PRESENTASI REFERAT KARSINOMA NASOFARING
Disusun Oleh : Lili Juniarti 406127030 Monica Adriani 406127032 Pembimbing : Dr. Djoko Prasetyo Sp. THT - KL
Anatomi Batas nasopharing: •
•
•
•
Superior : basis kranii, diliputi oleh Superior mukosa dan fascia Inferior : bidang horizontal yang ditarik Inferior : dari palatum durum ke posterior, bersifat subjektif karena tergantung dari palatum durum. Anterior : choane, oleh os vomer dibagi atas choane kanan dan kiri. Posterior : Posterior : - vertebra vertebra cervicalis I dan II - Fascia space = rongga yang berisi jaringan longgar - Mukosa lanjutan dari mukosa atas
•
Lateral : - mukosa lanjutan dari mukosa atas dan belakang - Muara tuba eustachii - Fossa rosenmulleri rosenmulleri
Histologi Mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel bersilia respiratory type5,9,10. Setelah 10 tahun kehidupan, epitel secara lambat laun bertransformasi menjadi epitel nonkeratinizing squamous, kecuali pada beberapa area (transition zone). Mukosa membentuk invaginasi membentuk crypta. Stroma kaya akan jaringan limfoid dan terkadang dijumpai jaringan limfoid yang reaktif. Epitel permukaan dan kripta sering diinfiltrasi dengan sel radang limfosit dan terkadang merusak epitel membentuk reticulated pattern. Kelenjar seromucinous dapat juga dijumpai
DEFINISI •
•
Carcinoma adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis. (DORLAND) Nasopharyngeal carcinoma merupakan tumor ganas yang timbul pada epithelial pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan ditemukan dengan frekuensi tinggi di Cina bagian selatan(DORLAND.2002). Merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan atap nasofaring (Arif Mansjoer et al., 1999).
Epidemiologi •
China selatan Guang Dong Prevalensi : 40-50 per 100.000 pddk/thn
•
Indonesia Prevalensi : 4,7 per 100.000 pddk/thn
•
•
Umur : 30 – 50 thn ( termuda 2 thn,tertua 87 thn) Laki-laki : perempuan : 2-3 :1
Epidemiologi • •
•
Ras: Mongoloid --China > imigran China > Amerika utara Letak geografis ( China selatan,Hongkong, Taiwan,Kenya,Filipina,Singapura,Tunisia,Sudan,Uganda dan Indonesia. Genetik : HLA (human leucocyte antigen) HLA tipe A2, Bw46,B17/ Bw58,DR3,DR9 HLA A2 ---resiko tertinggi terkena KNF jika terpapar zat karsinogenik Di China Selatan : HLA Bw46 dan B17 resiko 10 kali u/menderita KNF Bw46 onset KNF lambat ( usia >30 thn) B17 onset KNF cepat
Epidemiologi •
Lingkungan 1.Virus:-Epstein-Barr-titer antivirus EB -----WHO tipe II &III - Human Papiloma Virus (HPV) -----WHO tipe III 2.Faktor ras dan genetik 3. Faktor geografik 4. Faktor kimia dan lingkungan 5.Faktor imunologik 6. Radang kronis daerah nasofaring
Histopatologi •
Makroskopik
Bentuk Ulseratif : - Lesi kecil disertai jar. Nekrotik - Mudah infiltrasi ke jar. Sekitar - Sering pd ddg posterior/ fosa rosen muller
Histopatologi •
Bentuk noduler/lobuler
- Spt anggur/ polipoid tanpa ulserasi - Sering daerah tuba E - meluas dr tuba ke ruang maksilofaring dan menekan N V2 - Menekan palatum molle & menjalar ke daerah petrosfenoid di basis kranii
Histopatologi •
-
-
-
Bentuk eksofitik Pd satu sisi nasofaring Tdk ada ulserasi Kadang bertangkai,licin Pd atap nasofaring & dapat memenuhi rongga nasofaring Menekan palatum molle, msk ke ro. Hidung ,sinus maksila & orbita Menekan saraf bila tumor sangat besar.
Histopatologi Mikroskopis a) Perubahan pra keganasan Metaplasia skuamosa dan hiperplasia dari sel-sel nasofaring merupakan keadaan yang paling bermakna untuk terjadinya KNF. b) Perubahan patologik pada mukosa nasofaring Reaksi radang tukak mukosa yang mengandung sejumlah leukosit PMN, sel Plasma dan Eosinofil. Pada peradangan kronis akan dijumpai limfosit dan jaringan fibrosis. •
•
Hiperplasia Sedang hyperplasia jaringan limfoid dapat terjadi dengan atau tanpa proses radang.
•
Metaplasia Sering terlihat metaplasia pada epitel kolumnar nasofaring berupa perubahan kearah epitel skuamosa bertingkat.
•
Neoplasia terlihat adanya perubahan epitel dari karsinoma in situ pada dinding posterior nasofaring.
