zzzzzzzzzzzzzz
BUKU PANDUAN _____________________________________________________ PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSUP. DR. MOHAMMAD HOESIN
Edisi ke-2, tahun 2017
Penyusun: Zulkifli, dr, SpAn. KIC, M.Kes, MARS Rizal Zainal, dr, SpAn. KMN Yusni Puspita, dr, SpAn. KAKV. KIC, M.Kes Fredi Heru Irwanto, dr, SpAn Mayang Indah Lestari, dr, SpAn
Diterbitkan oleh: Departemen / Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang i
BUKU PANDUAN _____________________________________________________ PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RSUP. DR. MOHAMMAD HOESIN
Edisi ke-2, tahun 2017
Penyusun: Zulkifli, dr, SpAn. KIC, M.Kes, MARS Rizal Zainal, dr, SpAn. KMN Yusni Puspita, dr, SpAn. KAKV. KIC, M.Kes Fredi Heru Irwanto, dr, SpAn Mayang Indah Lestari, dr, SpAn
Diterbitkan oleh: Departemen / Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2017 ii
Hak Cipta 2011 pada Penulis Buku Panduan Pendidikan Dokter Spesialis-1 Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Cetakan Pertama Desember 2011 Cetakan Kedua November 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang
Zulkifli, dr, SpAn. KIC, M.Kes, MARS Rizal Zainal, dr, SpAn. KMN Yusni Puspita, dr, SpAn. KAKV. KIC, M.Kes Fredi Heru Irwanto, dr, SpAn Mayang Indah Lestari, dr, SpAn Dicetak oleh: Penerbit Unsri Press Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telepon 0711-360969-373422, fax 0711-360969 Email:
[email protected] Website: www.unsripress.unsri.ac.id
Palembang: Unsri Press 2017 Setting & Layout: Bernhard A. Purba, Afriza Rizki Z. Cetakan Pertama : Desember 2011 Cetakan Kedua: November 2017 xii+98 halaman : 21.59x26.94 cm ISBN:979-587-716-X
Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun,baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit Hak Terbit Pada Unsri Press
iii
iv
KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Visi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadi lembaga pendidikan kedokteran terkemuka di tanah air. Sejalan dengan itu dalam kurun 5 dasawarsa usianya saat ini Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya secara terus menerus mengupayakan berbagai usaha untuk mengembangkan sarana dan fasilitas, pengembangan mutu dan jumlah SDM, pembukaan program studi baru dan pembinaan kerjasama lintas sektoral.
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berdiri sebagai jawaban dari tantangan kebutuhan tenaga ahli anestesiologi di Indonesia yang sudah sangat mendesak terutama di lingkungan regional sumatera bagian selatan disamping pemenuhan upaya mengemban salah satu misi fakultas yaitu pengembangan diri dengan membuka program studi baru.
Untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar dan sebagai pedoman peserta didik dan penyelenggara pendidikan, maka bagian Anestesiologi Dan Terapi Intensif, dalam usianya yang relatif muda, dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif tahun 2016 yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang telah berhasil
menyusun
buku
panduan
institusi
Pendidikan
Dokter
Spesialis-1
Anestesiologi dan Terapi Intensif. Kami berharap buku ini akan dipedomani dengan baik dan dievaluasi secara terus menerus sehingga selalu up to date sesuai dengan kebutuhan.
Untuk semua upaya yang telah berhasil dilaksanakan, kami selaku pimpinan Fakultas menucapkan selaat dan sekaligus ucapan terimakasih kepada Bagian Anestesi dan Terapi Intensif. Semoga apa yag kita cita-citakan bersama dapat tercapai dengan pertolongan Tuhan YME.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
dr. Syarif Husin, MS
v
KATA PENGANTAR KEPALA DEPARTEMEN/BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK UNSRI – RSMH Assalamualaikum Wr.Wb, Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga
revisi
Buku
Panduan
Pendidikan
Dokter
Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang ini dapat diselesaikan. Buku panduan ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan proses pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang telah disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan oleh Kolegium Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI) dan disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh masyarakat. Pendidikan dokter adalah pendidikan akademik dan profesi yang menghasilkan dokter umum, sedangkan pendidikan dokter spesialis adalah suatu program pendidikan untuk mencapai kompetensi tertentu dan merupakan jenjang pendidikan lanjut pendidikan dokter.
Buku panduan ini disusun berdasarkan acuan normatif yang berlaku di lingkungan Universitas Sriwijaya (UNSRI), acuan normatif yang berlaku di lingkungan organisasi profesi (PERDATIN) khususnya, Kolegium Anestesi dan Terapi Intensif (KATI), dan acuan normatif yang berlaku di lingkungan RSUP Dr.Moh.Hoesin Palembang.
Buku panduan ini sangat jauh dari kesempurnaan dan memuaskan berbagai pihak, masukan dan saran sangat diharapkan untuk lebih menyempurnakan pengelolaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar peserta program di Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif.
Ketua Bagian/Departemen Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
dr.Zulkifli, Sp.An, KIC, MKes. MARS
vi
KATA PENGANTAR KETUA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK UNSRI – RSMH
Buku panduan ini disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang telah disepakati dan berlaku di seluruh pusat Pendidikan Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif berdasarkan Perkonsil No.37 tahun 2016 dan No.38 tahun 2016.
Sesuai dengan judulnya, buku ini berisi rincian proses belajar mengajar di Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang memiliki integritas keilmuan yang tinggi dan profesional.
Proses belajar mengajar dapat berlangsung baik tentunya memerlukan perangkat pendidikan mulai dari sistem pendidikan, kurikulum yang terpadu dan selaras, perangkat pendukung seperti staf pengajar, serta kelengkapan sarana pendidikan.
Semoga Allah SWT dapat mewujudkan apa yang kita cita-citakan bersama. Amin.
Ketua Program Studi Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang
Dr. Rizal Zainal, Sp.An, KMN,FIPM
vii
DAFTAR SINGKATAN Dirjen
Direktorat jenderal
IPDS
Institusi Pendidikan Dokter Spesialis
KKNI
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
KATI
Kolegium Anestesi dan Terapi Intensif Indonesia
KPS
Ketua Program Studi
UNSRI
Universitas Sriwijaya
PERDATIN
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
PERKONSIL Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia PPDS
Program Pendidikan Dokter Spesialis
RSMH
Rumah Sakit Moh.Husein
RSUP
Rumah Sakit Umum Pusat
WHO
World Health Organization
EKG
Elektrokardiografi
USG
Ultrasonografi
THT
Telinga Hidung Tenggorokan
MKB
Mata Kuliah Keahlian Berkarya
MKK
Mata Kuliah Keahlian
MPK
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
SKS
Satuan Kredit Semester
MPB
Mata Kuliah Perilaku Berkarya
MBB
Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat
ICU
Intensive Care Unit
PACU
Post Anesthesia Care Unit
RJPO
Resusitasi Jantung Paru Otak
RR
Recovery Room
HCU
High Care Unit
CRRT
Continuous Renal Replacement Therapy
NICU
Neonatus Intensive Care Unit viii
PICU
Pediatric Intensive Care Unit
IPSG
International Patient Safety Goals
COPD
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
DM
Diabetes Mellitus
MKDU
Mata Kuliah Dasar Umum
MKDK
Mata Kuliah Dasar Keahlian
KKSD
Keterampilan Klinis Spesialis Dasar
PTC
Primary Trauma Care
ALS
Advanced Life Support
ACLS
Advanced Cardiac Life Support
CVC
Central Venous Catheter
KKSL
Keterampilan Klinis Spesialis Lanjut
KPS
Ketua Program Studi
SPS
Sekretaris Program Studi
KBB
Kedokteran Berbasis Bukti
Mini-PAT
Mini-Peer Assessment Tool
DOPS
Direct Observation Procedural Skill
CbD
Case-based Discussion
KUN
Komisi Ujian Nasional
OSCE
Objective Structured Clinical Examination
MPL
Minimum Passing Level
BLS
Basic Life Support
PS
Program Studi
PUN
Penguji Ujian Nasional
IPK
Indeks Prestasi Kumulatif
GELS
General Emergency Life Support
IDI
Ikatan Dokter Indonesia
PTT
Pegawai Tidak Tetap
SKKB
Surat Keterangan Berkelakuan Baik
PDPT
Pangkalan Data Perguruan Tinggi
SULIET
Sriwijaya University Language Institute English Test ix
UKDI
Uji Kompetensi Dokter Indonesia
UKMPPO
Ujian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter
FCCS
Fundamental Critical Care Support
TOEFL
Test of English as a Foreign Language
MMPI
Minnesota Multiphasic Personality Inventory
BAAK
Biro Administrasi dan Akademik dan Kemahasiswaan
x
DAFTAR ISI
SK DEKAN TENTANG BUKU PANDUAN
PENDIDIKAN DOKTER
SPESIALIS - 1 PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA ...................................................................................................... v
KATA
PENGANTAR
KEPALA
DEPARTEMEN
/
BAGIAN
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK UNSRI – RSMH ................... vi
KATA PENGANTAR KETUA PROGRAM STUDI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF FK UNSRI – RSMH ........................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
BAB I VISI , MISI, DAN TUJUAN ................................................................... 1
BAB II STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF...................................................................... 2
BAB III STANDAR PENDIDIKAN .................................................................... 23
BAB IV ORGANISASI MATERI ...................................................................... 34
BAB V MONITORING DAN EVALUASI .......................................................... 39
BAB VI EVALUASI HASIL BELAJAR ............................................................. 40
BAB VII PESERTA DIDIK ............................................................................... 57
xi
BAB VIII DOSEN / STAF PENGAJAR ............................................................. 73
BAB IX SUMBER DAYA PENDIDIKAN .......................................................... 79
BAB X PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT ........................................... 81
BAB XI PENYELENGGARA
PROGRAM
DAN
ADMINISTRASI
PENDIDIKAN ..................................................................................... 83
BAB XII EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN .............................................. 90
BAB XIII PROGRAM ADAPTASI ................................................................... 92
BAB XIV PEMBARUAN BERKESINAMBUNGAN .......................................... 96
BAB XV PENUTUP ......................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
BAB I VISI, MISI, DAN TUJUAN
VISI Menjadi pusat pendidikan dan rujukan nasional dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif berstandar internasional pada Tahun 2025.
MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan Anestesiologi dan Terapi Intensif yang berstandar internasional. 2. Melaksanakan penelitian yang menunjang pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif. 3. Menyelenggarakan
pelayanan
dan
pengabdian
kepada
masyarakat dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif yang prima, aman, informatif, efektif, dan manusiawi. 4. Menjalin kemitraan dan melaksanakan sistem rujukan dengan rumah sakit jejaring.
TUJUAN 1. Menghasilkan lulusan yang profesional menjunjung etika profesi dan
mampu
bersaing
dalam
tingkat
nasional
maupun
internasional. 2. Menghasilkan produk penelitian yang bermanfaat bagi institusi dan masyarakat serta terpublikasi. 3. Menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif sesuai dengan perkembangan ilmu terkini dan sesuai dengan standar keselamatan pasien dengan efektif, aman dan manusiawi.
1
4. Memberikan pelayanan kedokteran yang berbasis akademik, unggul, menjadi sumber rujukan nasional dan berstandar internasional.
2
BAB II STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
2.1 Profil Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif lulusan Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri bekerja di Indonesia harus mempunyai kualitas bintang lima (WHO five star doctor ) dengan peran dan ciri sebagai berikut: 1. Care Provider Lulusan mampu memberikan layanan anestesi paripurna (baik secara fisik, psikologis, sosial, kultural, spiritual) dan aman berstandar nasional dan internasional. 2. Communicator Lulusan mampu menjalin komunikasi medis persuasif antar individual baik dengan pasien, keluarga pasien, komunitas/ masyarakat,
paramedis
dan
sejawat
intra/
multidisiplin/
institusional dalam rangka mengutamakan kesehatan penderita. 3. Decision maker Lulusan mampu menjadi pengambil keputusan yang terbaik untuk keselamatan
dan
keamanan
penderita
mempertimbangkan aspek sosial, spiritual
dengan
tetap
dan kultural saat
dihadapkan dengan suatu pilihan yang sulit dan keterbatasan sarana dan prasarana. 4. Manager Lulusan memiliki kemampuan manajerial sehingga mampu mengelola suatu sistim kerjasama multidisiplin yang konstruktif dalam penentuan keputusan medis yang terbaik bagi individual, komunitas dan institusi.
2
5. Community Leader Lulusan mempunyai kemampuan sebagai pemimpin layanan Anestesiologi dan Terapi Intensif yang baik terutama dalam hal pencegahan, sebagai
terapi,
individu
rehabilitasi,
seutuhnya,
dan
pengembalian
sehingga
mampu
fungsi
mendorong
membuat suatu sistem pelayanan lebih baik. 6. Researcher Lulusan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas, bermanfaat dan manusiawi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pelayanan anestesi
2.2 Standar Kompetensi Standar kompetensi program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran dan fungsi seorang dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. Setiap area kompetensi dijabarkan lebih lanjut menjadi kemampuan yang kemudian disebut sebagai kompetensi inti: 1. Area Etika Profesionalisme dan Patient safety Kompetensi untuk selalu berperilaku profesional dalam praktik kedokteran mendukung kebijakan kesehatan, bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedoktran dan menerapkan program patient safety . 2. Area Mawas diri, Pengembangan Diri dan Penelitian Kompetensi dalam melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasan terutama dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif, mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya, belajar sepanjang hayat, merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara berkesinambungan. 3
3. Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran khususnya Anestesiologi dan Terapi Intensif Kompetensi untuk mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah dan profesional menurut ilmu kedokteran / kesehatan mutakhir untuk memberikan hasil yang optimal. 4. Area Keterampilan Klinis Kompetensi dalam melakukan prosedur dengan tepat dan efektif sesuai dengan fasilitas dan kondisi pasien, untuk mengatasi masalah
kesehatan
dan
promosi
kesehatan
di
bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif. 5. Area Pengelolaan Masalah Kesehatan Kompetensi untuk mengelola masalah kesehatan pada induvidu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, holistic, berkesinambungan,
koordinatif,
dan
kolaboratif
serta
menggunakan bukti ilmiah dalam konteks pelayanan kesehatan terutama di bidang Anetsesiologi dan Terapi Intensif 6. Area Komunikasi Efektif dan Kemampuan Kerjasama Kompetensi dalam melakukan komunikasu dan hubungan antar manusia yang menghasilkan pertukaran informasi secara efektif dan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya, sejawat dan masyarakat serta profesi lain. 7. Area Pengelolaan Informasi Kompetensi dalam mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan informasi untuk menjelaskan dan
menyelesaikan
berkaitan
dengan
masalah, pelayanan
atau
mengambil
kesehatan
terhadap
khususnya bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
4
keputusan, pasien
Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan. Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran (learning outcome) lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan kurikulum pendidikan. Capaian pembelajaran (Learning outcome) mengacu pada profil, area kompetensi dan memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) level 8. Jenjang KKNI level 8 dideskripsikan sebagai berikut : 1. Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya atau praktek profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji 2. Mampu memecahkan permasalahan sains, teknologi, dan atau seni di bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau multidisipliner 3. Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan 4. Mampu mendapat pengakuan nasional maupun internasional
2.3 Kurikulum Inti Pendidikan Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Kurikulum inti adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pembelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
–
mengajar untuk mencapai
Kompetensi Utama yang ditetapkan KATI. Kurikulum inti berkisar antara 40% - 80% dari jumlah SKS kurikulum program sarjana.
5
Kurikulum inti bersifat nasional dan merupakan pembeda dengan program pendidikan spesialis lain. Kurikulum inti terdiri dari 5 (lima) kelompok mata kuliah yang diberikan ke dalam 3 (tiga) tahapan pendidikan. Berdasarkan kepmendiknas no. 232/U/2000 dan kepmendiknas 045/U/2002, kompetensi pendidikan tinggi juga harus memuat 5 (lima) elemen kompetensi. Elemen-elemen kompetensi merupakan bahan substansi kajian kompetensi dalam proses pembelajaran. Elemen-elemen kompetensi itu terdiri atas: 1. Landasan kepribadian Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK). MPK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 2. Penguasaan ilmu dan keterampilan Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata kuliah keilmuan dan keterampilan (MKK). MKK adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu. 3. Kemampuan berkarya Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata kuliah keahlian berkarya (MKB). MKB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai. 4. Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai Elemen 6
kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata kuliah perilaku berkarya (MPB). MPB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan keterampilan yang dikuasai. 5. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Elemen kompetensi ini diimplementasikan menjadi Kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB). MBB adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan seseorang untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
2.4 Rumusan Capaian Pembelajaran (Learning Outcome) Berdasarkan Kepmendikbud nomor 49 tahun 2014, rumusan sikap, pengetahuan dan keterampilan umum yang harus dicapai dalam capaian pembelajaran pendidikan spesialis-1 merupakan satu kesatuan
rumusan
capaian
pembelajaran.
Rumusan
capaian
pembelajaran pendidikan profesi dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah sebagai berikut: 1. Rumusan Sikap a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika; c. Berkontribusi bermasyarakat,
dalam
peningkatan
berbangsa,
mutu
bernegara,
dan
kehidupan kemajuan
peradaban berdasarkan Pancasila; d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa; 7
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; f.
Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan;
g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; i.
Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif secara mandiri;
j.
Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
k. Etika profesionalisme dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang
mempunyai
kemampuan
yang
baik
dalam
sikap
terhadap penderita, sikap terhadap staf pendidik dan kolega, sikap terhadap paramedis dan non paramedis, disiplin dan tanggung
jawab,
ketaatan
pengisian
dokumen
medik,
ketaatan tugas yang diberikan, dan ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat. l.
Komunikasi terhadap kolega, pasien/ keluarga, paramedis dan staf pengajar dilakukan dengan jujur, terbuka, dan bersikap baik.
m. Kerjasama
yang
baik
antara
kolega,
dokter,
perawat,
karyawan kesehatan, pasien dan keluarga pasien dan bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara optimal. n. Mengikuti kaidah-kaidah patient safety antara lain : IPSG 1-6 (Identifikasi, Cuci tangan, Time Out , Komunikasi efektif, Pencegahan Infeksi, dan Pemberian Obat).
