PROPOSAL PENELITIAN I.
JUDUL PENELITIAN EFEKTIVITAS PERAWATAN LUKA DENGAN TEKNIK TERTUTUP DAN TEKNIK TERBUKA TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANGAN LILY RUMKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR
II.
RUANG LINGKUP KEPERAWATAN ANAK
III.
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Persalinan adalah proses dimana seorang ibu melahirkan bayinya. Pada saat bayi baru lahir terjadi proses adaptasi dengan dunia luar yang jauh berbeda dengan keadaan dalam rahim sehingga terjadi perubahan. Akibat perubahan lingkungan dari uterus ke luar uterus, maka bayi baru lahir menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanis dan termis. Hasil dari rangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolisme, pernafasan, sirkulasi dan lain-lain. Disamping itu bayi dituntut melakukan metabolisme dan melaksanakan segala sistem tubuhnya sendiri seperti bernafas, mencerna, eliminasi dan lain – lain yang semula tergantung pada ibunya (Wiknjosastro H, 2012). Periode lain adalah terjadinya infeksi terutama pada tali pusat yang merupakan luka basah dan dapat menjadi pintu masuknya kuman tetanus yang
1
sangat sering menjadi penyebab kematian bayi baru lahir. Sebelum terjadi penutupan anatomik yang sempurna pembuluh darah tali pusat merupakan tempat masuknya kuman yang paling baik, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Untuk itu perlu dilakukan perawatan tali pusat (Markum A.H, 2005). Perawatan tali pusat dapat menggunakan tehnik tertutup atau dengan menggunakan tehnik terbuka. Sampai saat ini di rumah sakit banyak yang menggunakan tehnik perawatan tertutup yaitu membersihkan tali pusat dengan alkohol 70 %, luka dikompres kasa alkohol 70 % kemudian ditutup dengan kassa steril (Cristine, 2003). Dan mulai tahun 2002, sejak adanya pelatihan APN mulai dikembangkan tehnik perawatan terbuka dengan membersihkan tali pusat sampai kering kemudian pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutup dengan sehelai kassa steril. Kejadian di lapangan dengan tehnik tersebut proses penyembuhan dan lepasnya tali pusat berbeda-beda, pelepasan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama dengan rentang 2 sampai 45 hari (Cuningham, 2005). Namum sampai saat ini belum ketahui teknik yang paling efektif terhadap penyembuhan luka tali pusat. Perawatan tali pusat yang kurang baik dan salah dapat mempengaruhi lamanya proses pengeringan dan lamanya waktu lepas serta dapat menyebabkan infeksi sehingga hal ini tidak efektif terhadap penyembuhan tali pusat (Cuningham, 2005). Tanda lain yang perlu diwaspadai pada tali pusat akibat perawatan yang kurang baik adalah adanya tanda kemerahan, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah. Di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar bayi baru lahir baik melalui persalinan fisiologis
2
ataupun yang pathologis untuk perawatan luka tali pusatnya ada yang menggunakan tehnik tertutup mengacu pada protap yang ada yaitu dengan kompres basah kasssa alkohol 70%, sedangkan sebagian lagi ada yang menggunakan tehnik terbuka tanpa memberikan sesuatu apapun pada tampuk tali pusat dan kemudian dibiarkan terbuka tanpa tutup (mengacu pada Buku acuan Asuhan Persalinan Normal, Depkes, 2008). Walaupun belum ditemukan kejadian infeksi tali pusat selama dirawat di rumah sakit, sampai saat ini dilaporkan rata – rata penyembuhan luka tali pusat terjadi beberapa hari setelah perawatan dirumah dengan rentang waktu yang bervariatif. Rata – rata tenaga keperawatan yang bertugas di Perinatologi belum mengetahui tingkat efektifitas dari kedua perawatan yang dilakukan pada tali pusat bayi baru lahir . Dan sampai saat ini belum ada penelitian tentang perawatan ini. Menurut, Cunningham dalam penelitiannya di Inggris (2005) menyatakan tali pusat mengering lebih cepat dan lepas lebih awal kalau terbuka, dan karena itu pembalutan tak dianjurkan. Pusat Pengembangan
Keperawatan Carolus penuliskan dalam
makalah Pelatihan Managemen Asuhan Kebidanan, bahwa perawatan tali pusat dengan tehnik terbuka lebih baik karena tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang sedikit. Manfaat lain dari perawatan terbuka tentu akan lebih sedikit bahan dan alat habis pakai yang akan digunakan perawat yang bertugas, sehingga akan menekan biaya yang dikeluarkan rumah sakit. Sedang perawatan tali pusat tehnik tertutup didasarkan pada kajian literatur yang menyatakan bahwa
3
dengan tehnik tertutup akan mencegah terjadinya kontaminasi dengan dunia luar dan melindungi luka tali pusat dari gesekan, walaupun secara ekonomi akan lebih banyak bahan dan alat yang diperlukan. Adanya berbagai tehnik perawatan tali pusat dan beragamnya alat dan bahan habis pakai yang digunakan khususnya di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar dan belum diketahuinya tingkat efektifitas perawatan tali pusat yang dilakukan terhadap proses penyembuhan, peneliti mencoba melakukan penelitian tentang “Efektivitas Perawatan Luka dengan Teknik Tertutup dan Teknik Terbuka Terhadap Penyembuhan Luka Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar”. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar?
