Case Report Session
Gonore
Oleh: Haikal Basyar
1010313042
Hanna Nabila
1310311106
Preseptor: dr. Ennesta Asri, Sp.KK
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP DR. M. DJAMIL PADANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Gonore
adalah penyakit infeksi infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhoeae, bakteri gonorrhoeae, bakteri diplokokus Gram negatif, anaerob fakultatif, fakultat if, yang umumnya ditularkan melalui kontak seksual dengan masa inkubasi 2-5 hari, namun juga dapat ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung1. Gonore masih merupakan infeksi menular seksual yang paling sering ditemukan di negara berkembang. Epidemiologi gonore berboda pada tiap - tiap negara. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai 600.000 kasus baru setiap tahunnya. Di Indonesia infeksi gonore menempati urutan tertinggi dari semua jenis IMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta dan Bandung torhadap wanita pekerja seks komersial menunjukkan bahwa prevalensi gonor€ berkisar antara 7,4 -50%2 Di RS Dr. M Djamil Padang dari tahun 2007 sampai tahun 2009 jumlah pasien yang menderita gonore sebanyak 76 orang dari 5200 orang kunjungan ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamindengan Kelami ndengan proporsi 0,014.3 Banyak faktor penunjang yang dapat mempermudah dalam hal penyebaran gonore, diantaranya: kemajuan sarana transportasi, pengaruh geografi, pengaruh lingkungan, kurangnya fasilitas pengobatan, kesalahan diagnosis, perubahan pola hidup, dan tak kalah penting ialah penyalahgunaan obat. Kesemuanya ini dapat terjadi terutama karena latar belakang kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular seksual. Infeksi gonore dapat juga didapat dari setiap kontak seksual, pharyngeal dan anal gonorrheae tidak
biasa. Gejala pharyngeal gonorrheae gonorrheae biasanya berupa nyeri tenggorokan, anal gonorrheae dapat dirasakan lebih nyeri disertai sekret yang bernanah.1
Pada uretritis gonore, keluhan subjektif yang muncul adalah rasa panas, gatal di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri waktu ereksi. Uretritis gonore dan penatalaksanaannya penting diketahui karena gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidensi tinggi di antara penyakit menular seksual. Hal tersebut dapat terjadi terutama karena latar belakang kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular seksual.2 Dalam pengobatan uretritis gonore, semua pasangan seksual berisiko harus dinilai dan ditawarkan pengobatan serta menjaga kerahasiaan pasien. Cefixime dan ceftriaxone ialah sefalosporin generasi ketiga yang direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk uretritis gonore. Cefixime diberikan per oral dalam dosis tunggal sedangkan ceftriaxone diberikan per injeksi intramuskular.4,5 1.2
Batasan Masalah
Pembatasan pada case report ini akan dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis prognosis gonore. 1.3
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan case report ini yaitu untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis gonore. 1.4
Metode penulisan
Metode yang dipakai pada penulisan case report ini ini adalah tinjauan kepustakaan yang merujuk dari beberapa literatur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Gonore adalah seluruh infeksi yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrheae yang bersifat purulen dan dapat menyerang permukaan mukosa manapun di tubuh manusia . Infeksi ini merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang mempunyai insidens yang cukup tinggi di antara IMS lainnya.1 2.2
Epidemiologi
Gonore terdapat dimana-mana di seluruh dunia dan merupakan penyakit kelamin yang terbanyak dewasa ini. Tidak ada imunitas bawaan maupun setelah menderita penyakit. Juga tidak ada perbedaan mengenai kekebalan antara berbagai suku bangsa ata u jenis kelamin atau umur. Diperkirakan setiap tahun tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan di dunia. Beberapa strain kuman gonokok yang resisten terhadap penisilin, quinolone dan antibiotik lainnya telah ditemukan beberapa tahun yang lalu dan membawa persoalan dalam pengobatan, telah tersebar di beberapa negara.3 2.3
Etiologi
2.3.1
Morfologi
Gonore disebabkan oleh gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879. Kuman ini masuk dalam kelompok Neisseria sebagai N. gonorrhoeae gonorrhoeae bersama dengan 3 spesies lainnya yaitu, N.meningitidis, N.catarrhalis N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca. sicca. Gonokokus termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u dan pajang 1,6 u. Kuman ini bersifat tahan asam, Gram negatif, dan dapat ditemui baik di dalam maupun di luar leukosit. Kuman ini tidak dapat bertahan hidup pada suhu 39 derajat Celcius, pada
keadaan kering dan tidak tahan terhadap zat disinfektan. Gonokokus terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3 dan tipe 4. Namun, hanya gonokokus tipe 1 dan tipe 2 yang bersifat virulen karena memiliki pili yang membantunya untuk melekat pada mukosa epitel terutama yang bertipe kuboidal atau lapis gepeng yang belum matur dan menimbulkan peradangan.