8
2. Rumusan Pengetahuan a. Ilmu Kedokteran Dasar 1. Memahami fisiologi fungsi tubuh dalam keadaan normal, hubungan antara fungsi tersebut dengan perubahan fungsi
yang
dapat
timbul
dalam
praktek
anestesi.
Utamanya adalah fisiologi nyeri, respirasi, sirkulasi, susunan
saraf
pusat
dan
perifer,
pertemuan
neuromuscular (neuromuscular junction), ginjal, metabolik, dan endokrin. 2. Memahami
farmakologi,
meliputi
prinsip-prinsip
farmakologi umum, farmakokinetika dan farmakodinamika obat-obat anestesi/analgesi, obat-obat emergensi dan obat-obat pendukung yang lain. 3. Memahami prinsip sifat-sifat fisika dan kimia dalam aplikasi Anestesiologi dan Terapi Intensif. 4. Memahami teori dasar-dasar keseimbangan cairan, asambasa dan elektrolit. 5. Memahami aplikasi ilmu dasar Anestesiologi dan Terapi Intensif pada praktek anestesi dan terapi intensif.
b. Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Dasar (Basic Specialist ) Kognitif 1. Memahami prinsip-kerja alat atau mesin anestesia, demikian pula alat-alat monitor invasif, non-invasif, EKG, oksimeter
pulsa,
kapnograf,
stimulator
saraf,
USG
(ultrasonografi ), fluroskopi / C-Arm. 2. Memahami / menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium, foto thorax, scan kepala, EKG, dan lain-lain. 3. Memahami cara mengatur posisi pasien yang aman selama operasi dan mengetahui akibat buruknya. 9
4. Memahami kelaikan mesin anestesi dan ventilator serta mesin dan peralatan pendukung lainnya. 5. Menguasai pengetahuan tentang patofisiologi penyakit yang menyertai kondisi pasien, dihubungkan dengan tindakan anestesi. 6. Memahami fisiologi dan patofisiologi penyakit pasien pediatri dan neonatus. 7. Memahami teori anestesi pada bedah pediatri. 8. Memahami teori anestesi regional yang meliputi sarafsaraf tepi, subarakhnoid dan epidural. 9.
Memahami
teori
premedikasi,
induksi,
pemeliharaan
anestesia dan pengelolaan pascaanestesia/pascabedah . 10. Memahami problema kekhususan anestesia pada bedah umum, bedah kepala leher THT, bedah mata, bedah obstetri. 11. Memahami
tanda-tanda
abnormal
atau
komplikasi-
komplikasi yang timbul akibat teknik dan pemberian anestesia yang dilakukan tidak benar, serta mampu dengan cepat mengenal dan mengatasi problem tersebut. 12. Memahami secara dini keadaan darurat yang mengancam nyawa, baik pada waktu induksi, selama maupun pascaanestesia, serta mengetahui cara cara mengatasinya. 13. Memahami teori tindakan resusitasi jantung paru otak. 14. Memahami pengelolaan pasien trauma dalam kegawatan yang mengancam nyawa dan atau cacat. 15. Memahami teori nyeri akut dan nyeri kronis.
Psikomotor 1. Mampu melakukan penilaian kondisi pasien pre-operatif. 2. Mampu mengoptimalkan kondisi pasien sebelum operasi.
10
3. Mampu melakukan teknik dan interpretasi pemantauan fungsi fungsi vital,
EKG, oksimetri pulsa, kapnografi,
monitor neuro-muskular. 4. Mampu mengoperasikan meja operasi. 5. Mampu mengoperasikan berbagai mesin anestesi. 6. Mampu melakukan beberapa teknik induksi anestesia inhalasi, intravena, per-rektal. 7. Mampu menggunakan sungkup muka, sungkup laring, intubasi trakeal serta melakukan pemeliharaan anestesia dengan aman. 8. Mampu mengelola jalan napas dengan cara cara seperti yang tertera pada butir-7. 9. Mampu memberikan ventilasi bantu dan ventilasi kendali manual. 10. Mampu melakukan ekstubasi dan pengawasan problemaproblema dan komplikasi pasca-ekstubasi dan pascaanestesi. 11. Mampu
melakukan
teknik
anestesi/analgesi
spinal,
epidural dan blok saraf tepi serta mampu mengatasi komplikasi akut yang mungkin terjadi. 12. Mampu melakukan resusitasi jantung paru otak (RJPO), bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut. 13. Mampu mengelola pasien dalam keadaan kedaruratan yang mengancam nyawa dan atau cacat. 14. Mampu mengelola pasien pasca-anestesia, baik di ruang pulih (PACU/Post Anesthesia Care Unit ) maupun di ICU. 15. Mampu memberikan anestesi pada bedah digestif. 16. Mampu memberikan anestesi pada bedah ortopedi. 17. Mampu memberikan anestesi pada bedah plastik. 18. Mampu memberikan anestesi pada bedah onkologi. 19. Mampu memberikan anestesi pada bedah mata. 11
20. Mampu memberikan anestesi pada bedah THT dan bedah mulut. 21. Mampu memberikan anestesi pada bedah urologi. 22. Mampu melakukan anestesia rawat jalan. 23. Mampu melakukan anestesia pada lingkungan di luar kamar bedah. c. Ilmu Kedokteran Klinis Spesialis Lanjut ( Advanced Specialist ) Kognitif 1. Memahami
problema
dan
teknik
anestesia
bedah
kraniotomi, bedah jantung dan bedah paru. 2. Memahami teori critical care pada kasus kasus di Intensive Care Unit. 3. Memahami
cara
melakukan
prosedur
klinik
serta
penggunaannya, tindakan invasif, seperti pemasangan kateter vena sentral, kateter intra arterial, kateter Swan Ganz, krikotirotomi, pungsi pleura pada pneumothorak, dan lain lain. 4. Menguasai prinsip-prinsip penting pengelolaan pasien kritis. 5. Memahami cara mengelola unit ICU. 6. Memahami sistem penanganan bencana.
Psikomotor 1. Mampu menilai pasien ICU, baik pascabedah dan bukan pascabedah, dan melakukan tindakan awal terhadap keadaan yang mengancam nyawa pasien. 2. Mampu memberikan anestesia pada bedah saraf. 3. Mampu melakukan asistensi pada anestesi bedah jantung terbuka. 4. Mampu memberikan anestesi bedah paru, vaskular, jantung tertutup. 12
5. Mampu memberikan anestesi pada penyakit khusus. 6. Mampu melakukan intubasi sulit. 7. Mampu mengelola pasien PACU/RR, High Care Unit (HCU) dan ICU. 8. Mampu melakukan tindakan invasif: pemasangan kateter vena
sentral,
intra-arterial,
krikotirotomi,
punksi
intrapleural. 9. Mampu menjawab konsultasi, baik dalam hubungan bidang anestesia maupun kasus ICU dan manajemen nyeri. 10. Mampu melakukan dan mengkoordinasikan penanganan bencana
d. Pengelolaan ICU atau Terapi Intensif Kognitif 1. Memahami
prinsip-prinsip
umum
kedokteran
gawat
darurat dan terapi intensif (Emergency and Critical Care Medicine).
Resusitasi
Jantung
Paru
Otak,
meliputi
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support), Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life Support) dan Bantuan Hidup Jangka Panjang (Prolonged Life Support). 2. Mampu menjelaskan indikasi masuk dan keluar ICU. 3. Mampu menjelaskan indikasi dan pengelolaan prosedur invasif seperti pemasangan kateter vena central, kateter Swan-Ganz , kateter intra-arterial, CRRT (continuous renal replacement therapy ), perikardiosentesis, trakeostomi. 4. Mampu
menjelaskan
pengelolaan
jalan
napas
dan
bantuan napas dengan / tanpa ventilasi mekanik. 5. Mengenal tanda dan gejala yang mengancam nyawa pasien akibat gangguan pernapasan, kardiovaskular, susunan saraf pusat, gangguan keseimbangan cairan, 13
asam
basa
dan
elektrolit,
infeksi
berat,
gangguan
hemostasis, krisis metabolik dan endokrin, gangguan fungsi ginjal dan hepar. 6. Mampu
menjelasankan
pengelolaan
nutrisi,
sedasi,
analgesia dan termoregulasi pasien kritis. 7.
Mampu menentukan mati klasis dan mati batang otak.
8. Mampu
menjelaskan
penanganan
akhir
kehidupan:
mengakhiri dan menunda bantuan hidup (with-drawing dan with-holding life support ).
Psikomotor Menguasai keterampilan dalam posedur klinik, baik untuk pemantauan, diagnosis, maupun untuk terapi: 1. Pemasangan kateter vena sentral, intra arterial. 2. Pemasangan drain intrapleura, pungsi pleura untuk pneumothoraks ventil, dan krikotirotomi. 3. Menanggulangi keadaan yang mengancam nyawa pasien akibat gangguan pernapasan, kardiovaskular, susunan saraf pusat, gangguan keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit, infeksi berat, gangguan hemostasis, krisis metabolik dan endokrin, gangguan fungsi ginjal dan hepar. 4. Mampu
mengelola
nutrisi,
sedasi,
analgesi
dan
termoregulasi pasien kritis. 5. Melakukan konsultasi pada disiplin ilmu kedokteran lain pada saat yang tepat. 6. Melakukan jawaban atas konsultasi pasien-pasien dari ruang perawatan atau rumah sakit lain yang akan dirawat di ICU. 7. Melakukan komunikasi dengan sejawat dari beberapa disiplin terkait sebagai anggota tim.
14
8. Melakukan bimbingan kepada peserta program atau residen lain, mahasiswa kedokteran maupun perawat. 9. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien bayi di ICU / NICU 10. Mampu menanggulangi dan mengelola pasien anak di ICU / PICU. 11. Mampu
menanggulangi
dan
mengelola
pasien
tua
(Geriatri ) di ICU. 3. Rumusan Keterampilan Umum Lulusan
Program Spesialis Satu wajib memiliki keterampilan
umum sebagai berikut: a. Mampu bekerja di bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif serta memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar
kompetensi
profesi
yang
berlaku
secara
independen
dalam
nasional/internasional; b. Mampu
membuat
keputusan
yang
menjalankan pekerjaan profesinya berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, kreatif, dan komprehensif; c. Mampu menyusun laporan hasil studi setara tesis yang hasilnya disusun dalam bentuk publikasi pada jurnal ilmiah profesi yang terakreditasi nasional dan internasional, atau menghasilkan karya desain yang spesifik beserta deskripsinya berdasarkan metoda atau kaidah desain dan kode etik profesi yang diakui oleh masyarakat profesi pada tingkat nasional dan internasional; d. Mampu mengomunikasikan hasil kajian, kritik, apresiasi, argumen,
atau
karya
inovasi
yang
bermanfaat
bagi
pengembangan profesi, kewirausahaan, dan kemaslahatan manusia, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
15
dan etika profesi, kepada masyarakat umum melalui berbagai bentuk media; e. Mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang dibuat dalam melaksanakan pekerjaan profesinya baik oleh dirinya sendiri, sejawat, atau sistem institusinya; f.
Mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang anestesiologi
dan
terapi
intensif
yang
khusus
melalui
pelatihan dan pengalaman kerja dengan mempertimbangkan kemutakhiran bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif di tingkat nasional, regional, dan internasional; g. Mampu
meningkatkan
mutu
sumber
daya
untuk
pengembangan program strategis organisasi; h. Mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah baik pada bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif, maupun masalah yang lebih luas dari bidangnya; i.
Mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang maupun yang tidak sebidang dalam menyelesaikan masalah pekerjaan yang kompleks yang terkait dengan bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
j.
Mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi kedokteran dan kliennya;
k. Mampu bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesi Anestesiologi dan Terapi Intesif sesuai dengan kode etik kedokteran Indonesia; l.
Mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri dan tim yang berada di bawah tanggungjawabnya;
m. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan pendidikan
nasional
dalam
Anestesiologi
rangka dan
peningkatan
Terapi
Intensif
mutu atau
pengembangan kebijakan nasional pada bidang kesehatan; 16
n. Mampu
mendokumentasikan,
menyimpan,
mengaudit,
mengamankan, dan menemukan kembali data serta informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesinya. 4. Rumusan Keterampilan Anestesiologi Dan Terapi Intensif a. Memberikan pelayanan anestesi paripurna sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran 1
Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif tingkat awal dengan benar
2
Mampu melakukan keterampilan anestesi elektif tingkat awal dengan benar
3
Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif tingkat lanjut
dengan
benar 4
Mampu melakukan keterampilan
anestesi elektif tingkat lanjut
dengan benar 5
Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif kasus khusus dengan benar
6
Mampu melakukan keterampilan
anestesi kasus khusus dengan
benar 7
Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat awal dengan benar
8
Mampu melakukan keterampilan anestesi pada bedah emergency tingkat awal dengan benar
9
Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat lanjut dengan benar
10
Mampu melakukan ketrampilan
anestesi pada bedah emergency
tingkat lanjut dengan benar 11
Mampu melakukan komunikasi medis dan profesional dengan benar
12
Mampu melakukan manajemen paripurna anestesi elektif
b. Mampu memberikan pelayanan bantuan hidup paripurna atau lanjutan dalam kegawatdaruratan sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran 1
Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat
17
awal dengan benar 2
Mampu melakukan penatalaksanaan
bantuan hidup dasar dan
lanjutan tingkat awal dengan benar 3
Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat lanjutdengan benar
4
Mampu melakukan penatalaksanaan bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat lanjut dengan benar
5
Mampu menjelaskan dasar-dasar manajemen bencana dengan benar
6
Mampumelakukan manajemen paripurna anestesi emergency dan kegawatdaruratan dengan benar
c. Memberikan pelayanan terapi intensif sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran 1
Mampu menjelaskan dasar-dasar terapi intensif dengan benar
2
Mampu melakukan perawatan intensif dasar dengan benar
3
Mampu menjelaskan dasar perawatan paska henti jantung dengan benar
4
Mampu melakukan perawatan pasca henti jantung dengan benar
5
Mampu menjelaskan perawatan intensif pada kasus khusus dengan benar
6
Mampu melakukan perawatan intensif pada kasus khusus dengan benar
d. Memberikan pelayanan nyeri paripurna sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran 1
Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologik, blok neuroaksial atau kombinasi
2
Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri pada pediatri dan geriatri
3
Mampu melakukan nyeri pada paliatif
4
Mampu melakukan manajemen paripurna nyeri perioperatif
5
Mampu melakukan manajemen paripurna nyeri perioperatif
18
e. Menghasilkan karya ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmiah nasional dan internasional 1
Mampu menjelaskan proses pembelajaran klinis multidisiplin dengan benar
2
Mampu menjelaskan filsafat ilmu dengan benar
3
Mampu menjelaskan metodologi riset dan statistik dengan benar
4
Mampu menjelaskan epidemiologi klinik dengan benar
5
Mampu menjelaskan biologi molekuler dengan benar
6
Mampu menjelaskan imunologi dengan benar
7
Mampu membuat karya ilmiah dengan benar
8
Mampu menghasilkan karya ilmiah dengan benar
19
5. Rumusan Capaian Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi Dan Terapi Intensif a. Capaian Kompetensi Umum Capaian dan Tingkat Kompetensi
Kompetensi Kompetensi Umum Etika Profesionalisme Etika profesionalisme Peserta didik Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah untuk menjadi dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat yang mempunyai kemampuan yang baik: 1. Sikap terhadap penderita 2. Sikap terhadap staf pendidik dan kolega 3. Sikap terhadap paramedis dan non paramedis 4. Disiplin dan tanggung jawab 5. Ketaatan pengisian dokumen medik 6. Ketaatan tugas yang diberikan 7. Ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat Komunikasi Efektif Komunikasi terhadap kolega, pasien/ keluarga, paramedis dan staf pengajar dilakukan dengan : 1. Jujur 2. Terbuka 3. Bersikap baik Kemampuan Kerjasama 1. Kerjasama yang baik antara kolega, dokter, perawat, karyawan kesehatan, pasien dan keluarga pasien 2. Bisa bekerjasama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara optimal Patient Safety Mengikuti kaidah-kaidah Patient Safety IPSG 1-6: Identifikasi, Cuci tangan, Time Out, Komunikasi efektif, Pencegahan Infeksi, Pemberian Obat.
20
< 60
6070
70> 80 80
< 60
6070
70> 80 80
< 60
6070
70> 80 80
< 60
6070
70> 80 80
b. Capaian Kompetensi Dasar Pencapaian Kompetensi (jumlah Kasus)
Kompetensi
Tingkat Kompetensi
Kompetensi Dasar Jumlah semua tindakan anestesi untuk bedah 1000 elektif dan darurat Anestesi Bedah Elektif
850
1
2
3
4
Anestesi Bedah Darurat
150
1
2
3
4
Anestesi Umum
835
1
2
3
4
Anestesi / Analgesia Regional
165
n
Teknik Anestesi / Analgesia Subarakhnoid
90
1
2
3
4
Teknik Anestesi / Analgesia Epidural Lumbal / Thorakal
50
1
2
3
4
Teknik Anestesi / Analgesia Blok Brakialis
5
1
2
3
4
Teknik Anestesi / Analgesia Kaudal
5
1
2
3
4
Teknik Anestesi / Analgesia Blok Saraf Tepi Lainnya
15
1
2
3
4
Anestesi Bedah Umum
620
Digestif
150
1
2
3
4
THT dan Bedah Mulut
50
1
2
3
4
Mata
20
1
2
3
4
Urologi
25
1
2
3
4
Ortopedi
100
1
2
3
4
Plastik
15
1
2
3
4
Onkologi
25
1
2
3
4
Minimal Invasif
5
1
2
3
4
Manajemen Nyeri
50
1
2
3
4
Anestesi / Analgesia Rawat Jalan
30
1
2
3
4
Anestesi / Analgesia diluar kamar operasi
50
1
2
3
4
Lain-lain
150
1
2
3
4
Anestesi dan analgesia Obstetri
100
21
Pre-eklamsi dan eklamsi
10
1
2
3
4
Lain-lain
90
1
2
3
4
Anestesi Bedah Pediatri
75
Neonatus
10
1
2
3
4
Bayi
15
1
2
3
4
Anak-anak
50
1
2
3
4
c. Capaian Kompetensi Lanjut Pencapaian Kompetensi (jumlah Kasus)
Kompetensi
Tingkat Kompetensi
Kompetensi Lanjut Anestesi Bedah Saraf
35
Trauma kepala
15
1
2
3
4
Perdarahan intracranial non-trauma
5
1
2
3
4
Tumor intrakranial
5
1
2
3
4
Pintasan VP
5
1
2
3
4
Medula spinalis
5
1
2
3
4
1
2
3
4
Kelainan jantung pada operasi non 15 jantung
1
2
3
4
COPD / asma
5
1
2
3
4
DM
5
1
2
3
4
Tiroid
5
1
2
3
4
Geriatri
3
1
2
3
4
Obesitas
2
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Anestesi Bedah Thoraks Non Terbuka dan Jantung Terbuka
Jantung
Anestesi pada Kondisi khusus
10 35
Mengelola pasien ICU (10 variasi kasus)
50
Melakukan resusitasi di luar kamar bedah 30 dan ICU Memasang kateter intra-arterial dan pungsi 10 intra-arterial Memasang kateter vena central
20
1
2
3
4
Melakukan intubasi sulit
5
1
2
3
4
22
BAB III STANDAR PENDIDIKAN
3.1 Model Kurikulum Pendekatan dalam penyusunan kurikulum pendidikan program studi
Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif
Fakultas
Kedokteran
Universitas Sriwijaya didasarkan atas kompetensi (competencybased ), cara belajar aktif, dan pendekatan keterampilan proses, baik dalam
problema-problema
pelayanan,
pendidikan,
maupun
penelitian, sehingga diharapkan agar para lulusan mampu untuk belajar mandiri dan belajar berkembang sepanjang hayat (life-long education) Model
kurikulum
berbasis
kompetensi
terintegrasi
baik
horizontal maupun vertikal. Integrasi horizontal adalah integrasi kelompok materi pendidikan dari satu tahap pendidikan. Integrasi vertikal adalah integrasi kelompok materi pendidikan dari materi akademik dan materi profesi.
