Break Even Point (BEP) BEP merupakan titik perpotongan antara garis sales dengan total cost, yang menunjukkan tingkat produksi dimana besarnya sales sama dengan total cost. Bila pabrik beroperasi di bawah kapasitas tersebut akan mengakibatkan kerugian dan bila beroperasi di atas kapasitas tersebut, maka pabrik akan untung. dengan : Fa = annual fixed expense pada kapasitas maksimum Ra = annual regulated expense pada kapasitas maksimum Va= annual variable expense pada kapasitas maksimum Sa = annual sales value pada kapasitas maksimum a) Annual Fixed Expense Depresiasi = Rp. 31.186.087.933,99 Property tax = Rp. 6.237.361.586,80 Insurance = Rp. 3.118.680.793,40 + Fa = Rp. 40.542.850.314,19 b) Annual Regulated Expense Labor cost = Rp. 3.456.000.000,00 Supervision = Rp. 691.200.000,00 Plant overhead = Rp. 1.728.000.000,00 Payroll overhead = Rp. 518.400.000,00 Plant supplies = Rp. 3.274.614.833,07 Maintenance = Rp. 21.830.765.553,79 Laboratory = Rp. 345.600.000,00 General Expense = Rp. 185.726.432.506,76+ Ra = Rp. 217.571.012.893,63 c) Annual Variable Expense Raw material = Rp. 79.021.491.41,27 Packaging & shipping = Rp. 87.541.988.422,16 Utilitas = Rp. 5.836.132.561,48 Royalti & paten = Rp. 12.875.756.294,25 + Va = Rp. 185.275.368.699,16 BEP = 43,01 %
Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah 1. alat perencanaan untuk hasilkan laba 2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. 3 Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan 4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan
biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya. Bagaimana cara menghitungnya? Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu : 1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali 2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan 3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu : 1. Rumus BEP untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi Break Even Point : Total Fixed Cost __________________________________ Harga jual per unit dikurangi variable cost Contoh : Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah Rp.200,000 __________ = 40 units 10,000 – 5,000 Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan 2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP : Total Fixed Cost __________________________________ x Harga jual / unit Harga jual per unit dikurangi variable cost Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah Rp.200,000 __________ x Rp.10,000 = Rp.400,000,10,000 – 5,000 ANALISIS BREAK EVEN POINT Anlisis BEP dapat memberikan hasil yang memadai, apabila asumsi berikut terpenuhi : _ Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan _ Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel _ Efisiensi dan produktivitas tidak berubah _ Harga jual tidak berubah _ Biaya- biaya tidak berubah _ Bauran penjualan akan konstan
_ Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan awal dan persediaan akhir Pendekatan dalam mengitung BEP _ Pendekatan Persamaan _ Pendekatan Marjin Kontribusi _ Pendekatan Grafik Pendekatan persamaan _ Y=cx – bx – a _ Y = laba _ c = harga jual per unit _ x = jumlah produk _ b = biaya variabel satuan _ a =biaya tetap total _ cx = hasil penjualan _ bx = biaya variabel total _ X(BEP dalam unit) = a/(c-b) _ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c) Biaya Tetap Vs Biaya Variabel Dalam hubungannya dengan volume produksi : (1)Biaya Variabel Karakteristik : _ biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas _ Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan) Contoh dalam perusahan furniture
_ Biaya perlengkapan _ Biaya bahan bakar _ Biaya sumber tenaga _ Biaya perkakas kecil _ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban _ Gaji satpam dan pesuruh pabri Dalam hubungannya dengan volume produksi : (2)Biaya Tetap Karakteristik : _ Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas _ Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatan Contoh dalam perusahan furniture _ Biaya penyusutan _ Gaji eksekutif _ Pajak bumi dan bangunan _ Amortisasi paten _ Biaya penerimaan barang _ Biaya komunikasi _ Upah lembur Dengan metoda 1. Pendekatan Persamaan 2. Pendekatan Marjin Kontribusi 3. Pendekatan Grafik Pendekatan Margin Kontribusi _ Mengurangkan nilai penjualan total (total revenue =TR) dengan biaya
variabel total (total Variabel cost = TVC) _ Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna menghitung margin kontribusi per unit. Pada Kasus CV. Donut Kotak Harga Jual per unit Rp. 5.000 Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000 Margin kontribusi Rp. 2.000 BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit) BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit _ BEP (rupiah) Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi _ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 % _ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 % _ Margin kontribusi Rp. 2.000
Break even point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. BEP dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan yang dinilai menggunakan total biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan apakah mencapai titik BEP, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
Fungsi Analisis BEP Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan untuk menentukan hal-hal seperti:
Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus dibuat. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut. Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP. Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan penjualan dan sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh keuntungan berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP-nya (Prawirasentono : 1997).
