CONTOH STUDI KASUS BANK BCA Sepanjang tahun 2005, BCA memfokuskan dirinya pada program pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk membangun kompetensi individu dan organisasi, guna menunjang Bank dalam mengembangkan kemampuan yang lebih baik dalam bisnis kredit dan perbankan transaksional. Kegiatan tersebut mencakup program pelatihan, pengembangan karir, serta revitalisasi organisasi. Seiring ekspansi yang sangat cepat di bisnis penyaluran kredit, mencakup segmen perbankan konsumer, komersial dan UKM, serta korporasi, BCA secara aktif merekrut kader-kader berbakat untuk posisi pemasaran kredit, analisa kredit dan pengelolaan risiko. Saat ini, karyawan yang bekerja di bidang pengelolaan risiko dan pemasaran kredit masing-masing berjumlah 341 dan 1.082 orang. Secara keseluruhan, sampai dengan akhir tahun 2005, BCA (tidak termasuk anak perusahaan) mempekerjakan 20.748 orang di seluruh unit operasinya. Secara umum, program pelatihan diklasifkasikan dalam dua jenis program yaitu: Program Pelatihan Inti dan Program Pelatihan Profesional. Program Pelatihan Inti merupakan program pembelajaran berkesinambungan yang disusun untuk mengembangkan kompetensi di bidang Analisa Kredit, Pengelolaan Risiko, Pemasaran dan Manajemen Umum. Sebagai bagian dari program pengembangan karir, karyawan Bank diharuskan mengikuti Program Pelatihan Pelatihan Inti sesuai tingkat tanggung jawabnya. Sedangkan Program Pelatihan Profesional menyediakan program pelatihan dan sertifkasi bagi fungsi-fungsi tertentu, seperti Teller dan Account Offcer, serta topik pelatihan tertentu seperti Service Excellence, Teamwork, dan Teknologi Informasi. A. Pentingnya Analisis Kebutuhan Pelatihan 1. Pelatihan menjadi solusi yang kurang tepat dalam mengatasi masalah kinerja karyawan (padahal solusi yang seharusnya dilakukan adalah dengan memberi motivasi karyawan, desain pekerjaan yang benar, komunikasi yang lebih baik tentang kinerja yang diharapkan perusahaan), 2. Program pelatihan bisa jadi memiliki materi, tujuan dan metode yang keliru., 3. Peserta pelatihan bisa jadi diikutsertakan mengikuti program pelatihan padahal mereka tidak memiliki keterampilan dasar, ketrampilan yang disyaratkan atau rasa percaya diri mengikuti pelatihan tersebut, 4. Pelatihan tidak menyampaikan pembelajaran yang diharapkan, perubahan perilaku atau hasil keuangan yang diharapkan perusahaan, dan 5. Pemborosan dana untuk program pelatihan yang kurang diperlukan karena tidak berhubungan dengan strategi bisnis perusahaan.
B. Metode Pelatihan dan Pengembangan Bank BCA Metode pelatihan yang digunakan Bank BCA lebih banyak menerapkan metode-metode yang melibatkan aktivitas peserta, seperti metode studi kasus, role playing, bussiness games,dan latihan laboraturium. Sehingga diharapkan pemahaman peserta terhadap materi pelatihan menjadi lebih baik, diantara nya sebagai berikut: a. In Class Training (Pelatihan dalam kelas) Peserta mendapat pembekalan mengenai perbankan dalam kelas dipandu oleh instrukturinstruktur yang berpengalaman dibidang perbankan. b. Observasi Peserta Melakukan observasi tentang flow operasional dan kredit serta marketing di cabang cabang BCA serta disentral operasi dalam negeri dan internasional di kantor p usat. c. Mentoring Agar perserta dapat lebih memahami tentang perbankan dan budaya kerja maka mereka diberikan mentor mentor berkualitas yang akan membantu perserta d. Review(Ujian-ujian) Secara berkala, ujian atau review secara tertulis maupun lisan atau persentase diadakan untuk mengetahui pengalaman peserta tentang perbankan e. On The Job Training (Magang) Agar perserta lebih memahami pekerjaan diperbankan mereka juga di berikan kesempatan untuk melakukan On The Job Training (Magang) di unit kerja yang berhubungan dengan penempatannya nanti, agar mereka dapat siap bekerja pada saat penempatan. On The Job Training meliputi:
Pelatihan instruksi kerja, Rotasi Jabatan, dan Magang dan Coaching.