PENDIDIKAN
PANCASILA
DISUSUN OLEH :
I Ketut Suparta Ni Ketut Bagiastuti I Nyoman Sukayasa I Ketut Wenten Aryawan
POLITEKNIK NEGERI BALI BUKIT JIMBARAN BADUNG 2005
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena Handout Handout Pendidikan Pancasila telah bisa bisa kami kami rampungkan untuk dijadikan bahan dalam pengajaran mata kuliah Pendidikan Pancasila pada Politeknik Negeri Bali. Handout ini berisi pembahasan tentang, tentang, Landasan dan Tujuan Pendidikan Pendidikan Pancasila, Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Pancasila sebagai Etika Politik, Pancasila sebagai Ideologi Nasional, Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Ketat anegaraan Republik Indonesia dan Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa dan Bernegara. Kami menyadari apa yang tersaji dalam Handout ini tentunya masih jauh dari sempurna , untuk itu kami kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca pembaca untuk penyempurnaan handout ini. Akhir kata kami sampaikan semoga handout ini bisa bermanfaat untuk memperkaya wawasan kita sebagai warga negara Indonesia.
Bukit Jimbaran, Nopember 2005
Penyusun.
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena Handout Handout Pendidikan Pancasila telah bisa bisa kami kami rampungkan untuk dijadikan bahan dalam pengajaran mata kuliah Pendidikan Pancasila pada Politeknik Negeri Bali. Handout ini berisi pembahasan tentang, tentang, Landasan dan Tujuan Pendidikan Pendidikan Pancasila, Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Pancasila sebagai Etika Politik, Pancasila sebagai Ideologi Nasional, Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Ketat anegaraan Republik Indonesia dan Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Masyarakat Berbangsa dan Bernegara. Kami menyadari apa yang tersaji dalam Handout ini tentunya masih jauh dari sempurna , untuk itu kami kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca pembaca untuk penyempurnaan handout ini. Akhir kata kami sampaikan semoga handout ini bisa bermanfaat untuk memperkaya wawasan kita sebagai warga negara Indonesia.
Bukit Jimbaran, Nopember 2005
Penyusun.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………………..
i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………
ii
BAB I Landasan Dan Tujuan Pendidikan Pancasila ………………………… ……………………………. ….
1
A. Landasan Pendidikan Pancasila …………………………………………
1
B. Tujuan Pendidikan Pancasila ……………………………………………
2
BAB II Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia …………
4
A. Pengantar ………………………………………………………………
4
B. Nilai-nilai Pancasila Pada Masa Kejayaan Nasional …………………….
4
C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan. …………….
7
D. Sejarah Perumusan Pancasila dan UUD 1945 …………………………
10
E. Proklamasi Kemerdekaan dan Maknanya ……………………………….
12
F. Pengesahan Pancasila Sebagai Dasar Negara dan UUD 1945 …………..
13
G. Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan ………………
14
BAB III Pancasila Sebagai Sistem Filsafat …………………………………………..
21
A. Pengertian Sistem Dan Unsur-Unsur Sistem ……………………………
21
B. Sila-Sila Pancasila Sebagai Kesatuan Yang Sistematis,
Hierarkhis
Dan Logis ………………………………………………………………..
22
C. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat ………………………………..
23
D. Dasar Ontologis Filsafat Pancasila Sebagai Makna Fundamental Dari Pancasila ……………………………………………………………
24
E. Dasar Epistemologis Filsafat Pancasila Sebagai Suatu Dasar Pengetahuan Pancasila …………………………………………………..
25
F. Dasar Aksiologis Filsafat Pancasila, Dengan Menunjukkan Kandungan Nilai-Nilai Pancasila, Membedakan Tingkat Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila ………………………………………………………… G. Fungsi Nilai Ketuhanan Dan Kemanusiaan Yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Sumber Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan
ii
26
Kewajiban Asasi Manusia ………………………………………………
27
H. Fungsi Derivatif Nilai-Nilai Pancasila, Sebagai Sumber Sumber Norma Hukum Dan Moral Dalam Kehidupan Negara ………………………………….
29
BAB IV Pancasila Sebagai Etika Politik …………………………………………….
32
A. Pengertian Etika …………………………………………………………
32
B. Pengertian Etika Politik …………………………………………………
32
C. Nilai-Nilai Etika Yang Terkandung Dalam Pancasila ………………….
33
D. Pancasila Sebagai Etika Politik …………………………………………
35
E. Penerapan Etika Dalam Kehidupan Kenegaraan Dan Hukum ………….
36
BAB V Pancasila Sebagai Ideologi Nasional ……………………………………….
39
A. Pengertian Ideologi ……………………………………………………...
39
B. Makna Ideologi Bagi Negara ……………………………………………
40
C. Macam-Macam Ideologi ………………………………………………...
41
D. Peranan Dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia ………………………………………………………………..
43
E. Ciri Khas Pancasila Sebagai Ideologi Yang Komprehensif, Terbuka Dan Reformatif ………………………………………………………….
44
F. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lainnya …………….
45
BAB VI Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia ……………
47
A. Pengertian , Kedudukan , Sifat dan Fungsi UUD. ………………………
47
B. Pembukaan UUD 1945
……………………………………………….
50
C. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945 ….
55
D. Hak Asasi manusia. ……………………………………………………..
64
BAB VII Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara………………………………………………….
66
A. Pengertian Paradigma …………………………………………………..
66
B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional …………………
67
Daftar Pustaka
iii
BAB I
LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA Setelah selesai mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
Menjelaskan landasan historis Pendidikan Pancasila Menjelaskan landasan kultural Pendidikan Pancasila Menjelaskan landasan juridis Pendidikan Pancasila Menjelaskan landasan filosofis Pendidikan Pancasila Menjelaskan tujuan nasional bangsa Indonesia Menjelaskan tujuan Pendidikan Nasional Menjelaskan tujuan Pendidikan Pancasila Menjelaskan kompetensi yang diharapkan dari matakuliah Pendidikan Pancasila.
A. Landasan Pendidikan Pancasila 1. Landasan Historis
Secara historis, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia yang oleh para pendiri negara digali, dirumuskan dan kemudian dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara.
2. Landasan Kultural
Pancasila merupakan satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang bisa disejajarkan dengan karya besar bangsa lain di dunia adalah hasil dari proses refleksi filosofis para pendiri negara yang menggali nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Indonesia yang merupaka pandangan hidupnya bangsa Indonesia.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis pendidikan Pancasila di Pendidikan tinggi tertuang dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional . Pasal 39 ayat 2 menyebutkan bahwa “ isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat : Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Selanjutnya, dalam Keputusan Mendiknas No. 232/U/2000
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
1
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan
kelompok
mata
kuliah
pengembangan kepribadian (MPK) yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut diatas maka Dirjen Dikti mengeluarkan Keputusan No.38/Dikti/Kep./2002 tentang
rambu-rambu
Pelaksanaan
kelompok
matakuliah
Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
4. Landasan Filosofis
Secara filosofis dan obyektif nilai-nilai yang termaktub dalam Pancasila merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara Republik Indonesia. Sebelum berdirinya negara Indonesia bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan, bangsa yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, dan bangsa yang selalu berusaha untuk mewujudkan persatuan bagi seluruh rakyat Indonesia serta untuk mewujudkan keadilan . Oleh karena itu , merupakan kewajiban moral bagi kita untuk merealisasikan nilai-nilai tersebut dalam segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila 1. Tujuan Nasional
Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 menyatakan : “ …melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan social, …”. Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 diwujudkan melalui penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
2
2. Tujuan Pendidikan Nasional
Pasal 4 UU No. 2 Tahun 1989 menyatakan bahwa “ Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur , memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Hal ini sesuai dengan pasal 31 ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan “ Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan, dan ketakwaan,serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , yang diatur dengan undang-undang”
3. Tujuan Pendidikan Pancasila
Tujuan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi ditujukan agar mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dan memahami landasan dan tujuan Pendidikan Pancasila, Pancasila sebagai Karya besar bangsa Indonesia yang setingkat dengan ideologi besar dunia lainnya, Pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan kekaryaan , kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan sehingga memperluas cakrawala pemikirannya,
menumbuhkan
sikap
demokratis
pada
mereka
dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
4. Kompetensi Pendidikan Pancasila
Kompetensi Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual serta mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk :
1. mengambil sikap bertanggungjawab sesuai dengan hat i nuraninya. 2. mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya 3. mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ipteks. 4. memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa guna menggalang persatuan Indonesia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
3
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat :
Melakukan telaah kritis tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kronologis sejarah perumusan Pancasila Dasar Filsafat Negara, Pembukaan UUD 1945 dan Pasal-pasal UUD 1945. Menjelaskan dinamika pelaksanaan UUD1945.
A. Pengantar
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia sebelum disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara, yang berupa niai-nilai adat istiadat , budaya dan nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama yaitu negara yang berdasarkan Pancasila.
B. Nilai-nilai Pancasila Pada Masa Kejayaan Nasional
Menurut sejarah , bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaan nasional dengan berdirinya kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan kira-kira pada abad VIIXII, dan kerajaan Majapahit pada abad ke XIII-XVI di Jawa Timur. Kedua jaman ini merupakan tonggak sejarah bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang mempunyai negara. Menurut Mr. Muhamad Yamin, berdirinya negara kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
4
Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu Pertama, Zaman Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra (600-1400)), kedua negara kebangsaan Zaman Majapahit (1293-1525). Kedua tahap negara kebangsaan tersebut adalah negara kebangsaan lama. Ketiga, negara kebangsaan modern yaitu negara Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945.
1. Masa Kerajaan Sriwijaya.
Pada abad VII, berdirilah kerajaan Sriwijaya dibawah kekuasaan wangsa Syailendra di Sumatra. Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang mengadalkan jalur perhubungan laut. Kekuasaan Sriwijaya menguasai selat Sunda (686), kemudian selat Malaka (775). Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana pemerintah melalui pegawai raja membentuk suatu badan yang dapat mengumpulkan hasil kerajinan rakyat sehingga rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya. Dalam sistem pemerintahan sudah terdapat pegawai pengurus pajak, harta benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga saat itu kerajaan dapat menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai ketuhanan. Pada zaman kerajaan Sriwijaya telah didirikan universitas agama Buddha yang sudah dikenal di Asia. Pelajar dari universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu dari India yang mengajar di universitas ini seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan Sriwijaya, sebagainana tersebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya Siddhayatra subhiksa” ( suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut : a. Nilai sila pertama, tercermin dengan adanya kerukunan antara umat agama Budha dan Hindu yang hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
5
b. Nilai sila kedua tercermin dari terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India ( Dinasti Harsha). Pengiriman para pemuda untuk belajar ke India,dan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif. c. Nilai sila ketiga tercermin dari terwujudnya Sriwijaya sebagai negara maritim yang telah menerapkan konsep negara kepulauan yang sesuai dengan konsep wawasan nusantara. d. Nilai sila keempat , kerajaan Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas meliputi (Indonesia sekrang), Siam dan semenanjung Melayu. e. Nilai sila kelima , tercermin dari dijadikannya Sriwijaya sebagai pusat pelayanan dan perdagangan sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.
2. Masa Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai jaman keemasannya pada pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai
nusantara.
Wilayah
kekuasaan
Majapahit
semasa
jayanya
membentang dari semenannjung Melayu (Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara. Pengamalan Nilai Ketuhanan terwujud dengan terciptanya kerukunan antara agama Hindu dan Budha yang hidup berdampingan secara damai. Pada masa ini pula Empu Prapanca berhasil menulis kitab Negarakertagama yang memuat istilah “Pancasila” dan Empu Tantular berhasil menulis kitab Sutasoma yang memuat Sesant Nasional “ Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” . Nilai kemanusiaan tercermin dari hubungan antara raja Hayam Wuruk dengan kerajaan Tiongkok,Ayodya, Champa dan Kamboja dan kerajaan lainnya atas dasar Mitreka Satata. Nilai persatuan terwujud dalam persatuan dan keutuhan kerajaan dengan Sumpah Palapa dari Mahapatih Gajah Mada. Nilai kerakyatan tercermin dari nilai musyawarah dan mufakat yang telah dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit dengan membentuk semacam penasihat kerajaan seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang memberikan nasihat kepada raja. Nilai kerakyatan juga terwujud lewat kerukunan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
6
dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama. Nilai keadilan terwujud dalam kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan.
Setelah Majapahit mengalami keruntuhan pada permulaan abad ke XVI mulailah berkembang kerajaan Islam seperti Samudra Pasai dan Demak. Kesuburan Indnesia dengan hasil buminya yang berupa rempah-rempah mengakibatkan bangsa Eropa mulai berdatangan untuk mendapatkan rempahrempah yang sangat dibutuhkan mereka. Bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda mulai memasuki Indonesia untuk mencari rempah-rempah tersebut. Pada awal mereka ke Indonesia hanyalah untuk berdagang tetapi ternyata kemudian mereka mulai menancapkan kekuasaannya dan mulailah sejarah hitam bangsa Indonesia dengan penjajahan Eropa, khususnya Belanda. Masa penjajahan Belanda inilah yang dijadikan sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya, sebab pada masa penjajahan Belanda ini apa yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia sebelumnya pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang. Kedaulatan negara hilang, persatuan dihancurkan, kemakmuran lenyap, wilayah diinjak-injak oleh penjajah.
1. Perjuangan Sebelum Abad ke- XX
Sejak awal imperialis menjejakkan kakinya di Indonesia, dimana-mana terjadi perlawanan secara fisik terhadap penjajah. Kita mengenal nama-nama pahlawan bangsa yang dengan gigih berjuang untuk membebaskan bangsanya dari penjajahan seperti Sultan Agung di Mataram (1645), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa di Banten (1650), Hasanuddin di Makasar (1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680) dan lain-lainnya. Pada
permulaan
abad
ke-XIX
Penjajah
Belanda
mengubah
sistem
kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir yang bernama VOC berganti nama dengan badan pemerintahan resmi yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Walaupun telah berganti nama, ternyata
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
7
perjuangan untuk bisa membebaskan diri dari penjajahan Belanda tidak pernah surut. Perlawanan masih terus terjadi di berbagai daerah seperti Patimura di Maluku (1817 ), ImamBonjol di Minangkabau (1822 – 1837 ), Diponegoro di Mataram (1825 – 1830 ), Badarudin di Palembang (1817), Pangeran Antasari di Kalimantan ( 1860 ), Patih Jelantik di Bali (1850), Anak Agung Made di Lombok (1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nya’ Din di Aceh (1873 – 1904),Sisingamangaraja di Batak (1900). Pada hakikatnya perlawanan terhadap belanda terjadi hampir diseluruh daerah di Indonesia tetapi perjuangan itu belumlah berhasil karena perlawanan masih bersifat kedaerahan dan dilakukan secara sendiri-sendiri, dan masih kurangnya persatuan dan kesatuan.