Rumus BEP (Break Even Point) Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point :
1) Pendekatan Matematis Rumus BEP yang pertama adalah menghitung break even point yang harus diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total variabel, hasil penjualan total atau harga jual per unit. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: 1. Break even point dalam unit.
Keterangan : BEP : Break Even Point FC : Fixed Cost VC : Variabel Cost P : Price per unit S : Sales Volume
2. Break even point dalam rupiah.
Berikut Contoh Kasus : Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data sebagai berikut : 1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil. 2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit 3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut : 1. Fixed Cost Overhead Pabrik :
Rp. 60.000.000,-
Biaya disribusi :
Rp. 65.000.000,-
Biaya administrasi : Rp. 25.000.000,Total FC :
Rp.150.000.000,-
2. Variable Cost Biaya bahan
:
Rp. 70.000.000,-
Biaya tenaga kerja : Rp. 85.000.000,Overhead pabrik :
Rp. 20.000.000,-
Biaya distribusi : Rp. 45.000.000,Biaya administrasi : Rp. 30.000.000,Total VC :
Rp.250.000.000,-
Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit maupun rupiah. Penyelesaian : Kapasitas produksi Harga jual per unit
100.000 unit Rp. 5000,-
Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-
Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :
Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP. Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :
Keterangan : Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,agar terjadi BEP. Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan : BEP = Unit BEP x harga jual unit BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-
2) Pendekatan Grafik Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu pendekatan grafik menggambarkan hubungan antara volume penjualan dengan biaya ya ng dikeluarkan oleh perusahaan serta laba. Selain itu juga untuk mengetahui biaya teta p dan biaya variabel dan tingkat kerugian perusahaan. Asumsi yang digunakan dalam analisis peulang pokok ini adalah bahwa harga jual, biaya variabel per unit adalah konstan. Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu Y). Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar break even point tersebut. Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya break even point dalam rupiah. Baca Juga: Cara Berbisnis yang Baik Bagi Seorang Pemimpin Kesimpulan Demikian rumus BEP yang dapat saya paparkan, masih banyak yang kurang karena jikalau di masukkan semua akan memakan banyak tulisan. Sekian dan semoga bermanfaat.
ANALISIS BREAK EVEN POINT ( BEP)
ANALISA BREAK EVEN POINT A. Pengertian Analisi Break Even Analisa break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Adapun pengertian – pengertian Break Even Point menurut para ahli: 1. Menurut S. Munawir ( 2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( total penghasilan = total biaya) 2. Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost volume profit analysis Arti penting analisis break even point bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut: a) Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian b) Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu c) Penetapan seberapa jauhkah menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi 3. Menurut Purba (2002) Titik impas (break even point) berlandaskan pada pernyataan sederhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengahsilkan produk tersebut. 4. Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugiaan. 5. Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan biaya total penjualan sehingga tidak ada laba atau rugi 6. Menurut Garrison dan Noreen 92004) break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasrkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang. B. Gambar Break Even (Break Even Chart) Dalam gambar break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis peenghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Kalau dari titik itu ditarik lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak bsarnya break even dalam rupiah.