3.2 Isi dan Outline Struktur Kurikulum Isi kurikulum program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya
berorientasi
pada
rumusan capaian pembelajaran dengan pendekatan menguasai teori dan aplikasi bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif yang bersifat kumulatif dan/atau integratif yang disesuaikan dengan visi dan misi program studi. Kurikulum dituangkan kedalam bahan kajian yang distrukturkan dalam bentuk mata kuliah dan modul pembelajaran. Kurikulum bersifat interaktif, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Isi kurikulum meliputi perioperative medicine, anesthesia, critical care, emergency medicine, pain management , dan penelitian. Isi kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Profesi 23
Dokter
Spesialis
dan
Standar
Kompetensi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif (kurikulum inti). Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya-RSUP. Dr. Moh. Hoesin Palembang menambahkan muatan lokal sebagai kompetensi pendukung dan kompetensi lain ( kurikulum institusional) berupa penambahan mata kuliah patient safety , pencegahan dan pengendalian infeksi, dan penjaminan mutu. Selain itu, dalam referensinya disisipkan materi mengenai standar-standar yang terdapat dalam JCI V academic medical center . Penambahan ini tidak menambah lama masa studi yang telah ditetapkan secara nasional. Perbandingan beban SKS antara kurikulum inti dan kurikulum institusional adalah 70-80% dan 20-30%. Struktur kurikulum meliputi tahap I (dasar /pemahaman /adaptasi), tahap II (pendalaman) dan tahap III (mandiri). Kurikulum pendidikan dokter spesialis anestesi dan terapi intensif di suatu Institusi Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) harus terdiri atas muatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif yang dibuat oleh Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI) sebesar 80% ditambah 20% muatan lokal (institusional). Durasi kurikulum tahap I dilaksanakan 4 (empat) semester, tahap II dilaksanakan 2 (dua) semester dan tahap III dilaksanakan 2 (dua) semester. Durasi kurikulum bersifat tetap dan tidak dapat diubah oleh IPDS. Kurikulum harus dilaksanakan dengan pendekatan/strategi SPICES (Studentcentred, Problem-based, Integrated, Community-based, Elective, Systematic/Structured ). Kurikulum
yang
merupakan
pedoman
penyelenggaraan
program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, memuat proses pembelajaran yang disusun pada setiap mata kuliah dan disajikan dalam
rencana
pembelajaran.
Rencana
pembelajaran
yang
dikembangkan oleh divisi bidang minat berbentuk modul. Mata kuliah 24
inti yang dikembangkan pada setiap semester dan/atau tahap pendidikan wajib mengampu dari modul yang telah ditetapkan oleh KATI. Kurikulum inti menganut sistem semester terbuka (open semester ) sehingga mata kuliah yang diberikan pada tahap pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa semester yang berbeda dengan tetap mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan pada setiap tahapan pendidikan.
Tabel Modul Nomor Modul
Judul Modul
Modul 1
Keterampilan Dasar Anestesiologi I
Modul 2
Keterampilan Dasar Anestesiologi II
Modul 3
Keterampilan Dasar Anestesiologi III
Modul 4
Pengelolaan Nyeri
Modul 5
Kedokteran Perioperatif I
Modul 6
Kedokteran Perioperatif II
Modul 7
Persiapan Obat Dan Alat
Modul 8
Anestesi Umum
Modul 9
Anestesi Regional I
Modul 10
Anestesi Regional II
Modul 11
Traumatologi I
Modul 12
Traumatologi II
Modul 13
Intensive Care I
Modul 14
Intensive Care II
Modul 15
Anestesi Bedah THT I
Modul 16
Anestesi Bedah THT II
Modul 17
Anestesi Bedah Orthopedi I
Modul 18
Anestesi Bedah Orthopedi II
Modul 19
Anestesi Bedah Darurat
Modul 20
Anestesi Bedah Invasive Minimalis
Modul 21
PPGD Kedokteran Emergensi
Modul 22
Anestesi Bedah Rawat Jalan
Modul 23
Anestesi Di-luar Kamar Bedah
25
Modul 24
Anestesi Bedah Mata
Modul 25
Anestesi Bedah Obstetri I
Modul 26
Anestesi Bedah Obstetri II
Modul 27
Anestesi Bedah Urologi
Modul 28
Anestesi Dan Penyakit Khusus
Modul 29
Anestesi And Uncommon Diseases
Modul 30
Anestesi Bedah Onkologi Dan Bedah Plastik
Modul 31
Kemampuan Komunikasi Dan Profesionalisme
Modul 32
Anestesi Pediatri I
Modul 33
Anestesi Pediatri II
Modul 34
Anestesi Geriatri
Modul 35
Anestesi Bedah Syaraf I
Modul 36
Anestesi Bedah Syaraf II
Modul 37
Penelitian
Modul 38
Anestesi Bedah Kardiotorasik I
Modul 39
Anestesi Bedah Kardiotorasik II
3.3 Tahapan Pendidikan Program Pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif dibagi dalam tiga tahap pendidikan, dengan masing-masing tahap mempunyai tujuan pendidikan yang utuh, dan dicapai melalui pengalaman belajar dari pendidikan tertentu.Tahap pendidikan yang dimaksud
bukan
merupakan
pembagian
berdasarkan
tahun,
melainkan merupakan tahapan atau pembagian tingkat perilaku yang dicapai: 1. Tahap I (tahap pemahaman / adaptasi) selama 4 (empat) semester 2. Tahap II (tahap pendalaman) selama 2 (dua) semester 3. Tahap III (tahap akhir) selama 2 (dua )semester Jadi jumlah beban seluruhnya adalah 141 SKS, sedangkan jumlah modul yang harus dipelajari semuanya ada 39 modul.
26
3.3.1 Tahap I (semester 1-4) Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pendidikan program studi anestesi dan terapi intensif. Dalam tahap ini, peserta program diharapkan mampu merubah mind set atau pola pikir serta kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif-nya agar dapat menjalani masa studi pada tahap-tahap pendidikan berikutnya. Pencapaian
pada
tahap
ini
meliputi
sebagian
dari
kompetensi utama, dan / atau kompetensi pendukung dan khusus / lain. Mata kuliah dalam tahap ini dapat berupa materi akademik dan / atau materi profesi. Tahap ini memiliki beban studi total 69 (enam puluh sembilan) SKS sebagai bagian dari kurikulum inti yang terbagi menjadi 4 (empat) semester. Mata kuliah pada tahap I dapat terdiri dari: a. MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum): yaitu mata kuliah yang dirancang untuk memberikan dasar pengetahuan agar peserta program menjadi seorang ilmuwan, peneliti, pemikir yang berlandaskan etika kedokteran dan mempunyai hubungan antar manusia yang baik, serta memahami problema yang berkaitan dengan medikolegal. b. MKDK (Mata Kuliah Dasar Keahlian): yaitu mata kuliah yang dirancang untuk memberikan pengetahuan dasar (basic sciences) yang diperlukan untuk spesialis Anestesiologi dan terapi intensif, yang melandasi keterampilan yang dipersyaratkan. c. Mata Kuliah Keahlian (MKK) merupakan pengalaman belajar yang didapatkan dari teori, pengalaman klinis, dan pengalaman meneliti. d. Mata Kuliah Lain: yaitu mata kuliah yang dirancang untuk mencapai kompetensi pendukung dan kompetensi khusus / lain. e. Keterampilan klinis Spesialis dasar (KKSD) / Basic Specialist Training yang berdasarkan etik dan hubungan antar manusia, berupa keterampilan dalam mempertahankan patensi jalan nafas 27
(dengan/tanpa alat), pemberian ventilasi buatan manual dan resusitasi jantung paru Keterampilan
klinis
spesialis
dasar
dapat
berupa
keterampilan yang setara dengan keterampilan setelah mengikuti kursus PTC, ALS, ACLS, dan sebagainya. KKSD juga meliputi pengelolaan anestesi untuk pasien dengan Status Fisik 1-2, untuk pembedahan superfisial (termasuk ortopedi sedang), yang dimulai dari masa prabedah, selama pembedahan sampai pascabedah, dan yang mencangkup terapi cairan, stres, dan nyeri akut sesuai kasus yang ditangani. Pada
tahap
ini
juga
diajarkan
pengetahuan
dan
keterampilan memberi anestesi regional, anestesi bedah abdominal bawah dan atas (pada pasien tanpa kelainan endokrin), bedah ortopedi besar (tidak termasuk leher dan tulang punggung), bedah mata, THT, ginekologi, urologi sedang, disertai dengan tatalaksana prabedah dan pascabedah, penanggulangan nyeri dan penyulit yang mungkin timbul. Kesemuanya diterapkan baik pada pembedahan elektif maupun darurat. Selain itu juga diajarkan pengetahuan dan keterampilan tentang anestesi pediatrik (kecuali bedah saraf dan jantung), anestesi pasien dengan penyakit endokrin (diabetes melitus dan tiroid), bedah kepala-leher (kecuali bedah saraf), bedah obstetri, urologi besar, baik untuk tindakan elektif ataupun darurat. Kesemuanya disertai dengan tatalaksana pra dan pascabedah, pemberian nutrisi enteral dan parenteral (mencangkup pemasangan CVC), dan pengalaman dasardasar terapi intensif (tahap I). Akhir tahap ini akan dilakukan evaluasi nasional berupa ujian tulis nasional / Ujian Board. Setelah menyelesaikan pendidikan tahap I, diharapkan peserta program: a. Mampu menjelaskan proses pembelajaran klinis multidisiplin dengan benar, filsafat ilmu dengan benar, metodologi riset dan 28
statistik dengan benar, epidemiologi klinik dengan benar, biologi molekuler dengan benar dan imunologi dengan benar b. Mampu melakukan komunikasi medis c. Mampu menjelaskan prinsip anestesi elektif tingkat awal dengan benar dan melakukan keterampilan anestesi elektif tingkat awal d. Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat awal dengan benar dan melakukan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat awal dengan benar e. Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat awal dengan benar, melakukan penatalaksanaan bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat awal dengan benar f.
Mampu mejelaskan perawatan intensif dasar dengan benar, melakukan perawatan intensif dasar dengan benar, menjelaskan dasar
perawatan
pasca
henti
jantung
denga
benar
dan
melakukan perawatan pasca henti jantung
3.3.2 Tahap II (semester 5-6) Tahap ini merupakan tahap pendalaman yang bertujuan untuk memberi bekal peserta program agar pada akhir tahap pendalaman
mempunyai
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari profesi spesialis Anestesiologi
dan
Terapi
Intensif.
Pengalaman klinis
meliputi
tatalaksana anestesi, pengelolaan pasien gawat yang memerlukan pembedahan, pengelolaan pasien gawat yang memerlukan Anestesi dan Terapi Intensif, penanggulangan nyeri akut dan nyeri kronis, antisipasi dan penanganan penyulit yang mungkin timbul. Pencapaian
pada
tahap
ini
meliputi
sebagian
dari
kompetensi utama, dan / atau kompetensi pendukung dan khusus / lain. Mata kuliah dalam tahap ini dapat berupa sebagian besar materi profesi dan / atau sebagian kecil materi akademik. Mata kuliah pada tahap II dapat terdiri dari: 29
a. Mata Kuliah Keahlian (MKK) b. Mata Kuliah Lain : yang salah satu materi tentang penyusunan karya ilmiah c. Keterampilan Klinis Spesialis Dasar (KKSD) / Basic Specialist Training d. Keterampilan Klinis Spesialis Lanjut (KKSL) / Advanced Specialist Training Pada tahap ini juga diajarkan pengetahuan dan keterampilan dalam KKSD dan KKSL adalah: tatalaksana anestesi bedah paru, bedah saraf perifer, terapi intensif tahap II (pemberian ventilasi buatan dengan berbagai mesin, nutrisi, terapi gagal ginjal akut, trauma ganda, sepsi,dll), penelitian survei. Pada pendidikan tahap II, diharapkan peserta program: a. Mampu membuat karya ilmiah dengan benar b. Mampu melakukan komunikasi medis c. Mampu menjelaskan prinsip anestesia elektif tingkat lanjut dengan benar dan melakukan keterampilan anestesi elektif tingkat lanjut dengan benar d. Mampu menjelaskan prinsip anestesia kasus khusus dengan benar,
dan melakukan keterampilan anestesi kasus khusus
dengan benar e. Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah emergency tingkat lanjut dengan benar dan melakukan anestesi pada bedah emergency tingkat lanjut dengan f.
Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat lanjut dengan benar, melakukan
penatalaksanaan
bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat lanjut dengan benar dan menjelaskan dasar-dasar manajemen bencana dengan benar g. Mampu menjelaskan perawatan intensif pada kasus khusus dengan benar dan melakukan perawatan intensif pada kasus khusus dengan benar 30
h. Mampu menjelaskan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologis, blok neuroaksial atau kombinasi, melakukan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologik dan, blok neuroaksial atau kombinasi i.
Mampu melakukan penatalaksanaan nyeri pada pediatri dan geriatri dan melakukan nyeri pada paliatif
3.3.3 Tahap III (semester 7-8) Tahap ini merupakan tahap pemantapan dengan rumusan perilaku yang diinginkan. Selain kemapuan medis, juga dilatih kemampuan nonmedik dengan melaksanakan tugas-tugas manajerial sebagai chief resident , melakukan tugas pengaturan ketenagaan peserta PPDS I (dengan bimbingan KPS/SPS), tugas sebagai pembimbing (pembimbing residen yang lebih muda, mahasiswa, dan paramedik), serta konsultasi. Pencapaian pada tahap ini meliputi seluruh komponen pada kompetensi utama, dan / atau kompetensi pendukung dan khusus / lain. Mata kuliah dalam tahap ini dapat berupa sebagian besar materi profesi dan / atau sebagian kecil materi akademik. Mata kuliah pada tahap III dapat terdiri dari: a. Mata Kuliah Keahlian (MKK) b. Mata Kuliah Lain : yang salah satu materi tentang pembuatan karya ilmiah / penelitian c. Keterampilan Klinis Spesialis Lanjut (KKSL) / Advanced Specialist Training Pada semester ini dijarkan pengetahuan dan keterampilan penanganan pasien ICU (tahap III), bedah saraf (trauma kepala), pengetahuan dan kesempatan asistensi bedah jantung. Pada akhir tahap
ini
peserta
program
PPDS
diharuskan
menyelesaikan
penelitian yang telah dimulai pada akhir semester 5. Tahap ini diakhiri 31
dengan ujian profesi yang menyertakan penguji dari pusat pendidikan yang lain. Tahap 3 diakhiri dengan diadakannya ujian lisan yang dilakukan oleh internal IPDS untuk mengetahui kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif dari peserta program. Ujian ini disebut Ujian Lisan Lokal. Pada akhir pendidikan tahap III, diharapkan peserta program : a. Mampu menghasilkan karya ilmiah / penelitian dengan benar (research) b. Mampu melakukan manajemen paripurna anestesi (anesthesia and perioperative medicine) c. Mampu melakukan manajemen paripurna
kegawatdaruratan
(emergency medicine) d. Mampu melakukan manajemen paripurna anestesi terapi intensif (critical care medicine) e. Mampu
melakukan
manajemen
paripurna
nyeri
( pain
management )
3.4 Beban Belajar Mahasiswa / Peserta Program (Satuan Kredit Semester / SKS) Beban belajar mahasiswa dinyatakan dalam bentuk Satuan Kredit Semester (SKS). Berdasarkan Kepmendikbud nomor 49 tahun 2014, satu sks setara dengan 160 menit kegiatan belajar per minggu per
semester.
Semester
merupakan
satuan
waktu
kegiatan
pembelajaran efektif selama 16 (enam belas) minggu. Satu sks pada bentuk pembelajaran kuliah, disesuaikan dengan Kepmendikbud No.49 tahun 2014, responsi dan tutorial mencangkup tatap muka 13 (tiga belas) jam 20 (dua puluh) menit per semester, penugasan terstruktur 13 (tiga belas) jam 20 (dua puluh) menit per semester, dan belajar mandiri 16 jam per semester. Pada bentuk pembelajaran praktik lapangan, penelitian dan pengabdian 32
kepada masyarakat / pelayanan medis, satu sks setara dengan 42 (empat puluh dua) jam 40 (empat puluh) menit per semester. Beban normal belajar mahasiswa adalah 18 sks sampai dengan 20 sks persemester.
