioterapi yang membutuhkan biaya alat medis yang paling tinggi. Satu buah alat SWD dibeli dengan biaya sebesar Rp 165.000.000 – Rp Rp 200.000.000 serta membutuhkan proses yang lama dan biaya yang cukup tinggi untuk perbaikan alat jika terjadi kerusakan. RSUD Banyumas memiliki tiga buah alat SWD, namun ada satu alat SWD yang jarang digunakan karena pasien merasa kurang puas dengan alat tersebut. Jumlah pemanfaatan SWD pada tahun 2017 sejumlah 2.637 pasien. Jumlah tersebut termasuk rendah jika dibandingkan dengan pelayanan lain yang membutuhkan biaya lebih rendah seperti Infra Red (9.129 pasien), Exercise (14.647 pasien), dan Electrical Stimulation Stimulation (4.399 pasien) (Data Tindakan Fisioterapi, 2017). Berdasarkan Peraturan Bupati Banyumas Nomor 79 Tahun 2014 dan Peraturan Daerah Daer ah Kabupaten Banyumas Nomor 12 Tahun 2013, tarif untuk pelayanan SWD yaitu Rp 20.000 (Kelas III), Rp 30.000 (Kelas I, II), dan Rp 40.000 (VIP). Jika dilihat dari jumlah pemanfaatan, tarif, dan biaya alat yang dibutuhkan, maka pelayanan SWD bisa saja memberikan risiko keuangan yang merugikan rumah rumah sakit. Menghadapi hal tersebut maka pihak manajemen perlu untuk mengetahui, memahami, dan mampu menganalisis keuangan dalam kaitannya dengan kegiatan pelayanan di rumah sakit. Salah satu pengelolaan sumber daya materi yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit adalah dengan menentukan keadaan impas rumah sakit (Sunaryo, 2001). Keadaan impas adalah keadaan keuangan rumah sakit sebagai perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga belum mendapatkan keuntungan dari segi pendapatan (Duchac, 2009). Keadaan impas rumah
sakit dapat diketahui dengan analisis break even point . Analisis break even point
(BEP)
adalah
suatu
analisis
biaya-volume-laba
yang
dapat
memberikan informasi mengenai berapa tingkat volume pelayanan yang harus dilakukan rumah sakit agar rumah sakit tidak menderita kerugian dan juga belum mendapatkan keuntungan (Carter dan Usry, 2005). Jarang sekali rumah sakit milik pemerintah melakukan analisis BEP, terutama pada unit pelayanannya. Hal ini umum terjadi karena analisis ini cenderung digunakan oleh perusahaan atau rumah sakit yang lebih mengutamakan memperoleh keuntungan (Trisnantoro, 2009). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas di Bagian Keuangan RSUD Banyumas, belum pernah sebelumnya dilakukan analisis BEP pada pelayanan SWD di RSUD Banyumas. Keadaan tersebut bukan berarti rumah sakit milik pemerintah tidak boleh berorientasi pada keuntungan. Fungsi dari laba atau yang disebut dengan keuntungan perusahaan adalah sebagai sumber dana untuk perkembangan perusahaan itu sendiri (Sunaryo, 2001) dengan demikian analisis BEP menjadi penting dilakukan karena hasil analisis dapat membantu direksi rumah sakit dalam melakukan monitoring , mengevaluasi, dan mengendalikan keuangan rumah sakit, sebagai alat yang dapat membantu pihak manajemen merencanakan dan menentukan jumlah tingkat pelayanan minimal agar rumah sakit tidak mengalami kerugian, membantu penentuan tarif, mengendalikan keuangan rumah sakit, dan menyusun strategi keuangan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan rumah sakit (Marhaeni, 2009). Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan analisis BEP untuk menggambarkan keadaan keuangan pada pelayanan SWD di RSUD Banyumas tahun 2017 guna membantu dalam perencanaan kegiatan pelayanan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini yaitu, “Bagaimana analisis break even point pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas tahun 2017?”
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum Menganalisis break even point pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas tahun 2017
2.
Tujuan Khusus a.
Mendeskripsikan komponen biaya tetap pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas Tahun 2017
b.