5
Gambar 2.1. Kuman Neiserria gonorrhoeae 2.4 Patogenesis Patogenesis
Gonococci menampakkan beberapa tipe morfologi dari koloninya, tetapi hanya bakteri berpili yang tampak virulen. Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat ( opaque ) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala uretritis dan dari kultur uterine cervical pada siklus pertengahan. Gonococci yang koloninya berbentuk transparan diisolasi dari manusia dari infeksi uretral yang tidak bergejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea, termasuk salpingitis dan infeksi diseminasi.
6
Pada wanita, tipe koloni terbentuk dari sebuah strain gonococcus yang berubah selama siklus menstruasi. Gonococci yang diisolasi dari pasien membentuk koloni-koloni yang pekat atau transparan, tetapi mereka umumnya memiliki 1-3 Opa protein pada saat tumbuh di kultur primer yang sedang diuji. Gonococci dengan koloni transparan dan tanpa
Opa protein hampir tidak pernah ditemukan secara klinis tetapi dapat dispesifikasi melalui penelitian di laboratorium.6 Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rectum dan tenggorokan, menghasilkan nanah yang akut yang mengarah ke invaginasi jaringan, hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra ( uretritis ), nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing.6
2.5 Manifestasi Klinis 2.5.1 Pada laki-laki
Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore dan 85% berupa uretritis yang akut. Setelah masa tunas yang berlangsung antara 2-10 hari, penderita mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing yang kemudian diikuti keluarnya nanah kental berwarna kuning kehijauan. Pada keadaan ini umumnya penderita tetap merasa sehat, hanya kadang-kadang dapat diikuti gejala konstitusi ringan. Sebanyak 10% pada lakilaki dapat memberikan gejala yang sangat ringan atau tanpa gejala klinis sama sekali pada saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan stadium presimtomatik dari gonore, oleh karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa lebih panjang ( 1-47 hari dengan rata-rata 8,3 hari ) dari laporan sebelumnya.7 Bila keadaan ini tidak segera diobati, maka dalam beberapa hari sampai beberapa minggu maka sering menimbulkan komplikasi lokal berupa epididymitis, seminal vesiculitis dan prostatitis, yang didahului oleh gejala klinis yang lebih berat yaitu sakit waktu kencing, frekuensi kencing meningkat, dan keluarnya tetes darah pada akhir kencing. 7.8
2.5.2 Pada wanita
Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada wanita selain pendek, juga kontak pertama pada serviks sehingga gejala yang menonjol berupa servisitis dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala keputihan biasanya ringan, seringkali disamarkan dengan penyebab keputihan fisiologis lain, sehingga tidak merangsang penderita untuk berobat. 8 Dengan demikian wanita seringkali menjadi carrier dan akan menjadi sumber penularan yang tersembunyi. Pada kasus-kasus yang simtomatis dengan keluhan keputihan harus dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain seperti trichomoniasis, vaginosis, candidiasis maupun uretritis non gonore yang lain. 7 Pada wanita, infeksi primer tejadi di endoserviks dan menyebar kearah uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidak suburan ( infertilitas ) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci. 7 2.5.3 Pada bayi
Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir yang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang terinfeksi. Konjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian tetrasiklin atau erithromisin ke dalam dala m kantung konjungtiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan pembantu. Apabila pada layanan kesehatan tidak didapatkan fasilitas untuk melakukan pemeriksaan dalam dan laboratorium, dapat digunakan alur pendekatan sindrom si ndrom baik untuk pasien laki-laki maupun perempuan.
Gambar 2.2 Duh Tubuh Uretra Laki-Laki Dengan Pendekatan Sindrom 4
Gambar 2.3 Duh Tubuh Uretra Laki-Laki Dengan Pemeriksaan Mikroskop 4 Catatan: bila layanan kesehatan tidak memiliki fasilitas pewarnaan Gram, dapat digunakan metylen blue untuk mewarnai sediaan apus duh tubuh uretra.
Gambar 2.4 Duh Tubuh Vagina Dengan Pendekatan Sindrom 4
Gambar 2.5 Duh Tubuh Vagina Dengan Pemeriksaan Inspekulo 4 Bila fasilitas pengobatan, tenaga medis dan laboratorium tersedia, maka untuk diagnosa uretritis tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis, tetapi harus diikuti pemeriksaan bakteriologis. bakter iologis. Pemeriksaan bakteriologis meliputi pemeriksaan dengan hapusan dan biakan untuk identifikasi dan tes kepekaan antibiotik. Dengan cara pengecatan gram dari hapusan ini nilainya cukup tinggi karena kemungkinan kuman gonokok ditemukan cukup tinggi.