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar. 2. Tujuan Khusus
4
a. Mengidentifikasi efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar b. Mengidentifikasi efektivitas perawatan luka dengan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar c. Mengidentifikasi perbedaan efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar D.
Manfaat penelitian 1. Manfaat Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi sumbangsih dalam perkembangan ilmu keperawatan khususnya tentang efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir dan merupakan salah satu bahan bacaan maupun bahan kajian bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat Institusi Hasil penelitian ini dapat memberi gambaran atau informasi bagi instansi rumah sakit tentang efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir.
5
3. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi peneliti tentang efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di program S1 keperawatan.
6
IV.
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Tali Pusat 1. Definisi Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan. Sebab semasa dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit atau diikat (Wibowo, 2008). 2. Fisiologi tali pusat Diameter tali pusat antara 1-2,5 cm, dengan rentang panjang antara 30- 100 cm, rata-rata 55 cm, terdiri atas alantoin yang rudimenter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membrana mukus yang tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang disebut whartor. Setelah tali pusat lahir akan segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit tetapi belum obliterasi. Kerena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersebut oklusi serta tidak perdarahan (Christine, 2005). Pembuluh darah umbilikalis tertanam dalam subtansi gelatinosa yang dikenal dengan nama jeli Wharton. Jeli ini melindungi pembuluh darah arteri umbilikalis dan vena umbilikalis terhadap kompresi (tekanan) dan membantu pencegahan penekukan tali pusat. Jeli Wharton akan mengembang jika terkena udara. Kekuatan aliran darah (± 400 ml per menit) lewat tali pusat membantu mempertahankan tali pusat dalam posisi
7
relatif lurus dan mencegah terbelitnya tali pusat tersebut ketika janin bergerak-gerak. (Sodikin, 2009). Tali pusat dikelilingi oleh jeli wharton yang sebagian besar terdiri atas air. Permukaan tali pusat berwana putih kusam, lembab, dan tertutup amnion. Jeli wharton ini merupakan substansi tebal, sebagai bantalan fisik, mencegah tertekuknya tali pusat dan gangguan pembuluh darah. Arteri umbilikalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dan vena umbilikalis membawa darah yang banyak mengandung oksigen. Darah dari janin mengalir melalui arteri umbilikalis ke plasenta, selanjutnya karbondioksida dan sisa metabolisme dibuang. Vena tali pusat membawa oksigen dan makanan ke janin. Arteri umbilikalis mempunyai kontraksi yang kuat sedangkan vena umbilikalis kemampuan kontraktilnya lebih kecil, sehingga setelah lahir vena umbilikalis tetap mempunyai lumen yang cukup besar (Wibowo, 2008). Tempat lekat tali pusat pada plasenta normalnya adalah sedikit diluar titik tengah (insetion paracentral), lebih keluar sedikit mendekati tepi plasenta (insertion lateral), tepat pada tepi plasenta (insertion marginal). Tempat- tempat lekat tersebut tidak mempunyai arti klinis atau tanda adanya kelainan, tapi pada kehamilan kembar atau ganda tempat lekat tali pusat biasanya adalah insertion velamentosa yaitu tempat lekat tali pusat barada pada selaput janin. Pada insertion velamentosa tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dalam selaput janin. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum disebut dengan istilah vasa previa. Gejala
8
yang akan terlihat adalah perdarahan segera setelah ketuban pecah (Sodikin, 2009). Abnormalitas tali pusat memiliki korelasi yang tinggi dengan anomali janin. Tali pusat pendek adalah tali pusat yang memiliki panjang rata-rata (50 cm-55 cm). Tali pusat yang pendek, meskipun tidak lazim, dapat merupakan faktor penyebab kegagalan janin untuk turun. Keadaan ini bahkan dapat menyebabkan abrupsio plasenta, hernia umbilikalis, gawat janin, ruptur tali pusat, distosia bahu, atau kombinasi hal-hal tersebut. Tali pusat dengan panjang yang berlebihan lebih umum ditemukan daripada tali pusat yang lebih pendek. Keadaan ini tidak memiliki makna tertentu, akan tetapi tali pusat berukuran panjang memiliki makna klinis jika tali pusat tersebut menggulung melilit tubuh atau leher bayi sehingga menyebabkan tali pusat berukuran pendek. Tali pusat juga dapat menggulung sehingga membentuk simpul atau mengalami prolaps di depan bagian presentasi (Helen Varney, 2007). B. Tinjauan Tentang Pemotongan, pengikatan/ penjepitan tali pusat Pada manajemen aktif persalinan kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan untuk intervensi manajemen aktif yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. (Sodikin, 2009). Memotong tali pusat dengan menggunakan klem DTT, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada
9
saat pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke ibu. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi tingkat tinggi atau steril (Depkes, 2008). Selama dalam kandungan, bayi manerima makanannya melalui tali pusat. Tali pusat terdiri dari pembuluh darah arteri dan satu pembuluh darah balik atau vena. Darah yang kaya nutrisi dan oksigen masuk ke pembuluh darah bayi melalui pembuluh darah vena plasenta melalui kedua pembuluh darah arteri. Dengan demikian, tali pusat merupakan saluran kehidupan janin selama 9 bulan. Setelah lahir, saluran ini tidak lagi diperlukan. Untuk itu ia akan dipotong dan diikat atau dijepit dengan alat khusus (Bobak, 2004). Pengobatan dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu dengan bayi. Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan. Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat pemotongan tali pusat secepat mungkin agar dapat dilakukan resusitasi sebaik-baiknya. Setelah tali pusat dipotong dilakukan pengikatan tali pusat dengan beberapa cara seperti dibawah ini (Depkes, 2008): 1. Alat penjepit plastik yang kusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang kemudian (disposible), dipasang 1 cm dibawah alat penjepit yang sudah dipasang lebih dahulu. Alat penjepit plastik ini tetap memberi takanan pada tali pusat walaupun selei wharton (wharton jelly) mengkerut dan kemudian dibuang bersama lepasnya tali pusat.
