LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS HASIL PERTANIAN
"Colour Reader"
Disusun Oleh :
DESI SAFITRI
D1C012002
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Warna merupakan salah satu parameter mutu produk pertanian baik yang masih segar maupun yang terlah diolah sehingga sangat penting dalam mempelajari cara mengukur warna. Warna sering digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi baik fisik maupun kimia suatu produk pertanian.
Pengukuran warna secara visual atau kualitatif sangat sulit dilakukan karena indera penglihatan menusia sulit untuk membedakan perbedaan warna yang sedikit. Pengukuran warna produk pertanian dapat dilakukan dengan menggunakan.alat yang bernama colour checker. Alat ini dapat mengukur warna dengan hasil berupa angka dan dibagi menjadi Lightness, Chroma dan Hue. Hue merupakan karakteristik warna berdasar cahaya yang dipantulkan oleh objek, dalam warna dilihat dari ukurannya mengikuti tingkatan 0 sampai 359. Sebagai contoh, pada tingkat 0 adalah warna Merah, 60 adalah warna Kuning, untuk warna Hijau pada tingkatan 120, sedangkan pada 180 adalah warna Cyan. Untuk tingkat 240 merupakan warna Biru, serta 300 adalah warna Magenta.
Penggunaan pengukuran menggunakan L*a*b perlu dikembangkan dan dipelajari lebih mendalam karena pengukuran ini masih terbilang baru. L (Lightness) menunjukkan tingkat terangnya suatu warna dimana 0 menunjukkan warna hitam dan 100 menunjukkan warna putih. a menunjukkan warna hijau dan merah, dimana a+ adalah merah dan a- adalah hijau. Sedangkan b menunjukkan warna biru dan kuning dimana b+ adalah kunign dan b- adalah biru. Dengan mempelajari pengukuran warna baik LCH maupun Lab diharapkan mampu menambah wawasan dan kemampuan mahasiswa dalam melakukan uji mutu menggunakan warna.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja cara menggunakan colour reader.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Warna merupakan sebuah nama yang muncul atas segala aktivitas pada retina mata. Selain itu, warna adalah hal penting bagi berbagai macam makanan. Warna juga menunjukkan indikasi adanya perubahan kimia dalam makanan seperti misalnya browning karamelisasi. Untuk beberapa makanan cair yang jernih seperti minyak,warna merupakan refleksi dari cahaya (de Man,1999).
Pengukuran warna secara objektif penting dilakukan karena pada produk pangan warna merupakan daya tarik utama sebelum konsumen mengenal dan menyukai sifat-sifat lainnya. Warna tepung dapat diamati secara kuantitatif dengan metode Hunter menghasilkan tiga nilai pengukuran yaitu L, a dan b. Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan sampel. Semakin cerah sampel yang diukur maka nilai L mendekati 100. Sebaliknya semakin kusam (gelap), maka nilai L mendekati 0. Nilai a merupakan pengukuran warna kromatik campuran merah-hijau. Nilai b merupakan pengukuran warna kromatik campuran kuning-biru (Hutching, 1999)
Panjang gelombang warna yang bisa ditangkap mata berkisar antara 380 – 780 nanometer dan panjang gelombang ini menentukan sifat warna. Warna juga berarti interpretasi otak dari campuran warna primer, yaitu merah, hijau dan biru dengan komposisi tertentu (Rosimari, 2006).
Klasifikasi warna paling penting adalah sistem CIE(Commision International de l'eclairage). Sistem lain yang digunakan untuk mendiskripsikan warna makanan antara lain system Munsell,Hunter,Lovibond (de Man,1999).
Sistem Hunter merupakan salah satu system warna yang telah luas digunakan untuk kolorimetri makanan. Dalam system Hunter warna dibedakan menjadi 3 dimensi warna.Simbol a untuk dimensi kemerahan dan kehijauan.Simbol b untuk dimensi kekuningan dan kebiruan. Dimensi warna yang ketiga adalah L (Lightness) atau kecerahan.Nilai CIE dapat dikonversi menjadi nilai warna dalam system Hunter menjadi L,a,b.Begitu pula sebaliknya nilai L,a,b dapat dikonversi menjadi nilai CIE X%,Y,Z% (de man, 1999).
Warna dapat diukur secara modern dengan sebuah alat, yaitu color reader seri CR – 10. Instrumen ini terdiri atas ujung reseptor (A),sebuah layar dan 4 buah tombol. 3tombol adalah target,lab,Lch yang terletak dibawah layar pada sisi smaping alat.1 tombol terletak pada sisi atas alat yang berfungsi sebagai tombol start saat penembakan sampel(de Man,1999).
Gambar 1. Colour Reader
Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna dengan menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter. Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang a menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan kekuningan atau kebiruan.
Komponen color reader terdiri dari :
Reseptor : berfungsi sebagai tempat menempelnya sampel yang akan diuji warnanya yang akan membaca warna sampel tersebut.
Penutup reseptor : berfungsi untuk menutup reseptor setelah digunakan.
Tombol on/off : berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan color reader.
Tombol target : tombol ini ditekan saat sampel ditempelkan pada reseptor.
Layar hasil : berfungsi sebagai tempat hasil pembacaan warna oleh reseptor.
Tombol sistem L, a, b dan Lch : metode yang dipakai untuk pembacaan warna yang diingankan.