Pada wanita selain pemeriksaan dengan gram, harus diikuti dengan biakan oleh karena dengan hanya kemungkinan ditemukan kuman gonokok lebih kecil di samping kemungkinan keliru dengan flora lain dari vagina. Berikut ini adalah uraian lima tahapan pemeriksaan pembantu 1:
1.
Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram ditemukan gonokok gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada laki-laki diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada perempuan diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholini, serviks, untuk pasien dengan anamnesis berisiko melakukan kontak seksual anogenital dan orogenital, maka pengambilan bahan duh dilakukan pada faring dan rektum. Sensitivitas pemeriksaan langsung ini bervariasi, pada spesimen duh uretra laki-laki sensitivitas berkisar 90-95%, sedangkan dari spesimen endoserviks sensitivitasnya hanya berkisar antara 45-65% dengan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-99%. 2.
Kultur Untuk identifikasi spesies perlu dilakukan pemeriksaan biakan (kultur). Dua macam
media yang dapat digunakan : a. Media transpor b. Media pertumbuhan Contoh media transpor: 1. Media Stuart Merupakan media transpor saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. 2. Media Transgrow Media ini selektif dan nutritif untuk N. gonorrhoeae dan N. Meningitidis; Meningitidis; dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan media
pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan lagi. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus mematikan Proteus spp. Contoh media pertumbuhan :
1. Mc Leod’s chocolate agar Merupakan media non selektif. Berisi Berisi agar coklat, agar agar serum. Selain kuman N. gonorrhoeae kuman-kuman yang lain juga dapat tumbuh. 2. Media Thayer Martin Media ini selektif untuk isolasi N. gonorrhoeae. Media ini mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif, kolestrimetat untuk menekan pertumbuhan kuman gram negatif dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. 3. Modified Thayer Martin agar Media ini berisi media Thayer Martin ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan kuman Proteus kuman Proteus spp.. spp.. 3.
Tes indikasi presumtif dan konfirmasi (definitif) a. Tes Oksidase Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-feniendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
b. Tes Fermentasi Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. N. sukrosa. N. gonorrhoeae hanya meragikan glukosa.
4.
Tes beta-laktamase Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM dis. BBL 961192
yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase. 5.
Tes Thomson Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Pada tes ini ada syarat yang harus diperhatikan diperhatikan : a.
Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
b.
Urin dibagi dalam dua gelas
c.
Tidak boleh menahan kencing dari gelas 1 ke gelas 2
Syarat mutlak adalah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80-100 ml, jika air seni kurang dari 80 ml maka gelas 2 sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior. Hasil pembacaan : Gelas 1 Jernih Keruh Keruh Jernih
Gelas 2 Jernih Jernih Keruh Keruh
Arti Tidak ada infeksi Infeksi Uretritis Anterior Panuretritis Tidak mungkin
Pemeriksaan lain yang dikembangkan untuk deteksi di antaranya adalah pemeriksaan antibodi
terhadap N.
gonorrhoeae
seperti
fiksasi
komplemen,
imunopresipitasi,
imunofloresensi, ELISA dan lain-lain. Namun uji serologis tersebut hanya mempunyai sensitivitas sebesar 70%, sehingga tidak digunakan sebagai pemeriksaan penapisan. 5 Deteksi asam nukleat terhadap N. gonorrhoeae terdiri atas : DNA probe system (Accuprobe, Gen Probe, USA); deteksi asam nukleat nukleat tanpa amplifikasi amplifikasi (NAAT) berupa PCR, LCR, TMA dll.
2.7 Komplikasi
Komplikasi uretritis bisa terjadi apabila tidak secepatnya mendapat pengobatan atau telah mendapatkan yang kurang adekuat. Komplikasi yang terjadi dapat bersifat lokal, ekstra genital dan disseminata.5 1.
Komplikasi lokal : a. Pada laki-laki : tysonitis, cystitis, vesikulitis, parauretritis, cowperitis, deferenitis, littritis, prostatitis, epidydimitis, infertile. b. Pada wanita : skenitis, bartholinitis, cystitis, salpingitis, proctitis, PID, infertilitas.
2.
Komplikasi ekstra genital : orofaringitis. konjungtivitis
3.
Komplikasi disseminata : arthritis, myokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis.
