CATATAN NEUROLOGI RS POLRI
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
1
FOLLOW
UP HARIAN PASIEN
(SOAP)
S
: (KELUHAN )
O
: (P EMERIKSAAN EMERIKSAAN ) TENSI
NADI
RR (RESPIRASI RATE)
T (SUHU)
GCS
: E4
M6
V5
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS Pemeriksaan Meningeal sign (kaku kuduk dkk)
NC (NERVI CRANIALIS) N ii dan N III : PUPIL NCL (Nervi Cranialis Lain) I s/d XII (selain N II dan N III) Motorik :
D
S
Sensorik :
D
S
NB: Sensorik menentukkan lesi(dermatom setinggi apa?) Refleks Fisi ol ogis:
SISTEM
D
S
OT ON OM BAB : terkontrol
Refleks patol ogis
D
S
BAK : terkontrol
Keringat : normal
asil Pemeriksaan Penunjang H asil
A
:
Klinis :
DD:
Topis : Etiologi
P
: - Pemeriksaan tambahan - Terapi - KIE Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
2
Keterangan Pemeriksaan meningeal sign y
Kaku kuduk
y
Laseque
y
Kerniq
y
Brudzinsky I
y
Brudzinsky II
SARAF KRANIALIS
N. I: normal, pasien masih dapat mencium bau makanan, sabun, jeruk
N. II:
Visus dan lapang pandang normal.
Pupil bulat, isokor, ukuran 2mm / 2mm.
Refleks cahaya langsung +/+.
N. III, N. IV, dan N. VI:
Pergerakan bola mata normal baik ke segala arah, baik ke medial dalam dan lateral.
Tidak ada nistagmus.
Tidak terdapat ptosis.
N. V
Sensorik:
V1 : baik V2 : baik V3 : baik
Motorik: inspeksi: tidak terlihat hipotrofi palpasi: saat menggigit keras, kontraksi otot maseter kiri dan kanan sama keras.
N. VII:
Inspeksi : Wajah pasien kiri dan kanan simetris. Celah palpebra kiri dan kanan normal. Plica nasolabialis kiri dan kanan simetris.
Pasien dapat memejamkan mata dengan kuat ketika pemeriksa berusaha mengangkat kedua kelopak mata pasien.
Pasien mampu mengangkat alisnya, kerutan di dahi tampak
Pada saat menyeringai, tidak sisi yang tertinggal
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
3
N. VIII:
Pada saat menggembungkan pipi, mengembang sempurna
Fungsi pendengaran: suara gesekan jari terdengar.
N. IX
Sensorik : pengecapan 1/3 posterior lidah dalam batas normal.
Motorik : fungsi menelan baik.
N.X:
Tidak ada disfoni dan disfagi.
Arkus faring terlihat simetris.
Uvula berada di tengah.
N. XI
Pasien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri.
Pasien dapat mengangkat bahu dengan baik.
N. XII
Di dalam mulut lidah terlihat normal, tidak ada deviasi, dan atrofi.
Saat menjulurkan lidah, tidak terlihat deviasi.