33
BAB IV ORGANISASI MATERI
Tabel Organisasi Materi Pendidikan Tahap 1 Pendidikan Tahap 1 – Semester 1 s/d 4 (Open s emes emeste ter r )
No
1
Mata Ajaran
Nomor
Beban Studi
Jenis
(sks)
Kompetensi
Modul
Kelompok Mata Kuliah Wajib
Akademik
Profesi
Utama
-
1
-
Pendukung
MPK
-
2
-
Pendukung
MKK
-
2
-
Pendukung
MPB
-
2
-
Pendukung
MKK
-
1
-
Pendukung
MKK
-
1
-
Pendukung
MKK
-
2
-
Pendukung
MKK
-
1
-
Pendukung
MKK
-
1
-
Pendukung
MKK
8
2
-
Dasar
MKK
-
2
-
Pendukung
MKK
-
2
-
Pendukung
MKK
Filsafat ilmu, Etika dan Hukum Kedokteran
2
Metodologi Penelitian
3
Biostatistika dan Komputer Biostatistik
4
Biologi Molekuler
5
Genetika Kedokteran
6
Farmakologi Klinik
7
Epidemiolgi, Epidemiologi Klinik dan Kedokteran Berbasis Bukti/KBB (Evidence Based Medicine)
8
Administrasi Kesehatan
9
Pengetahuan Dasar Laboratorium Klinik
10
Neuroanatomi/Fisio logi Klinik
11
Patient Safety
12
Pencegahan dan Pengendalian
34
Infeksi 13
Penjaminan Mutu
14
Dasar anestesi dan gawat darurat
15
Anestesi I
16
-
2
-
Umum
MKK
19
2
2
Dasar
MKK
1,7, 8
2
2
Dasar
MKK
-
4
Dasar
MPB
2
2
Dasar
MKB
-
4
Dasar
MPB
2
4
Dasar
MKB
-
6
Dasar
MKB
2
2
Lanjut
MKB
19
2
4
Dasar
MPB
12,21
-
5
Dasar
MPB
31
1
-
Umum
MKB
34
35
sks
sks
49,28%
50,72%
6,14,17, Anestesi II
19,21, 38
17
18
Keterampilan klinik anestesiologi dan
2, 15,
terapi intensif I
18, 25
Keterampilan klinik anestesiologi dan terapi intensif II
19
20
22
25
Emergency
6,11,19,
medicine I
31
Emergency medicine II
21
2,15,18,
Intensive care I
12,21 13,16,2 1
Kegawatdaruratan anestesiologi dan terapi Intensif I
23
Kegawatdaruratan anestesiologi dan terapi intensif II
24
Seminar Anestesiologi dan terapi Intensif I
Beban studi Pendidikan Tahap 1 Prosentase
35
69 sks 100%
Tabel Organisasi Materi Pendidikan Tahap 2 Pendidikan Tahap 2 – Semester 5 s/d 6 (Open s emes emeste ter r ) No 25
Mata Ajaran
Nomor
Beban Studi (sks)
Modul
Akademik
Profesi
Jenis
Kelompok
Kompetensi
Matakuliah
Utama
Wajib
Manajemen Nyeri dan
4
2
2
Dasar
MKK
Paliatif 26
Anestesi III
12,23,25,26
-
3
Dasar
MKB
27
Anestesi IV
32,33,34
-
3
Dasar
MKK
28
Anestesi V
27,28,29
-
3
Lanjut
28,29,35,38
-
4
Lanjut
MKB
8,9,17,22,31
2
-
Umum
MKB
-
3
Dasar
MPB
-
3
Dasar
MPB
29
Intensive care II
30
MKK, MKB
Pembelajaran Anestesiologi Klinik
31
Keterampilan klinik anestesiologi dan terapi
8,9,17,18,22 ,24,26,27
intensif III 32
Keterampilan klinik Anestesiologi
18,19,23,27
dan terapi intensif IV 33
Keterampilan klinik Anestesiologi dan terapi
28,29,32,33,
-
3
Lanjut
31
1
-
Umum
12,2 12,20, 0,36 36
-
3
Lanj Lanjut ut
34
MKB, MPB
intensif V 34
Seminar anestesiologi dan terapi
MKK, MKB
intensif II 35
Kega Kegaw watda atdaru rurr
36
MBB MBB
atan anestesiologi dan terapi Intensif III 36
Kegawatdarur atan anestesiologi
12,18
-
5
MPB,
Lanjut
MBB
dan terapi Intensif IV 37
Emergency
-
3
Beban studi pendidikan tahap 2
5 sks
35 sks
40 sks
Prosentase
12,5%
87,5%
100%
medicine III
12,28
MKK,
Lanjut
MKB
Tabel Organisasi Materi Pendidikan Tahap 3 Pendidikan Tahap 3 – Semester 7 s/d 8 (Open s emester ) No
Mata Ajaran
Nomor Modul
Beban Studi (sks) Akademik
Profesi
Jenis
Kelompok
Kompetensi
Matakuliah
Utama
Wajib
38
Anestesi VI
35,36
-
3
Lanjut
MKB
39
Anestesi VII
38,39
-
3
Lanjut
MKB
40
Intensive care III
13
-
4
Lanjut
MPB
41
Keterampilan
3,35,36
-
3
Lanjut
MPB
-
3
Lanjut
MPB
12,19
-
4
Dasar
MBB
12,19
-
4
Lanjut
MBB
klinik Anestesiologi dan terapi intensif VI 42
Keterampilan klinik Anestesiologi dan terapi
31,37, 38
intensif VII 43
Kegawatdarurat an anestesiologi dan terapi Intensif V
44
Kegawatdarurat
37
an anestesiologi dan terapi Intensif VI 45
Seminar anestesiologi dan terapi
31
1
-
Umum
MKB
31
2
1
Umum
MKB
37
4
-
Umum
MKB
7 sks
25 sks
32 sks
21,88%
78,12%
100%
intensif III 46
Manajemen Klinik
47
Penelitian
Beban studi pendidikan tahap 3
Prosentase
38
BAB V MONITORING DAN EVALUASI
Institusi pendidikan dokter spesialis (IPDS) Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, melalui Ketua Program Studi dan berkoordinasi dengan Ketua Departemen, melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi hasil belajar dan evaluasi program, serta pengembangan kurikulum. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri menyusun kurikulum dan rencana pembelajaran dalam setiap mata kuliah yang menyesuaikan dengan Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis dan muatan lokal yang ada, dan terangkum dalam kurikulum inti dan kurikulum institusional. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri dalam menyelenggarakan program pembelajaran menyesuaikan dengan standar isi, standar proses dan standar penilaian yang telah ditetapkan dalam rangka mencapai capaian pembelajaran lulusan. Dalam
rangka
menjaga
dan
meningkatkan
mutu
proses
pembelajaran, Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi secara periodik serta melaporkan hasil program pembelajaran.
39
BAB VI EVALUASI HASIL BELAJAR
Penilaian hasil belajar memiliki prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel, dan transparan yang dilakukan secara integrasi. Metode penilaian hasil belajar mampu menggambarkan pencapaian kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. Metode yang digunakan terdiri atas observasi atau pengamatan terus menerus, log book , ujian tulis, ujian keterampilan, dan ujian akhir/lisan. Penilaian atau evaluasi hasil pembelajaran terdiri dari evaluasi lokal atau institusional (ujian lokal) dan evaluasi nasional (ujian nasional). Pada akhir tahapan pendidikan dilakukan ujian yang bersifat nasional yang meliputi ujian tulis nasional, ujian kompetensi nasional, dan ujian akhir nasional untuk memperoleh
ijazah
dokter
spesialis dari Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri sekaligus sertifikat kompetensi dari KATI dan/atau PERDATIN. Secara umum sistem evaluasi kompetensi di program studi Anestesiologi danTerapi Intensif FK Unsri ditujukan untuk menilai tiga ranah pendidikan yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Adapun bentuk penilaian yang dilakukan ialah: 1. Kognitif Ujian stase atau rotasi.
Ujian kompetensi tahap I, II, dan III.
Ujian tulis nasional.
Ujian akhir nasional.
2. Keterampilan Evaluasi buku catatan (log book ).
Ujian keterampilan dalam bentuk DOPS.
Ujian kompetensi nasional (OSCE).
40
3. Afektif Absensi (kehadiran)
Penilaian 3600 melalui miniPAT oleh 6 (enam) orang yang ditentukan oleh KPS secara berkala mengenai: a. Etika profesionalisme meliputi sikap terhadap penderita, sikap terhadap staf pendidik dan kolega, sikap terhadap paramedis dan non-paramedis, rasa disiplin dan tanggung jawab, ketaatan pengisian dokumen medik, ketaatan tugas yang diberikan, dan ketaatan melaksanakan pedoman penggunaan obat dan alat. b. Komunikasi efektif terhadap peserta, staf pendidik dan kolega, dan terhadap paramedis dan non-paramedis. c. Kerja sama tim meliputi kerja sama yang baik antara kolega, dokter, perawat, karyawan kesehatan, pasien, dan keluarga pasien dan bisa bekerja sama dalam bentuk tim secara harmonis untuk pelayanan secara optimal. d. Patient safety berupa mengikuti kaidah-kaidah patient safety dan IPSG 1-6.
6.1 Log B ook Log book merupakan buku kegiatan harian yang dilakukan oleh peserta program selama mengikuti pendidikan, yang meliputi : a. Kegiatan klinis harian sesuai dengan stase / rotasi yang telah ditentukan oleh KPS dan didasarkan pada kurikulum inti nasional. b. Kegiatan ilmiah rutin: telaah pustaka (textbook reading ), telaah jurnal ( journal reading ), laporan kasus, dan referat. c. Kegiatan bimbingan, pelatihan, penyuluhan, dan sebagainya: dokter muda (ko-asisten), perawat. d. Kegiatan presentasi: tingkat lokal, nasional, dan internasional e. Kegiatan evaluasi yang terjadwal, seperti ujian lokal, ujian nasional, dan lain-lain
41
6.2 Ujian Lokal Ujian lokal adalah ujian yang diikuti oleh peserta program yang
bersifat
pembelajaran
institusional berdasarkan
untuk standar
mengevaluasi pendidikan
capaian dan
hasil
kurikulum
institusional. Ujian lokal mengikuti ketentuan yang berlaku di Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri. Ujian lokal yang dilaksanakan berupa: 1. Ujian Kompetensi Lokal Ujian
kompetensi
lokal
bertujuan
untuk
mengevaluasi
pencapaian kompetensi peserta program. Ujian ini mencakup ujian stase yang dilakukan pada awal sebelum masuk stase dan setelah akhir rotasi / stase. Ujian Kompetensi ada tiga tahap yaitu: a. Tahap I (Akhir semester IV) Evaluasi tahap I bertujuan untuk mengetahui apakah paket pendidikan dasar telah dilaksanakan dengan baik dan benar. Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan apakah peserta program dapat melanjutkan pendidikan tahap berikutnya atau dianjurkan untuk mengundurkan diri. Pada semester I berupa ujian RJPO (Resusitasi Jantung Paru Otak),
semester II
berupa ujian balans, semester III berupa ujian co-existing dan regional spinal, semester 4 berupa ujian pediatrik 1 dan spinal 2. b.
Tahap 2 (Akhir semester VI) Evaluasi tahap pertengahan bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh paket pendidikan telah dilaksanakan dengan baik dan benar. Evaluasi ini menentukan apakah peserta program dapat melanjutkan ke pendidikan tahap berikutnya. Untuk semester 5 berupa epidural, neuro 1, dan pediatrik 2, untuk semester 6 berupa ujian toraks, ICU, dan neuro 2.
42
c. Tahap III (Akhir semester VIII) Evaluasi tahap akhir bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh paket pendidikan telah di laksanakan dengan baik dan benar. Pelaksanaan evaluasi tahap akhir berupa ujian lisan mengenai semua aspek anestesiologi yang bersifat teknisklinis dan membahas secara komprehensif tentang hasil penelitian yang telah di lakukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir yang bersifat nasional. Persyaratan untuk mengikuti ujian akhir peserta harussudah lulus ujian teori tahap awal yang bersifat nasional dan lulus semua paket pendidikan.Ujian ini berupa Mini-PAT (Mini-peer assessment tool ), DOPS (Direct Observation Procedural Skill ), dan atau CbD (Case-based Discussion). 2. Ujian Karya ilmiah akhir atau penelitian Ujian ini bertujuan untuk menilai karya ilmiah akhir atau penelitian berupa tesis yang telah dilakukan oleh peserta program. Hasil ujian penelitian ini dapat dijadikan bagian dari Integrated degree bagi IPDS melaksanakan program tersebut pada kurikulum institusionalnya dengan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku secara nasional dan institusional. 3. Ujian Lokal Lain Ujian ini dapat berupa lisan, tulis atau keterampilan yang mendukung penerapan kurikulum institusional. Ujian lokal ini bertujuan untuk mengetahui apakah peserta program mempunyai kemampuan
secara
komprehensif
meliputi
pengetahuan,
keterampilan, dan sikap akademik profesional dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
43
6.3 Ujian Nasional Ujian nasional ialah evaluasi kompetensi keprofesian tahap nasional yang dikoordinasikan oleh KATI dengan tujuan menjamin dan menyetarakan mutu dan kompetensi dokter spesialis Anestesi dan Terapi Intensif. Selain sebagai bagian dari evaluasi hasil pembelajaran, Ujian nasional ini adalah salah satu prasyarat pengajuan sertifikat kompetensi kepada Kolegium. Ujian nasional ini harus dijalani oleh semua dokter spesialis anestesi yang akan melakukan praktek kedokteran dibidang Anestesiologi dan Terapi Intensif di Indonesia. Berdasarkan peraturan Konsil Kedokteran Indonesia no. 7 tahun 2012, no. 14 tahun 2013, dan no. 157/KKI/PER/XII/2009 tentang program adaptasi, Peserta Program Adaptasi juga diwajibkan mengikuti ujian nasional dan dinyatakan lulus agar dapat memperoleh sertifikat kompetensi sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi. Ujian Nasional terdiri dari Ujian Tulis Nasional, Ujian Kompetensi Nasional dan Ujian lisan Akhir Nasional. Ujian nasional dilaksanakan dan diatur oleh Komisi Ujian Nasional (KUN) yang dibentuk KATI. Penentuan kelulusan harus menggunakan Penilaian Acuan Patokan (Criterion-referenced ). Kriteria kelulusan merupakan hasil pencapaian kompetensi dengan mempertimbangkan aspek hard skills dan soft skills. Penilaian hasil belajar harus memenuhi asas validitas, reliabilitas, kelayakan dan mendorong proses belajar.
6.3.1 Ujian Tulis Nasional Ujian tulis nasional adalah ujian pengetahuan klinis spesialis dasar (Basic Specialist ) yang diselenggarakan dua kali/tahun (Januari dan Juli). Ujian ini ditujukan kepada peserta program yang telah menyelesaikan pendidikan tahap 1 (semester 4). Tujuan ujian ini adalah
untuk
menjamin
dan
menyetarakan
kemampuan
pengetahuan klinis spesialis dasar (Basic specialist ). 44
dan
Tatalaksana ujian tulis nasional : 1. Bahan ujian mencangkup semua aspek Anestesiologi dan Terapi Intensif sesuai dengan modul yang berlaku 2. Soal ujian dalam bentuk pilihan ganda 1 (satu) di antara 5 (lima). 3. Ujian merupakan ujian pengetahuan dasar anestesiologi dan terapi intensif (anatomi, fisiologi dan farmakologi terapan), dan pengetahuan klinis spesialis dasar (Basic Specialist Training ). 4. Ujian diselenggarakan 2 (dua) kali dalam satu tahun (Januari dan Juli). 5. Ujian tulis : a. Soal ujian diambil dari setiap IPDS dan dikumpulkan dalam bank soal. b. Pemilihan soal yang akan diujikan dalam satu periode ujian dilakuakn oleh tim reviewer KUN. Jawaban soal harus dapat ditemukan di buku standar yang telah ditentukan. Tim reviewer berhak
mengubah,
melakukan
revisi
susunan
pertanyaan dan kalimat pilihan pertanyaan. c. Daftar nama peserta ujian dikirim oleh setiap IPDS paling lambat 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan ujian tulis nasional. d. Ujian tulis dilaksanakan serentak pada hari yang sama di pusat-pusat pendidikan yang telah ditentukan. Pengawas ujian berasal dari pusat pendidikan yang berbeda, ditentukan oleh KUN. 6. Ketentuan lulus adalah 65 7. Pengumuman hasil ujian diumumkan segera setelah penilaian ujian tulis nasional selesai. 8. Peserta yang dinyatakan tidak lulus diperbolehkan mengulang pada ujian nasional berikutnya 9. Peserta ujian nasional yang dinyatakan lulus diberi sertifikat yang ditandatangani oleh ketua KATI. 45
10. Untuk setiap peserta dikenakan biaya ujian yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang disepakati pada setiap periode ujian dan biaya ujian dikirimkan ke alamat rekening yang sudah ditentukan. 11. Transportasi dan akomodasi pengawas ditanggung oleh IPDS yang
menyelenggarakan
ujian
dan
honorarium
pengawas
ditanggung oleh KATI.
6.3.2 Uji Kompetensi Nasional Ujian kompetensi adalah ujian OSCE (Objective Structured Clinical Examination) yang diselenggarakan satu kali/tahun oleh KUN. Ujian diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan ilmiah / konggres / pertemuan yang diselenggarakan oleh KATI / PERDATIN dan bersifat nasional. Ujian ini ditujukan kepada peserta program yang akan menyelesaikan pendidikan tahap 2 (semester 6) dan/atau sedang menjalani awal pendidikan tahap 3 (semester 7). Tujuan ujian ini adalah untuk mengevaluasi kompetensi dasar dan lanjut peserta program agar tercapai standar kompetensi nasional. Tatalaksana ujian kompetensi nasional : 1. Bahan ujian mencangkup semua aspek anestesiologi dan terapi intensif sesuai dengan modul yang berlaku 2. Soal ujian dalam bentuk OSCE (Objective Structured Clinical Examination) 3. Ujian merupakan ujian pengetahuan anestesiologi dan terapi intensif, penatalaksanaan kasus, keterampilan klinis spesialis dasar (Basic Specialist Skill ) dan Keterampilan klinis spesialis lanjut ( Advanced specialist skill ). 4. Ujian diselenggarakan satu kali/tahun oleh KUN. 5. Ujian diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan ilmiah/ kongres/ pertemuan yang diselenggarakan oleh KATI/ PERDATIN dan bersifat nasional.
