MATA KULIAH : PENDAHULUAN FISIKA INTI
CRITICAL JOURNAL REPORT
"Radioactivity Induced By Neutrons: Enrico Fermi And A Thermodynamic Approach To
Radiative Capture"
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
CHINTYA MARETTI PANDIANGAN
4153321006
FISIKA EKSTENSI 2015
Dosen Pengampu : Irfandi, M.Si
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Sang Pencipta alam semesta beserta isinya, atas segala limpahan rahmat sehingga dapat menyelesaikan Critical Journal Report "Radioactivity induced by neutrons: Enrico Fermi and a thermodynamic approach to radiative capture" ini dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan Critical Journal Report ini adalah suatu bentuk tanggung jawab penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Inti.
Kami menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran dalam upaya evaluasi diri.
Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah, kami berharap semoga makalah Critical Journal Report ini dapat memberikan manfaat dan hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis, pembaca, dan seluruh mahasiswa Universitas Negeri Medan .
Medan, Maret 2018
Penulis
BAB I
PENGANTAR
Rasionalisasi Pentingnya Penulisan CJR
Topik yang saya ambil dalam melakukan Critical Journal Review kali ini adalah mengenai Radioaktivitas yang disebabkan oleh neutron yang ditemukan oleh Enrico Fermi dan dengan menggunakan analisis termodinamika. Hal ini dikarenakan menurut penulis, seorang guru fisika sebaiknya mengetahui dan mempelajari mengenai sejarah awal penemuan radioaktivitas, terkhususnya mengenai penemuan oleh Enrico Fermi yang menggunakan pendekatan termodinamika. Ketika Fermi mengetahui bahwa neutron lambat jauh lebih efektif daripada yang cepat dalam menginduksi radioaktivitas, ia menjelaskan fenomena ini dengan menyebutkan penampang hamburan yang terkenal antara neutron dan proton. Maka dikarenakan beberapa hal ini merupakan cakupan fisika, guru fisika setidaknya mengetahui hal ini secara umum walaupun pada saat mengajar nanti pembelajaran mengenai radioaktivitas tidak diajarkan secara mendalam, paling tidak guru fisika harus mengetahui dan mengajarankan inti atom (nuklir) secara umum untuk meningkatklan pemahaman serta motivasi belajar bagi peserta didik.
Tujuan Penulisan CJR
Saya melakukan penulisan Critical Journal Review ini guna untuk menyelesaikan salah satu tuntutan tugas dalam mata kuliah Pendahuluan Fisika Inti dan menambah pemahaman mengenai Radioaktivitas yang disebabkan oleh neutron yang ditemukan oleh Enrico Fermi menggunakan analisis atau pendekatan termodinamika dan dengan memahami penemuan Fermi, bahwa neutron lambat jauh lebih efektif daripada yang cepat dalam menginduksi radioaktivitas, ia menjelaskan fenomena ini dengan menyebutkan penampang hamburan yang terkenal antara neutron dan proton.
Manfaat CJR
Adapun manfaat ketika membaca Critical Journal Review ini ialah untuk menambah pengetahuan bagi para calon guru ataupun guru untuk memahami secara mendalam mengenai radioaktivitas yang dianalisis oleh Enrico Fermi maupun para ilmuwan yang lainnya yang ahli di bidangnya serta Critical Journal Review ini bisa menjadi referensi anda ketika ingin melakukan miniriset, atau membuat makalah, karya ilmiah mengenai radioaktivitas.
