Cakupan Mekanikal Elektrikal Plambing Cakupan Mekanikal Elektrikal Plambing Mengingat sangat luasnya cakupan penerapan teknologi Mekanikal Elektrikal Plambing (MEP), maka kita sempitkan terlebih dahulu istilah mekanikal elektrikal plambing yang dimaksud disini adalah bidang mekanikal elektrikal plambing untuk utilitas bangunan atau infrastruktur. Seperti ilmu ilmu teknik lainnya, maka diperlukan dasar pengetahuan matematika dan fisika untuk bisa membantu memecahkan fenomena fenomena fisik yang terjadi. Berikut ini adalah beberapa bidang pekerjaan yang biasanya termasuk ke dalam bidang MEP untuk utilitas bangunan atau infrastruktur. 1. Plambing
Instalasi Pengolahan Air bersih
Instalasi jaringan air bersih dan air panas
Instalasi jaringan air kotor, air bekas, air lemak, air limbah infeksius dan vent
Instalasi Pengolahan Air Limbah
2. Pemipaan
Instalasi jaringan pipa bahan bakar minyak dan gas
Instalasi jaringan pipa gas medis dan vacuum
Instalasi jaringan pipa compressed air
Instalasi jaringan pipa uap
3. Perlindungan bahaya kebakaran
Instalasi sistem hydrant
Instalasi sistem sprinkler
Instalasi sistem fire suppression
Instalasi sistem fire extinguisher
4. Tata Udara
Instalasi sistem Air Conditioning
Instalasi sistem Ventilasi Mekanik
5. Transportasi dalam bangunan
Elevator
Escalator
6. Penerangan buatan
Penerangan dalam ruangan
Penerangan luar ruangan
Penerangan khusus
7. Distribusi daya
Jaringan tegangan menengah
Jaringan tegangan rendah
8. Penangkal Petir dan Pentanahan
Berbagai sistem penngakal petir dan pentanahan
9. Pengindera dan peringatan bahaya kebakaran
Berbagai sistem pengindera dan peringatan bahaya kebakaran
10. Tata Suara
Berbagai sistem tata suara untuk pemanggil, peringatan bahaya dan evakuasi
Tata suara untuk entertainment / hiburan
11. Telekomunikasi
Instalasi PABX
Teleconfrence
12. Data
Instalasi perangkat keras jaringan LAN / intranet dan internet
13. Pemanggil perawat
Berbagai instalasi pemanggil suster
14. CCTV
Berbagai sistem CCTV untuk dalam dan luar ruangan
15. MATV
Berbagai sistem penerimaan siaran televisi, seperti tv satelit, lokal, maupun tv kabel
16. Building Automation System
Berbagai sistem otomatisasi di bangunan terpadu seperti sistem bangunan pintar, power management, sistem keamanan bangunan dan lain lain
Tidak terbatas pada bidang bidang pekerjaan yang disebutkan diatas masih ada lagi berbagai bidang yang dapat dikategorikan ke mekanikal elektrikal plumbing. Biasanya penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan bangunan atau infrastruktur tersebut atau ketentuan yang berlaku. Pada dasarnya Mekanikal dan Elektrikal ini merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu atau bidang multidisiplin, untuk mempelajarinya diperlukan kesabaran dan keuletan.
Perangkat Lunak Untuk Disain Mekanikal Elektrikal Plambing Berikut ini adalah beberapa dari sekian banyak perangkat lunak yangpopuler digunakan digunakan sebagai alat bantu dalam perancangan pekerjaan Mekanikal Elektrikal Plambing 1. Menggambar gambar kerja (CAD) • Autocad Vannila, terbaru versi 2010 - Autodesk • Microstation XM - Bentley • Autocad Building System / Autocad MEP - Autodesk • Autocad Mechanical - Autodesk • Autocad Electrical- Autodesk • Autocad P&ID- Autodesk 2. BIM & 3d Modeling • Revit MEP - Autodesk 3. Piping Calc atau Modeling • Caesar II – Coade • Cadworx - Coade • Autopipe – Bentley • PDMS – Aveva • PDS – Bentley • Piping Flow Expert 4. Perhitungan Sistem Springkler • HASS • Fire - Elite
5. Perhitungan Analisa Daya • Electrical Transient Analisys Programe (ETAP) 6. Perhitungan Tata Cahaya • Calculux • Dial lux 7. Perhitungan Tata Udara • HAP –Carrier • Block Load - Carrier • Duct sizer – Mq quay • Pipe Sizer – Mq quay • Psychrom- Mq quay • CHVAC – Elite Sofware • Taco Load 8. Plambing • Spaix Pipe Calc • Spaix Pump Selector • DPipe-Elite Software • SPipe- Elite Software Disamping software tersebut diatas, banyak lagi software yang lainnya. Apabila tidak tersedia, maka biasanya digunakan spreadsheet seperti Open Ofice – Calc atau MS Excell.