46
6. Ujian Kompetensi merupakan susunan kasus diujikan yang menggambarkan kemampuan yang diuji secara proporsional. 7. Ujian Kompetensi menentukan keterampilan klinik, keterampilan komunikasi, dan pengetahuan yang diuji dengan memperhatikan keterwakilan sistem, lokasi, fokus kompetensi, serta kasus sehingga peserta diuji secara komprehensif. 8. Kompetensi yang dinilai : a. Kompetensi Umum i. Etika ii. Kemampuan komunikasi iii. Kerjasama tim iv. Patient safety b. Kompetensi Dasar i. Ilmu kedokteran dasar ii. Basic Specialist Skill iii. Perioperative medicine iv. Penatalaksana nyeri v. Emergency medicine c. Kompetensi Lanjut i. Advanced Specialist Skill ii. Critical care 9. Ujian Kompetensi Nasional / OSCE : a. Jenis stasion : i. Emergency medicine (BLS, ALS, Disaster medicine, dll) ii. Critical care iii. Perioperative medicine iv. Anestesi umum v. Anestesi regional (neuroaxial) vi. Anestesi regional (blok saraf tepi) vii. Penatalaksana nyeri viii. Anesthesia and uncommon diseases 47
b. Format penulisan soal : i. Nomor station ii. Judul stasion iii. Waktu yang dibutuhkan iv. Tujuan station v. Kompetensi vi. Kategori vii. Instruksi untuk peserta viii. Instruksi untuk penguji ix. Instruksi untuk pasien simulasi x. Peralatan yang dibutuhkan xi. Penulis xii. Referensi xiii. Lembar Penilaian (Rubrik) c. Soal OSCE dibuat oleh KUN yang juga merupakan tenaga kesehatan sesuai profesi dari institusi pendidikan di Indonesia. Proses pembuatan soal dilakukan bersama-sama dalam suatu lokakarya. Soal yang dihasilkan dari workshop ini kemudian ditelaah
bersama
KUN
untuk
analisis
kemungkinan
pelaksanaan station tersebut.Soal yang telah dianggap layak selanjutnya
ditelaah
kembali
oleh
Divisi
terkait
(panel
expert).Selanjutnya soal ini diujicobakan pada pelatihan penguji OSCE dan pelatih Pasien Standarisasi (PS). Soal yang baik disimpan dalam bank soal KUN dan memiliki kesempatan untuk diujikan pada Ujian Kompetensi.Setiap soal OSCE harus dibuat sesuai cetak biru penilaian dan format penulisan soal yang disepakati dengan menggunakan formulir yangterstandarisasi serta direview bersama sesuai formulir yang terstandarisasi.
48
10. Ketentuan lebih lanjut tentang ujian kompetensi akan ditetapkan oleh KUN KATI 11. Ketentuan lulus adalah 70 12. Pengumuman hasil ujian diumumkan segera setelah penilaian ujian kompetensi selesai. 13. Peserta yang dinyatakan tidak lulus diperbolehkan mengulang pada ujian kompetensi berikutnya 14. Peserta ujian kompetensi yang dinyatakan lulus diberi sertifikat yang ditandatangani oleh ketua KATI. 15. Untuk setiap peserta dikenakan biaya ujian yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang disepakati pada setiap periode ujian dan biaya ujian dikirimkan ke alamat rekening yang sudah ditentukan. 16. Transportasi dan akomodasi penguji ditanggung oleh Panitia kegiatan ilmiah / konggres / pertemuan yang diselenggarakan oleh KATI / PERDATIN. 17. Honorarium Penguji ditanggung oleh KATI.
6.3.3 Ujian Akhir Nasional Ujian akhir nasional merupakan evaluasi akhir yang bertujuan untuk mengetahui apakah peserta program mempunyai kemampuan secara komprehensif meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. Ujian ini dikoordinasi oleh KATI melalui KUN berupa ujian lisan. Untuk dapat mengikuti ujian akhir nasional, peserta program harus: 1. Memenuhi jumlah kasus yang ditentukan dalam pencapaian kompetensi dengan dibuktikan oleh log book . 2. Sudah lulus ujian tulis nasional dan ujian kompetensi nasional. 3. Menyelesaikan
karya
ilmiah
akhir
melampirkan intisari hasil penelitian.
49
/
penelitian
dengan
Tatalaksana ujian akhir nasional: 1. Bahan ujian mencangkup semua aspek anestesiologi dan terapi intensif sesuai dengan modul yang berlaku 2. Ujian dalam bentuk ujian lisan tentang penatalaksanaan kasus klinis. 3. Ujian diselenggarakan setiap saat bila sudah ada peserta program yang siap. 4. Ujian akhir nasional : a. Soal-soal
ujian
dibuat
oleh
IPDS
yang
akan
menyelenggarakan ujian, dengan melibatkan bidang minat sesuai dengan topik yang akan diujikan. Soal berupa penatalaksanaan kasus secara komprehensif, baik kasus darurat, kasus pembedahan elektif, kasus pembedahan dengan
penyakit
penyerta,
teknik
tertentu
maupun
pengelolaan pasien ICU. b. Semua pertanyaan disertai dengan jawabannya, ditulis dan dibagikan kepada semua anggota tim penguji yang ditunjuk, dan kepada notulis bukan penguji. c. Sebelum ujian dilaksanakan, materi yang akan diujikan dibahas oleh semua anggota tim penguji, untuk mendapatkan kesamaan persepsi. d. Disiapkan 5 (lima) kasus untuk masing-masing peserta ujian. e. Bila peserta ujian telah mencapai minimum passing level (MPL) dari 3 kasus materi ujian, maka 2 kasus yang lain tidak perlu diujikan. f.
MPL untuk ujian lisan ditentukan 70 (kumulatif). Setiap kasus terdiri dari 5 – 10 soal atau soal berantai.
g.
Permintaan
penguji
dari
pusat
pendidikan
yang
akan
menyelenggarakan ujian ditujukan kepada KUN dengan tembusan kepada Ketua KATI, 1 (satu) bulan sebelum tanggal
50
ujian, sedapat mungkin disertai dengan topik yang akan diujikan h. Ujian diselenggarakan di pusat pendidikan tempat peserta ujian. Penyelenggaraan ujian dapat dilakukan setiap saat apabila sudah ada peserta yang siap untuk diuji. 5. Pelaksanaan ujian : a. Tatacara ujian dibacakan kepada peserta ujian oleh Ketua tim penguji b. Cara penilaian dilakukan dengan menggunakan pedoman penilaian yang sudah dibakukan c.
Salah
seorang
penguji
mengajukan
pertanyaan
sesuai
dengan yang telah ditentukan, dan masing-masing penguji member penilaian terhadap semua jawaban peserta ujian. d. Semua tanya jawab selama ujian berlangsung dicatat oleh notulensi bukan penguji, dan direkam. Keduanya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan apabila terdapat perbedaan nilai yang mencolok antara penguji (lebih dari 20) e. Hasil ujian diumumkan segera setelah ujian berakhir. f.
Peserta dinyatakan lulus atau tidak lulus dalam suatu berita acara ujian.
6. Ketentuan lulus adalah 70 (kumulatif). 7. Apabila peserta tidak lulus, ujian ulangan dapat dilakukan sesuai kesepakatan. 8. Peserta ujian nasional yang dinyatakan lulus diberi sertifikat yang ditandatangani oleh ketua KATI. 9. Untuk setiap peserta dikenakan biaya ujian yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang disepakati pada setiap periode ujian dan biaya ujian dikirimkan ke alamat rekening yang sudah ditentukan. 10. Transportasi dan akomodasi penguji ditanggung oleh IPDS yang menyelenggarakan ujian dan honorarium penguji ditanggung oleh KATI. 51
Peraturan Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional Hak Anggota : 1. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang sudah disiapkan. 2. Memberikan pengarahan bila dipandang perlu 3. Untuk mengajukan satu pertanyaan digunakan waktu tidak lebih dari 3 menit 4. Bila perlu, dapat meminta anggota tim penguji yang lain untuk membantu memperjelas pertanyaan
Hak Peserta Program Yang Diuji : 1. Mengajukan pertanyaan penjelas apabila ada pertanyaan dari penguji yang dianggap kurang jelas. 2. Mengajukan permintaan data penunjang.
Penetapan Angka: 1. Masing-masing
anggota
tim
penguji
menggunakan
daftar
jawaban yang telah disiapkan sebagai dasar pemberiak nilai minimum 2. Angka terakhir adalah jumlah angka masing-masing penguji dibagi jumlah penguju. 3. Jika perbedaan nilai diantara penguji > 20, penetapan angka dilakukan dengan mendengarkan rekaman jawaban dan catatan notulis bukan penguji
Penetapan Angka Kelulusan: 1. Minimum passing level (MPL) ditetapkan 7 2. Jika peserta program tidak mencapai nilai MPL, ujian ulangan ditetapkan oleh penguji dan peserta program dengan syarat yang harus dipenuhi.
52
Lain-lain 1. Untuk masing-masing peserta program, jumlah penguji minimum 3 orang, terdiri dari minimal 1 (satu) orang penguji yang ditunjuk oleh KUN KATI. 2. Satu orang notulis bukan penguji berasal dari pusat pendidikan yang menyelenggarakan ujian. 3. Semua pertanyaan dan jawaban direkam. Skoring / Pemberian Nilai Ujian Akhir Nasional
Jawaban lengkap tanpa pengarahan
90
Jawaban lengkap dengan sedikit pengarahan
80
Jawaban lengkap dengan cukup pengarahan
70
Jawaban kurang lengkap (lebih dari 50%) dengan cukup pengarahan
Jawaban kurang lengkap (kurang dari 50%) dengan cukup pengarahan
Jawaban salah meskipun dengan cukup pengarahan
Soal beranta 1.
Jawaban pertama salah
2.
Jawaban berikutnya maksimum mendapat nilai
60
50 0
0
Catatan : Bila ada ekstra jawaban yang baik, nilai dapat diperhitungkan dan jawaban dapat diberi nilai sampai 100 dan Minimum Passing Level : 70
6.3.4 Penilaian 6.3.4.1 Sistem Penilaian Kisaran angka > 75 – 100
Huruf mutu A
Bobot 4
> 70 – 75
AB / B+
3,5
> 65 – 70
B
3
> 60 – 65
BC / C+
2,5
> 55 – 60 > 50 – 55
C CD / D+
2 1,5
> 45 – 50
D
1
≤ 45
E
0
53
70
6.3.4.2 Pedoman Penghitungan Indek Prestasi Kisaran angka
Huruf mutu
Bobot
> 3,75
A
4
3,25 – 3,74
AB / B+
3,5
2,75 – 3,24
B
3
2,25 – 2,74
BC / C+
2,5
1,75 – 2,24
C
2
1,25 – 1,74
CD / D+
1,5
0,75 – 1,24
D
1
< 0,75
E
0
6.3.4.3 Pembobotan Nilai No
Penilaian
Bobot
1.
Kognitif
30%
2.
Psikomotor
30%
3.
Afektif
40%
Total
100%
6.3.4.4 Predikat Kelulusan Indek Prestasi
Predikat Kelulusan
3,00 – 3,50
Memuaskan
3,51 – 3,75
Sangat memuaskan
3,76 – 4,00
Pujian (Cumlaude)
Berdasarkan permendikbud no.49/2014 pasal 24 ayat 3, peserta program spesialis dinyatakan lulus bila indeks prestasi kumulatif 3.00 atau lebih. 54
6.3.5 Komisi Ujian Nasional 1. KUN
dibentuk
kepengurusan
oleh KATI,
KATI dan
dengan
maksimum
masa 2
kerja
(dua)
kali
sesuai masa
kepengurusan. 2. Tugas KUN : a. Mengembangkan panduan sistem ujian nasional b. Mengkoordinasikan penyelenggaraan ujian nasional c. Menetapkan penguji nasional d. Menyusun daftar kelompok penguji nasional e. Mendokumentasikan penyelenggaraan ujian nasional f.
Mensyahkan lulus atau tidaknya peserta ujian
g. Melaporkan secara tertulis dan mempertanggungjawabkan kegiatan ujian nasional kepada Ketua KATI
6.3.5.1 Penguji Ujian Nasional Daftar penguji nasional diperoleh KUN dari IPDS dengan ketentuan: 1. Staf penilai (SpAn yang telah lulus minimal lebih dari 5 tahun, dan berada di institusi pendidikan selama masa tersebut) dan memenuhi kriteria sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2. Dianggap layak oleh IPDS setempat 3. Daftar personalia PUN ditentukan setiap akan dilaksanakan ujian nasional 4. Anggota
PUN
diusulkan
oleh
IPDS
setelah
mendapat
persetujuan/pengesahan dari Ketua Departemen setempat. 5. Setiap penguji mendapatkan sertifikat keikutsertaannya sebagai PUN yang ditandatangani oleh ketua KATI 6. Pada ujian akhir nasional harus diikutisertakan minimal 1 (satu) penguji yang bukan berasal dari IPDS tempat peserta program belajar 7. Pada setiap ujian nasional diupayakan minimal ada seorang penguji internasional 55
SPESIALIS ANESTESI l a n o i s a N r i h k A n a i j U
Ujian Nasional Spesialis Anestesi:Mampu memberikan pelayanan anestesi paripurna sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran; Mampu memberikan pelayanan bantuan hidup baik dasar atau lanjutan dalam kegawatdaruratan sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran; Mampu memberikan pelayanan terapi intensif dasar sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran; Mampu memberikan pelayanan nyeri paripurna sesuai standar operasional prosedur, etik dan hukum kedokteran; Mampu menghasilkan karya ilmiah yang sesuai dengan kaidah ilmiah nasional dan internasional
Ujian Penelitian
U ian kom etensi Taha 3 (U ian Lokal
Mampu melakukan manajemen paripurna
Mampu
melakukan
anestesi terapi intensif dasar
paripurna nyeri perioperatif melakukan
manajemen
Mampu melakukan manajemen
Mampu
paripurna anestesi elektif
paripurna kegawatdaruratan
3 p a h a
manajemen
Mampu menghasilkan karya ilmiah
Ujian Kompetensi Nasional
dengan benar
Mampu menjelaskan perawatan intensif pada kasus
Mampu melakukan penatalaksanaan
khusus dengan benar dan melakukan perawatan
nyeri pada pediatri dan geriatri dan
intensif pada kasus khusus dengan benar
Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup dasar dan lanjutan tingkat
Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada
dan lanjutan tingkat lanjut dengan benar dan menjelaskan dasar-dasar
dan melakukan anestesi pada bedah emergency
manajemen bencana dengan benar
tingkat lanjut dengan benar
melakukan komunikasi
,
lanjut dengan benar, melakukan penatalaksanaan bantuan hidup dasar
bedah emergency tingkat lanjut dengan benar
Mampu
melakukan nyeri pada paliatif
Mampu menjelaskan prinsip anestesia elektif
Mampu menjelaskan prinsip anestesia
tingkat lanjut dengan benar dan melakukan
kasus
keterampilan anestesi elektif tingkat lanjut
melakukan ketrampilan anestesi kasus
dengan benar
khusus dengan benar
khusus
dengan
benar,
dan
Mampu
Ujian Tulis Nasional
membuat Mampu menjelaskan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologik, blok neuroaksial atau kombinasi, melakukan penatalaksanaan nyeri akut dan nyeri kronik
Mampu menjelaskan prinsip bantuan hidup
Mampu mejelaskan perawatan intensif dasar dengan benar,
dasar dan lanjutan tingkat awal dengan benar,
melakukan
melakukan
menjelaskan dasar perawatan paska henti jantung dengan
penatalaksanaan
bantuan
hidup
dasar dan lanjutan tingkat awal dengan benar
intensif
dengan benar
perioperatif dan analgesia preemptif secara farmakologik dan blok neuroaksial atau kombinasi
perawatan
karya ilmiah
dasar
dengan
benar,
benar dan melakukan perawatan paska henti jantung dengan benar
Mampu melakukan komunikasi medis
Mampu
menjelaskan
anestesi
elektif
tingkat
prinsip
Mampu menjelaskan prinsip anestesi pada bedah
awal
emergency
dengan benar dan melakukan
melakukan
keterampilan
emergency tingkat awal denganbenar
anestesi
elektif
tingkat prinsip
awal
anestesi
tingkat awal
Mampu menjelaskan proses pembelajaran klinis multidisiplin
56
dengan benar, filsafat ilmu dengan benar, metodologi riset dan statistik dengan benar, epidemiologi klinik dengan benar, biologi molekuler dengan benar dan imunologi dengan benar
dengan
benar
pada
dan
bedah
, , ,
BAB VII PESERTA DIDIK
7.1 Sistem Rekrutmen Peserta Didik Baru 7.1.1 Kriteria Penerimaan Peserta Didik Baru Calon peserta didik baru PPDS-1 dalam Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif dapat melihat persyaratan atau kelengkapan administrasi serta jadwal ujian di Sekretariat Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon peserta didik sebagai berikut: 1.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata (IPK S.Ked + IPK Dokter dibagi dua) minimal 2.75 dengan ketentuan salah satu IPK (S.Ked + Dokter) tidak dibawah IPK 2,5
2. Calon peserta didik maksimal berusia 35 tahun 3. Calon peserta maksimal telah mengikuti 2 (dua) kali seleksi pada program studi yang sama di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 4. Calon peserta didik membuat surat permohonan dalam bentuk tulisan tangan ditujukan kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 5. Calon peserta didik mengisi formulir yang telah ditentukan dengan melampirkan pas foto ukuran 4x6 berwarna sebanyak 3 lembar yang telah ditanda tangani. Formulir ditandatangani di atas materai Rp. 6.000,6. Calon peserta didik melengkapi persyaratan administrasi lain:
Fotokopi ijazah dan transkrip nilai Sarjana Kedokteran dan Dokter
(profesi)
yang
telah
Kedokteran asalnya 57
dilegalisir
oleh
Fakultas
Fotokopi Akta Kelahiran Surat
rekomendasi
setempat
yang
dari
Ikatan
menyatakan
Dokter
tidak
Indonesia
pernah
(IDI)
melakukan
malpraktik dan pelanggaran Kode Etik Kedokteran
Surat Keterangan Berkelakuan Baik (SKKB) dari Kepolisian yang masih berlaku
Surat Keterangan Selesai Masa Bakti (PTT) dari Kementerian Kesehatan atau surat keterangan akan menyelesaikan PTT bagi yang belum menyelesaikan masa bakti
Surat Izin mengikuti pendidikan dari Instansi Kementerian Kesehatan,
Kementerian
Pertahanan
dan
Keamanan,
Kepolisian Republik Indonesia atau Kementerian lainnya serta Instansi
yang
membiayai,
dilengkapi
dengan
SK
Pengangkatan dari Instansi yang bersangkutan apabila bukan peserta mandiri
Daftar riwayat hidup
Fotokopi Kartu Pegawai (Karpeg)
Fotokopi KTP yang masih berlaku
Bukti
cetak
telah
terdaftar
di PDPT
(Pangkalan
Data
Perguruan Tinggi). Bagi calon peserta yang tidak terdaftar diwajibkan membuat surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai Rp. 6.000,
Fotokopi sertifikat telah mengikuti General Emergency Life Support (GELS)
Fotokopi
sertifikat
tes
bahasa
Inggris
dari
Universitas
Sriwijaya (SULIET) dengan nilai minimal 450
Fotokopi tanda lulus Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) / Ujian Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (UKMPPD)
58
7. Setelah melengkapi semua persyaratan administasi, semua berkas permohonan diserahkan ke Sekretariat PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
7.1.2 Praseleksi Penerimaan Peserta Didik Baru Terdapat beberapa tahapan prosedur yang harus dijalani yaitu: 1. Ketua PPDS melakukan praseleksi untuk menilai kelengkapan dan keabsahan dokumen lamaran 2.