Cara kerja alat ini adalah ditempelkan pada sampel, yang akan diuji intensitas warnanya, kemudian tombol pengujian ditekan sampai berbunyi atau lampu menyala dan akan memunculkannya dalam bentuk angka dan kemudian diukur pada grafik untuk mengetahui spesifikasi warna.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 12 Juni 2014 pukul 08.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Kimia Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi, Kampus Pondok Meja.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah cawan, colour reader, tepung terigu, tepung ketan, tepung beras, dan tapioka.
3.3 Prosedur Kerja
Dipersiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian bahan yang akan diamati warnanya diletakkan pada cawan. Color reader dinyalakan menggunakan sistem L,a,b. Setelah itu Color reader dikalibrasi dan dipilih warna putihdan hasil kalibrasi disimpan. Ujung reseptor ditempelkan pada sampel sampai lampunya hidup. Hasil yang diperoleh dicatat. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing sampel.
Diagram Alir
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing sampelPengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing sampelHasil yang diperoleh dicatat.Hasil yang diperoleh dicatat.Ujung reseptor ditempelkan pada sampel sampai lampunya hidup.Ujung reseptor ditempelkan pada sampel sampai lampunya hidup.Color reader dikalibrasi dan dipilih warna putih dan hasil kalibrasi disimpanColor reader dikalibrasi dan dipilih warna putih dan hasil kalibrasi disimpanColor reader dinyalakan menggunakan sistem L,a,bColor reader dinyalakan menggunakan sistem L,a,bDipersiapkan alat dan bahanDipersiapkan alat dan bahan
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing sampel
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing sampel
Hasil yang diperoleh dicatat.
Hasil yang diperoleh dicatat.
Ujung reseptor ditempelkan pada sampel sampai lampunya hidup.
Ujung reseptor ditempelkan pada sampel sampai lampunya hidup.
Color reader dikalibrasi dan dipilih warna putih dan hasil kalibrasi disimpan
Color reader dikalibrasi dan dipilih warna putih dan hasil kalibrasi disimpan
Color reader dinyalakan menggunakan sistem L,a,b
Color reader dinyalakan menggunakan sistem L,a,b
Dipersiapkan alat dan bahan
Dipersiapkan alat dan bahan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Table hasil pengamatan
Sampel
Ulangan
L
a-
b+
Tepung terigu
1
43,3
14,6
43,3
dE = 3,1
da- = 0,1
dL+ = 3,0
db+ = 1,0
2
55,8
3,7
11,5
3
55,9
2,1
13,0
Rata-rata
51,67
6,8
22,6
Tepung ketan
1
52,0
2,7
9,2
dE = 1,8
da- = 0.2
dL = 1,7
db+ = 0,5
2
55,6
2,9
2,2
3
51,5
2,2
10,2
Rata-rata
53,03
2,6
7,2
Tepung beras
1
44,8
3,5
9,3
dE = 3,8
da- = 2,0
dL- = 2,9
db+ = 1,4
2
58,2
2,5
6,7
3
60,9
0,2
7,2
Rata-rata
54,63
2,07
7,73
Tapioka
1
54,9
2,4
3,6
dE = 5,5
da- = 0,3
dL+ = 4,6
db- = 3,1
2
53,3
3,3
5,6
3
54,9
2,6
7,8
Rata-rata
54,37
2,77
5,67
4.2 Pembahasan
Color reader adalah alat pengukur warna yang didesain dengan tiga reseptor sehingga mampu membedakan warna akurat antara terang dan gelap. Pengukuran warna ini menggunakan color reader dengan seri CR-10, dengan ukuran dan lebar sinar 360g/12.7oz, gampang digunakan karena hanya menggunakan satu tangan, dan perbedaan warna dalam bentuk delta (L,a,b), delta (E,a,b) atau delta (L,c,h), dapat beriluminasi 8/d. Menggunakan stander CIE D65, sumber energi berupa 4 batrai AA atau adapter AC-A12. Dapat mendeteksi dalam 10 detik dengan temperatur operasi 0-40°C. Ukrannya 59 x 158 x 85 mm. Beratnya 360 gr tanpa batrai. Casing standar CR-A68, cap pelindung CR-A72.
Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna dengan menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter. Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang a menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan kekuningan atau kebiruan.
Derajat Putih (L) merupakan pengukuran yang umum dilakukan untuk menentukan kecerahan warna tepung. Berdasarkan dat hasil pada setiap tepung memiliki tingkat kecerahan (derajat putih) yang berbeda-beda.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Prinsip kerja color reader adalah dengan pemaparan warna yang menggunakan sistem CIE Hunter dengan L,a, b sebagai reseptor warnanya.
Tingkat kecerahan paling tinggi secara berurut-turut dari tinggi ke rendah adalah tepung beras, kemudian disusul dengan tapioka, tepung ketan dan tepung terigu,
DAFTAR PUSTAKA
de Man. J.M. 1999. Principles of Food Chemistry Third edition , An Aspen Publication. Gaithersburg
Hutching, J.B. 1999. Food Color and Apearance. Aspen publisher Inc., Maryland.
Rosmisari, A. 2006. Review: Tepung jagung komposit, pembuatan dan pengolahannya. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen Pengembangan Pertanian. BPPPT. Bogor.