10
2. Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus plastik steril diikatkan rangkap pada tali pusat seerat-eratnya sehingga tidak mudah lepas dan terus menekan tali pusat, walaupun selai wharton sudah kering. Pita ini dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat. 3. Benang diikat kuat dengan ikatan rangkap pada tali pusat. Pengikatan dengan benang katun steril ini tidak menjamin penekanan yang terus menerus pada tali pusat. Walaupun pada permulaannya ikatan sudah baik tetapi karena tali pusat mengkerut, ikatan menjadi longgar dan memungkinkan
dilakukan
observasi
yang
berulang-ulang
pada
waktu-waktu tertentu selama 48 jam. Perdarahan tidak mungkin terjadi pada pemakaian alat penjepit plastik dan pita dari nilon oleh karena terjadi penekanan yang terus menerus pada tali pusat. C. Mekanisme Lepasnya Tali Pusat Ketika neonatus pertama kali tiba di ruang perawatan, sekitar 5 cm tali pusat biasanya masih terdapat pada abdomen dengan beberapa tipe penjepitan. Setelah beberapa hari tali pusat mengkerut dan menghitam. Kemudian setelah beberapa hari atau minggu tali pusat akan lepas dengan sendirinya, meninggalkan area kecil yang bergranulasi, dan biasanya menghilang. Jaringan parut yang kecil dan kontraktur disebut umbilikalis. (Sodikin, 2009). Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi yang ditrawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya
11
kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak mendapat aliran darah, akan menjadi kering. Pengeringan dan pelepasan tali pusat dipermudah karena terpapar udara. Hilangnya air dari jeli wharton menyebabkan mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir. Dalam 24 jam warna putih tali pusat menghilang dan berubah menjadi kuning kecoklatan dan mengering atau kehitaman kering dan kaku (ganggren kering). Jaringan tali pusat yang mengalami devitalisasi merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman-kuman, terutama bila tali pusat dalam keadaan lembab dan perawatannya tidak bersih (Wijaya R, 2006). Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat tetap kering dan bersih. Pemisahan yang terjadi diantara pusat dan tali pusat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara
12
nominal jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit (Wijaya R, 2006). Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang dapat dengan cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, tapi kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah < 1 cm disekitar pangkal tali pusat disebut sebagai infeksi tali pusat lokal atau terbatas. Jika kulit disekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen disebut infeksi tali pusat berat atau meluas (Helen, 2007). Lama penyembuhan tali pusat dikatakan cepat jika kurang dari 5 hari,normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari. Lepasnya tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat dengan menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi kepatuhan ibu untuk membersihkan tali pusat setiap hari. Kebersihan saat merawat tali pusat dan frekuensi mengganti popok setiap kali popok kotor dan basah (Helen, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya pelepasan tali pusat (Solihin, 2009): 1.
Cara perawatan Tali pusat,
penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air, sabun dan di tutup dengan kassa steril cenderung lebih cepat puput (lepas) 2.
daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alcohol. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
13
membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. 3.
Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat,
4.
karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya.
D. Tinjauan Tentang Perawatan Tali Pusat Menurut kamus Bahasa indonesia, perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat, pemeliharaan, penyelenggaraan. Tali pusat atau umbilikal court adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen kejanin. Tetapi begitu lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. Jadi, perawatan tali pusat adalah perbuatan merawat atau memelihara pada tali pusat bayi setalah tali pusat dipotong sampai sebelum puput (Barbara, 2012). Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas. Cara persalinan yang tidak steril
14
dan cara perawatan tali pusat dengan pemberian ramuan tradisional meningkatkan terjadinya tetanus pada bayi baru lahir (Wijaya R, 2006). Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950-an sampai dengan tahun 1960-an dimana pada saat itu angka infeksi pada proses kebidanan sangat tinggi. Akan tetapi pada beberapa Negara berkembang masih sering dijumpai terjadinya infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, pendarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal. Akan tetapi pendarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi. Peralatan yang digunakan dalam pemotongan tali pusat juga sangat berpengaruh dalam timbulnya penyulit pada tali pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suplai darah dari ibu. Tali pusat yang menempel pada pusat bayi lama kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali pusat sangat dipengaruhi oleh aliran udara yang mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor. Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Pemakaian antimikrobial topikal pada perawatan tali pusat dapat mempengeruhi waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora normal sekitar tali pusat sehingga memperlambat pelepasan tali pusat. (Wijaya R, 2006).
15
Perawatan tali pusat sebenarnya sederhana, yang penting pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering. Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali pusat. Selama ini standar perawatan tali pusat yang diajarkan oleh tenaga medis kepada orang tua baru adalah membersihkan atau membasuh tali pusat dengan alkohol. Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara celupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat (bukan menarik tali pusat). Sisa air menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan kain kassa steril atau kapas, setelah itu keringkan tali pusat (Permatasari, 2009). Perawatan praktis lainnya yang mungkin dapat mengurangi timbulnya risiko terjadinya infeksi tali pusat adalah dengan cara rawat gabung dan kontak langsung kulit bayi dan ibunya mulai lahir, agar bayi mendapatkan pertumbuhan flora normal dari ibunya yang sifatnya non patogen. Pemberian air susu ibu yang dini dan sering akan memberikan antibodi kepada bayi untuk melawan infeksi. Pemberian antiseptik pada tali pusat mungkin tidak diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting dijaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit. Menggunakan antiseptik mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Wijaya R, 2006).