2. Kebangkitan Nasional 1908
Pada permulaan abad ke XX Bangsa Indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda . Kegagalan perlawanan secara fisik yang tanpa koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin pemimpin bangsa Indonesia abad ke XX untuk mengubah bentuk perlawanannya yaitu dengan membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha yang dilakukan adalah dengan mendirikan berbagai macam organisasi politik disamping organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Budi Utomo merupakan organisasi pertama yang didirikan tangal 20 Mei 1908 oleh dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan perintis kearah tercapainya cita-cita nasional. Kemudian bermunculanlah organisasi pergerakan lainnya seperti Sarikat Dagang Islam (1909) kemudian berubah bentuknya menjadi pergerakan politik dan mengganti namanya menjadi Sarikat Islam (1911) dibawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Kemudian berikutnya muncul Indische Partij (1913) dibawah pimpinan Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara, dan karena terlalu radikal pemimpinnya dibuang ke luar negeri (1913). Dan perjuangan tidak pernah kendur dan kemudian pada tahun 1927 berdiri Partai nasional Indonesia yang dipelopori oleh Ir. Soekarnodan kawankawan.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
8
3. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan yang telah dirintis dengan berdirinya Budi Utomo, akhirnya menumbuhkan tekad para pemuda untuk mengikrarkan sumpah yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928, yang kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan akan adanya satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa yaitu Indonesia. Melalui sumpah pemuda jelaslah keinginan bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia. Sebagai realisasi perjuangan bangsa pada tahun 1930 berdirilah Partai Indonesia (Partindo) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan. Kemudian golongan Demokrat yang terdiri dari Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI Baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.
4. Perjuangan Bangsa Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah perang Pasifik, dengan dibomnya Pearl Harbour oleh Jepang dan kemudian dalam waktu singkat Jepang berhasil menduduki daerah-daerah jajahan sekutu di Pasifik. Kemudian pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia menggantikan penjajahan Belanda. Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari cengkeraman Belanda. Oleh karena itu Jepang memperbolehkan pengibaran bendera merah putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya, akan tetapi itu hanya muslihat Jepang agar rakyat Indonesia membantu Jepang menghancurkan Belanda. Kenyataan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bahwa Jepang tidak kurang kejamnya dengan Belanda , kemerdekaan yang didambakan tidak kunjung tiba, bahkan terasa semakin menjauhj bersamaan dengan semakin mengganasnya bala tentara Jepang.
Kekecewaan rakyat Indonesia akibat
perlakuan Jepang
menimbulkan perlawanan terhadap Jepang baik secara illegal maupun secara legal, seperti pemberontakan Peta di Blitar. Sejarah kemudian menentukan bahwa Jepang mengalami kekalahan-kekalahan dalam perang Pasifik dan untuk mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia , Jepang berusaha membujuk bangsa
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
9
Indonesia dengan mengumumkan janji memberikan kemerdekaan kelak di kemudian hari, apabila perang telah selesai. Kemudian Jepang mengumumkan janjinya yang kedua berupa kemerdekaan tanpa syarat, yang disampaikan seminggu sebelum Jepang menyerah. Bangsa Indonesia
diperkenankan
memperjuangkan
kemerdekaannya
,
bahkan
menganjurkan agar berani mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh Jepang.
D. Sejarah Perumusan Pancasila dan UUD 1945
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah Badan Usaha-Usaha Penyelidik Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai. Badan ini dibentuk tanggal 29 April 1945 yang di ketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dan beranggotakan 60 orang. Pada tanggal 29 Mei 1945 Badan Penyelidik mengadakan sidangnya yang pertama dan berlangsung selama empat hari. Beberapa tokoh yang berbicara dan menyampaikan usulannya dalam sidang tersebut seperti ; Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945), Prof . Soepomo (31 Mei 1945), Ir. Soekarno (1 Juni 1945). 1. Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945) Dalam pidatonya disampaikan lima dasar untuk negara Indonesia merdeka yaitu ; 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah selesai berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai Rancangan UUD Republik Indonesia yang dalam Pembukaannya tercantum rumusan lima asas dasar negara yang berbuny sebagai berikut : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia 3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
10
4.Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan Sosial Bagi SeluruhRakyat Indonesia.
2. Prof.Soepomo (31 Mei 1945) Berbeda dengan Mr.Muh. Yamin, Soepomo menyampaikan teori-teori dasar pembentukan negara yaitu : 1. Teori perseorangan ( Individualistic ) 2. Teori golongan ( Class Theory ) 3. Teori Integralistik.
3. Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945 ) Dalam pidatonya beliau mengusulkan lima prinsip untuk menjadi dasar Indonesia Merdeka, yang rumusannya sebagai berikut ; 1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme ( Peri Kemanusiaan ) 3. Mufakat ( Demokrasi ) 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Untuk lima dasar negara itu beliau mengusulkan agar diberi nama Pancasila yang menurut beliau nama itu disarankan oleh seorang kawannya yang ahli bahasa. Lima prinsip dasar negara itu dapat diperas lagi menjadi Tri Sila yaitu ; 1. Sosio Nasionalisme ( Kebangsaan ) 2. Sosio Demokrasi ( Mufakat ) 3. Ketuhanan Kemudian Tri Sila dapat diperas lagi menjadi Eka Sila yaitu gotong royong.
Pada Tanggal 22 Juni 1945 , sembilan tokoh nasional anggota Badan Penyelidik mengadakan pertmuan untuk membahas pidato-pidato dan usul-usul mengenai dasar negarayang telah dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
11
Dari pertemuan ini di susunlah sebuah piagam yang kemudian dikenal dengan Piagam Jakarta, dengan rumusan Pancasila sebagai berikut : 1. Ketuhanan Yang Mah Esa, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. 2. Kemanusiaan yang adild dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta yang didalamnya terdapat perumusan dan sistematika Pancasila sebagaimana tersebut diatas kemudian diterima oleh Badan Penyelidik dalam sidangnya yang kedua tanggal 14 – 16 juli 1945.
E. Proklamasi Kemerdekaan dan Maknanya
Pada tanggal 9 Agustus 1945 terbentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Badan ini mula-mula bertugas memeriksa hasil-hasil Badan Penyelidik, tetapi kemudian mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting,yaitu : 1. Mewakili seluruh Bangsa Indonesia 2. sebagai pembentuk negara 3. Menurut teori hukum, badan ini mempunyai wewenang meletakkan dasar negara ( pokok kaidah negara yang fundamental )
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu dan pada saat itu terjadilah kekosongan kekuasaan di Indonesia. Kesempatan ini tidak disiasiakan oleh bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya dan naskah Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia dibacakan dan ditandatangani oleh Ir. Soekarnodan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Berdasarkan kenyataan sejarah tersebut jelas bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari Jepang melainkan hasil dari perjuangan bangsa
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
12
Indonesia, sehingga Proklamasi ini mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai berikut : 1. Proklamasi Kemerdekaan sebagai titik kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia. 2. Proklamasi Kemerdekaan sebagai Sumber atau Dasar Lahirnya Negara Republik Indonesia 3. Proklamasi Kemerdekaan merupakan Norma pertama dari tata hukum Indonesia.
F. Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945
Sehari setelah Proklamasi yaitu pada tanggal 18 agustus 1945 , PPKI mengadakan
sidangnya
yang
pertama
dengan
menyempurnakan
dan
mengesahkan UUD 1945. UUD 1945 terdiri atas dua bagian yaitu bagian Pembukaan dan bagian Batang Tubuh. Keputusan Hasil sidang PPKI yang pertama antara lain : 1. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi sebagai berikut : a. Melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai Pembukaan UUD 1945 b. Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima Badan Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami perubahan karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta, yang kemudian berfungsi sebagaiUUD 1945. 2. Memilih Presiden dan wakil Presiden Pertama 3. Menetapkan berdirinya
Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai Badan
Musyawarah darurat.
Rumusan dasar negara Pancasila tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, sehingga mempunyai kedudukan yang sangat fundamental dan konstitusional bagi bangsa Indonesiaselain itu juga disahkan oleh badan yang mewakili seluruh bangsa Indonesia yang berarti telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
13
G. Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ternya bangsa Indonesia masih menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya untuk menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk mengakui pemerintah NICA (Netherlads Indies Civil Administration ). Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan kepada dunia luar bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari Jepang. Untuk melawan propaganda Belanda , maka pemerintah RI mengeluarkan tiga maklumat yaitu : 1. Maklumat Wakil Presiden No X (eks) tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku selama 6 bulan). Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang Presiden kepada KNIP. 2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang pembentukan partai politik yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada aat itu bahwa salah satu cirri dari demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia barat menilai bahwa negara Proklamasi sebagai negara Demokratis. 3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 , yang intinya mengubah kabinet Presidentil menjadi kabinet Parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal.
Keadaan yang demikian membawa ketidakstabilan di bidang politik yang mana ini jelas merupakan penyimpangan secara konstitusional terhadap UUD 1945 dan secara ideologis terhadap Pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet Parlementer tersebut maka pemerintahan negara Indonesia mengalami jatuh bangunnya kabinet sehingga membawa konsekwensi yang sangat serius terhadap kedaulatan negara Indonesia saat itu.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
14
Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat ( RIS )
Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar ( KMB ) maka ditanda tangani suatu persetujuan oleh Ratu Belanda Yuliana dan Wakil Pemerintah RI di Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949 maka bentuk pemerintahan berubah dari negara kesatuan menjadi negara federal dan sejak saat itu berlakulah Konstitusi RIS yang antara lain menentukan : a. bentuk negara serikat dengan 16 negara bagian b. sifat pemerintahan berdasarkan asas demokrasi liberal dimana menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerinyah kepada parlemen c. Mukadimah konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat maupun isi Pembukaan UUD 1945.
Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1950
Pada tanggal 19 Mei 1950 terjadilah persetujuan antara negara RI dengan RIS yang ketika itu tinggal Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur( karena yang lainnya sudah bergabung dengan negara RI Proklamasi) untuk bersatu dalam negara kesatuan dengan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak tanggal 17 agustus 1950. Walaupun UUDS 1950 telah menjdi tonggak untuk menuju cita-cita proklamasi, pancasila dan UUD 1945 tetapi dalam kenyataannya masih berorientasi pada pemerintahan yang berasaskan demokrasi liberal sehingga isi dan jiwanya bertentangan dengan Pancasila. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal: 1. Sistem multi Partai dan kabinet Parlementer berakibat silih bergantinya kabinet yang rata-rata berumur 6 – 8 bulan, hal ini berakibat pemerintah tidak mampu menyusun program serta tidak mampunya pemerintah menyalurkan dinamika masyarakat ke arah pembangunan. 2. Secara ideologis Mukadimah UUDS 1950 tidak berhasil mendekati perumusan otentik Pembukaan UUD 1945 yang dikenal sebagai Declaration of Independence bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
15
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Pemilu tahun 1955 dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan masyarakat bahkan mengakibatkan ketidakstabilan pada bidang politik, ekonomi, social maupun hankam. Keadaan yang demikian ditambah lagi dengan
ketidakmampuan
Konstituante
sebagai
badan
yang
ditugaskan
membentuk UUD yang bersifat tetap bagi negara RI . Melihat hal tersebut sangat membahayakan persatuan dan kesatuan serta keselamatan
bangsa
dan
negara,
maka
Presiden
sebagai
badan
yang
bertanggungjawab mengambil tindakan dengan mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya : 1. Membubarkan Konstituante 2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya kembali UUDS 1950 3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang ses ingkatnya.
Berdasarkan Dekrit Presiden tersebut maka UUD 1945 berlaku kembali di negara RI sampai sekarang.
Masa Orde Lama
Pada masa orde lama, terjadi banyak penyimpangan terhadap Pancasila. Pelaksanaan
demokrasi
terpimpin
yang
dalam
pelaksanaannya
justru
mengedepankan ambisi dan keinginan politik pemimpin sendiri. Beberapa kebijakan politik yang menyimpang dari UUD 1945 antara lain : 1. Pembubaran DPR hasil pemilu 1955 melalui Penetapan Presiden no. 4 Tahun 1960 dengan dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong ( DPRGR) yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 2. Pembentukan MPRS yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden 3. Pembentukan DPA dan MA dengan Penetapan Presiden dan anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden 4. Pengangkatan Presiden seumur hidup melalui Ketetapan MPRS No II/MPRS/1963 dan Tap . MPRS No. III/MPRS/1963.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
16
5. Dengan Tap. MPRS No. I/MPRS/1963, Manifesto Politik dari Presiden dijadikan GBHN. 6. Hak Budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan. Karena DPR tidak menyetujui RAPBN yang diajukan Presiden, maka DPR dibubarkan tahun 1960. Puncak dari penyimpangan terahadap Pancasila adalah dengan terjadinya pemberontakan PKI pada tanggal 30 september
1965 yang ingin mengganti
ideologi Pancasila dengan ideologi Komunis.
Masa Orde Baru
Orde baru yaitu suatu tatanan kehidupan masyarakat dan pemerintahan yang menuntut dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Munculnya ORBA diawali dengan tuntutan dan aksi-aksi dari seluruh masyarakat , seperti Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan lain-lain. Tuntutan mereka dikenal dengan TRITURA, yang isinya : 1. Pembubaran PKI dan Ormas-ormasnya. 2. Pembersihan kabinet dari unsure-unsur G-30-S/PKI 3. Penurunan harga. Pada awalnya pemerintahan pada masa ORBA cukup mampu membawa perubahan-perubahan bagi bangsa Indonesia kearah kestabilan politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam. Tetapi kemudian ternyata ORBA telah jauh menyimpang dari perjuangannya semula , seperti : 1. ORBA secara eksplisit tidak mengakui 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila. 2. Butir-butir P-4 mendidik secara halus ketaatan individu kepada kekuasaan dan tidak ada butir yang mencantumkan kewajiban negara terhadap rakyatnya. 3. Pengamalan Pancasila dengan membentuk citra pembangunan sebagai ideologi, sehingga rekayasa mendukung Bapak Pembangunan melalui kebulatan tekad rakyat. 4. Dijadikannya Pancasila sebagai asas Tunggal oleh Parta-Partai Politik.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
17
Penyimpangan kehidupan bernegara era orde baru sampai pada puncaknya dengan terjadinya krisis moneter
yang mengakibatkan jatuhnya Presiden
Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun kemudian mulailah dilakukan penataan kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
pada
tahun 1998 yang kemudian dikenal dengan istilah Reformasi.