Mendeskripsikan komponen biaya variabel pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas Tahun 2017
c.
Mendeskripsikan tarif yang sudah ada pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas berdasarkan Peraturan Bupati Banyumas
d.
Mendeskripsikan jumlah pemanfaatan pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas Tahun 2017
e.
Mengetahui pendapatan total dari pemanfaatan pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas Tahun 2017
f.
Menentukan tingkat break even point pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas Tahun 2017 dengan pendekatan secara matematika.
D.
Manfaat
1.
Bagi RSUD Banyumas Peneliti berharap agar hasil penelitian dapat memberikan informasi dan gambaran keadaan mengenai biaya dan kegiatan keuangan dari hasil perhitungan BEP dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Hasil analisis BEP pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan perencanaan dan kebijakan di masa yang akan datang.
2.
Bagi Pemerintah Memberikan informasi mengenai analisis BEP pada pelayanan Short Wave Diathermy di RSUD Banyumas dan menjadi dasar
pertimbangan
untuk
mengambil
keputusan
dalam
menentukan
perencanaan dan kebijakan keuangan RSUD Banyumas sebagai salah satu unit Badan Layanan Umum Daerah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian yang terkait BEP.
E.
Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. 1.
a.
b. c. d.
2.
a.
b.
c. d.
Penelitian Terdahulu Judul : Analisis Upaya Rumah Sakit a. dalam Menutupi Kekurangan Biaya Klaim Indonesia Case Base Group (INA-CBGs) yang Dihitung dengan Metode Activities Base Costing pada Rumah Sakit Swasta Kelas C di Kota Medan Tahun 2017 Penulis : Destanul Aulia, Sri Fajar b. Ayu, dan Nur Hidayah Nasution Tahun Penelitian : 2017 Hasil : Upaya-upaya yang dilakukan rumah sakit swasta untuk menutupi kekurangan biaya klaim INA-CBGs di antaranya memanfaatkan tenaga kesehatan dari mahasiswa yang berasal dari sekolah milik rumah sakit swasta, lamanya pemberian pelayanan, menetapkan paket pelayanan untuk pasien umum, dan menyediakan fasilitas. Judul: Break-Even Analysis of MRI a. Facility at a Large Tertiary care Teaching Hospital of North India
Penulis : Rehana Khurshid1, Tabish b. S A, Abdul Hakim, Khan A, dan Yudhvir Singh Tahun Penelitian : 2014 Hasil : BEP dicapai pada jumlah pemanfaatan sebanyak 2.481,4 unit. Artinya, supaya pelayanan MRI memperoleh keuntungan, rumah sakit perlu memperoleh rata-rata pemanfaatan sekitar 413,5 scan per bulan.
Perbandingan Persamaan : 1) Unit penelitian yaitu data keuangan pada tindakan di fisioterapi 2) Klasifikasi biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel
Perbedaan : 1) Tujuan penelitian yaitu menganalisis upaya rumah sakit dalam menutupi kekurangan biaya klaim INA-CBGs 2) Lokasi penelitian di RS Swasta Kelas C Kota Medan 3) Metode perhitungan dengan Activities Base Costing
Persamaan : 1) Menganalisis BEP pada suatu tindakan medis 2) Klasifikasi biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel Perbedaan : 1) Lokasi penelitian di Large Tertiary care Teaching Hospital of North India 2) Unit penelitian yaitu data keuangan pada tindakan MRI 3) Analisis BEP menggunakan perhitungan rumus dalam unit
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Analisis Break Even Point a.
Pengertian Break Even Point dan Analisis Break Even Point Menurut Bustami dan Nurlela (2013) break even point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan yang pendapatan penjualannya sama dengan total jumlah biayanya atau besarnya kontribusi margin, sama dengan total biaya tetap dengan kata lain perusahaan ini tidak untung dan tidak rugi. Sedangkan Harahap (2007) berpendapat bahwa BEP berarti suatu keadaan di mana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya itu dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan.
Analisis BEP adalah suatu teknik untuk menentukan sebuah titik, baik dalam satuan rupiah maupun unit, untuk menentukan perencanaan tingkat keuntungan di mana terdapat hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan laba total perusahaan
pada
berbagai
tingkat
output
(Dimisyqiyani,
Darminto, dan Topowijino, 2014).
b.