16
Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan kain kasa steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup, tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa. Bila akan menggunakan popok sekali pakai, pilihlah yang memang khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian depan). Dan jangan mengenakan celana atau jump-suit. Sampai tali pusatnya puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila akan menggunakan popok kain, jangan masukkan baju atasannya ke dalam popok. Intinya adalah membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas (Paisal, 2008). Prinsip perawatan tali pusat yang direkomendasikan WHO adalah berdasarkan prinsip aseptik,sedangkan prinsip perawatan tali pusat menurut WHO (1998 dalam Depkes, 2008) dibedakan menjadi dua yaitu perawatan tradisional dan perawatan tali pusat secara medis. 1. Perawatan tradisional
17
Lebih kuranng 2/3 proses persalinan di negara berkembang terjadi diluar fasilitas kesehatan dan hanya 1/2 ibu-ibu tersebut melahirkan bayi ditolong oleh dukun terlatih. Disamping itu banyak cara-cara tradisional untuk merawat tali pusat yang diyakini oleh masyarakat setempat secara turun temurun, misalnya dengan mengoleskan ASI (Kenya), mengoleskan minyak ghee (India) dan mengikat perut (Amerika Latin, Asia). Cara perawatan tradisional tersebut sebagian merugikan namun ada juga yang tidak merugikan bagi kesehatan. 2. Perawatan tali pusat secara medik a. Di berbagai institusi kesehatan tersedia banyak peralatan untuk mangikat tali pusat, tetapi belum ada penelitian untuk menguji efektifitasnya. Tali pengikat dari plastik merupakan salah satu pilihan yang cukup efektif untuk mengikat tali pusat disamping mudah digunakan, tatapi harganya cukup mahal dan kadang-kadang tidak selalu tersedia. b. Alat pemotong tali pusat harus tajam dan steril seperti silet atau gunting. Penggunaan instrumen yang tumpul dapat menimbulkan perdarahan akibat trauma yang cukup luas. c. Panjang tali pusat yang disisakan sehabis dipotong dianjurkan 2-3 cm. Beberpa penelitian menganjurkan sisa panjang tali pusat 3-4 cm dari dinding abdomen untuk mencegah terikatnya sebagian gud yang masuk ke umbilikus walaupun kasusnya jarang. Bila putung
18
tali pusat terlalu panjang dikawatirkan sulit menjaga kebersihan disamping mudah terkena feses dan air kencing bayi. d. Sesudah diikat dan dipotong putung tali pusat tidak ditutup agar terpapar udara untuk mempercepat proses pengeringan dan mecegah kelembaban. e. Penggunaan alkohol, powder atau antimikroba untuk perawatan tali pusat masih sering dikerjakan di berbagai negara walaupun belum terbukti efektifitasnya. f. Bahaya lain yang ditakutkan ialah infeksi. Untuk menghindari infeksi tali pusat yang dapat menyebabkan sepsis, menginitis, dan lain-lain maka ditempat pemotongan dan pangkal tali pusat serta 2,5 cm disekitar pusat diberi obat antiseptik. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril/bersih dan kering. Perawatan tali pusat dengan kassa steril menurut Saifudin (2012) : 1. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih (kassa steril) secara longgar. 2. Lipat popok dibawah sisa tali pusat. 3. Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci dengan sabun dan air bersih lalu keringkan. Perawatan tali pusat dilakukan secara bersih tidak menganjurkan untuk mengoleskan bahan atau ramuan apapun pada puntung tali pusat. Perawatan tali pusat yang dilakukan secara rutin manggunakan air dan dikeringkan
menggunakn
air
bersih
ini,
tidak
menyebabkan
19
peningkatan infeksi serta merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk perawatan tali pusat (Depkes, 2008) . Perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa alkohol 70% 1. Cuci tangan bersih-bersih dengan sabun. 2. Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol 70%, lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang menempel pada perut). 3. Lakukanlah dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna merah. 4. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk 'memegang' ujung tali pusarnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya. 5. Rendam perban/kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusar. Usahakan agar seluruh permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban. 6. Lilitkan perban/kassa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas. 7. Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.. Perawatan tali pusat menurut asuhan persalinan normal (Depkes, 2008) : 1. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat. 2. Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan basah/lembab.