Identitas Jurnal yang Diriview (Jurna Utama)
Judul Jurnal : Radioactivity induced by neutrons: Enrico Fermi and a
thermodynamic approach to radiative capture
Nama Jurnal : American Journal of Physics
Pengarang Jurnal : Alberto De Gregorio
Penerbit : American Association of Physics Teachers
Kota terbit : Roma, Italia
Nomor ISSN : 219-888
Alamat Situs : http://scitation.aip.org/content/aapt/journal/
Identitas Jurnal Pembanding I
Judul Jurnal : Pengukuran Paparan Radiasi Pesawat Sinar-X di Instalasi
Radiodiagnostik Untuk Proteksi Radiasi
Nama Jurnal : Unnes Physics Journal
Pengarang Jurnal : Rudi, Pratiwi, Susilo
Penerbit : Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang
Kota terbit : Semarang
Nomor ISSN : 2252-6978
Alamat Situs : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj
Identitas Jurnal Pembanding II
Judul Jurnal : Pengukuran Radioaktivitas Lingkungan di Sekitar Instalasi
Radiodiagnostik Rumah Sakit di Semarang
Nama Jurnal : Unnes Physics Journal
Pengarang Jurnal : Lely. N, D. Yulianti, N. Hindarto
Penerbit : Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang
Kota terbit : Semarang
Nomor ISSN : 2252-6978
Alamat Situs : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
Ringkasan Isi Jurnal Utama
Konferensi yang berpengaruh pada fisika nuklir diadakan di Roma pada bulan Oktober 1931. George Gamow memberi penjelasan rinci dari penangkapan radiasi partikel alfa oleh nucleus. Gamow memperkirakan probabilitas partikel alfa ditangkap menjadi urutan hanya 10-5 per penetrasi dari penghalang potensial. Karena itu dia menganggap itu sebuah proses dari resonansi nuklir harus dipertimbangkan karena resonansi tingkat terlalu sempit, dia menduga bahwa emisi gamma akan lebih mungkin terjadi sebagai konsekuensi dari eksitasi tanpa menangkap. Tak lama setelah konferensi Roma, penangkapan radiasi dan Emisi gamma sekunder oleh inti iradiasi menjadi topical lagi, sekarang melibatkan neutron sebagai partikel insiden. Norman Feather, rekan kerja James Chadwick di Cambridge, menyarankan kesimpulan penting tentang kekuatan yang bekerja pada neutron bisa ditarik jika distribusi sudut partikel recoiling yang terkena neutron diselidiki. Hidrogen tabrakan adalah yang paling cocok untuk penelitian ini "karena kondisi yang sangat disederhanakan. L. H. Gray dan D. E. Lea, dua rekan kerja lainnya dari Chadwick, menunjukkan bahwa neutron yang disebarkan oleh timbal menunjukkan kira-kira distribusi isotropik. Apalagi, "beberapa pendahuluan percobaan oleh Mr. Lea ¼ menunjukkan bahwa tabrakan dengan proton lebih sering daripada di atom cahaya lainnya. Percobaan yang ditujukan untuk hamburan neutron meningkat pesat dalam jumlah, mengungkapkan, misalnya, rendah ke belakang hamburan oleh zat hidrogen, dan hampir isotropic distribusi untuk proton recoiling di pusat massa sistem. Banyak kritik segera muncul terkait penafsiran Radiasi gamma Lea disebabkan oleh produksi deuterium inti. Harrie Massey dan C. Mohr menyatakan bahwa probabilitasnya neutron dan proton yang membentuk keadaan terikat dapat dihitung dengan asumsi bahwa neutron adalah "fundamental partikel bebas muatan "dan radiasi itu muncul hanya dari akselerasi proton oleh medan gaya neutron. Sinar gamma dari zat hidrogen memiliki energi hingga jutaan volt elektron. Namun, trek pendek di awan ruang jauh lebih sering daripada yang panjang, dan karenanya "Tampaknya semakin lambat neutron, semakin tinggi kemungkinan menghasilkan deuteron; radiasi yang dipancarkan akan kemudian memiliki energi kuantum hanya sedikit lebih tinggi daripada 1 Mev.
Sudah diketahui bahwa semakin lambat neutron, semakin banyak mereka tersebar, tetapi tangkapan radiasi berkurang Neutron cepat akan menghasilkan emisi gamma sinar energi terlalu kecil. Itu menyebabkan Auger mempertimbangkan, sebagai Carl Anderson dan Irène Curie dan Frédéric Joliot sudah melakukannya dilakukan, 18 bahwa proton mungkin terdiri dari neutron dan sebuah positron Sebagai ganti sistem neutron-proton, Sistem neutron-positron akan bersemangat dan memancarkan radiasi. Energi pengikatan neutron-positron lebih tinggi daripada energi proton neutron. Emisi sinar gamma keras kemudian bias menjelaskan, dan sinar gamma antara 2 dan 4 MeV akhirnya dianggap. Fenomena yang diamati oleh Lea bisa dianggap berasal untuk neutron cepat, "terutama untuk mereka yang menunjukkan resonansi dengan tingkat eksitasi proton. Ketika isotop diproduksi berikut iradiasi neutron, proposal Fermi adalah bahwa insiden itu neutron mungkin tidak ditangkap, tetapi tabrakan itu menyebabkan neutron baru yang akan dipancarkan. Oleh karena itu, iradiasi akan berakhir dengan inti radioaktif dengan nomor atom yang sama inti yang diiradiasi, tetapi dengan jumlah massanya menurun dengan satu.