Masa Reformasi
Untuk menyelamatkan negara dari kehancuran, maka MPR dalam Sidang Istimewanya telah mengeluarkan ketetapannya antara lain : 1. Tap.
MPR No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Tap. MPR tentang
Referendum 2. Tap. MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara. 3. Tap. MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN 4. Tap. MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden 5. Tap. MPR No. XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi 6. Tap. MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM 7. Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P-4 dan Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Sekalipun MPR telah mengeluarkan keetapannya, namun pemasalahan yang ditinggalkan oleh pemerintahan Orde Baru tidaklah sedikit sehingga merumitkan bagi pemerintahan masa transisi atau pemerintah era reformasi untuk keluar dari permasalahan tersebut. Oleh karena itu MPR mengeluarkan Tap. No. V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional. MPR melalui
ketetapan
tersebut
telah
mengidentifikasi
masalah
yang
telah
menyebabkan terjadinya krisis yang sangat luas. Masalah-masalah tersebut antara lain :
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
18
1. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal ini kemudian melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran HAM. 2. Pancasila sebagai ideologi negara ditafsirkan secara sepihak oleh penguasa dan telah disalahgunakan untuk mempertahankan kekuasaan. 3. Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan, dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal itu semakin diperburuk oleh pihak pengusaha yang menghidupkan kembali cara-cara menyelenggarakan pemerintahan yang feodalistik dan paternalistik sehingga menimbulkan konflik horizontal yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. 4. Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya diselewengkan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan yaitu persamaan hak warga negara di hadapan hokum. 5. Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta
berpihak
pada
sekelompok
pengusha
besar,
telah
menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, utang besar ynag harus dipikul oleh negara, pengangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat, serta keenjangan social ekonoi yang semakin melebar. 6. Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. 7. Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik , pertumpahan darah dan dendam antara kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat dari proses demokrasi yang tidak berjalan dengan baik. 8. Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yng bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. 9. Pemerintahan yang sentralistis telah menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga timbul
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
19
konflik vertikal dan tuntutan untuk memisahkan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia. 10. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat serta terbatasnya pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau , telah menjadikan
transparansi
dan
pertanggungjawaban
pemerintah
untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertangung jawab tidak terlaksana. Akibatnya kepercayaan masyarakat kepada penyelengara negara menjadi berkurang. 11.Pelaksanaan
peran
sosial
politik
dalam
dwi
fungsi
ABRI
dan
disalahgunakannya ABRI sebagai alat kekuasaan pada masa orde baru telah menyebabkan terjadinya penyimpangan
peran TNI dan POLRI yang
mengakibatkan tidak berkembangnya kehidupan demokrasi. 12. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi sosial dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.
Pada masa Reformasi ini telah terjadi empat kali pergantian presiden, yaitu Presiden B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi Pembangunan, Presiden Abdurrahman Wahid sebagai presiden hasil Pemilu tahun 1999 dengan Kabinet Persatuan Nasional, namun karena dianggap melanggar haluan negara dan UUD 1945 kemudian diberhentikan oleh MPR dan kemudian digantikan oleh Presiden Megawati Sukarnoputri dengan Kabinet Gotong Royong . Dan dengan Pemilu Presiden Tahun 2004 kemudian menjadikan Soesilo Bambang Yudoyono sebagai Presiden dengan Kabinet Indonesia Bersatu.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
20
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat : •
•
•
•
•
•
•
•
Menjelaskan pengertian system serta menguraikan unsur-unsur system Menjelaskan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu kesatuan yang sistematis, hierarkhis dan logis Menguraikan dan merinci untus-unsur Pancasila sebagai suatu system filsafat Menjelaskan dasar ontologis filsafat Pancasila sebagai makna fundamental dari Pancasila Menjelaskan dasar epistemologis filsafat Pancasila sebagai suatu dasar pengetahuan Pancasila Menjelaskan dasar aksiologis filsafat Pancasila, dengan menunjukkan kandungan nilai-nilai Pancasila, membedakan tingkatan nilai yang terkandung dalam Pancasila Menjelaskan fungsi nilai Ketuhanan dan kemanusiaan yang terkandung dalam Pancasila sebagai sumber dan arah keseimbangan antara hak dan kewajiban asasi manusia Menjelaskan fungsi derivatif nilai-nilai Pancasila, sebagai sumber norma hukum dan moral dalam kehidupan Negara
A. Pengertian Sistem Dan Unsur-Unsur Sistem 1. Pengertian Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Jadi dapat disebutkan disini yang merupakan unsur-unsur dari sistem adalah : 1. Suatu kesatuan bagian-bagian 2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri 3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan 4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem) 5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
21
Pancasila terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila. Setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
2. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah “Filsafat” berasal dari bahasa Yunani
“philein”
yang artinya ‘cinta” dan “sophus” yang artinya “hikmah” atau kebijaksanaan atau “wisdom”. Jadi secara harfiah istilah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan/kebijakan atau hakikat kebenaran. Berfilsafat berarti berpikir sedalam-dalamnya (merenung) terhadap sesuatu secara metodik sistematis, menyeluruh, universal untuk mencari hakikat sesuatu. Pada umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Demikian pula, dikenal ada filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
B. Sila-Sila Pancasila Sebagai Kesatuan Yang Sistematis, Hierarkhis Dan Logis
Kelima sila Pancasila itu ibaratnya sebuah jala. Apabila salah satu bagian dari jala itu diangkat, maka terangkatlah semuanya karena jala yang luas dan lebar tersebut adalah satu barang, demikian pula dengan sila-sila dari Pancasila. Kelima sila Pancasila itu adalah amat luas dan amat lebar karena meliputi segala apa saja yang ada. Jadi, kalau dipikirkan salah satu silanya berarti menyangkut dan meliputi semua silanya, kalau diangan-angankan salah satu silanya berarti mengangan-angankan semua silanya. Kalau diamalkan salah satu silanya berarti diamalkan semua silanya.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
22
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan berbentuk piramida. Pengertian hierarkhis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhis silasila Pancasila dalam urutan-urutan luas dan juga dalam hal isi sifatnya. Kalau dilihat dari intinya urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya. Jika urut-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian maka di antara lima sila ada hubungan yang mengikat yang satu kepada yang lainya sehingga Pancasila merupakan suatu keseluruhan . Andai kata urut-urutan itu dipandang sebagai tidak mutlak maka diantara satu sila dengan sila lainnya tidak ada sangkut pautnya, maka Pancasila itu menjadi terpecah-pecah , oleh karena itu tidak dapat dipergunakan sebagai asas kerokhanian Negara. Kesatuan sila-sila Pancasila yang memiliki susunan hierarkhis pyramidal ini maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan
dan keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia, sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan social sehingga di dalam setiap sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.
C. Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat Negara Indonesia ini terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu asas peradaban. Namun demikian sila-sila Pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendirisendiri terlepas dari sila-sila serta di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan. Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui sila-sila Pancasila tersebut. Dari setiap sila-sila kita cari pula intinya.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
23
Setelah kita ketahui hakikat dan inti tersebut, maka selanjutnya kita cari hakikat dan pokok-pokok yang terkandung didalamnya antara lain sebagai beri kut : 1. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia 2. Pancasila sebagai dasar Negara 3. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 4. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh. Secara filosifis dakam kehidupan bangsa Indoneisa diakui bahwa nilai Pancasila adalah pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, social budaya dan pertahanan keamanan. Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan pandangan dasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Pencipta. Dasar normatif yang dapat kita sebut filsafat Negara diperlukan sebagai kerangka untuk menyelenggarakan Negara. Falsafah Negara merupakan norma yang paling mendasar untuk mencek apakah kebijaksanaan legislatif dan eksekutif sesuai dengan persetujuan dasar masyartakat.
D. Dasar Ontologis Filsafat Pancasila Sebagai Makna Fundamental Dari Pancasila
Secara filosifis Pancasila merupakan suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis. Ontologi menurut Runes ialah teori tentang ada keberadaan atau eksistensi. Menurut Aristoteles, sebagai filsafat pertama, ontologi adalah ilmu yang menyelidiki
hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.
Bidang ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna keberadaan (ada, eksistensi) manusia, benda, ada alam semesta (kosmologi) juga ada mutlak yang tak terbatas sebagai maha sumber ada semesta. Artinya ontologi menjangkau adanya Tuhan dan alam gaib seperti rohani dan kehidupan sesudah mati (alam dibalik dunia, alam metafisika).
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
24
Jadi ontologi adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi. Manusia sebagai pendukung sila-sila Pancasila secara ontologi memiliki halhal yang mutlak yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rokhani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan ini maka secara hierarkhis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila yang lainnya. Hubungan kesesuaian antara Negara dengan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat yaitu Negara sebagai pendukung hubungan dan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab, adapun Negara sebagai akibat.
E. Dasar Epistemologis Filsafat Pancasila Sebagai Suatu Dasar Pengetahuan Pancasila
Epistemologi menurut Runes adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi epistemologi dapat disebut ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science. Jadi bidang epistemologi adalah bidang filafat yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu termasuk semantik, logika, matematika dan teori ilmu. Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau manusia merupakan basis ontologis dari Pancasila, maka dengan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
25
demikian mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi, yaitu bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia. Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana dipahami bersama, bahwa sumber pengetahuan Pancasila adalah nila-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal dari bangsa lain, bukannya hanya merupakan perenungan serta pemikiran seseorang atau beberapa orang saja namun dirumuskan oleh wakilwakil bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara. Dengan lain perkataan bahwa bangsa Indonesia adalah sebagai kausa materialis Pancasila. Oleh karena sumber pengetahuan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang memiliki nilai-nilai adat-istiadat serta kebudayaan dan nilai religius maka diantara bangsa Indonesia sebagai pendukung sila-sila Pancasila dengan Pancasila sendiri sebagai suatu sistem pengetahuan memiliki kesesuaian yang bersifat korespondensi. Sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti sila-sila Pancasila.
F. Dasar Aksiologis Filsafat Pancasila, Dengan Menunjukkan Kandungan NilaiNilai Pancasila, Membedakan Tingkat Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila
Aksiologi menurut Runes berasal dari istilah Yunani, axios yang berarti manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam pengertian yang modern disamakan dengan teori nilai, yakni sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik, bidang yang menyelidiki hakikat nilai, ktereria dan kedudukan metafisika suatu nilai. Dengan demikian, aksiologi merupakan bidang yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai. Tingkatan nilai, dan hakikat nilai termasuk estetika, etika ketuhanan dan agama. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiolgisnya segingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyaknya pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
nilai dan
26
penggolongan tersebut amat beraneka ragam tergantung pada sudut pandangnya masing-masing. Pandangan dan tingkatan nilai tersebut menurut Notonegoro dibedakan atas 3 macam : 1. Nilai material ; yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia 2. Nilai vital; segala sesuatu yang berguba bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan 3. Nilai-nilai kerokhanian ; segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia Jadi berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatu yang bersifat material saja, akan tetapi juga sesuatu yang bersifat mutlak bagi manusia. Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerokhanian ini juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematikhierarkhis, dimana sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai basisnya sampai dengan sila Kedilan Sosial sebagai tujuannya.
G. Fungsi Nilai Ketuhanan Dan Kemanusiaan Yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Sumber Dan Arah Keseimbangan Antara Hak Dan Kewajiban Asasi Manusia
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarkat merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antara hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Hubungan Vertikal Hubungan vertical adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
27
hubungan ini manusia memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintah Tuhan dan menghentikan segala larangan-Nya, sedangkan hak yang diterima oleh manusia dari Tuhan Yang Maha Kuasa adalah rakhmat yang tidak terhingga yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan pembalasan amal baik di akhirat nanti.
b. Hubungan Horizontal Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya, baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa, dan warga Negara. Hubungan tersebut melahirkan hak dan kewajiban yang seimbang seperti pajak yang dibayar kepada Negara sebagai suatu kewajiban warga Negara, sedangkan hak yang diterima Negara adalah pembangunan infrastruktur jalan raya, pengairan dan lain-lain) sebagai kewajiban Negara terhadap rakyatnya.
c. Hubungan Alamiah Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang
meliputi
hewan,
tumbuh-tumbuhan,
dan
alam
dengan
segala
kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan manusia, namun manusia berkewajiban melestarikan alam kekayaannya, karena alam mengalami penyusutan yang nilai-nilainya makin lama semakin berkurang, sedangkan manusia yang membutuhkan makin lama makin bertambah. Oleh sebab itu, memelihara kelestarian alam merupakan kewajiban manusia sedangkan hak yang diterima olth manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya. Dengan demikian, hubungan manusia dengan alam memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagaimana hubungan manusia dengan masyarakat dan Tuhan Yang Maha Kuasa. Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, antar manusia, manusia dengan masyarakat atau bangsanya, dan manusia dengan alam lingkungannya.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
28
H. Fungsi Derivatif Nilai-Nilai Pancasila, Sebagai Sumber Norma Hukum Dan Moral Dalam Kehidupan Negara 1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pancasila sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai
kehidupan yang lebih sempurna senantiasa
memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur tersebut adalah wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu sendiri. Sebagai makhluk individu dan makhluk social manusia tidaklah mungkin memenuhi
segala
kebutuhannya
sendiri,
oleh
karena
itu
untuk
mengembangkan potensi kemanusiaannya ia senantiasa memerlukan orang lain. Dalam pengertian ini maka manusia pribadi senantiasa memerlukan orang lain. Dalam pengertian ini makaa manusia pribadi senantiasa hidup sebagai bagian dari lingkungan sosial yang lebih luas (keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara). Dengan demikian dalm kehidupan bersama dalam suatu Negara membutuhkan suatu tekad kebersamaan, cita-cita yang ingin dicapainya yang bersumber pada pandangan hidupnya tersebut. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung didalamnya konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya Karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang bhinneka tunggal ikka tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh mematikan keragaman.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila dalam kedudukannya
ini sering disebut sebagai dasar
filsafat atau Dasar Falsafah Negara dari Negara, ideologi Negara atau
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
29
staatsidee. Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan Negara atau dengan lain perkataan Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara. Konsekuensinya, seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama segala peraturan perundang-undang termasuk proses reformasi dalam segala bidang, dewasa ini dijabarkan dan diderivikasikan dari nilai-nilai Pancasila. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupakan kaidah Hukum Negara secara konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintahan Negara. Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah baik moral maupun hukum Negara, dan menguasai hokum dasar baik yang tertulis atau UUD maupun yang tidak tertulis atau konvensi. Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara
RI
tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945 aline IV.