Jika
persyaratan
administrasi
tidak
terpenuhi
maka
akan
dikomunikasikan bahwa calon peserta didik peserta tidak dapat mengikuti seleksi di bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif 3. Jika persyaratan administrasi terpenuhi maka formulir akan diserahkan ke bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif untuk dilakukan penilaian sesuai jadwal yang ditetapkan PPDS 4. Calon peserta didik yang memenuhi persyaratan diharuskan datang untuk mengikuti uji kesehatan, uji psikologi dan MMPI, tes tertulis, penelitian berkas dan wawancara dengan panitia guna mengetahui: a. Penampilan calon b. Kemampuan berkomunikasi atau berdiskusi c. Pandangan, sikap dan motivasi calon terhadap bidang Anestesiologi d. Cita-cita hidupnya setelah pendidikan e. Pengalamannya dalam bidang penelitian, termasuk kursuskursus yang telah diikutinya. f.
Kemampuan untuk mengembangkan ilmunya
g. Keadaan sosial-ekonomi keluarganya
7.1.3 Instrumen Penerimaan Peserta Didik Baru Instrumen yang digunakan saat seleksi peserta didik baru ialah lembar komponen penilaian calon PPDS-1 Bagian Anestesiologi dan 59
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya sebagai berikut:
Gambar Instrumen Penilaian Calon Peserta Didik
7.1.4 Sistem Pengambilan Keputusan Peserta Didik Baru Diterima atau tidaknya calon peserta Program Studi Anestesiologi berdasarkan hasil penilaian: 1. Kelengkapan administrasi 2. Lama pendidikan 3. IPK 4. Pengalaman kerja dan karya ilmiah berkaitan dengan Critical Care/Anestesiologi 60
5. Sertifikat PTC, ATLS, ACLS, GELS, FCCS 6. Hasil ujian tulis 7. Hasil wawancara 8. TOEFL 9. MMPI / psikotes 10. Motivasi asal 11. Tempat tugas Hasil penilaian akan dirapatkan bersama oleh panitia yang telah ditunjuk dan dilaporkan oleh KPS kepada Dekan melalui Koordinator Penyelenggara PPDS untuk kemudian dilaporkan kepada Rektor Universitas Sriwijaya.
Gambar Sistem Rekrutmen Calon Peserta Didik Baru
61
7.1.5 Penerimaan Peserta Didik Baru Calon peserta didik yang diterima selanjutnya melakukan pendaftaran ulang
di
BAAK
Universitas
Sriwijaya
untuk
menyelesaikan
persyaratan administrasi sebagai mahasiswa baru, membayar SPP dan TPP serta mendapatkan Kartu Mahasiswa. Calon peserta didik harus menandatangani surat perjanjian yang menerangkan bahwa yang bersangkutan akan tunduk kepada peraturan dan ketentuan serta keputusan program studi, PPDS, Fakultas, Universitas dan RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang sebagai rumah sakit pendidikan. Setelah persyaratan administrasi telah diselesaikan maka calon peserta didik tersebut secara resmi sudah menjadi residen dan dapat memulai pendidikannya.
7.2 Suasana Akademik 7.2.1 Hak Peserta Didik Secara umum seorang peserta didik mempunyai hak sebagai berikut: 1. Hak atas otonomi keilmuan dan mimbar akademik antara lain hak untuk menentukan judul laporan ilmiah, laporan kasus, journal reading , dan judul penelitian 2. Hak
atas
kebebasan
akademik
antara
lain
hak
untuk
diikutsertakan dalam perlombaan ilmiah baik tingkat nasional atau internasional, hak untuk diikutsertakan dalam kegiatan ilmiah (simposium atau workshop) nasional atau internasional 3. Hak untuk mengutarakan keluhan 4. Hak untuk diikutsertakan dalam kegiatan supervisi dan bimbingan kepada peserta didik yang lebih muda dan dokter muda 5. Hak untuk diikutsertakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat, pelatihan maupun kepanitiaan suatu acara 6. Hak untuk memperoleh kompetensi sebagai dokter spesialis anestesi
62
7. Hak untuk memberikan penilaian dan masukan mengenai staf pendidik dan sistem pendidikan 7.2.2 Kewajiban Secara umum seorang peserta didik mempunyai kewajiban sebagai berikut: 1. Wajib untuk patuh terhadap tata tertib yang berlaku 2. Wajib menjalani semua proses kurikulum yang berlaku 3. Wajib bekerja di bawah supervisi tenaga pengajar 4. Wajib bekerja sesuai dengan tahapan pendidikannya (level kompetensinya)
7.2.3 Waktu Pendidikan Adapun waktu pendidikan yang harus diikuti seorang peserta didik ialah: 1.
Pada hari kerja: acara rutin / kegiatan harian mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00 atau sampai ada serah terima dengan pengganti atau bila ada kegiatan lain untuk hari kerja dan tugas jaga mulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 07.00 esok harinya.
2.
Di luar jam kerja: tugas jaga mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 07.00 esok harinya.
3.
Waktu tersebut di atas dapat berubah apabila ada peraturan yang lebih baru
7.2.4 Tata Tertib Umum 1. Hadir tepat waktu sesuai dengan ketentuan di atas 2. Berpakaian sesuai dengan peraturan yang ditetapkan 3. Tidak meninggalkan lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya-RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang kecuali untuk stase
63
luar atau tugas resmi dengan izin atau sepengetahuan KPS dan SPS 4. Segala sesuatu berkenaan dengan tugas jaga di rumah sakit luar selain jejaring dan afiliasi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya-RSUP
Dr.
Moh.
Hoesin
Palembang
merupakan
tanggung jawab pribadi peserta didik tersebut bukan di bawah Departemen / Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif 5. Tata tertib dan peraturan berlaku di semua rumah sakit jejaring dan afiliasi
7.2.5 Pemberian Sanksi Seorang peserta didik akan dikenakan sanksi bila melanggar peraturan-peraturan sebagai berikut: 1. Peserta didik tidak mematuhi peraturan yang berlaku di tempatnya berada 2. Peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan selama lebih dari 14 hari berturut-turut dengan atau tanpa izin harus mengulang atau mengganti stase dimana dia harusnya berada saat itu 3. Peserta didik tidak mengikuti acara rutin atau kegiatan harian 4. Peserta didik tidak mengikuti acara ilmiah (bukan sebagai pembicara) lebih dari 10 % 5. Peserta didik tidak melakukan konsultasi dalam menangani pasien gawat darurat 6. Peserta didik terlambat hadir ke acara ilmiah, kamar operasi atau stase dimana dia harusnya berada saat itu 7. Peserta didik menyebabkan kematian atau kecacatan pasien akibat anestesi yang disebabkan karena teknik anestesi tidak sesuai dengan standar pelayananan anestesi di RS dimana ia bekerja.
64
8. Peserta didik meminta sponsor ke perusahaan Farmasi secara langsung 9. Peserta didik mengikuti simposium/ kongres/ acara ilmiah lain tanpa sepengetahuan KPS/ SPS 10. Peserta didik terlambat dalam mengajukan tugas ilmiah (sebagai pembicara) 11. Peserta didik melakukan penggelapan data sampel penelitian, data pasien pada status dan pemalsuan laporan 12. Peserta didik merusak nama Bagain Anestesi FK UNSRI - RSMH Palembang. 13. Peserta didik merokok di lingkungan RSMH atau tempat pendidikan.
Bila ada pelanggaran ketentuan ini akan dikenakan sanksi dari mulai berupa teguran lisan lalu teguran tertulis dan paling berat dari mulai skorsing 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan, sampai dikeluarkan sebagai peserta pendidikan anestesiologi. Pelanggaran afektif dapat dikenakan hukuman paling berat sekaligus berdasarkan sidang seluruh staf pengajar. Keputusan skorsing yang melebihi 3 bulan harus berdasrkan sidang staf pengajar (tidak diputuskan oleh KPS, SPS,
Kabag
secara
tersendiri). Drop
Out
diberlakukan
bila
melakukan empat kali kesalahan fatal., KPS dengan timnya dapat menjatuhkan
sanksi
tanpa
sidang
seluruh
konsulen
dengan
pengecualian hukuman skorsing yang melebihi 3 bulan / dikeluarkan dari pendidikan anestesi. Sanksi dikenakan berdasarkan norma afektif, psikomotor, dan kognitif.
65
a. Sanksi Atas Pelangggaran Norma Afektif
No.
1
Pertama Peringatan
Memberi keterangan palsu Mabuk,
2
Jenis Sanksi
Jenis Pelanggaran
berjudi,
tempat
keras
berkelahi
pendidikan
Kedua
Ketiga
Dikeluarkan
di
dengan
Dikeluarkan
siapapun Menolak perintah konsulen sesuai 3
dengan aturan pendidikan atau
Peringatan
Peringatan
melalaikan kewajiban tanpa alasan
I
II
Peringatan
Peringatan
I
Keras
Peringatan
Peringatan
Keras
I
Peringatan
Peringatan
I
Keras
Peringatan
Peringatan
I
II
Peringatan
Peringatan
Keras
I
Peringatan
Peringatan
Keras
Keras
Dikeluarkan
yang kuat 4
Tidak
datang
tempat
pendidikan tanpa alasan yang kuat Mencemarkan
5
ke
konsulen,
nama bagian,
baik institusi
pendidikan 6
7
8
9
10
11
Meninggalkan tempat kerja tanpa izin pimpinan atau konsulen Datang
terlambat
pulang
sebelum waktunya Membocorkan rahasia jabatan Bekerja sama dengan perusahaan farmasi dan mendapat imbalan Pencurian, manipulasi alat RS / alat pendidikan. Melakukan
penganiayaan
terhadap pimpinan / teman kerja Melakukan
12
/
tindakan
14
Kelalaian
dalam
memelihara
barang RS / alat pendidikan Menghasut teman untuk melawan
66
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Peringatan
barang RS 13
Dikeluarkan
Dikeluarkan
yang
mengakibatkan kerusakan barang-
Dikeluarkan
Peringatan Keras
Peringatan
Peringatan
I
II
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Dikeluarkan
kebijakan bagian / pimpinan / konsulen 15 16
Melanggar hukum pidana / perdata
Dikeluarkan
Melanggar
Peringatan
tata
tertib
umum
sebagai peserta didik
Keras
Dikeluarkan
Mengambil obat-obatan milik RS / 17
menyalahgunaan obat narkotik /
Dikeluarkan
sejenisnya
b. Sanksi Atas Pelanggaran Psikomotor Jenis Sanksi No
Jenis Pelanggaran Menyebabkan
1
kematian
Pertama atau
kecacatan pasien tanpa konsultasi dengan Chief Residen / Konsulen Menyebabkan
2
Peringatan Keras
Kedua
Ketiga
Dikeluarkan
penderita
menanggung kerugian atas tindakan
Peringatan
Peringatan
yang dilakukan tanpa konfirmasi
I
II
Menyebabkan kondisi pasien lebih
Peringatan
Peringatan
buruk dari perkiraan sebelumnya
I
II
Peringatan
Peringatan
I
II
Peringatan
Peringatan
I
II
Peringatan
Peringatan
I
II
Peringatan
Peringatan
I
II
Dikeluarkan
dengan Chief Residen / Konsulen 3
Kelalaian dalam menangani pasien 4
sehingga jatuh dalam kondisi yang lebih buruk Melakukan tindakan tidak sesuai
5
dengan kompetensi pada semester yang dijalani Melakukan tindakan baru / coba-
6
coba tanpa konsultasi dengan Chief Residen / Konsulen Memberikan obat-obat yang tidak
7
lazim tanpa izin / konsultasi dengan konsulen
67
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Dikeluarkan
Dikeluarkan
c. Sanksi Atas Pelanggaran Kognitif
No.
1
2
3
Jenis Sanksi
Jenis Pelanggaran
Pertama
Tidak melakukan kegiatan ilmiah sesuai dengan semesternya Tidak ujian pada waktu yang telah ditentukan Tidak
mengajukan
proposal
penelitian pada waktunya
Peringatan
Peringatan
Peringatan
Kedua
Ketiga
Peringatan
Tidak Naik
Keras
Semester
Peringatan
Tidak Naik
Keras
Semester
Peringatan
Tidak Naik
Keras
Semester
7.3 Penghentian Pendidikan Peserta Didik 1. Penghentian pendidikan peserta didik bertujuan untuk: a. Menjaga dan mempertahankan mutu pendidikan. b. Mempertahankan
efisiensi
pendayagunaan
sumber
pendidikan c. Sebagai manifestasi tanggung jawab professional. 2. Penghentian pendidikan peserta didik merupakan keputusan akhir setelah dilakukan serangkaian penilaian terhadap kemajuan pendidikan yang menunjukkan tanda-tanda semakin jauh dari pencapaian yang telah ditetapkan dalam kurikulum yang harus diselesaikan. Penilaian meliputi unsur-unsur kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Keputusan penghentian pendidikan hanya dapat dilakukan oleh KPS yang selanjutnya dilaporkan ke Komisi Kompetensi KATI dan ketua KATI. 4. Penghentian pendidikan peserta didik dapat terjadi sebagai berikut: a. Peserta didik mengundurkan diri. b. Peserta didik memperlihatkan sikap tidak terpuji:
Kurangnya rasa tanggung jawab professional yang dapat membahayakan pasien ataupun lembaga pendidikan. 68
Pelanggaran berat Kode Etika Kedokteran Indonesia
Menolak menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Peserta didik membuat kesalahan-kesalahan yang berulang setelah diperingatkan secara lisan dan/atau tertulis tanpa menunjukkan upaya perbaikan yang memadai. d. Peserta didik tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan
tujuan
yang
ditetapkan,
dan
program
pembinaan/bimbingan khusus yang diberikan baginya juga tidak memberikan hasil yang baik. e. Tahap penghentian: diputuskan atas dasar hasil penilaian setelah pembahasan tuntas dalam rapat staf pengajar. Pada pelanggaran kasus berat penghentian pendidikan dapat dilaksanakan.
7.4 Bimbingan dan Konseling Dalam
pendidikannya,
peserta
didik
dapat
mengalami
kendala-kendala baik yang berkaitan dengan akademik, personal maupun sosial. Untuk mencegah dan mengatasi agar kendala yang dihadapi tersebut mengganggu atau menghambat pendidikannya maka diperlukan pemantauan, bimbingan dan bantuan seorang tenaga pengajar khusus. Untuk tujuan ini maka KPS menunjuk seorang pembimbing akademik untuk melakukan bimbingan dan konseling sehingga proses pendidikan seorang peserta didik berjalan lancar. Pembimbing Akademik adalah dosen yang ditunjuk oleh KPS untuk membimbing dan membantu peserta didik memecahkan masalah yang dihadapinya selama masa pendidikannya. Seorang pembimbing akademik mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Memonitor perkembangan peserta didik dengan cara melihat hasil evaluasi belajarnya
69
2. Mengidentifikasi dan mengatasi kendala akademik, personal, sosial
dan
psikologi
peserta
didik
bimbingannya
yang
diperkirakan mempengaruhi pendidikannya 3. Memberikan bimbingan secara intensif kepada peserta didik bimbingannya apabila hasil evaluasi belajar tidak berjalan seharusnya 4. Melaporkan hasil pemantauan dan evaluasinya kepada KPS Peserta didik dapat melakukan bimbingan dan konseling di ruangan yang telah ditentukan KPS sebelumnya. Waktu bimbingan dan konseling minimal sebanyak 2 kali (awal dan akhir semester) dan setiap kali ada permasalahan.
7.5 Tata Cara Cuti dan Izin 7.5.1 Tata Cara Pengambilan Cuti 1.
Setiap peserta didik berhak mengambil cuti selama 10 (sepuluh) hari kerja dalam 1 (satu) tahun
2.
Peserta didik baru berhak mengambil cuti setelah mengikuti ujian Board Tulis Nasional, kecuali karena hal-hal yang khusus atas persetujuan KPS
3.
Peserta didik
yang mengambil cuti harus membuat surat
permohonan cuti kepada Dewan Chief dan KPS 4.
Permohonan cuti disampaikan kepada Dewan Chief dan KPS minimal 2 (dua) minggu sebelum stase dikeluarkan
5.
Setiap pengambilan cuti maksimal 5 (lima) hari kerja dalam satu periode cuti
6.
Jumlah hari cuti tidak dapat diakumulasikan ke tahun berikutnya
7.
Cuti melahirkan (minimal 3 bulan) sudah termasuk hak cuti tahun tersebut
70
8.
Apabila peserta didik sakit (dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari poli kepegawaian, atau instansi lain yang diakui), maka tidak mengurangi jatah cuti
9.
