BUDIDAYA TANAMAN PADI ( Oryza sativa L. )
A. JENIS DAN DAN VARIETAS UNGGUL Ada 25 spesies Oryza, salah satunya Oryza sativa yang memiliki 2 sub spesies, yaitu yaponica (padi bulu) yang ditanam di daerah sub tropis dan indica (padi cere) yang ditanam di Indonesia. Berdasarkan sistem budidaya terdapat 2 tipe padi, yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di lahan kering (tidak digenangi) dan padi sawah yang ditanam di sawah (tergenangi air). Varietas unggul padi banyak berasal dari hasil silangan IRRI seperti IR 48, IR 64, IR 65, IR 70, IR 72 dan IR 74 atau hasil silangan dalam negeri seperti Cisadane, Cisanggarung, Cisantana, Cisokan, Citanduy, Citarum, Fatmawati dan Sintanur.
Saat ini mulai dikembangkan varietas padi padi hibrida seperti seperti Hibrindo-1,
Hibrindo-2, Intani 1 dan Intani 2.
B. AGROEKOLOGI Ada 2 tipe padi, yaitu padi sawah dan padi gogo (padi huma, padi ladang). Pada sistem sawah, tanaman padi selalu tergenang air sedangkan pada sistem gogo, tanaman padi tidak tergenang air. Kombinasi 2 sistem ini dikenal sebagai gogo rancah, yaitu padi ditanam saat awal hujan pada petakan sawah, kemudian digenangi air hujan seiring dengan bertambahnya curah hujan. Di daerah berawa dikenal dengan nama padi pasang surut (padi sonor), sedangkan pada daerah bantalan sungai dikenal dengan nama padi lebak.
C. PENANAMAN 1. Padi Sawah Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur sehingga tanah yang ideal untuk sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20%. a. Penyiapan Lahan Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman.
Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, garu dan
perataan. Sebelum diolah, lahan digenangi air terlebih dahulu sekitar 7 hari. Kedalaman lapisan olah sekitar 15 – 20 cm. b. Pemillihan Benih Benih yang digunakan agar bersertifikat bersertifi kat atau berlabel berlabel biru. Kebutuhan benih sekitar 20 – 25 Kg/Ha.
Sebelum disemai, benih direndam dulu
dalam larutan air garam (200 gr garam per liter air).
Benih yang
mengambang dibuang karena tidak bagus. Benih yang bagus ditiriskan, lalu dicuci dan direndam dengan air bersih selama 24 jam. Air rendaman diganti tiap 12 jam. Perendaman bertujuan untuk memecahkan dormansi. Benih lalu dihamparkan dan dibungkus karung basah selama 24 jam.
c. Penyemaian Lahan penyemaian dibuat bersamaan dengan penyiapan lahan untuk penanaman. Luas lahan penyemaian sekitar 500 m 2 untuk luas tanam 1 Ha. Pada lahan penyemaian dibuat bedengan dengan lebar 1 – 1,25 m. Setelah bedengan diratakan, benih disebarkan merata di atas bedengan, lalu disebarkan sedikit sekam atau jerami di atas benih. Air dipertahankan tergenang di sekitar bedengan hingga bibit siap dipindahtanamkan saat bibit berumur sekitar 21 hari atau bibit memiliki minimal 4 daun.
d. Cara Tanam Saat penanaman, kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau macak-macak. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 22 cm x 22 cm atau jarak tanam jejer legowo 25 cm x 12,5 cm x 50 cm. Bibit yang ditanam sekitar 2 – 3 batang per lubang. Setelah 3 HST (Hari Setelah Tanam), air dimasukkan ke dalam lahan. Adapun penyulaman dilakukan pada 7 HST jika ada bibit yang mati.
e. Pemupukan Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk buatan dan pupuk organik. Dosis penggunaan pupuk organik sekitar 7 – 10 Ton/Ha. Pupuk organik diberikan saat pembajakan pertama. Dosis pemupukan yang dianjurkan : No. Jenis Pupuk 1 Urea (Kg/Ha) SP-18 (Kg/Ha) KCl (Kg/Ha) 2. Urea (Kg/Ha) Phonska (Kg/Ha)
14 HST 100 200 100 100 150
30 HST 50 50 -
50 HST 50 50 150
f. Pemeliharaan Tanaman Pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dengan mengatur ketinggian genangan sekitar 2 – 5 cm. Genangan air yang lebih tinggi akan mengurangi pembentukan anakan. Pengeringan pada saat tertentu akan memperbaiki aerasi tanah dan membuat pertumbuhan padi lebih baik.
Metode pemberian air pada padi sawah : Umur/Fase Tanaman 0 – 3 HST 4 – 10 HST 12 – menjelang berbunga
Pemberian Air Kondisi tanah macak-macak Diairi setinggi 2 – 5 cm Air di petakan dibiarkan mengering sendiri (5-6 hari). Setelah kering, petakan diairi setinggi 5 cm, lalu dibiarkan lagi mengering sendiri Diairi terus menerus setinggi 5 cm Petakan dikeringkan
Fase berbunga – 10 HSP 10 HSP – Panen Keterangan : HST = Hari Setelah Tanam HSP = Hari Sebelum Panen
Pengendalian hama dan penyakit sebaiknya dilaksanakan secara terpadu, bila menggunakan pestisida sebaiknya direkomendasikan oleh pengamat hama.