3. Pancasila sebagai ideology Bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagai ideologi-ideologi lain, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri Negara sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara berakar dari pandangaan hidup dan budaya bangsa, bukannya mengangkat atau mengambil ideology dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
30
Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komperhensif, oleh karena cirri khas
itu, maka Pancasila memiliki
kesesuaian dengan bangsa lain.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
31
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat : • • •
• •
menjelaskan pengertian etika Menjelaskan pengertian etika politik Menjelaskan dan menyebutkan nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila Menjelaskan Pancasila sebagai etika politik Menerapkan etika dalam kehidupan kenegaraan dan hokum
A. Pengertian Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimna kita harus mengambil sikap yang bertanggungjawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, itu dalam hubungannya dengan pelbagai aspek kehidupan manusia. Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.
B. Pengertian Etika Politik
Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalah etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Ada pelbagai bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, setika keluarga, etika profesi dan etika pendidikan. Dalam hal ini termasuk etika politik yang berkenaan dengan demensi politis kehidupan manusia. Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
32
Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betulsalahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan tanggungjawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya . Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggungjawab. Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalahmasalah ideologis dapat dijalankan secara objektif . Etika politik membahas hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan moral bagi suatu Negara adalah adanya cita-cita (the rule of law), partisipasi demokratis masyarakat, jaminan hak-hak asasi manusia menurut kekhasan paham kemanusiaan dan struktur social budaya masyarakat masing-masing dan keadilan social.
C. Nilai-Nilai Etika Yang Terkandung Dalam Pancasila
Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silasilanya, karena apabila dilihat satu persatu dari masing-masing sila dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa lain. Namun makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan yang tidak dapat ditukarbalikkan letak dan susunannya.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumbersumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mencari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara kesatuan Indonesia yang telah berdaulat penuh, yang bersifat kerakyatan dan dipimpin oleh
hikmah
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan
guna
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
33
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sikap dan perbuatan manusia yang
adil dan beradab adalah sikap dan perbuatan manusia manusia yang sesuai
dengan kodrat hakikat manusia yang sopan dan susila nilai. Potensi kemanusiaan tersebut dimiliki oleh semua manusia tanpa kecuali. Mereka harus diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan fitrahnya, sebagai makhluk Tuhan. Di dalam sila-sila kedua itu telah disimpulkan cita-cita kemanusiaan yang lengkap, yang adil dan beradab, memenuhi seluruh hakikat makhluk manusia. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi manusia. Kemanusiaan yang adil daan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Manusia adalaah makhluk pribadi anggota masyarakat dan sekaligus hamba Tuhan. Hakikat pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea pertama “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan perikeadilan….” Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya secara pokok-pokok dalam Batang Tubuh UUD 1945.
3. Persatuan Indonesia Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena itu paham kebangsaan Indonesia tidak sempit tetapi menghargai bangsa lain. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini sesuai dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “ Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia……..” selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh UUD 1945.
4. Kerakyatan
Yang
Dipimpin
oleh
Hikmat
Kebijaksanaan
Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
34
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan berarti bahwa rakyat dalam melaksanakan tugasd kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan. Sila keempat ini merupakan sendi asas kekeluargaan masyarakat, sekaligus sebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “…..maka
disusunlah
kemerdekaan
kebangsaan
Indonesia
yang
berkedaulatan rakyat…..” selanjutnya dapat dilihat penjabarannya secara pokok-pokok dalam dalam pasal-pasal UUD 1945.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Keadilan social mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat. Karena kehidupan manusia itu meliputi kehidupan jasmani dan rokhani, maka keadilan itupun meliputi keadilan dalam memenuhi tuntutan kehidupan jasmani serta keadilan memenuhi tuntutan kehidupan rohani secara seimbang. Hakikat keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dinyatakan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “ Dan perjuangan pergerakan bangsa Indonesia…….negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur”. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam pasal-pasal UUD 1945.
D. Pancasila Sebagai Etika Politik
Sebagai dasar filsafat Negara Pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalaam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” serta sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam Negara dijalankan sesuai dengan :
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
35
1. Asas legalitas (legitimasi hukum) yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku 2. Disyahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis) dan 3. Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya (legitimasi moral) Pancasila
sebagai sistem filsafat memiliki ke 3 dasar tersebut. Dalam
pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, baik menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik, pembagian serta kewenangan harus berdasarkan legitimasi moral religius (sila I) serta moral kemanusiaan (sila II). Selain itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara harus berdasarkan legitimasi hukum yaitu prinsip ‘legalitas’. Negara Indonesia adalah Negara hukum, oleh karena itu
‘keadilan’ dalam hidup bersama sebagai terkandung
dalam Sila V adalah merupakan tujuan dalam kehidupan Negara. Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (Sila IV). Prinsip-prinsip dasar etika politik itu dakam realisasi praksis dalam kehidupan
kenegaraan
senantiasa
dilaksanakan
secara
korelatif
diantara
ketiganya. Kebijaaksanaan serta keputusan yang diambil dalam pelaksanaan kenegaraan baik menyangkut politik dalam negeri maupun luar negeri, ekonomi, baik nasional maupun global, yang menyangkut rakyat, dan lainnya selain berdasarkan hokum yang berlaku, harus mendapat legitimasi rakyat dan juga harus berdasarkan prinsip-prinsip moralitas. Etika politik juga harus direalisasikan untuk setiap individu yang ikut terlibat secara kongkrit dalam pelaksanaan pemerintahan Negara. Para pejabat eksekutuf, anggota legislative maupun yudikatif, para peja bat Negara, anggota DPR maupun MPR aparat pelaksana dan penegak hukum harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan legitimasi demokrasi juga harus berdasarkan legitimasi moral.
E. Penerapan Etika Dalam Kehidupan Kenegaraan Dan Hukum
Sesuai dengan TAP MPR No. VI/MPR/2004 dinyatakan pengertian dari etika kehidupan berbangsa adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
36
bersifat universal dan nilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam Pancasila, sebagai acuaan berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa. Etika berkaitan dengan pelbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya membicakan masalah-masalah yang berkaitan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan “buruk”. Sebagai batasan khusus etika membicarkan sifatsifat yang menyebabkan orang dapt disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang berlawanan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. Dapat juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diketahui : 1. Nilai Nilai atau “Value” termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu Filsafat Nilai. Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipaakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan”atau “kebaikan” dan kata kerja artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. Didalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan dan dambaandambaan dan keharusan. Maka apabila kita berbicaara tentang nilai, sebenarnya kita berbicara tentang hal yang ideal, tentang hal yang merupakan cita-cita, harapan, dambaan dan keharusan. 2. Moral Moral berasal dari kata mos (moras)= kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya dianggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika sebaliknya yang terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
37
berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, Negara dan bangsa. Sebagaimana nilai dan norma, moralpun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu dan lain sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya. 3. Norma Norma sesungguhnya perwujudan martbat maanusia sebagai makhluk budaya, sosial, moral dan relegi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hokum dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi. Misalnya: a. Norma agama dengan sanksinya dari Tuhan b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat. d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau
kurungan atau
denda yang dipaksakan oleh alat Negara.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
38
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa dapat : • • • •
•
•
Menjelaskan pengertian ideologi Menjelaskan makna ideologi bagi Negara Menjelaskan dan membedakan macam ideologi Menjelaskan peranan dan makna Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Menjelaskan ciri khas Pancasila sebagai ideologi yang komperhensif, terbuka dan reformatif Membandingkan ideologi Pancasila dengan ideologi lainnya
A. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos, yang berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana ideologi berarti suatu gagasan yang berlandaskan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata luas istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini ideologi disebut terbuka. Dalam arti sempit ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak. Dalam artian ini disebut juga ideoligi tertutup. Kata ideologi sering juga dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatnya tertutup dimana teori-teori bersifat pura pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam hal ini ideologi diasosiasikan kepada hal yang bersifat negatif. Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya,
yang
disusun
secara
sistematis
dan
diberi
petunjuk
pelaksananannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Suatu pandangan hidup akan meningkat menjadi suatu falsafah hidup, apabila telah mendapat landasan berpikir maupun motivasi yang lebih jelas, sedangkan kristalisasinya kemudian
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
39
membentuk suatu ideologi. Keterkaitan ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan ideologi suatu bangsa dengan bangsa lai nnya.
B. Makna Ideologi Bagi Negara
Pada hakikatnya ideologi adalah merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuannya mengadakan identifikasi terhadap dunia kehidupannya. Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun Negara, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksistensi suatu bangsa dan Negara. Ideologi membimbing bangsa dan Negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan. Hal ini disebabkan dalam ideologi terkandung suatu orientasi praktis. Selain sebagai sumber motivasi ideologi juga merupakan sumber semangat dalam berbagai kehidupan Negara. Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai dasar Negara, Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang konstitusi proklamasi
atau
hukum
dasar
kehidupan
berbangsa,
bernegara
dan
bermasyarakat, yaitu Pembukaan, Batang Tubuh serta Penjelasan UUD 1945. Pancasila bersifat integralistik, yaitu paham tentang hakikat Negara yang dilandasi dengan konsep kehidupan bernegara. Pancasila yang dilandasi kehidupan bernegara menurut Supomo adalah kerangka Negara integralistik, untuk membedakan paham-paham yang digunakan oleh pemikir kenegaraan lain. Untuk memahami konsep Pancasila bersifat integralistik, maka terlebih dahulu kita harus melihat beberapa teori (paham) mengenai dasar Negara, yaitu sebagai berikut : 1. Teori Perseorangan (Individualistik) Menurut teori ini Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh orang dalam masyarakat itu (social contrac). Hal ini mempunyai pengertian bahwa Negara dipandang sebagai organisasi kesatuan pergaulan hidup masyarakat yang tertinggi. Negara dipandang sebagai hasil perjanjian masyarakat dari individu-individu yang
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
40
bebas, sehingga hak-hak orang seorang (hak asasi) adalah lebih tinggi kedudukannya daripada Negara yang merupakan hasil bentukan individuindividu bebas tersebut. 2. Teori Golongan (Class Theory) Negara merupakan penjelmaan dari pertentangan-pertentangan kekuatan ekonomi. Negara dipergunakan sebagai alat untuk mereka yang kuat (mereka yang memiliki alat-alat produksi) untuk menindas golongan ekonomi yang lemah. Negara akan lenyap dengan sendirinya kalau dalam masyarakat sudah tidak ada lagi perbedaan kelas dan pertentangan ekonomi. 3. Teori Kebersamaan (Integralistik) Negara adalah susunan masyarakat yang integral diantara semua golongan dan semua bagian dari seluruh anggota masyarakat. Persatuan masyarakat itu merupakan persatuan masyarakat yang organis. Dari segi integritas antara pemerintah dan rakyat Negara memikirkan kehidupan dan kesejahteraan bangsa seluruhnya, Negara menyatu dengan rakyat dan tidak memihak pada salah satu golongan dan tidak pula menganggap kepentingan pribadi yang lebih diutamakan. Teori integralistik ini paling sesuai dengan bangsa Indonesia yang masyarakatnya beraneka ragam. Teori ini telah diterapkan semenjak dahulu di desa-desa seperti kebiasaan pemimpin yang selalu bermusyawarah dengan rakyatnya sesuai dengan Pancasila Pancasila dikatakan bersifat integralistik karena : 1. mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan 2. adanya semangat kerjasama (gotong royong) 3. memelihara persatuan dan kesatuan dan 4. mengutamakan musyawarah untuk mufakat
C. Macam-Macam Ideologi 1. Ideologi Libralisme
Inggrislah yang memulai timbulnya libralisme yang diakibatkan oleh alam pemikiran yang disebut zaman pencerahan (aufklarung) yang menyatakan bahwa manusia memberikan penghargaan dan kepercayaan besar pada rasio. Rasio dianggap sebagai kekuatan yang menerangi segala sesuatu
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
41
di dunia ini. Ajaran libralisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa kecuali atas persetujuannya. Hak asasi tersebut memiliki nilai-nilai dasar (intrinsic), yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan secara mutlak. Ancaman daripada libralisme hampir tidak dapat digolongkan dalam uraian sejarah sebagaimana tergambar dalam ancaman golongan komunis. Ancaman libralisme sangat terselubung dan secara tidak sadar dapat tertanam dalam cara berpikir dan bertindak masyarakat tertentu di Indonesia. Paham libralisme selalu mengkaitkan aliran pikirannya dengan hak asasi manusia yang menyebabkan paham tersebut memiliki daya tarik yang kuat dikalangan masyarakat tertentu. 2. Ideologi Sosialisme/Komunisme
Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham komunismelah sebagai paham yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis sebagai hasil dari ideologi liberal. Berkembangnya paham individualisme libralisme yang berakibat munculnya masyarakat kapitalis menurut paham ini mengakibatkan penderitaan rakyat, sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung oleh pemerintah. Bertolak belakang dengan paham libralisme individualisme, maka komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat, kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Ideologi komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas. Hak milik pribadi tidak ada karena hal ini akan menimbulkan kapitalisme yang pada gilirannya akan melakukan penindasan pada kaum proletar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa individualisme merupakan sumber penderitaan rakyat. Oleh karena itu hak milik individual harus diganti dengan hak milik kolektif, individualisme diganti sosialisme komunis.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
42
D. Peranan Dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dan Negara Indonesia
Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harkat dan martabatnya dalam kenyataannya senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia membutuhkan suatu lembaga bersama untuk melindungi haknya, dan dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu Negara. Negara sebagai lembaga masyarakat, sebagai organisasi hidup, manusia senantiasa memiliki cita-cita, harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang secara bersama merupakan suatu orientasi yang bersifat dasariah bagi semua tindakan dalam hidup kenegaraan. Sebagai suatu ideolog bangsa dan Negara Indonesia, maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, niali-nilai kebudayaan serta religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan lain perkataan unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri Negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa dan Negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negra berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komperhensif. Oleh karena itu cirri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
43
E. Ciri Khas Pancasila Sebagai Ideologi Yang Komperhensif, Terbuka Dan Reformatif
Pengetahuan mengenai ideologis dikembangkan oleh Karl Mannheim yang membedakan dua macam kategori ideologi secara sosiologis yaitu ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komperhensif. Kategori pertama diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat. Kategori kedua, diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan social secara berbesar-besaran menuju bentuk tertentu. Kategori ke dua ini tetap berada dalam batasan-batasan yang realitas. Ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh, yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu bahkan ideologi Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia itu mampu mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang sifatnya majemuk tersebut. Pancasila sebagai ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat actual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideolog Pancasila bukan berarti mengubah
nilai-nilai
dasar
yang
terkandung
didalamnya,
namun
mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang bersifat tetap dan tidak berubah sehingga tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pada berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional sehingga terungkap makna operasionalnya. Dengan demikian penjabaran ideologi dilaksanakan dengan interpretasi yang kritis dan rasional. Sebagai contoh keterbukaan ideologi Pancasila antara lain dalam kaitan dengan ekonomi (misalnya ekonomi kerakyatan), demikian pula dalam kaitannya dengan pendidikan, hukum, kebudayaan, hankam dan bidang lainnya.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
44
F. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lainnya
Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki cirri khas serta karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan cirri khas bangsa itu sendiri. Namun dapat juga terjadi bahwa ideologi pada suatu bangsa datang dari luar dan dipaksakan keberlakuannya pada bangsa tersebut sehingga tidak mencerminkan kepribadian dan karakteristik bangsa tersebut. Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia berkembang melalui suatu proses yang cukup panjang. Pada awalnya secara kausalitas bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat-istiadat, serta dalam agama-agama bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa telah diyakini kebenarannya kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai dasar filsafat Negara dan kemudian menjadi ideologi bangsa dan Negara. Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan dan kemerdekaan individu, namun dalam hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain secara bersama sehingga dengan demikian harus mengakui hak-hak masyarakat. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila berkedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu nilai-nilai Ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup Negara dan masyarakat. Kebebasan manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai-nilai ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam ekpresi kebebasan manusia. Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara adalah merupakan alat atau sarana individu sehingga masalah agama dalam Negara sangat ditentukan oleh kebebasan individu. Ajaran liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk penguasa. Hak asasi tersebut memiliki nilai-nilai dasar yaitu kebebasan dan kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
45
memandang manusia sebagai makhluk Tuhan, yang mengemban tugas sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk social dalam kehidupan bermasyarakat, wajib menyelaraskan kepentingan pribadinya dengan kepentingan masyarakat dan haknya selalu dikaitkan dengan kewajibannya terhadap masyarakat. Sedangkan menurut ajaran komunisme hak asasi dalam Negara hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada hakikatnya tidak ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia. Hal ini bertentangan dengan Pancasila yang menganut asas demokrasi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Ajaran komunisme berpaham atheis, karena manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Agama menurut komunisme adalah suatu kesadaran diri bagi manusia yang kemudian menghasilkan masyarakat Negara. Agama menurut komunisme adalah keluhan makhluk tertindas, agama merupakan candu masyarakat. Negara yang perpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antheis, melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai tertinggi dalam Negara adalah materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi. Hal ini juga sangat bertentang dengan Pancasila yang meletakkan dasar sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
46
BAB VI
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber hukum dasar negara Indonesia. 2. Menjelaskan makna isi Pembukaan UUD 1945, kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai “ Staatsfundamentalnorm” dan kedudukannya dalam tertib hukum Indonesia. 3. Menjelaskan system Ketatanegaraan Indonesia sebagaimana terkandung dalam UUD 1945 sebelum dan sesuadah dilakukan amandemen 4. Menjelaskan realisasi hak-hak asasi manusia dalam negara Republik Indonesia.