Apabila ada hal-hal lain di luar ketentuan tersebut di atas, maka akan ditetapkan keputusan KPS dan hasil rapat staf
7.5.2 Tata Cara Pengambilan izin 1. Setiap pserta didik berhak mengajukan izin selama 2 (dua) hari efektif dalam 1 (satu) tahun. 2. Peserta didik yang akan mengambil izin harus membuat surat permohonan kemudian diajukan kepada Dewan Chief dan KPS 3. Permohonan izin disampaikan kepada Dewan Chief dan KPS minimal 1 (satu) minggu sebelumnya 4. Permohonan izin disampaikan kepada tenaga pengajar yang bertanggungjawab dimana peserta didik tersebut menjalani stase 5. Izin
untuk
mengikuti
pertemuan
ilmiah
(kongres,
semnar,
symposium, PIT, bakti sosial, dan sebagainya) merupakan kebijaksanaan KPS dan tidak boleh digabungkan dengan izin biasa. 6. Jumlah hari izin tidak dapat diakumulasikan ke tahun berikutnya 7. Bila jumlah hari izin per tahun melebihi kuota, maka akan dipotongkan ke kuota cuti tahun tersebut atau tahun berikutnya 8. Apabila peserta didik sakit (dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari poli kepegawaian, atau instansi lain yang diakui), maka tidak mengurangi jatah cuti 9. Apabila ada hal-hal lain di luar ketentuan tersebut di atas, maka akan ditetapkan keputusan KPS dan hasil rapat staf
71
7.6 Stase Rumah Sakit Luar Dengan
meningkatnya
jumlah
peserta
didik
Program
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif serta menurunnya jumlah dan macam kasus di RS. Moh. Hoesin Palembang, maka diputuskan untuk menjalin kerjasama dengan RS. Jejaring Pendidikan dengan tujuan saling menguntungkan. Secara umum dan khusus tujuan stase luar rumah sakit antara lain: 1. Meningkatkan jumlah kasus yang ditangani oleh peserta didik 2. Memahami sistem rujukan dan pelayanan kesehatan di RS. Jejaring sehingga dapat melakukan manajemen pelayanan di RS. Jejaring 3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada di RS. Jejaring, terutama dalam hal pelayanan dan rujukan, serta mampu memberikan pemecahannya 4. Merecanakan dan melaksanakan pertolongan kasus sesuai dengan tingkat kemampuan 5. Mampu mengadakan hubungan kerja yang baik dengan sejawat dokter setempat, paramedik, dan penderita (bekerja pada satu tim) 6. Memberikan contoh yang kongkrit berupa tindakan maupun pemahaman untuk memperbaiki sistem rujukan 7. Mengidentifikasi masalah yang ada pada sistem pelayanan, rujukan dan dapat memberikan pemecahannya
72
BAB VIII DOSEN / STAF PENGAJAR
8.1 Definisi Dosen keahliannya membimbing
/
staf
diberi
pengajar
wewenang
pada
adalah untuk
Program
mereka menilai,
Pendidikan
yang
karena
mendidik,
Dokter
dan
Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif. Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan
untuk
menyelenggarakan
pendidikan.
Berdasarkan Permendikbud no.49 tahun 2014, Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah setiap dosen harus memiliki kualifikasi minimal spesialis dua dan memiliki pengalaman kerja paling sedikit 2 tahun. Kompetensi pendidik adalah setiap dosen harus memiliki sertifikat pendidik dan/atau sertifikat profesi. Dosen dapat berasal dari perguruan tinggi, Rumah Sakit Pendidikan, dan Wahana Pendidikan Kedokteran. Dosen di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran memiliki kesetaraan, pengakuan, dan angka kredit yang memperhitungkan kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
8.2 Penggolongan Dosen 8.2.1 Dosen Pembimbing yaitu
Dosen
yang
mempunyai
tugas
melaksanakan
pengawasan dan bimbingan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta PPDS, tetapi tidak diberi tanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah (kognitif). Kualifikasi:
73
1.
Sarjana ahli dalam bidangnya di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang ditunjuk oleh Ketua Departemen FK Universitas Sriwijaya.
2.
Sarjana ahli dalam bidangnya diluar FK Unsri yang ditunjuk oleh Ketua Departemen atas rekomendasi dari KPS.
8.2.2 Dosen Pendidik yaitu
dosen
yang
selain
mempunyai
tugas
sebagai
pembimbing, juga bertanggung jawab atas bimbingan peningkatan bidang ilmiah. Kualifikasi: 1.
Sarjana ahli dalam bidangnya dengan pengalaman kerja mnimun 3 tahun terus menerus di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
2.
Sarjana
ahli
dalam
bidangnya
diluar
FK
Unsri
dengan
pengalaman sebagai pembimbing minimun 3 tahun. 3.
Staf tamu dengan rekomendasi dan persetujuan dari KPS
8.2.3 Dosen Penilai 1. Dosen di lingkungan FK Unsri selain mempunyai tugas sebagai pembimbing dan pendidik, diberi wewenang untuk menilai hasil belajar peserta PPDS. 2. Dosen diluar lingkungan FK Unsri atau dosen tamu yang diberi wewenang untuk menilai hasil belajar. Kualifikasi: 1. Sarjana ahli dalam bidangnya dari lingkungan FK Unsri dengan pengalaman sebagai pendidik sekurang-kurangnya 3 tahun. 2. Sarjana ahli diluar FK Unsri atau staf tamu yang mempunyai pengalaman
sebagai
penilai,
persetujuan dari KPS 74
dengan
rekomendasi
dan
8.3 Sistem Rekrutmen, Penempatan, Pengembangan, Retensi dan Pemberhetian Dosen 8.3.1 Rekutmen Staf Pengajar Standar
prosedur
Bagian/Departemen
rekrutmen
Anestesiologi
dan dan
seleksi Terapi
calon
staf
Intensif
FK
UNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang disesuaikan dengan rasio dosen dan mahasiswa serta pengembangan divisi di lingkungan Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Mekanisme rekrutmen Staf Pengajar yang diatur oleh Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif : 1. Calon Staf Pengajar wajib membuat surat lamaran yang ditujukan kepada Kepala Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang disertai ijazah dan STR ditembuskan Direktur RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan atau Dekan FK-UNSRI. 2. Calon Staf Pengajar kemudian dipanggil untuk wawancara. 3. Rapat pleno mengambil keputusan calon staf diterima atau ditolak. 4. Setelah
diputuskan
diterima,
Bagian/Departemen
anestesiologi membuat surat pengantar lamaran ke RSMH dan memberi rekomendasi untuk diangkat menjadi staf dokter pada Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 5. Calon staf Rumah Sakit yang telah diterima akan dilakukan kredensial sebelum dikeluarkan SK direktur. Sedangkan, Calon staf Fakultas yang telah diterima akan ditindaklanjuti oleh Dekan dengan mengeluarkan SK yang ditembuskan ke Direktur Rumah Sakit. 6. Calon staf pengajar akan mengikuti kredensial di Komite Medik sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan. 75
7. Calon staf pengajar dapat diterima di Bagian/Departemen. Syarat
umum
Bagian/Departemen
dan
khusus
Anestesiologi
peneriman
dan
Terapi
Calon
Staf
Intensif
FK-
UNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang : 1. Bersedia dan mampu mendidik Mahasiswa Kedokteran, Dokter Muda, dan PPDS 1 Anestesiologi dan Terapi Intensif dan PPDS dari berbagai disiplin ilmu yang bertugas di Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif. 2. Bersedia dan mampu menjalani pendidikan lanjutan untuk mencapai tingkat konsultan di bidang divisi yang ditekuni atau yang
dibutuhkan
sesuai
kebutuhan
pengembangan
Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUNSRI/RSUP Dr. Mohammad Hoesin. 3. Bersedia dan mampu menjalani pendidikan tambahan di pusat pendidikan dalam dan luar negeri. 4. Bersedia dan mampu menjalani pendidikan sampai dengan jenjang S-3 5. Bersedia dan mampu melakukan penelitian dari tingkat dasar, klinis dan di masyarakat serta melakukan publikasi ilmiah baik karya tulis atau penelitian. 6. Bersedia secara aktif mengikuti kegiatan ilmiah untuk mengembangkan ilmu. 7. Bersedia dan mampu bekerja sama dengan staf dari divisi lain di lingkungan mampu bekerja sama dengan staf dari divisi lain di lingkungan maupun diluar lingkungan Bagian/Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UNSRI/ RSUP Dr. Mohammad Hoesin. 8. Semua biaya untuk kegiatan dibebankan pada staf yang bersangkutan.
76
8.3.2 Penempatan Staf Pengajar Sesuai dengan tempat pada Divisi/Bidang minat yang kebutuhan stafnya belum terpenuhi dan mempunyai kemauan serta kemampuan dalam mengembangkan bidang minat tersebut secara akademik dan profesi yang meliputi Tridharma perguruan tinggi yaitu : Pendidikan, Pengabdian masyarakat dan penelitian.
8.3.3 Pengembangan dan Retensi Staf Pengajar Sesuai dengan kebijakan Kepala Bagian/Departemen yang ada didalam program kerja pada rencana strategis prodi antara lain : 1. Meningkatkan kualitas staf pengajar yang ada dengan mengikutkan staf pada program pendidikan strata yang lebih tinggi dan pendalaman pendidikan profesi yang diminati, serta mengikutkan dalam sertifikasi dosen. 2. Memberi
kesempatan
staf
untuk
mengikuti
seminar,
symposium, Kursus / pendidikan, pengembangan profesi didalam atau diluar negeri. 3. Mengikuti rapat-rapat antar institusi, organisasi profesi. 4. Menjadi pembicara atau dilibatkan dalam pertemuan pakar baik didalam dan diluar negeri. 5. Menjadi
nara
sumber
pada
diskusi
kasus
bersama
multidisiplin lainnya. 6. Dilibatkan dalam proses belajar mengajar untuk program S-1, S-2, Dokter, dan Sp1. 8.3.4 Pemberhentian Staf Pengajar Pemberhentian staf dapat dilakukan oleh Bagian/Departemen Anestesiologi dan Tera pi Intensif apabila: 1. Staf pengajar telah masuk dalam masa pensiun. 2. Staf pengajar mengajukan permohonan pengunduran diri. 77
3. Terjadi ketidakmampuan pada ranah afektif (attitude), ranah knowledge,
dan psikomotor serta
profesional
apapun
penyebabnya. Diketahui mengalami ketidakmampuan dalam menjalankan tugas secara profesional, yang diputuskan melalui rapat dengan melibatkan Kepala Bagian/Departemen. a.
Dilakukan pemanggilan dan pemberian surat teguran dan sanksi oleh Kepala Bagian/Departemen.
b. Dilakukan pembinaan oleh Kepala Bagian/Departemen
dengan pengawasan ketat dalam waktu tertentu. c.
Bila terjadi pelanggaran berulang maka diputuskan dalam rapat pleno seluruh staf.
Tindak lanjut pemberhetian staf dengan mengirimkan surat kepada Dekan FK UNSRI dan atau Direktur RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.
8.4 Jumlah Dosen Jumlah minimun Dosen untuk suatu pusat pendidikan Anestesiologi adalah 5 (lima) orang dengan minimun 3 (tiga) dosen yang berkualifikasi penilai. Jumlah dosen merupakan salah satu faktor yang menentukan jumlah peserta PPDS. Jumlah penerimaan per semester adalah jumlah dosen (termasuk dosen RS Jejaring dan wahana pendidikan kedokteran) dikalikan 3 dan dibagi lama pendidikan dalam semester. Untuk pendidikan anestesiologi karena lama pendidikan 8 semester, maka dibagi 8.
8.5 Pengangkatan dan Penghentian Pengangkatan dan penghentian dosen oleh pejabat yang berwenang
berdasarkan
peraturan
berlaku.
78
perundang-undangan
yang
BAB IX SUMBER DAYA PENDIDIKAN
9.1 SARANA DAN PRASARANA IPDS menjamin tersedianya fasilitas pendidikan profesi dokter spesialis bagi peserta didik yang menjamin terlaksananya proses pendidikan dalam mencapai kompetensi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Fasilitas pendidikan spesialis terdiri atas rumah sakit pendidikan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit pendidikan terdiri atas rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, dan rumah sakit pendidikan satelit. Rumah sakit yang digunakan untuk pendidikan harus ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sebagai rumah sakit pendidikan untuk menjamin tercapainya Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesioogi dan Terapi Intensif. Sarana pelayanan kesehatan lain meliputi rumah sakit / fasilitas kesehatan di daerah binaannya dan rumah sakit lain yang memenuhi persyaratan proses pendidikan. Jaminan fasilitas
pendidikan
ketersediaan
spesialis tersebut di atas harus dinyatakan
dengan adanya perjanjian kerjasama antara pimpinan institusi pendidikan sepesialis
atau dan/
IPDS atau
dengan
pimpinan
fasilitas
pendidikan
pemerintah
daerah
setempat.
Perjanjian
kerjasama tersebut harus minimal meliputi hak, tanggung jawab dan kewenangan masing-masing pihak yang menjamin terlaksananya proses pendidikan dan pelayanan kesehatan berjalan secara optimal. Jenis dan jumlah staf pendidik di fasilitas pendidikan spesialis cukup untuk menjamin tercapainya Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia. Jumlah dan jenis kasus / tindakan harus bervariasi menurut umur, baik untuk tindakan emergensi dan elektif maupun rawat jalan agar dapat 79
menjamin
tercapainya
Standar
Kompetensi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif. IPDS juga menyediakan sarana prasarana yang menjamin terlaksananya proses pendidikan dalam mencapai kompetensi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dibidang anestesiologi dan terapi intensif. Sarana dan prasarana meliputi kebutuhan ruang kuliah, ruang tutorial/diskusi kelompok kecil, ruang skill lab atau ruang keterampilan klinis, ruang perpustakaan, ruang dosen, ruang pengelola pendidikan, serta penunjang kegiatan kemahasiswaan. Ruang tutorial untuk 10-15 mahasiswa dengan dilengkapi sarana untuk berdiskusi. Luas ruangan untuk aktivitas pembelajaran minimal 0,7 m2/mahasiswa. Luas ruang dosen minimal 4 m2/dosen.
9.2 TEKNOLOGI INFORMASI IPDS harus menyediakan fasilitas teknologi informasi bagi dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa untuk menjamin kelancaran
proses
pendidikan
dan
Teknologi
informasi
digunakan
untuk
informasi
akademik,
pengembangan
pencapaian
kompetensi.
mengembangkan pangkalan
sistem
data,
dan
telekonferensi. Tersedia jaringan internet dengan bandwidth yang memadai
untuk
menunjang
proses
pembelajaran.
Tersedia
kepustakaan elektronik untuk mengakses e-book dan e-journal .
80
BAB X PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
10.1 Pelayanan Kesehatan Program pendidikan profesi dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri tidak bisa dilepaskan dari pelayanan kesehatan di Rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran. Pada perkembangannya, bidang anestesiologi dan terapi intensif
mendukung
penurunan
sistem
kematian
ibu
kesahatan dan
bayi
nasional yang
dalam
masih
upaya
merupakan
permasalahan kesehatan nasional saat ini. Pemerataan pelayanan kesehatan menjadi kunci utama dalam terjaminnya pelaksanaan sistem kesehatan nasional. Program pendidikan profesi dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif harus berperan dalam upaya
pemerataan
mengiktergrasikan
tersebut
program
dengan
kementerian
mendukung kesehatan
dan
kedalam
kurikulum pendidikannya. Dalam rangka pelayanan kesehatan, peserta didik berhak mendapatkan jasa atas pelayanan medik yang diberikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
10.2 Rumah Sakit Pendidikan Rumah sakit pendidikan utama program studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri terakreditasi A dan memenuhi standar dan ketentuan Rumah sakit pendidikan yang telah ditetapkan oleh kementerian dibidang kesehatan. Dalam rangka pencapaian capaian pembelajaran atau kompetensi, selain rumah sakit pendidikan utama, IPDS dapat bekerjasama dengan IPDS lain atau rumah sakit pendidikan satelit dan afiliansi atau wahana pendidikan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 81
10.3 Kerjasama Pendidikan IPDS memiliki kebijakan untuk bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan, dan institusi pendidikan kedokteran lainnya, baik bersifat nasional dan internasional, dalam penggunaan sumber daya bersama. Kebijakan penggunaan sumber daya bersama harus dituangkan dalam bentuk kerjasama teknis secara transparan, berkeadilan
dan
peningkatan
mutu
akuntabel. dan
Kerjasama
pencapaian
ini
standar
ditujukan
untuk
kompetensi
oleh
mahasiswa dan dosen serta bagi pengembangan IPDS tersebut.
10.4 Hubungan Kurikulum dengan Sistem Pelayanan Kesehatan IPDS menjamin
mahasiswa
mendapat pengalaman belajar
lapangan dalam sistem pelayanan kesehatan, dan pencapaian jumlah kasus atau tindakan yang harus termuat secara nyata dalam kurikulum. Dalam melakukan proses pembelajaran untuk mencapai capaian pembelajaran, mahasiswa dapat melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, rumah sakit pendidikan satelit dan wahana pendidikan kedokteran. Dalam melakukan pelayanan kesehatan, mahasiswa berkewajiban
mematuhi
peraturan-peraturan
dan
kaidah-kaidah
terkait dengan sistem pelayanan kesehatan, baik bersifat Nasional maupun lokal.
82
BAB XI PENYELENGGARA PROGRAM DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
11.1 Penyelenggara Program Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri sebagai penyelenggara program pendidikan profesi dokter spesialis memiliki izin penyelenggaraan yang sah dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan utama yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Program pendidikan ini dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dan Rumah Sakit Pendidikan yang telah terakreditasi. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri dikelola berdasarkan prinsip tata kelola yang baik dan program kerja yang jelas, termasuk memiliki struktur organisasi, uraian tugas, dan hubungan dengan fakultas atau program studi lain di dalam universitas dan rumah sakit pendidikan utama.