Kesimpulan: y
kalau tidak ditemukan kelainan NC NC tidak ditemukan kelainan
y
Kalau ada salah satu (contoh N VII ) ada kelainan N VII perifer/ sentral sin/dextra
MOTORIK I nspeksi Tonus
: ekstremitas atas dan bawah tidak tampak atrofi dan tidak terdapat fasikulasi : Ekstremitas atas : normotonus / normotonus Ekstremitas bawah: normotonus / normotonus
K ekuat an:
Kanan
Kiri
Lengan atas
5
5
Lengan bawah
5
5
Tangan
5
5
Jari tangan
5
5
Tungkai atas
5
5
Tungkai bawah
5
5
Kaki
5
5
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
4
Kesimpulan motorik:
5
5
5
5
Refleks fisiologis:
Kanan
Kiri
Biseps
2+
2+
Triseps
2+
2+
Patella
2+
2+
Achilles
2+
2+
Keterangan: 2 hiperrefleks, 1 normorefleks, 0 hiporefleks Kesimpulan :
RF
2+
2+
2+
2+
Refleks patologis:
Kanan
Kiri
Hoffman-Trommer
-
-
Babinski
-
-
Oppenheim
-
-
Gordon
-
-
Schaefer
-
-
Chaddock
-
-
Kesimpulan RP --
--
--
--
SENSORIK
Kanan
Kiri
Ekstremitas atas
normoalgesia
normoalgesia
Ekstremitas bawah
normoalgesia
normoalgesia
Ekstremitas atas
normoestesia
normoestesia
Ekstremitas bawah
normoestesia
normoestesia
Ekstremitas atas
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Ekstremitas bawah
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Ekstremitas atas
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Ekstremitas bawah
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Rangsang nyeri
Rangsang raba
Rangsang Suhu
Rangsang getar
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
5
Lokasi anatomi
Pola kelainan
Penyakit
Motor neuron
-Parese otot, fasikulasi. -Tonus : flaccid
-Polio mielitis acuta anterior
- Distribusi pada satu akar saraf sesuai dermatom
-HNP Cervical (eg : C6, C7)
Mono radikulopati Poli radikulopati
-A.L.S. -SMA
- Distribusi pada banyak akar saraf
-HNP Lumbal (eg: L5,S1) -Sy Cauda Equina - Sy Guillain Barre
Plexus
- Distribusi Plexus
-Brachialgia - Ischialgia
Mono neuropati
- Distribusi Satu Saraf Tepi
-Carpal Tunnel Sy - Saturday Night Palsy
Mono neuropati Multiplex
- Distribusi beberapa saraf tepi
- Lepra
Poli neuropati
- Banyak saraf tepi : Difus, Simetrik, Reflex distal menurun
Poli neuropati D.M.
Neuro Muscular Junction
Parese otot yang berfluktuasi
Myasthenia gravis
Miopati
- Kelemahan otot Proximal yang progresif
Polimiositis, Distrofi Moscular Progressiva
Kelainan Neurologi V
: Vaskular
I
: Infeksi
T
: Trauma
A
: Autoimune
M
: Metabolik
I
: Iatrogenik
N
: Neoplasma
D
: Degeneratif
S
: Serebro vascular (stroke)
E
: Epilepsi
M
: Metabolik
E
: Elektrolite
N
: Neoplasma
I
: Infeksi
T
: Trauma
E
: Endokrine
(versi dr.Marjanti SpS)
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
6
VERTIGO
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
7
STROKE STROKE defisit neurologis yang tiba yang bersifat fokal/global yang belangsung cepat > 24 Jam yang bahkan meninggal yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak. Komponen : 1. Jantung ( MCI, AF, Infark, dll ) 2. Pembuluh darah (AVM, aneurisma, dll ) 3. Darah (viskositas, komp.kolesterol, gula )
Kelainan: 1. PA y
Stroke Hemorragik (intraserebral, subarachnoid)
y
Stroke non hemorragik (Emboli, thrombus )
2. Pembuluh darah y
Sistem Karotis
y
Sistem vertebrobasiler
3. Onset y
TIA <24 jam
y
RIND (Reversible Iskemik Neurologi Defisit) < 2minggu
y
Stroke in evolution
y
Stroke komplite
Faktor resiko
1. Non Modifikasi y
Umur
y
Jenis Kelamin
y
Ras
y
Genetik
2. Modifikasi y
HT
y
Kolesterol
y
Jantung (AF, RA, dll)
y
Gula
y
Stress
y
Pemakaian narkoba
y
Pemakaian alat kontrasepsi
y
Merokok
y
Emosi
y
Life style
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
8
SKOR SIRIRAJ (SKORE STROKE)
(2,5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0,1 x Diastole) ʹ (3 x A) ʹ 12 Keterangan S
= Sadar
0 = Compos mentis
1 = somnolen
M = Muntah
0 = tidak ada
1 = ada
N
= Nyeri kepala
0 = tidak ada
1 = ada
A
= Ateroma
0 = tidak ada
2 = spoor/koma
1 = ada, salah satu/lebih (DM, angina, penyakit PD)
12 = konstanta K esimpulan:
>1
= Perdarahan supratentorial
< -1
= Infark/iskemik
-1 s/d 1 = Meragukan
MABP = Mean Arteri Blood Pressure
S+2D 3
Aspilet dosis kecil fungsinya sebagai antiagregasi Aspilet dosis besar fungsinya sebagai analgetik.
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
9
Aliran LSS : ventrikel lateralis for.monroe
ventrikel III aqueductus sylvii
ventrikel IV for.luschka&magendi
cysterna magna ruang subarahnoid villi arahnoid aliran darah KOMA Perbedaan koma neurologi dan non neurologi/metabolic Anamnesa y Onset y Riwayat penyakit dahulu Pemeriksaan fisik y Pupil y Reflek cahaya y Reflek kornea y Adanya lateralisasi y Refleks fisiologis y Refleks patologis Laboratorium
Neurologi
Non neurologi/Metabolik
Mendadak -
Kronik progressive DM/ Ginjal/ Hati
Adanya deficit neurologis Isokhor Lambat (kemungkinan MBO) Kejang Partial Meningkat +
Tidak ada deficit Anisokhor + Normal + Normal Kejang umum + Normal Hiperkolesterol Hiperglikemia Ureum/kreatinin naik Bilirubin meningkat
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
10
SINKOP
II.1
Definisi
Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of Cardiology:ESC ), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.
II.2
3,4
Etiologi
Kegiatan sebelum sinkop dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk, atau berdiri lama. 3
Sinkop terjadi dalam waktu 2 menit berdiri menunjukkan hipotensi ortostatik.
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan ke lainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena berhubunga n dengan tingkat risiko kematian. Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop 4
refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
11
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
12
TRAUMA MEDULA
A. GAMBARAN
SPINALIS
K LINIS
Trauma
Medula spinalis akut dapat mengakibatkan renjatan spinal ( spinal shock).
Renjatan spinal (RS) merupakan sindrom klinik yang sering dijumpai pada sebagian besar kasus
TMS
di daerah servikal dan torakal. RS ditandai oleh adanya gangguan menyeluruh
fungsi saraf somatomotorik, somatosensorik, dan otonomik simpatik. Gangguan somatik berupa paralisis flaksid, hilangnya refleks kulit dan tendon, serta anastesi sampai setinggi distribusi segmental medula spinalis yang terganggu. Sedangkan gangguan otonomik berupa hipotensi sistemik, bradikardia, dan hiperemia pada kulit. RS dapat berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa bulan. Semakin hebat trauma MS yang terjadi, semakin lama dan semakin hebat pula RS yang terjadi. Sebagian besar trauma MS terjadi di daerah servikal. Akan tetapi yang paling sering mengakibatkan cedera berat adalah trauma di daerah torakal. Hal ini berkaitan dengan penampang melintang kanalis spinalis di daerah torakal yang lebih sempit dibanding servikal. Trauma
MS di segmen torakal dapat mengakibatkan paraplegia, disertai kelemahan otot
interkostal yang dapat mengganggu kemampuan inspirasi dan ekspirasi. Semakin tinggi segmen medula spinalis yang terkena, semakin berat pula gangguan fungsi respirasi yang terjadi. Cedera setinggi segmen servikal (C4-C8) dapat mengakibatkan tetraplegia dan kelemahan otot interkostal yang lebih berat, sehingga otot diafragma harus bekerja lebih keras. Cedera servikal di atas segmen C4 dapat mengakibatkan pentaplegia, yaitu tetraplegia disertai kelumpuhan otot diafragma dan otot leher. Pada keadaan terakhir ini, diperlukan ventilator untuk membantu kelangsungan hidup penderita.
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
13
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
14
Kelumpuhan berdasarkan letak lesi dibagi menjadi 2 1 . Lesi Upper Motor Neuron/UMN/Central a. Hemispher Cerebri : - Korteks Precentralis - Kapsula Interna b. Batang Otak
: - Mesencephalon - Pons - Medulla oblongata
c. Medulla Spinalis 2 . Lesi Lower Motor Neuron / LMN / Perifer a . Motor neuron b . Radix ventralis c . Saraf tepi d . Motor end plate e . Otot
Ciri-ciri Kelumpuhan Upper Motor Neuron/ Sentral Tonus Ĺ
Hiperrefleksi Refleks patologis Tidak ada atrofi otot
Ciri-ciri Kelumpuhan Lower Motor Neuron/Perifer Tonus Ļ (atoni) Arefleksi Reflek patologis (-)
Atrofi
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
15
SISTEM OTONOM
FUNGSI
SIMPATIS
PARASIMPATIS
DENYUT JANTUNG
MEMACU
MENAHAN
IRIS
DILATASI
KONTRIKSI
BRONCHI
DILATASI
KONTRIKSI
PERISTALTIK GI
MENGHAMBAT
MEMACU
SEKRESI GI
------- , , --------
---- ,, ------
PENGOSONGAN VU
-------- ,, --------
---- ,, ------
SPHIN CTER GI
KONTRIKSI
RELAKSASI
SPHINTER VU
----- ,, ------
------ ,, -------
SALIVA
KENTAL
> CAIR
SEKRESI ADRENAL
MEMACU
EFEK KECIL / ---
A.CORONARIA
DILATASI
---------- ,, --------
ARTERI PD. UMUMNYA
KONTRIKSI
---------- ,, --------
KLJ. KERINGAT
STIMULASI
---------- ,, --------
PILOMOTOR
STIMULASI
TAK ADA SARAF
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
16
PARKINSON I.
Pendahuluan Penyakit parkinson adalah gangguan gerak kronis progresif yang ditandai dengan adanya tremor, bradikinensia, rigiditas dan ketidakstabilan posturall akibat degenerasi sel-sel yang menghasilkan dopamin di substansia nigra. Terjadinya degenerasi sel-sel tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada sistim motor dan sistim limbik.
II.
Klasifikasi p Penyebab a. Primer atau idiopatik - Penelitian terakhir membuktikan adanya peran toksin lingkungan b. Sekunder atau akuisita - Paparan kronis zat kimia (Mn, CO, Reserpin, Antipsikotik) - Penyakit (Ensefalitis, CKB, Alfametildopa, kaptopril) c. Sindrom Parkinson Plus - Gejala yang timbul bersamaan dengan penyakit lain (Alzheimer)
III.
Stadium Penyakit Parkinson Stadium I : Unilateral, ekspresi wajah berkurang, lengan yang terkena dalam posisi flexi dengan tremor dan ayunan lengan agak berkurang atau normal Stadium II : Bilateral, postur tubuh bungkuk ke depan, gaya berjalan lambat, langkah kecil, sukar membalikkan badan Stadium III : Gangguan gaya berjalan, ketidakstabilan postural, jarang tarjatuh
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
17
Stadium IV
IV.
: Disabilitas, berjalan terbatas tanpa bantuan, sulit berdiri, kecenderungan terjatuh o Stadium V : Tidak mampu berdiri atau jalan, bicara tidak jelas, wajah tanpa ekspresi, jarang berkedip Kriteria Diagnosis 1. Secara klinis : - Dua dari tiga tanda kardinal gangguan motorik tremor, rigiditas dan bradikinensia postural - Tiga dari empat tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinensia dan ketidakstabilan psotural 2. Kriteria Koller - Dua dari tiga tanda kardinal selama 1 tahun atau lebih - Respon terapi Levedopa sampai perbaikan sedang atau bermakna dan lama perbaikan selama 1 tahun atau lebih 3. Kriteria Hughes - Klinis ³possible´ terhadap satu dari : Tremor (conset baru atau istirahat), rigiditas, bradikinensia - Klinik ³probable´ bila terdapat dua dari : tremor postural, rigiditas, bradikinensia, reflek postural terganggu - Klinis ³ definit´ terdapat kombinasi dari 3 tanda kardinal Terapi 1. Dopamin agnoist 2. Levedopa 3. Selegilin 4. Amatidine 5. COMT inhibitor
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
18
Rangkuman
SGB
(SINDROMAGUILLAIN-BARRE)
Suatu penyakit akut dimana terjadi polineuropati karena proses demielinisasi akibat inflamasi pada saraf kranial, akar saraf bagian ventral atau dorsal ataupun sepanjang perjalanan saraf perifer, dan dengan manifestasi klinis utama berupa kelumpuhan LMN.
Etiologi SGB Imunologik dan Sering dihubungkan dengan virus Epstein-Barr atau virus sitomegalo ( CMV ). y
Klinis utama berupa kelemahan LMN, biasanya simetris.
y
Periode perjalanan penyakitnya mulai beberapa hari sampai 2 minggu.
y
Kelemahan proksimal sama dengan distal, bagian tungkai lebih dulu dibanding lebih atasnya ( lengan, badan, interkostal dan leher ), kemudian nervi kraniales.
y
Dapat terjadi paralisis motorik total, dengan gagal nafas dan mengalami kematian.
y
Gangguan sensorik ( baal dan kesemutan )tetapi tidak menonjol.
y
Gangguan autonom juga sering terjadi ( pada kasus yang berat terjadi disautonom ; hipertensi / hipotensi.
Miastenia Gravis ( MG ) adalah penyakit autoimun yang didapat dan mengganggu transmisi neuromuskular pada NMJ akibat kekurangan / kerusakan reseptor ACh.
Gambaran klinis MG y
Onset : insidious dapat juga presipitous
y
Keluhan khas : kelemahan otot setelah/ssaat digunakan dan membaik saat istirahat͛
y
Gejala inisial :
y
Fokal
y
Otot bulbar
y
Otot ekstremitas ( 10% )
y
Otot mata ( 60% ) ; diplopia, ptosis.
y
Perkembangan :
y
10% pada otot
y
90% ke umum.
Epilepsi gangguan neurologi yang berulang,serangannya sama dengan yang pertama yang disebabkan oleh aliran listrik y ang diotak berlebihan.
Tumor otak (kronik progresif ) Gejalanya:
Nyeri kepala: biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur, nyeri tepat bertambah berat waktu posisi berbaring dan berkurang bila duduk.
Muntah proyektil
Edema papil (funduskopi )
Kejang ini terjadi bila tumor berada dihemisfer serebri serta merangsang korteks motorik.
Lobus frontalis daerah preprontalis (gejala gangguan mental (euphoria )), refleks memegang (grasp refleks) Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
19
Area broka afasia motorik (kiri)
Lobus presentralis (area motorik), bila terdapat SOL kejang fokal, kejang pada sisi kontralateral, lumpuh jika ada penekanan terhadapa jalur kortikospinal.
Tumor dikelenjar hipofisis akromegali
Lobus temporalis diunkus gejala halusinasi pembauan dan pengecapan. dimedia dejavu korteks dibagian belakang temporal pendengaran. tumor dihemisfer dominan bagian belakang (area wernicke)afasia sensoris. kortikospinal kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral.
Lobus parietalis gangguan sensorik (post sentralis) hilangnya kebal,berbagai sensasi.
Tumor dilobus oksipitalis nyeri kepala (gangguan awal utama) defek lapang pandang penglihatan. Lesi dihemisfer dominan visual object agnosta (tdk mengenal object)
Tumor di mesensepalon sering menekan jalur supra nuclear dari nucleus N III, dan N IV gangguan
konjugasi bola mata. Juga terjadi dilatasi pupil sebelah mata (anishokor ), yg bereaksi
negative pada rangsang cahaya.
Tumor didaerah pons dan medulla oblongata paresis N VI unilateral dan hemiparesis alternans.
Tumor diserebelum (biayanya menyerang anak-anak ) TIK menekan LCS hidrosephalus.
ETIOLOGI LBP
Kongenital
Trauma
Inflamasi
Tumor
Ggn. Metabolik
Degenerasi
Kelaian alat viscera / retroperitoneal
Psikogenik
Kelainan sikap
Jenis-jenis nyeri
Nyeri lokal
Referred pain
Nyeri Radikuler
Nyeri akibat kontraksi otot / spasme untuk proteksi
Klasifikasi berdasarkan lokasi : 1. Meningitis : Infeksi meningen 2. Ensefalitis : Infeksi parenkhim otak 3. Myelitis : Infeksi medula spinalis. Patogenesis: Masuknya mikroba ke SSP dapat secara : 1. Hematogen 2. Implantasi langsung. mis.: pungsi lumbal, VP Shunt. 3. Perluasan lokal mis.: mastoiditis 4. Melalui saraf tepi mis.: rabies, herpes simpleks Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
20
MENINGITIS SEPTIK AKUT Kuman penyebab : 1. Haemophilus Influenzae 2. Meningococcal 3. Pneumococcal & gram positif lain - Streptococcal - Staphylococcal 4. Kuman gram negatif - Listeria monocytogenesis - Klebsiela pneumonia - Pseudomonas aerogenesis, dll
Apakah spondylosis itu? Spondylosis merupakan penyakit degeratif pada tulang belakang dimana terdapat osteofit di sepanjang bagian anterior dan lateral dari kolom vertebral. Osteofit merupakan taji atau penonjolan tulang yang terbentuk di sepanjang sendi. Osteofit biasanya terbentuk akibat kerusakan pada permukaan sendi. Hal tersebut menyebabkan batasan pada pergerakan sendi bersamaan dengan berbagai tingkatan rasa sakit.
Bagian tulang belakang manakah yang terkena dampak spondylosis? Bagian tulang belakang manapun dapat terkena dampak dari spondylosis, namun biasanya bagian servik dan lumbar cenderung yang lebih umum mengalami gejalanya. Istilah-istilah Cervical Spondylosis, Thoracic Spondylosis, dan Lumbar Spondylosis menerangkan bagian tulang belakang yang terkena dampaknya. Apakah yang menyebabkan spondylosis? Spondylosis diyakini merupakan akibat dari masalah pada diskus sirkuler antara dua tulang vertebral. Diskus tersebut dinamakan Annulus fibrosus. Hal ini mengarah ke perubahan yang bersifat degeneratif seiring dengan usia. Seiring penuaan, diskus tersebut akan kehilangan air, terbagi menjadi beberapa bagian, dan lalu hancur. Kondisi tersebut menyebabkan adanya wear and tear (rusaknya sendi akibat sering digunakan) diantara tulang-tulang punggung atau vertebra. Hasilnya adalah pembentukan osteofit yang menyebabkan rasa sakit dan keterbatasan gerakan sendi. Selain bertambahnya usia, kondisi seperti arthritis dan trauma juga terlibat sebagai penyebab spondylosis. Apasajakah gejala spondylosis? Pasien yang menderita spondylosis dapat mengalami: y
Nyeri leher yang menyebar ke bahu, atau sakit punggung. Lokasi nyeri atau rasa sakit berhubungan dengan seberapa banyak tulang belakang yang terlibat.
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
21
y y y y
Sensasi abnormal atau kehilangan sensasi yang mengacu pada segmen tulang belakang yang terlibat. Otot terasa lemah (khususnya pada lengan dan tungkai). Kehilangan keseimbangan. Kehilangan kendali kandung kemih dan/atau usus bagian bawah (kondisi darurat medis).
Apasajakah yang menjadi pilihan perawatan dan penanganan standar untuk spondylosis? Banyak pasien yang mengalami spondylosis merasa bahwa perawatan yang mereka lakukan tidak ideal. Perawatan dan penanganan konservatif serta perubahan gaya hidup memberikan beberapa hasil pada banyak kasus. Tujuan akhir dari penanganan ini adalah untuk memperlambat proses pada spondylosis dan meningkatkan kualitas hidup dengan memulihkan tanda dan gejala-gejala spondylosis. Di bawah ini merupakan beberapa bentuk penanganan spondylosis: Penanganan konservatif: y y y y y y y
Analgesik (penghilang rasa sakit) dan pengobatan anti-peradangan seperti Obat untuk merelaksasi otot. Terapi panas. Stimulasi listrik. Terapi pijat. Fisioterapi dan latihan untuk menguatkan otot. Suntikan di sendi tulang belakang pada kondisi parah.
NSAID.
Penanganan melalui operasi/bedah: y
y y
Jika
metode-metode di atas tidak memberikan hasil yang diperlukan atau jika tingkat keparahan penyakit di luar batas kemampuan penanganan konservatif, maka keterlibatan operasi atau bedah dapat menjadi penting. Jika tidak dapat diperbaiki, penanganan melalui operasi melibatkan perbaikan atau pelepasan (di buang) diskus intervertebral yang terkena dampak spondylosis. Kadang dua tulang vertebral digabungkan dengan menggunakan serpihan-serpihan tulang dan hasil penggabungan ini disisipkan di antara dua tulang vertebral yang berdekatan.
Mohamad Fikih/FK UPNVeteran ͟ ͟
22