A. Pengertian , Kedudukan , Sifat dan Fungsi UUD . 1. Pengertian Undang-Undang Dasar.
Undang-undang Dasar sering disebut juga dengan Konstitusi ( Hukum Dasar) . Menyamakan pengertian UUD dengan konstitusi adalah suatu kekeliruan, sebab jika ditelusuri lebih jauh dalam kepustakaan, ternyata ada perbedaan pengertian antara UUD dan Konstitusi. Menurut Hermann Heller, bahwa konstitusi mempunyai arti yang lebih luas daripada UUD. Konstitusi sesungguhnya tidak hanya bersifat yuridis sematamata melainkan juga sosiologis dan politis, sedangkan UUD hanya merupakan sebagian dari pengertian konstitusi yakni konstitusi yang ditulis. Rupanya para penyusun UUD menganut pikiran semacam ini , hal ini terlihat dalam penjelasan UUD 1945 yang mengatakan bahwa “ UUD suatu negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar negra itu . UUD ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya UUD itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis , ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun tidak ditulis yang disebut dengan “konvensi”
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
47
Pada dasarnya suatu konstitusi dalam arti yuridis (UUD) memerlukan 2 syarat yang harus dipenuhi yaitu : a. Syarat Formal (Bentuk) Dilihat dari segi bentuknya UUD sebagai naskah tertulis yang merupakan undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu negara.
b. Syarat Material (Isi) Isinya merupakan peraturan yang bersifat fundamental, yakni tidak semua masalah yang penting harus dimuat dalam UUD melainkan hanyalah yang bersifat pokok, dasar atau asasnya saja.
UUD adalah hukum dasar yang tertulis yang memuat kerangka susunan negara dan sistem pemerintahannya.
2. Kedudukan UUD
UUD bukanlah hukum biasa , melainkan hukum dasar. Sebagai hukum dasar UUD merupakan Sumber hukum . Setiap produk hukum seperti UU , peraturan pemerintah haruslah berdasarkan pada peraturan yang lebih tinggi. Sehingga dengan demikian kedudukan UUD adalah merupakan sumberhukum tertinggi dan tertulis dari hukum yang berlaku di Indonesia. Demikianlah dari UUD akan lahir peraturan-peraturan yang ada di bawahnya sebagaimana diatur dalam Tap. MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan, yaitu ; a. Ketetapan MPR b. Undang-undang c. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) d. Peraturan Pemerintah e. Keputusan Presiden f. Peraturan Daerah
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
48
3. Sifat UUD
Dalam teori konstitusi dikenal dua sifat UUD yaitu luwes (flexible) atau kaku (rigid). Untuk menentukan apakah sifat UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran sebagai berikut ; a). Apakah UUD itu sukar ataukah gampang untuk diubah. Kalau untuk mengubah UUD itu tidak memerlukan prosedur yang istimewa atau prosedur untuk mengubah UUD
itu sama seperti mengubah UU maka UUD itu
tergolong luwes (flexible), sedangkan jika untuk mengubah UUD itu diperlukan prosedur yang istimewa dan sulit maka UUD itu bersifat kaku (rigid) b). Apakah UUD itu mudah atau tidak mengikut perkembangan jaman, kalau mudah maka UUD itu tergolong luwes sedangkan kalau tidak maka tergolong kaku
4. Fungsi UUD
Untuk mengetahui fungsi UUD, kita harus mengetahui terlebih dahulu alasan alasan yang menyebabkan timbulnya UUD. Lord Bryce mengemukakan ada empat alasan yang menyebabkan timbulnya UUD yaitu : 1. Keinginan rakyat untuk menjamin hak-haknya jika terancam dan untuk membatasi tindakan-tindakan penguasa. Biasanya UUD ini terjadi melalui proses Revolusi seperti UUD Perancis. 2. Keinginan dari baik yang diperintah maupun yang memerintah yang hendak menyenangkan rakyatnya dengan jalan menentukan suatu sistem ketatanegaraan yang tertentu, yang semula tidak jelas menjadi suatu bentuk yang tertentu menurut aturan-aturn yang positif agar tidak terjadi kesewenang-wenangan oleh penguasa. 3. Keinginan dari pembentuk negara baru untuk menjamin adanya cara penyelenggaraan ketatanegaraan yang pasti dan dapat membahagiakan rakyatnya. 4. Keinginan untuk menjamin adanya kerjasama yang efektif diantara negaranegara yang pada mulanya berdiri sendiri, disamping adanya kehendak
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
49
untuk tetap memiliki hak-hak dan kepentingan-kepentingan tertentu yang akan diurusnya sendiri.
Dari alasan –alasan tersebut dapat diketahui bahwa fungsi UUD terutama adalah : 1.
Untuk
menjamin
perlindungan
hukum
atas
hak-hak
para
anggota
masyarakatnya dari kesewenang-wenangan penguasa. 2. Sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan menurut suatu sistem ketatanegaraan yang pasti dan tertentu.
B. Pembukaan UUD 1945 1. Makna Pembukaan UUD 1945
UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dan tertulis dari hukum yang berlaku di Indonesia, sedangkan Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber motivasi dan sumber aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia dan juga merupakan sumber dari cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakkan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan antar bangsa bangsa di dunia. Pembukaan UUD1945 merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dari Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pembukaan UUD 1945
memuat
secara terperinci cita-cita luhur dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan memuat Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu Pembukaan UUD 1945 tidak boleh diubah oleh siapapun, termasuk MPR hasil pemilihan umum, karena mengubah isi pembukaan berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah negara yang fundamental, artinya dasar-dasar pokok yang menjadi landasan dan peraturan hukum yang tertinggi bagi hukum-hukum yang lainnya, termasuk hukum dasar yang tertulis maupun hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi). Pembukaan UUD 1945 yang telah dirumuskan secara padat dan khidmat dalam empat alinea mengandung arti dan makna yang sangat dalam , mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dar
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
50
empat alinea mengandung empat pokok pikiran dan setiap alinea mengandung arti dan makna yang dalam yaitu :
Alinea Pertama Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 berbunyi, “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh se bab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan”
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah : 1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indoesia menghadapi masalah kemerdekaan melawan penjajah. 2. Tekad bangsa Indonesia untuk merdeka( pernyataan subyektif ) dan tekad untuk berdiri di barisan yang paling depan untuk menentang dan menghapus penjajahan diatas dunia. 3.Pengungkapan suatu dalail obyektif , yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan perikeadilan, oleh karena itu penjajahan harus ditentang dan dihapuskan karena kemerdekaan itu merupakan hak asasi setiap manusia ( bangsa ) di dunia. 4. Menugaskan kepada bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa.
Alinea Kedua Alinea Kedua berbunyi “ Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “
Makna yang terkandung dalam alinea kedua adalah : 1. Bahwa kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia dicapai dengan perjuangan pergerakan bangsa Indonesia dan bukan merupakan hadiah dari penjajah.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
51
2. Bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentukan untuk menyatakan kemerdekaan . 3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi untuk mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur yang tidak lain merupkan citaa-cita bangsa Indonesia
Alinea Ketiga Alinea ketiga berbunyi, “ Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas , maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Makna yang terkandung dalam alinea ketiga ini : 1. motivasi spiritual yang luhur, bahwa kemerdekaan bangsa kita adalah berkat rakhmat Tuhan 2. Keinginan yang didambakan oleh oleh segenap bangsa Indonesia untuk hidup yang berkeseimbangan, antara kehidupan material dan spiritual, kehidupan duania dan akherat 3. Pengukuhan kembali proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Alinea Keempat Alinea keempat berbunyi “ Kemudian daripada itu untuk membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh umpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social , maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dn beradab, persatuan Indonesia , dan kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan , serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia “
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
52
Makna yang terkandung dalam alinea ini adalah : 1. Tujuan sekaligus fungsi negara Indonesia, yaitu ; a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. b. memajukan kesejahteraan umum c. mencerdaskan kehidupan bangsa d.Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2. Susunan/bentuk negara yaitu Republik 3. Sistem pemerintahan negara yaitu berkedaulatan rakyat ( demokrasi ) 4. Dasar negara yaitu Pancasila.
Selain terkandung makna yang sangat dalam , Pembukaan UUD 1945 juga mengandung empat pokok pikiran yaitu :
1. Pokok pikiran pertama, “ Negara – begitu bunyinya – melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indoenesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “ dalam pokok pikiran ini terjabar makna : a. Dalam Pembukaan UUD 1945 ini diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi
segenap bangsa seluruhnya. Jadi
negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. b. Negara berdasar atas aliran pikiran ( Staatsidee ) negara yang integralistik.
2. Pokok pikiran kedua
: “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia “. Makna dari pokok pikiran kedua ini adalah : a. Adanya kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam kehidupan masyarakat. b. Negara berkewajiban mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
53
3. Pokok pikiran ketiga: “ Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atsa kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan “. Pokok pikiran ini mengandung makna : a. Negara Indonesia harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasar atas permusyawaratan/perwakilan. b. Bahwa denagn pokok pikiran ini berarti kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar.
4. Pokok pikiran keempat : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab” Terkandung makna : a. Pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara berkewajiban utnuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur .
2. Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dan pasalpasal UUD 1945.