20
3. Lipat popok dibawah putung tali pusat 4. Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT/steril dan sabun kemudian segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih. 5. Segera mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah/berdarah, atau berbau Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar. Pada bayi yang dirawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril. Pengetahuan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kolonisasi bakteri pada tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan B streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara normal jaringan yang tertinggal sangat sedikit, sedangkan pemisahan yang diakibatkan oleh infeksi masih menyisakan jaringan dalam jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab kematian, sebenarnya dapat dengan mudah dihindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin, 2009).
21
V.
KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian Berdasarkan uraian pada tinjauan kepustakaan, maka peneliti mencoba memaparkan variabel dalam penelitian ini, yaitu: 1. Perawatan tali pusat Tujuan perawatan tali pusat untuk menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas. a. Teknik tertutup Perawatan teknik tertutup dimaksudkan untuk mencegah pemaparan mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi yang dapat memperlambat pelepasan tali pusat. b. Teknik terbuka Perawatan teknik terbuka dimaksudkan agar terkena udara supaya cepat kering dan mempercepat pelepasan tali pusat. 2. Penyembuhan tali pusat Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak mendapat aliran darah, akan menjadi kering. Pengeringan dan pelepasan tali pusat dipermudah karena terpapar udara. Hilangnya air dari jeli wharton menyebabkan mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir. B. Kerangka Konsep Secara rinci dasar pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:
22
Variabel Independen
Variabel Dependen
Perawatan Luka: Teknik Terbuka Teknik Tertutup
Penyembuan Luka Tali Pusat
Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti C. Hipotesis Penelitian Ada perbedaan efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar. D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif 1. Perawatan tali pusat a. Teknik tertutup Perawatan tali pusat teknik tertutup dalam penelitian ini adalah perawatan tali pusat dengan menggunakan kapas alkonol dan tali pusat
dibungkus
dengan
menggunakan
kasa
steril
setelah
dimandikan pada pagi dan sore hari yang dilakukan oleh petugas ruangan b. Teknik terbuka Perawatan tali pusat teknik terbuka dalam penelitian ini adalah perawatan tali pusat dengan menggunakan kapas alkohol 70% dan tali pusat dibiarkan terbuka dan tidak dibungkus kasa setelah
23
dimandikan pada pagi dan sore hari yang dilakukan oleh petugas ruangan 2. Penyembuhan luka tali pusat Penyembuhan luka tali pusat dalam penelitian ini adalah lama waktu yang dibutuhkan dalam perawatan tali pusat sampai tali pusatnya terlepas dengan rata-rata waktu pelepasan pada hari ke-5 sampai hari ke-7.
24
VI.
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan melihat perbandingan penyembuhan luka tali pusat dengan teknik terbuka dan teknik tertutup yang dilakukan oleh petugas ruangan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar. 2. Waktu Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Semua bayi yang lahir hidup di Ruangan Lily Rumkit TK II Pelamonia Makassar rata-rata kelahiran 30 bayi/bulan. 2. Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan mengambil sampel berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria peneliti dengan jumlah responden 30 bayi yang terdiri atas 15 responden yang dirawat dengan teknik terbuka dan 15 bayi yang dirawat dengan teknik tertutup. a. Kriteria Inklusi : 1)
Bayi baru lahir sehat dan normal.
25
2)
Orang tua bayi baru lahir yang bersedia menjadi responden.
3)
Bayi baru lahir di yang memiliki berat badan lahir 2500-4000 gram. b.