Ringkasan Isi Jurnal Pembanding I
Pemanfaatan radiasi pengion dalam bidang Radiodiagnostik untuk berbagai keperluan medik perlu memperhatikan dua aspek, yaitu resiko dan manfaat yang dicapai. Fakta menunjukkan bahwa instalasi radiologi bisa sangat rawan jika pengukuran proteksi dan paparan radiasi tidak dilakukan. Dampaknya secara langsung akan dirasakan oleh radiografer dan dampak yang tidak langsung akan dirasakan oleh masyarakat sekitar. Dengan demikian, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Tahun 2007 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion perlu adanya pengukuran paparan radiasi pesawat SinarX untuk proteksi radiasi, karena sangat penting bagi keperluan proteksi radiasi bagi petugas, pasien dan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu bentuk program quality control bidang Radiodiagnostik. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan pengukuran kebocoran tabung pada pesawat SinarX dan pengukuran paparan radiasi. Untuk pengukuran paparan radiasi disekitar tabung pada pesawat SinarX, tolok ukur tingkat paparan radiasi tidak boleh lebih dari 100 mR/jam. Sedangkan paparan radiasi sesuai dengan prosedur pemeriksaan yaitu tolok ukur tingkat paparan radiasi yang ditempati oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 2,5 mR/jam, untuk penduduk umum tidak boleh melebihi 0,25 mR/jam
Hasil dan Pembahasan
Para petugas instalasi nuklir (termasuk di dalamnya adalah fasilitas radiodiagnostik dengan SinarX) sesuai dengan segala ketentuan yang berlaku, wajib menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap pembangunan instalasi, dan pada tahap operasi. Program ini dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya penyinaran radiasi yang tidak dikehendaki. Oleh sebab itu, perlu adanya penerapan prinsip keselamatan radiasi dalam pengoperasian suatu instalasi nuklir sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP). Untuk menciptakan kondisi kerja yang aman, harus mengikuti kaidah-kaidah yang telah digariskan. ICRP menekankan tiga azas dalam pemanfaatan teknik nuklir dalam berbagai bidang kegiatan. Ketiga azas tersebut adalah jastifikasi atau pembenaran, optimisasi proteksi, dan pembatasan penerimaan dosis. Azas optimisasi dimaksudkan agar kemungkinan penerimaan paparan radiasi oleh pekerja maupun anggota masyarakat dapat ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. Jadi, penekanan penerimaan paparan radiasi ini tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan pada aspek teknis, misalnya menggunakan peralatan atau teknologi terbaik yang belum tentu layak secara ekonomi.
Untuk memenuhi azas optimisasi tadi, telah diperkenalkan tiga falsafah dasar proteksi radiasi, yaitu pengaturan waktu ketika berada di tempat radiasi, pengaturan jarak yang aman terhadap sumber radiasi, dan penggunaan perisai radiasi. Dua falsafah dasar proteksi radiasi, yaitu pengaturan waktu dan jarak, merupakan cara yang sangat sederhana untuk menekan penerimaan paparan radiasi selama menjalankan tugas, dan keduanya dapat dilakukan oleh setiap pekerja meski hanya dengan fasilitas proteksi radiasi yang sederhana. Satu hal yang sangat penting agar setiap pekerja mampu mengenali medan tempatnya melakukan pekerjaan adalah adanya informasi yang jelas mengenai tingkat radiasi pada titiktitik tertentu yang harus menjadi perhatiannya. Dengan informasi tingkat radiasi ini, setiap pekerja mampu mengatur waktu keberadaannya di tempat radiasi, menghindari tempat radiasi jika tidak perlu, serta mencari posisi yang aman dari radiasi dalam menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu, adanya pengukuran tingkat paparan radiasi di tempat kerja akan sangat banyak membantu setiap pekerja radiasi dalam upaya membatasi penerimaan paparan radiasi selama menjalankan tugas di medan radiasi.