Pembukaan
Undang-Undang
Dasar1945
menciptakan
pokok-pokok
pikirannya dalan bantang tubuh ( pasal-pasal ) UUD1945. Oleh katena itu terdapat hubungan yang erat antara Pancasila, Proklamasi, Pembukaan UUD 1945 dan Batang tubuh UUD 1945. Adapun pokok-pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 yang terciptakan dan terjelma dalam batang tubuh UUD adalah sebagai berikut : A. Pokok pikiran pertama, terjelma dalam pasal 1 ayat (1), pasal 35, dan pasal 36 B. Pokok pikiran kedua, diciptakan dalam pasal-pasal ; 27,28,29,30,31,32,33,dan 34. C. Pokok pikiran ketiga diciptakan dalam pasal-pasal : 1 ayat (2), 2 , 3 dan 37. D. Pokok pikiran keempat diciptakan dalam pasal-pasal :27 sampai dengan pasal 34.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
54
C. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Berdasarkan UUD 1945
Sebagaimana dijelaskan didepan bahwa UUD merupakan hukum dasar yang tertinggi dan tertulis yang memuat kerangka susunan negara dan sistem pemerintahannya, maka untuk melihat system ketatanegaraan suatu negara bisa dilihat dari UUD negara yang bersangkutan. Oleh karena i tu untuk melihat sistem ketatanegaraan Negara Republik Indonesia kita akan melihatnya dari UUD 1945. Dalam Pasal II Aturan Tambahan UUD 1945 yang sudah diamandemen ditentukan bahwa “ Dengan ditetapkannya perubahan UUD ini, UUD 1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal”. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental akan menjiwai keseluruhan pasal-pasal dari UUD 1945. Pasal-pasal UUD 1945 sebagai batang tubuhnya UUD merupakan penjabaran lebih lanjut dari pembukaan UUD 1945. UUD 1945 yang terdiri dari 37 pasal (sebagian pasalnya telah diadakan perubahan dan penambahan oleh MPR ) ditambah dengan 3 pasal Aturan Peralihan ( awalnya 4 pasal Aturan Peralihan ) dan 2 pasal Aturan tambahan ( awalnya 2 ayat Aturan Tambahan ) disamping mengandung semangat dan merupakan perwujudandari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaann UUD 1945 juga merupakan rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Materi pasal-pasal UUD 1945 pada dasarnya dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu 1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistem pemerintahan negara , didalamnya termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas, wewenang dan saling hubungan dari kelembagaan negara ( pasal 1 – pasal 25 ) 2. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan hubungan antara negara dengan warga negara dan penduduknya dan konsepsi negara di berbagai aspek kehidupan yaitu politik, ekonomi, social budaya, dan hankam serta kearah mana negara , bangsa dan rakyat Indonesia akan bergerak mencapai cita-cita nasionalnya.
Bagian
pertama
dari
materi
UUD
1945
mengatur
tentang
sistem
pemerintahan negara yang diuraikan dalam tujuh kunci pokok sistem
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
55
pemerintahan
negara
dan
lembaga-lembaga
negara
telah
mengalami
perubahan yang sangat mendasar. Bagaimana perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara RI
Sistem pemerintahan negara RI sebagaimana diatur dalam UUD 1945 ditegaskan dalam tujuh kunci pokok system pemerintahan negara sebagai berikut : a. Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan atas Hukum ( Rechtsstaat )
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan ini mengandung arti bahwa negara termasuk didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya dalam melaksanakan
tindakannya
harus
dilandasi
oleh
hukum
atau
dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Pengertian negara hukum menurut UUD 1945 adalah negara hukum dalam ari yang luas yaitu negara hukum dalam arti material yaitu negara yang bukan hanya melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia ( negara hukum dalam arti formal ), tetapi juga harus memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu setiap tindakan negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan, yaitu kegunaannya (doelmatigheid) dan dasar hukumnya (rechtmatigheid). Sebagai negara hukum Indonesia haruslah pula memiliki ciri-ciri negara hukum yang sudah berlaku umum bagi negara yang berdasarkan hukum yaitu : 1.
Adanya pengakuan dan jaminan akan hak asasi manusia
2.
Adanya asas legalitas
3.
Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak.
b. Sistem Konstitusional
Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi ( hukum dasaar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem konstitusional menegaskan bahwa cara pengendalian pemerintahan negara yang dibatasi oleh ketentuan konstitusi dan sekaligus perundang-undangan lainnya sebagai produk konstitusi seperti Ketetapan MPR, Undang-undang dan peraturan lainnya.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
56
c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
Sebelum amandemen UUD 1945 , pasal 1 ayat 2 menegaskan bahwa “Kedaulatan
adalah
ditangan
rakyat
dan
dilaksanakan
oleh
Majelis
Permusyawaratan Rakyat “ dan selanjutnya dalam penjelasan UUD 1945 dijelaskan ‘ kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan , bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia ( Vertretungorgatan des willens des staatsvolkes ). Majelis ini menetapkan UUD dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Majelis ini mengangkat Keoala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis inilah yang memegang kekuasaan yang tertinggi , sedangkan Presiden harus menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh Majelis. Presiden yang diangkat oleh Majelis tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis (Mandataris) . Presiden wajib menjalankan putusan-putusan Majelis, dan “tidak neben” akan tetapi “untergeordnet” kepada Majelis . Setelah amandemen UUD 1945 kekuasaan yang tertinggi ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD ( Pasal 1 ayat 2 ). Dari ketentuan ini terlihat bahwa sebagai negara yang berkedaulatan rakyat ( demokrasi ) maka rakyatlah
yang
memegang
kekuasaan
yang
tertinggi,
namun
dalam
pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang terdapat dalam UUD. Dengan amandemen UUD ini telah terjadi reformasi kekuasaan yang tertinggi dan juga reformasi kelembagaan negara. MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen tahun 2002 hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD , melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta memberhentikan Presiden/Wakil Presiden sesuai masa jabatannya atau jikalau melanggar konstitusi. Oleh karena itu sekarang Presiden bersifat “neben” bukan “Untergeordnet” karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara Tertinggi di Samping MPR dan DPR
Sebelum amandemen UUD 1945 kekuasaan Presiden dijelaskan sebagai berikut “ Dibawah MPR, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
57
yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah di tangan Presiden (Concentration of power and responsibility upon the Presiden).” Berdasarkan
hasil
amandemen
UUD
1945
,
Presiden
merupakan
penyelenggara pemerintahan negara tertinggi disamping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat, dan bukan lagi mandataris MPR.
e. Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR.
Sistem ini sebelum UUD 1945 diamandemen dijelaskan dalam Penjelasan UUD 1945, namun dalam UUD 1945 seteah diamandemen juga memiliki isi yang sama, sebagai berikut : “ Disamping Presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapat persetujuan DPR untuk membentuk Undang Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat 1 dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara (Staatsbegrooting) sesuai dengan pasal 23. Oleh karena itu Presiden harus bekerjasama dengan Dewan, akan tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan , artinya kedudukan Presiden tidak tergantung kepada Dewan.
f. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara Tidak Bertanggung Jawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menterimenteri negara (pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen), Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara (pasal 17 ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen 2002). Menteri-menteri negara itu tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Kedudukannya tidak tergantung kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
g. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas.
Menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 , Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (pasal 6A ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen 2002). Dengan demikian dalam system kekuasaan kelembagaan negara Presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
58
sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya jika Presiden melanggar UU maupun UUD , maka MPR dapat melakukan impeachment. Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR maupun MPR ia bukanlah Diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas .
2. Kelembagaan Negara.
Kelembagaan negara secara konstitusional diatur dalam UUD 1945 baik sebelum maupun sesudah dilakukan amandemen. Sebelum UUD 1945 diamandemen lembaga-lembaga negara terdiri dari Lembaga Tertinggi yaitu MPR dan Lembaga Tinggi Negara yang terdiri dari Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Pertimbangan Agung (DPA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Mahkamah Agung (MA). Berdasarkan perubahan UUD 1945 yang sudah diamandemen sebanyak 4 kali yaitu ; •
Amandemen pertama disahkan tanggal 19 Oktober 1999
•
Amandemen kedua disahkan tanggal 18 Agustus 2000
•
Amandemen ketiga disahkan tanggal 10 Nopember 2001
•
Amandemen keempat disahkan tanggal 10 Agustus 2002
tidak mengenal lagi lembaga tertinggi dan tinggi negara, melainkan lembaga kekuasaan negara yang terdiri atas : Lembaga Legislatif, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Lembaga Eksekutif, yaitu Presiden dan Wakil Presiden, Lembaga Yudikatif yang memegang kekuasaan kehakiman, terdiri atas Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi Yudisial (KY),
Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Dalam pasal 2 UUD 1945 disebutkan bahwa MPR terdiri atas anggotaanggota Dewan Perakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui Pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Sedangkan sebelum UUD 1945 diamandemen keanggotaan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
59
MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah dengan Utusan Daerah dan Utusan Golongan. Adapun mengenai kewenangan MPR juga mengalami perubahan , karena MPR bukan lagi merupakan lembaga tertinggi negara, kewenangan MPR antara lain; 1. MPR mengubah dan menetapkan UUD (pasal 3 ayat (1)) 2. MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden (pasal 3 ayat(2)) 3. MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD ( pasal 3 ayat(3)) Dalam hukum tata negara kewenangan MPR yang ketiga dikenal dengan istilah impeachment . Sebelum UUD 1945 diamandemen kekuasaan MPR terdiri dari; Menetapkan UUD, menetapkan GBHN dan Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Lembaga legislatif ini adalah
lembaga yang ditetapkan untuk membuat
peraturan perundang-undangan (pasal 20 ayat (1)) yang disebut dengan undang-undang. Selain itu Dewan Perwakilan Rakyat juga memiliki fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Untuk menjamin pelaksanaan fungsi/tugasnya tersebut DPR mempunyai hak dan kewajiban. Hak-hak DPR antara lain : 1. Hak untuk mengajukan pertanyaan agi setiap anggota (hak petisi) 2. Hak untuk menyetujui atau menetapkan APBN (hak budget) 3. Hak untuk meminta keterangan, terutama kepada eksekutif (hak interpelasi) 4. Hak untuk mengadakan perubahan (hak amandemen) 5. Hak untuk mengajukan pernyataan pendapat 6. Hak untuk mengadakan penyelidikan (hak angket) 7. Hak untuk mengajukan rancangan undang-undang (hak inisiatif) 8. Hak untuk menyampaikan usul dan pendapat 9. Hak kekebalan (imunitas)
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
60
Sedangkan kewajiban-kewajiban DPR adalah : 1. Mempertahankan, mengamakan dan mengamankan Pancasila dan UUD 1945 2. Menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekwen Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 3. Bersama-sama pihak eksekutif menyusun APBN 4. Memperhatikan sepenuhnya aspirasi masyarakat dan memajukan tingkat kehidupan rakyat.
Dalam rangka pelaksanaan tugas DPR mempunyai alat-alat kelengkapan kerja sbb; 1. Pimpinan DPR, terdiri dari seorang ketua dan beberapa orang wakil ketua yang dipilih antara anggota DPR, dengan cara pemilihan yang diatur dalam peraturan tat tertib DPR 2. Fraksi-Fraksi 3. Komisi-komisi 4. Badan Musyawarah 5. Badan Urusan Rumah Tangga 6. Badan Kerjasama antar parlemen 7. Panitia-panitia khusus
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Anggota DPD dipilih dari setiap propinsi melalui pemilihan umum pasal 22 C(1). Anggota DPD dari setiap propinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota DPD itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. Tugas DPD ini adalah mengajukan kepada DPR rancangan undangundang yang berkaitan dengan ; Otonomi Daerah, Hubungan Pusat dan Daerah,
Pembentukan
dan
Pemekaran
serta
Penggabungan
Daerah,
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Sumber daya Ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah ( pasal 22 D (1)). Selain itu juga ikut membahas RUU yang berkaitan dengan Otonomi Daerah , Hubungan Pusat dan Daerah, Pembentukan dan Pemekaran serta
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
61
Penggabungan Daerah, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Sumber daya Ekonomi lainnya. (pasal 22 D (2)) dan dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU otonomi, Hubungan Pusat dan Daerah, Pembentukan dan Pemekaran serta Penggabungan Daerah, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Sumber daya Ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti ( pasal 22 D (3)).
4. Presiden
Wewenang dan kekuasaan Presiden Republik Indonesia dapat dibagi dua yaitu selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Cara membedakannya , kapan sebagai Kepala negara dan Kepala Pemerintahan adalah sebagai berikut : “ tugas dan tanggungjawab sebagai kepala negara meliputi hal-hal yang bersifat seremonial dan protokoler kenegaraan, jadi mirip dengan kewenangan para Raja/Kaisar dan Ratu pada berbagai negara lain Kekuasaan dan kewenangan Kepala Negara tersebut meliputi : 1. Membuat perjanjian dengan negara lain 2. Mengadakan perdamaian dengan negara lain 3. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya 4. Mengumumkan perang terhadap negara lain 5. Mengangkat, melantik dan memberhentikan duta serta konsul untuk negara lain 6. Menerima surat kepercayaan dari negara lain melalui duta dan konsul dari negara lain 7. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan tingkat nasional 8. Menguasai AD, AL dan AU serta Kepolisian Sedangkan kekuasaan dan
kewenangan
Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan adalah karena fungsinya sebagai penyelenggara
tugas
eksekutif yang meliputi : 1. Memimpin kabinet 2. Mengangkat dan Melantik Menteri-menteri 3. Mengawasi operasional pembangunan
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
62
Disamping itu karena di dalam UUD tidak menganut ajaran pemisahan kekuasaan (Trias Politica) dari Montesquieu, melainkan menganut ajaran pembagian kekuasaan oleh karena itu Presiden juga mempunyai kekuasaan sebagai berikut : 1. Di bidang legisltif, a. Membuat RUU yang diajukan kepada DPR (pasal 5 ayat (1)) b. Menetapkan Perpu (pasal 22 ayat (1)) c. Menetapkan PP untuk menjalankan UU (pasal 5 ayat(2)) 2. Di Bidang Yudikatif, a. Memberikan Grasi, Amnesti, Abolisi dan Rehabilitasi
5. Mahkamah Agung (MA)
Pasal 24 ayat (2) menentukan “ Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawah dalam lingkungan peradilan umum, Agama, Militer, Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi” Di Dalam pasal 11 Tap MPR RI No. III/MPR/1978 ditentukan bahwa kedudukan , fungsi da wewenang MA adalah : 1. MA adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang dalam menjalankan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya 2. MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum baik diminta maupun tidak kepada lembaga tinggi negara lainnya 3. MA memberikan nasehat hokum kepada Presiden/Kepala Negara untuk pemberian atau penolakan Grasi 4. MA mempunyai wewenag menguji secara materiil hanya terhadap peraturan-peraturan perundangan di bawah Undang-undang.
6. Mahkamah Konstitusi (MK)
Pasal 24 C (1) menyatakan bahwa “ Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat finaluntuk menguji undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
63
kewenangan lembaga negara yang kewenangannnya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran Parpol, dan memutus tentang hasi l pemilihan umum. Pasal 24 C (2) menentukan bahwa “ Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelangggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.
7. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Pasal 23 E (1) dinyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan Negara , dimana hasil pemeriksaan keuagan negara ini akan diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya (pasal 23 E (2)). BPK ini kedudukannya terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah, karena apabila tunduk kepada pemerinah , badan ini tidak akan dapat melaksanakan tugasnya yang berat, namun sebaliknya pula badan ini juga bukan badan yang berdiri diatas pemerintah. Oleh karena itu kekuasaan dan kewajiban badan ini ditetapkan dengan UU. Dengan demikian BPK merupakan lembaga tinggi negara dengan tugas khusus untuk memeriksa anggung Jawab pemerintahdakam meggunakan keuangan yang telah disetujui DPR, yang diperiksa ialah semua pelaksanaan APBN, anggaran BUMN dan hasil-hasilnya akan disampaikan kepada DPR guna dipakai sebagai bahan penilaian atau pengawasan dan bahan dalam pembahasan APBN tahun berikutnya.
D. Hak Asasi manusia.
Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia berjalan secara perlahan dan beraneka ragam, antara lai dapat disebut Magna Charta (1215), Bill of Rights (1689) di Inggris. Dalam abad ke 18 timbul ajaran yang menyatakan bahwa kekuasaan raja dapat dibatasi oleh hak warga negara yang utama adalah hak kemerdekaan yang ada pada setiap warga negara, sedangkan kekuasaan raja adalah nomor dua, karena bertugas untu melindungi hak kebebasan warga nrgaranya.
Ajaran
ini
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
memberi
semangat
terhadap
“Declaration
of
64
Independence of the United States” tahun (1776). Perkembangan di Amerika itu mempengaruhi “ Declaration des Drits de l’Homme et du Citoyen (1789) di Perancis yang menyatakan bahwa semua manusia lahir bebar dan tetaap tinggal bebas dengan hak sama. Puncak kesadaran akan hak asasi manusia terdapat dalam piagam,” United Declaration of Human Rigts” (1948) Istilah hak asasi manusia tidak terdapat dalam UUD sebelum diamandemen sedangkan setelah UUD di amandemen ketentuan tentang hak asasi manusia tercantum dalam Bab XA yang terdiri dari 10 pasal (Pasal 28A-28 J) sedangkan dalam UU Nomor 39 tahun 1999 dinyatakan bahwa, “Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan kodrat manusia sebagai
mkhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi oleh negara, hukum, pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
65
BAB VII
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA.
Setelah mempelajari Bab ini mahasisswa diharapkan dapat : • • • •
Memahami pengertian Paradigma Mengetahui Pancasila sebagai Paradigma pembangunan Menjelaskan Pancasila sebagai paradigma Reformasi Memahami Aktualisai Pancasila
A. Pengertian Paradigma
Istilah Paradigma menurut Kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990) memiliki beberapa pengertian Yaitu (1) daftar semua pembentukan kata, (2) model dalam teori ilmu pengetahuan, (3) kerangka berpikir. Dalam konteks ini pengertian paradigma adalah pengertian kedua dan ketiga khususnya yang ketiga, yaitu kerangka berpikir (Syahrial Syarbaini 2002). Secara terminologis (istilah), tokoh yang mengembangkan istilah paradigma sebagai ilmu pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas S.Khun. Pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsiasumsi teoritis yang umum, sehingga merupakan sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri (Khaelan 2000). Istilah itu berkembang kepada bidang-bidang kehidupan lainnya, sehingga menjadi terminologi dari suatu perkembangan dan pembangunan yang mengandung konotasi pengertian : 1. kerangka berpikir 2. sumber nilai, dan 3. orientasi arah.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
66
B. Pancasila sebagai Paradigma pembangunan Nasional
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan dalam meningkatkan harkat dan mertabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut : “ melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
“, hal ini
menjadi tujuan negara hukum formal. Adapun rumusan “dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “, hal ini tergolong dalam pengertian negara hukum material,baik tujuan hukum formal maupun tujuan hukum material di atas sebagai manifestasi (perwujudan) tujuan khusus atau nasional. Selain tujuan nasional ada tujuan internasional atau tujuan umum, “dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Hal ini diwujudkan dalam tata pergaulan internasional. Secara
filosofis
hakikat
kedudukan
Pancasila
sebagai
paradigma
pembangunan nasional mengandung konskuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada manusia sebagai subjek pendukung pokon sila-sila Pancasila sekaligus pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah organisasi (pesekutuan hidup) manusia. Oleh karena itu negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “ monopluralis”. Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis”
meliputi susunan kodrat manusia, rokhani
(jiwa) dan jasmani (raga). Sifat kodrat manusia mahluk individu dan mahluk sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai mahluk mahluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan negara, maka pembangunan haruslah mendasarkan
pada
paradigma
hakikat
manusia
“monopluralis”tsb.
Konskuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam segala bidang
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
67
untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa (rokhani) yang mencakup akal, rasa dan kehendak, aspek raga (jasmani), aspek individu, aspek mahluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan Ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya dijabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antra lai; politik, ekonomi, hukum pendidikan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang kehidupan agama.
1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek
Dalam upaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Iptek sebenarnya merupakan suatu hasil kreativitas rokhani manusia. Unsur jiwa (rokhani) manusia meliputi aspek akal, rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetika, dan kehendak dalam bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan Iptek dalam rangka mengelola kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh kerena itu tujuan yang esensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia. Dalam masalah ini Pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya merupakan satu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam pengembangan Iptek. Sila Ketuhanan yang maha Esa mengimplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dan irasional, antara akal , jasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini Iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan. Sila ini menempatkan manusia dialam semesta, bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya (T.Jacob. 1986).
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
68
Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek haruslah bersifat beradab/berbudi pekerti/sopan santun. Iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral/beretika. Oleh karena itu pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat/kebenaran tujuan demi kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan untuk kesombongan, keserakahan dan kecongkakan manusia namun harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia. Sila Persatuan Indonesia memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan Iptek, dengan Iptek
persatuan
dan
kesatuan
bangsa
dapat
terwujud
dan
terpelihara,
persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari faktor kemajuan Iptek. Oleh sebab itu Iptek harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia dengan masyarakat internasional. Sila
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan. Prinsip demokrasi sebagai jiwa sila keempat ini dapat
mendasari
pikiran
manusia
secara
bebas
untuk
mengkaji
dan
mengmbangkan Iptek. Seorang ilmuwan harus pula memiliki sikap menghormati terhadap hasil pemikiran orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari pemikirannya. Penemuan Iptek yang telah diuji kebenarannya harus dapat dipersembahkan kepada kepentingan rakyat banyak. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemajuan Iptek harus dapat menjaga keseimbangan dalam kehidupan manusia, yaitu keseimbangan hubungan antara manusia dengan saesamanya, hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya, hubungan antara manusia dengan lingkungan dimana mereka berada (T.Jacob 1986).
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
69
2.
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi,Sosial-Budaya, Pertahanan dan Keamanan (Ipoleksosbudhankam). a. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi.
Dalam pengembangan Panacasila sebagai pengembangan ideologi harus memandang sebagai ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda perubahan dan perkembangan jaman. Untuk itu kita harus memperhatikan peranan dan kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti berikut ini :
1). Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Nilai-nilai dasar dalam Ideologi Pancasila dirumuskan dalam UUD 1945 untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hukum, politik, ekonomi, sosial budaya, hankam dsb.nya. Nilai dasar ini tidak berubah dengan gampang, sedangkan penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional dapat berkembang secara kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan amandemen dan GBHN. Nilai dasar tidak mudah berubah kerena merupakan tolok ukur stabilitas dan dinamika, untuk pasal 37 UUD 1945.
2). Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)
Konsep negara (staatsidee) bangsa Indonesia dapat kita rangkum dari pokok pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945.
Negara adalah keadaan kehidupan berkelompoknya bangsa Indonesia yang : 1) atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa, 2) dan didorongkan oleh keinginan luhur bangsa, untuk 3) berkehidupan yang bebas, dalam arti, 4) merdeka, berdaulat, bersatu adil dan makmur, 5) berdasarkan pancasila.
Dengan adanya unsur pertama menjadi jelas bahwa kita di dalam bernegara tidak akan sekuler. Dengan adanya unsur kedua kita di dalam bernegara tidak merupakan negara agama melainkan berwawasan kebangsaan (didorong oleh
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
70
keinginan luhur bangsa). Sedangkan unsur berikutnya menjelaskan wawasan kebangsaann
tersebut.
Oleh
karena
itu
wawasan
kebangsaan
Indonesia/nasionalisme Indonesia ialah berkebangsaan yang bebas yaitu merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur (Padmo wahyono, 1991-31-32). Pancasila dijadikan platform (wadah) kehidupan berbangsa bagi bangsa Indonesia yang sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.
b. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
Landasan : Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar Pasal 1 yat 2 (UUD 1945). Oleh karena itu perlu menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntutan reformasi dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945. Meningkatkan peran MPR dan DPR, dan lembaga tinggi negara lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggungjawab. Kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam usaha membangun kehidupan politik, Maka beberapa unsur yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sbb. :
1) Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis dan terbuka. 2) Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat 3) Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang demokratis 4) Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.
Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah sbb. : 1) Demokrasi sebagai sistem pemerintahan, meliputi rakyat sebagai pendukung kekuasaan dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Dukungan rakyat kepada pemerintah dapat menjadikan pemerintah membuat kebijakan yang dapat dipercayai rakyat untuk membawa kesejahteraan kepadanaya.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
71
2) Demokrasi sebagai kebudayaan politik. Dalam masyarakat yang sedang membangun harus melaksanakan perubahan melalui proses dari budaya tradisiaonal kepada cara berpikir rasional objektif yang dapat memperkuat kemandirian bagi setiap warga negara. Kesetaraan dan persamaan hak yang disadari
oleh
setiap
warga
negara
merupakan
keberhasilan
proses
demokratisasi. 3) Demokrasi sebagai struktur organisasi. Badan-badan dalam pemerintahan demokrasi harus dapat melaksanakan fungsi dan peranannya seperti : organisasi masyarakat, partai politik, DPR, pemerintah / eksekutif, (birokrasi ) atau liku-liku cara kerja pemerintah yang serba diatur) dan peradilan. Keberhasilan proses demokratisasi sangat ditentukan oleh kseimbangan dari pranan dan kedudukan badan-badan tsb. Dalam posisi yang seimbang setiap badan tsb. dapat saling mengontrol satu badan dengan badan yang lainnya.
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan berhasil kalau didukung oleh demokrasi sebagai budaya politik yang rasional objektif. Hak asasi manusia harus dilaksanakan secara kontekstual sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam kesetaraan dan keseimbangan peranan lembaga-lembaga demokrasi.
c. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
Dalam dunia ilmu ekonomi dapat dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas daras moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan. Sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah kepada persaingan bebas dan akhirnya yang kuatlah yang menang. Hal ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18 yang menumbuhkan ekonomi kapitalis. Atas dasar kenyataan objektif ini maka di Eropah pada awal abad ke-19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan
ekonomo
tersebut
yaitu
sosialisme
komunisme
yang
memperjuangkan nasib kaum proletar (buruh) yang ditindas oleh kaum kapitalis. Oleh klarena itu penting dan mendesak untuk dikembangkan sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas humanistic (ekonomi yang berkemanusiaan).
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
72
Atas dasar tersebut maka Mubyarto kemudian mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan ( Mubyarto 1999). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah intuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera, sehingga kita harus menghindarkan diri dari pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada persaingan bebas, monopoli dll.nya yang menimbulkan penindasan/penghisapan atas manusia satu dengan yang lainnya.
d. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya
Dalam pembangunan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Rumusan yang terdapat dalam sila kedua Pancasila yaitu “ Kemanusiaan yang adil dan beradab “ . Dalam rangka pengembangan sosial budaya Pancasila mereupakan sumber normatif bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya. Pancasila dapat menjadi kerangka refrensi identifikasi diri kalau Pancasila semakin credible/dapat dipercaya yaitu bahwa masyarakat mengalami secara nyata realisasi dari prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Usaha yang dilakukan melalui cara-cara : a) dihormati martabatnya/derajatnya sebagai manusia , b) diperlakukan secara manusiawi, c) mangalami solidaritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya kesenjangan ekonomi dan budaya, d) memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik, e) merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
73
e. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hankam
Negara pada hakikatnya merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh karena itu sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Atas dasar pengertian ini maka keamanan dan ketertiban merupakan syarat mutlak tercapainya kesejahteraan warga negara. Demi tegaknya integritas seluruh masyarakat negara diperlukan pertahanana negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan negara dan aparat penegak hukum negara. Pancasila sebagai dasar negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara. Pertahanan dan keamanan negara bukanlah hanya untuk sekelompok warga atau sekelompok politik tertentu sehingga berakibat negara menjadi totaliter dan otoriter. Oleh karena itu pertahanan dan keamanan negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.Pertahanan dan keamanana negara harus mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia. Pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat ( keadilan sosial) agar benar-benar negara meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara hukum dan bukan negara kekuasaan.
f. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Kehidupan Beragama
Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara Indonesia terjadi konflik social yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber pada masalah agama. Hal ini menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan beragama yang tidak berprikemanusiaan. Tragedi di Ambon, Kupang, Poso, Medan, Mataram serta daerah-daerah lainnya menunjukkan betapa semakin lemahnya toleransi kehidupan beragama yang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada pokok pikiran IV dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa “ Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa atas
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
74
dasar kemanusiaan yang adai dan beradab ”, hal ini menunjukkan bahwa kehidupan bernegara
mendasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Negara
memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama serta menjalankan ibadah susuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing ( menjamin demokrasi di bidang agama). Kehidupan beragama dalam negara Indonesia dewasa ini harus dikembangkan kearah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
g. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Pengertian Reformasi
Reformasi berarti menata kembali kehidupan bangsa dan negara dalam suatu sitem negara di bawah nilai-nilai Pancasila. Betapapun perubahan dan reformasi dilakukan, namun bangsa Indonesia tidak akan menghancurkan nilai religiusnya, nilai kemanusiaannya, nilai persatuannya, nilai kerakyatan serta nilai keadilannya. Pada hakikatnya reformasi itu sendiri adalah mengembalikan tatanan kenegaraan kearah sumber nilai yang merupakan platform/tempat/wadah kehidupan bersama bangsa Indonesia, yang selama ini diselewengkan demi kekuasaan sekelompok orang baik pada masa orde lama maupun orde baru.
Reformasi dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering disebut dengan reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumber nilai itu sendiri yaitu Pancasila, karena reformasi itu hasus memiliki tujuan yang jelas, dasar, cita-cita, serta platform yang jelas bagi bangsa Indonesia dan nilai-nilai Pancasila itulah yang merupakan paradigma reformasi total tersebut.
Gerakan Reformasi.
Pelaksanaan GBHN pada PJP II Pelita VII, bangsa Indonesia menghadapi dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia tenggara khususnya Indonesia, sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
75
Praktek-praktek
pemerintah
di
bawah
orde
baru
hanya
membawa
kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk, sistem ekonomi menjadi sistem kapitalis dimana kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya berada pada sebagian kecil pengusaha dan konglomerat. Praktek KKN pada hampir semua instansi serta penyalahguaan wewenang para pejabat dan pelaksana pemerintah negara membawa rakyat semakin menderita. MPR dan DPR tidak berfungsi karena sendi-sendi demokrasi terjangkiti penyakit nepotesme. Pancasila yang seharusnya sebagai sumber nilai, dasar moral bagi negara dan aparat pelaksana negara dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi politik.
Semua kebijaksanaan
dan tindakan penguasa
mengatasnamakan
Pancasila bahkan kebijaksanaan dan tindakan yang bertentangan sekalipun diistilahkan sebagai pelaksanaan Pancasila yang murni dan konsekuen. Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional sehingga timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masayarakat
sebagai gerakan moral politik yang menuntut
adanya reformasi di segala bidang terutama bidang politik, ekonomi dan hukum. Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden Prof.DR. BJ. Habibie menggantikan kedudukan Presiden Soeharto. Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi secara menyeluruh terutama pengubahan 5 paket undang-undang politik tahun 1985. Kemudian diikuti dengan reformasi Ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum sehingga perlu diwujudkan UU. Anti Monopoli, UU. Persaingan Sehat, UU. Kepailitan, UU. Usaha Kecil, UU. Bank Sentral, UU.Perlindungan Konsumen, UU. Perlindungan Buruh dan lain sebagainya. Yang lebih mendasar lagi reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi negara yaitu pada susunan DPR. Dan MPR yang dilakukan melalui pemilu secepatnya dan diawali dengan pengubahan : 1. UU.tentang
susduk.
MPR,
DPR
dan
DPRD.
(
UU.
No16/1969,
jo.UU.No.5/1975 dan UU.No.2/1985) 2. UU.Partai Politik dan Golkar. ( UU.No.3/1975, jo.UU.No.3/1985 ).
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
76
3. UU.tentang Pemilu. ( UU.No.16/1969, jo.UU.No.4/1974, UU.No.2/1980 dan UU.No.1/1985. Reformasi terhadap UU.politik tersebut di atas harus dapat mewujudkan iklim politik yang demokratis sesuai dengan amanat pasal 1 ayat 2 UUD.1945 yaitu kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh MPR.
Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila.
Gerakan reformasi sering tidak sesuai dengan makna rerormasi hal ini terbukti dengan maraknya gerakan masyarakat dengan mengatasnamakan gerakan reformasi misalnya pemaksaan kehendak dengan menduduki kantor suatu instansi / lembaga baik negeri maupun suwasta, memaksa untuk mengganti pejabat dalam suatu instansi, melakukan pengerusakan, termasuk mengerahkan masyarakat dengan membakar took-toko serta pusat-pusat kegiatan ekonomi lainnya. Makna reformasi secara etimologi berasal dari kata reformation dengan akar kata reform yang berarti membentuk kembali atau menata kembali. Secara harfiah reformasi mempunyai makna “ suatu gerakan untuk memformat ulang/menata ulang hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format/ bentuknya semula sesuai dengan nilai-nilai ideal atau yang dicitacitakan rakyat.
Syarat-sarat gerakan reformasi : 1. Dilakukan karena adanya penyimpangan-penyimpangan oleh rezim/penguasa sebelumnya. 2. Merupakan
gerakan
untuk
mengembalikan
kepada
dasar
nilai-nilai
sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. 3. Mengembalikan pada dasar serta sistem negara demokrasi, yaitu bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh MPR. 4. Dilakukan kearah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih baik. 5. Dilakukan dengans dasar moral dan etik sebagai manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
77
Pancasila Sebagai Dasar Cita-cita Reformasi.
Pancasila sebagai dasar filsafat dan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah nampaknya tidak diletakkan dalam kedudukan dan fungsi yang sebenarnya, seperti pada masa Orla dengan konsep Nasakom, Presiden seumur hidup,serta praktek-praktek kekuasaan diktator pada masa Orde Baru (Orba) Pancasila dipergunakan sebagai alat legitimasi politik. Asas
kekeluargaan
sebagaimana
terkandung
dalam
nilai
Pancasila
disalahgunakan menjadi praktek nepotisme (tindakan mementingkan sanak saudara) sehingga merajalela praktek KKN. Oleh karena itu maka gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan ideology negara, sehingga tidak menyebabkan disintregasi, anarkisme dan brutalisme. Oleh karena itu maka reformasi harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum
Peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru salah satu subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum. Produk hukum baik meteri maupun penegakannya dirasakan semakin menjauh dari nilainilai kemanusiaan, kerakyatan dan keadilan. Oleh kerena kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam berbagai bidang misalnya politik, ekonomi dan bidang-bidang lainnya maka bangsa Indonesia ingin melakukan suatu reformasi (menata kembali subsistem yang mengalami kerusakan tsb.), dengan syarat harus memiliki dasar dan sumber nilai yang jelas yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Pancasila Sebagai Sumber Nilai Perubahan Hukum .
Dasar fundamental atau pokok kaidah fundamental yang sering disebut “ staatsfundamentalnorm” intinya tiada lain adalah Pancasila. Maka Pancasila merupakan cita-cita hukum kerangka berfikir, sumber nilai serta sumber arah penyusunan hukum positif di Indonesia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
78
Dalam pengertian inilah maka Pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam kaitannya dengan berbagai macam upaya perubahan hukum atau Pancasila harus merupakan paradigma dalam suatu pembaharuan
hukum.
Sebagai paradigma dalam pembaharuan tatanan hukum, Pancasila itu dapat dipandang
sebagai
cita-cita
hukum
yang
berkedudukan
sebagai
staatsfundamentalnorm. Pancasila sebagai sumber hukum dimana sumber hukum ada 2 yaitu 1)sumber hukum formal adalah sumber hukum ditinjau dari segi bentuknya dan tatacara penyusunan hukum yang mengikat komunitasnya misalnya UU, Permen, Perda dllnya. 2) sumber hukum material yaitu suatu sumber hukum yang menentukan meteri atau isi suatu norma hukum. Dengan demikian Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan perundang-undangan Indonesia yang tersusun secara hierarkhis.. Selain sumber nilai yang terkandung dalam Pancasila, reformasi dan pembaharuan hukum yang harus bersumber pada kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirsi-aspirasi yang dikehendakinya. Suatu perubahan serta pengembangan secara ilmiah harus mempertimbangkan 3 unsur yaitu (1) nilai, (2) norma dan (3) fakta. Oleh kerena itu dalam reformasi hukum dewasa ini selain Pancasila sebagai paradigma pembaharuan hukum yang merupakan sumber norma dan sumber nilai, terdapat juga unsur pokok yang penting adalah kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat. Oleh kerena masyarakat bersifat dinamis beik menyangkut aspirasinya, kemajuan peradaban serta kemajuan Ipteks, maka perubahan dan pembaharuan hukum harus mampu mengakomudasikannya dalam norma-norma hukum selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai hakiki yang terkandung dalamPancasila.
Dasar Yuridis reformasi Hukum.
Berdasarkan isi yang terkandung dalam penjelasan dalam pembukaan UUD 1945 menciptakan pokok-pokok pikiran yang dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 secara normasif. Pokok-pokok pikiran tsb. merupakan suasana kebatinan dari UUD 1945 dan merupakan cita-cita hukum yang menguasai baik hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (konvensi).
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
79
Selain itu dasar yuridis pancasila sebagai paradigma reformasi hukum adalah Tap No.XX/MPSR 1966 yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber huku/sumber tertib hukum yang berlaku di Indonesia.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Pelaksanaan Hukum.
Pelaksanaan hukum pada masa reformasi ini harus benar-benar dapat mewujudkan negara demokratis dengan suatu supremasi hukum artinya pelaksanaan hukum harus menjamin terwujudnya keadilan, dalam hal ini tercermin dalam sila V. yang mengandung makna keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi setiap warga negara. Pasal 27 UUD 1945 ( segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Jaminan atas terwujudnya keadilan bagi setiap warga negara yang meliputi seluruh unsur keadilan. Konsekuensinya para penegak hukum harus benar-benar bersih dari praktek KKN.
Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik.
Alinea II Pembukaan UUD 1945 menyebutkan “ Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia , yang merdeka, bersatu berdaulat adil dan makmur. Dasar politik ini menunjukkan kepada kita bahwa bentuk dan bangunan kehidupan masyarakat yang bersatu (sila III), demokrasi (sila IV) Berkeadilan sosial (sila V) serta negara yang memiliki dasar moral Ketuhanan dan kemanusiaan ( sila I dan II ).
Nilai demokrasi politik sebagaimana terkandung dalam Pancasila sebagai fondasi bangunan negara yang dikehendaki oleh para pendiri negara kita dalam kenyataannya tidak dilaksanakan berdasarkan suasana kerokhanian berdasarkan nilai-nilai tsb. Dalam kenyataannya baik pada masa orde lama maupun masa orde baru, negara mengarah pada praktek otoritarianisme yang mengarah pada porsi
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
80
kekuasaan yang terbesar kepada Presiden. Nilai demokrasi politik tsb. secara normatif terjabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 antara lain : -(1) Pasal 1 ayat 2 menyatakan Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan menurut UUD. (2) Pasal 2 ayat 1 menyatakan MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilu dan diatur lebih lanjut dengan UU ( UU. Pemilu). (3). Pasal 5 ayat 1 menyatakan Presiden berhak mengajukan rancangan UU kepada DPR. (4) Pasal 6 A, menyatakan Presiden dan wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Prinsip-prinsip demokrasi tersebut bilamana kita kembalikan pada nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila maka kedaulatan negara tertinggi ada di tangan rakyat. Rakyat adalah merupakan asal mula kekuasaan negara.
Reformasi Atas Sistem Politik.
Dalam usaha membangun kehidupan politik maka beberapa unsur yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sbb : 1) Sitem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis dan terbuka; 2) Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat; 3) Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang demokratis; 4) Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.
Susunan Keanggotaan MPR
Susunan keanggotaan MPR tertuang dalam pasal 2 ayat 1 yang menyatakan : MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui Pemilu dan diatur lebih lanjut dengan UU.
Susunan Keanggotaan DPR
Pasal 19 UUD 1945 menyebutkan bahwa : ayat 1 : Anggota DPR dipilih melalui Pemilu ayat 2 : Susunan DPR diatur dengan UU
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
81
Susunan DPRD diatur dengan UU. Pasal 22 C ayat 4 UUD 1945
Reformasi Partai Politik
Demi terwujudnya supra struktur politik yang benar-benar demokratis dan aspiratif maka sangat penting dilakukan penataan kembali infra struktur politik terutama tentang partai politik. Untuk itu perlu diadakan reformasi terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang partai politik tersebut. Pada masa Orba. ketentuan tentang partai polituk diataur dalam UU. No.3 /1975 jo. UU.3/1985 tentang Parpol dan Golkar. Dalam UU. tsb. ditentukan bahwa Parpol dan Golkar hanya meliputi 3 macam yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia ( PDI). Hal ini tampaknya belum mencerminkan nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam sila IV Pancasila. Begitu pula hal ini belum sesuai dengan semangat pasal 28 UUD 1945. Pada masa Orba keberadaan tiga infra struktur politik tsb. masih diseragamkan dengan asas tunggal pancasila, sehingga secara politis kehidupan yang demikian ini akan mematikan proses demokratisasi dalam kehidupan negara. Penentuan asas tunggal Pancasila berarti tidak mencerminkan hakikat nilai Pancasila itu yang bersifat “ majemuk tunggal” yang disimbulkan dalam lambang negara yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu kesatuan juga. Dengan ketentuan asas tunggal maka nilai Pancasila sebagai alat penguasa Orba. Setiap upaya kritik, aspirasi serta koreksi dari unsur infra struktur dalam masyarakat akan divonis dengan alasan bertentangan dengan ideolog pancasila, oleh karena itu Pancasila diperalat untuk mempertahankan kekuasaan penguasa Orba. Ditambah lagi dengan pembenaran penguasa melalui produk P4 sehingga MPR melalui Sidang Istimewanya dengan Tap MPR No.XVIII/MPR/1998 mencabut P4 dan asas tunggal Pancasila, dan mengembalikan pada kedudukan yang sebenarnya yaitu sebagai dasar negara RI. Adapun ketentuan yang mengatur tentang partai politik diatur dalam UU.No.2/1999 tentang partai politik yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan serta keleluasaan untuk menyalurkan aspirasi masyarakat. Dalam UU.No.2/1999 tsb. dicantumkan : syarat-syarat pembentukan partai politik tertuang dalam pasal 2 UU.No 2/1999 sbb. :
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
82
Ayat (1) sekurang-kurangnya 50 (lima puluh ) orang warga negara RI yang telah berumur 21 tahun dapat membentuk partai politik Ayat (2) partai politik sebagaimana dimaksud ayat (1 ) harus memenuhi syaratsyarat : 1) mencantumkan Pancasila sebagai dasar negara dari Negara kesatuan RI dalam anggaran dasar Partai. 2) Asas atau cirri, aspirasi dan program partai politik tidak bertentangan dengan Pancasila; 3) Keanggotaan partai politik bersifat terbuka untuk setiap warga negara RI yang telah mempunyai hak pilih; 4) Partai politik tidak boleh mempergunakan nama atau lambang yang sama dengan lambang negara asing, bendera negara asing gambar perorangan dan nama serta lambang partai lain yang telah ada.
Berdasarkan ketentuan UU tsb. warga negara diberi kebebasan untuk membentuk partai politik untuk menyalurkan aspirasi politiknya, selain itu setiap partai politik diberikan kebebasan pula untuk menentukan asas sebagai cirri serta program masing-masing. Atas ketentuan UU tersebut maka bermunculan partai politik diera
reformasi ini yang mencapai 114 partai politik. Namun dalam
kenyataannya yang memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu hanya 48 partai politik. Partai-partai politik itulah yang ikut dalam pemilu tahun 1999. Pemilu yang termuat dalam UU No. 2 /1999 tsb. bersifat jujur, adil, langsung, umum bebas dan rahasia.
Pendidikan Pancasila-PNB. 2005
83