Kegiatan penyiangan disesuaikan dengan waktu pemupukan
karena petakan sebaiknya bersih dari gulma pada saat pemupukan.
2. Padi Gogo Sumber air padi gogo seluruhnya tergantung pada curah hujan sehingga untuk pertumbuhan yang
baik, tanaman padi gogo membutuhkan curah
hujan lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari 3 bulan. a. Penyiapan Lahan Disarankan agar dilakukan pemberian pupuk organik pada lahan kering sekitar 2 – 20 Ton/Ha untuk memperbaiki struktur fisik, kimia dan biologi tanah.
Pada lahan masam agar diberikan pupuk organik dan kapur
pertanian bersamaan dengan pengolahan tanah untuk menaikan pH dan memperbaiki
kesuburan
tanah.
Pengolahan
tanah
terdiri
dari
pembajakan, garu dan perataan dengan kedalaman 15 – 20 cm. Untuk mengurangi erosi dan mempertahankan kelembaban tanah, dilakukan pengolahan tanah minimum dan tanpa olah tanah.
b. Pemilihan Benih Pelakuan dalam pemilihan benih padi gogo sama dengan benih padi sawah yaitu direndam dan diperam. Kebutuhan benih untuk padi gogo sekitar 50 Kg/Ha.
Benih padi gogo tidak perlu disemai tapi langsung
ditanam dalam lubang tanam.
Benih yang ditanam sebaiknya telah
muncul bintik putih di ujung benih karena benih telah siap berkecambah.
c. Cara Tanam Penanaman dapat dilakukan jika kondisi tanah tidak terlalu kering. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 40 cm x 20 cm. Bibit yang ditanam sekitar 5 batang per lubang.
d. Pemupukan Dosis pemupukan yang dianjurkan : No. Jenis Pupuk 1 Urea (Kg/Ha) SP-18 (Kg/Ha) KCl (Kg/Ha) 2. Urea (Kg/Ha) Phonska (Kg/Ha)
14 HST 75 300 100 100 150
30 HST 100 50 -
50 HST 75 50 150
e. Pemeliharaan Penyiangan
pada
awal
penanaman
sangat
diperlukan
karena
pertumbuhan awal padi gogo lambat. Masalah dalam penanaman padi gogo, diantaranya kerebahan sehingga disarankan tanaman sedikit dibumbun agar persentase tanaman rebah berkurang.
D. PANEN DAN PASCA PANEN Salah satu upaya peningkatan produksi pangan adalah mengurangi kehilangan hasil dalam penanganan panen dan pasca panen baik kuantitatif maupun kualitatif yang dapat mencapai 12 – 20%. 1. Waktu dan Cara Panen Padi siap panen sekitar 30 – 40 hari setelah berbunga merata. Waktu panen yang baik pada pagi hari saat embun sudah menguap dan lahan dalam kondisi kering tidak tergenang air, oleh karena itu 10 hari menjelang panen sawah sebaiknya dikeringkan untuk menyerempakkan pematangan gabah. Panen dilakukan jika kadar air sekitar 23 – 25% dengan menggunakan sabit bergerigi, lalu ditumpuk di tempat pengumpulan yang kering untuk mencegah kerusakan akibat terendam.
2. Perontokan Perontokan dilakukan dengan cara dibanting atau dengan mesin perontok (threser). Jika perontokan dengan cara dibanting maka padi dipanen dengan cara potong bawah. Jika menggunakan threser, sebaiknya padi dipanen cara potong tengah atau atas.
Untuk mengurangi kemungkinan tercecer saat
perontokan, tempat perontokan diberi alas terpal.
3. Pembersihan Pembersihan dilakukan dengan cara membuang benda-benda asing yang tidak diinginkan seperti daun, batang, kerikil, tanah dan lain-lain agar tidak tercampur dengan hasil panen karena dapat menyulitkan penyimpanan dan
menurunkan kualitas. Gabah dibersihkan dengan cara ditampi atau dengan bantuan blower.
4. Pengeringan Gabah segera dikeringkan setelah dirontokkan hingga kadar airnya 14% agar dapat disimpan lebih lama tanpa ada penurunan mutu dan membuat benih dorman. Pengeringan dapat dilakukan dengan dijemur atau dengan mesin pengering (dryer). Ketebalan hamparan gabah sekitar 5 – 7 cm. Penjemuran sebaiknya di atas alas tikar, anyaman bambu atau lantai semen. Penjemuran di atas alas plastik tidak dianjurkan karena mudah terjadi kondensasi yang dapat menurunkan mutu gabah.
Saat penjemuran dilakukan pembalikan
gabah setiap 2 jam sekali untuk mengurangi keretakan gabah.
5. Pengangkutan Untuk memudahkan pengangkutan dan mengurangi bahan tercecer, perlu pengepakan yang baik.
6. Penyimpanan Tenpat penyimpanan gabah yang memenuhi persyaratan diantaranya bersih dan kering, tidak lembab dan bebas dari serangan penyakit gudang. Gabah yang aman simpan selama 6 bulan adalah gabah yang berkadar air maksimum 14% dan kadar kotorannya maksimum 3%.