Kesimpulannya, Paparan tertinggi tabung SinarX berada di atas tabung sebesar 0,153 mR/jam, sedangkan paparan tertinggi di lingkungan ruang pesawat SinarX berada di ruang CR sebesar 0,031 mR/jam. Tingkat paparan tertinggi tersebut sebagai bukti bahwa intensitas paparan di tiaptiap titik pengukuran masih berada jauh dibawah intensitas yang diizinkan. Sesuai dengan acuan peraturan dari RS dr Kariadi yang menunjuk PT Siemens Indonesia sebagai mitra kendali mutu yang menganjurkan tingkat paparan radiasi tabung tidak boleh lebih dari 100 mR/jam pada jarak 1 m dari sumber SinarX pada setiap arah, sedangkan tingkat paparan radiasi yang ditempati oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 2,5 mR/jam untuk penduduk umum tidak boleh melebihi 0,25 mR/jam. Oleh Sebab itu hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tabung dan lingkungan pesawat SinarX di ruang IVP yang digunakan untuk sistem Radiografi Digital termasuk aman dan layak digunakan.
Ringkasan Isi Jurnal Pembanding II
Pada dasarnya makhluk hidup yang berada di alam ini telah menerima paparan radiasi baik yang berasal dari sumber radiasi alamiah maupun radiasi akibat penggunaan zat radioaktif. Terkait penggunaan radioisotope dalam bidang kedokteran, salah satu rumah sakit di Semarang yaitu rumah sakit Dokter Kariadi, menggunakan zat radioaktif 131I53 dan 60Co27, sebagai sumber radiasi pada pesawat teleterapi dan digunakan untuk mendiagnosa ataupun untuk pengobatan. Fasilitas kedokteran nuklir ini terletak di ruangan instalasi radiodiagnostik dan berdekatan dengan ruang Merak. Setiap tahun semakin meningkat jumlah pasien dengan berbagai penyakit yang perlu disembuhkan dengan radio terapi, Maka rumah sakit tersebut menambah fasilitas alat kesehatan yang berupa pesawat teleterapi untuk pengobatan khususnya kanker. Terkait hal itu kemungkinan adanya radioisotop yang terbebas di lingkungan sekitar fasilitas kedokteran nuklir dapat terjadi sehingga perlu adanya pengawasan dan pengukuran radioaktivitas lingkungan. Pemancaran radiasi secara terusmenerus sepanjang waktu dari inti radioaktif akan mengakibatkan berkurangnya jumlah inti atom radioaktif. Peristiwa penyusutan jumlah inti atom disebut peluruhan. cuplikan yang telah dilakukan menggunakan spektrometriγ, menunjukkan adanya aktivitas zat radioaktif yang terbebaskan di lingkungan sekitar instalasi radiodiagnostik rumah sakit Dokter Kariadi Semarang. radiodiagnostik mempunyai nilai terbesar. Laju cacah ini memberikan petunjuk adanya aktivitas zat radioaktif yang dibebaskan di sekitar ruang tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya ruang terapi 131I53 yang berada di dalam instalasi radioadiagnostik yang memberikan konstribusi kontaminasi sehingga mengakibatkan terjadinya radioaktivitas lingkungan. Menurut Wiyono (2006), isotop 131I53 merupakan sumber radiasi terbuka yang mempunyai sifat mudah menguap, sehingga dari sifat tersebut, pelepasan isotop yang terjadi disebabkan kontaminasi melalui udara yang terakumulasi menjadi debu. Aktivitas zat radioaktif juga terdeteksi di ruang Merak. Ruang Merak ini terletak di depan ruang fasilitas kedokteran nuklir yaitu ruang terapi 131I53. Menurut Suhaedi (2004), banyaknya paparan radiasi yang disebabkan karena pelepasan radioisotop ke dalam lingkungan dipengaruhi oleh jarak sumber radioisotop dari lingkungan dan lamanya waktu penggunaan sumber radioisotop tersebut. Berdasarkan letak ruang rawat inap Merak yang dekat dengan instalasi radiodiagnostik menyebabkan adanya indikasi pelepasan zat radioaktif di sekitar ruangan tersebut sehingga menimbulkan adanya radioaktivitas lingkungan di sekitar ruang rawat rnap Merak. Hasil laju cacah cuplikan tanaman yang diambil di belakang instalasi radiodiagnostik mempunyai nilai paling sedikit.