Dalam menggambarkan garis biaya tetap dalam gambar break even itu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang kedua, besarnya “contribution margin” akan nampak pada gambar break even tersebut. Untuk jelasnya dapatlah diberikan contoh di bawah ini. Contoh: Suatu perusahaan bekerja dengan biaya tetap sebesar Rp 300.000;. biaya variabel per unit Rp 40;. Harga jual per unit Rp 100;. Kapasitas produksi maksimal 10.000 unit. Dengan dua cara dalam menggambarkan garis biaya tetap, atas dasar data tersebut, kita dapat membuat dua gambar break even seperti nampak dibawah ini: Garis biaya tetap digambarkan secara horizontal sejajar dengan sumbu X
Garis biaya tetap digambarkan dengan garis biaya variabel
Dari gambar kedua tersebut di atas nampak bahwa break even point tercapai pada volume penjualan sebesar Rp 500.000; atau dinyatakan dalam unit sebanyak 5.000 unit. Pada gambar 22.1.b adalah lebih baik karena pada gambar tersebut nampak konsep “contribution margin”. Dalam gambar tersebut break even point tercapai pada volume kegiatan di mana contribution
margin (yaitu penghasilan penjualan minus biaya variabel) tepat sama besarnya dengan biaya tetap, yaitu pada volume penjualan Rp 500.000; atau dalam unit sebanyak 5.000 unit C. Perhitungan Break Even Point Perhitungan break even point yang lebih tepat dapat dilakukan dengan cara “trial and error” (serba coba-coba) atau dengan menggunakan rumus-rumus aljabar 1. Perhitungan Break Even Point dengan Cara “ Trial and Error” Perhitungan break even point dapat dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitungkeuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambilvolume penjualan/produksi yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu, perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikan dilakukan seterusnya hingga dicapai volume penjualan/produksi di mana penghasilan penjualan tepat sama dengan besarnya biaya total. Misalkan dari contoh 1 diambil volume produksi 6.000 unit. Dengan volume produksi 6.000 unit maka dapat dihitung keuntungan operasi sebagai berikut: =(6.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (6.000 x Rp 40) = Rp 600.000 – (300.000 + Rp 240.000) = Rp 60.000 Pada volume produksi 6.000 unit perusahaan masih mendapatkan keuntungan. Ini berarti bahwa break even pointnya terletak di bawah 6.000 unit. Misalkan diambil 4.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut =(4.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (4.000 x Rp 40) = Rp 400.000 – (300.000 + Rp 160.000) = Rp 60.000 Pada volume produksi 4.000 unit ternyata diderita kerugian sebesar Rp 60.000. Ini berarti bahwa break even pointnya lebih besar dari 4.000 unit. Misalkan diambil 5.000 unit, dan hasil perhitungannya adalah sebagai berikut =(5.000 x Rp 100) – Rp 300.000 + (5.000 x Rp 40) = Rp 500.000 – (300.000 + Rp 200.000) = Rp 0 Ternyata pada volume produksi/penjualan 5.000 unit tercapai break even pointyaitu yang dimanakeuntungan netonya sama dengan nol. 2. Perhitungan Break Even Point dengan Menggunakan Rumus Aljabar Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu a) Atas dasar unit Perhitungan break even point atas dasar unit dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Dimana P = harga jual per unit V = biaya variabel per unit FC = biaya tetap Q = jumlah unit /kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual b) Atas dasar sales dalam rupiah Perhitungan break even point atas dasar sales dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan rumus aljabar sebagai berikut:
Dimana FC = biaya tetap VC= biaya variabel S = penjualan
D. Manfaat dan Kegunaan BEP Manfaat BEP antara lain: Alat perencanaan untuk hasilkan laba Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya
dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhaan. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti Telah dijelaskan sebelumbya bahwa analisa BEP sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui BEP kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan. Analisis BEP berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah: a) Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap. b) Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap. c) Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan. d) Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang di produksi. e) Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu. f) Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap) Analisa BEP juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dlam berbagai pengambilan keputusan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai; Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh. BEP juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk: 1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dan biaya tetap. 2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum 3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan BEP dalam suatu proyek yang diusulkan. E. Kelemahan analisa BEP. Sekalipun analisa BEP ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa BEP ini anata lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. Asumsi-asumsi dasar analisi BEP 1. Menentukan posisi laba rugi perusahaan 2. Menentukan penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugiaan 3. Menetukan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu F. Komponen yang berperan pada BEP Komponen yang berperan pada BEP yaitu biaya, biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini. Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut,yaitu: 1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kuantitas. 2. Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki. 3. Meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungki