DAFTAR ISI
1.
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) ....................
01
2.
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO) .................
10
3.
TATA KELOLA RUMAH SAKIT (TKRS) ............................................. .........
16
4.
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) ...............................
23
5.
KUALIFIKASI DAN KEWENANGAN STAF (KKS) ....................................... ..
27
6.
AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK) ............
33
7.
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)
....................................... .........
37
8.
ASSESMEN PASIEN (AP) ........................................... ................................
44
9.
PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) ...................................... .........
60
10.
INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RS (IPKP) .....
66
11.
HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK) ....................................... .................
68
12. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN EDUKASI (MKE) ...................................
74
13.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ( PPI ) ................................
79
14.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) .................................................
87
15. MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM) ...........................
95
16.
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI ..................................... ................................
99
17.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS ............................................
102
18.
PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSI
...................................
106
19. PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA .......................................... .
109
20.
112
PELAYANAN GERIATRI ............................................ ................................
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN POKJA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1
Sebutkan Kebijakan Direktur tentang PMKP dan program PMKP?
KEBIJAKAN DIREKTUR TENTANG PMKP 1. Membentuk Komite PMKP yang mengelola program PMKP 2. Menetapkan Tim Penanggung Jawab Data Indikator Mutu Dan Keselamatan Pasien di masing-masing Unit kerja dan Instalasi yang membantu Komite PMKP dalam Pengumpulan dan Analisa Data serta pelaporan. 3. Pelaporan Indikator mutu Rumah Sakit (Prioritas), indikator mutu unit dan Instalasi dikumpulkan setiap bulan, dianalisa setiap 3 bulan sekali dan dilaporkan ke Direktur setiap 3 bulan sekali. 4. Capaian indikator mutu dan keselamatan pasien diumumkan secara eksternal rumah sakit harus dilakukan Validasi terlebih dahulu. 5. Setiap Kelompok Kelompok Staf Medis (KSM) (KSM) menetapkan menetapkan paling sedikit 5 (lima) prioritas Panduan Praktek Klinis, Alur klinis dan atau atau protocol klinis dan atau prosedur dan atau standing order sebagai panduan standarisasi proses asuhan klinis. Evaluasi dapat dilakukan melalui audit medis untuk menilai efektifitas penerapan panduan praktek klinis dan alur klinis. 6. Setiap Insiden Keselamatan Pasien dilaporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, termasuk pengukuran budaya keselamatan Rumah Sakit 7. Melakukan FMEA (Failure Mode Effect Analysis) atau analisis efek modus kegagalan pada proses yang berisiko tinggi yang diprioritaskan setahun sekali PROGRAM PKMP: PKMP: 1. Penetapan prioritas pelayanan yg dievaluasi. 2. Proses pemilihan, pengumpulan, dan hasil analisis indikator mutu (area klinis, manajerial dan SKP). 3. Penilaian Indikator Mutu Rumah Sakit (prioritas), Mutu Unit dan Instalasi. 4. Pelaksanaan Clinical Pathway 5. Pelaporan Insiden keselamatan Pasien dan budaya keselamatan 6. Diklat PMKP 7. Manajemen Risiko
01
2.
Bagaimana pengelolaan kegiatan PMKP di Rumah Sakit di laksanakan
a.
b.
c.
3.
Bagaimana Pemilihan, Pengumpulan,Analisa, Validasi data Indikator mutu dilaksanakan
Direktur Membentuk Komite PMKP sebagai P engelola Program PMKP yang terdiri dari Koordinator Mutu dan Koordinator Keselamatan Pasien. Untuk membantu Komite PMKP dalam Pengumpulan dan Pelaporan Data dibentuk Tim Penanggung jawab data di tiap unit dan instalasi. Penyusunan Pedoman PMKP sebagai regulasi yang penyusunannya didasarkan referensi ilmiah terkini Pelatihan PMKP bagi kepala Bidang,Komite Medis, Komite Keperawatan,Komite PMKP karena perlu memahami kosep dan program PMKP di Rumah Sakit sehingga dapat melaksanakan perbaikan sesuai bidang tugasnya.
A. a.
Pemilihan Prioritas Pemilihan Prioritas pengukuran pelayanan klinis yang akan dievaluasi dengan menggunakan matrik prioritas, langkah-langkahnya sebagai berikut : 1. Membuat Tabel matrik prioritas Daftar semua masalah yg terkait dengan pelayanan kesehatan dan pada kolom pertama (area prioritas) dan pada baris adalah 4riteria prioritas yaitu High Risk, High Volume dan High Cost.Menetapkan nilai dari masing – masing permasalahan. Untuk masing – masing permasalahan tentukan nilai (N) dengan rentang 1-5, dimana nilai 1 diberikan untuk nilai risiko, volume dan biaya yang paling kecil. 2. Menetapkan bobot masing – masing 4riteria. Bobot (B) dari High Risk ditetapkan sebesar 50, High Vulume sebesar 30 dan high cost adalah 20 3. Mengkalkulasi Skor Prioritas. Skor criteria diperoleh dengan cara mengkalikan nilai dan bobot, sedangkan skor prioritas dapat diketahui dengan menjumlahkan skor kriteria.
02
Permasalahan yang memiliki skor total dipertimbangkan sebagai prioritas utama Contoh : TABEL MATRIK PRIORITAS Area Prio ritas
High Risk Nilai x bobot =Skor Bobot 50 N B S
High Volume Nilai x bobot =Skor Bobot 30 N B S
tertinggi
High Cost Nilai x bobot =Skor Bobot 20 N B S
dapat
Jml
Per Masa lahan 1 Per Masa lahan 2 Per Masa lahan 3 dst b.
Menetapkan Prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis yang akan dievaluasi. Pengukuran mutu dilakukan menggunakan indikator indikator mutu sebagai berikut : Indikator mutu area kilnis yaitu indikator mutu yang berasl dari area pelayanan. Indkator mutu area manajemen yaitu indikator yang berasal dari area manajemen. Indikator mutu sasaran keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang mengukur kepatuhan staf dalam penerapan sasaran keselamatan pasien dan budaya keselamatan. Setiap indikator dilengkapi dengan profil indikator.
c.
Menetapkan Prioritas pengukuran mutu pengukuran klinis untuk setiap Kelompok Staf Medis (KSM) paling sedikit 5 (lima) Prioritas Panduan Praktek KlinisClinical Pathway sebagai Prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis yang dievaluasi pelaksanaannya.
03
d.
B.
Memilih dan menetapkan indikator mutu unit kerja dan Instalasi. Indikator tersebut dipergunakan untuk menilai mutu unit pelayanan.Indikator mutu unit dapat menggunakan indikator mutu yang tercantum di Standar Pelayanan Minimal (SPM). Indikator dapat meliputi area klinis, manajerial dan penerapan sasaran keselamatan pasien (SKP) Pengumpulan, Analisa Dan Validasi data 1. 2.
3.
04
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisa data.dengan metode statistik Hasil analisa data dibandingkan dengan hasil bulan sebelumnya, dengan rumah sakit lain, dengan standard, dengan praktek terbaik (hasil penelitihan). Untuk validasi data dilaksanakan sesuai panduan manajemen data sebagai berikut : a) Kebijakan data yg harus divalidasi Merupakan pengukuran area klinik baru Bila ada perubahan sistem pencatatan pasien dari manual ke elektronik sehingga sumber data berubah. Bila data dipublikasikan ke masyarakat baik melalui Website Rumah Sakit atau media lain. Bila ada perubahan pengukuran Bila ada perubahan data pengukuran data tanpa diketahui sebabnya. Bila ada perbahan subyek data seperti perubahan umur rata-rata pasien, protocol riset dirubah, Panduan Praktek Klinik baru diberlakukan, ada teknologi dan metodologi pengobatan baru. b) Proses Validasi data : Mengumpulkan data oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam proses pengumpulan data sebelumnya (data asli). Menggunakan sampel tercatat, kasus dan data lainnya yg sahih secara statistik. Sampel 100% hanya dibutuhkan jika jumlah pencatatan, kasus atau data lainnya sangat kecil jumlahnya. Membandingkan data asli dengan data yg dikumpulkan ulang.
c)
4.
Apakah prioritas masalah dan sebutkan indikator mutu prioritas RS?
Menghitung keakuratan dengan membagi jumlah elemen data yg ditemukan dengan jumlah total jumlah data elemen dikalikan dengan 100%. Tingkat akurasi 90% adalah patokan yg baik. Jika elemen data yg ditemukan tid ak sama, dengan cacatan alasannya (misal data tdk jelas difinisinya) dan dilakukantindakan koreksi. Koleksi sampel baru setelah semau tindakan koreksi dilakukan untuk memastikan tindakan menghasilkan tingkat akurasi yg diharapkan. Proses validasi yg akan dipublikasi di website atau media lainnya diatur tersendiri dan dapat menjamin kerahasiaan pasien dan keakuratan data
Penentuan prioritas maalah di RSUD dr. R. Soetrasno mengacu pada program nasional, yaitu sebagai berikut: 1. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi 2. Menurunkan Angka Kesakitan HIV/AIDS 3. Menurunkan Angka Kesakitan TB 4. Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) 5. Pelayanan Geriatri Dari 5 program Nasional, RSUD dr. R. Soetrasno mengambil program utuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi, dan diperoleh indikator prioritas masalah sebagai berikut: 1. Angka Kepatuhan Assesment Medis Rawat Inap pasien Obtetri 24 jam 2. Angka Kehadiran Tenaga Medis pada P ersalinan Beresiko 3. Respon Time Operasi Cito Obstetri 4. PKO (Penerapan Keselamatan Operasi) 5. Kemampuan menangani bayi baru lahir dengan asfiksia 6. Ketepatan identifikasi bayi baru lahir di IBS 7. Kepatuhan penggunaan cepazolin sebagai antibiotic profilaksis pada pasien operasi (obsgyn)
05
5.
Bagaimana Alur Pelaporan Indikator Mutu di Rumah Sakit?
1. 2.
3.
4.
5.
6
Bagaimana Proses Evaluasi Clinical Pathway.
Data diperoleh dari pengisihan sensus indikator mutu dari unit dan Instalasi Data tsb dikumpulkan oleh Tim Penanggung jawab data dan selanjutnya direkap dan dilaporkan setiap bulan tiap tanggal 5 bulan berikutnya ke Komite PMKP dan Hirarki Bidang masing – masing. Kepala Bidang/ Bagian dan Komite PMKP melakukan analisa data dan rencana tidak lanjutnya setiap 3 bulan sekali dan melaporkan kepada Direktur. Direktur memberikan rekomendasikepada Kabid/ Kabag dan Komite PMKP untuk melaksanakan tindak lanjut perbaikan. Tindak Lanjut perbaikan disampaikan ke unit kerja dan instalasi untuk dilaksanakan dan dimonitor hasilnya pada bulan berikutnya.
a.
Form pencatatan clinical Pathway meliputi seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien secara terpadu dan berkesinambungan baik oleh dokt er maupun oleh petugas kesehatan lainnya dalam bentuk dokumen yg merupakan bagian dari Rekam Medis.
b.
Evaluasi Clinical Pathway : Kepatuhan pengisihan dokumen Clinical pathway. Kesesuaian pelaksanaan dng bukti tindakan yg dilakukan dicocokkan dengan patron yg telah disepakati Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan Clinical pathway dicatat sebagai varian dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit. Evaluasi dilaksanakan melalui audit medis dan atau audit klinis Evaluasi dilakukan dengan membandingkan data sebelum dan sesudah pelaksanaan Clinical Pathway dan dilakukan 3 bulan sekali Kejadian sentinel : Suatu Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD) yang mengakibatkan kematian atau cidera serius. Definisi Operasional kejadian sentinel sebagai berikut : a) Kematian yg tdk diduga,termasuk, dan tidak terbatas hanya : Kematian yg tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi pasien (contoh kematian setelah infeksi pasca operasi atau emboli paru-paru) Kematian bayi Aterm Bunuh diri.
7
Sebutkan jenis -jenis Insiden Keselamatan Pasien (IKP)!
1.
06
b) c) d)
e)
f)
Kehilangan permanen fungsi yg tdk terkait dengan penyakit pasien atau kondisi pasien Operasi salah tempat, salah prosedur dan salah pasien. Terjangkit penyakit kronik atau penyakit fat al akibat trasfusi darah atau produk darah atau transplantasi organ atau jaringan. Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke rumah bukan rumah orang tuanya. Pemerkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat kematian atau kehilangan fungsi secara permanen),atau pembunuhan (yg disengaja) atas pasien, anggota staf,dokter, mahasiswa kedokteran, siswa latihan, serta pengunjung atau vendor/pihaj ketiga ketika berada dalam lingkungan Rumah Sakit.
2.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Suatu kejadian yg tidak diharapkan yang mengakibatkan cidera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yg seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cidera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah Analisa data KTD dilakukan untuk semua hal berikut a) Semua reaksi transfusi yg sudah dikonfirmasi b) Semua kejadian serius akibat efek samping obat. c) Semua kesalahan pengobatan yg signifikan d) Semua perbedaan besar antara diagnosis pra operasi dan diagnosis pasca operasi. e) Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan pemakaian anastesi. f) Kejadian – kejadian lain misalnya wabah penyakit menular.
3.
Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dan Kejadian Tidak Cidera (KTC) a) KNC adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil yang dapat menciderai pasien, tetapi cidera tidak terjadi, karenakeberuntungan. b) KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cidera.
07
8.
Bagaimana prosedur pelaporan bila terjadi Insiden keselamatan Pasien dan evaluasi budaya keselamatan.
a. Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien : 1. Karyawan RSUD dr. R. Soetrasno Rembang yang terlibat atau pertama menemukan insiden keselamatan pasien wajib segera ditindak lanjuti penanganan untuk mengurangi dampak. 2. Setelah ditindak lanjuti, karyawan tersebut segera buat laporan insidennya dengan mengisi formulir laporan insiden dan meneruskannya kepada atasan langsung (Ka. Instalasi, Ka. Ruang) sebelum akhir jam kerja yang bersangkutan (paling lambat 1x24 jam setelah kejadian). 3. Atasan langsung (Ka. Instalasi, Ka. Ruang) yang menerima laporan melakukan penilaian grading resiko. 4. Formulir Laporan insiden yang telah dilengkapi oleh hasil grading resiko dari atasan langsung diserahkan kepada Tim KP-RS paling lambat 2x 24 jam (dua kali dua puluh empat jam) setelah kejadian 5. Tim KP-RS melakukan verifikasi memastikan kebenaran adanya insiden. 6. Setelah melakukan verifikasi, Tim KP-RS melakukan investigasi dalam bentuk wawancara dan pemeriksaan laporan. 7. Berdasarkan hasil investigasi, Tim KP-RS menentukan derajad insiden (grading ) sebagai berikut : Bila Grade biru dilakukan investigasi sederhana oleh atasan langsung waktu maksimal 1 minggu dan hasil dilaporkan ke Tim KP-RS. Bila Grade hijau dilakukan investigasi sederhana oleh Kepala Seksi (Kasie), waktu maksimal 2 minggu dan hasil dilaporkan ke Tim KP-RS Bila Grade kuning dilakukan investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh Tim KP-RS dengan melibatkan kepala bidang, waktu maksimal 45 hari. Bila Grade merah dilakukan investigasi komprehensif/analisis akar masalah oleh Tim KP-RS dengan melibatkan kepala bidang dan direktur waktu maksimal 45 hari. b. Budaya Keselamatan: Budaya keselamatan yaitu budaya organisasi yang mendorong setiap individu anggota staf klinis atau administrasi melaporkan hal – hal yang mengawatirkan tentang keselamatan atau mutu pelayanan.
08
9.
Bagaimana Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien yang telah dicapai dan dipertahankan
a.
b.
c. d.
Evaluasi dilakukan dengan beberapa cara anata laian dengan survey resmi, wawancara staf, analisis data dan diskusi kelompok. Untuk saat ini evaluasi dilakukan terhadap analisis data pelaporan insiden keselamatan pasien.
Rencana perbaikan mutu dilaksanakan berdasarkan hasil capaian indikator dan merencanakan tindak lanjut perbaikan Melaksanakan rencana tindak lanjut perbaikan dan selanjutnya data dikumpulkan kembali dan dilakukan dianalisa Tersedia capaian indikator yang menunjukkan perbaikan yang bersifat efektif dan berkesinambungan.. Perbaikan yang telah dicapai dan dipertahankan dan didokumentasikan sebagai bagian peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang telah dicapai dan dipertahankan.
10.
Bagaimana caranya untuk mengurangi Risiko terhadap keselamatan pasien dan staf di Rumah Sakit?
Salah satu cara untuk mengurangi risiko adalah dengan menyusun program manajemen risiko bekelanjutan yang komponennya meliputi : 1. Identifikasi Risiko 2. Prioritas Risiko 3. Pelaporan Risiko. 4. Manajemen risiko 5. Investigasi kejadian yang tdk diharapkan (KTD) 6. Manajemen terkait tuntutan (klaim)
11.
Sebutkan langkahlangkah penyusunan Failure Mode Effect Analysis (FMEA)!
FMEA suatu alat/metode yang dapat menyediakan analisis proaktif pada proses kritis yang berisiko tinggi. Langkah langkah penyusunan FMEA adalah sebagai berikut : 1. Mengkaji Prosedur secara rinci 2. Mengenali penyebab kesalahan 3. Menilai penyebab kesalahan 4. Mengubah prosedur
09
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN POKJA PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT (PKPO) NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1.
Apa yang dimaksud dengan Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)?
PKPO merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan tujuan meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam upaya memenuhi tujuan tersebut maka diperlukan upaya yang berkesinambungan, dimulai dari proses seleksi, pengadaan, penyimpanan, peresepan, penyalinanan, pendistribusian, penyiapan, pemberian, pendokumentasian, dan pemantauan terapi obat.
2.
Bagaimanakah pengelolaan pelayananan kefarmasian dan penggunaan obat di RS?
Pengelolaan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat di rumah sakit meliputi proses : 1. Pengorganisasian 2. Seleksidanpengadaan 3. Penyimpanan 4. Peresepandanpenyalinan 5. Persiapandanpenyerahan 6. Pemberian 7. Pemantauan
3.
Bagaimana pengelolaan high alert?
obat
Bagaimana pengelolaan emergensi?
obat
4.
10
Obat high alert dibedakan jadi 3 yaitu high risk, elektrolit konsentrat, LASA/ NORUM (pelajari daftar obatnya) Pengelolaannya : 1. Obat harus dilabeli (high alert/ LASA) 2. Disimpan di tempat terpisah dan dibatasi ketat 3. Lakukan double check saat akan diberikan kepada pasien Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali dibutuhkan secara klinis, dan hanya ruang tertentu yang boleh menyimpan, ruang tersebut adalah ICU, PICU, HND, Bersalin, Anggrek, HD, OK Obat emergensi di ruang perawatan disimpan dalam kotak/ troli emergensi , ditempatkan di tempat yang mudah di jangkau/ diakses dalam keadaan tersegel. Obat emergensi digunakan untuk mengatasi keadaan darurat dari pasien berdasar advis dokter, dimana penggunaannya harus terdokumentasikan di rekam medis pasien. Penggantian obat emergensi menggunakaan resep dokter yang dibuat saat dokter melakukan visite kepada pasien tersebut. Obat yang diperoleh dimasukkan kembali ke kotak emergensi untuk kemudian dibawa ke farmasi untuk disegel kembali dan dilakukan penggantian terhadap daftar obatnya. Farmasi melakukan monitoring terhadap obat emergensi setiap 1 bulan sekali
5.
Bagaimana pengelolaan floor stock?
obat
6.
Bagaimana pengelolaan obat yang sudah d ibuka/ dikeluarkan dari wadah aslinya?
7.
Bagaimana pengelolaan obat sisa narkotika dan psikotropika di ruang perawatan?
8.
Elemen penting/ Informasi apa saja yang harus ada dalam resep?
Obat floor stock dalam pengelolaannya harus TETAP dalam jumlah dan jenisnya Setiap penggunaan obat floor stock harus terdokumentasi dengan baik, penggantian obatnya harus menggunakan resep. Obat floor stock yang mendekati ED kurang dari 3 bulan langsung dikembalikan ke farmasi tanpa menggunakan resep Farmasi melakukan monitoring terhadap obat floor stock setiap 1 bulan sekali Obat yang sudah dibuka (misal : insulin vial, insulin pen) dan dikeluarkan dari wadah aslinya (puyer) harus di beri label yang terdiri dari nama obat dan dosi s (untuk puyer), ta nggal buka/ tanggal buat dan waktu kadaluarsa nya Untuk obat insulin waktu kadaluarsa setelah di buka adalah 30 hari Untuk puyer (obat rutin tiap bulan) ditentukan oleh farmasi Obat narkotika dan psikotropika sisa pasien dikembalikan ke farmasi. SOP: 1. Masukkan obat sisa narkotika dan psikotropika dalam spuit injeksi 2. Beri label 3. Serahkan ke farmasi 4. Farmasi membuatkan surat serah terima 5. Surat serah terima di tanda tangani oleh penerima dan yang menyerahkan obat 6. Dokumentasi ada di bangsal dan farmasi Kelengkapan elemen yang harus ada dalam resep : 1. Identitas pasien (dengan stiker) 2. Nama obat 3. Dosis obat 4. Cara pemberian (PO, IV, kecepatan infus) 5. Waktu pemberian 6. Informasi alergi 7. Nama dokter 8. Diagnosa 9. Ruang perawatan 10. Berat badan (anak) 11. Instruksi khusus (titrasi, tapering, PRN disertai keterangan) 12. Paraf dokter
11
9.
Bagaimanapengelola an terhadap obat yang dibawa pasien dari rumaH
Saat pasien datang di IGD dilakukan proses rekonsiliasi obat. Rekonsiliasi obat dilakukan di igd saat pasien masuk (dimandatkan ke dokter IGD), saat perpindahan ruang perawatan dan saat pasien pulang (dilakukan oleh apoteker). Saat pasien datang di igd membawa obat dari rumah dan boleh dilanjutkan di Rumah Sakit maka yang dilakukan adalah : 1. Ada advis dari dokter bahwa obat boleh dilanjutkan 2. Terdokumentasi di lembar rekonsiliasi obat 3. Terdokumentasi di form catatan pemberian obat 4. Obat disimpan di rak obat pasien yang ada di ruang perawat 5. Apoteker melakukan monitoring terhadap obat yang dibawa dari rumah
10.
Apa yang dilakukan jika dicurigai terjadi efek samping obat?
Jika ditemukan reaksi dari pasien yang dicurigai terjadi karena efek samping obat, maka yang dilakukan adalah : 1. Laporkan ke dokter DPJP 2. Catat reaksi/ efek samping yang terjadi 3. Laporkan ke farmasi/ apoteker bangsal 4. Apoteker melakukan evaluasi bersama dengan koordinator farmasi klinik 5. Dokumentasikan hasil evaluasi 6. Laporkan Ke Tim Farmasi klinik 7. TFT melakukan evaluasi 8. Laporkan jika masuk kategori efek samping baru 9. Dokumentasikan
11.
Apa yang dilakukan jika terjadi medication error ?
Insiden KTD/ KNC Tangani segera
Laporan Kejadian 2x24 jam Atasan Langsung Grading matrix
Biru/ hijau Investigasi Sederhana
merah/ kuning laporan kejadian hasil Investigasi Ke Tim KP-RS
rekomendasi RCA Fit back Ke inst/ ruang
12
Rekomendasi
12.
Bagaimana cara melakukan pemberian obat kepada pasien?
13.
Bagaimanakah sistem pengorganisasian dalam Pelayanan Kefarmasian dan Pelayanan Obat dijalankan di RS?
14.
Bagaimanakah proses pelaksanaan seleksi dan pengadaan yang dilakukan oleh PKPO di RS?
Lakukan sesuai SOP : 1. Ucapkan salam 2. Lakukan identifikasi pasien (pasien menyebutkan nama) 3. Tanyakan riwayat penyakit, riwayat obat 4. Jelaskan informasi obat yang diperoleh Pasien meliputi indikasi, aturan pakai, cara pakai, efek samping , penyimpanan obat 5. Lakukan umpan balik 6. Ulangi informasi jika diperlukan 7. Serahkan obat Pengorganisasian dalam PKPO harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dimana ada regulasi organisasi yang mengelola secara menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan pelayanan obat yang aman sesuai peraturan. Regulasi PKPO meliputi pedoman Pengorganisasian farmasi, pedoman pelayanan farmasi, kebijakan farmasi , dimana untuk proses pelaksanaannya tertulis dalam SOP farmasi. Semua tenaga kesehatan yang ada harus memiliki ijin berupa SIPA dan STRA yang masih berlaku, dan sebagai sumber informasi obat yang ada di rumah sakit, semua unit farmasi mempunyai sumber informasi terkini berupa formularium yang direview setiap 1 tahun sekali, layanan informasi obat online dari program Medscape dan Lexicom. Adanya proses pelaporan medication error juga merupakan bagian dari proses pengorganisasian yang ada dalam PKPO. Proses seleksi obat dilakukan dalam upaya untuk menghasilkan formularium rumah sakit yang digunakan sebagai dasar untuk pengadaan, permintaan obat dan instruksi pengobatan. Penyusunan formularium dilakukan oleh panitia farmasi terapi setiap 1 tahun sekali dengan berdasarkan pada usulan dokter spesialis rumah sakit. Dalam melakukan proses pengadaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai hal yang harus diperhatikan adalah 1. pengadaan harus dari jalur resmi 2. adanya garansi keaslian obat dari distributor 3. rumah sakit mempunyai akses untuk meninjau tempat penyimpanan dan transportasi sewaktu-waktu semua hal diatas tercantum dalam SPK sebagai bagian dari syarat kelengkapan pengadaan barang dan jasa, dan juga sebagai pengganti kontrak dengan PBF. Bilamana terjadi kekosongan obat/ obat tidak tersedia, maka untuk mengatasi hal tersebut adalah 1. melakukan konfirmasi kepada dokter 2. melakukan kerjasama dengan apotek luar
13
15.
Bagaimanakah cara penyimpanan sediaan farmasi di RS?
Penyimpanan obat di rumah sakit berdasarkan pada : 1. bentuk sediaan (tablet, sirup, injeksi, cream, infus) 2. suhu/ kestabilan (suhu 2-8 °C, 8-15 °C, 15-25 °C, ˃ 25 °C) 3. FIFO/ FEFO ( First In First Out/ First Expired First Out) Proses supervisi terhadap penyimpanan sediaan farmasi dilakukan melalui monitoring terhadap suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari, monitoring tempat penyimpanan obat, pelabelan obat, perlindungan terhadap kehilangan obat dilakukan melalui dokumentasi katu stok, laporan stok opname, sistem IT inventori obat
16.
Hal apakah yang harus diperhatikan saat menerima permintaan obat/ peresepan dari seorang dokter?
17,
Bagaimanakah pengelolaan resep rawat jalan dan rawat inap di RS?
Hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Peresepan/ instruksi pengobatan harus benar, lengkap dan terbaca 2. Hanya dokter berijin sesuai dengan SK Direktur yang boleh menulis resep (SK harusada diunit pelayanan farmasi) Dalam hal poin 1 tidak terpenuhi, apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep, selain itu apoteker melakukan proses rekonsiliasi obat untuk mengetahui riwayat alergi pasien, riwayat obat dari rumah (bawa obat dari rumah atau tidak), obat yang dibawa pulang. Semua obat yang diberikan kepada pasien harus terdokumentasi dalam form tabel pemberian obat. Pengelolaan resep rawat jalan sesuai SOP : 1. Terima resep 2. Lakukan telaah resep 3. Lakukan entri harga 4. Lakukan pembayaran obat untuk pasien bayar 5. Beri nomor antrian 6. Lakukan pelayanan dan peracikan obat (dispensing) 7. Lakukan pengetiketan 8. Lakukan telaah obat 9. Berikan obat kepada pasien beserta informasi dan konsultasi obat jika dibutuhkan Pengelolaan resep rawat inap sesuai SOP : 1. Terima resep 2. Lakukan telaah resep 3. Lakukan entri harga 4. Tulis harga di resep 5. Beri nomor antrian 6. Lakukan pelayanan dan peracikan obat (dispensing) 7. Lakukan pengetiketan 8. Lakukan telaah obat
14
9. 10. 11. 12. 13.
Catat dalam buku serah terima obat Berikan obat kepada perawat Perawat terima obat Verifikasi obat dengan buku catatan obat Tanda tangan
Dalam melakukan pelayanan resep baik rawat jalan ataupun rawat inap apoteker melakukan proses telaah yaitu telaah resep dan telaah obat. Telaah resep dilakukan sebelum obat disiapkan untuk memastikan resep memenuhi syarat administratif, farmasetik dan klinis Telaah obat dilakukan setelah obat selesai disiapkan untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan sudah sesuai dengan resep (sesuai identitas pasien, obat, dosis, waktu pemberian, rute pemberian) Penyerahan obat dalam bentuk kombinasi yaitu ODD (One Day Dose) yaitu peresepan obat dibuat untuk 1 hari dan UDD ( Unit Dose Dispensing) yaitu penyiapan obat minum sudah disiapkan dalam bentuk per waktu minum obat 18.
Bagaimanakah proses pemberian obat kepada pasien?
Pemberian obat baik rawat jalan dan rawat inap dilakukan oleh tenaga profesional yaitu Apoteker, dalam proses pemberian obat kepada pasien selalu disertai dengan informasi tentang : 1. Indikasi obat 2. Aturan pakai 3. Efek samping obat 4. Cara pakai obat 5. Cara penyimpanan obat Bukti pelaksanaan pemberian informasi/ konseling obat di rawat jalan, informasi diatas di stempel di resep nya disertai paraf pasien Bukti pelaksanaan pemberian informasi/ konseling obat di rawat inap, informasi di atas di stempel di lembar edukasi disertai paraf pasien
19.
Bagaimanakah proses pemantauan terapi obat di RS ?
Pemantauan terapi obat dilakukan oleh apoteker di bawah koordinator farmasi klinis rumah sakit, meliputi : 1. Pengenceran obat yang benar 2. Edukasi cara pemberian obat untuk minimalisasi efek samping obat 3. Edukasi pemberian obat untuk menghindari terjadinya interaksi obat 4. Monitoring efek obat (antibiotik) Semua proses diatas di dokumentasikan di dalam rekam medis lembar integrasi/ CPPT
15
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN POKJA TKRS NO 1
2
16
PERTANYAAN
JAWABAN
Bagaimana Struktur Organisasi RSUD dr R Soetrasno
Struktur Organisasi RSUD dr R Soetrasno
Bagaimana visi dan misi RSUD dr R Soetrasno ?
Visi dari RSUD dr R Soetrasno adalah “ Menjadi Rumah Sakit Unggulan Di Wilayah Jawa Tengah Bagian Timur.” Misi dari RSUD dr R Soetrasno adalah : a. Menyelenggarakan pelayanan Rumah Sakit yang Prima (Cepat, Tepat, Ramah) dan Inovatif peningkatan mutu pelayanan b. Mengupayakan melalui pemenuhan SDM, Akreditasi dan Sertifikasi c. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana Rumah Sakit d. Menjalin Kerjasama dengan institusi yang terkait untuk meningkatkan kinerja
3
Bagaimana proses penyusunan RBA/RKA/DPA RSUD dr R Soetrasno ?
Proses penyusunan RBA/RKA/DPA adalah : 1. Setiap unit/instalasi membuat usulan rencana kegiatan kepada Kepala Bidang/Bagian sesuai dengan kewenangan; 2. Kepala Bidang/Bagian mengkoordinir usulan dari masing-masing unit/instalasi, sehingga menjadi usulan bidang/bagian; 3. Semua usulan dari bidang/bagian diserahkan ke sub bagian perencanaan untuk dilakukan kompilasi usulan, sehingga bisa diketahui jenis dan besaran usulan yang masuk; 4. Melalui rapat koordinasi pejabat struktural yang dipimpin direktur, menetapkan rencana pendapatan terlebih dahulu; 5. Setelah rencana pendapatan ditetapkan, rapat dilanjutkan dengan pembahasan usulan rencana kegiatan dan anggaran dari masing-masing bidang/bagian, yang dibedakan menjadi belanja pegawai, belanja barang/jasa dan belanja modal; 6. Total anggaran yang diusulkan tidak boleh melebihi rencana pendapatan yang ditetapkan; 7. Setelah dilakukan pembahasan maka ditetapkan menjadi usulan rencana bisnis dan anggaran (RBA) 8. Selanjutnya usulan RBA diajukan ke Bappeda untuk diproses lebih lanjut sehingga tersusun RKA dan disahkan sebagai DPA.
4
Bagaimana pengelolaan SDM di RSUD dr R Soetrasno ?
Pengelolaan pegawai di RSUD dr R Soetrasno : a. Rekrutmen pegawai : Tata cara rekrutmen pegawai sesuai dengan Perbup Rembang nomor 30 tahun 2014 , setelah diterima dilaksanakan kredensial b. Pengembangan staf : - Melalui Diklat sesuai kebutuhan - Melalui Tugas belajar ke jenjang yang lebih tinggi - PPDS bagi staf medik c. Retensi staf : 1. Penetapan status pegawai 2. Pembayaran gaji, tunjangan dan jasa pelayanan serta kenaikannya tepat waktu 3. Pemberian bantuan biaya pendidikan bagi staf medis yang melanjutkan PPDS sesuai kebutuhan RS 4. Pengadaan bazar 5. Gathering keluarga 6. Pemberian cuti
17
7. Melaksanakan ibadah 8. Keselamatan kerja 9. Jenjang karir 10. Pendidikan dan pelatihan 5
Apakah RS mengadakan kontrak dengan pihak luar ? Bagaimana prosesnya
RS mengadakan kontrak klinis dan kontrak manajemen. a. Kontrak klinis adalah perjanjian kerjasama antara rumah sakit dengan pihak diluar rumah sakit berupa kerjasama untuk pelayanan klinis yang disediakan rumah sakit, meliputi : Pelayanan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Pelayanan Dokter Spesialis Jiwa Proses Kontak klinis adalah : 1. KSM melakukan identifikasi terhadap kebutuhan pelayanan pasien yang bersifat klinis dan tidak dapat dipenuhi oleh sumber daya rumah sakit sehingga perlu dilakukan kontrak klinis; 2. Kepala bidang mengidentifikasi kebutuhan klinis dengan pertimbangan/masukkan dari KSM; 3. Kepala bidang melaporkan kebutuhan klinis kepada direktur; 4. Kepala bidang menginformasikan kebutuhan serta mencari tenaga yang dibutuhkan; 5. Komite kredensial melakukan kredensial terhadap tenaga klinis; b. Kontrak manajemen adalah perjanjian kerjasama antara rumah sakit dengan pihak diluar rumah sakit dalam penyediaan alat kesehatan, dapat dilakukan dengan cara KSO, pengadaan barang/jasa atau dengan perjanjian kerjasama, meliputi : Kontrak alat laboratorium Kontrak alat Haemodialisa Kontrak alat radiologi Kontrak penyediaan gas medis
Kontrak pengelolaan Parkir Kontrak Pengelolaan Limbah B3
Tata cara pelaksanaan kontrak dengan KSO sesuai dengan Surat Keputusan Bupati nomor 445/1022/2016 Persetujuan tentang Pedoman Teknis Kerjasama Operasional (KSO) Rumah Sakit Umum Daerah dr R Soetrasno Rembang.
18
Tata cara pelaksanaan kontrak dengan Pengadaan Barang Jasa sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor 445/ 0791/ 2015 tentang Persetujuan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang. Tata cara pelaksanaan kontrak dengan kerjasama. Proses kontrak kerjasama adalah : 1. Kepala Bagian/ Kepala Bidang melakukan identifikasi terhadap kebutuhan pelayanan pasien yang bersifat manajemen dan tidak dapat dipenuhi oleh sumber daya rumah sakit sehingga perlu dilakukan kontrak manajemen. 2. Kepala bidang melaporkan kebutuhan pelayanan yang bersifat manajemen kepada direktur; 3. Direktur menetapkan jenis kebutuhan sesuai usulan; 4. Direktur membentuk tim yang terdiri dari : a. Unsur manajemen b. Unsur klinis yang terkait c. Unsur pengguna d. Panitia pengadaan 6
Apa saja kontrak klinis dan kontrak manajemen di RSUD dr R Soetrasno
1. Kontrak klinis meliputi : Kontrak klinis dengan dr. Mulyohadi Hartawan, Sp.KFR tentang Pelayanan Rehabilitasi Medis oleh Dokter Spesialis; Kontrak klinis dengan Universitas Diponegoro Semarang tentang Pelayanan Dokter Spesialis Kejiwaan/ Psikiatri. 2. Kontrak manajemen meliputi : a. Kontrak alat laboratorium dengan PT Harmoni Sejahtera Semarang b. Kontrak LIS dengan PT ACB Semarang c. Kontrak alat Haemodialisa dengan PT Sinar Roda Utama d. Kontrak alat radiologi dengan PT Nusantara Medika Jaya e. Kontrak penyediaan air dengan UD Usaha Tirta f. Kontrak penyediaan gas medis g. Kontrak pengelolaan parker dengan PT Applus Solution Karanganyar
19
7
Bagaimana proses pemilihan teknologi medik dan obatobatan di RSUD dr R Soetrasno ?
Proses pemilihan teknologi medik dan obat- obatan di RSUD dr R Soetrasno : 1. Kepala bidang bersama komite medis mengidentifikasi kebutuhan teknologi medik dan obat; 2. Kepala bidang bersama komite medis mencari informasi tentang teknologi medik dan obat yang dibutuhkan; 3. Kepala bidang melaporkan hasil identifikasi kebutuhan kepada direktur; 4. Direktur membentuk tim penapisan yang terdiri dari: Manajemen Komite medik pengguna 5. Tim penapisan melaksanakan pemilihan teknologi medik dan obat-obatan dengan cara presentasi dari alat dan obat-obatan; 6. Tim penapisan menetapkan teknologi sesuai kebutuhan.
8
Bagaimana penatalaksanaan staf yang melanggar etik
Proses penyelesaian staf ysng melanggar etik : 1. Pengaduan pelanggaran etik ditujukan kepada direktur atau komite etik; 2. Apabila pengaduan tersebut langsung kepada direktur, maka direktur mendisposisi pengaduan kepada komite etik RS 3. Komite Etik melakukan penyelidikan terhadap masalah tersebut dengan mengumpulkan informasi, menghubungi unit kerja ataupun mereka-mereka yang berhubungan dengan masalah. 4. Apabila pelanggaran ini merupakan pelanggaran murni etik profesi maka Komite Etik dapat mengkonsultasikan kepada Ikatan Profesi yang bersangkutan. 5. Hasil penyelidikan ini sebagai bahan untuk dibahas dalam sidang Komite Etik dan Disiplin; 6. Hasil sidang memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam memecahkan masalah; 7. Dalam keadaan tertentu penanganan pelanggaran etik dapat diselesaikan oleh nit kerja secara berjenjang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9
Bagaimana implementasi budaya keselamatan di RSUD dr R Soetrasno ? Bagaimana alur pelaporannya ?
Implementasi budaya keselamata di RSUD dr R Soetrasno : 1. RS menetapkan kebijakan tentang budaya keselamatan yaitu : a. Rumah Sakit mendukung budaya keselamatan diseluruh area Rumah Sakit; b. Seluruh pegawai Rumah Sakit harus mengetahui kegiatan operasioanal Rumah Sakit beresiko tinggi dan wajib melaksanakan tugas dengan konsisten dan aman sebagai bentuk penerapan budaya keselamatan;
20
c. Pegawai merasa bisa melaporkan semua insiden yang terjadi kepada tim keselamatan pasien; d. Tim Keselamatan pasien melaporkan insiden keselamatan pasien ke tingkat nasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan e. RS mendorong kolaborasi antarstaf klinis dengan pimpinan untuk mencari penyelesaian masalah keselamatan pasien RS menetapkan perilaku yang mendukung dan tidak mendukung budaya keselamatan; 2. RS menetapkan perilaku yang mendukung dan yang tidak mendukung budaya keselamatan : a. perilaku yang mendukung budaya keselamatan : Pegawai merasa bisa melaporkan semua insiden yang terjadi kepada tim keselamatan pasien; Pegawai dan Manajemen Rumah Sakit bertanggung jawab untuk tindakan yang diambil; Rumah Sakit terbuka dengan pasien yang dilayani dan mengambil pelajaran dari insiden keselamatan yang terjadi; Perlakuan yang adil terhadap staf saat insiden terjadi.
b. Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan : 1. perilaku yang tidak layak (inappropriate) seperti kata-kata atau bahasa tubuh yang merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya mengumpat dan memaki; 2. perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak layak yang dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau nonverbal yang membahayakan atau mengintimidasi staf lain, dan “celetukan maut” adalah komentar sembrono di depan pasien yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis lain. Contoh mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain di depan pasien, misalnya “obatnya ini salah, tamatan mana dia…?”, melarang perawat untuk membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan, memarahi staf klinis lainnya di depan pasien, kemarahan yang ditunjukkan dengan melempar alat bedah di kamar operasi, serta membuang rekam medis di ruang rawat;
21
3.
4.
perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama, dan suku termasuk gender; pelecehan seksual.
3. RS melakukan pengukuran budaya keselamatan dengan menggunakan kuesiner; Alur pelaporan pelanggaran budaya keselamatan :
insiden
Rekomendasi
Lakukan investigas
22
Lapor ke atasan langsung
Lakukan investigasi
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN MFK NO
SOAL
1
APA SAJA DAFTAR PERIJINAN YANG SUDAH DIMILIKI OLEH RSUD dr. R. SOETRASNO KABUPATEN REMBANG?
2
BERKAITAN DENGAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KEAMANAN, APAKAH RSUD dr. R. SOETRASNO REMBANG JUGA DIPERIKSA/INSP EKSI OLEH PIHAK EKSTERNAL RS?
JAWAB
NO
JENIS PERIZINAN
NOMOR
1 2
IZIN OPERASIONAL IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
440 / 1202 503 / I – 23 / 742 / 2016
3
IZIN LINGKUNGAN
4 5 6
IZIN IPAL IZIN TPS LIMBAH B3 IZIN GENSET
7
IZIN LIFT
8
IZIN PENYALUR PETIR
10 11
IZIN RADIOLOGI IZIN INCINERATOR
12
KELISTRIKAN
503 / I – 23 / 339 / 2017 503 / I – 23 / 352 / 2017 503 / I – 23 / 317 / 2018 503 / I – 23 / 316 / 2018 503 / I – 23 / 315 / 2018 660.1 / 1809 / 2016 660.1 / 1487 / 2017 660.1 / 0518 / 2018 WAS / 1852 / IL / X / 2018 WAS / 1853 / IL / X / 2018 WAS / 1854 / IL / X / 2018 Z17.O.06.171.3317.0000.17 WAS / 16 / IL / I / 2018 WAS / 18 / IL / I / 2018 WAS / 1855 / IL / X / 2018 WAS / 1856 / IL / X / 2018 WAS / 1857 / IL / X / 2018 WAS / 1858 / IL / X / 2018 566 / 4687 / 2017 566 / 042 / 2018 027845.010.11.2602 18 PROSES
3517 / 25 / DLT.2 / 2013 9000.205.3.3317.JM48.18 9000.205.3.3317.JM53.17 Pemeriksaan oleh pihak eksternal terkait dengan fasilitas dan keamanan RS meliputi : Pemeriksaan Air minum dan air bersih oleh DKK Rembang. Inspeksi sanitasi oleh DKK Rembang. Pemeriksaan kualitas lingkungan oleh Lab CITO. Pemeriksaan Alat Kesehatan/Kalibrasi oleh BPFK/LPFK. Pemeriksaan peralatan Radiologi oleh BAPETEN/BPFK/LPFK.
23
3
APA YANG SAUDARA LAKUKAN JIKA MELIHAT ASAP / API?
4
BAGAIMANA CARA MENGGUNAKAN APAR?
5
BAGAIMANA JALUR EVAKUASI DI RSUD dr. R. SOETRASNO KAB. REMBANG
24
JIKA SENDIRI MAKA SEGERA PADAMKAN API DENGAN APAR JIKA ADA REKAN YANG LAIN MAKA: TERIAK “KODE MERAH” REKAN YANG MENDENGAR TERIAKAN SEGERA TELPON KAMTIB (168) DENGAN CARA: “KODE MERAH RUANG......”DIULANG SEBANYAK 3X SEGERA AMBIL PERAN PETUGAS PIKET KODE MERAH, MELIPUTI : HELM MERAH : KOORDINATOR PEMADAMAN HELM BIRU : KOORDINATOR EVAKUASI PASIEN HELM PUTIH : KOORDINATOR EVAKUASI ALKES HELM KUNING : KOORDINATOR EVAKUASI DOKUMEN PETUGAS JAGA KAMTIB/SECURITY DIBANTU PERAWAT/PETUGAS LAINNYA MELAKUKAN EVAKUASI PASIEN, EVAKUASI DOKUMEN PENTING, EVAKUASI ALAT KESEHATAN MENUJU TITIK KUMPUL. SETELAH SAMPAI DI TITIK KUMPUL, DOKTER IGD AKAN MEMERIKSA KONDISI PASIEN. AMBIL APAR CABUT PIN, ARAHKAN NOZLE KE TEMPAT AMAN, TEKAN HANDLE UNTUK MEMASTIKAN APAR BERFUNGSI BAIK ARAHKAN NOZLE KE SUMBER API REMAS HANDLE RATAKAN SEMPROTAN DENGAN CARA MENYAPU JIKA TERJADI BENCANA / KEBAKARAN MAKA IKUTI ARAHAN KOORDINATOR EVAKUASI MENGIKUTI ARAH JALUR EVAKUASI MENUJU TITIK KUMPUL YANG AMAN DAN TERDEKAT ADA 6 TITIK KUMPUL, YAITU: HALAMAN PARKIR DEPAN RS HALAMAN PARKIR DEPAN IGD HALAMAN PARKIR DEPAN INST. REHABILITASI MEDIK LAPANGAN UPACARA RS HALAMAN PARKIR PAVILIUN KARTINI HALAMAN SEBELAH SELATAN KAMAR JENAZAH
6
JELASKAN KODE DARURAT YANG ADA DI RSUD dr. R. SOETRASNO
HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI
KODE
Kebakaran
MERAH
Henti jantung
BIRU
Penculikan Anak-anak Penculikan Bayi Orang yang membahayakan Orang yang membahayakan dengan senjata
7
JELASKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DAN LISTRIK DI RSUD dr. R. SOETRASNO KAB. REMBANG
8
BAGAIMANA PENGELOLAAN LIMBAH B3?
UNGU PINK ABU-ABU
PERAK
Ancaman bom
HITAM
Bencana didalam/diluar RS
ORANYE
PANGGILAN DARURAT 168 ( KAMTIB 113 ( IGD ) 168 ( KAMTIB 168 ( KAMTIB 168 ( KAMTIB
)
) ) )
168 ( KAMTIB ) 168 ( KAMTIB ) 113 ( IGD )
Tumpahan bahan 148 COKLAT berbahaya ( IHS ) BAHWA AIR DAN LISTRIK HARUS TERSEDIA SELAMA 24 JAM SEHARI 7 HARI DALAM SEPEKAN SECARA TERUS MENERUS PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR SUMBER AIR UTAMA: PDAM DAN SUMUR SUMBER AIR ALTERNATIF: KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA (AIR TANGKI) SPO: JIKA PETUGAS MEMERIKSA KONDISI KETERSEDIAAN AIR DI TANDON UTAMA KURANG DARI 1/3 KAPASITAS, MAKA PETUGAS LAPOR KE KEPALA IHS UNTUK MELAKSANAKAN PENGADAAN AIR KEPADA PIHAK KETIGA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK SUMBER LISTRIK UTAMA: PLN SUMBER LISTRIK ALTERNATIF: GENSET JIKA SUMBER LISTRIK UTAMA TERGANGGU (PADAM) MAKA SECARA OTOMATIS GENSET AKAN MENYALA DENGAN JEDA WAKTU MAKSIMAL 7 DETIK. KERJASAMA DENGAN PIHAK KETIGA YAITU PT TRIATA MULIA INDONESIA UNTUK MENGANGKUT LIMBAH B3 YANG TELAH MEMILOIKI KERJASAMA DENGAN PENGOLAH LIMBAH B3 (PT. WASTEC)
25
9
BAGAIMANA JIKA TERJADI ANCAMAN BOM DI RSUD dr. R. SOETRASNO KAB. REMBANG?
10
BAGAIMANA LANGKAH LANGKAH JIKA TERJADI GEMPA BUMI
26
(Apabila ada telepon masuk) Petugas/orang yang mengetahui / menerima ancaman bom segera menghubungi pihak KAMTIB “ kode hitam diruangan........” (dengan menyebutkan nama ruangan dan diulang 3X). Petugas KAMTIB yang menerima telpon segera mengecek dan mengamankan TKP. Petugas kamtib melaporkan kepada pimpinan/pihak manajemen untuk menghubungi pihak kepolisian “selamat pagi/siang/malam...POLRES REMBANG, telah terjadi ancaman bom di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang...mohon bantuannya untuk mengirimkan petugas ke RS...terima kasih”. Petugas kamtib segera mengisolasi area dan mengevakuasi pasien, pengunjung dan karyawan. Petugas kamtib melarang setiap orang untuk masuk ke area tersebut sampai dinyatakan aman oleh petugas Jangan panik Berlindung dibawah meja Lindungi wajah dan kepala dengan lengan Bila ditempat tidur lindungi kepala dengan bantal Jauhi kaca, jendela/peralatan mudah jatuh Tetap di dalam gedung sampai guncangan berhenti Tunggu instruksi selanjutnya dari koordinator penanggulangan bencana
PERTANYAAN SKENARIO DAN JAWABAN BAB KUALIFIKASI DAN KEWENANGAN STAF (KKS)
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1.
Bagaimanakah pengelolaan staf di rumah sakit?
Kebijakan pengelolaan staf di rumah sakit meliputi : 1. Perencanaan kebutuhan staf; 2. Rekrutmen dan seleksi staf; 3. Pengelolaan file kepegawaian; 4. Pemberian kewenangan klinis; 5. Penilaian kinerja.
2.
Bagaimanakah perencanaan kebutuhan staf rumah sakit?
3.
di
Bagaimanakah proses penerimaan staf baru di rumah sakit?
Perencanaan kebutuhan staf mengacu pada rencana strategis RS dan pola ketenagaan. Dalam rencana strategis RS yang disusun setiap 5 (lima) tahunan diantaranya menetapkan kebutuhan staf berbasis pelayanan yang diberikan termasuk mengakomodir rencana pengembangan ke depan. Sedangkan dalam pola ketenagaan dilakukan pemetaan kebutuhan staf berikut dengan kualifikasi untuk setiap tahunnya. Pola ketenagaan pada masing-masing unit kerja tercantum dalam pedoman pengorganisasian unit kerja yang salah satunya berisi kebutuhan ketenagaan berdasarkan kinerja layanan dengan membandingkan ketersediaannya saat ini berikut rincian kualifikasinya . Selanjutnya pola ketenagaan dari masing-masing unit kerja ini digabungkan menjadi pola ketenagaan rumah sakit. Staf di rumah sakit berdasarkan statusnya terdiri dari : Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Non PNS (pegawai BLUD dan kontrak). Rekrutmen dan seleksi PNS diatur oleh Pemerintah Pusat . Adapun rekrutmen dan seleksi staf Pegawai Non PNS diatur melalui Peraturan Bupati termasuk dimana Direktur diberikan kewenangan untuk mengangkat pegawai waktu tertentu khusus untuk profesi : dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan apoteker . Selanjutnya staf baru hasil rekrutmen wajib mengikuti orientasi. Orientasi terdiri dari orientasi umum dan orientasi khusus. Orientasi umum bersifat kelas dengan materi : 1. Struktur organisasi RS; 2. Visi, misi, motto, falsafah dll;
27
3. 4.
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien; SPO wajib : cuci tangan, identifkasi pasien, komunikasi efektif, penggunan APAR, evakuasi, pengelolaan tumpahan cairan tubuh/B3. Catatan : orientasi umum juga diberikan kepada peserta didik. Orientasi khusus dilakukan di unit kerja sesuai profesi, dengan materi : 1. Struktur organisasi unit kerja; 2. Uraian tugas; 3. Prosedur kerja; 4. Kewenangan; dan 5. Penilaian kinerja Selanjutnya kepala unit kerja memberikan penilaian orientasi khusus untuk kemudian dilanjutkan proses penempatan staf. 4.
28
Apa sajakah isi File Kepegawaian?
Setiap karyawan RS wajib memiliki file kepegawaian 1. File kepegawaian minimal berisi : a. Ijazah terakhir dan verifikasinya; b. Perijinan : STR dan SIP yang masih berlaku; c. SK Pengangkatan dan terakhir; d. SK/Surat Tugas Penempatan di unit kerja terakhir; e. Daftar Riwayat Pekerjaan; f. Uraian tugas; g. Orientasi di unit kerja terakhir; h. Bagi PPA/Staf Klinis : Surat Penugasan Klinis (SPK) dan Rincian Kewenangan Klinis (RKK) berikut dokumen prosesnya; i. Sertifikat pelatihan sesuai kompetensi (bagi PPA/Staf Klinis); j. Sertifikat pelatihan SPO wajib RS. 2. File kepegawaian diperbarui setiap tahun 3. Kelengkapan isi file kepegawaian merupakan tanggungkawab masing-masing staf/karyawan 4. File kepegawaian tersedia di unit kerja dan Bagian Tata Usaha/Kepegawaian RS
5.
Bagaimanakah prosedur pemberian kewenangan klinis Staf Medis
Setiap staf medis (dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis) termasuk residen yang ditugaskan wajib mengikuti kredensi untuk pemberian kewenangan klinis. Proses kredensi dilakukan oleh Sub Komite Kred ensi – Komite Medis. Alur kredensi staf medis :
Mengajukan permohonan pada Direktur
Persyaratan kredensi : a. Ijazah dokter spesialis/dokter yang terverifikasi (bagi residen ijazah dokter); b. STR dan SIP yang masih berlaku; c. Sertifikat pelatihan sesuai kompetensi (misal dokter IGD wajib memiliki sertifikat ACLS); d. Mengisi form kredensi.
1.
2. 3.
4.
Disposisi Direktur
Komite Medis
Kredensi oleh Sub Komite Kredensi
Rekomendasi kewenangan
Penetapan penugasan dan kewenangan klinis
Persyaratan kredensi residen yang bertugas menyerahkan berkas : a. STR adalah STR dokter; b. SIP adalah SIP kolektif Fakultas yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat; c. Surat penugasan ke RS yang dikeluarkan oleh Fakultas/Prodi/Bagian; d. Sertifikat kompetensi sesuai level residen. Masa berlaku SPK/RKK adalah 3 (tiga) tahun. Kredensi ulang (re-kredensi) dilakukan pada waktu : a. Memiliki kompetensi baru hasil pendidikan baru atau pelatihan; b. Hasil penilaian kinerja yang berdampak terhadap penyesuaian kewenangan staf medis; c. Masa berlaku SPK/RKK staf medis lainnya habis. Alur re-kredensi : sebagaimana alur kredensi.
29
6.
Bagaimanakah prosedur pemberian kewenangan klinis Staf Keperawatan
Setiap staf keperawatan termasuk kebidanan yang memberikan asuhan wajib mengikuti kredensi untuk pemberian kewenangan klinis. Proses kredensi dilakukan oleh Sub Komite Kredensi – Komite Keperawatan. Alur kredensi staf keperawatan :
Mengajukan permohonan pada Direktur
Persyaratan kredensi : a. Ijazah perawat/bidan yang terverifikasi; b. STR dan SIP yang masih berlaku; c. Sertifikat pelatihan sesuai kompetensi (misal perawat rawat inap wajib memiliki sertifikat BLS); d. Mengisi form kredensi.
Disposisi Direktur
Komite Ke erawatan Kredensi oleh Sub Komite Kredensi
Rekomendasi kewenangan
Penetapan penugasan dan kewenangan klinis
1. Masa berlaku SPK/RKK adalah 3 (tiga) tahun. 2. Kredensi ulang (re-kredensi) dilakukan pada waktu : a. Memiliki kompetensi baru hasil pendidikan baru atau pelatihan; b. Hasil penilaian kinerja yang berdampak terhadap penyesuaian kewenangan staf keperawatan; c. Masa berlaku SPK/RKK habis. 3. Alur re-kredensi : sebagaimana alur kredensi.
30
7.
Bagaimanakah prosedur pemberian kewenangan klinis PPA/Staf Klinis Lainnya
Profesional Pemberi Asuhan (PPA)/Staf klinis lainnya terdiri dari : apoteker/tenaga teknis kefarmasian, radiografer, analis laboratorium, perekam medik, nutrisionis/ahli gizi, fisioterapis/okupasi terapis . Setiap PPA/staf klinis lainnya yang bekerja wajib mengikuti kredensi untuk pemberian kewenangan klinis. Proses kredensi dilakukan oleh Komite Kredensi Staf Klinis Lainnya. Alur kredensi PPA/staf klinis lainnya :
Mengajukan permohonan pada Direktur
Persyaratan kredensi : a. Ijazah PPA/staf klinis lainnya yang terverifikasi; b. STR dan SIP yang masih berlaku; c. Sertifikat pelatihan sesuai kompetensi; d. Mengisi form kredensi.
Disposisi Direktur
Komite Kredensi Staf Klinis Lainn a Kredensi oleh Komite Kredensi Staf Klinis Lainnya Rekomendasi kewenangan
Penetapan penugasan dan kewenangan klinis 1. 2.
3.
Masa berlaku SPK/RKK adalah 3 (tiga) tahun. Kredensi ulang (re-kredensi) dilakukan pada waktu : a. Memiliki kompetensi baru hasil pendidikan baru atau pelatihan; b. Hasil penilaian kinerja yang berdampak terhadap penyesuaian kewenangan staf klinis lainnya; c. Masa berlaku SPK/RKK habis. Alur re-kredensi : sebagaimana alur kredensi.
31
8.
Bagaimanakah prosedur penilaian kinerja staf?
Setiap staf wajib dilakukan penilaian kinerja, penilaian dilakukan oleh atasan langsung secara berjenjang. A.
Penilaian Kinerja Staf Keperawatan dan Staf Klinis Lainnya Penilaian kinerja staf keperawatan dan staf klinis lainnya terdiri dari unsur : kinerja dan keterlibatan dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Penilaian kinerja baik staf PNS maupun Non PNS menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), sedangkan bentuk keterlibatan staf dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah melalui kemampuan penguasaan indikator mutu pada unit kerja masingmasing dan pelaporan bila menemukan insiden keselamatan pasien.
B. Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan Bagi Staf Medis Penilaian kinerja staf medis lebih kompleks bila dibandingkan staf lainnya. Penilaian menggunakan monitoring dan evaluasi berkelanjutan, yang terdiri dari : a. Perilaku; b. Pengembangan Profesional; dan c. Kinerja Klinis. Evaluasi perilaku terkait dengan budaya aman (safety culture) mulai dari kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin profesi , tidak adanya laporan tentang perilaku yang tidak dapat diterima/mengganggu , dan dilakukan analisis budaya aman di RS; Pengembangan profesional staf medis yang dipilih adalah Praktik Berbasis Sistem dengan mengukur pemahaman staf medis terhadap sistem pelayanan yang lebih luas diantaranya : sistem JKN, asuransi medis, sistem mutu yang dikembangkan RS serta peduli terhadap program pengendalian resistensi antimikroba yang dicanangkan RS; Kinerja klinis staf medis diukur menggunakan sasaran kinerja pegawai (SKP) dan pelaksaan kaji banding (benchmark) dengan pelayanan klinis RS lain minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
32
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN (ARK) NO 1
2
STAN DART ARK
ARK 1.2
PERTANYAAN
JAWABAN
Bagaiamankah rumah sakit menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang sudah tersedia di rumah sakit, mengoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan selanjutnya ? Apa yang harus diperhatikan dalam proses admission ?
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
a. b. c. d. e. f. g.
3
ARK 2.2
Apa yang anda lakukan jika pada suatu hari terjadi kecelakan bis yang menabrak truk dan kejadiannya karambol sehingga menyebakan jumlah korban melebIhI kapasitas kemampuan sarana prasanan IGD
a. b. c.
d.
e.
Ditetapkannya regulasi tentang skrining pasien. Ditetapkannya regulasi tentang triage pasien. Ditetapkannya regulasi tentang pendaftaran rawat inap, rawat jalan, gawat darurat dan on line . Ditetapkannya regulasi tentang dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) Ditetapkannya regulasi tentang Case Manager Ditetapkannya regulasi tentang penundaan pelayanan. Ditetapkannya regulasi tentang pemulangan pasien. Ditetapkannya regulasi tentang transfer pasien. Ditetapkannya regulasi tentang transportasi medis
Hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan dan nilai-nilai pribadi pasien yang perlu diketahui. Apakah pasien memerlukah penerjemah bahasa. Apakah pasien memiliki masalah dalam berbicara, pendengaran, dan penglihatan. Apakah kontak yang telah diisi sudah benar. Apakah pasien memerlukan alat bantu khusus. Apakah pasien mempunyai riwayat alergi. Harus jelas terlebih dahulu apakah pasien itu akan masuk melalui pintu rawat jalan atau gawat darurat. dr jaga IGD menghubungi supervisi untuk mobilisasi bantuan tenaga dari ruangan lain. Sambil menungu bantuan tenaga petugas IGD berusaha mengatasi semampu tenaga yang ada. Setelah bantuan tiba tiba dr IGD memberikan instruksi apa saja yang bisa dikerjakan oleh petugas tambahan tesebut. Apabila masih tidak mampu, dr IGD menghubungi ketua tim bencana Rumah Sakit, untuk memobilisasi seluruh anggotanya agar segera datang ke RS. Seluruh pasien didaftrakan ke petugas pendaftran secara aktif.
f.
33
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m. a. b. c.
4
ARK 1.3
Bagaimanakah proses bila terjadi penundaan pelayanan ?
5
ARK 2.3 EP 1
Bagaimanakah a. proses transfer pasien ke ICU/ICCU/PICU ? b.
6
ARK 3.1
Bagaimanakah penerapan case manager di rumah sakit ?:
34
Setelah ketua tim penanggulangan bencana RS tiba di RS , dr jaga memberikan laporan singkat dan melanjutkan serah terima untuk dilanjutkan oleh ketua tim penanggulangan bencana RS. Koordiantor keamanan yang bertugas mempunyai tugas mengamankan dan bertanggung jawab untk kelancaran seluruh akses masuk ambulance dari dan masuk ke RS. Bila daya tampung IGD tidak memadai maka dokter jaga akan merujuk korban ke RS sekitar RSUD dr R Soetrasno Rembang. Jika pasien telah melebihi kapasitas IGD maka ketua tim bencana RS akan memerintahkan ISRS dan HS untuk merubah ruang tunggu menjadi ruang rawat inap darurat Kode Ungu dinyatakan selesai bila seluruh pasien sudah terlayani dan ketua tim penanggulangan menyatakan beakhir. Dr jaga IGD membuat laporan kepada ketua tim bencana RS yang tembusannya kepada direktur RS dalam waktu 1x24 jam Alasan penundaan Alternatif yang diberikan Penjadwalan ulang
RM Transfer internal RS diisi lengkap keadaan umum pasien, vital sign, program lanjutan, waktu tanggal dan jam transfer, nama tanda tangan yang menyerahkan. RM Kriteria masuk ICU, diisi lengkap.
Case manager adalah : tenaga professional di rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan pelayanan pasien Tugas case manager : 1. Melakukan koordinasi dengan unit dan instalasi serta bidang terkait agar sistem manajemen pelayanan pasien berjalan baik. 2. Melakukan pembinaan, bantuan, pengawasan dan pembimbingan serta evaluasi pada Case Manager unit dalam melaksanakan tugasnya. 3. Case Manager selalu mendampingi pasiennya meskipun pasien dipindahkan ke unit lain sampai pasien pulang dari Rumah Sakit
4.
Melakukan pelaporan setiap bulan atau apabila dipandang khusus, tentang hasil pekerjaanya kepada Direktur melalui Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan. Fungsi Case manager : 1. Asesmen Manajemen Pelayanan Pasien 2. Perencanaan management pelayanan pasien 3. Komunikasi dan koordinasi dalam pelaksanaan management pelayanan pasien. 4. Edukasi dan advokasi dalam pelaksanaan management pelayanan pasien 5. Kendali mutu dan biaya Pasien yang didampingi case manager : 1. Risiko tinggi 2. Biaya tinggi 3. Potensi komplain tinggi 4. Kasus dengan penyakit kronis 5. Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek 6. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat 7. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting atau yang membutuhkan kontinuitas pelayanan 8. Kasus kompleks / rumit 7
ARK 3
Kapan membuat rencana pemulangan dan menginformasikan kepada pasien atau keluarga ?
Rencana pemulangan pasien (discharge planing) dibuat pada saat melakukan asesmen awal rawat inap dan menginformasikan rencana pemulangan kepada pasien dan keluarganya sedini mungkin
8
ARK 3.2
Bagaimanakah proses rawat bersama ?
Melengkapi dengan RM/Form DPJP untuk menentukan DPJP utama,DPJP, waktu mulai dan waktu berakhir, serta untuk mengetahui jika terjadi alih rawat.
9
ARK 5 EP. 1
Bagaimanakah proses rujukan pasien ?
Dokter 1. Tentukan pasien untuk dirujuk 2. Tulis surat rujukan 3. Hubungi Rumah Sakit yang dituju (Sisrute dan Via telpon) 4. Berikan informasi kepada pasien atau keluarga 5. Dokumentasikan dalam rekam medis
35
10
ARK 4.3 EP 1 .
11
ARK 5.1
36
Bagaiman proses jika rumah sakit memberikan asuhan dan tindakan berlanjut kepada pasien dengan diagnosis kompleks dan atau yang membutuhkan asuhan kompleks ? Bagaimanakah proses transfer pasien kritis ?
Perawat 1. Isi formulir permintaan ambulans 2. Hubungi bagian ambulans 3. Hubungi tim rujuk 4. Siapkan Pasien 5. Serah terima pasien dengan perawat rujuk Perawat Rujuk 1. Siapkan peralatan dan lembar monitoring pasien 2. Pindahkan pasien kedalam ambulans 3. Monitor pasien selama perjalanan 4. Serah terima dengan Rumah Sakit tujuan 5. Dokumentasi dan masukkan lembar monitor pasien kedalam rekam medis Kriteria pasien dengan asuhan yang kompleks adalah pasien yang menderita Diabet melitus, Ulkus Diabet, Stroke dan harus dilengkapi dengan RM Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ)
a. b. c. d. e. f. g.
Kehadiran petugas yang kompeten secara kontinyu selama transfer Bed side monitor Pemantauan tekanan darah (non-invasif) Saturasi oksigen Terpasangnya jalur intravena Mempertahankan dan mengamankan jalan nafas Pemantauan temperatur pasien secara terusmenerus (untuk mencegah terjadinya hipotermia atau hipertermia)
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PAP
No.
PERTANYAAN
1. Bagaimana RSUD Rembang memberikan Pelayanan Untuk Semua Pasien
2. Bagaimana Proses Untuk Melakukan Asuhan Pasien Secara Terintegrasi dan Terkoordinasi ? dan bagaimana untuk pendocumentasi annya ?
STAN DART
JAWABAN
PAP 1 1. Semua pasien yang berada di RSUD Rembang diberikan pelayanan yang sama tidak membedakan kelas baik pasien kelas 3 dan pasien kelas VIP, dan setiap hari dan setiap shif jaga atau 24 jam pasien juga bisa mendapatkan akses fasilitas pelayanan yang sama sesuai dengan kebutuhan pasien dan disesuaikan dengan Clinical Pathway tidak terbatas hari kerja atau hari libur seperti pasien dengan diagnosa stroke baim pasien kelas 3 dan pasien kelas VIP juga mendapatkan pelayanan diagnostik CT-SCAN Otak yang sama dan seluruh asuhan yang diberikan ke pada pasien diducumentasikan di Lembar CPPT dengan format yang sama yaitu SOAP. 2. Pasien juga mendapat pelayanan asuhan keperawatan dengan sumber daya yang sama di seluruh rumah sakit sesuai dengan kebutuhan pasien. 3. Pasien juga mendapatkan pelayanan anestesi di seluruh rumah sakit yang akan menjalani terapi pembedahan sesuai dengan kebutuhan pasien dan tidak tergantung hari dan kelas. PAP 1. Proses Asuhan kepada setiap pasien di lakukan oleh 2, semua PPA (Dokter, Perawat, Bidan, Nutrisonist, PAP Fisioterapist, Apoteker) dan bekerja secara kolaborasi 2.4, antar disiplin ilmu sesuai dengan kebutuhan pasien, PAP dengan DPJP sebagai ketua dalam memberikan 2.1 Asuhan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien dan melibatkan baik pasien dan keluarga selama proses pemberihan asuhan seperti memberian informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan dan kejadian yang tidak di harapkan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan Clinical Pathway yang berlaku di RSUD Rembang serta dibuatkan perencanaan pulang untuk pasien-pasien dengan kondisi tertentu.
37
2. Pendokumentasian seluruh proses asuhan pasien di lakukan baik di Assement IGD bila pasien masuk dari IGD, Asesment Rawat Jalan Bila pasien dari Rawat Jalan, Assesment A wal Ranap Inap dan Lembat CPPT bila pasien Rawat inap, Assesment Bedah dan Anetesi bila pasien mendapatkan Asuhan Pembedahan dll sesuai dengan format Rekam Medis yang berlaku di RSUD Rembang dan bila di dalam CPPT dengan menggunakan Format SOAP sesuai dengan kewenangan klinis masing-masing PPA. 3. Untuk verifikasi SOAP di tiap HALAMAN CPPT harus ada Verifikasi DPJP yang berada di pojok kanan bawah. 3. Siapa yang berhak memberikan Oeder atau Perintah Asuhan kepada Pasien ? dan bagaimana mana implementasinya ?
38
PAP 2.2
1. Yang berhak memberikan perintah atau order adalah dokter sesuai dengan SPK dan RKK sesusai dengan kewenangan klinis masing-masing PPA. Intruksi di tulis baik di assement IGD, Assesment awal Rawat Inap, di lembar CPPT, dengan menuliskan di form baik laborat maupun radiologi sesuai dengan indikasi pasien yang diberikan oleh DPJP atau yang mewakilinya. 2. Setiap perintah pemeriksaan baik laborat maupun radiologi harus ada bukti baiak di rekam medis dan blangko form laborat dan radiologi serta bila ada tindakan radiologi ataupun tindakan invasif harus ada bukti rekam medis yaitu Inform dan Consent
4. Bagaimana cara mengidentifikasi Pasien yang termasuk Risiko Tinggi dan Pelayanan Risiko Tinggi ? dan apa saja sih pasien yang tergolong Risiko Tinggi dan Pelayanan Risiko Tinggi ?
PAP 3 1. Bila PPA menemukan Pasien atau Pelayanan yang termasuk Risiko Tinggi maka akan melakukan hal berikut : Menempelkan Stiker Warna Hijau Bertulisakan “Pasien Risiko Tinggi” bila pasien masuk dari IGD maka penempelan Stiker tsb di Form Pendaftaran IGD dan DI Lembar Terapi IGD di samping Tulisan Pasien Risiko Tinggi. Bila di temukan di rawat inap stiker warna hijau tsb di tempel kan di CPPT dimana Ditemukan Risiko Tinggi Tersebut. Bila rawat jalan Stiker Risiko Tinggi tsb di tempelkan di lembar CPPT atau lembar pendaftaran pasien. 2. Pasien Yang Termasuk Risiko Tinggi : a) EMERGENSI b) PENYAKIT MENULAR ( TB Paru, Hepatitis A,B,C, B20, Campak, Varicella, Campak, IMS, Kusta, dll) c) KOMA d) DENGAN ALAT BANTUAN HIDUP DASAR (Ventilator) e) IMMUNOSUPRESSAN (B20, Pasien dalam pengobatan Kemoterapi, dll) f) DIALISIS (Hemodialisa) g) RESTRAINT (Alat Pengekang Pasien) h) RESIKO BUNUH DIRI i) PASIEN YANG MENERIMA KEMOTERAPI Kita Belum Ada j) RISIKO KEKERASAN ATAU DITELANTARKAN, RENTAN, LANSIA, ANAK, GANGGUAN MENTAL, NAPZA DAN ALKOHOL k) PASIEN TERMASUK RESIKO TINGGI LAINNYA ( Pasien dengan Hemodinamik Tak stabil yang masuk ICU, ICCU, HND, dan resiko tinggi yang di tetapkan oleh RS) l) TRANSFUSI DARAH m) RESUSITASI n) 3. Pelayanan Risko Tinggi : a) Pelayanan pasien dengan Penyakit Menular b) Pelayanan pasien yang menerima Dialisis c) Pasien yang menerima pelayanan kemoterapi d) Pelayanan pasien yang menerima radioterapi e) Pelayanan pasien resiko tinggi lainnya (misalnya terapi hiperbarik dan radologi intervensi
39
5. Bagaimana Cara Mengenali tanda perubahan dini pasien yang di rawat di RSUD Rembang ? dengan Parameter apa untuk mengetahuinya ?
40
PAP 3.1
1. Untuk mengetahuin Perubahan dini dari kondisi pasien ke arah kondisi lebih buruk dengan menggunakan Early Warning System (EWS) dengan cara Menilainya dengan Menggunakan Early Warning System Scoring (EWSS). Untuk penilaian dan alur sesuai dengan SPO EWS yang berlaku di RSUD Rembang 2. RSUD Rembang menggunakan Parameter EWS yang dibagi menjadi 3 yaitu untuk dewasa menggunakan EWSS secara Umum, sedangkan untuk anak menggunakan Pediatric Eraly Warning System (PEWS) dan Untuk Pasien Maternal Dengan Menggunakan Modified Obsteric Early Warning System (MOEWS). 3. Untuk apasaja yang di nilai di EWSS,PEWS, dan MOEWS di lihat di brosur dan SPO EWSS. 4. EWS di aktifkan pada : a. Pasien yang keadaan umumnya dinilai tidak nyaman (uneasy feeling ), b. Pasien yang datang ke instalasi gawat darurat, c. Pasien dengan keadaan hemodinamik tidak stabil, d. Pasien yang baru dipindahkan dari ruang rawat bangsal ke bangsal ruang pengawasan intensif. e. Pasien yang baru dipindahkan dari ruang rawat intensif ke bangsal rawat inap. f. Pasien yang akan dipindahkan dari ruang rawat ke ruang rawat lainnya, g. Pasien paska operasi dalam 24 jam pertama sesuai dengan ketentuan penatalaksanaan pasien paska operasi. h. Pasien dengan penyakit kronis, i. Pasien yang perkembangan penyakitnya tidak menunjukkan perbaikan. j. Pemantauan rutin pada semua pasien, minimal 1 kali dalam satu shift dinas perawat. Pada pasien di Unit Hemodialisa dan rawat jalan lainnya
6. Bagaimana Pelayanan Resusitasi Yang ada di RSUD Rembang dan bagaimana bila ada pasien yang mengalami Henti Jantung dan Henti nafas di RSUD Rembang ?
PAP 3.2
7. Bagaimana Alur Pelaporan Bila Terjadi Reaksi Transfusi Darah ?
PAP 3.3
1.
2.
Pelayanan resusitasi di RSUD Rembang tersedia 24 jam non stop diseluruh area rumah sakit. Dan di RSUD Rembang sudah ada Tim Code Blue siaga 24 jam Bila ada Pasien yang mengalami Kegawatdaruratan seperti Henti Jantung dan Henti nafas bisa tertangani dengan respon time < 5 menit ke lokasi dimana terjadi Code Blue. Aktivasi Code Blue :
1. Bila PPA menemukan Pasien dengan reaksi Tranfusi Darah denganberbagai bentuk Reaksi makan petugas yang menemukan mengambil langkah yaitu, hentikan produck darah yang di transfusikan kemudian ganti dengan NaCl 0,9%, kemudian catat dalam rekam medis bentuk reaksi transfusi, kemudian laporkan ke dokter jaga atau DPJP kasus reaksi Transfusi dan Produk darah yang mengakibatkan reaksi transfusi di kirim ke bank darah untuk di teliti ulang.
41
8. Bagaimana alur pasien yang mendapatkan pelayanan Hemodialisa di RSUD Rembang ?
PAP 3.5
1.
2.
3.
9. Bagaimana tindakan bila ada pasien yang dengan sikap agesif dan destruktif saat di berikan Asuhan Pelayanan ?
PAP 3.7
1.
2.
3.
4.
42
Pasien yang mendapatkan pelayanan Hemodialisa yaitu : a. Asidosis b. Intoksikasi yang tidak ada antidotumnya c. Uremicum d. Elektrolit Imbalance e. Overload Cairan Pasien yang akan menjalani pelayanan Hemodialisa sebelumnya di edukasi apakah mau atau tidak dilakukan terapi Hemodialisa dengan memberikan lembar Informasi dan Persetujuan bila setuju dan lembar penolakan bila pasien menolak. Setelah itu konsul keDPJP untuk accatau tidak pasien tersebut akan dilakukan tindakan Hemodialisa . Pelayanan Hemodialisa dilakukan sesuai dengan spo yang berlaku. DI RSUD rembang Mempunyai Pelayanan Restraint untuk pasien-pasien yang mengalami prilaku yang agresif dan destruktif sehingga proses asuhan tidak bisa berjalan dengan optimal. Pasien yang di indikasin mendapatkan pelayanan restraint yakni : 1. Pasien yang membahayakan diri sendiri dan orang di sekitarnya. 2. Pasien yang membahayakan lingkungan sekitar. 3. Pasien yang mengalami prilaku yang agresif atau destruktif agar tetap mendapatkan asuhan pelayanan secara optimal. Jenis restraint yang di gunakan di RSUD rembang yaitu : a. Fisik dengan cara memegangi dengan tangan untuk membatasi gerak. b. Mekanik dengan menggunakan tali pengekang c. Tehnologi dengan bantuan CCTV d. Sosial dengan sugesti. Setiap pasien yang mendapatkan pelayanan restraint harus di monitoring sesuai dengan lembar monitoring yang ada di rekam medis. Sebelum pasien mendapatkan pelayanan restraint Dokter wajib memberikan edukasi dan Inform Consent kepada keluarga untuk dilakukan restraint dan diberikan lembar Informasi, Persetujuan, dan apabila di setujui kemudian perawat akan melakukan assesment awal restraint di rekam medis dan melakukan monitoring.
10 Bagaimana alur Pasien mendapatkan pelayanan Gizi dan pemenuhan Nutrisi sesuai dengan kebutuhan pasien ?
PAP 4 dan 5
1.
Pasien yang di rawat inap di RSUD Rembang semua mendapatkan pelayanan gizi dan pemenuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan pasien. Sebelum pasien mendapatkan terapi gizi, pasien terlebih dahulu akan di lakukan assesment dan skrining gizi baik mulai dari IGD atau dari Rawat jalan, kemudian Nutrisonist akan menyusun rencana pemeberian gizi atau planning, dan monitoring gizi sesuai dengan kebutuhan pasien tersebut serta mendapatkan konsultasi gizi dan edukasi pada pasien-pasien dengan kondisi tertentu.
43
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN POKJA ASSESMEN PASIEN NO 1
PERTANYAAN Bagaimana Pelaksanaan Assesmen pasien di RSUD Rembang
JAWABAN 1. 2.
3.
4.
5.
6.
2
Siapa Saja Yang Bisa Melakukan Assesmen Pasien?
3
Bagaimana Seorang Perawat/Bidan/ Dokter Melakukan Assesmen Awal Pasien
44
Isi minimal assesmen pasien dikerjakan dan terisi di Rekam medis oleh perawat maupun dokter Pelaksanaan kerangka waktu assesmen awal medis dan perawat untuk rawat jalan 2 jam, IGD 3 jam observasi 3 jam sedangkan rawat inap 1x 24 jam dikerjakan dan terisi di dalam Rekam Medis PPA ( professional pemberi asuhan ) melakukan assesmen risiko nutrisional, asesmen tambahan bila ada, assesmen risiko jatuh, dan assemen nyeri ditulis dalam rekam medis Assesmen ulang dilakukan apabila ada pasien kontrol untuk rawat jalan ( kasus sama sebelum masa waktu 3 bulan untuk pasien kronis, 1 bulan untuk pasien akut) dan perawat rawat inap melakukan assesmen ulang setiap shift dan visite dokter dilakukan 1x sehari ditulis dalam form CPPT dalam bentuk SOAP Dokter DPJP apabila ingin melakukan pemeriksaan penunjang maka menulis di form lembar permintaan pemeriksaan laborat maupun radiologi ditulis nama dan tanda tangannya. Apabila dari hasil pemeriksaan penunjang terdapat nilai kritis maka dilakukan pelaporan nilai ktitis sesuai SPO
7. PPA ( Profesional pemberi asuhan) yaitu Orang-orang yang mempunyai kompetensi dan serifikat izin dibidangnya misalnya dr / drg, dr / drg spesialis, perawat, bidan,fisioterapis,okupasi, terapi wicara, apoteker,analis, ahli gizi, psikolog, radiographer. Kesemuanya ditulis dalam Rekam Medis Pasien masuk bisa berasal dari IGD/ Rawat jalan. Lalu PPA melakukan assesmen pasien dengan kurun waktu 24 jam. Isi assesmen awal Antara lain - status fisik - psiko sosio spiritual - ekonomi - riwayat kesehatan pasien - riwayat alergi - assesmen nyeri - risiko jatuh - asesmen fungsional - risiko nutrisional - kebutuhan edukasi - Perencanaan pemulangan pasien ( discharge planning)
Pasien dari IGD (assesmen pasien dilengkapi kurun waktu 3 jam,observasi 3 jam) PPA ( perawat IGD ) dan dokter IGD melakukan assesmen awal di lembar assesmen IGD Anak / dewasa tergantung usia pasien dan lembar triase IGD
1.
Pasien dari rawat jalan (assesmen pasien dilengkapi kurun waktu 2 jam ) # PPA ( perawat rawat jalan) melakukan assesmen perawat rawat jalan di lembar . Assesmen awal rawat jalan anak/ dewasa # PPA (dokter/dokter gigi spesialis melakukan assesmen medis rawat jalan disesuaikan dengan klinik masing-masing Apabila dengan pasien kronis dilakukan assesmen awal lagi bila lebih dari 3 bulan dan pasien akut 1 bulan dengan pasien yang sama/pasien dengan kasus baru 2.
Pasien sudah di rawat inap setelah dilakukan serah terima transfer pasien di rawat inap. # Perawat melihat lembar transfer dan kondisi pasien setelah itu perawat/ bidan rawat inap melakukan (assesmen awal pasien dilengkapi kurun waktu 1x24 jam ) dilembar form assesmen awal rawat inap anak/ dewasa dan form discharge planning apabila ada kriteria pasien discharge planning (disebut juga pasien krikital). Discharge planning dilakukan sesegera mungkin.paling lambat 2x24 jam setelah pasien masuk rawat inap # Dokter DPJP melakukan pengisian form assesmen awal medis disesuaikan dengan kompetensinya.
3.
4
Bagaimana Seorang PPA (Profesional Pemberi Asuhan) Melakukan Assesmen Ulang Pasien
1.
Untuk pasien kontrol di rawat jalan dengan kasus sama kurang dari waktu 3 bulan untuk pasien kronis, 1 bulan untuk pasien akut maka dilakukan assesmen ulang di lembar CPPT rawat jalan dengan penulisan secara SOAP
2.
Untuk pasien rawat inap untuk assesmen ulang perawat dilakukan di form monitoring pasien dewasa/ anak dan lembar CPPT dan dokter melakukan di lembar CPPT dengan penulisan secara SOAP.Dokter melakukan asesmen ulang sekurang-kurangnya setiap hari 1x termasuk akhir minggu selama fase akut dari perawatan dan pengobatannya.Untuk pasien non akut dilakukan asesmen ulang sehari sekali dan didokumentasikan dalam rekam medis. Dokter DPJP melakukan verifikasi di setiap lembar CPPT
45
5
Bagaimana Cara Mengkaji Assesmen Pasien Resiko Jatuh ?
Pengkajian resiko jatuh untuk ANAK-ANAK dikaji dengan Tools HUMPTY DUMPTY sedangkan utk DEWASA dgn menggunakan MORSE FALLS SCALE UNTUK PASIEN RAWAT INAP,GET UP AND GO UNTUK RAWAT JALAN, IGD dan REHABILITASI MEDIK Pengkajian dilakukan oleh perawat kemudian dapat dijadikan dasar pemberian rekomendasi kepada dokter utk penatalaksanaan lebih lanjut Penatalaksanaan Pasien Resiko jatuh Setiap pasien akan dilakukan asesmen awal untuk resiko jatuh di poliklinik dan IGD Untuk pasien yang mempunyai riwayat jatuh (kategori risiko jatuh sedang-tinggi) dipoliklinik dilakukan edukasi ke pasien untuk berhati-hati,pasien dianjurkan untuk ditemani oleh keluarga pasien bila berobat jalan, Tawarkan bantuan ke kamar mandi bila pasien tidak ditemani oleh pihak keluarga,beri kursi roda dan dipakaikan kalung kuning Setiap pasien akan di asesmen ulang diruangan dan dicatat kategori risiko jatuh tiap shift atau, saat terdapat perubahan terapi dan perubahan kondisi pasien. Tindakan pencegahan umum (untuk semua kategori ): i. Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien ii. Posisi tempat tidur rendah, roda terkunci, kedua sisi pegangan tempat tidur terpasang dengan baik iii. Ruangan rapi iv. Benda- benda pribadi berada dalam jangkauan (telepon genggam, tombol panggilan, air minum, kacamata ) v. Pencahayaan yang adekuat (disesuaikan dengan kebutuhan pasien ) vi. Alat bantu berada dalam jangkauan (tongkat, alat penopang ) vii. Optimalisasi penggunaan kacamata dan alat bantu dengar ( pastikan bersih dan berfungsi ) viii.Pantau efek obat – obatan ix. Sediakan dukungan emosional dan psikologis x. Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga xi. Masukkan program pencegahan jatuh ke dalam rencana perawatan pasien dan catatlah di rekam medis.
46
i. ii.
iii. iv. v. vi.
Kategori risiko sedang-tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan hal – hal berikut ini. Beri tanda papan kuning pada bed pasien (untuk pasien beresiko sedang- tinggi)„ Beri penanda berupa kancing berwarna kuning yang dipakai pada pergelangan tangan bila berisiko tinggi Sandal anti-licin Tawarkan bantuan ke kamar mandi / penggunaan pispot setiap 2 jam Kunjungi dan amati pasien setiap 1 jam oleh petugas perawat an dilakukan pengawasan ketat Nilai kebutuhan akan Fisioterapi dan terapi okupasi Alarm tempat tidur Lokasi kamar tidur berdekatan dengan nurse station.
6
Bagaimana Cara Mengkaji Assesmen Pasien Nyeri ?
Pengkajian nyeri untuk ANAK-ANAK dikaji dengan Tools Neonatal Infant Pain Scale (NIPS ) Neonatal (0-28 hari) dan Infant ( > 28 hari – 1 tahun), Face, Legs, Activity, Crying, Consolability (FLACC) untuk anak usia > 1 s/d 4 tahun, WongBeker Faces untuk anak usia > 4 tahun ,sedangkan utk DEWASA dgn menggunakan NUMERIC RATING SCALE, pengkajian nyeri Behavioural Rating Scale. Untuk pasien di atas usia 14 tahun yang tdk responsif, kesulitan mengungkapkan nyeri,misalnya ps dgn intubasi, sedasi dan penurunan kesadaran. Untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkan nyerinya secara verbal sehingga diperlukan pengamatan dari petugas terhadap respon tingkah laku pasien, misal pasien penurunan kesadaran, pasien kristis, pasien post sedasi/anestesi. Pengelolaan nyeri dilakukan oleh petugas pemberi asuhan sesuai kompetensi dan kewenangan klinisnya. Sebagai penanggung jawab medis adalah DPJP
Sebagai penanggung jawab terkait pelayanan keperawatan adalah PPJP / Katim Pelayanan rehabilitasi medik oleh fisioterapist Setiap pasien di IGD, IRJA dilakukan skrining nyeri. Apabila ditemukan nyeri dilakukan asesmen nyeri. Asesmen awal dilakukan di IGD, IRJA dan dilanjutkan dalam 24 jam masuk rawat inap;
47
Asesmen ulang nyeri dicatat dalam lembar terintegrasi dalam format SOAP dan dalam lembar monitoring nyeri.Semua tingkat nyeri dilakukan minimal setiap 8 jam,Jika tidak ada nyeri dilakukan 1 kali dalam 24 jam tergantung adanya perubahan status nyeri / keluhan nyeri pasien, dan waktu paruh obat . Pasien menyatakan nyeri maka dilanjutkan asesmen nyeri PQRST, meliputi : P= Provokatif / paliatif ( apakah penyebab nyeri, nyeri terasa jika bagaimana ) Q= quality (bagaimana rasanya nyeri secara kulaitasnya : diremas-remas, melilit, seperti terbakar, seperti ditusuktusuk), quantity ( seberapa sering nyeri dirasakan), radiasi ( apakah nyeri menyebar ke daerah lain? R = Region ( Di manakah nyeri tersebut dirasakan ) S= scale / Severity ( berapa skala nyeri yang dirasakan, keparahan dari nyeri ) T= Time ( berapa lama nyeri dirasakan
7
Bagaimana Cara Mengkaji Assesmen Gizi ?
Pengkajian status nutrisi untuk ANAK-ANAK dikaji dengan Tools STRONG KIDS sedangkan utk DEWASA dgn menggunakan Malnutrition Screening Tool (MST) Skrining gizi awal dilakukan di IGD dan Poliklinik oleh Perawat.Assesmen gizi lanjutan dilakukan oleh ahli gizi di ruangan rawat inap Jika skrining gizi menunjukkan resiko malnutrisi SKOR ≥ 2 maka dilanjutkan dengan proses asuhan gizi terstandar (PAGT). Kegiatan Asuhan gizi dilakukan pada semua pasien rawat inap 1x selama perawatan. Pemberian edukasi pada pasien rawat inap dilakukan oleh ahli gizi dan/atau permintaan dokter DPJP. Jika pasien membutuhkan edukasi gizi diluar jam kerja (18.00-06.00) maka perawat yang bertugas diruangan bisa menghubungi ahli gizi via telpon, esok harinya ditindaklanjuti lagi oleh ahli gizi.
8
Bagaimanakah cara pelaporan nilai kritis di rawat inap
Yang termasuk nilai kritis dirawat inap yaitu :Tanda-tanda vital ( Tekanan darah,, Suhu, respirasi,denyut nadi), saturasi,, suplemen oksigen, tingkat Kesadaran dalam batas tidak normal maka perawat/ bidan ruangan akan melaporkan ke DPJP kondisi pasien by phone ,lalu DPJP akan memberikan Advis ke perawat maka perawat akan mencatat advis dokter di lembar CPPT dan distempel CABAK lalu ditanda tangani dan beri nama dokter dan perawatnya
48
9
Ada orang datang ke Rumah sakit minta untuk dilakukan rontgen / pemeriksaan laborat tanpa membawa surat permintaan dari dokter,bagaiman a tindakan anda?
Pasien diberi penjelasan : 1. Setiap akan dilakukan rontgen / laborat , harus ada surat pengantar permintaan dokter. 2. Pasien disarankan periksa terlebih dahulu di Poli rawat jalan, kalau kasus emergensi disarankan periksa ke IGD. 3. Setelah diperiksa dokter dan diberi surat permintaan rontgen/ laborat , pasien bisa langsung ke radiologi / laborat untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
10
Bagaimanakah tindak lanjut bila diketemukan nilai kritis dilaboratorium
Bila ditemukan hasil nilai laborat melebihi atau kurang dari normal yang mengakibatkan fatal bagi pasien maka dilakukan pelaporan sesegera mungkin : 1. Analis melaporkan hasil kritis ke dokter laboratorium yang sedang bertugas. 2. Dokter Penanggung Jawab Laboratorium melakukan verifikasi terhadap data : a. Kondisi spesimen b. Hasil laboratorium sebelumnya c. Informasi kondisi klinis pasien ke ruang rawat. 3. Dokter Penanggung Jawab laboratorium melakukan tindakan sesuai dengan hasil verifikasi : a. Jika hasil verifikasi sudah sesuai hasil pemeriksaan, hasil bisa dikeluarkan b. Jika hasil verifikasi tidak sesuai hasil pemeriksaan lakukan langkah-langkah : Pengulangan pengambilan sampel Sentrifugasi ulang Pengulangan pemeriksaan 4. Analis segera melaporkan atau menyampaikan hasil pemeriksaan laboratorium ke perawat ruangan untuk hasil yang kritis Maksimal <30 Menit 5. Pelaporan dilakukan sesuai dengan SPO Komunikasi Pelayanan melalui Telepon dengan sistem CABAK (Catat – Baca – Konfirmasi).
49
6. Pelaporan dicatat dalam buku register Pelaporan Hasil Kritis yang terdiri dari : a. Tanggal, jam dan hasil terverifikasi b. Tanggal dan jam menelpon c. Nama lengkap petugas yang dihubungi d. Nama lengkap penelpon 7. Hasil diambil petugas ruangan (sesuai SPO pengiriman hasil laboratorium)
11
Bagaimanakah tindak lanjut bila diketemukan nilai kritis diradiologi
12
Bagaimana jika ada pasien pemeriksaan radiologi membutuhkan sedasi ?
50
Bila ditemukan hasil radiologi yang tidak normal ( Katagori merah) yang mengakibatkan fatal bagi pasien maka dilakukan pelaporan sesegera mungkin : 1. Setelah melakukan expertise oleh dokter jaga radiologi dan ditemukan nilai kritis, dokter radiologi menginformasikan kepada petugas radiologi 2. Petugas radiologi menghubungi ruangan IGD untuk segera mengambil hasil karena masuk dalam kriteria hasil radiologi kritis. 3. Catat pada buku kritis : nama pasien, asal pasien, nama penerima, dokter pengirim,dokter yang melakukan expertise, jam pengambilan / lama waktu expertise, kriteria nilai kritis.Pastikan informasi yang disampaikan dan diterima sudah sesuai. Jika ada pasien dari ruang rawat inap akan dilakukan pemeriksaan dengan kontras maka yang dilakukan adalah : pada saat mendaftar atau membuat perjanjian pemeriksaan dengan radiologi, kondisi / status pasien di konsultasikan ke dokter radiologi, jika memang membutuhkan sedasi dokter radiologi akan menulis di kertas permintaan bahwa pasien butuh konsultasi anestesi, kemudian dokter DPJP akan mengkonsultasikan pasien ke dr. Anestesi. Kemudian setelah sepakat tentang prosedur dan waktu pelaksanaan maka dilakukan pemeriksaan radiologi dengan didampingi dokter anestesi. Dokter anestesi mengisi form asuhan sedasi
INSTALASI LABORATORIUM NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1
Apa dimaksud Kritis ?
yang Nilai
Nilai Kritis adalah hasil pemeriksaan laboratorium yang melebihi batas normal, yang dapat menyebabkan fatal jika tidak segera dilakukan penanganan terhadap pasien.
2
Bagaimana cara Penetapan Nilai Kritis ?
1. Pemaparan nilai rujukan pemeriksaan laboratorium yang dikeluarkan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinis (PDS Patklin) pada Rapat Komite Medis 2. Dipilih parameter pemeriksaan yang sangat urgensi dalam melakukan tindakan secepatnya 3. Ditetapkan nilai kritis untuk parameter pemeriksaan yang dipilh 4. Nilai kritis akan dilakukan evaluasi setiap 2 tahun sekali
3
Bagaimana pelaporan nilai kritis ?
3. Analis melaporkan hasil kritis ke dokter laboratorium yang sedang
bertugas. 4. Dokter Penanggung Jawab Laboratorium melakukan verifikasi
terhadap data : d. Kondisi spesimen e. Hasil laboratorium sebelumnya f. Informasi kondisi klinis pasien ke ruang rawat. 8. Dokter Penanggung Jawab laboratorium melakukan tindakan sesuai dengan hasil verifikasi : c. Jika hasil verifikasi sudah sesuai hasil pemeriksaan, hasil bisa dikeluarkan d. Jika hasil verifikasi tidak sesuai hasil pemeriksaan lakukan langkah-langkah : Pengulangan pengambilan sampel Sentrifugasi ulang Pengulangan pemeriksaan 9. Analis segera melaporkan atau menyampaikan hasil pemeriksaan laboratorium ke perawat ruangan untuk hasil yang kritis Maksimal <30 Menit 10. Pelaporan dilakukan sesuai dengan SPO Komunikasi Pelayanan melalui Telepon dengan sistem CABAK (Catat – Baca – Konfirmasi). 11. Pelaporan dicatat dalam buku register Pelaporan Hasil Kritis yang terdiri dari : e. Tanggal, jam dan hasil terverifikasi f. Tanggal dan jam menelpon g. Nama lengkap petugas yang dihubungi h. Nama lengkap penelpon 12. Hasil diambil petugas ruangan (sesuai SPO pengiriman hasil laboratorium)
51
4
Bagaimana Pengelolaan Limbah di Laboratorium ?
1. Limbah Khusus Padat : a. Petugas kebersihan laboratorium menyediakan dua tempat sampah khusus padat, keduanya diberi label INFEKSIUS yaitu : Tempat sampah khusus (Safety Box) untuk jarum suntik habis pakai. Tempat sampah khusus (untuk sarung tangan, botol bekas specimen botol reagen, plastic bekas jarum suntik dll) yang di bagian dalamnya dilapisi plastik warna kuning. b. Setiap pagi sampah khusus untuk limbah khusus padat diambil petugas IPAL untuk diolah. c. Memberikan sampah tersebut kebagian insenerasi dengan menulis pada buku ekspedisi penyerahan limbah d. Petugas pelaksana insenerasi membakar limbah tersebut pada alat insenerator 2. Limbah Khusus Cair : a. Petugas kebersihan laboratorium menyiapkan tempat cuci alat-alat dan wadah pembuangan limbah cair b. Memberi label INFEKSIUS pada wadah limbah cair dan melapisi dengan baik. c. Petugas kebersihan laboratorium menggunakan jas pelindung dan sarung tangan karet sebelum bekerja d. Memisahkan limbah cair (urine, darah) dan menampungnya pada wadah yang telah disediakan. e. Memberi larutan desinfektans dan diamkan selama 10 menit pada limbah cair tersebut f. Membuang limbah cair ke septic tank khusus melalui wastavel khusus di laboratorium g. Membuang plastic bekas limbah pada wadah limbah padat infeksius. h. Menyiram wastavel dengan larutan desinfektans dan dibilas dengan air sampai bersih. i. Merendam wadah bekas penampungan limbah cair dengan larautan desinfektans dan mencucinya hingga bersih 3. Limbah Umum : a. Petugas kebersihan laboratorium menyediakan tempat sampah khusus untuk limbah umum, yang sudah dilapisi bagian dalamnya dengan plastic. b. Setiap pagi sampah khusus untuk limbah umum diambil petugas IPAL untuk diolah. c. Memberikan sampah tersebut kebagian insenerasi dengan menulis pada buku ekspedisi penyerahan limbah d. Petugas pelaksana insenerasi membakar limbah tersebut pada alat insenerator
52
5
Bagaimana Proses Kendali Mutu di Laboratorium ?
1. Laboratorium mendaftarkan sebagai peserta Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan : a. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinis (PDS Patklin) b. Lembaga Pemantapan Mutu Laboratorium Kesehatan Indonesia (LPMLKI) c. Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Jakarta 2. Penyelenggara PME mengirimkan sampel untuk diperiksa di laboratorium sesuai parameter yang yang ditentukan 3. Hasil pemeriksaan dikirim ke penyelenggara PME untuk dilakukan penilaian 4. Hasil penilaian PME dikirim ke laboratorium dan diberikan sertifikat pelaksanaan PME yang dikerjakan 5. Hasil PME dilakukan evaluasi untuk dilaporkan ke Direktur
6
Bagaimana 1. Proses Kendali Mutu di Bank Darah ? 2.
3. 4.
Bank Darah melalui PMI mendaftarkan sebagai peserta Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan PMI Daerah Jawa Tengah PMI Cabang Rembang mengirimkan sampel darah Donor beserta hasil pemeriksaan skrening ke PMI Daerah Jawa Tengah untuk diperiksa ulang sesuai pemeriksaan skrening di PMI Cabang Rembang Hasil pemeriksaan Ulang dikirim ke PMI cabang Rembang dan diberikan sertifikat pelaksanaan PME Hasil PME dilakukan evaluasi untuk dilaporkan ke Direktur RSUD
53
INSTALASI RADIOLOGI NO
PERTANYAAN
1
Apa yang dimaksud nilai kritis di radiologi?
2
Ada orang datang ke radiologi minta untuk dilakukan rontgen tanpa membawa surat permintaan rontgen dari dokter,bagaimana tindakan anda?
3
Bagaimana pelaporan nilai kritis radiologi?
54
JAWABAN Nilai kritis radiologi adalah Hasil pemeriksaan radiologi baik pemeriksaan rutin mau pun cito yang secara signifikan terdapat ketidaknormalan pada hasil expertisinya dan dapat memberi indikasi resiko tinggi atau kondisi yang mengancam kehidupan pasien Pasien diberi penjelasan : 1. Setiap akan dilakukan rontgen, harus ada surat pengantar permintaan dokter. 2. Pasien disarankan periksa terlebih dahulu di Poli rawat jalan, kalua kasus emergensi disarankan periksa ke IGD. 3. Setelah diperiksa dokter dan diberi surat permintaan rontgen, pasien bisa langsung ke radiologi untuk dilakukan rontgen/USG. Langkah-langkah pelaporan hasil kritis radiologi adalah : Foto belum diekspertisi 1. Radiogafer memberikan foto basah kepada petugas yang mengantar untuk segera diperlihatkan hasil gambarannya kepada dokter terjaga IGD atau dokter pengirim. 2. Radiographer menghubungi dokter jaga radiologi untuk dilakukan expertise via WA 3. Jika dokter jaga radiologi tidak bisa dihubungi dalam waktu 10 menit atau 3 kali telepon, petugas menghubungi kepala Instalasi radiologi untuk expertisinya. 4. Dokter jaga radiologi menghubungi petugas jaga radiologi bahwa hasil foto masuk dalam kategori kritis. 5. Petugas radiologi melakukan pelaporan kepada pihak terkait atau mengirimkan hasil expertise sementara ke ruangan atau dokter pengirim saat itu juga. 6. Radiographer mencatat data-datanya di buku hasil kritis. 7. Keesokan harinya dokter radiologi melakukan experisi dan menandatangani buku pelaporan hasil kritis radiologi. b. Foto yang sudah di expertise 1. Setelah melakukan expertise oleh dokter jaga radiologi dan ditemukan nilai kritis, dokter radiologi menginformasikan kepada petugas radiologi 2. Petugas radiologi menghubungi ruangan IGD untuk segera mengambil hasil karena masuk dalam kriteria hasil radiologi kritis. a.
3. Catat pada buku kritis : nama pasien, asal pasien, nama penerima, dokter pengirim,dokter yang melakukan expertise, jam pengambilan / lama waktu expertise, kriteria nilai kritis 4. Pastikan informasi yang disampaikan dan diterima sudah sesuai. 3
Bagaimana penentuan level nilai kritis di radiologi
55
4
Bagaimana kerangka waktu pelayanan radiologi?
5
indikator mutu pelayanan radiologi?
1.
Pelayanan minimal (SPM) foto Thorax dari poliklinik rawat jalan dan luar RS dimulai dari pasien mendaftar sampai hasil expertisi jadi di hitung < 3 jam 2. Pelayanan pemeriksaan radiologi pasien emergency dengan pembacaan atau expertisi mulai dari pasien di register sampai hasil expertisi jadi di hitung < 1 jam 3. Pelayanan pemeriksaan radiologi pasien emergency tanpa pembacaan atau expertisi mulai dari pasien di register sampai film atau imaging keluar di hitung < 30 menit 4. Pelayanan pemeriksaan radiologi pasien poli geriatri dengan pembacaan atau expertisi mulai dari pasien di register sampai hasil expertisi jadi di hitung < 1,5 jam Indikator mutu pelayanan radiologi sesuai SPM
N o
1 2 3 4 5 6 7
6
Bagaimana prosedur penundaan pemeriksaan radiologi?
56
SPM
Pemberi pelayanan radiologi Ketersediaan fasilitas dan peralatan radiografi Waktu Tunggu hasil pelayanan foto thorax Kerusakan foto Tidak terjadinya kesalahan pemberian label Pelaksana expertisi hasil pemeriksaan radiologi Kepuasan pasien
STANDAR
Radiographer, radiolog Sesuai dengan standar RS < 3 jam <2% 100% Dokter radiologi 80 %
a. Catat identitas pasien yang mengalami penundaan pemeriksaan b. Catat alasan dan penyebab penundaan c. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang penundaan pemeriksaan d. Tentukan kepastian jadwal ulang pemeriksaan e. Minta tanda tangan keluarga dan pasien
7
Bagaimana prosedur penyuntikan media kontras di radiologi?
8
Bagaimana prosedur pemeriksaan on bed ICU ?
a. b.
c.
d.
e.
Pasien datang membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dengan kontras dari dokter. Radiographer mengecek hasil laboratorium urium creatinine, membawa Rekam medis pasien untuk konsultasi ke dokter radiolog. Dokter radiolog mengedukasi pasien/keluarga pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, memberi informasi dosis pasien dan meminta persetujuan pemeriksaan. Dokter radiolog atau perawat melakukan skin tes. Setelah memastikan reaksi skin tes aman, lanjutkan pemeriksaan. Penyuntikan media kontras dilakukan oleh dokter radiolog atau perawat Dokter pengirim menulis permintaan pemeriksaan radiologi. Perawat ruang ICU mengantar berkas status RM pasien ke ruang radiologi untuk dilakukan identifikasi permintaan pemeriksaan, proses billing dan pengisian lembar terintegrasi. Petugas radiologi datang ke ruang ICU untuk melakukan pemeriksaan radiologi dengan membawa peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan. Setelah selesai melakukan pemeriksaan petugas radiologi kembali ke ruang radiologi untuk melakukan pencetakan gambar Setelah hasil selesai di cetak dan dilakukan expertise oleh dokter radiologi, petugas radiologi akan memberitahu perawat ICU untuk mengambil hasil.
Bagaiamana pelaporan kejadian indiden keselamatan pasien di radiologi?
Bila ditemukan adanya insiden mengisi formulir insiden, membuat laporan insiden ke PMKP dan ditindaklanjuti dengan rapat ruang radiologi dan dievaluasi 3 bulan setelah kejadian
Bagaimana jika ada pasien pemeriksaan radiologi membutuhkan sedasi ?
Jika ada pasien dari ruang rawat inap akan dilakukan pemeriksaan dengan kontras maka yang dilakukan adalah : pada saat mendaftar atau membuat perjanjian pemeriksaan dengan radiologi, kondisi / status pasien di konsultasikan ke dokter radiologi, jika memang membutuhkan sedasi dokter radiologi akan menulis di kertas permintaan bahwa pasien butuh konsultasi anestesi, kemudian dokter DPJP akan mengkonsultasikan pasien ke dr. Anestesi. Kemudian setelah sepakat tentang prosedur dan waktu pelaksanaan maka dilakukan pemeriksaan radiologi dengan didampingi dokter anestesi. Dokter anestesi mengisi form asuhan sedasi.
57
Bagaimana pengunaan APD pada pasien, penunggu pasien dan petugas?
Keluarga / penunggu pasien jika tidak dibutuhkan tidak diperkenankan menunggui pada saat dilakukan pemeriksaan radiologi. Jika memang sangat dibutuhkan bantuan untuk memegangi atau menunggui pasien di dalam ruang pemeriksaan maka keluarga / penunggu pasien di kenakan apron, dan menjaga jarak dari sumber x-ray sejauh mungkin. Untuk petugas : pada saat melakukan pemeriksaan membuka kolimator seminimal mungkin, mengatur posisi pasien agar tidak mengulang pemeriksaan petugas menggunakan film badge sesuai aturan pengunaan, dan mengunakan apron jika memang saat melakukan ekposi tidak terlindung tabir.
Bagaimana tata cara kredensi radiographer?
1. Dilakukan di Internal RSUD a. Melalui Kepala Instalasi Radiologi mengajukan surat permohonan kredensi k e Direktur RS. b. Komite Kredensi Tenaga Kesehatan lainnya beserta MItra Bestari yang ditunjuk Direktur sebagai team yang melakukan kredensi Radiografer. c. Radiografer yang akan dikredensi mengisi Formulir Pengajuan Kewenangan Klinis. d. Hasil kredensi diserahkan ke pada Komite Kredensi Tenaga Kesehatan Lainnya untuk diterbitkan Surat penugasan klinis dilampiri dengan Rincian Kewenangan klinis 2. Untuk radiografer paling senior dilakukan di Luar RSUD. a. Melalui Kepala Instalasi radiologi mengajukan surat permohonan kredensi ke Direktur RS . b. Komite Kredensi Tenaga Kesehatan lainnya minta bantuan kredensi ke Pengurus cabang Perhimpunan Radiografer ( PARI )di wilayahnya sebagai Mitra Bestari . c. Pengurus Cabang PARI menunjuk radiografer yang paling senior untuk mengredensinya. d. Radiografer yang akan dikredensi mengisi Formulir Pengajuan Kewengan Klinis. e. Radiografer Mitra Bestari melakukan kredensi dengan wawancara. f. Hasil kredensi diserahkan ke pada Komite Kredensi Tenaga Kesehatan Lainnya untuk diterbitkan Surat penugasan klinis dilampiri dengan Rincian Kewenangan klinis
58
Bagaimana cara melakukan edukasi pemeriksaan pada pasien?
Sebelum pemeriksaan pasien / keluarga pasien di edukasi tentang jalannya pemeriksaan, tujuan dan resiko. Petugas menginformasikan dosis yang diterima, kemudian meminta persetujuan (tanda tangan) pada pasien/keluarga sebagai bukti sudah dilakukan edukasi dan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan.
Bagaimana cara mengetahui dosis radiasi yang diterima pasien
Dosis pasien ditetapkan dengan panduan paparan medik pasien. Metode yang digunakan pengukuran langsung pada masing-masing alat, dengan rentang exposi sample random untuk anak2 dan dewasa. Alat yang digunakan digital pendose.
Apakah alat radiologi sudah ada ijin dari Bapeten? Bagaimana cara mendapatkan perijinan bapeten?
Alat radiologi yang sudah keluar ijin CT-Scan dan Pesawat BMI. Pesawat yang lain sudah dalam proses. Perijinan dilakukan 2 th sekali melalui basis-online bapeten. Sebelum dilakukan proses perijinan alat harus di uji kesesuain oleh laboratorium U-Kes bersertifikasi Bapeten. Patugas dilakukan MCU sebagai persyaratan.
59
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB) SOAL-SOAL 1. Sesuai SNARS Edisi I dimanakah fokus area pelayanan anestesi dan bedah ? Organisasi dan manajemen Pelayanan sedasi Asuhan pasien anestesi Asuhan pasien bedah 20 Standar , 70 Elemen Penilaian 2.
Diunit-unit manakah tersedia pelayanan anestesi termasuk didalamnya Asuhan sedasi sedang dan sedasi dalam secara terintegrasi di RSUD dr R. Soetrasno Rembang? Kamar operasi Kamar bersalin Perawatan intensif Gawat darurat Endoskopi CT Scan
3.
Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam merupakan suatu tindakan yang berisiko, karena itu perencanaannya dan pelaksanaannya membutuhkan tingkat kehati-hatian dan akurasi tinggi. Sehubungan dengan hal itu RS menetapkan program mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam yg merupakan bagian dari program mutu dan keselamatan pasien meliputi apa saja?: Pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi / RM. asesmen pra sedasi dan pra anestesi Proses monitoring status fisiologis selama anestesi / RM. laporan anestesi Proses monitoring proses pemulihan anestesi dan sedasi dalam Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal / regional ke general
4.
Tingkat kedalaman sedasi berlangsung d an b erlanjut dari mulai s edasi ringan sampai dalam, pasien menjalani dari satu tingkat ke tingkat yang lain. Banyak faktor berpengaruh adalah obat yang dipakai, cara pemberian obat dan dosis, umur pasien dan riwayat kesehatan. Sesuai regulasi RSUD dr. R Soetrasno Rembang bagaimanakah PPA yang harus dilakukan mulai asesmen pra sedasi, pemantauan dan pemulihan tindakan sedasi? PPA melakukan asesmen pra sedasi sbb: mengidentifikasi setiap masalah saluran pernafasan o evaluasi pasien thd resiko tindakan sedasi o merencanakan jenis sedasi dan tingkat sedasi o pemberian sedasi yang aman o evaluasi dan simpulan selama dan sesudah sedasi o hasil asesmen pra sedasi didokumentasikan didalam RM. asesmen pra sedasi
60
PPA yang kompeten memberikan edukasi dan IC mengenai resiko, manfaat dan alternatif tindakan sedasi, didokumentasikan di RM. edukasi dan IC PPA yang kompeten melakukan pemantauan selama tindakan sedasi dan didokumentasikan di RM PPA yang kompeten melakukan pemulihan sesuai kriteria dan didokumentasi di RM
5.
Apa yang dimaksut dengan kebijakan RS tentang prosedur pemberian sedasi sedang dan dalam dilakukan seragam ditempat pelayanan di dalam RS termasuk unit diluar kamar operasi? Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yg diberikan secara intravena, tidak tergantung berapa dosisnya. Karena prosedur pemberian sedasi, seperti layaknya anestesi, mengandung risiko potensial kpd pasien. Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yg diberikan secara intravena, tidak tergantung berapa dosisnya. Pemberian sedasi kpd pasien harus dilakukan seragam dan sama di semua tempat di RS. Pelayanan sedasi yg seragam meliputi : Kualifikasi staf yg memberikan sedasi Peralatan medis yg digunakan Bahan yg dipakai Cara pemonitoran di rs.
6.
Sesuai kebijakan dan panduan di RSUD dr R. Soetrasno Rembang ceritakan dengan singkat mengenai asuhan pra bedah? jika pasien sejak awal masuk RSU sebagai kasus bedah baik melalui poliklinik ataupun gawat darurat RM Asesmen awal medis Bedah/THT/Obsgin/Orto/Mata adalah sebagai asuhan pra bedah. jika pasien sebagai konsu lan dari bagian lain isian SOAP di CPPT pertama k ali oleh dokter adalah sebagai asuhan pra bedah.
7.
Karena anestesi mengandung resiko tinggi pemberiannya harus direncanakan dengan hati-hati. Asesmen pra anestesi adalah dasarkan dari perencanaan ini, untuk mengetahui temuan pada monitor selama dan sesudah anestesi dan menentukan obat analgesik pasca anestesi. Bagaimanakah kebijakan RSUD dr R. Soetrasno Rembang tentang pelaksanaan asesmen pra anestesi? Dokter spesialis anestesi melakukan asesmen pra anestesi Asesmen pra anestesi dilakukan untuk setiap pasien yang akan di operasi. Asesmen pra anestesi dapat dilakukan sebelum pasien masuk rawat inap (pasien yang dari poliklinik) dan sebelum tindakan pembedahan Untuk kondisi gawat darurat asesmen pra anestesi dapat dilakukan sesaat menjelang operasi. untuk kondisi gawat darurat asesmen pra anestesi dan pra induksi dilakukan secara berurutan atau simultan, namun dicatat secara terpisah Hasil asesmen pra anestesi didokumentasikan di RM asesmen pra anestesi dengan konsep IAR
61
8.
Kapan pasien boleh dipindahkan dari ruang pemulihan dan oleh siapa? Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan menjadi tanggung jawab utama oleh dokter spesialis anestesi dan penata anestesi / perawat anestesi sebagai pelimpahan mandatori Bila memenuhi syarat2 sebagai berikut; PENILAIAN PASIEN DEWASA DIRUANG PEMULIHAN DENGAN PASCA ANESTESI UMUM DAN SEDASI ALDRETTE SCORE 1.
2.
3.
4.
5.
AKTIFITAS MOTORIK Parameter
RESPIRASI Parameter
SIRKULASI Parameter
KESADARAN Parameter
WARNA KULIT Parameter
Mampu menggerakan 4 ekstremitas Mampu menggerakan 2 ekstremitas Tidak mampu menggerakan ekstremitas
2
Mampu nafas dalam dan batuk, tangis kuat Dypsnoe dan nafas dangkal/terbatas Apnoe
2
± 20 mmHg dari pra anestesi ± 20 – 50 mm Hg dari pra anestesi > 50 mm Hg dari pra anestesi
2 1
Sadar penuh mudah dipanggil Bangun jika dipanggil, respon terhadap rangsangan, reflek (+) Tidak ada respon, reflek protek
2 1
Kemerahan normal Pucat Sianosis
1 0
1 0
0
0
2 1 0
Catatan :digunakan pada pasien dewasa dengan GA pindah ke ruangan dengan nilai minimal nilai 8 tanpa ada nilai 0
62
PENILAIAN PASIEN ANAK DIRUANG PEMULIHAN DENGAN PASCA ANESTESI UMUM DAN SEDASI STEWARD SCORE 1.
2.
3.
AKTIFITAS MOTORIK Parameter
RESPIRATORIK Parameter
KESADARAN Parameter
Gerak bertujuan Gerak tidak bertujuan Tidak ada gerakan
2 1 0
Menangis / batuk Pertahankan jalan nafas Perlu bantuan nafas
2 1 0
Bangun Respon terhadap rangsangan, bangun jika dipanggil, reflek (+) Tidak ada respon
2 1 0
Catatan: digunakan pada pasien anak dengan pembiusan umum/sedasi pindah ke ruangan dengan nilai minimal nilai 5 tanpa ada nilai 0 PENILAIAN PASIEN DI RUANG PEMULIHAN DENGAN REGIONAL ANESTESI BROMAGE SCORE 1. 2. 3 4
Gerakan penuh tungkai, dapat mengangkat tungkai Tidak mampu ekstensi tungkai Tidak mampu fleksi lutut Tidak mampu fleksi pergelangan kaki
0 1 2 3
Catatan :digunakan pada pasien regional anestesi ( Spinal & Epidural) bisa dipindahkan ke ruangan dengan nilai kurang dari sama dengan 2 9.
Bagaimanakah mengenai kebijakan asuhan pasca bedah di RSUD dr R. Soetrasno Rembang? Asuhan paska bedah adalah asuhan yang diberikan oleh PPA (DPJP, perawat dan PPA lainnya) setelah tindakan pembedahan untuk 24 jam sesuai kebutuhan pasien. rencana asuhan pasca bedah oleh DPJP, bila didelegasikan harus verifikasi oleh DPJP. penulisan asuhan pasca bedah ber konsep IAR dalam bentuk SOAP di RM CPPT Asuhan pasca bedah oleh perawat dan PPA lainnya Asuhan pasca bedah untuk memenuhi kebutuhan pasien segera pasca operasi.
63
10. Asuhan pasien pasca operasi tergantung dari temuan dalam operasi. Hal yang terpenting adalah semua tindakan dan hasilnya dicatat di rekam medis pasien. Laporan ini dibuat dalam bentuk laporan operasi tertulis, sesuai regulasi RS. Untuk mendukung kesinambungan asuhan pasien pasca operasi, laporan operasi dicatat segera setelah operasi selesai, sebelum pasien dipindah dari daerah operasi atau dari area pemulihan pasca anestesi. Untuk pasien yang masuk perawatan intensif laporan operasi dapat ditulis diruang perawatan intensif. Hal-hal apa saja minimal harus termuat didalam laporan operasi ? a. Diagnosis pasca operasi b. Nama dokter bedah dan asistennya c. Prosedur operasi yang d i lakukan dan rincian temuan d. Ada dan tidak adanya komplikasi e. Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa f. Jumlah darah yang h ilang dan jumlah yang masuk lewat transfusi g. Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implan) h. Tanggal, waktu, tanda tangan dokter yang bertanggung jawab 11. RSUD dr R. Soetrasno Rembang menetapkan regulasi yang mengatur tentang asuhan pasien operasi yang menggunakan implan dan harus memperhatikan pertimbangan khusus tentang tindakan yang dimodifikasi. sesuai regulasi di RS kita hal apa implan prostetik yang perlu dilaporkan dan dimonitoring mutu pengelolaan implan? Implant prostetik ; a). Protesa hip joint b). IOL (intra oculer lens) Monitor mutu pengelolaan implan prostetik meliputi kejadian yang tidak diinginkan (KTD) Malfungsi implan sesuai standart pabrik pengendalian infeksi Recall implan / penarikan kembali implan 12. Tindaka n bedah merupakan tindakan yang berisiko tinggi dan rumit sehingga memerlukan ruang operasi yang mendukung terlaksananya tindakan bedah untuk mengurangi risiko infeksi. Selain itu untuk mengurangi risiko infeksi selama pembedahan adalah ? Alur masuk barang2 steril harus terpisah dari alur keluar barang dan pakaian kotor. Koridor steril dipisahkan / tidak boleh bersilangan alurnya dengan koridor kotor.
64
Desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan zona berdasarkan tingkat sterilitas ruangan yang terdiri dari: • zona steril rendah (R. administrasi, R.tunggu pasien) • zona steril sedang (pantry, depo farmasi, ruang ganti, ruang rapat dan ruang serah terima) • zona st eril tinggi (koridor kamar operasi, RR, R.alat steril, R.cuci tangan prabedah) • zona steril sangat tinggi (kamar operasi) Selain itu desain tata ruang operasi harus memperhatikan risiko keselamatan dan keamanan. Pengaturan suhu dan kelembaban. 13. Pelayanan bedah merupakan tindakan beresiko tinggi oleh karenanya dalam perencanaan dan pelaksanaan dibutuhkan tingkat kehati-hatian dan akurasi tinggi. sehubungan dengan itu RSUD dr R. Soetrasno Rembang menetapkan program mutu dan keselamatan pasien yang meliputi apa saja? Program mutu dan keselamatan pasien pelayanan bedah di RSUD dr R. Soetrasno Rembang meliputi; pelaksanaan asesmen pra bedah penandaan lokasi operasi pelaksanaan surgical safety checklis t pemantauan diskrepansi d iagnosis pre dan post operas i
65
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN POKJA IPKP NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1
Bagamana upaya menjamin mutu dan keselamatan pasien dengan adanya peserta pendidikan ?
Upaya untuk menjamin mutu dan keselamatan pasien dengan adanya peserta pendidikan adalah : a. Rumah Sakit menetapkan regulasi tentang kerjasama penyelenggaraan pendidikan klinis. b. Pelaksanaan pelayanan pendidikan klinis yang mempunyai akuntabilitas managemen, koordinasi, dan prosedur yang jelas. c. Sasaran program pendidikan klinis disesuaikan dengan jumlah staf yang memberikan pendidikan klinis, variasi dan jumlah pasien, teknologi, serta fasilitas rumah sakit d. Staf yang memberikan pendidikan klinis harus mempunyai kompetensi sebagai pendidik klinis dan kewenangan dari institusi pendidikan dan rumah sakit. e. Pelaksanaan supervisi untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan staf klinis di rumah sakit. f. Pelaksanaan pendidikan klinis dalam memberikan pelayanan berada dalam upaya mempertahankan atau menigkatkan mutu dan keselamatan pasien
2
Bagaimana peran pemilik dan pengelola dalam penyelenggaraan pendidikan klinis di Rumah Sakit ?
Pemilik memberikan persetujuan terhadap keputusan tentang visi-misi, rencana strategis, alokasi sumberdaya dan program mutu rumah sakit (TKRS 1.1 – TKRS 1.3), sehingga dapat ikut bertanggung jawab terhadap seluruh proses penyelenggaraan pendidikan klinis di rumah sakit yang harus konsisten dengan visi-misi ramah sakit dan komitmen pada mutu dan kelematan pasien serta kebutuhan pasien. Pengelola rumah sakit melaksanakan perjanjian kerjasama dengan pimpinan Institusi pendidikam dalam rangka mengintegrasikan penyelenggaraan pendidikan klinis kedalam operasional rumah sakit.
3
Dokumen apa sajakah Dokumen yang harus dilengkapi peserta pendidikan klinis : yg harus dilengkapi a) surat keterangan peserta didik dari institusi Peserta pendidikan pendidikan; Klinis di Rumah Sakit b) ijazah, surat tanda registrasi, dan surat izin praktik ? c) klasifikasi akademik; d) identifikasi kompetensi peserta pendidikan klinis; dan e) laporan pencapaian kompetensi.
4
66
Apa syarat menjadi Syarat menjadi Pembimbing peserta didik adalah : seorang Pembimbing a) SK Pembimbing dari Institusi Pendidikan peserta didik b) Sertifikat pelatihan/pendidikan berkelanjutan.
5
Sebutkan batasan kewenangan peserta pendidikan yang mempunyai akses dalam mengisi rekam medis (MIRM 13.4).)
Batasan kewenangan peserta didik klinis dalam mengisi rekam medis bahwa peserta didik yang belum disumpah sesuai dengan undang-undang.
6
Bagaimana pelaksanaan Orientasi pada peserta pendidikan ?
Orientasi dilaksanakan pada awal periode pendidikan. Peserta didik wajib menjalani program orientasi di RSUD dr R Soetrasno Rembang. Orientasi di laksanakan pada hari pertama, terjadwal selama jam kerja aktif rumah sakit dan dapat dilanjutkan hari berikutnya apabila diperlukan. Orientasi dilaksanakan oleh Instalasi Diklat RSUD dr R Soetrasno. Materi yang diberikan pada saat orientasi adalah : a) program rumah sakit tentang mutu dan keselamatan pasien b) program pengendalian infeksi ( PPI 5); c) program keselamatan penggunaan obat ( PKPO 1); d) sasaran keselamatan pasien.
7
Bagaimana cara pemantauan dan evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan peserta didik klinis ?
Pemantauan dan dan evaluasi kepuasan pasien terhadap pelayanan peserta didik klinis dengan tahapan : a. Persiapan (penyiapan bahan quesioner) b. Pengumpulan data dengan membagikan kuesioner kepuasan pasien terhadap pelayanan program pendidikan dokter spesialis kepada pasien rawat inap. c. Pengolahan dan analisis data kuesioner kepuasan pasien yang telah terisi.
67
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PERTANYAAN HPK NO
PERTANYAAN
1
Apa yang anda ketahui tentang hak pasien dan keluarga
68
JAWABAN Berdasarkan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 32 dijelaskan hak pasien adalah: 1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit 2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien 3. Memperoleh Layanan yang manusiawi, adil, jujur, tanpa diskriminasi 4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standart profesi dan standart prosedur operasional (SPO) 5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi 6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan 7. Memilih dokter, kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di rumah sakit; 8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai surat ijin praktek (SIP) baik didalam maupun diluar rumah sakit 9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya 10. Mendapatkan informasi yang meliputi: diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan 11. Memberikan p ersetujuan ata u menolak a tas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya 12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis 13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu tidak mengganggu pasien lainnya 14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit 15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya
STDR
16. Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya 17. Menggugat atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara per data maupun pidana 18. Mengeluhkan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan 2
Apa yang anda ketahui tentang pemberian informasi Hak Pasien dan Keluarga
1. Setiap pasien baru rawat jalan dan setiap pasien rawat inap akan dijelaskan tentang hak dan tanggung jawab pasien 2. Petugas admisi memberikan informasi kepada pasien dan atau keluarga tentang 18 butir hak pasien (sesuai pasal 32 UU No 44 tahun 2009 tentang RS), dan memberikan informasi tentang tanggung jawab dan kewajiban pasien (sesuai pasal 28 Permenkes No 69 tahun 2014 tentang kewajiban RS dan kewajiban pasien) 3. Petugas admisi juga memberikan informasi tentang persetujuan umum tindakan kedokteran 4. Setelah memberikan informasi, petugas admisi akan melakukan verifikasi tentang pemahaman pasien 5. Bila pasien dan atau keluarga sudah mengerti, maka pasien dan atau keluarga diminta untuk menandatangani form persetujuan umum tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab pasien serta persetujuan umum tindakan kedokteran 6. Pasien dan atau keluarga diberi materi/leaflet tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab pasien dan keluarga
HPK 1 (TKRS 12.1 EP 1 dan TKRS 12.2 EP 2)
3
Bagaimana keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses asuhan
1.
HPK 1 (TKRS 12.1 EP 1 dan TKRS 12.2 EP 2)
2.
3.
Pasien berhak menentukan akan dirawat oleh siapa Pasien berhak memperoleh edukasi oleh DPJP terkait hasil assesmen, rencana asuhan, hasil yang diharapkan, hasil yang diraih dan hasil yang tidak diharapkan Pasien berhak menyetujui dan menolak rencana asuhan yang akan diberikan kepada mereka
69
4.
5.
6. 4
Apa yang anda lakukan jika ada pasien menginginkan pelayanan rohani
1. 2.
3. 4. 5.
Pasien berhak tahu secara detail tentang penyakitnya, sehingga mereka bisa mengambil keputusan terkait pelayanan yang akan diberikan Pasien berhak meminta pendapat dokter lain yang sesuai jika mereka ragu terhadap hasil asesmen/diagnosis, ataupun rencana asuhan yang akan diberikan kepada mereka Pasien berhak menghentikan asuhan yang diberikan kepada mereka Perawat memberikan informasi kepada pasien tentang pelayanan kerohanian di RS Perawat memberikan formulir serta meminta pasien atau keluarga mengisi formulir pelayanan kerohanian Perawat menghubungi supervisi keperawatan untuk permohonan petugas kerohanian Petugas kerohanian datang ke kamtib untuk mengisi buku tamu dan memakai kalung tamu Petugas kerohanian memberikan pelayanan ke ruang perawatan dan mengisi formulir pelayanan kerohanian
HPK 1.1 EP 3 (MKE 8 EP 1 dan MKE 8 EP 2)
5
Apa yang anda ketahui tentang cara anda melindungi pasien dari kekerasan fisik
1. Setiap penunggu pasien diberi kartu tunggu 2. Setiap pengunjung yang datang diluar jam kunjung harus lapor ke kamtib untuk mengisi buku tamu dan memakai kalung tamu 3. Semua petugas RS wajib memakai ID card 4. Petugas kamtib berjaga disetiap pintu masuk RS, mengawasi setiap individu yang mencurigakan, mengontrol ruangan dan lingkungan RS secara periodik serta memonitor melalui CCTV 5. Memasuki ruang neoristi menggunakan metode finger detector
HPK 1.4 (PP 3.1 s/d PP3.9 dan MFK 4)
6
Apa yang anda ketahui tentang perlindungan barang milik pasien
1. RS tidak bertanggung jawab terhadap barang milik pasien 2. Informasi ini diberikan oleh petugas admisi 3. Tetapi RS memiliki kebijakan khusus terhadap pasien yang sadar tanpa keluarga, pasien bedah sehari, pasien tidak sadar tanpa keluarga
HPK 1.3 (MFK 4.1)
70
7
Bagaimana penanganan komplain
alur
1. Pasien diberitahu tentang proses menyam paikan keluhan 2. Cara menyampaikan komplain & batas waktu penyelesaian Langsung 1 jam SMS 1 jam Telp 1 jam Kotak saran Media massa
HPK 3 (TKRS 12.2)
24 jam 24 jam
3. Alur komplain secara langsung : Komplain→lapor ke petugas RS→terkait unit lain? Jika ya diskusikan, jika tidak terkait buat rencana perbaikan→sampaikan kekeluarga→catat buku komplain→selesai. 4. Masing2 unit harus ada buku komplain, kotak saran diberi kertas dan pulpen 5. Semua komplain dilaporkan ke customer service 8
Siapa saja yang berhak memberikan persetujuan setelah mendapatkan penjelasan (informed consent)
1. 2.
3.
4.
5.
6.
Pasien yang sudah berusia 21 tahun atau sudah menikah yang kompeten dan sehat mental Bagi pasien yang berusia kurang dari 21 tahun atau belum menikah persetujuan atau penolakan diberikan oleh : a. Orang tua kandung b. Saudara kandung Bagi pasien dibawah umur yang tidak mempunyai orang tua kandung atau orangtuanya berhalangan hadir, persetujuan atau penolakan diberikan oleh: a. Orang tua adopsi b. Saudara kandung c. Induk semang Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, persetujuan atau penolakan diberikan oleh: a. Orang tua kandung b. Wali yang sah c. Saudara kandung Bagi pasien dewasa yang telah menikah, persetujuan atau penolakan diberikan oleh: a. Suami/istri b. Orang tua kandung c. Anak kandung d. Saudara kandung Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampu, persetujuan atau penolakan diberikan oleh: Wali atau Pengampu.
HPK 5.1 dan HPK 5.3 (HPK 2.1; AP 6; AP 5.11 EP 2; PAP 3.3; PAB 3.3; PAB 4; PAB 7 dan MKE 9 EP 4)
71
9
Bagaimana kebijakan RS dalam memberikan inform consent untuk pasien gawat darurat, tidak sadar dan tanpa pendampingan keluarga
Demi kepentingan pasien (life saving), inform consent tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi keluarga
HPK 5.3
10
Tindakan kedokteran apa saja yang termasuk dalam inform consent khusus
1.
Tindakan pembedahan dan invasif yang beresiko tinggi Semua tindakan anestesi dan sedasi (sedasi sedang dan sedasi dalam) Semua tindakan pemberian produk darah dan komponen darah Semua tindakan dan pengobatan yang beresiko tinggi
HPK 5.2
Adalah pendapat medis yang diberikan oleh dokter kedua dalam satu disiplin ilmu, ketika salah satu dokter memberikan diagnosis/merekomendasikan suatu tindakan untuk individu SPO Pasien menyampaikan keinginannya kepada perawat→pasien atau keluarga mengisi form second opinion→perawat menghubungi DPJP→DPJP menulis dilembar konsul kepada dokter spesialis lainnya yang ditunjuk (sama disiplin ilmu) untuk meminta pendapat perihal pengobatan atau tindakan pada pasien→dokter yang dituju memeriksa pasien dan memberikan second opini dengan menulis dilember jawaban konsultasi dan menjelaskan pendapat kedua pada pasien atau keluarga
HPK 2 (PAP 7.1 EP 6; AP 1 EP 4; ARK 2.1 EP 4 dan MKE 9 EP 5)
2. 3. 4.
11
Apakah yang anda ketahui tentang second opini
1.
2.
12
72
Apa dimaksut DNR
yang dengan
1. DNR berasal dari permintaan pasien 2. Bila berasal dari keluarga disebut penolakan RJP 3. Pasien mengisi form DNR dan dokter menulis dalam lembar integrasi 4. Perawat/tim medis menginformasikan keputusan DNR saat operan jaga / pasien pindah ruang 5. Perawat memasang kancing ungu
HPK 2.4
13
Bagaiman cara PPA dalam menjaga kerahasiaan informasi pasien dan privasi pasien
1. DPJP dalam memberikan konsultasi dan penjelasan penyakit khususnya yang bersifat sensitif diharuskan untuk menggunakan ruang konsultasi supaya privasi pasien dan atau keluarga terjaga dan kerahasiaan informasinya juga terjaga 2. Tidak membicarakan informasi medis pasien diluar konteks pelayanan 3. Memperhatikan privasi saat wawancara, pemeriksaan, pemberian terapi, konsultasi dan pemberian informasi kondisi pasien 4. Rekam medis bersifat rahasia, tidak boleh dipegang atau dibuka oleh sembarang orang dan tidak boleh ditaruh di area terbuka 5. Melakukan anamnesis→suara tidak didengar orang lain yang tidak berkepentingan Melakukan pemeriksaan dan tindakan→tirai ditutup Transport pasien→area tubuh pasien, khususnya bagian yang sakit ditutupi
HPK 1.2
73
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN MKE
NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1.
Apakah Rumah Sakit melakukan komunikasi dengan masyarakat ?
Rumah sakit berkomunikasi dengan masyarakat untuk memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit dan informasi tentang pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit. Tujuan komunikasi efektif dengan masyarakat adalah memfasilitasi akses masyarakat ke pelayanan di rumah sakit. Sehingga ada bukti : 1. Pelaksanaan komunikasi efektif antara rumah sakit dan masyarakat, misalnya sosialisasi pelayanan RS di masing-masing puskesmas se kab rembang dengan peserta kepala desa. 2. Pelaksanaan komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, misalnya mengadakan penyuluhan di ruang tunggu setiap hari rabu. Disamping konseling petugas di setiap ruangan. 3. Pelaksanaan komunikasi efektif antarstaf klinis, Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
MK 1 ep 2 TKRS.3.2 HPK 2.1; HPK 2.2; AP 4.1; APK 1.2; PP 2.4 AP; PAP; SKP 2; TKRS 1.2
2.
74
Apa saja Media Informasi yang digunakan dalam komunikasi dengan masyarakat ? MKE 1 ep 3 TKRS 12.1 EP 2
Media informasi sbb : 1. Brosur atau leaflet yang berisi layanan rumah sakit antara lain; rawat jalan spesialis, rawat inap, IGD, hemodialisa, bank darah, homecare, Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Gizi, Rehabilitasi Medik, ICU, HND 2. TV/ Slide show, misalnya info l ayanan yang disediakan RS, antrian 3. Website dengan alamat rsud.rembangkab.go.id, rsud.rembang.co.id 4. Call center (0295) 691444 5. SMS komplain 0811 2744 443 6. Benner info terkini sesuai thema, seperti hari anak, rujukan online 7. Ikut serta pada pameran misalnya pameran layanan rsu di rembang expo. 8. Menyelenggarakan seminar, misalnya tentang upaya RSU meminilkan angka kematian bayi 9. Kerjasama dengan media cetak, elektronik untuk menyampaikan informasi layanan RS
3.
4.
Apa bukti pelaksanaan komunikasi efektif antar staff klinis ? MKE 1 ep 5 MIRM 15 ARK 4.3 PKPO 4.3 EP 2 SKP 2.2 Bagaimana cara menginformasikan bila ada keadaan yang urgent seperti henti jantung, kebakaran dan perintah evakuasi ? MKE 4 PAP 3.2
Dalam melaksanakan tugasnya staf klinis mencatat asuhan pasien dengan menggunakan formulir di RM sbb : 1. Form essesmen kebutuhan edukasi 2. Form pemberian edukasi 3. Form catatan terintegrasi/CPPT/tulbakon 4. Form Monitoring Pasien Rujuk 5. Form Monitoring Pasien (Early warning system/EWS) 6. Surat Pengantar Rujuk Pasien. 7. Asuhan dirumah (discharge planning) Dengan menyampaikan informasi yang akurat dan tepat waktu di seluruh rumah sakit termasuk yang “ urgent ”. Antara lain : 1. Bila terjadi henti jantung, dengan mengaktifkan code blue, yaitu : a. Telp IGD 113 b. Aktifasi code blue dengan * 3301 c. Code blue code blue dewasa/anak di ruang.....diulang 3 kali d. Sampai Tim code blue menuju Tempat kejadian 2. Bila terjadi kebakaran / code red, dilakukan prosedur sbb : a. Memberitahu Kamtib/security bila terjadi kebakaran dengan menyebutkan “kode merah diruangan..........” (Diulang sebanyak 3 kali). b. Petugas jaga Kamtib/Security memberi tanda bahaya dengan menekan tombol sirine c. Petugas jaga Kamtib/Security membantu memadamkan api dengan membawa APAR dari pos jaga. d. Petugas piket kode merah segera mengambil peran masing-masing : a. Koordinator Kebakaran (Helm Merah) : melakukan pemadaman sambil menunggu bantuan dari Kamtib/security. b. Koordinator Evakuasi Pasien (Helm Biru) : melakukan evakuasi pasien untuk menuju titik kumpul terdekat sesuai dengan daerahnya. c. Koordinator Dokumen ( HelmKuning) : melakukan evakuasi dokumen RM/penting diruangan dengan skala prioritas ke tempat titik kumpul. d. Koordinator Alkes (Helm Putih) : melakukan evakuasi alat kesehatan diruangan ke titik kumpul.
75
e.
f.
Petugas jaga Kamtib/Security dibantu perawat/petugas lainnya melakukan evakuasi pasien, evakuasi dokumen penting, evakuasi alat kesehatan menuju ke titik kumpul. Dokter jaga UGD dan perawat segera menuju titik kumpul untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang berada di tempat titik kumpul.
5.
Bagaimanan proses informasi asuhan pasien yang dilakukan oleh antarstaf klinis selama bekerja dalam sif atau antarsif ? MKE 5
Informasi penting dapat dikomunikasikan dengan cara lisan, tertulis, atau elektronik. Rumah sakit menentukan informasi yang akan dikomunikasikan dari satu staf klinis kepada staf klinis lainnya, meliputi: 1. Status kesehatan pasien antara lain catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dengan cara SOAP. 2. Ringkasan asuhan yang diberikan (ringkasan pulang rawat inap dan ringkasan rawat jalan); 3. Informasi klinis pasien saat ditransfer dan dirujuk; 4. Serah terima, yaitu mencatat di lembar CPPT dengan SOAP dilengkapi teknik komunikasi menggunaan SBAR.
6.
Apakah RSU sudah membentuk PKRS ? MKE 6
1.
2. 3. 4.
76
Rumah sakit sudah menetapkan Unit/Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), untuk menciptakan pelayanan edukasi, dan mengatur penugasan seluruh staf yang memberikan edukasi secara terkoordinasi. Struktur organisasi PKRS dengan Surat Keputusan Direktur No. 445/55/2017 tanggal 2 April 2017 Penunjukan Personil PKRS dengan Surat Keputusan Direktur No. 445/56/2017 tanggal 2 April 2017 Dalam melaksanakan tugas PKRS berdasarkan : a. Pedoman Pelayanan PKRS b. Pedoman Pengorganisasian PKRS c. Program kerja PKRS tahunan yang berisi jadwal penyuluhan baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
7.
Bagaimana DPJP melaksanakan edukasi pemberian asuhan kepada pasien di ruangan sampai di rumah? MKE 9 HPK 2.1, PAP 2.4, HPK 2.2
DPJP dalam rangka memberikan asuhan kepada pasien melakukan edukasi : 1. Tentang hasil esesmen, diagnosa (form pemberian edukasi oleh DPJP) 2. Tentang hasil pemeriksaan, pengobatan, termasuk hasil asuhan yg tdk diharapkan (Form pemberi edukasi yg telah diisi oleh DPJP) 3. Tentang asuhan di rumah (dengan menjelaskan cara minum obat, kontrol sesuai tanggal dan diet) 4. Tentang inform consent (menjelaskan tindakan yang akan dilkaukan selama dirawat) 5. Tentang hak dan kewajiban pasien dalam partisipasi proses asuhan
8.
Materi edukasi apa saja yang diberikan kepada pasien dan keluarga ? MKE 10 PAP.4 EP 7, HPK 2.5 dan PAP 6 ; AP 1.3, SKP 5 dan PPI 9 EP 6
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan : 1. Asuhan yang diberikan meliputi penggunaan obatobatan secara efektif dan aman, potensi efek samping obat, potensi interaksi obat antarobat konvensional, obat bebas, serta suplemen atau makanan. 2. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan meliputi keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan medis. 3. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan meliputi diet dan nutrisi yang memadai 4. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan meliputi manajemen nyeri. 5. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan meliputi teknik rehabilitasi 6. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan meliputi cara cuci tangan yang aman.
77
9
Bagaimana proses edukasi yang dilakukan PPA ? MKE 11
1. 2. 3.
4.
10
Bagaimana upaya promosi kesehatan apa yang harus dilakukan, untuk menunjang keberhasilan asuhan yang berkesinambungan? MKE 12 ARK 4.1, ARK 3
5. 1.
2.
3.
78
Profesional pemberi asuhan (PPA) harus menyediakan waktu yang cukup dalam memberikan edukasi. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan secara kolaboratif oleh PPA terkait Pada proses pemberian edukasi, staf harus mendorong pasien dan keluarga untuk bertanya dan memberi pendapat agar dapat sebagai peserta aktif Terdapat buk ti dilakukan verifikasi untuk memastikan pasien dan keluarga dapat memahami materi edukasi yang diberikan Informasi verbal diperkuat dengan materi tertulis. Rumah sakit mengidentifikasi sumber-sumber yang ada di komunitas seperti DM, Stroke, TB-HIV, untuk mendukung promosi kesehatan berkelanjutan. Pasien dan keluarga dirujuk terutama pasien-pasien kelainan pembuluh darah (jantung), dan pasien dengan karsinoma, agar mendapatkan edukasi dan pelatihan yang diperlukan untuk menunjang asuhan pasien berkelanjutan, sehingga mencapai hasil asuhan yang optimal setelah meninggalkan rumah sakit. Edukasi berkelanjutan tersebut diberikan kepada pasien yang rencana pemulangannya kompleks. Yaitu dengan memberikan materi edukasi yang berisi tentang cara minum obat dan diet sesuai dengan penyakitnya.
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN POKJA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ( PPI ) NO 1
POKJA
PERTANYAAN Bagaimanakan pengelolaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI ) di rumah sakit ?
JAWABAN Pengelolaan PPI di rumah sakit meliputi : PPI. 1 : Regulasi Komite PPI dan uraian tugasnya PPI. 2 : Regulasi IPCN dan uraian tugasnya PPI. 3 : Regulasi IPCLN dan uraian tugasnya PPI. 4 : Penetapan anggaran dan pelaksanaan program PPI PPI. 5 : Ada program PPI dan kesehatan kerja yang komprehensif di seluruh RS untuk menurunkan infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan PPI. 6 : Rumah sakit menetapkan pelaksanaan surveilens PPI. 7 : Rumah sakit menetapkan resiko infeksi pada prosedur dan proses asuhan invasih yang berseriko infeksi PPI. 8 : Rumah sakit melindungi pasien, pengunjung pasien, pengunjung, dan staff dari penyakit menular PPI. 9 :Rumah sakit menetapkan regulasi dan pelaksanaan Kebersihan tangan dan APD PPI. 10 : Peningkatan mutu dan program edukasi PPI. 11 : Rumah sakit melakukan edukasi tentang PPI kepada staff klinis dan non klinis, pasien, keluarga pasien, serta petugas lainnya Laporan PPI kepada direktur dibuat setiap 3 bulan ( triwulan ), dimana isi laporan mengenai : a. SDM b. Laporan HAI‟s ( Phlebitis, IADP, IDO, ISK, VAP, HAP, Sepsis, Dekubitus ) c. Laporan monitoring ruang rawat d. Laporan monitoring Instalasi e. Hasil pemeriksaan kesehatan lingkungan f. Laporan pemeriksaan kultur g. Laporan Standar Pelayanan Minimal h. Laporan sensitivitas kuman Di dalam laporan sudah ada analisa dan rencana tindak lanjut dalam bentuk PDSA a. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam b. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat c. Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang tersedia tahan tusuk dan tahanair dan tidak bisa dibuka lagi d. Selalu buang sendiri oleh si pemakai e. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai f. Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan 79
2
PPI. 1 Ep. 3
Apa bukti laporan kegiatan PPI kepada Direktur RS setiap 3 bulan ?
3
PPI. 7.5
Bagaimanakan penanganan limbah benda tajam ?
4
PPI. 8.1
Bagaimana prosedur penempatan pasien ?
a. b. c.
PPI. 7.4.1
6
PPI. 7.4
80
Sebutkan label jenasah dan cara penerapannya ?
Bagaimana cara pengelolaan sampah infeksius dan cairan tubuh ?
Tersedia fasilitas cuci tangan Penempatan pasien di kamar terpisah yang bertekanan negatif atau ruang dengan pintu tertutup, jendela dibuka dan memasang exhaust fan, untuk pasien flu burung
d.
Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area yang jarang dilalui orang, Misalnya pada TBC
e.
Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai menderita air borne disease ( Misalnya varicella )
f.
5
Tersedia APD lengkap
Bila kamar terpisah tidak memungkinkan, dapat dilakukan sistem kohorting. Bila pasien infeksi dicampur dengan pasien non infeksi, petugas dan pengunjung menjaga kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeksi. Dengan cara penderita ditempatkan diruangan paling ujung atau ditempatkan dilokasi tertentu yang tidak memungkinkan kontak dengan banyak orang a. Kategori 1 :Label Biru; .Penyakit selain kategori 2 dan 3. b. Kategori 2 :Label Kuning. Penyakit :HIV, Hepatitis C, SARS, Avian Influenza dan beberapa penyakit sesuai anjuran dokter atau ahli mikrobiologi. c. Kategori 3 :Label Merah. Penyakit Anthrak, Plague, Rabies, Viral hemorrhagic Fever dan penyakit yang sesuai anjuran dokter atau ahli mikrobiologi a. Sampah rumah sakit harus diberi label sesuai dengan jenisnya : 1) Sampah infeksius diberi label kuning 2) Sampah non infeksius diberi label kuning 3) Sampah botol infus, vial, spuit 50 cc diberi label kuning 4) Sampah non medis diberi warna hitam b. Sampah benda tajam dan jarum harus dimasukkan ke dalam safetybox c. Sampah ditempatkan dalam tempat sampah tertutup, tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki d. Container dalam keadaan bersih dan harus dicuci setiap hari serta terbuat dari bahan yang kuat, ringan, dan tidak mudah berkarat e. Tempatkan setiap container sampah pada jarak 10 – 20 meter
f. g.
h. i.
j. k.
l.
7
PPI. 5.2 Ep. 2
Bagaimana cara pembersihan lingkungan disekitar lingkungan perawat ?
a. b.
c. d.
e.
8
PPI. 7.4 Ep. 2
Bagaimana cara pembersihan tumpahan cairan tubuh ?
a. b. c. d. e. f.
Ikat sampah jika sudah terisi ¾ penuh Mengangkut sampah harus menggunakan kereta dorong khusus, kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, dan tertutup serta tidak boleh ada yang tercecer Petugas sampah medis harus menggunakan alat pelindung diri ketika menangani sampah Menuangkan sampah cair ( cairan tubuh pasien ) ke sistem pembuangan kotoran yang tertutup dan diolah di IPAL Sampah cairan tubuh pasien tidak boleh terecer selama proses transportasi Petugas kesehatan harus membersihkan sisa cairan tubuh yang tercecer sesuai dengan SPO pembersihan cairan tubuh. Petugas kesehatan yang terkena percikan cairan tubuh pada tangan harus melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan / merapikan tempat tidur pasien, jam makan Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari. Untuk ember tempat lap pel pembersihan lantai juga dibedakan menjadi : 1) Ember hitam untuk ruang non infeksius / kantor 2) Ember kuning untuk ruang infeksius / ruang pasien Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang tepat.( berbahan dasar klorin 0,05 % – 0,5 % Memasang tanda pengenal Memakai gaun pelindung, celemek, sarung tangan, kaca mata google, dan sepatu boot Bersihkan bagian permukaan yang terkena tumpahan dengan kain pembersih memakai penjepit Buang kain pembersih ke sampah medis infeksius yang tahan bocor Lakukan desinfeksi pada bagian permukaan yang terkena tumpahan dengan klorin 0,5 % Tunggu 5 menit kemudian dilap kembali dan memasukan lap ke sampah infeksius
81
g. h.
9
PPI. 7.4.1
Bagaimana cara memberi pelayanan pasien meninggal dunia yang berpenyakit menular diruang rawat inap ?
10
PPI. 7.2
Bagaimana cara penyimpanan bahan / alat steril ?
82
Pembersihan lantai seperti biasa Petugas melepas sarung tangan karet, sepatu boot, kaca mata google, celemek dan tempatkan peralatan ke wadah yang sesuai i. Petugas melakukan cuci tangan a. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan b. Memakai pelindung wajah dan jubah c. Luruskan tubuh jenazah dan letakkan dalam posisi terlentang dengan tangan di sisi atau terlipat di dada d. Tutup kelopak mata dan/atau ditutup dengan kapas atau kasa; begitu pula mulut, hidung dan telinga e. Beri alas kepala dengan kain handuk untuk menampung bila ada rembesan darah atau cairan tubuh lainnya f. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap air g. Lepaskan semua alat kesehatan dan letakkan alat bekas tersebut dalam wadah yang aman sesuai dengan kaidah kewaspadaan universal h. Tutup setiap luka yang ada dengan plester kedap air i. Bersihkan tubuh jenazah dan tutup dengan kain bersih untuk disaksikan oleh keluarga j. Pasang label identitas pada kaki k. Beritahu petugas kamar jenazah bahwa jenazah adalah penderita penyakit menular l. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan a. Alat dan bahan steril disimpan dalam almari alat steril b. Alat dan bahan steril harus disteril ulang setelah 4 hari c. Pengambilan alat dan bahan steril menggunakan system FIFO ( First In First Out ) d. Alat dan bahan harus terbungkus rapi
11
KKS 8.2 Ep. 1
Cara penanganan bila terjadi pajanan jarum infeksius ?
a. b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Bila terkena benda tajam atau tertusuk jarum, keluarkan darah sesegera mungkin Lakukan tindakan pencucian segera pada area yang tertusuk/tergores jarum/benda tajam dengan air mengalir dan sabun atau cairan antiseptik selama 1 menit Segera lapor ke atasan dan segera memeriksakan diri ke IGD. Kepala Ruang/PJS tempat petugas terpajan bekerja, segera membuat laporan pajanan dengan formulir yang telah disediakan, dan dalam waktu 24 jam pertama diserahkan k e K3, tembusan ke Komite PPI, untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Apabila di TKP tindakan pertolongan pertama (prosedur nomor 1 – 2) 2) belum adekuat, maka di IGD segera dilakukan tindakan pertolongan pertama tersebut Selanjutnya dokter jaga IGD melakukan telaah pajanan, meliputi: 1) Seberapa besar pajanan memiliki risiko penularan infeksi 2) Status infeksi sumber pajanan 3) Kerentanan petugas yang terpajan Bila status infeksi sumber pajanan belum diketahui, lakukan pendekatan dan edukasi pada pasien yang diduga menjadi sumber pajanan dan minta pasien untuk membuat persetujuan (informed ( informed consent ) dilakukan pemeriksaan laboratorium, dan lakukan pemeriksaan Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV pada pasien sumber pajanan.. Penentuan kerentanan petugas terpajan meliputi: 1) Pernahkah mendapat vaksinasi hepatitis B? 2) Bila pernah, bagaimana status serologinya terhadap HBV? 3) Anti HCV 4) Anti HIV Berikan profilaksis paska pajanan (PPP) jika sumber pasien tidak diketahui. Jika sumber pasien diketahui dan setelah ditest pasien positif menderita: 1) HIV : maka mulailah pengobatan PPP dalam waktu dua jam setelah paparan 2) Hepatitis B: berikan Hepatitis B Immunoglobulin (HBIg) dan mulailah vaksinasi serial sebanyak tiga kali jika belum pernah di vaksin. Jika pernah di vaksin dan masih dalam batas waktu, tidak dilakukan tata laksana apapun.
83
3)
i. 12
PPI. 5 Ep. 2
Bagaimana proses pembersihan ruangan setelah digunakan pasien infeksius ?
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14.
15. 16. 17. 18.
19.
84
Hepatitis C: tidak ada profilaksis yang standar untuk Hepatitis C namun konsultasikan dengan dokter penyakit dalam. Lakukan test lanjutan, konseling dan monitoring toksisitas profilaksis paska pajanan Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area perawatan Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor Jangan menggunakan high level disinfektan /cairan chemikal untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan Hindari metode pembersihan permukaaan yang luas yang menghasilkan mist atau aerosol Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan meja Gunakan detergen atau air untuk pembersihan permukaan non perawatan seperti perkantoran administrasi Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti pegangan pintu,bed rails, light switch Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai di area perawatan pasien Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths and solution Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan, dan gunakan cairan yangbaru Ganti mop setiap hari Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan biarkan kering sebelum dipakai lagi Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan dengan wet vacum atau mop lantai dan dinding dengan menggunakan pembersih. Jangan gunakan mats di pintu masuk ruang operasi Gunakan metode pembersihan debu yang tepat untuk pasien yang immonocompromised Tutup pintu pasien immonocompromised saat membersihkan lantai. Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau material lain yang potensial infeksi Vacum carpet di area umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan area umum pasien secara regular
20. Secara periodik pembersihan sampai kedalam carpet 21. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian di ruang perawatan pasien atau vacum carpet di area umum sarana kesehatan dan area umum pasien secara rutin 22. Hindari penggunaan carpet di daerah keramaian di ruang perawatan pasien atau tumpahan darah seperti unit terapi, ruang operasi, laboratorium, intensive care 23. Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan di area pelayanan pasien 24. Perawatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot kepada petugas khusus (bukanyang merawat pasien). Namun jika tidak ada petugas khusus maka petugas memakaisarung tangan dan cuci tangan setelah melepas sarung tangan 25. Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot di area perawatan 26. Lakukan pest control secara rutin 27. Pakai APD selama prosedur pembersihan dan disinfeksi. 28. Berikan perhatian ketat untuk pembersihan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh di area perawatan seperti charts, bedside commode , pegangan pintu 29. Cairan untuk membersihkan lantai yaitu Marble Clean dengan komposisi 1 liter marble clean + air menjadi 60 liter 30. Untuk membersihkan bahan dari porselin menggunakan cairan Gother 31. Untuk membersihkan bahan dari kaca menggunakan cairan Glass Cleaner 32. Untuk membersihkan bahan dari stainless menggunakan cairan Forward 33. Untukmembersihkan bahan dari kayu cukup menggunakan air sabun 34. Cara pembersihan lantai menggunakan mob ( tidak boleh menggunakan sapu lantai ), dimana mob yang digunakan dibagi menjadi : a. Mob dan ember warna kuning : untuk ruang rawat pasien b. Mob dan ember warna biru : untuk ruang kantor perawatan ( Nurse Stations ) c. Mob dan ember warna hijau : untuk ruang perkantoran d. Mob dan ember warna ungu : untuk ruang kemotherapi
85
13
PPI. 8.1 Ep. 1
Bagaimana cara penempatan dan transfer pasien airborne disease ?
35. Untuk ember tempat lap pel pembersihan lantai juga dibedakan menjadi : a. Ember biru untuk ruang non infeksius / kantor Nurse Stations b. Ember kuning untuk ruang infeksius / ruang pasien c. Ember hijau untuk ruang perkantoran 36. Untuk membersihkan dinding harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih yang memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang tepat.( berbahan dasar klorin 0,05 % – 0,5 % ) 37. Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk pembersihan dan disinfeksi 38. Pembersihan dan disinfeksi lingkungan permukaan peralatan medis secara regular. 39. Jangan lakukan random pemeriksaan mikrobologi udara, air dan permukaan lingkungan 40. Lakukan pembersihan dengan khlorin 0,5 % pada mobil ambulans dan mobil jenasah sehabis digunakan mengangkut / mengantar pasien infeksius Penempatan pasien airboene disease :
a.
Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara kekontak,
b.
Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust ke area tidak ada orang lalu lalang,
c.
Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas,
d.
Bila kamar terpisah tidak memungkinkan, dapat dilakukan sistem kohorting. Bila pasien infeksi dicampur dengan pasien non infeksi, petugas dan pengunjung menjaga kewaspadaan untuk mencegah transmisi infeks Transfer pasien airborne disease : 1. Transport pada p asien infeksius harus dibatasi, bila perlu saja. 2. Bila mikroba pasien virulen, yang perlu diperhatikan a. Pasien dipakaikan APD (masker, gaun) b. Petugas di area tujuan harus diingatkan akan kedatangan pasien tersebut sehingga dapat menjalankan kewaspadaan berdasarkan transmisi yang sesuai c. Pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak terjadi transmisi kepada orang lain
86
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP) NO
PERTANYAAN
1
Apa yang anda ketahui tentang Sasaran Keselamatan pasien di Rumah sakit?
STDR
JAWABAN Keselamatan pasien (patient safety) merupakan prioritas utama dalam pelayanan RS. Untuk menjamin keselamatan pasien di RS, maka ditetapkan 6 sasaran keselamatan pasien yang wajib diterapkan di rumah sakit, yaitu :
1. 2. 3. 4.
2
Bagaimana prosedur di rumah sakit dalam meng identifikasi pasien?
SKP.I PAP.4 AP.5.7
Mengidentifikasi pasien dengan benar Meningkatkan komunikasi yang efektif Meningkatkan pelayanan obat diwaspadai (High Alert Medications)
yang
perlu
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar
5.
Mengurangi kesehatan
6.
Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh
risiko
infeksi
terkait
pelayanan
Setiap pasien yang masuk ke RSUD dr.R.Soetrasno Rembang harus tercatat identitas diri pasien dengan jelas dan benar. Untuk pasien rawat inap, hemodialisa, one day surgery dipasang gelang identitas yang berisi nama, nomor RM dan tanggal lahir. Sebelum pemasangan gelang, pasien dijelaskan bahwa tujuan pemasangan gelang untuk memastikan identitas pasien benar dalam mendapatkan pelayanan, jelaskan bahwa petugas akan selalu menanyakan nama dan meminta pasien menunjukkan gelang identitas sebelum memberikan pelayanan, dan pasien diminta tidak melepas gelang selama di rawat di RS. Petugas akan selalu melakukan identifikasi pasien secara verbal dan visual yaitu dengan cara menanyakan nama pasien dan melihat gelang identitas pasien untuk dicocokkan dengan pelayanan yang akan diberikan. Untuk itu semua lembar RM, label obat, resep, makanan, specimen, permintaan pemeriksaan lab / rad, darah, dll harus ada identitas nama, nomor RM dan tanggal lahir. Tidak boleh menggunakan nomor kamar sebagai identitas.
87
Proses identifikasi ini selalu dilakukan sebelum tindakan, prosedur diagnostik dan terapeutik, misalnya sebelum memberikan obat, darah, produk darah, pengambilan spesiman, pemberian diet, sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialysis, pengambilan darah atau pengambilan spesiman untuk pemeriksaan klinis, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap pasien koma. Untuk pasien rawat jalan tidak menggunakan gelang identitas. Cara mengidentifikasi pasien dengan cara menanyakan nama pasien dan meminta pasien menunjukkan kartu berobat yang berisi nama dan nomor RM kemudian dibandingkan dengan dokumen / pelayanan yang akan diberikan. 3
Dapatkah Anda menjelaskan tentang cara komunikasi yang efektif di rumah sakit?
SKP.2 TKRS.3. 2 AP.5.3.1 MKE.5
Komunikasi dianggap efektif bila dilakukan tepat waktu, akurat, lengkap, tidak bermakna ganda dan diterima penerima informasi yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan dan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi efektif dilakukan : Antar professional pemberi asuhan (PPA) saat laporan pasien, memberikan instruksi pengobatan, saat serah terima pasien. Antara RS dengan pasien/keluarga saat memberikan informasi tentang jenis pelayanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan, saat memberikan edukasi Saat menyampaikan informasi yang urgent misalnya code blue, kode merah dan perintah evakuasi.
Komunikasi efektif saat melaporkan kondisi pasien / hasil pemeriksaan kritis atau saat serah terima pasien (Hand over) menggunakan tehnik SBAR (Situation – Background – Assesment – Recommendation) a. Situation (S) : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien. b. Background (B) : Informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini. c. Assessment (A) : Hasil pengkajian pasien yang terkini d. Recommendation (R) : yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat ini. Hal-hal khusus yang harus menjadi perhatian
88
Hasil pemeriksaan diagnostic kritis misalnya : laboratorium, radiologi, EKG dan tanda-tanda vital. Hasil pemeriksaan kritis dilaporkan oleh perawat kepada dokter / DPJP, atau oleh dokter kepada DPJP, Hasil pemeriksaan diagnostic kritis laboratorium / radiologi disampaikan oleh petugas laboratorium / radiologi kepada dokter, atau kepada perawat ruangan jika dokter belum bisa di hubungi. Serah terima pasien antar ruang didokumentasikan di lembar transfer intra RS, sedangkan serah terima antar shift perawat didokumentasikan dengan metoda SOAP ditandatangani perawat yang menyerahkan dan yang menerima di Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi, Komunikasi efektif saat menerima instruksi lisan / telepon, dan saat menerima informasi hasil pemeriksaan diagnostik lisan / telepon menggunakan metoda CABAK. Pesan yang disampaikan secara lisan / via telepon harus di :Catat - Baca kembali - Konfirmasi kebenaran terhadap pesan yang diberikan, kemudian di stempel “Telah dibaca ulang dan di konfirmasi”, tulis nama dan paraf penerima dan pemberi pesan. 4
Apa saja yang anda ketahui tentang obat-yang ‐obat perlu diwaspadai / high alert medication di rumah sakit?
SKP.3 PKPO.3. 2.1
Obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication) adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien. Obat yang perlu diwaspadai terdiri atas : 1. High risk / Risiko Tinggi Yaitu obat yang bila pemberiannya terjadi kesalahan (error) dapat menimbulkan kematian atau kecacacatan, seperti : Insulin, heparin atau kemoterapeutik. 2.
NORUM / LASA Obat yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak sama, bunyi ucapan sama (look alike sound alike / LASA), seperti Dopamin dan Dobutamin, atau KAEN 3A dan KAEN 3B atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM).
3.
Elektrolit konsentrat Elektrolit konsentrat misalnya potassium chloride / KCL injeksi , Natrium bicarbonate (meylon) , NaCL 3%, magnesium sulfat (Mg SO4), dan Dextrosa 40%
89
Pengelolaan high alert medication: Penyimpanan di lokasi khusus dengan akses terbatas dan diberi penandaan yang jelas “High Alert” Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di ICU, IBS, PICU NICU, Neonatal Risiko Tinggi, HND, Anggrek, VK, Ponek Ruang Perawatan yang boleh menyimpan elektrolit konsentrat harus memastikan bahwa elektrolit konsentrat disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas yang diberi wewenang. Obat diberi penandaan yang jelas berupa stiker berwarna merah bertuliskan “High Alert” Ada daftar obat yang perlu diwaspadai (high alert medications). Sebelum pemberian obat high alert harus dilakukan periksa ulang 2 petugas / double check
5
Apa saja langkahlangkah untuk menjamin tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien pembedahan?
SKP.4 PAB.8.1. 4
Untuk menjamin keselamatan pasien pembedahan, RS menetapkan prosedur : 1. Penandaan operasi Pemberian tanda pada lokasi operasi oleh dokter operator pada sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang) pasien yang akan dioperasi dengan tanda lingkaran menggunkan spidol yang tidak hilang saat operasi dan melibatkan pasien. 2. Verifikasi pra operasi Verifikasi yaitu melakukan pengecekan terhadap pasien yang dilakukan pembedahan : pasien yang benar, lokasi/sisi pembedahan yang benar, dan prosedur benar 3.
90
Time out Time out adalah jeda dalam wak tu singkat seb elum melakukan incisi untuk mengkonfirmasi kebenaran pasien, prosedur, dan lokasi/sisi pasien yang akan dioperasi
RS menggunakan Surgical Safety Checklist (SSC) yaitu daftar periksa untuk memeriksa secara cermat pasien operasi untuk memastikan bahwa hal‐hal yang tercantum dalam checklist ini telah dilakukan, misalnya apakah informed consent sudah benar dan lengkap, apakah tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien sudah teridentifikasi, apakah semua dokumen dan peralatan sudah tersedia dan berfungsi dengan baik.
SSC ini merupakan standar operasi yang meliputi pembacaan dan pengisian formulir sebelum induksi (sign in), di kamar operasi (time out), di kamar pulih sadar (sign out). Ketentuan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien ini dilaksanakan di kamar operasi dan di luar kamar operasi misalnya prosedur tindakan medis gigi. 6
Bagaimanaka h standar prosedur cuci tangan yang benar di rumah sakit?
SKP.5 PPI.9.2.6 .5
Semua petugas di rumah sakit wajib melakukan 6 langkah kebersihan tangan pada 5 momen yang telah ditentukan, yakni : Sebelum kontak dengan pasien Sebelum tindakan aseptik Setelah kontak dengan pasien Setelah terkena cairan tubuh pasien Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien Ada 2 cara cuci tangan yaitu : 1. Hand Wash – dengan sabun dan air mengalir waktunya : 40 – 60 detik 2. Hand Rub – dengan antiseptik berbasis alcohol, tanpa dibilas, dengan syarat tangan terlihat bersih. Waktunya : 20 – 30 detik
Agar cuci tangan sesuai dengan waktu tersebut, masing masing gerakan diulang 4 kali dengan kecepatan 100 kali permenit
91
Disiinfeksi alat kesehatan dilakukan di pusat sterilisasi (CSSD). Alat medis yang telah digunakan dimasukkan ke dalam kontainer, lalu di bawa ke pusat sterilisasi (CSSD).
92
7
Bagaimanaka h pencegahan risiko jatuh di RS
SKP.6 AP.1.2.1 .2
Semua pasien dilakukan asesmen risiko jatuh menggunakan metode pengkajian risiko jatuh yang telah ditetapkan. Untuk pasien rawat jalan dewasa menggunakan get up and go, rawat inap dewasa menggunakan morse fall scale, rawat inap anak menggunakan humpty dumpty. Selama di rawat inap, pasien di asesmen ulang risiko jatuh tiap shift dan jika terjadi perubahan kondisi dan terapi. Pengkajian tersebut dilakukan oleh perawat dan dijadikan dasar membuat rencana pencegahan jatuh dan untuk memberikan rekomendasi kepada dokter untuk tatalaksana lebih lanjut.
Tindakan pencegahan jatuh secara umum adalah : Orientasi kamar kepada pasien Tempat tidur posisi rendah, roda terkunci, pegangan di kedua sisi TT terpasang baik Barang pribadi / alat bantu dalam jangkauan. Pencahayaan adekuat, ruangan rapi, tidak licin Pantau efek obat-obatan Sediakan dukungan emosional dan psikologis Edukasi pasien dan keluarga : berikan informasi mengenai faktor risiko jatuh dan menyetujui untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan, pasien diminta memberitahu perawat bila membutuhkan sesuatu dan bila lingkungan tidak aman
Untuk risiko sedang – tinggi selain tindakan diatas ditambah tindakan sebagai berikut : Beri tanda kuning “Fall Risk ” di tempat tidur (risiko sedang & tinggi). Beri tanda (kancing) kuning “Fall Risk ” pada gelang (jika risiko tinggi) Tawarkan bantuan perawat setiap 2 jam ( ke kamar mandi, dll) Kunjungi dan amati pasien minimal setiap 1 jam oleh perawat dan lakukan pengawasan ketat.
93
Untuk pencegahan jatuh pasien di rawat jalan, petugas kamtib melakukan skrining risiko jatuh dengan menggunakan metode get up and go sebagai berikut :
a.
Perhatikan cara berjalan 1). Tidak seimbang/ sempoyongan 2). Jalan menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, tripot, kursi roda, bantuan orang)
b.
Menopang saat akan duduk : tampak memegang pinggiran kursi atau meja/ benda lain sebagai penopang saat akan duduk Untuk menilainya, jika tidak ditemukan a dan b, pasien tidak berisiko jatuh, tidak ada tindakan. Namun jika ditemukan salah satu a atau b, pasien berisiko jatuh sedang, jika ditemukan keduanya a dan b pasien risiko jatuh tinggi, segera lakukan tindakan pencegahan jatuh sebagai berikut : Tempatkan di ruang / tempat yang aman sehingga keselamatan terjamin. Berikan kursi roda / brankar jika diperlukan. Lakukan pendampingan / bantuan petugas sesuai kebutuhan Hindari alas kaki licin, lantai licin Berikan edukasi pasien / keluarga mengenai faktor risiko jatuh dan menyetujui mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan, pasien diminta memberitahu petugas bila membutuhkan sesuatu dan bila lingkungan tidak aman
Khusus Risiko Tinggi selain tindakan diatas, petugas kamtib memasang kalung kuning “Fall Risk” dan memberi penjelasan bahwa tujuannya sebagai tanda agar petugas mudah untuk mengidentifikasi dan mengawasi pasien yang berisiko tinggi jatuh. Petugas kamtib melepas kalung fall risk jika pasien telah selesai rawat jalan.
8
94
Apa yang dilakukan jika ada pasien yang jatuh?
Berikan pertolongan pasien yang jatuh, lakukan tatalaksana pasien jatuh yaitu nilai apakah terdapat cidera akibat jatuh, nilai tanda vital, keterbatasan gerak, beritahu dokter untuk tindakan lebih lanjut, dan buat rencana tindakan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien. Setelah pasien ditangani, laporkan insiden jatuh kepada perawat penanggung jawab / kepala ruang (lihat cara pelaporan insiden keselamatan pasien)
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN MIRM NO
POKJA
PERTANYAAN
1
MIRM 1 MIRM 3 MIRM 8 PMKP 2.1 PMKP 7
Bagaimana pelayanan MIRM di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang?
JAWABAN Pelayanan MIRM di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang dibagi menjadi 2 pelayanan a. Manajemen Informasi yang dikelola Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) Suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi Kesehatan. b. Manajemen Rekam Medis Proses kegiatan yang dimulai saat pasien diterima di rumah sakit sampai dengan pencatatan data identitas social, medis, keperawatan, manajer pelayanan pasien (MPP), serta PPA lainnya selama pasien mendapat asuhan. Kegiatan dilanjutkan dengan penanganan rekam medis yang meliputi penyimpanan dan penggunaan untuk kepentingan pasien atau keperluan lainnya
2
MIRM 1 EP 2 ARK 2 EP 7
Bagaimana cara agar data pasien terintegrasi pada seluruh pelayanan kesehatan di RS?
RSUD dr. R Soetrasno Rembang memiliki kebijakan bahwa setiap pasien yang berobat di RS harus entry data pasien di SIMRS yang meliputi nama, alamat, tempat tanggal lahir, agama, status marital, pendidikan, pekerjaan, golongan darah (optional ) Data pasien berdasarkan kartu identitas pasien (KTP, SIM atau KK)
3
MIRM 6 EP 4 HPK 1.2
Siapa yang mempunyai Hak Akses ke SIMRS
Semua petugas RSUD dr. R. Soetrasno Rembang yang memiliki username dan password sesuai dengan unit masing-masing
95
4
MIRM 1 EP 2 ARK EP 1 MKE 1 EP 2 TKRS 3.2
96
Bagaimana cara pasien berobat atau mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD dr. R. Soetrasno?
Pasien yang akan mendapatkan pelayanan di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang dapat dilayani dengan 3 cara antara lain 1. Poliklinik Pasien rawat jalan poliklinik mendaftar di TPPRJ, terbagi menjadi 2 poliklinik a. Poliklinik VIP Terdapat di Gedung Kartini t erdiri dari Klinik Anak, Penyakit Dalam, Syaraf, Bedah, Obsgyn, Kulit dan Kelamin, THT b. Poliklinik Non VIP Loket pendaftaran poliklinik non VIP dibagi menjadi 4 tempat antara lain: 1)Gedung utama lantai 1 meliputi kluster 1 melayani pendaftaran pasien klinik Ortopedi, Bedah dan Syaraf, Kluster 4 melayani pendaftaran pasien Geriatri, Kluster 5 melayani pendaftaran pasien Anak, Hemodialisa, Kebidanan dan Kandungan, TB, Gigi 2)Gedung utama lantai 2 utara meliputi kluster 2 terdapat 1 loket melayani pendaftaran pasien klinik Jiwa, THT, Umum 3)Gedung utama lantai 2 selatan meliputi kluster 3 ada 2 loket melayani pendaftaran pasien klinik Penyakit Dalam, DM, VCT, KDRT, Gizi 4)Gedung klinik Fisioterapi/ Rehab Medik melayani pendaftaran pasien Fisioterapi dan Rehab Medik Antrian pendaftaran dilakukan dengan 4 cara: a. Pasien datang langsung mengambil antrian dengan menggunakan anjungan b. Antrian melalui sms c. Antrian melalui Mobile Aplication berbasis Android d. Antrian melalui Web RS www.rsurembang.co.id 2. Rawat Inap Pasien rawat inap mendaftar di TPPRI 3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pasien gawat darurat mendaftar di TPPGD
5
MIRM 8 EP 1 MIRM 11 EP 1 MKE 2 HPK 1.2
Kapan rekam medis boleh dibuka dan bagian apa saja yang diperbolehkan?
Pelepasan Informasi rekam medis tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal: a. Untuk kepentingan kesehatan pasien; b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan; c. Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri; d. Permintaan institusi/ lembaga berdasarkan ketentuan perundangundangan; dan e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak menyebutkan identitas pasien
6
MIRM 11 MIRM 14 MKE 5
Apa yang saudara ketahui tentang Aspek kepemilikan berkas rekam medis?
1.
7
MIRM 8 EP 1 MIRM 11
Bagaimana cara Rumah Sakit melindungi Rekam Medis pasien dari kehilangan/ kerusakan/ penyalahgunaan?
1.
Berkas rekam medis milik Rumah Sakit 2. Isi milik pasien dalam bentuk ringkasan Rekam Medis 3. Ringkasan rekam medis dapat diberikan dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.
2.
Rumah Sakit mengembangkan suatu kebijakan bahwa yang diberikan kewenangan mengakses rekam medis klinis adalah para PPA yang memberikan layanan kepada pasien tersebut, selain PPA diatur sendiri Berkas Rekam Medis disimpan di Instalasi Rekam Medis Berkas Rekam Medis disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan;
97
3.
Setelah melebihi waktu penyimpanan 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan, rekam medis dilakukan retensi. Retensi rekam medis dilakukan di ruang penyimpanan yang terjamin keamanan dan kerahasiaan data dan informasi pasien.
Apabila di ruang rawat inap, maka berkas rekam medis disimpan di laci
8
MIRM 13.3 EP 1 ARK 3.1 ARK 4.3
Siapa yang boleh mencatat asuhan pelayanan pasien di berkas rekam medis?
PPA (Professional Pemberi Asuhan) antara lain dokter umum, dokter spesialis, doker gigi dan dokter gigi spesialis, dokter tamu, Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang diverifikasi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), tenaga paramedis perawatan, tenaga paramedis non keperawatan yang meberikan asuhan pelayanan
9
MIRM 13.2 AP 6.7
Bagaimana cara pembetulan kesalahan pada dokumen rekam medis?
Koreksi, pembetulan atau penulisan ulang rekam medis dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan
Adakah standarisasi simbol dan singkatan di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang?
1. Di RSUD dr. R. Soetrasno terdapat standarisasi singkatan dan simbol yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan keselamatan kerja 2. Standarisasi singkatan dan simbol digunakan untuk mengurangi multitafsir atau interprestasi ganda yang dapat menimbulkan KTD (Kecelakaan Tidak Diinginkan) dan Sentinel 3. Diagnosis dan kode diagnose mengacu ICD 10 dan kode tindakan mengacu ICD 9 CM
10
98
MIRM 8 MIRM 12 MKE 1 SKP 2 TKRS 3.2
DAFTAR PERTANYAAN STANDAR 1 PROGRAM NASIONAL PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI DAN PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN BAYI NO.
PERTANYAAN
JAWABAN
1.
Apa yang anda ketahui tentang Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif rumah sakit?
2.
Bagaimana Alur Pasien PONEK
Rumah Sakit melaksanakan program PONEK 24 jam untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Rumah sakit membentuk Tim Ponek untuk menjalankan program PONEK. Kegiatan PONEK sebagaiberikut: 1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Fisiologis. 2. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Resiko tinggi. 3. Pelayanan Gynekologis. 4. Perawatan Khusus/High Care Unit untuk Maternal dan Neonatal. 5. Pelayanan Tranfusi Darah 1. Jika kasus Emergensi Pasien Obstetri dan Gynekologi Pasien masuk lewat IGD Ponek kemudian: - Jika membutuhkan pelayanan operatif langsung ke IBS untuk dilakukan operasi setelah itu jika pasien kondisi baik masuk Ruang Perawatan, jika pasien membutuhkan perawatan intensif langsung dipindah ke ICU setelah kondisi baik baru dipindah ke Ruang Perawatan biasa. - Jika pasien membutuhkan perawatan Intensif l angsung masuk ke ICU setelah kondisi baik baru dipindahkan ke ruang perawatan. - Jika pasien Obstetri dalam persalinan masuk ke Kamar bersalin setelah bersalin baru dipindah ke ruang perawatan nifas. Jika dalam proses persalinan memerlukan tindakan operatif maka pasien dikirim ke IBS setelah dilakukan operasi baru dipindah keruang Nifas. Jika memerlukan perawatan intensif dari ruang operasi atau dari kamr bersalin langsung ke ICU setelah kondisi baik dipindah ke ruang Nifas. Neonatal Jika neonatus lahir di luar RS masuk dari IGD PONEK kemudian: - Jika tidak membutuhkan perawatan intensif masukke NEORISTI tetapi - Jika membutuhkan perawatan Intensif neonates masuk ke Ruang NICU Jika Neonatus lahir di RS bisa masuk lewat: Kamar bersalin jika persalinannya per vaginam kemudian masuk NEORISTI atau NICU IBS jika persalinannya lewat SC kemudian masuk NEORISTI atau NICU
99
2.
3.
100
Apa yang anda ketahui tentang 10 langkahperlindu ngan Ibu dan bayi?
Jika kasus Non Emergensi Pasien OBSGYN Pasien datang lewat Poliklinik Kandungan kemudian: - Jika pasien direncanakan operasi maka pasien masuk ke Ruang perawatan biasa untuk dilakukan persiapan operasi. - Jika pasien akan dilakukan terminasi kehamilan maka masuk ke kamar bersalin setelah melahirkan baru dipindah keruang perawatan nifas NEONATAL Neonatus masuk lewat Poli anak kemudian masuk NEORISTI jika dalam perawatan di Neoristi membutuhkan perawat intensif neonates dipindah ke ruang NICU jika membaik kembalike NEORISTI Sesuai dengan Keputusan Direktur tentang peningkatan pemberian ASI dalam penyelenggaraan RSSIB dan dalam panduan RSSIB, antara lain: 1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian Asi Eksklusif dan perawatan Metode Kanguru (PMK) untuk bayi BBLR. 2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan neonatal 3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir dengan IMD 4. Menyelenggarakan pelayanan onstetrik dan neonatal emergensi komprehensif(PONEK) 5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu menyusui yang benar dan pelayanan neonates sakit. 6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain. 7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang. 8. Menyelenggarakan pelayanan KB termasuk pencegahan dan penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya. 9. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodic dan tindak lanjut 10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian ASI Eksklusif dan PMK.
4.
Kebijakan direktur yang berhubungan dengan upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi antara lain:
1. Pelayanan PONEK 24 jam, yang didalamnyaadaadapelayananpersiapanoperasicitodalamwaktu 30 menit, sertapenyediaandarahdalamwaktu 60 menit. 2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan meletakkan bayi lahir yang bugar (tanpa komplikasi pada ibu dan bayi) di dada ibu langsung kontak kulit dengan kulit kemudian diselimuti bersama minimal 1 jam lamanya setelah lahir. 3. Memberikan ASI Eksklusif pada bayi baru lahir, jika bayi diberikan susu formula harus dengan indikasi dan persetujuan DPJP 4. Pelaksanaan Perawatn Metode Kanguru (PMK) pada bayi BBLR yang tidak ada komplikasi. Dilakukan setelah ada pemeriksaan dan persetujuan dari DPJP. PMK diberikan pada bayi dengan berat kurangdari 2500 gram. Setelah bayi dinyatakan bisa dilakukan PMK kemudian: Bayi telanjang dada ( hanya memakai popok, topi, kaos tangan, kaos kaki) diletakkan telungkup di dada ibu dengan posisitegak atau diagonal. Tubuh bayi menempel / kontak langsung dengan ibu. Atur posisi kepala, leher, atau badan dengan baik untuk menghindari terhalangnya jalan nafas kepala menoleh ke samping dibawah dagu ibu(ekstensi ringan) - Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi katak Kemudian fiksasi dengan gendongan kanguru atau selendang. Ibu mengenakan pakaian atau blus longgar sehingga bayi berada dalam 1 pakaian dengan ibu. Jika perlu gunakan selimut. Selain Ibu, ayah dan k eluarga yang lain bisa melakukan metode kanguru Hal hal yang perlu dipantau selama PMK Pastikan suhu aksila normal (36,5 – 37,5 ⁰C) Pastikan pernafasan normal (40-60x/mnt) Pastikan tidak ada tanda-tanda bahaya.pastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup(minimal menyusu tiap 2 jam) Selama bayi dalam perawatan, PMK dilaksanakan minimal 3 jam dalam sehari untuk memberikan waktu pada ibu dan bayi untuk istirahat. 5. Rawat gabung yang dilakukan pada semua bayi yang lahir sehat tanpa komplikasi.
101
DAFTAR PERTANYAAN PROGNAS STANDAR 2 PENURUNAN ANGKA KESAKITAN HIV/AIDS 1.Pelayanan apa sajakah yang telah di lakukan di RS dalam penanggulangan penurunan angka kesakitan HIV/AIDS? Jawaban: 1. Pelayanan pada pasien yang beresiko HIV dengan di lakukan konseling terlebih dahulu di poli VCT(Voluntary Counseling and Testing) sebelum pemeriksaan laboratorium HIV 2. Pelayanan pencegahan penularan ibu hamil dengan HIV positif ke janin dengan PMTCT (Prevention Mother to Chid Transmision) di lakukan di Poli CST 3. Pelayanan pemberian ART(Anti Retroviral Virus) pada ODHA di lakukan di Poli CST yang di buka setiap hari rabu 4. Pelayanan pada pasien ODHA dengan Infeksi Oportunistik dilakukan di rawat jalan dan rawat inap 5. Pelayanan penunjang untuk mendukung penanggulangan HIV/AIDS yang meliputi pelayanan gizi,laboratorium dan radiologi,pencatatan dan pelaporan. 2.Bagaimana penanganan jika ada pasien dengan AIDS masuk ke IGD? Jawaban: 1.Dilakukan triase sesuai penyakitnya 2.Dilakukan skrining TB 3.Penempatan ruang untuk rawat inapnya sesuai dengan Infeksi Oportunistik Pasien.Jika pasien ODHA ada IO TB maka di masukkan di ruang rawat inap Isolasi (Ruang Dahlia 2),pada RM depan pasien di beri stiker resiko tinggi Karena Termasuk kriteria pasien dengan penyakit menular 4.Jika pasien tidak ada IO, missal masuk ke IGD dengan demam maka Pasien ODHA masuk ruang rawat inap di ruang yang tidak isolasi dan pada RM depan tetap di berikan stiker resiko tinggi karena termasuk pasien Dengan kriteria imunosupresan 5.Setelah masuk ruang rawat inap maka bagian gizi mengatur untuk nutrisi ODHA tersebut. 3.Bagaimana penanganan Ibu Hamil HIV positif rujukan dari PKM datang kelayanan CST Jawaban: 1. Dari dokter pelaksana CST di lakukan konsulke unit lain yaitu poli Obgyn Untuk di lakukan ANC 2.Setelah dilakukan ANC maka pasien kembali kepoli CST lagi untuk di lakukan Pengobatan ARV oleh dokter pelaksana tanpa memandang stadium Dan CD4. 3. Pasien di lakukan skrining TB 4. Pengobatan ARV dosis awal di berikan selama 2 minggu dengan dipantau Keadaan pasien apakah ada alergi atau tidak,selanjutnya jika tidak ada alergi Pasien control setiap bulan untuk Pengobatan rutin,jika ada alergi maka di Edukasi untuk rujuk ke RS.dr.SOEWONDO Pati 5. Setelah umur kehamilan 32 minggu pasien di edukasi untuk rujuk ke RS. Dr.Soewondo Pati untuk dilakukan Operasi Caesar
102
4.Bagaiman Alur ODHA kasus baru rujukan dari PKM datang kelayanan CST Jawaban: 1. Dilakukan skrining TB 2 .Dilakukan konseling Positive prevention dan kepatuhan 3 .Diagnosis Infeksi Oportunistik untuk menentukan stadium HIV dan Pemenuhan indikasi ARV atau profilaksis 4. Pemeriksaan jumlah CD4 untuk menentukan profilaksis kotrimokzasol dan Pemenuhan indikasi ARV a) Jika memenuhi syarat di berikan pemberian obat profilaksis kotrimokzasol, Dilanjutkan terapi ARV,dicatat di register ART,Konseling pra ART, Monitor klinis dan pemeriksaan laboratorium serta konseling secara berkala b) Jika tidak memenuhi syarat obat profilaksis kotrimokzasol,tidak memenuhi Syarat pemberianARV,dicatat di register pra ART,periksa jumlah CD4 tiap 6 bulan,pertimbangkan pemberian PP INH. 5.Ada pasien yang ingin melakukan tes HIV dilayanan klinik VCT,Karena diam erasa beresiko tinggi tertular Virus HIV dari pasangannya yang sudah terkena virus HIV,bagaimana alur pasien yang ingin mengetahui status HIV nya Jawaban: 1. Pasien diarahkan untuk ke klinik vct (oleh petugas adiministrasi rawat jalan) 2. Pasien melakukan pendaftaran di pendaftaran rawat jalan, dijelaskan oleh petugas admisi tentang Hak Kewajiban Pasien,jika pasien setuju pasien kemudian tandatangan dan nama terang 3. Setelah proses pendaftaran selesai pasein di persilahkan untuk menuju ke klinik VCT di lantai 2 4. Di klinik VCT pasien di terima oleh petugas VCT terlatih dan bersertifikat pelatihan konselor HIV/AIDS 5. Dalam klinik VCT pasien di lakukan konseling (Tahap Pre Test) di gali factor resiko pasien,karena pasien factor resiko tertular dari pasangannya yang sudah terkena virus HIV maka pasien bersedia untuk di lakukan pemeriksaan laboratorium Anti HIV,setelah pasien tanda tangan persetujuan di form persetujuan maka kemudian pasein kita antarke unit laboratorium untuk melakukan pemeriksaan HIV (Tahap Test) 6. Setelah hasil laboratorium jadi maka konselor menyampaikan hasil laboratorium tersebut ke pasien (Tahap Post Test) 7. Sebelum hasil di sampaikan terlebih dahulu konselor mencocokkan hasil laboratorium tersebut dengan identitas pasien sesuai dengan identitas pasien yaitu nama,no RM, tanggal lahir. 8. Jika hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut negative maka pasien Di sarankan untuk cek ulang HIV 3 bulan kemudian.Tapi jika hasil Pemeriksaan positif maka di rujuk ke klinik CST untuk perawatan,dukungan, Dan pengobatan. 9. Konselor melakukan pencatatan kunjungan pasien dan mengisi form VCT Untuk pelaporan.
103
6. Terkait kewenangan dan kompetensi staf (KKS),bagaimana kompetensi pelatihan Dokter dan perawat di layanan HIV/AIDS Jawaban: 1. Untuk konselor (perawat) sudah memiliki sertifikat pelatihan konselor yang di selenggarakan oleh Diklat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2. Untuk petugas CST (Dokter dan Perawat) sudah memiliki pelatihan Care Support Treatment (CST) yang di selenggarakan oleh Diklat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 7. Bagaimana assessmen kebutuhan informasi dan edukasi pasien HIV/AIDS dan keluarganya Jawaban: a. Petugas melakukan penilaian kondisi pasien meliputi tingkat pendidikan, nilai – nilais piritual,kemampuan komunikasi,status mental dan kesediaan pasien dalam menerima informasi b. Petugas mencatat assesmen tersebut dalam rekam medic pasien di form assesmen kebutuhan edukasi c. Selanjutnya pasien di lakukan assesmen kebutuhan edukasi terkait kondisi kesehatan dan diagnose penyakit d. Setelah dilakukan pemberian informasi dan edukasi maka di lakukan verifikasi dengan pemberian tanda tangan dan mencantumkan nama terang pasien dan petugas 8.Terkait dengan penunjukan kewenangan penerima informasi perkembangan pasien siapa sajakah yang berhak untuk mendapatkan informasi tentang penyakit pasien dengan HIV/AIDS Jawaban: a. Bila pasien sadar maka pasien menunjuk keluarga / saudara yang berhak menerima informasi tentang penyakitnya dengan menulis nama,no telepon,hubungan dengan pasien di form penunjukan kewenangan penerima informasi perkembangan pasien kemudian pasien tanda tangan dan nama terang b. Jika pasien tidak sadar maka keluarga pasien (Suami/istri/anak) pasien yang menulis di form penunjukan kewenangan penerima informasi perkembangan pasien kemudian pasien tanda tangan dan nama terang 9. Siapa saja PPA (Profesional Pemberi Asuhan) yang terkait dalam pelayanan HIV/AIDS Jawaban: a. PPA (Profesional Pemberi Asuhan) pada pelayanan pasien HIV/AIDS adalah dokter DPJP,perawat,apoteker,ahli gizi b. PPA (Profesional Pemberi Asuhan) melakukan pencatatan di form CPPT(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
104
10.Terkait kewaspadaan standar universal (PPI) apa saja yang perlu di lakukan dalam pelayanan pada pasien HIV/AIDS Jawaban: a. Cuci tangan dengan handscrub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien b. Segera cuci tangan handwash setelah terkena cairan tubuh pasien c. Memakai sarung tangan bila mungkin akan ada h ubungan cairan tubuh pasien d. Memakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh e. Bersihkan dan desinfeksi tumpahan cairan tubuh pasien dengan clorin f. Mematuhi standar untuk desinfeksi dan sterilisasi alat medis g. Menangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur h. Membuang limbah sesuai dengan prosedur 11. Bagaimana kebijakan direktur RS terhadap Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS Jawaban: a. Membuat kebijakan pelayanan HIV/AIDS b. Membentuk Tim HIV/AIDS c. Mengevaluasi keberhasilan penyelengaraan HIV/AIDS
105
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PROGRAM NASIONAL SASARAN III PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TUBERKULOSIS 1.
2.
3.
4.
106
Tuberkulosis merupakan salah satu dari pelayanan pasien kelompok risiko tinggi, jelaskan? Jawaban : a. Rumah sakit memberikan pelayanan berbagai macam pasien dengan berbagai macam kebutuhan pelayanan kesehatan. b. Rumah sakit mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi di Rumah Sakit. c. Rumah sakit melakukan identifikasi risiko sebagai suatu prosedur atau rencana asuhan contohnya pelayanan penyakit menular (Tuberkulosis) d. Setelah teridentifikasi sebagai pasien risiko tinggi maka dalam form asessmen pasien diberi penempelan stiker warna hijau yaitu stiker risiko tinggi. e. Salah satu dari 13 pelayanan pasien risiko tinggi di Rumah Sakit adalah pelayanan penyakit menular yaitu Tuberkulosis. Terkait sasaran keselamatan pasi en di RS, bagaimana cara rumah sakit dala m rangka menurunkan resiko infeksi pasien Tuberkulosis ? Jawaban : a. Penurunan resiko infeksi pasien Tuberkulosis dilakukan dengan kepatuhan cuci tangan petugas kesehatan b. Cuci tangan dilakukan dengan five moment dan dengan 2 cara (hand rub dan hand wash) Bagaimana proses skrining pasien baru yang dicurigai TB ? Jawaban : a. Proses skrining pasien Tuberkulosis dilakukan oleh petugas surveyor batuk di dekat petugas admisi dan selanjutnya dilakukan skrining TB dengan menggunakan form skrining TB b. Jika pasien suspek TB datang sendirian ke RS maka pasien diberikan masker bedah dan diprioritaskan pendaftarannya sehingga mengurangi penularan TB c. Jika pasien d atang k e RS dengan didampingi keluarga maka pasien TB di berikan masker bedah dan dipersilahkan menunggu di poli DOTS dan keluarga yang mendaftar ke petugas pendaftaran. Ada pasien TB datang ke IGD dengan batuk darah dan sesak nafas, bagaimana proses triase pasien, transfer pasien ke ruang rawat inap (ruang isolasi) ? Jawaban : a. Triase pasien TB yang d atang ke IGD maka pasien ditempatkan diruang kohorting khusus pasien TB b. Setelah mendapatkan penanganan oleh dokter jaga, pasien segera ditransfer ke ruang rawat inap (ruang isolasi khusus TB)
5.
6.
7.
8.
Ada pasien dari poli mata yang diprogramkan operasi katarak, sebelum tindakan operasi dokter melakukan persiapan pemeriksaan foto thoraks dan ternyata ditemukan hasil foto thoraks gambaran TB paru aktif, bagaimana tindakan operasi yang akan dilakukan jika pasien ditemukan dengan Tuberkulosis? Jawaban : a. Pasien katarak tersebut oleh dokter mata dikonsulkan ke bagian terkait yaitu ke dokter spesialis dalam/spesialis paru untuk penegakan diagnosa TB lebih lanjut seperti dilakukan pemeriksaan dahak dengan TCM (Tes Cepat Molekular). Setelah dinyatakan positif terdiagnosis TB maka dokter spesialis dalam/spesialis paru menyatakan untuk penundaan operasi dan anjuran pengobatan TB dulu. b. Dikarenakan penularan TB melalui airbone maka tindakan operasi katarak dilakukan penundaan operasi, pasien menandatangani form penundaan operasi. c. Pasien disarankan menjalani pengobatan TB rutin dan tuntas selama 6 bulan,setelah dinyatakan sembuh dari TB maka pasien dapat menjalankan operasi. Bagaimana proses asessmen kebutuhan informasi dan edukasi pasien Tuberkulosis dan keluarganya? Jawaban : a. Petugas melakukan penilaian kondisi pasien meliputi tingkat pendidikan, nilainilai spiritual,kemampuan komunikasi, status mental dan kesediaan pasien dalam menerima informasi b. Petugas mencatat asesmen tersebut didalam rekam medis diform asessmen kebutuhan informasi dan edukasi c. Selanjutnya pasien dilakukan asessmen kebutuhan edukasi terkait kondisi kesehatan dan diagnosis penyakit Tuberkulosis d. Setelah dilakukan pemberian informasi dan edukasi maka dilakukan verifikasi dengan pemberian tanda tangan dan mencantumkan nama terang pasien dan petugas. Siapa saja PPA (Profesional Pemberi Asuhan) yang terkait pelayanan pasien Tuberkulosis? Jawaban : a. PPA (Profesional Pemberi Asuhan) pada pelayanan pasien Tuberkulosis adalah dokter DPJP, perawat, apoteker, ahli gizi b. PPA melakukan pencatatan di form CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi) c. Pelayanan pasien Tuberkulosis yang diberikan oleh PPA mengacu pada PPK (Panduan Praktik Klinik Tuberkulosis) yang ada. Salah satu indikator mutu Instalasi rawat jalan terkait Tuberkulosis ada 3 hal yang harus dilaporkan ke tim PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) RS, mohon dijelaskan indikator mutu tersebut? Jawaban : a. Pemeriksaan dahak mikroskopis dengan TCM (Tes Cepat Molekular) pada pasien suspek TB b. Pasien TB yang mendapatkan pengobatan dengan stategi DOTS c. Pencatatan dan pelaporan TB d. Pelaporan indikator mutu tersebut dilaporkan setiap 1 bulan sekali ke tim PMKP RS.
107
9.
Terkait kewaspadaan standar TB di RS dalam hal ini PPI-TB adalah penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) baik untuk petugas maupun pasien dan keluarganya, bagaimana terkait APD tersebut? Jawaban : a. Kepatuhan APD pada petugas dengan menggunakan masker N 95 b. Kepatuhan APD pada pasien dan keluarga dengan menggunakan masker bedah c. Senantiasa menganjurkan pasien terkait etika batuk yang benar disaat pasien tidak menggunakan APD masker sehingga mengurangi resiko penularan TB 10. Bentuk komitmen direktur RS terhadap penyelenggaraan DOTS di RSUD dr. R. Soetrasno Rembang adalah.... Jawaban : a. Membuat kebijakan pelayanan TB dengan strategi DOTS b. 2 hal penting terkait kebijakan pelayanan TB dengan strategi DOTS yang harus diketahui oleh masyarakat adalah pemeriksaan dahak mikroskopis dengan TCM (Tes Cepat Molekular) dan Pengobatan TB dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) c. Membentuk Tim DOTS sebagai wadah khusus dalam pengelolaan pasien TB di rumah sakit d. Mengevaluasi keberhasilan penyelenggaraan DOTS dirumah sakit. 11. Terkait kewenangan dan kompetensi staf (KKS), bagaimana kompetensi pelatihan dokter dan perawat di poli DOTS, jelaskan? Jawaban : Dokter dan perawat memiliki sertifikat kompetensi pelatihan TB dengan strategi DOTS yang diselenggarakan oleh diklat Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
108
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PPRA NO
PERTANYAAN
JAWABAN
1
Apa yang anda ketahui tentang PPRA
2
6 pilar Komite PPRA? Apa acuan penggunaan antibiotik di RSUD Soetrasno?
Sesuai Permenkes no 8 2015 RSUD drsoetrasno melaksanakan program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) ditujukan untuk mencegah dan menurunkan kejadian mikrobaresisten dibentuk komite PPRA tugas Komite PPRA : 1. Pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba 2. menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyaki tinfeksi (FORKIT) diskusi kasus pasien yang menggunakan antibiotik lama 3. surveilans pola penggunaan antibiotik 4. surveilan spolamikroba penyebab infeksi & kepekaannya terhadap antibiotik 5. laporan: komite PPRA kedirektur setiap triwulan Direkturke MENKES melalui KOMITE PRApusat 1x/tahun Klinisi, keperawatan, farmasi, PPI, mikrobiologi, KFT
3
4
Bagaimanaprosed urpemberianantib iotikprofilaksis?
-Buku PPAB (pedoman penggunaan antibiotik) -PPK (panduan praktik klinik) -SPO : SPO antibiotic profilaksis, SPO antibiotic empirik, SPO antiobiotik definitive, SPO penggunaan antibiotic lini 3 -Formularium obat RSUD drSoetrasno Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang diberikan sebelum, saat dan hingga 24 jam pascaoperasi pada pada operasi bersih & bersih kontaminasi. Operasiter kontaminasi dan kotor tidak memerlukan antibiotic profil aksis tetapi antibiotic terapi Prosedur : 1. Dipilih sefalospringolI-II (cefazolin/cefuroxime). 2. Antibiotik pilihan lain adalah ampisilin/ampisilin sulbactam. 3. Tdkdiperkenankanmemakaisefalosporin III-IV (ceftri/cefo) 4. Tidak diperkenankan memakai sefazolin sebagai terapi. 5. Pemberian antibiotic aprofilaksis diberikan 30 menit sebelum insisi kulit. Idealnya diberikan pada saat induks anastesi. 6. Dosis pemberian adalah dua kali dosisterapi (2 gram) 7. intravena bolus dalam 20 ml NS dalam waktu 5 menit yang sebelumnya dilakukan skin test dan dilakukan dikamar operasi. 8. Dosis ulangan dapat diberikan perdarahan ≥1500 cc atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam
109
5
Bagaimana alur penanganan pasien infeksi
Antibiotik empiric >belumdik etahuijenis kuman (berdasarg uidline) evaluasi 3x24 jam
Antibiotik definitif ->sudah diketahu ijenis kuman (berdasar hasil kultur)
6
Bagaimana alur pasien infeksi berat (SEPSIS/SIRS)
110
Antibiotik empiric dibagi: a. Lini1: dapat diberikan oleh dokter IGD, DPJP (penisilin, sefalosporingol I-II, gentamisin, kloramfenikol, asamfusidat, linkosami, tetrasiklin, makrolid, quinolongol I-II, cotri) b. Lini 2: diberikan atas persetujuan DPJP atau alergi terhadap lini1.(quinolonongol III-IV, fosfomicin, cefoperazon-sulbact) c. Lini3 :hanya dapat diberikan bila ada hasil kultur atau atas persetujuan Komite PPRA. (teiclopanin, linezolid, vancomisin, cefepime, cefpirome, carbapenem, tygeciclin, ceftasidime, amikasin, meropenem, imipenem) Untuk infeksi berat(SEPSIS/SIRS) di ICU/PICU kultur diambil sebelum pemberian antibiotic empirik
7
Bagaiamana prosedur penggunaan antibiotiklini 3
8
Bagaimana monitoring penggunaan antibiotik di RSUD soetrasno
SPO PENGGUNAAN ANTIBIOTIK LINI3 1. HARUS adahasil kultur atau mendapatkan persetujuan komite PPRA,. KECUALI Meropenem dapat digunakan tanpa hasil kultur maksimal 7 hari. 2. DPJP menulis resep antibiotic tersebut. 3. Farmasi mengkonfirmasike Komite PPRA. 4. Komite PPRA melakukanvisite ke pasien. 5. Keputusan pemberian antibiotic lini 3 berdasarkan kondisi klinis pasien, hasil kultur dan diskusi antaraKomite PPRA dan DPJP. monitoring penggunaan antiobiotik dilaksanakan di pilot project obginsetiap 3 bulan a. Evaluasi kualitatif penggunaan antibiotik (metodegyssens) ->dilakukan olehdokter 2-3 b. Evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik (DDD) oleh farmasi
111
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN GERIATRI 1.
Apa yang dimaksud dengan pelayanan geriatri? □ Pengertian Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan dan kedokteran pada warga Lanjut Usia Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan Multidisiplin yang bekerja secara Interdisiplin. Pelayanan Geriatri diberikan kepada pasien Lanjut Usia dengan kriteria: a.memiliki a. memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis; atau b.memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan. c. Pelayanan Geriatri juga diberikan kepada pasien dengan usia 70 (tujuh puluh) tahun ke atas yang memiliki 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.
□
□
2.
Jenis p elayanan Geriatri di RSUD Rembang adalah jenis p elayanan tingkat sederhana yang paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan kunjungan rumah (home (home care) .
Siapa saja ketenagaan yang terlibat dalam pelayanan geriatri? □
Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di Rumah Sakit terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Terpadu Geriatri. Semua KSM Interna bisa menjadi DPJP utama pasien geriatri.
□
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas: a. dokter spesialis penyakit dalam; b. dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri; c. dokter; d. perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan keterampilan inteligensia; e. apoteker; f. tenaga gizi; g. fisioterapis; dan h. okupasi terapis.
□
Peran Tim Terpadu Geriatri yaitu memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna / komprehensif terhadap pasien geriatric, berupa : Penegakkan diagnosis medic dan fungsional Pelayanan non medikamentosa dan medikamentosa Rehabilitasi Pelayanan psikoterapi
112
3. Bagaimana alur pelayanan geriatri? Alur Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit dr R. Soetrasno Rembang □ Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri, gangguan kognitif-demensia, jatuh – osteoporosis osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh Tim Terpadu Geriatri. Semua anggota KSM Interna bisa menjadi DPJP utama pasien geriatri. □
Pasien lansia biasa yang dirawat inap akan dirawat sesuai DPJP saat masuk, jika dalam perawatan didapatkan 2 diagnosis lebih DPJP utama dapat mengkonsulkan ke tim geriatri. Pasien lansia yang masuk dari IGD apabila termasuk dalam kriteria geriatri maka akan dirawat oleh Penyakit Dalam untuk kemudian dirawat bersama jika dalam perawatan dikonsulkan ke bagian lain.
Alur Pelayanan Poliklinik Geriatri a. Prosedur Pelayanan Poliklinik Geriatri : 1. Pasien mendaftar secara langsung atau online dibagian pendaftaran untuk mendapatkan nomor rekam medis dan dilakukan skrining pasien yang bisa dilayani dipoliklinik geriatri : a) Pasien dengan usia ≥ 60 tahun yang memiliki lebih dari 1 (satu) penya kit fisik dan/atau psikis; atau b) Pasien dengan usia ≥ 60 tahun yang memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan. c) Pasien dengan usia ≥ 70 tahun ta hun dan didapatkan penyakit degeneratif dan sindrom geriatri, seperti : insomnia, malnutrisi, bedridden/imobilisasi, inkontinensia urine/alvi, depresi, dellirium, dimensia. 2. Apabila pasien masuk dengan usia ≥ 60 tahun dan saat masuk pasien hanya didapatkan 1 (satu) diagnosa, maka pasien tersebut dirawat sesuai dengan DPJP nya. 3. Setelah dilakukan pemeriksaan dan didapatkan diagnosa lebih dari 2 (dua), maka pasien dikonsultasikan/diraberkan kepada Tim Geriatri sesuai dengan permasalahan (diagnosanya) dan dilakukan pengisian asesmen geriatri oleh Tim Geriatri. 4. Pelaksanaan pelayanan Rawat Jalan Geriatri dilaksanakan setiap hari senin sampai sabtu jam 08.30 – 08.30 – 14.00 14.00 WIB. 5. Alur masuk pasien Rawat Jalan Geriatri melalui pendaftaran di Poliklinik Rawat Jalan yang terpisah dengan pasien lain.
113
4.
Apa saja syarat bangunan yang ramah lansia? Konstruksi bangunan 1. Jalan Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak lici n serta disediakan jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda. 2. Pintu Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan kursi roda atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm dan pintu 30 cm. 3. Listrik Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan tambahan penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan, dilengkapi dengan generator listrik. 4. Penerangan Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap lampu penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak menyilaukan. 5. Lantai Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau tangga harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh. 6. Langit-langit Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan. 7. Dinding Dinding harus permanen dan kuat kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang. Agar memberi semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya terbuat dari kayu (hand rail). 8. Ventilasi Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan pendingin/air condition condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk mengantisipasi mengantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi kematian arus listrik. 9. Kamar mandi dan WC Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah kanan dan kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan. Gagang shower harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian pula tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia bel untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar. 10. Air Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu kepada pedoman Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan lingkungan. 11. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau alumunium (leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta untuk melindungi dinding dari benturan kursi roda. 12. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma. 13. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan ruangan yang lain.
114