Kecilnya laju cacah radiasi tanaman, disebabkan karena aktivitas zat radioaktif yang terlepas di belakang instalasi radioadiagnostik kecil. Hal ini disebabkan karena cuplikan tanaman yang diambil di belakang instalasi radiodiagnostik berada jauh dari letak sumber radiasi teletrapi yaitu ± 15 meter, sehingga kemungkinan terjadinya paparan pelepasan zat radioaktif kecil. Cuplikan tanah yang diambil di bagian depan ruang radiodiagnostik mempunyai laju cacah 1,817±0,012 cps. Bila di bandingkan dengan laju cacah cuplikan tanah yang diambil di bagian belakang radiodiagnostik, laju cacah ini mempunyai nilai kecil. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas zat radioaktif yang dibebaskan di bagian depan radiodiagnostik kecil dibandingkan dengan bagian belakang rrradiodiagnostik. Kecilnya laju cacah cuplikan tanah dibagian depan radiodiagnostik disebabkan karena cuplikan tanah yang diambil berada jauh dari tempat penggunaan zat radioaktif sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi kecil.
Kesimpulannya, Besarnya Laju cacah cuplikan yang diambil di sekitar Instalasi Radiodiagnostik dan Ruang Rawat Inap Merak menunjukkan adanya aktivitas zat radioaktif. Jenis Radioisotop yang dibebaskan di lingkungan sekitar Instalasi Radiodiagnostik yaitu Tantalum, Krypton, Manganese, Iodine, Cobalt, Bismuth, Rhodium, dan Indium. Selain dari isotop Iodine dan Cobalt, beberapa unsur dihasilkan dari radioaktivitas alamiah di lingkungan sekitar Instalasi Radiodiagnostik. Keseluruhan aktivitas radioisotop yang tersebar ke dalam lingkungan sekitar radiodiagnostik rumah sakit Dokter Kariadi Semarang, mempunyai nilai yang masih diperbolehkan, sehingga dapat dikatakan penggunaan zat radioaktif yang digunakan di ruang radiodiagnostik rumah sakit dokter Kariadi Semarang masih aman.
BAB II
KEUNGGULAN JURNAL
KETERKAITAN ISI JURNAL
Jurnal yang diriview memiliki keterkaitan antara materi dan topik yang dibahas. Jurnal yang diriview pada pembahasan awal membahas mengenai sejarah awal penemuan radioaktivitas yang disebabkan oleh neutron oleh Enrico Fermi dan dilanjutkan oleh analisis-analisis mengenai radioaktivitas oleh penemu-penemu lainnya.
KEMUKTAHIRAN JURNAL
Jika kita lihat, topik pembahasan dalam jurnal ini memuat rumus-rumus, dan terkhususnya pada teori radioaktivitas dengan pendekatan termodinamika, biasanya buku hanya menjelaskan secara singkat ataupun secara sekilas mengenai sejarah penemuan radioaktivitas, tetapi dalam jurnal ini membandingkan beberapa hasil temuan oleh Fermi dan penemu lainnya. Dalam jurnal ini juga lebih terbaharui, karena teorinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu. Jadi jurnal ini mutakhir dari tahun ke tahun jika digunakan sebagai bahan referensi mengenai sejarah awal penemuan radioaktivitas yang disebabkan oleh neutron yang ditemukan oleh Enrico Fermi menggunakan pendekatan termodinamika.
TATA BAHASA
Dalam tata bahasa yang digunakan dalam jurnal ini, dikarenakan menggunakan bahasa inggris, maka dalam penggunaan kata-kata (kosakata) harus menggunakan kamus untuk menerjemahkan. Namun dalam penggunaannya menggunakan grammar yang baik dan mudah dipahami oleh kalangan akdemisi.