GEJALA KLINIS POKOK Nasal sign
Eye sign
Tumor sign
Ear sign
Cranial sign
Gejala dan tanda klinis •
•
•
•
Hidung : tersumbat, epistaksis, ingusan Telinga : otore, gangguan pendengaran ,tinitus,otalgia Mata : Diplopia, proptosis Neurologi : nyeri saraf, kelumpuhan saraf (N III,IV,V,VI---- for.laserum---penjalaran petrosfenoid , N IX,X,XI,XII ----- for. Jugulare ----penjalaran retroparotidian
Gejala dan tanda klinis •
•
•
Metastasis KGB leher homo/kontralateral/bilateral Metastasis jauh secara limfogen danhematogen : spina vertebra torakalumbal,femur, hati,paru, ginjal dan limpa. Nasofaringoskopi : massa berbenjol atau ulserasi.
Klasifikasi Tumor nasofaring TNM UICC (Union Internationale Contre le Cancer 2002 ) Tumor primer – T T0 : tumor primer tidak terlihat T1 : tumor terbatas pd nasofaring T2 : tumor meluas ke jar. Lunak • • •
•
•
T2a : Tumor meluas ke orofaring dan /atau rongga hidung tanpa perluasan ke parafaring. T2b : Tumor dgn perluasan ke parafaring T3 : Tumor menginvasi struktur tulang dan/ atau sinus paranasal. T4 : Tumor meluas ke intrakranial dan atau terkena saraf kranial,fosa infratemporal,hipofaring,orbita,atau ruang mastikator
2002….
Kelenjar limf regional-N •
N0 : Tidak ada metastasis ke kel.limf regional
•
N1 : Metastasis unilateral pada kel.limf, ukuran ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula.
•
N2 : Metastasis bilateral pada kel. Limf, ukuran ≤6 cm, diatas fossa supraklavikula
•
N3: Metastasis pd kel.limf,ukuran >6 cm atau pada fossa supraklavikula
2002….
Metastasis jauh – M •
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh
•
M1 : terdapat metrastasis jauh
Klasifikasi Tumor nasofaring TNM UICC (Union Internationale Contre le Cancer 2002 ) Stadium klinik : • • •
•
• • •
I : T1 N0 IIA : T2a N0 IIB : T1 N1 T2a N1 T2b N0,N1 III : T1 N2 T2a,T2b N2 T3 N0,N1,N2 IVA : T4 N0, N1,N2 IVB : setiap T N3 IVC : setiap T setiap N
M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M0 M1
Terapi •
Radioterapi : pilihan utama
- Tumor primer :200 cgy/ hr atu 5 kali /mgg ( 6000 – 6600 cgy )
- Metastasis KGB leher : 6000 cgy - Bila tdk ada metastasis KGB leher : profilaksis 4000 cgy - Bila terjadi residu dan kekambuhan pg tumor primer: Brachiterapi (radiasi interna)
Terapi
…….
•
•
Kemoterapi :
- Sbg terapi penyelamat : KNF stadium lanjut dgn metastasis jauh dan pada kasus kekambuhan - jenis sitostatik : metotrexat, vincristin, platamin, bleomicin, fluorourasil,cyclophospamide dan cisplatin Terapi sandwich kombinasi kemoterapi dgn radioterapi.
Terapi
…….
•
Pembedahan
-Tumor primer : residu dan rekurens (bila tumor sdh mendapat radiasi dgn dosis maximum). Pendekatan : - Fossa infra temporal - Transparotid temporal bone - Transmaksila - Transmandibula - Transpalatal - Metastasis KGB leher: bila tidak dapat dikontrol dgn radioterapi dan kemoterapi, tetapi tumor primer dapat dikontrol.------Diseksi Leher
Prognosis • •
Spt pd keganasan lain Faktor yg mempengaruhi prognosis : - Stadium penyakit: dini lebih baik dr lanjut - Gambaran histopatologi: WHO III lebih baik dari WHO I & II - Usia : Usia < 40 thn lebih lama bertahan hidup. - Kelamin : perempuan lebih bertahan hidup dari laki-laki. - Jenis pengobatan.
KESIMPULAN DAN SARAN •
Kesimpulan KNF merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak
ditemukan di Indonesia. Guangdong, terjadi pada usia rata-rata 40-50 tahun dan perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:1. Etiologi KNF antara lain: infeksi virus, faktor ras dan genetic, faktor geografik, faktor kimia dan lingkungan, faktor imunologik, radang kronis daerah nasofaring. Diagnosis pasti serta stadium tumor dapat diTegakkan melalui tahap:anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan nasofaring, biopsi nasofaring, pemeriksaan Patologi Anatomi, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan neuro-oftalmologi serta pemeriksaan serologi. Radioterapi masih merupakan pengobatan utama KNF dan pengobatan tambahan : diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interfeon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus. Prognosis KNF dipengaruhi oleh keberadaan tumor primer
•
Saran Diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai
karsinoma nasofaring. Pengenalan dini KNF hendaknya lebih
disosialisasikan mengingat eratnya hubungan dengan prognosis. Perlunya kerjasama yang baik dari berbagai
disiplin yang terkait dalam penatalaksanaan KNF.