Dasar Perencanaan Plambing Pengertian Plumbing Pengertian plumbing (dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Plambing) secara umum adalah sistem penyediaan air minum dan penyaluran air buangan di dalam bangunan. Secara khusus, pengertian plambing merupakan sistem perpipaan dalam bangunan yang meliputi sistem perpipaan untuk: • Penyediaan air minum • Penyaluran air buangan dan ven • Penyediaan air panas • Penyaluran air hujan • Pencegahan kebakaran • Penyediaan gas • AC (air conditioner) Fungsi Plumbing • Sistem penyediaan air minum
Menyediakan air minum ke tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup • Sistem penyaluran air buangan Membuang air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Plambing mempunyai sasaran sebagai berikut : • Sanitasi, menciptakan kesehatan masyarakat • Kenyamanan ( Comfort & convenience ) pemakai • Menciptakan rasa aman • Menciptakan kenikmatan dan rasa yang menyenangkan Plumbing Code Plumbing code adalah ketentuan-ketentuan mengenai plambing, yang dijabarkan dalam tabeltabel dan gambar-gambar, yang memudahkan pekerjaan dalam perencanaan plambing. Beberapa Plumbing Code yang kita kenal adalah : 1) Plumbing Manual, National Bureau of Standards, 1940 2) The Uniform Plumbing Code for Housing and Home Finance Agency, 1948 3) American standard Plumbing Code Plumbing Fixture Plumbing fixture adalah peralatan plambing, misalnya kloset urinal, lavatory, faucet, shower, floor drain, dsb. Jenis dan jumlah peralatan plambing pada suatu bangunan tergantung dari fungsi bangunan, misalnya untuk perkantoran, hotel, sekolah, dll. Fixture Unit Fixture Unit adalah satuan beban dari suatu alat plambing. Setiap jenis alat plambing mempunyai nilai beban yang berbeda dengan jenis alat plambing lainnya. Fixture unit ini perlu diketahui kaena mempengaruhi diameter pipa yang disambungkan pada alat plambing tersebut. Desain Plambing Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan suatu gedung. Oleh sebab itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing harus dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan lainnya yang ada di dalam gedung tersebut (seperti pendingin udara, peralatan listrik, dan lain-lain). Hal-hal yang perlu diketahui dalam perencanaan suatu sistem plambing adalah jenis dan penggunaan bangunan, denah bangunan, dan jumlah penghuni. Tahapan dari pekerjaan perencanaan plambing adalah sbb : 1) Mengetahui fungsi bangunan 2) Penetapan jenis peralatan plambing 3) Penetapan jumlah peralatan plambing 4) Rencana jaringan pipa 5) Penetapan dimensi pipa (dimensioning )
6) Rencana perletakan peralatan plambing 7) Penggambaran Pemasangan Peralatan Plambing Ada 2 cara pemasangan peralatan plambing, yaitu : • Pemasangan kasar, yaitu peralatan plambing dipasang bersamaan dengan berkembangnya konstruksi bangunan • Pemasangan halus, yaitu pemasangan peralatan plambing dilakukan setelah konstruksi bangunan selesai, sehingga menghindari terjadinya kerusakan peralatan plambing akibat pembangunan konstruksi. Pipes Gallery Pipes gallery adalah suatu ruangan yang khusus disediakan untuk perpipaan. Pemasangan pipa pada dinding tidak diperbolehkan terlalu banyak, karena akan menambah beban pada dinding, sehingga bila bebannya besar dinding dapat bergeser. Karena itu, jalur pipa sebaiknya dibuat melalui pipes gallery dan menghindari dinding. Ada 2 jenis pipes gallery, yaitu : 1) Vertical pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang tegak (sejajar dengan ruangan lain) 2) Horizontal pipes gallery, yaitu ruangan pipa yang terletak di bawah lantai, di atas plafon. Ukuran pipes gallery harus memungkinkan orang masuk untuk melakukan reparasi pipa
BIM & Building Energy Load Untuk permulaan, marilah kita lupakan formula-formula yang njelimet tentang thermodinamika, heat transfer dan lain lainnya, yang menjadi dasar penaksiran beban pendingin. Kita coba pakai pemikiran dan logika sederhana saja tanpa perlu menguraikan penomena fisika yang tejadi dengan calculus tool seperti : turunan, integral, diferensial dan kawan kawannya itu (alasan sebenernya karena saya gak ngerti, he he) . Nyantai aja brother ya, karena saya bukan bukan professor, atau profesional, he he..... Dari sumber yang pernah saya baca, kira kira stepnya seperti ini: 1. Mendefinisikan koordinat bangunan, temperatur, kelembaban disekitarnya, serta data cuaca lainnya. 2. Mendefinisikan geometris space, zona dan heat transfer propertiesnya. 3. Membuat profile lampu penerangan buatan, peralatan listrik, penghuni dan lain lain. 4. Menggunakan data di atas untuk menganalisa perpindahan panas baik dari dalam atau dari luar ke space. Untuk membantu analisa dapat digunakan alat bantu berupa perangkat lunak Building Information Modeling (BIM) , misalnya Revit, Autocad MEP, atau software2 lainnya. Untuk no.2 dan Building Load Analyzer untuk no. 3 dan 4, misalnya HAP, CHVAC, Green Building Studio atau yang lainnya (maksudnya saya tidak tahu..... he he ). Data dari BIM kita export ke dalam bentuk file gbXML, kemudian di import oleh Builing Load Analizer, dan sebaliknya. Dari berbagai building load report yang pernah saya baca, rata rata banyak yang mengabaikan point. no. 1, selain memerlukan sumber data yang akurat, juga memakan waktu yang sangat lama
dan sangat rumit untuk mengumpulkan datanya, apa lagi jika load analisis nya menggunakan perangkat lunak Spread sheet. Biasanya menggunakan data cuaca kota Jakarta untuk semua tempat di Indonesia, he he. Begitulah kira-kira info yang saya dapatkan dari bacaan dan teman-teman di dunia maya, kemungkinan besar banyak salahnya. Kedepannya kita coba belajar step by step, sedikit demi sedikit, menguraikan hal hal diatas dengan logika dan pemikiran yang sangat sederhana saja.
Sistem Plambing Kesehatan merupakan salah satu milik manusia yang sangat berharga. menjaga kesehatan dapat dimulai dengan menjaga kesehatan lingkungan, baik lingkungan kerja maupun lingkungan pemukimannya. Dalam hal ini, fasilitas dalam gedung harus direncanakan dengan baik termasuk fasilitas sanitasi, mengingat aspek-aspek lingkungan harus diperhatikan agar tercapai lingkungan yang sehat. Untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana guna memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada pengguna gedung dimana dalam kondisi normal penggunanya tidak memberikan bahaya potensial pada kesehatan manusia maka salah satu upayanya adalah dengan merancang sistem plambing yang baik dalam lingkungan gedung tempat bekerja maupun pemukimannya. Yang meliputi sistem penyediaan air minum, sistem penyaluran air buangan dan ven, sistem pencegah kebakaran dan sistem penyaluran air hujan. Sistem plambing merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam pembangunan gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan plambing harus dilakukan secara bersamaan dan sesuai dengan tahapa-tahapan perencanaan dan perancangan gedung itu sendiri dengan memperhatikan secara seksama hubungannya dengan bagian-bagian konstruksi gedung serta peralatan lainnya yang ada dalam gedung tersebut. Persediaan air dengan kualitas dan kuantitas yang baik, diharapkan dapat memberikan kepuasan bagi pengguna gedung sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan reputasi gedung itu sendiri. Dalam merencanakan sistem plambing dilakukan secara bertahap. Sistem plambing yang direncanakan pada tugas ini yaitu perencanaan sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan, dan perencanaan ven Perencanaan itu meliputi: 1. Perhitungan kebutuhan fasilitas sanitasi dan tata letak fasilitas sanitasi sesuai dengan kebutuhan gedung. 2. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air bersih pada gedung bertingkat 3. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air buangan dan ven pada gedung bertingkat 4. Perhitungan dan pendimensian peralatan yang digunakan 5. Perhitungan volume reservoar air minum 6. Membuat isodiagram sistem plambing yang ada.
Pompa dan Kegunaannya Pompa adalah salah satu peralatan yang dipakai untuk mengubah energi mekanik (dari mesin penggerak pompa) menjadi energi tekan pada fluida yang dipompa. Pada umumnya pompa digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih tinggi tempatnya, tinggi tekanannya, ataupun untuk sirkulasi. Pengubahan energi mekanik menjadi energi tekan fluida tersebut di atas dapat dicapai dengan
beberapa cara, antara lain: a. Mengubah energi mekanis dengan menggunakan alat semacam sudu atau impeler dengan bentuk tertentu. b. Dengan menggunakan gerak bolak-balik piston atau alat semacamnya. c. Dengan penukaran energi menggunakan fluida perantara, baik gas atau cair. Fluida perantara ini diberi kecepatan tinggi dan dicampur dengan fluida yang dipompa yang berkecepatan rendah. Cara ini biasa digunakan pada pompa jet (jet pump). d. Dengan menggunakan udara atau gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan ke dalam suatu saluran yang berisi fluida yang dipompa. Cara ini digunakan pada air/gas lift pump. Ada berbagai macam pompa. Pembagian ini dapat berdasarkan pada: a. Tekanan keluaran (rendah, sedang, dan tinggi) b. Kapasitas yang dihasilkan (rendah, sedang, dan tinggi) c. Fluida yang ditangani (air, minyak, susu, dsb.) d. Posisi atau kedudukannya (mendatar, tegak), dsb. Klasifikasi seperti di atas sangat terbatas jangkauannya dan cenderung saling melingkupi/tumpang tindih. Sistem klasifikasi pompa yang lebih kuat adalah yang didasarkan pada bagaimana energi ditambahkan pada fluida yang dipompa. Dalam sistem klasifikasi ini, secara garis besar pompa dapat dibagi menjadi: a. Pompa perpindahan positif (Positive displacement pump), di mana energi ditambahkan pada fluida kerja secara periodik oleh suatu gaya yang dikenakan pada satu atau lebih batas sistem yang dapat bergerak. Contoh, pompa torak, pompa putar, dan pompa diafragma. b. Pompa dinamik (dynamic pump atau non posotive displacement pump), di mana energi yang diatambahkan pada fluida kerja di dalam pompa secara kontinyu dinaikkan kecepatannya, kemudian dilakukan penurunan kecepatan fluida di bagian lain dalam pompa untuk mendapatkan energi tekan. Contoh, pompa sentrifugal, pompa aksial, pompa khusus (menggunakan fluida perantara gas/cair).
Green Building, LEED & ASHRAE Dengan adanya isyu-isyu dunia yang sedang mengglobal yaitu: isu perubahan iklim menjadi isu besar yang mengancam kehidupan manusia, dimana sektor bangunan menyumbang emisi gas rumah kaca dengan signifikan (12% water use, 30% Green House Gas Emissions, 65% Waste Output, dan 70% Electricity Consumption). Maka muncul konsep Green Building sebagai kontribusi sektor bangunan dalam memerangi isu perubahan iklim tersebut. Konsep Green Building mendorong perencanaan dan pengoperasian bangunan gedung dengan pendekatan perencanaan & pengoperasian berkelanjutan (sustainable design) yg ramah lingkungan. Serifikasi Green Building ditentukan berdasarkan LEED rating system (Leadership in Energy & Environment Design) dalam 5 kriteria yaitu : - Sustainable site, - Water efficiency, - Energy Efficiency & Atmosphere, - Material & Resources, dan - Indoor Air Quality & Environment ASHRAE (American Society of Heating Refrigerating and Air Conditioning Engineers, Inc.) sangat berperan aktif dalam Green Building dimana banyak Standar-standar ASHRAE
dipergunakan sebagai dasar penyusunan LEED Rating, seperti: - Energy Standard for Buildings (ASHRAE Standard 90.1), - Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy (ASHRAE Standard 55), - Ventilation for acceptable Indoor Air Quality (ASHRAE Standard 62.1), dll.
berkenalan dengan perpipaan Perpipaan, Jenis Pipa, Komponen-komponen untuk kelengkapan Instalasi Pipa, cara Menggambar dan Membaca Gambar Flow Diagram, P&ID, dan Spool. Mampu menghitung dalam menentukan Debit, Penurunan Tekanan Operasi, serta memilih ukuran Pipa. Perawatan Sirkuit Pemipaan, cara menguji pipa dan korosi serta pemeliharaan Pompa dan Kompresor. Gambar Site Plant, Flow Diagram, P&ID, dan Spool Jenis Pipa, Flanges, Katup, Fitting, dan Otlet Simbol Perpipaan, dan metode penyambungan Perpipaan Jenis, dan Simbol Katup Dimensi-dimensi Pipa, Flanges, Katup, Fitting, dan Otlet Gambar Orthogonal, Isometrik, dan Gambar Spool Pemipaan Penulisan Data pada jalur Pemipaan, dan perhitungan panjang Pipa Penyangga Pemipaan Statik / Dinamik, dan Perlengkapan Penyangga Alat Pengukur pada Instalasi Pemipaan, dan Sistem Tracing Pengujian fisik Pemipaan, dan Korosi pada Pemipaan Menentukan Debit, dan Penurunan Tekanan Fluida Non-kompresibel dalam Pipa Menentukan Debit, dan Penurunan Tekanan Fluida Kompresibel dalam Pipa Pompa, dan Kompresor
BAB & Tangki Septik Ketika kita bangun tidur di pagi hari, maka aktivitas yang rutin kita lakukan adalah memenuhi panggilan alam untuk Buang Air Besar (Be A Be). Pernahkan kita membayangkan kemana larinya kotoran (feaces & urine) yang tiap hari kita buang? Mari kira telusuri. Dalam istilah plumbing kotoran itu sering di sebut sewage atau black water atau air kotor. Kita membuang membuang biasanya dalam suatu alat / sanitary yang dinamakan water closet yang biasa di singkat WC. Pada prinsipnya closet itu memiliki sebuah lubang yang akan menyalurkan kotoran itu ke pipa pembuangan air kotor dengan bantuan penggelontoran air / flushing. Lubang WC itu memiliki dibentuk menyerupai hurup S, yang sering disebur dengan leher angsa, fungsinya adalah supaya menahan air sehingga menyekat udara dalam saluran pipa air kotor dengan udara di ruangan toilet sehingga bau kotoran dari saluran pipa pembuangan itu tidak mencemari ruangan toilet. Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik
atau beton yang berada dalam dan diluar bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar 45 derajat dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 derajat sebaiknya dihindari atau diganti dengan dengan dua kali belokan 45 derajat atau memakai bak kontrol. Kotoran tadi kemudian bergerak menurun dengan bantuan air penyiram memanfaatkan kemiringan pipa menuju kesuatu tempat yang dinamakan tangki septik. Septik tank adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah dan rumah tangga dengan kecepatan aliran yang lambat, sehingga memeberikan kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan bahan larut air dan gas. Bagaimana cara merancang dimensi minimal sebuah tangki septik? Mari kita tanya eS eN I. SNI (mengeluarkan sebuah primbon SNI : 03-2398-2002 yang berisi tata cara perencanaan tangki septik dengan Sistem resapan . di maksudkan sebagai acuan dan masukan bagi perencana dalam prosedur pembangun tangki septik dengan sistem resapan dengan ukuran dan batasan untuk menentukan kebutuhan minimum fasilitas tangki septik dengan sistem resapan pada kawasan permukiman. Tata cara ini merupakan revisi SNI 03-2398-1991 (Tata cara Perencanaan Tangki Septik), yang direvisi atau ditambah dengan persyaratan teknis ukuran tangki septik dan jarak minimum terhadap bangunan. Persyaratan teknis meliputi bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam dan kedap air; bahan bangunan dapat dipilih untuk bangunan dasar. Penutup dan pipa penyalur air limbah adalah batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpa tulang, PVC, keramik, plat besi, plastik dan besi. Bentuk dan ukuran tangki septik disesuaikan dengan Q jumlah pemakai, dan waktu pengurasan. Dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar, pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat. Dilengkapi juga dengan Pipa ventilasi udara diameter 50 mm (2") dan tinggi minimal 25 cm dari permukaan tanah. Lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang dengan panjang tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan Sumur resapan air hujan 5 m. Tangki dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi. pipa aliran keluar harus ditekan (5 - 10 )cm lebih rendah dari pipa aliran masuk , kemudian di saluran kesuatu bidang resapan. Untuk ukuran kecil (1 kk) dapat berbentuk bulat diameter 1,20 m dan tinggi 1,5 m. Lalu bagaimana kah perkiraan kapasitas septiktank misalnya untuk 4 kepala keluarga dengan masing masing keluarga diasumsikan memiliki 5 orang anggota keluarga dengan sistem pembuangan terpisah antara buangan dari kakus dan mandi-cuci? Sesuai dengan petunjuk perimbon maka kita dapat memperkirakan dimensi minimal septik tank tersebut sebagai berikut: Kriteria perencanaan • Jumlah populasi : 20 orang • Waktu detensi (Td) : (2-3) hari diambil 2 hari • Banyak lumpur (QA) : (30-40) liter/orang/tahun diambil 30 liter/orang/tahun
• Periode pengurasan (P) : (2-5) tahun, diambil 3 tahun • Debit air limbah (QA= air penggelontor) : 20 liter /orang /hari Kapasitas tangki = VA + VL Volume air tangki (VA) = QA x O x Td = 20 liter /org/hari x 20 org x 2 =800 liter = 0.8 m3 Volume lumpur (VL) = QL x O x P = 30 liter/orang/thn x 20 x 3 thn = 1800 liter = 1.8 m3 Kapasitas tangki untuk perioda 3 tahun = 0.8 + 1.8 = 2.6 m3 Tinggi permukan air di septik tank diambil 1.2 m, dan perbandingan panjang dan lebar mendekati 1 berbanding 2 (1 : 2) kemudian diambil lebar 1.0 m, maka diperoleh panjang = 2.1 Kemudian kita ambil tinggi ambang bebas sekitar 0.3 meter, maka Ruang ambang bebas (freeboard) = 1.0m x 2.1m x 0.3 m = 0.63 m3 Volume total tangki untuk perioda 3 tahun = vol ruang basah + volume ruang lumpur + volume ruang ambang batas = 0.8 + 1.8 + 0.63 = 3.23 m3 Selain tangki septik konvensional, ada juga tangki septik jenis paket dengan teknologi biomedia, atau bio ceramic dan lain lain. Untuk pengolahan air limbah dalam volume yang besar seperti gedung komersial, Hotel, dan lain-lain biasanya menggunakan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Sewage Treatment Plant (STP) atau Waste Water Treatment Plant (WWTP).
Lingkup Perencanaan Sistem Plambing Dalam merencanakan sistem plambing dilakukan secara bertahap. Sistem plambing yang direncanakan biasanya mencakup perencanaan sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan, dan perencanaan ven Perencanaan itu meliputi: 1. Perhitungan kebutuhan fasilitas sanitasi dan tata letak fasilitas sanitasi sesuai dengan kebutuhan gedung. 2. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air bersih pada gedung bertingkat 3. Perancangan perpipaan untuk penyediaan air buangan dan ven pada gedung bertingkat 4. Perhitungan dan pendimensian peralatan yang digunakan 5. Perhitungan volume reservoar air minum 6. Membuat isometrik & diagram sistem plambing yang ada.
Ventilation Rate Sistem ventilasi mekanik dimaksudkan untuk memasukan udara segar dari luar ke dalam ruangan atau menghisap udara kotor dari dalam ke luar ruangan. Untuk memperkirakan Ventilation rate dapat digunakan menggunakan berbagai metoda misalnya : 1.. Air Change method 2.. Acceptable Indoor Air Quality method 3.. Heat Removal method 4.. dan lain lain yang biasa digunakan sebagai refferensi untuk memeperkirakan Ventilation Rate adalah ASHRAE STD-62 Ventilation for Acceptable Indoor Air Quality. Hasil dari hitungan perkiraan tersebut dapat dijadikan dasar untuk menetukan kapasitas Exhaust fan, intake fan atau louver. Sekarang kita coba untuk memeperkirakan Ventilation rate berdasasarkan Air Change method atau pertukaran udara. Karena cara ini biasanya paling banyak digunakan untuk sistem ventilasi. Untuk bisa menggunakan metoda ini, pertama tama kita harus memiliki tabel suggested air change dari ASHRAE STD-62. Kemudian kita gunakan persamaan sederhana sebagai berikut Ventilation Rate = volume of room x Air change per hour Air change per hour (ACH) = 60 / air change prequency persamaan tersebut diatas menggunakan satuan sebagai berikut a.. ventilation rate dalam m3 / jam b.. volume of room dalam m3 c.. Air Change per Hour (ACH) dalam kali d.. Air change frequency dalam menit sekali contoh : misalnya sebuah ruangan loker dengan luas 4 x 4 meter dengan tinggi plafon 3 meter, berapakah kapasitas exhaust fan yang diperlukan untuk ruangan tersebut Solusi :
volume ruangan = 4 m x 4m x 3m = 48m3 ACH = 60 menit / 4 menit sekali = 15 kali Ventilation rate = 48 m3 x 15 kali = 720 m3 / jam. catatan ; nilai 4 menit sekali didapat dari tabel suggested air change, di tabel rentang nilainya 2 sampai 5 menit sekali. Nilai 4 diasumsikan sebagai nilai tengah dari rentang tersebut,
Cooling Load Temperature Different Tulisan ini merupakan ringkasan materi yang ada pada ASHRAE GRP158 “COOLING AND HEATING LOAD CALCULATION MANUAL”. Sebelum diuraikan lebih lanjut, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu hal-hal yang kemungkinan menjadi kendala dalam perhitungan Coolong load ini diantaranya sebagai berikut: 1. Satuan yang digunakan adalah menggunakan sistem imperial, dalam bidang HVAC sistem satuan imperial ini sangat populer, tetapi disisi lain untuk segi arsitektural, jarang sekali digunakan di Indonesia, jadi kita harus terlebih dahulu menyesuaikan (membuat konversi) di Calculation Sheet kita. Sebagai contoh, pada dimensi ruangan bangunan yang dirancang oleh insinyur / arsitek di Indonesia bisanya menggunakan satuan Metrik atau SI, untuk dimensi panjang biasanya menggunakan satuan milimeter atau meter, tetapi pada perhitungan ini menggunakan feet. 2. Minimnya informasi atau data survey mengenai letak bangunan pada koordinat Bujur dan lintang, kelembaban udara, data cuaca dan temperatur rata-rata, dalam buku ASHRAE GRP158, untuk lokasi di indonesia hanya tercatat untuk daerah Jakarta saja. Apalagi dengan adanya Global warming yang membuat kondisi cuaca tidak menentu. 3. Minimnya informasi detail bangunan, misalnya ukuran pintu, kaca dan jendela, serta jenis bahan konstruksi yang digunakan tidak ada pada tabel, sehingga Faktor U harus dihitung terlebih dahulu. 4. Kebanyakan penghitungan Cooling Load di buat pada saat bangunan tersebut belum ada, informasi yang ada biasanya hanya blue print atau gambar2 denah, tampak dan potongan saja. Pada tahap ini biasanya terjadi banyak sekali perubahan perubahan disain arsitektur dan sehingga berpengaruh pada zona-zona pendinginan yang dirancang. Dan terkadang terjadi perubahan orientasi bangunan dan tata ruang. 5. Ketelitian pengukuran dimensi panjang, luas dan volume ruangan yang akan di kondisikan, karena terkadang ruangan yang akan dikondisikan bentuknya tidak persegi atau tidak beraturan, hal ini memerlukan ketelitian pengukuran dan perhitungan. Perhitungan luas dinding luar, kaca, pintu dan jendela juga merupakan hal-hal yang memerlukan ketelitian pengukuran dan perhitungan. 6. Belum pastinya jumlah populasi penghuni bangunan. Jika tidak ada denah interior seperti meja kursi yang secara spesifik dapat menunjukan banyaknya orang, maka biasanya digunakan
pendekatan luas ruang per orang. 7. Belum pastinya data2 peralatan dan sistem penerangan, seperti data2 teknis peralatan dan jumlah serta tipe lampu-lampu yang akan di pasang. Karena untuk penerangan itu sendiri besarnya total daya lampu ditentukan oleh jenis dan kriteria rancangan penerangan. Antara ruangan yang satu dengan yang lain besar kriteria “Lux”nya biasanya tidak sama. 8. Tentunya harus memiliki tabel2 CLTD, yang akan dijadikan referensi penghitungan Cooling Load ini. 9. Dan lain lain Kendala kendala diatas biasanya memeperlambat proses penghitungan Cooling Load, Apalagi dengan banyaknya zona atau ruangan yang akan dihitung, sehingga semakin tebal pula buku laporan / cooling load calculation report. Disamping itu sempitnya waktu perencanaan maka terkadang diambil jalan pintas. Misalnya dengan mengkalkulasikan beban berdasarkan luas lantai dengan nilai Btu/h per m2 tertentu misalnya 450, 500, 600 dan lain – lain, atau dengan penaksiran 1 Ton Refregerant untuk nilai meter persegi tertentu, misalnya 1 TR untuk 20 m2 dan sebagainya. Penaksiran ini berdasarkan pengalaman proyek-proyek yang sebelumnya. Dan seringkali perhitungan cooling load secara mendetail dianggap sebagai hal yang terlalu teoritis atau dianggap tidak praktis oleh sebagian praktisi. Maka untuk mempermudah membuat hitungan Cooling load biasanya di gunakan perangkat lunak yang khusus dirancang untuk keperluan itu. Akan tetapi harga perangkat lunak itu sangat mahal harganya dan kadang kadang tidak ekonomis jika dibandingkan dengan nilai proyek yang dikerjakan. Terlepas dari masalah-masalah yang sering muncul tersebut, saya tuliskan pengenalan prinsip2 dasar Cooling Load Calculation dengan Metoda CLTD, yang menjadi dasar untuk pembuatan Detailed Engineering Design (DED) perancangan sistem tata udara dalam bangunan. Cooling Load Calculation Tujuan Perhitungan beban pendinginan antara lain untuk: • Menyediakan informasi untuk pemilihan peralatan dan perancangan Sistem AC yang effisien dan efektif • Menyediakan data untuk evaluasi kemungkinan optimasi atau pengurangan beban. Secara tidak langsung, perhitungan beban pendinginan dapat membantu: • Penaksiran beban daya listrik. • Penyesuaian disain arsitektural (tata ruang) dan struktural (pembebanan) • Pembuatan Recana Anggaran Biaya Sementara (Preliminary) • Lain-lain Prinsip Cooling Load Cara yang sebuah sumber beban memasuki ruangan adalah sebagai berikut: 1. Radiasi sinar matahari melalui permukaan yang transparan seperti jendela 2. Konduksi kalor melalui dindingluar dan atap 3. konduksi kalor melalaui dinding dalam, plafon dan lantai 4. Kalor yang dihasilkan didalam ruangan yang bersumber dari penghuni, penerangan, perlengakapan rumah tangga, peralatan dan berbagai macam proses 5. Penambahan panas yang lainnya.
Jenis heat gain (penambahan panas) yaitu sensible dan laten. Secara sederhana, kalor sensibel itu adalah kalor yang diperlukan untuk membuat perubahan temperatur. Sedangkan kalor laten itu adalah kalor yang diperlukan untuk perubahan wujud suatu zat (air misalnya) tanpa terjadi perubahan temperatur. Selain itu perlu diperhatikan juga faktor keserempakan (diversity), secara umum faktor keserempakan di terapkan pada penghuni dan penerangan. Untuk banguan bangunan industrial, aplikasikan juga pada peralatan-peralatan. Juga waktu terjadi beban puncak, baik itu waktu terpanas dalam setaiap harinya atau pun bulan terpanas dalam setiap tahunnya. Biasanya penaksiran beban puncak harian dibuatkan “hourly analisys” dengan membuat profil2 beban setiap jamnya untuk beban yang bersumber dari matahari, penerangan, ventilasi, penghuni dan beban atap. Komponen sensible cooling load dihasilkan dari specific load source untuk waktu yang diberikan dengan menggunakan faktor konversi dari tabel-tabel “Cooling Load Temperature Different” (CLTD) atau “Cooling Load Factor” (CLF). Informasi yang di butuhkan (Input) Input untuk External Load 1. Orientasi dan dimensi bagian-bagian bangunan 2. Konstruksi bahan-bahan untuk atap, dinding, plafon, partisi interior, lantai dan fenestrasi. 3. Ukuran dan ruangan yang akan di kondisikan 4. Kondisi luar sekeliling. Input untuk Internal Load 1. Penerangan – daya terpasang, Incandescent atau fluorescent, jadwal penggunaan 2. Manusia – Jumlah, aktivitas, lama hunian, jadwal hunian 3. Peralatan internal – data name plate, lokasi, jadwal penggunaan, konsumsi listrik atau bahan bakar, hooded atau unhooded, banyaknya udara yang hembuskan atau di hisap. Input untuk Infiltrasi dan ventilasi. 1. Cfm per orang dan atau per feet kubik 2. Exhaust fan – tipe, ukuran, kecepatan, cfm yang dihasilkan 3. Pintu-pintu dan jendela-jendela – lokasi, ukuran, jenis dan frekwensi pembukaan Ringkasan Umum Formula Perhitungan Cooling Load External load Atap q = U x A x CLTD dimana q : perpindahan panas rata2 (Btu/h) U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2) CLTD : Cooling Load Temperature Difference base condition untuk atap (°F ) Dinding q = U x A x CLTD dimana
U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2) CLTD : Cooling Load Temperature Difference base condition untuk dinding (°F ) Konduksi Kaca q = U x A x CLTD dimana U : Jenis kaca dan shading dalam (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas kaca terhitung dari Denah Arsitektural CLTD : Cooling Load Temperature Difference untuk beban konduksi melalui kaca (°F ) Radiasi Sinar matahari Q = A x SC x SHGF x CLF Dimana A : luas bersih kaca terhitung dari denah arsitektural (ft2) SC : Koefisien shading untuk kombinasi jenis gelas dan jenis bayangan SHGF : Factor penambahan panas sinar matahari maksimal untuk orientasi yang spesific dari permukaan CLF : Cooling Load Factor Partisi, plafon, lantai q = U x A x TD dimana U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2) TD : Temperature Difference (°F ) Internal Load Penerangan q = 3,41 x q1 x Fa x Fbx CLF dimana 3,41 : konversi btu/h per watt q1 : Total daya lampu (Watt) Fb : persentase dari penggunaan q1 Fa : Allowance khusus untuk balast jika menggunakan fluorescent fixture CLF : Cooling Load Factor Orang Penambahan kalor Sensible qs = (q/person) x No.of people x CLF dimana No.of people : Jumlah orang yang berada di ruangan (orang) q/person : Sensible heat gain per orang (Btu/h) CLF : cooling load factor dari orang Orang Penambahan kalor laten ql = (q/person) x No. of people dimana
No.of people : Jumlah orang yang berada di ruangan (orang) q/person : latent heat gain per orang (Btu/h) Peralatan Penambahan kalor Sensible qs = sensible x CLF dimana sensible = sensible cooling load (Btu/h) dari data manufacturer CLF = Cooling load factor Peralatan Penambahan kalor laten qs = latent dimana latent = latent cooling load (Btu/h) dari data manufacturer Infiltration & ventilation Penambahan kalor Sensible qs = 1.10 x (∆T) x scfm dimana 1,10 : dalam atuan dalam Btu/h F ∆T : perbedaan temperatur luar dan dalam (derajat F) scfm : standard CFM scfm = (cfm/ orang) x jumlah orang Infiltration & ventilation Penambahan kalor laten qs = 4840 x (∆W) x scfm dimana 4840 : dalam satuan dalam Btu/h per scfm ∆W: perbedaan perbandingan kelambaban luar dan dalam (lb of water vapor to lb of dry air) scfm : standard CFM scfm = (cfm/ orang) x jumlah orang Metoda CLTD ini hanya salah satu cara untuk menghitung beban pendinginan dalam bangunan, selain itu masih ada lagi cara yang lainnya. Mudah mudahan informasi diatas tadi bisa bermanfaat.
0.8, 220, 380, 1.732, 176, 526 0.8, 220, 380, 1.732, 176, 526 angka apaan tuh ......
jika kita mau mebuat perencanaan / meghitung besarnya arus listrik pada rangkaian dengan sumber tegangan jala-jala PLN, angka-angka itu adalah angka angka yang sering kita pakai.... Pada rangkaian 1 phasa I = P : (cos phi x V LN) dimana : I = Kuat arus (Ampere) P = Daya dari beban (Watt) cos phi = faktor daya , dalam perencanaan biasanya nilainya 0.8 V LN = Tegangan phasa ke neutral (Volt), nilainya 220 Volt (cos phi x V LN) = 0.8 x 220 = 176 Jadi jika formula tadi disederhanakan maka, kuat arus untuk rangkaian satu phasa adalah I = P : 176 (Ampere) Pada rangkaian 3 phasa I = P : (sqrt 3 x cos phi x V LL) dimana : I = Kuat arus (Ampere) P = Daya dari beban (Watt) cos phi = faktor daya , dalam perencanaan biasanya nilainya 0.8 V LL = Tegangan phasa ke phasa (Volt), nilainya 380 Volt sqrt 3 = akar pangkat dua dari 3, yaitu 1.732 (cos phi x V LN) = 1.732 x 0.8 x 380 = 526 Jadi jika formula tadi disederhanakan maka, kuat arus untuk rangkaian 3 phasa adalah I = P : 526 (Ampere)
Cooling Load Calcualtion
Topic List < Prev Topic | Next Topic >
Reply < Prev Message | Next Message > Saya mo sharing dikit nih, mungkin ini agak OOT he he Saya coba menerjemahkan, menyadur / menukil, dan meringkas materi yang ada pada ASHRAE GRP158 “COOLING AND HEATING LOAD CALCULATION MANUAL”. Saya kesulitan sekali menerjemahkan istilah2 teknis ke dalam bahasa Indonesia, Mohon dikoreksi jika ada kata-kata yang rancu serta kesalahan mengetik.
Cooling Load Calculation Tujuan Perhitungan beban pendinginan antara lain untuk:
Menyediakan informasi untuk pemilihan peralatan dan perancangan Sistem AC yang effisien dan efektif Menyediakan data untuk evaluasi kemungkinan optimasi atau pengurangan beban.
Secara tidak langsung, perhitungan beban pendinginan dapat membantu:
Penaksiran beban daya listrik. Penyesuaian disain arsitektural (tata ruang) dan struktural (pembebanan)
Pembuatan Recana Anggaran Biaya Sementara (Preliminary)
Lain-lain
Prinsip Cooling Load Cara yang sebuah sumber beban memasuki ruangan adalah sebagai berikut: 1. Radiasi sinar matahari melalui permukaan yang transparan seperti jendela 2. Konduksi kalor melalui dindingluar dan atap 3. konduksi kalor melalaui dinding dalam, plafon dan lantai 4. Kalor yang dihasilkan didalam ruangan yang bersumber dari penghuni, penerangan, perlengakapan rumah tangga, peralatan dan berbagai macam proses 5. Penambahan panas yang lainnya.
Jenis heat gain (penambahan panas) yaitu sensible dan laten. Secara sederhana, kalor sensible itu adalah kalor yang diperlukan untuk membuat perubahan temperatur. Sedangkan kalor sensible itu adalah kalor yang diperlukan untuk perubahan wujud suatu zat (air misalnya) tanpa terjadi perubahan temperatur. Selain itu perlu diperhatikan juga faktor keserempakan (diversity), secara umum faktor keserempakan di terapkan pada penghuni dan penerangan. Untuk banguan bangunan industrial, aplikasikan juga pada peralatan-peralatan. Juga waktu terjadi beban puncak, baik itu waktu terpanas dalam setaiap harinya atau pun bulan terpanas dalam setiap tahunnya. Biasanya penaksiran beban puncak harian dibuatkan “hourly analisys” dengan membuat profil2 beban setiap jamnya untuk beban yang bersumber dari matahari, penerangan, ventilasi, penghuni dan beban atap. Komponen sensible cooling load dihasilkan dari specific load source untuk waktu yang diberikan dengan menggunakan faktor konversi dari tabel-tabel “Cooling Load Temperature Different” (CLTD) atau “Cooling Load Factor” (CLF).
Informasi yang di butuhkan (Input) Input untuk External Load 1. Orientasi dan dimensi bagian-bagian bangunan 2. Konstruksi bahan-bahan untuk atap, dinding, plafon, partisi interior, lantai dan fenestrasi. 3. Ukuran dan ruangan yang akan di kondisikan 4. Kondisi luar sekeliling.
Input untuk Internal Load 1. Penerangan – daya terpasang, Incandescent atau fluorescent, jadwal penggunaan 2. Manusia – Jumlah, aktivitas, lama hunian, jadwal hunian 3. Peralatan internal – data name plate, lokasi, jadwal penggunaan, konsumsi listrik atau bahan bakar, hooded atau unhooded, banyaknya udara yang hembuskan atau di hisap.
Input untuk Infiltrasi dan ventilasi. 1. Cfm per orang dan atau per feet kubik 2. Exhaust fan – tipe, ukuran, kecepatan, cfm yang dihasilkan 3. Pintu-pintu dan jendela-jendela – lokasi, ukuran, jenis dan frekwensi pembukaan
Ringkasan Rumus Perhitungan Cooling Load
External load Atap q = U x A x CLTD dimana
q : perpindahan panas rata2 (Btu/h) U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2) CLTD : Cooling Load Temperature Difference base condition untuk atap (°F ) Dinding q = U x A x CLTD dimana U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2) CLTD : Cooling Load Temperature Difference base condition untuk dinding (°F ) Konduksi Kaca q = U x A x CLTD dimana U : Jenis kaca dan shading dalam (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas kaca terhitung dari Denah Arsitektural CLTD : Cooling Load Temperature Difference untuk beban konduksi melalui kaca (°F ) Radiasi Sinar matahari Q = A x SC x SHGF x CLF Dimana A : luas bersih kaca terhitung dari denah arsitektural (ft2) SC : Koefisien shading untuk kombinasi jenis gelas dan jenis bayangan SHGF : Factor penambahan panas sinar matahari maksimal untuk orientasi yang spesific dari permukaan
CLF : Cooling Load Factor Partisi, plafon, lantai q = U x A x TD dimana U : Koefisien perancangan perpindahan kalor (Btu/(hr.ft2.°F)) A: Luas terhitung dari Denah Arsitektural (ft2) TD : Temperature Difference (°F )
Internal Load Penerangan q = 3,41 x q1 x Fa x Fbx CLF dimana 3,41 : konversi btu/h per watt q1 : Total daya lampu (Watt) Fb : persentase dari penggunaan q1 Fa : Allowance khusus untuk balast jika menggunakan fluorescent fixture CLF : Cooling Load Factor
Orang Penambahan kalor Sensible qs = (q/person) x No.of people x CLF dimana
No.of people : Jumlah orang yang berada di ruangan (orang) q/person : Sensible heat gain per orang (Btu/h) CLF : cooling load factor dari orang
Orang Penambahan kalor laten ql = (q/person) x No. of people dimana No.of people : Jumlah orang yang berada di ruangan (orang) q/person : latent heat gain per orang (Btu/h)
Peralatan Penambahan kalor Sensible qs = sensible x CLF dimana sensible = sensible cooling load (Btu/h) dari data manufacturer CLF = Cooling load factor
Peralatan Penambahan kalor laten qs = latent dimana
latent = latent cooling load (Btu/h) dari data manufacturer
Infiltration & ventilation Penambahan kalor Sensible qs = 1.10 x (∆T) x scfm dimana 1,10 : dalam atuan dalam Btu/h F ∆T : perbedaan temperatur luar dan dalam (derajat F) scfm : standard CFM scfm = (cfm/ orang) x jumlah orang
Infiltration & ventilation Penambahan kalor laten qs = 4840 x (∆W) x scfm dimana 4840 : dalam satuan dalam Btu/h per scfm ∆W: perbedaan perbandingan kelambaban luar dan dalam (lb of water vapor to lb of dry air) scfm : standard CFM scfm = (cfm/ orang) x jumlah orang
Penjelasan lebih mendetail akan coba diuraikan satu persatu, pada kesempatan yang akan datang. Sebelum diuraikan lebih lanjut, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu hal-hal yang kemungkinan menjadi kendala dalam perhitungan Coolong load ini diantaranya sebagai berikut:
1. Satuan yang digunakan adalah menggunakan sistem imperial, dalam bidang HVAC sistem satuan imperial ini sangat populer, tetapi disisi lain untuk segi arsitektural, jarang sekali digunakan di Indonesia, jadi kita harus terlebih dahulu menyesuaikan (membuat konversi) di Calculation Sheet kita. Sebagai contoh, pada dimensi ruangan bangunan yang dirancang oleh insinyur / arsitek di Indonesia bisanya menggunakan satuan Metrik atau SI, untuk dimensi panjang biasanya menggunakan satuan milimeter atau meter, tetapi pada perhitungan ini menggunakan feet. 2. Minimnya informasi atau data survey mengenai letak bangunan pada koordinat Bujur dan lintang, kelembaban udara, data cuaca dan temperatur rata-rata, dalam buku ASHRAE GRP158, untuk lokasi di indonesia hanya tercatat untuk daerah Jakarta saja. Apalagi dengan adanya Global warming yang membuat kondisi cuaca tidak menentu. 3. Minimnya informasi detail bangunan, misalnya ukuran pintu, kaca dan jendela, serta jenis bahan konstruksi yang digunakan tidak ada pada tabel, sehingga Faktor U harus dihitung terlebih dahulu. 4. Kebanyakan penghitungan Cooling Load di buat pada saat bangunan tersebut belum ada, informasi yang ada biasanya hanya blue print atau gambar2 denah, tampak dan potongan saja. Pada tahap ini biasanya terjadi banyak sekali perubahan perubahan disain arsitektur dan sehingga berpengaruh pada zona-zona pendinginan yang dirancang. Dan terkadang terjadi perubahan orientasi bangunan dan tata ruang. 5. Ketelitian pengukuran dimensi panjang, luas dan volume ruangan yang akan di kondisikan, karena terkadang ruangan yang akan dikondisikan bentuknya tidak persegi atau tidak beraturan, hal ini memerlukan ketelitian pengukuran dan perhitungan. Perhitungan luas dinding luar, kaca, pintu dan jendela juga merupakan hal-hal yang memerlukan ketelitian pengukuran dan perhitungan. 6. Belum pastinya jumlah populasi penghuni bangunan. Jika tidak ada denah interior seperti meja kursi yang secara spesifik dapat menunjukan banyaknya orang, maka biasanya digunakan pendekatan luas ruang per orang. 7. Belum pastinya data2 peralatan dan sistem penerangan, seperti data2 teknis peralatan dan jumlah serta tipe lampu lampu yang akan di pasang. Karena untuk penerangan itu sendiri besarnya total daya lampu ditentukan oleh jenis dan kriteria rancangan penerangan. Antara ruangan yang satu dengan yang lain besar kriteria “Lux”nya biasanya tidak sama. 8. Tentunya harus memiliki tabel2 CLTD, yang akan dijadikan referensi penghitungan Cooling Load ini. 9. Dan lain lain Kendala kendala diatas biasanya memeperlambat proses penghitungan Cooling Load, Apalagi dengan banyaknya zona atau ruangan yang akan dihitung, serta sempitnya waktu perencanaan maka terkadang diambil jalan pintas. Misalnya dengan mengkalkulasikan beban berdasarkan luas lantai dengan nilai Btu/h per m2 tertentu misalnya 450, 500, 600 dan lain – lain, atau dengan penaksiran 1 Ton Refregerant untuk nilai meter persegi tertentu, misalnya 1 TR untuk 20 m2 dan sebagainya. Penaksiran ini berdasarkan pengalaman proyek-proyek yang sebelumnya. Dan
seringkali perhitungan cooling load secara mendetail dianggap sebagai hal yang terlalu teoritis atau dianggap tidak praktis oleh sebagian praktisi. Maka untuk mempermudah membuat hitungan Cooling load biasanya di gunakan perangkat lunak yang khusus dirancang untuk keperluan itu. Akan tetapi harga perangkat lunak itu sangat mahal dan kadang kadang tidak ekonomis jika dibandingkan dengan nilai proyek yang dikerjakan. Untuk sementara kita kesampingkan saja masalah masalah yang sering muncul tersebut, karena diskusi kita saat ini hanya berkisar seputar pengenalan prinsip dasar Cooling Load Calculation dengan Metoda CLTD. Saya mohon maaf apabila banyak kesalahan dalam penulisan baik dari segi content (secara teknis), tata bahasa ataupun cara penyajian.