Kegunaan Analisis Break Even Point Menurut Bustami dan Nurlela (2013), manfaat analisis BEP bagi manajemen perusahaan yaitu: 1)
Mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan perusahaan agar tidak mengalami kerugian.
2)
Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu.
3)
Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian.
4)
Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan.
5)
Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan.
c.
Kelemahan Analisis Break Even Point Kelemahan utama dari analisis BEP menurut Yusuf (2014) antara lain : 1)
Asumsi Tentang Linearity Pada umumnya baik tarif per unit maupun biaya variabel per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari frekuensi pemanfaatan. Dengan perkataan lain, frekuensi pemanfaatan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan tarif per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis revenue tidak akan lurus, melainkan melengkung.
2)
Klasifikasi Biaya Kelemahan
kedua
dari
analisis
BEP
adalah
kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya biaya semi variabel dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut. 3)
Jangka Waktu Penggunaan Kelemahan lain dari analisis BEP adalah jangka waktu
penerapanya
yang
terbatas,
biasanya
hanya
digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun.
d.
Klasifikasi Biaya Menurut Sahaf (2013) dalam hubungannya dengan volume aktivitas, biaya dapat diklasifikasikan menjadi: 1)
Biaya Tetap ( Fixed Cost ) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu. Biaya
tetap
per
unit
berbanding
terbalik
secara
proporsional dengan perubahan volume kegiatan atau kapasitas. Semakin tinggi tingkat kegiatan, maka semakin rendah biaya tetap per unit, begitu pula sebaliknya. 2)
Biaya Variabel (Variable Cost ) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
secara
sebanding
(proporsional)
dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan atau aktivitas, maka secara proporsional semakin tinggi pula total biaya variabel, begitu pula sebaliknya. Biaya variabel tetap konstan bila ditunjukkan per unit. 3)
Biaya Semi Variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai elemen biaya tetap dan biaya variabel di dalamnya. Biaya semivariabel jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan
volume
kegiatan,
akan
tetapi
tingkat
perubahannya tidak proporsional atau sebanding. Menurut Riyanto (2001) pemisahkan biaya semi variabel ke dalam biaya tetap dan biaya varibel dapat digunakan beberapa pendekatan pemisahan yang meliputi: a)
Pendekatan lntuisi Pendekatan intuisi menggolongkan biaya kedalam biaya tetap dan biaya variabel dengan meneliti kegiatan, adanya surat-surat keputusan manajemen, dan kontrak-kontrak perjanjian dengan pihak lain.
b)
Pendekatan Engineering Pendekatan
engineering adalah
metode
estimasi biaya dengan cara mengidentifikasikan hubungan fisik antara kegiatan dengan biaya.
c)
Pendekatan Perilaku Biaya Sesungguhnya Masa Lalu Pendekatan perilaku biaya sesungguhnya masa lalu digunakan untuk menaksir biaya masa datang. Anggapan dasar dari pendekatan ini adalah bahwa biaya masa datang akan mempunyai perilaku yang sama dengan biaya masa lalu.
e.
Penetapan Tingkat Break Even Point Menurut Choiriyah, Dzulkirom, dan Hidayat (2016) pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan BEP ada tiga cara yaitu: 1)
Pendekatan Secara Matematika Sebuah perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya. Perhitungan BEP dalam unit atau satuan produk yang dijual adalah sebagai berikut :
BEP(Unit) =
Biaya tetap Contribution Margin tertimbang
Sumber: (Jumingan, 2011) Sedangkan rumus perhitungan BEP dalam rupiah penjualan adalah sebagai berikut:
Break even point =
Biaya tetap 1-
Biaya variabel Pendapatan total
Sumber: (Jumingan, 2011)
2)
Pendekatan Trial and Error Perhitungan
dengan
menggunakan
dasar
keuntungan neto dari nilai suatu volume produksi. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume produksi yang lebih rendah. Jika dengan suatu volume produksi tertentu, perusahaan menderita
kerugian maka volume produksi ditentukan lagi pada nilai yang lebih besar. 3)
Pendekatan Grafik Berdasarkan cara ini BEP dapat ditentukan apabila garis penghasilan penjualan dan garis biaya bertemu di satu titik yang sama, dengan kata lain BEP terletak pada perpotongan antara garis penghasilan penjualan dan garis biaya seperti yang digambarkan pada grafik di bawah ini (Halim dan Supomo, 2009).
Pendapatan dan biaya
Total Pendapatan
Total Biaya
BEP
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Volume Penjualan (Unit)
Gambar 2.1 Grafik Break E ven Point Sumber: Sahaf, 2013
2.
Pelayanan Fisioterapi a.
Definisi Fisioterapi Salah satu cabang pelayanan pada pelayanan rehabilitasi medik yaitu fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan
(physics, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, dan komunikasi (Kemenkes, 2015).
b.
Tujuan Pelayanan Fisioterapi Tujuan pelayanan fisioterapi yaitu memberikan pelayanan fisioterapi pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Memecahkan fungsional
masalah
dan
tubuh manusia
kebutuhan dengan
kesehatan
menerapkan
gerak ilmu
pengetahuan teknologi fisioterapi secara aman, bermutu, efektif dan efisien dengan pendekatan holistik paripurna, dituntun oleh kode etik, berbasis bukti, mengacu pada standar/pedoman serta dapat dipertanggungjawabkan (Kemenkes, 2015).
c.
Jenis Pelayanan Fisioterapi di RSUD Banyumas Berbagai jenis pelayanan fisioterapi di RSUD Banyumas antara lain: 1)
2)
Kecil a)
Shoulderwheel
b)
Fitness non paket
c)
Home slim TH
Sedang a) Infra red
3)
b)
Vibrator
c)
Aerosplint
d)
Ultraviolet
Besar a) Exercise b)
Senam
c)
Chest therapy
d) Massage e)
Terapi keluarga
f)
Konsultasi/assesment
g)
Oral terapi
h) Electrical stimulation i)
Ultrasonik
j)
Pijat bayi
k)
Short Wave Diathermy (SWD)
l) Microwave Diathermy (MWD) m) Traksi n)
Laser
o)
Hidroterapi
p)
Elektrokardiogram (EKG)
q) Nebulizer 4)
Khusus a) Manual Muscle Testing (MMT) b) Denver Development Screening Test (DDST) c)
Manual terapi
d) Manual Lymphe Drainage Vodder (MLDV) e) Neuro structure therapy f)
Mobilisasi saraf
g) Myofascial release h) Fisiotapping
3.
Short Wave Diathermy (SWD) Salah satu pelayanan fisioterapi yang menggunakan alat dengan energi magnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi. Frekuensi yang dihasilkan pada pemakaian SWD adalah 13,66 MHz, 27,33 MHz dan 40,98 MHz dengan panjang gelombang yang sesuai adalah 22 meter, 11 meter, dan 7,5 meter. Secara umum untuk pengobatan frekuensi SWD yang sering digunakan adalah 27,33 MHz dengan panjang gelombang 11 meter (Sujono, 2001). Efek fisiologis dari pemberian terapi panas antara lain : (1) meningkatkan metabolisme sel, (2) meningkatkan elastisitas jaringan ikat dan otot, (3) meningkatkan ambang rangsang dan konduktifitas saraf, (4) vasodilatasi pembuluh darah (Ariska, 2014). Sedangkan efek terapeutik yang didapat antara lain (1) mempercepat penyembuhan luka secara fisiologis, (2) menurunkan
nyeri, (3) persiapan latihan dengan peningkatan elastisitas jaringan, (4) konduktifitas jaringan saraf akan membaik dengan adanya perbaikaan pada elastisitas dan treshold jaringan saraf itu sendiri (Ariska, 2014).
B.
Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 2.2 berikut. Analisis BEP
z
Kegunaan dan Manfaat
Kelemahan
Klasifikasi Biaya
Pendekatan
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Secara Matematika
Biaya Semivariabel
Trial and Error
Secara Grafik
Teknik Pemisahan Biaya Semivariabel
Pendekatan Intuisi
Pendekatan Engineering
Pendekatan Perilaku Biaya Sesungguhnya Masa Lalu
Gambar 2.2 Kerangka Teori Sumber: Riyanto, 2001; Sugiyono, 2012; Sahaf, 2013; Saputra, 2015
C.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini dijelaskan pada Gambar 2.3 berikut Biaya Tetap 1. Biaya penyusutan gedung 2. Biaya penyusutan peralatan 3. Biaya pengadaan perlengkapan rumah sakit 4. Biaya kalibrasi alat medis 5. Biaya gaji tetap pegawai 6. Biaya telepon 7. Biaya kebersihan 8. Biaya laundry
Biaya Variabel 1. Biaya perbaikan alat medis 2. Biaya pemakaian barang logistik 3. Biaya jasa langsung 4. Biaya listrik 5. Biaya air
Perhitungan Break E ven Point dalam rupiah menggunakan rumus
Pendapatan Total
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Break E ven Point pada pelayanan SWD di RSUD Banyumas Tahun 2017
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai suatu keadaan secara objektif tanpa adanya perbandingan maupun menghubungkan antar variabel (Christina dan Aprilia, 2013). Penelitian deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan hasil perhitungan analisis BEP pada pelayanan SWD di RSUD Banyumas tahun 2017.
B.
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Banyumas yang beralamat di Jalan Rumah Sakit No. 1 Desa Kejawar, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas dan waktu penelitian dimulai pada bulan Maret sampai Mei 2018.
C.
Unit Penelitian
Unit penelitian ini yaitu seluruh data keuangan pada pelayanan SWD di RSUD Banyumas yang meliputi data biaya tetap, data biaya variabel, dan pendapatan total dari pemanfaatan pelayanan SWD tahun 2017.
D.
Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Definisi Operasional No. 1.
Variabel Biaya
Definisi Operasional Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi pelayanan SWD yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Terdapat 2 penggolongan biaya dalam analisis break even point .
Alat Ukur Pendekatan intuisi, yaitu mengklasifikasikan biaya dengan meneliti kegiatan dan keputusan manajemen
No.
Variabel
2.
Pendapatan total
3.
Pendekatan secara matematika
Definisi Operasional Alat Ukur 1. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah selama kegiatan pelayanan kesehatan dilakukan dalam periode waktu tertentu, seperti Biaya penyusutan gedung, Biaya penyusutan peralatan, Biaya pengadaan perlengkapan rumah sakit, Biaya kalibrasi alat medis, Biaya gaji tetap pegawai, Biaya telepon, Biaya kebersihan, dan Biaya laundry. 2. Biaya variabel adalah biaya yang berubah seiring bertambahnya dalam kegiatan pelayanan kesehatan dilakukan, seperti Biaya perbaikan alat medis, Biaya logistik, Biaya jasa langsung, Biaya listrik, dan Biaya air. Seluruh pendapatan yang diterima Penjumlahan seluruh dari pemanfaatan pelayanan SWD di pendapatan RSUD Banyumas Penentuan titik break even point Perhitungan dengan menggunakan perhitungan menggunakan rumus rumus: matematika
BEP
4.
E.
Analisis BEP
=
biaya tetap 1-
biaya variabel pendapatan total
Perhitungan jumlah pendapatan total sama dengan jumlah biaya total atau keadaan impas yaitu pelayanan SWD di RSUD Banyumas belum memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian.
Perhitungan dengan pendekatan matematika
Alur Penelitian Persiapan
Analisis Data
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Data Pemanfaatan
Pendapatan Total
Pendekatan Secara Matematika
Data Isian Biaya
Biaya Tetap, Biaya Variabel
Analisis BEP
Survey
Semprop
Izin penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
F.
G.
Instrumen Penelitian
1.
Lembar checklist perolehan sumber data penelitian
2.
Data isian biaya tetap dan biaya variabel
3.
Data pemanfaatan pelayanan SWD
Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pendapatan total pada tahun 2017 serta klasifikasi biaya tetap dan biaya variabel yang dijelaskan dalam Tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Klasifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
H.
Jenis Biaya Biaya penyusutan gedung Biaya penyusutan peralatan Biaya pengadaan perlengkapan rumah sakit Biaya kalibrasi alat medis Biaya gaji tetap pegawai Biaya telepon Biaya kebersihan Biaya laundry Biaya pemakaian barang logistik Biaya perbaikan alat medis Biaya jasa langsung Biaya listrik Biaya air
Klasifikasi Biaya
Biaya tetap
Biaya variabel
Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif yaitu dengan melakukan perhitungan BEP dalam rupiah menggunakan rumus: Break even point =
I.
biaya tetap 1-
biaya variabel pendapatan total
Etika Penelitian
Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik dan Kepala Bagian Keuangan RSUD Banyumas untuk mendapat persetujan, aman, dan tidak membahayakan siapapun.
J.
Jadwal Penelitian Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
1.
Studi pendahuluan Penyusunan proposal Seminar proposal Pengambilan data Analisis data
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Penyusunan draft laporan Seminar hasil
Januari 1 2 3 4
Februari 1 2 3 4
Maret 1 2 3 4
1
April 2 3 4
1
Mei 2 3
4
DAFTAR PUSTAKA
Ariska, Intan, 2014, Penatalaksanaan Shortwave Diathermy (Swd), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (Tens) Dan Terapi Latihan William Flexion Exercise Pada Kasus Low Back Pain Miogenik Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta, Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Aulia, Destanul , Sri Fajar Ayu, dan Nur Hidayah Nasution, 2017, Analisis Upaya Rumah Sakit dalam Menutupi Kekurangan Biaya Klaim Indonesia Case Base Group (INA-CBGs) yang Dihitung dengan Metode Activities Base Costing pada Rumah Sakit Swasta Kelas C di Kota Medan Tahun 2017, Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 1(4): 159-166. Bustami, Bastian dan Nurlela, 2013, Akuntansi Biaya Edisi 4, Mitra Wacana Media, Jakarta. Cahyono, Dwi, 2008, Analisis Break-Even Point sebagai Salah Satu Alat Untuk Membantu dalam Penentuan Tarif Perawatan Pada RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Carter, William K. dan Milton Usry, 2005, Akuntansi Biaya Buku 2 Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta. Choiriyah, Vivin Ulfathu, Moch. Dzulkirom, dan Raden Rustam Hidayat, 2016, Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Penjualan Pada Tingkat Laba yang Diharapkan, Jurnal Administrasi Bisnis, 35(1): 196-206. Christina, R. dan R. Aprilia, 2013, Analisis Hubungan Break Even Point dengan Perencanaan Laba Jangka Pendek Pada CV Adi Putra Utama Palembang, Artikel Ilimiah, STIE MDP Business School, Palembang. Dimisyqiyani, Jalaluddin, Darminto, dan Topowijino, 2014, Analisis Break Even Point Sebagai Alat untuk Merencanakan Laba Perusahaan, Jurnal Administrasi Bisnis, 13(1): 1-9. Duchac, W. R, 2009, Financial and Managerial Acounting , Cengage Learning Academic Resource Center, USA. Halim, Abdul dan Bambang Supomo, 2009, Akuntansi Manajemen Cetakan 1, Salemba Empat, Jakarta. Harahap, S. S, 2007, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Jumingan, 2011, Analisis Laporan Keuangan, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Kemenkes RI, 2015, Permenkes Nomor 65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Khurshid, Rehana, dkk, 2014, Break-Even Analysis of MRI Facility at a Large Tertiary care Teaching Hospital of North India, International Journal of Medicine and Allied Health Sciences, 2(2): 220-222. Mollah, Kalam, 2016, Analisa Break Even Point dan Net Present Value Berdasarkan Input Tarif Yang Berlaku di Klinik Kesehatan Al-Jadid Surabaya, Jurnal IPTEK , 20(2): 21-28. Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4, BPFE, Yogyakarta. RSUD Banyumas, 2014, Rencana Strategis RSUD Banyumas Tahun 2014-2019, RSUD Banyumas, Banyumas. Sahaf, M.A, 2013, Management Accounting Principles and Practice 3rd Edition, Vikas Publishing, New Delhi. Saputra, Maria Savvyana, 2015, Analisis Break Even Point Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Tahun 2014, Skripsi, Jurusan Pendidikan Dokter Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Siregar, Fakhrina, 2005, Analisis Break Even Point Pada Rumah Sakit Haji Medan, Skripsi, Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. Sugiyono. 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Sujono, Agus, 2001, Pengembangan Tehnik Terapi Nyeri Dengan Modalitas Thermal , Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri, Surakarta. Sunaryo, T, 2001, Ekonomi Manajerial Aplikasi Teori Ekonomi Mikro, Erlangga, Jakarta. Thabrany, H, 2009, Rumah Sakit Berbentuk BLU: Bentuk Paling Pas dalam Koridor Hukum Saat Ini, Artikel , Universitas Indonesia, Jakarta. Trisnantoro, Laksono, 2009, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Trisnantoro, Laksono, dkk, 2014, Primary Health Care Financing and Expenditure Bottleneck Study, PKMK FK UGM, Yogyakarta. Yulianti, Anni, 2001, Studi Tentang Kesiapan Rumah Sakit Swadana dalam Menghadapi Desentralisasi Menuju Otonomi Daerah (Studi Kasus di RSUD
Pasar Rebo dan RSUP Fatmawati), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, http://digilib.litbang.depkes.co.id, diakses 11 Januari 2018. Yusuf, M, 2014, Analisa Break Event Point (BEP) Terhadap Laba Perusahaan, ESENSI Jurnal Bisnis dan Manajemen, 4(1): 49-66.
Lampiran 1. Lembar Checkli st Perolehan S umber Data Penelitian LEMBAR CHECKLIST PEROLEHAN SUMBER DATA PENELITIAN No.
Jenis Data
Pendapatan 1. Data tarif pelayanan SWD 2. Jumlah pemanfaatan SWD Biaya Tetap 1. Biaya perolehan gedung 2. Umur ekonomis gedung 3. Umur gedung hingga 2017 4. Data aset di pelayanan SWD 5. Data harga perolehan aset 6. Data umur ekonomis aset 7. Data umur aset hingga 2017 8. Data pengadaan perlengkapan rumah sakit 9. Biaya pengadaan perlengkapan rumah sakit 10. Data kalibrasi alat medis 11. Biaya kalibrasi alat medis 12. Data pegawai 13. Data gaji tetap pegawai 14. Jumlah titik telepon 15. Biaya per titik telepon 16. Luas lantai ruang pelayanan 17. Biaya kebersihan 18. Data pemakaian laundry 19. Biaya laundry Biaya Variabel 1. Data perbaikan alat medis 2. Biaya perbaikan alat medis 3. Data pemakaian barang logistik 4. Nilai satuan barang logistik 5. Biaya jasa langsung 6. Data pemakaian listrik (nama alat listrik, jumlah alat, waktu operasional, daya) 7. Data tarif listrik per Kwh 8. Data pemakaian air 9. Data tarif air per m3
Sudah Diperoleh ( )
Keterangan
Lampiran 2. Data I sian B iaya Tetap dan B iaya Variabel FORMULIR PENGUMPULAN DATA DATA ISIAN BIAYA TETAP DAN BIAYA VARIABEL No. 1. 2.
Jenis Biaya Biaya penyusutan gedung Biaya penyusutan peralatan Biaya pengadaan perlengkapan rumah 3. sakit 4. Biaya kalibrasi alat medis 5. Biaya gaji tetap pegawai 6. Biaya telepon 7. Biaya kebersihan 8. Biaya laundry Total Biaya Tetap 1. Biaya perbaikan alat medis 2. Biaya pemakaian barang logistik 3. Biaya jasa langsung 4. Biaya listrik 5. Biaya air Total Biaya Variabel
Klasifikasi Biaya
Biaya tetap
Biaya variabel
Total
Lampiran 3. Data Pemanfaatan Tindakan Short Wave Diathermy FORMULIR PENGUMPULAN DATA DATA PEMANFAATAN PELAYANAN SH ORT WAVE DI ATH E RMY No. Kelas Perawatan 1. Rawat Inap VIP 2. Rawat Inap Kelas I dan II 3. Rawat Inap Kelas III 4. Rawat Jalan Total Pendapatan
Tarif Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 20.000 Rp 20.000
Utilisasi
Pendapatan