11.1.1 Tata Kelola Tata kelola perguruan tinggi yang baik meliputi prinsip transparansi,
akuntabilitas,
berkeadilan,
dapat
dipertanggungjawabkan dan obyektif. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri dipimpin oleh Ketua Program Studi (KPS) dengan latar belakang pendidikan dokter spesialis dua dan / atau doktor. seorang KPS dapat dibantu oleh seorang Sekretaris Program Studi (SPS). Keberadaan departemen, fakultas, universitas dan rumah sakit pendidikan
utama
yang
mewadahi
penyelenggaraan
proses
pembelajaran di suatu Program Studi Anestesiologi dan Terapi
83
Intensif FK Unsri harus mampu mendukung visi, misi dan tujuan pendidikan profesi dokter spesialis. KPS dan SPS bertanggung jawab untuk terselenggaranya pendidikan sesuai dengan kurikulum dengan melakukan koordinasi dengan Ketua Departemen. Pemilihan KPS dilakukan melalui mekanisme internal Departemen yang kemudian diusulkan oleh Ketua Departemen kepada Dekan, dan diangkat dengan Surat Keputusan Rektor. SPS dipilih oleh KPS melalui mekanisme internal Departemen yang kemudian diusulkan oleh Ketua Departemen kepada Dekan, untuk mendapatkan Surat Keputusan Rektor. Surat keputusan tersebut berlaku selama periode tertentu. Persyaratan dan mekanisme pengangkatan KPS dan SPS mengikuti peraturan yang berlaku dimasing-masing Institusi Pendidikan Dokter Spesialis dan peraturan dari Dirjen Dikti atau peraturan perundangan yang lebih tinggi.
11.1.2 Koordinator Penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) 1.
Koordinator Program Pendidikan Dokter Spesialis membantu Pimpinan Fakultas Kedokteran dalam penyelenggaraan programprogram pendidikan dokter spesialis, dengan memanfaatkan semua unsur dalam lingkungan Fakultas Kedokteran.
2.
Koordinator Program Pendidikan Dokter Spesialis bertanggung jawab atas kelancaran koordinasi penyelenggaraan semua program studi yang dicakup dalam PPDS-1, sejak penerimaan para calon peserta sampai dengan penyelesaian wisuda peserta PPDS-1.
Termasuk
semua
upaya
pengembangan
sistem
pendidikan yang dipergunakan untuk mencapai tingkat efektifitas, efisiensi, dan relevansi yang sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan program pemerintah. Bertugas dalam hal seleksi calon PPDS-1dan pelaksanaan pendidikan terpadu. 84
11.1.3 Ketua Program Studi (KPS) 1. Setiap program studi dalam PPDS di FK/RS Pendidikan dikelola oleh seorang KPS dan tidak boleh dirangkap oleh jabatan Kepala Bagian. 2. a.
KPS adalah seorang penilai sebagai hasil pemilihan di antara kelompok pengajar dalam bidang ilmu yang bersangkutan dan diusulkan oleh Kepala Bagian.
b.
KPS dan SPS bertanggung jawab untuk terselenggaranya pendidikan sesuai dengan kurikulum dan secara administratif melaporkan tugasnya kepada Kepala Bagian.
3. Diangkat dengan Surat Keputusan Rektor sehingga dengan demikian bertanggung jawab pada Rektor. 4. KPS bertanggung jawab atas pengelolaan semua kegiatan penyelenggaraan program studi bidang ilmu kedokteran tertentu, dan membantu pimpinan Fakultas Kedokteran dengan: a. Merencanakan pelaksanaan program studi sesuai dengan katalog pendidikan. b. Menyelenggarakan praseleksi calon peserta program studi dengan melibatkan semua staf pengajar. c. Mempersiapkan semua komponen penyelenggaraan program studi termasuk pemanfaatan sarana/tenaga di luar bagian, bekerja sama dengan Ketua Program Studi dan Kepala Bagian lain yang ada hubungannya. d. Menyelenggarakan penilaian kemajuan peserta program studi sesuai ketentuan kurikulum dengan melibatkan staf penilai serta
melaksanakan
teguran/peringatan
kepada
yang
bermasalah. e. Membuat laporan berkala tiap semester kepada Koordinator PPDS tentang: •
Peserta baru (hasil praseleksi).
•
Dinamika peserta. 85
•
Penyelesaian pendidikan (untuk wisuda).
f. Mengusahakan
pengembangan
sistem
pendidikan
dalam
program bersama Koordinator PPDS untuk mencapai efektifitas, efisiensi, serta relevansi yang sebaik-baiknya.
11.1.4 Hubungan Koordinator PPDS dengan KPS Sesuai dengan batasan organisasi yang berlaku, maka hubungan yang ada antara Koordinator PPDS dengan KPS adalah bidang koordinasi kegiatan dalam tingkat Fakultas Kedokteran /Rumah Sakit Pendidikan. Hubungan ini memelihara ketertiban hal berikut : 1. Kemantapan penerimaan calon peserta untuk praseleksi PPDS. 2. Kesesuaian jadwal penerimaan peserta semua program studi. 3. Kelancaran pengamatan keseluruhan program studi yang ada, dengan pencatatan dinamika peserta setiap semester untuk kemudahan
pemecahan
masalah
keterlambatan/kemacetan
pendidikan para peserta program studi. 4. Keseragaman
penyelenggaraan
kegiatan
bersama
dan
pemanfaatan sumber-sumber FK dan RS yang diperlukan oleh beberapa program studi sekaligus. 5.
Penyelenggaraan PPDS.
upaya
pengembangan
sistem
pendidikan
11.1.5 Hubungan Koordinator PPDS dan KPS dengan Departemen Dengan memperhatikan batasan organisasi yang berlaku serta perkembangan tatalaksana hubungan administratif dalam penerapan ketentuan organisasi tersebut di kalangan Fakultas Kedokteran/ Rumah Sakit pendidikan, dianut suatu batasan tentang hubungan Koordinator PPDS dan KPS dengan para Ketua Departemen sebagai berikut:
86
1. Penanggung jawab ketenagaan dan sarana akademik dalam lingkungan FK/RS untuk setiap bidang ilmu dilimpahkan kepada Ketua Departemen, dengan demikian akan mencakup segi-segi pemanfaatan
para
pengajar
pendidikan/penelitian/pengabdian
dalam
masyarakat
yang
kegiatan tercantum
dalam Program Pascasarjana atau Program Pendidikan Dokter Spesialis. 2. KPS
harus
selalu
melibatkan
Ketua
Departemen
untuk
mendapatkan dukungan ataupun persetujuan pemanfaatan tenaga pengajar secara keseluruhan ataupun pemanfaatan sarana akademik yang dibawahinya. 3. Dalam hal program studi memerlukan modul-modul pendidikan yang berada dalam bagian ilmu lain, KPS harus pula melibatkan KPS lain yang berada dalam naungan ilmu itu. Selanjutnya perencanaan pendidikan modul tersebut dibahas bersama Ketua Departemen tersebut. 4. Setiap semester, KPS membuat laporan lengkap perencanaan pemanfaatan tenaga, sarana akademik yang tercakup dalam penyelenggaraan program studi setelah memperoleh kesepakatan dari KPS lain ataupun Ketua Departemen bidang ilmu yang akan dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibatkan. 5. Dalam hal kesulitan hubungan yang mungkin dialami pada persiapan penyelenggaraan program studi, KPS akan dibantu oleh Koordinator PPDS mencari penyelesaian bersama Pimpinan FK/RS. 6. Kelancaran penyelenggaraan program pendidikan Prasarjana akan selalu menjadi perhatian dalam perencanaan program studi, karena pada hakikatnya hal tersebut menjadi kepentingan bersama seluruh unsur FK/RS.
87
Adapun struktur organisasi yang dijelaskan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
Gambar Struktur Organisasi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Unsri
11.2 Alokasi Sumber Daya dan Anggaran Program Pendidikan Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri mempunyai alur yang jelas mengenai tanggung jawab dan otoritas untuk penyelenggaraan pendidikan dan sumber dayanya, termasuk alokasi pembiayaan yang transparan dan akuntabel yang menjamin tercapainya visi, misi, dan tujuan pendidikan dokter spesialis.
11.3 Tenaga Kependidikan dan Manajemen Tenaga kependidikan di Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri mampu mendukung implementasi program pendidikan dan kegiatan lainnya, serta pengaturan sumber daya pendidikan. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri 88
harus memiliki sistem penilaian kinerja tenaga kependidikan dan manajemen secara berkala, minimal sekali dalam setahun. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai umpan balik dalam peningkatan kualitas tenaga kependidikan dan manajemen.
11.4 Sistem Penjaminan Mutu Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri mempunyai sistem penjaminan mutu dengan mekanisme kerja yang efektif serta diterapkan dengan jelas. Mekanisme penjaminan mutu harus menjamin adanya kesepakatan, pengawasan, dan peninjauan secara periodik setiap kegiatan dengan standar dan instrumen yang sahih dan handal. Penjaminan
eksternal
dilakukan
berkaitan
dengan akuntabilitas institusi pendidikan kedokteran terhadap para pemangku kepentingan, melalui audit eksternal dan akreditasi.
89
BAB XII EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN
12.1 Mekanisme Evaluasi dan Umpan Balik Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri memiliki kebijakan dan metode evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum, kualitas dosen, proses belajar mengajar, kemajuan mahasiswa dan fasilitas pendukung yang bertujuan untuk menjamin mutu program pendidikan. Evaluasi kurikulum dilakukan oleh Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri secara berkala,
minimal
sekali
dalam
setahun,
dengan
melibatkan
mahasiswa dan dosen. Evaluasi terhadap proses belajar mengajar dan evaluasi terhadap kualitas dosen melibatkan mahasiswa dan dilaksanakan minimal sekali dalam satu semester. Evaluasi terhadap kemajuan mahasiswa dilakukan dengan melibatkan dosen dan mahasiswa, minimal sekali dalam satu semester untuk memantau kemajuan pencapaian kompetensi. Evaluasi terhadap fasilitas yang mendukung dilakukan oleh institusi pendidikan kedokteran, minimal sekali dalam setahun. Hasil-hasil evaluasi dianalisis dan digunakan sebagai umpan balik bagi Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri, dosen dan mahasiswa untuk perencanaan, pengembangan, dan perbaikan kurikulum serta program pendidikan secara keseluruhan. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri harus memiliki sistem pemantauan kemajuan mahasiswa yang dikaitkan dengan kualifikasi ujian masuk, pencapaian kompetensi, dan latar belakang mahasiswa serta digunakan sebagai umpan balik terhadap seleksi
penerimaan
mahasiswa,
dan
perencanaan
kurikulum.
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri memiliki sistem pemantauan pencapaian prestasi program pendidikan yang
90
meliputi drop out rate, rate, proporsi kelulusan tepat waktu, lama masa studi, dan angka kelulusan ujian nasional.
12.2 Keterlibatan Pemangku Kepentingan Setiap lima tahun sekali, Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK FK Unsri
melakukan evaluasi program pendidikan
secara menyeluruh yang melibatkan penyelenggara dan administrasi pendidikan,
dosen,
mahasiswa,
alumni,
otoritas
pelayanan
kesehatan, wakil/tokoh masyarakat, serta organisasi profesi dan kolegium. Evaluasi ini perlu agar program pendidikan dapat memenuhi
dan
mengikuti
kebutuhan
masyarakat
terkini
dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran terkini, terutama dibidang anestesiologi dan terapi intensif.
91
BAB XIII PROGRAM ADAPTASI
13.1 Tujuan Tujuan penyelengaraan adapatasi spesialis lulusan luar negeri ialah untuk memberikan kesempatan penyesuaian bagi mereka yang sah ijazahnya serta dinilai layak untuk memperoleh kesempatan adapatasi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dari KATI setelah menjalani ujian Nasional (Ujian Tulis, Ujian Kompetensi dan Ujian Lisan). Peserta program adaptasi adalah mahasiswa WNI atau WNA lulusan profesi dokter dan / atau dokter spesialis Anestesiologi luar negeri yang telah diakui oleh pemerintah melalui dirjen Dikti dan KKI serta melalui mekanisme yang berlaku berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada akhir program adapatasi, peserta program adaptasi diharapkan: 1. Dapat menerangkan kemampuannya dalam bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif yang sudah dipelajarinya, menurut kaidah yang lazim dianut dokter spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif di Indonesia, sesuai dengan problema kesehatan di Indonesia dan sumber daya yang tersedia. 2. Menguasai pola penatalaksanaan bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia. 3. Memahami dan menghayati tata nilai yang dianut di Indonesia, Etika Profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif serta Kode Etika Kedokteran Indonesia, sehingga dapat diterima di kalangan profesi Anestesiologi dan Terapi Intensif serta kalangan profesi dokter pada umumnya.
92
13.2 Prosedur Penerimaan 1. Membuat surat permohonan adaptasi kepada KPS 2. Melampirkan surat permintaan dari MKKI 3. Melengkapi persyaratan administrasi yang ditetapkan oleh prodi 4. Mulai masuk bersamaan dengan magang PPDS Pradik 5. Mengikuti stase/rotasi per divisi per 1 bulan
14.3 Persyaratan Calon adaptasi harus mempunyai persyaratan administrasi (urut nomor) : 1. Ijazah dinilai sah oleh Panitia Penilai Ijazah Sarjana Sarjana Lulusan Luar Negeri (PPISLN, Depdikbud). 2. Bersama dengan ijazah, peserta wajib melampirkan :
-
Logbook
-
Kurikulum pendidikan
-
Standar Kompetensi yang telah dicapai
-
Transkrip akademik
-
Karya tulis akhir
3. Kurikulum
pendidikannya
telah
dikaji
oleh
KATI,
minimal
mencapai 75% kurikulum / modul Anestesiologi dan terapi Intensif Indonesia 4. Surat permintaan dari Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI)
13.4 Penatalaksanaan 1. Lama adaptasi ditentukan minimal 2 (dua) semester dan kompetensi ditentukan oleh Kolegium setelah mendapat masukan dari KPS tempat yang bersangkutan menjalani adaptasi. 2. Daya tampung bagi peserta adaptasi tergantung pada daya tampung dan ketentuan yang berlaku pada IPDS terkait.
93
3. Harus memahami kebijaksanaan rumah sakit, etika medis, dan aspek medikolegal dimana dia beradaptasi.
13.5 Penilaian 1. Penilaian dilakukan secara terus menerus dengan pengujian secara bertahap sesuai dengan tempat stase. 2. Peserta adaptasi diharuskan membuat makalah ilmiah dan melakukan penyajian dalam konferensi ilmiah. 3. Pelaporan kemajuan hasil program adaptasi yang mencakup bidang perilaku dilakukan setelah peserta menjalani program yang ditetapkan dengan kemungkinan sebagai berikut : a. Perkembangan
pencapaian
adaptasinya
menunjukkan
penyelesaian sesuai jadwal semula. b. Perkembangannya menunjukkan kekurangan yang akan mengubah
jadwal
semula
dengan
penambahan
waktu
adaptasinya 4. Penilaian akhir dengan ujian nasional (Ujian Tulis Nasional, Ujian Kompetensi Nasional dan Ujian Akhir Nasional) yang akan diatur oleh KATI melalui KUN.
13.6 Panduan Penghentian Program Adaptasi 1. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi bertujuan untuk: a. Menjaga dan mempertahankan mutu pendidikan. b. Mempertahankan
efisiensi
pendayagunaan
sumber
pendidikan c. Sebagai manifestasi tanggung jawab professional. 2. Penghentian
pendidikan
peserta
program
adapatasi
merupakan keputusan akhir setelah dilakukan serangkaian penilaian terhadap kemajuan pendidikan yang menunjukkan 94
tanda-tanda semakin jauh dari pencapaian yang telah ditetapkan
dalam
Penilaian
meliputi
kurikulum
yang
unsur-unsur
harus
kognitif,
diselesaikan. afektif,
dan
psikomotor. 3. Keputusan penghentian pendidikan hanya dapat dilakukan oleh KPS yang selanjutnya dilaporkan ke Komisi Kompetensi KATI dan ketua KATI. 4. Penghentian pendidikan peserta program adaptasi dapat terjadi sebagai berikut: a. Peserta program adaptasi mengundurkan diri. b. Peserta program adaptasi memperlihatkan sikap tidak terpuji:
Kurangnya rasa tanggung jawab professional yang dapat
membahayakan
pasien
ataupun
lembaga
pendidikan.
Pelanggaran berat Kode Etika Kedokteran Indonesia
Menolak menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Peserta program adaptasi membuat kesalahan-kesalahan yang
berulang
setelah
diperingatkan
secara
lisan
dan/atau tertulis tanpa menunjukkan upaya perbaikan yang memadai. d. Peserta program adaptasi tidak menunjukkan kemajuan yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, dan program pembinaan/bimbingan khusus yang diberika baginya juga tidak memberikan hasil yang baik. e. Tahap penghentian: diputuskan atas dasar hasil penilaian setelah pembahasan tuntas dalam rapat staf pengajar. Pada pelanggaran kasus berat penghentian program adaptasi dapat dilaksanakan.
95
BAB XIV PEMBARUAN BERKESINAMBUNGAN
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri memiliki
mekanisme
peninjauan
ulang atau evaluasi diri secara
berkala untuk memperbarui struktur dan fungsi institusi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan. Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri menyusun rencana strategi jangka panjang
dan
rencana operasional jangka pendek sesuai hasil
peninjauan ulang.
96
BAB XV PENUTUP
Buku
Panduan
Pendidikan
Profesi
Dokter
Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya bersifat dinamis mengikuti perkembangan pendidikan teknologi kedokteran, sehingga setiap lima tahun akan dilakukan pengkajian ulang dan revisi sesuai dengan perkembangan situasi. Setiap institusi pendidikan kedokteran harus memenuhi minimal Standar
Pendidikan
Profesi
Dokter
Indonesia
dalam
menyelenggarakan program pendidikan dokter. Ketentuan mengenai kesesuaian dengan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia dilakukan melalui mekanisme akreditasi pendidikan dokter Spesialis.
97
DAFTAR PUSTAKA
1. Joint Commission International. Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals. 5th Edition. JCI: 2013. 2. Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif. Modul Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. KATI: 2017. 3. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 37 Tahun 2015. Standar Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif. KKI: 2015. 4. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 38 Tahun 2015. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Anestesiologi Dan Terapi Intensif. KKI: 2015. 5. World Health Organization. Transforming and Scaling Up Health Professionals’ Education and Training . WHO: 2013.
98