Kriteria Eksklusi : 1) Bayi baru lahir yang meninggal. 2) Bayi baru lahir di yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram. 3) Orang tuanya menolak berpartisipasi dalam penelitian
D. Pengumpulan Data Data yang dikumpul adalah data primer dengan mengambil data langsung dari responden dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat sendiri oleh peneliti yang berisi waktu lepas tali pusat pusat (dalam hari) dengan menggunakan teknik terbuka dan menggunakan teknik tertutup yang dililitkan pada tali pusat bayi setelah mandi pagi dan sore hari. E. Pengolahan Data Data yang diperoleh kemudian diolah, sedangkan penyajian datanya dilakukan dalam bentuk table distribusi frekuensi dengan
presentasi dan
pengolahan tabel. Sebelum data diolah secara sistematik terlebih dahulu dinyatakan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Seleksi Hal ini bertujuan untuk mengklasifikasi data yang telah masuk menurut kategori.
26
2.
Editing Merupakan langkah pemeriksaan ulang atau pengecekan jumlah dan kelengkapan pengisian lembar observasi, apakah setiap pertanyaan sudah dijawab dengan tepat. Artinya setelah lembar observasi diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data, dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan keseragaman data.
3.
Koding Setelah data masuk, setiap jawaban dikonversi atau disederhanakan ke dalam angka-angka atau symbol-simbol tertentu sehingga memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya.
4.
Tabulasi Pengelompokan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki, kemudian data dianalisa secara statistik.
F. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti. 2. Analisa Bivariat Analisis bivariate dilakukan untuk melihat perbedaan efektivitas perawatan luka dengan teknik tertutup dan teknik terbuka terhadap penyembuhan luka tali pusat pada bayi baru lahir di Ruangan Lily Rumkit
27
TK II Pelamonia Makassar dengan menggunakan uji statistik Independen sample T- Test dengan menggunakan komputer program SPSS. Analisa data dilakukan dengan bantuan komputer dengan nilai batas kemaknaan α = 0,05 yang artinya. Artinya bila hasil uji statistik menunjukkan p< 0,05 maka Ha diterima sehingga ada perbedaan yang bermakna antara variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen. Sedangkan bila nilai p> 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antar variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen. Adapun rumus Independent sample T Test sebagai berikut (Sugiyono, 2008):
Keterangan : Xa = rata-rata kelompok a Xb = rata-rata kelompok b Sp = Standar Deviasi gabungan Sa = Standar deviasi kelompok a Sb = Standar deviasi kelompok b na = banyaknya sampel di kelompok a nb = banyaknya sampel di kelompok b
28
G. Etika penelitian Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi / lembaga tempat penelitian dan dalam pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan masalah etik meliputi : 1. Informed Consent Lembar persetujuan yang diberikan pada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. 2. Anonimity Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode. 3. Confidentiality Kerahasiasan informasi dari responden dijamin, peneliti hanya melaporkan data tertentu sebagai hasil penelitian.
29
DAFTAR PUSTAKA Bobak, L & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4). Jakarta: EGC. Ganong,William F. (2007). Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Ed.20. EGC. Jakarta Hidayat, A. A, (2007), Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Salemba Medika: Jakarta. Sugiyono, 2008, Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung Supriyanik F dan Handayani S. (2012) Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa Kering Terhadap Lama Pelepasan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Di BPS Endang Purwati Yogyakarta, jurnal kesehatan sodara ilmu, Volume 03, Nomor 02, Juli 2012 Chamberlain, G., 2012, ABC Asuhan Persalinan, Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC. Cunningham, F. G. (2005) Obstrerti Williams alih bahasa: Huriawati Hartono. Jakarta. EGC Markum, A. H. (2005). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI Wiknjosastro, H. (2012) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Christine. H. (2005). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC. Wibowo. N., Saifuddin B. A. (2008) Plasenta, Tali Pusat, Selaput Janin dan Cairan Amnion. Kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : FKUI. Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta. Sodikin, 2009, Perawatan Tali Pusat, EGC: Jakarta Permatasari, D. (2009) Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat antara Perawatan Tertutup dengan yang dibiarkan Terbuka. Jakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Disertasi.
30
Paisal. 2008. Perawatan tali pusat. http://ereasoft.files.wordpress.com. Diakses 22 Januari 2014 Wijaya, R. 2006. Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada BBLR yang Dirawat Menggunakan Air Steril dibanding dengan alkohol 70%. Yogyakarta, RSUP Dr. Sardjito. Disertasi.
31