BAB III
KELEMAHAN JURNAL
Dari aspek ruang lingkup isi jurnal
Jurnal yang diriview lebih lengkap membahas mengenai penemuan-penemuan oleh para ahli dan mencantumkan rumus-rumus lengkap beserta penjelasan-penjelasannya dan tabel-tabel beserta grafik. Sedangkan kedua jurnal pembanding hanya menjelaskan mengenai dampak radioaktivitas dalam lingkungan kita.
Dari aspek tata bahasa jurnal
Jurnal yang diriview menggunakan bahasa Inggris yang mudah dipahami. Buku ini sangat membantu bagi para pembaca untuk menambah kosakata dan kemampuan berbahasa Inggris nya masing-masing. Sedangkan untuk kedua buku pembanding lainnya, menggunakan bahasa Indonesia yang mudah dipahami, tidak berbelit-belit, dan tidak ambigu.
BAB IV
IMPLIKASI
Implikasi terhadap teori
Implikasi radioaktivitas terhadap teori umum yaitu bergantung pada sejarah awal penemuannya. Ketika Fermi mengetahui bahwa neutron lambat jauh lebih efektif daripada yang cepat dalam menginduksi radioaktivitas, ia menjelaskan fenomena ini dengan menyebutkan penampang hamburan yang terkenal antara neutron dan proton. Pada tahap awal ini, dia tidak mengacu pada tangkapan penampang melintang nukleus target. Pada saat yang sama, pendekatan termodinamika untuk menangkap neutron-proton sedang terjadi dibahas oleh fisikawan: penangkapan neutron ditafsirkan sebagai kebalikan dari deuteron photodissociation dan keseimbangan rinci antara neutron, proton, deuteron, dan radiasi dipanggil Pendekatan termodinamika ini mungkin mendasari penjelasan awal Fermi tentang efisiensi neutron yang lambat. Fermi berulang kali menggunakan pendekatan termodinamika yang telah digunakan dalam menggambarkan beberapa sifat fisik konduktor oleh Richardson dan telah berpengaruh di masa muda Fermi, sehingga pada saat ini, penemuan yang dilakukan oleh Fermi sangat berpengaruh pada ilmu pengetahuan dan teknologi terkhususnya mengenai radioaktivitas sampai sekarang.
Implikasi terhadap Program Pembangunan di Indonesia
Implikasi radioaktivitas terhadap program pembangunan di Indonesia yaitu untuk mengetahui sifat-sifat radioaktif dan keuntungannya bagi lingkungan sehingga para ilmuwan maupun teknisi dapat memanfaatkannya sesuai peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam pengelolaan Sumber Daya Alam yang baik bagi pembangunan dan kelangsungan ekonomi, teknologi maupun pendidikan di Indonesia.
Implikasi terhadap Analisis Mahasiswa
Implikasi teori ini terhadap mahasiswa yaitu diharapkan kelak ketika mahasiswa mendapat perbekalan ilmu pengetahuan mengenai radioaktivitas maupun bidang nuklir, mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang dipelajarinya dalam bidang keilmuan yang telah digelutinya sehingga mahasiswa mampu memanfaatkan sumber daya alam dengan baik, mengetahui dampak positif dan negatif yang dihasilkan. Dalam hal ini juga perguruan tinggi memiliki potensi yang besar untuk berperan dalam pengembangan. Selain itu juga perguruan tinggi mampu melakukan riset tentang sistem mengenai radioaktivitas untuk meningkatkan mutu pendidikan, pengalaman dan kinerja khusus di bidang Fisika Inti yang akan membawa dampak baik dalam kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Gregorio. (2006). Radioactivity induced by neutrons: Enrico Fermi and a thermodynamic approach to adiative capture. American Journal of Physics, 74(614), 613 - 620.
Lely, N. (2012). Pengukuran Radioaktivitas Lingkungan di Sekitar Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit di Semarang. Jurnal Penelitian Fisika, 1(1), 1 – 7.
Rudy, N. (2012). Pengukuran Paparan Radiasi Pesawat Sinar-X di Instalasi Radiodiagnostik Untuk Proteksi Radiasi. Jurnal Penelitian Fisika, 1(1), 19 – 24.