2.8 Tatalaksana
Obat-obat yang digunakan sebagai terapi uretritis tergantung beberapa faktor : (1) Pola resistensi menurut area geografi maupun sub populasi, (2) Obat-obatan yang tersedia, (3) Efektivitas yang dikaitkan dengan harga obat (4) adanya penyakit penyerta 7 Terapi uretritis gonore tanpa komplikasi -
Golongan Cephalosporin : Cefixime 400 mg per oral, Ceftriaxone 250 mg im
-
Golongan Quinolone :
Ofloxacin 400 mg per oral
Ciprofloxacin 500 mg per oral
Spectinomycin : 2 gram im
Kanamycin : 2 gram im, semua diberikan dalam dosis t unggal.
Terapi uretritis gonore dengan komplikasi : -
Ciprofloxacin : 500 mg po per hari selama 5 hari
-
Ofloxacin : 400 mg po per hari selama 5 hari
-
Ceftriaxone : 250 mg im per hari selama 3 hari
-
Spectinomycin : 2 gram im per hari selama 3 hari
-
Kanamycin : 2 gram im per hari selama 3 hari ha ri
2.9 Edukasi
Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas. Tidak ada cara pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko. Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik. Pendidikan moral, agama dan seks perlu diperhatikan 6
BAB III LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. J
Umur
: 25 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Padang Besi
Bangsa
: Indonesia
Suku Bangsa
: Minangkabau
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Belum Menikah
No telp
: 085263810906 085263810906
ANAMNESIS Keluhan Utama
Keluar nanah dari kemaluan dan terasa nyeri saat buang air kecil sejak 7 hari yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang
-
Awalnya, terasa nyeri saat buang air kecil sudah dirasakan sejak 9 hari yang lalu. Nyeri dirasakan setelah 30 menit buang air kecil selama ± 1 menit.
-
-
Nyeri saat ereksi disangkal Keluar nanah dari kemaluan dirasakan sejak 7 hari yang lalu. Cairan nanah bewarna kuning kecoklatan, kental, dan keluar sedikit.
-
Riwayat berhubungan seksual terakhir kali 3 minggu yang lalu dengan pekerja seks komersial. Hubungan seksual dilakukan secara genito-genito dan ano-genital.
-
Pasien tidak memakai kondom, dan mengetahuii pasangannya tersebut pernah berhubungan seksual sebelumnya sebelumnya dengan orang lain.
-
Pasien belum menikah. Pasien tidak mengetahui pasangan seksual pasien mempunyai keluhan yang sama seperti pasien ataupun keluhan berupa keputihan.
-
Keluhan buang air kecil sedikit dan sering tidak ada.
-
Demam menggigil dan berkeringat malam sejak 2 hari yang lalu
-
Batuk dan nyeri tenggorokan disangkal
-
Penurunan BB tidak ada
-
Riwayat trauma di daerah kemaluan disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Tidak ada riwayat kutil, ulkus, atau bercak gatal merah pada kemaluan sebelumnya.
-
Pasien sebelumnya juga pernah melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial sejak tahun 2012 dan sering berganti pasangan.
Riwayat Pengobatan -
Pasien 7 hari yang lalu berobat ke klinik dokter umum, mendapatkan obat yaitu asam mefenamat, ciprofloxacin, metronidazole, dan dexamethasone. Keluhan sedikit berkurang setelah pengobatan tetapi masih keluar nanah dari dari kemaluan.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN FISIK Status Generalisata -
Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
-
Kesadaran
: Compos mentis kooperatif
-
Status Gizi
: normoweight
-
Nadi
: 86 x/menit
-
Nafas
: 18 x/menit
-
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
-
Suhu
: 36,9
-
Berat badan
: 60 kg
-
Tinggi badan
: 163 cm
-
IMT
: 22,58 kg/m2 normoweight
-
Rambut
: Tidak mudah rontok
-
Mata
: Tidak dilakukan pemeriksaan
-
Thoraks
: Tidak dilakukan pemeriksaan, diharapkan dalam batas normal
-
Abdomen
: Tidak dilakukan pemeriksaan, diharapkan dalam batas normal
-
Ekstremitas
: Tidak dilakukan pemeriksaan, diharapkan dalam batas normal
Status Dermatologikus
: tidak ditemukan kelainan
Foto Pasien
Status Venerologikus INSPEKSI -
Pubis
: udem (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus/ erosi (-)
-
Penis
: udem (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus/ erosi (-)
-
Skrotum
: udem (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus/ erosi (-)
-
Muara uretra eksterna
: udem (+), eritem (+), ektropion (-), cairan (+) kental
warna putih kekuningan, jumlah sedikit, vegetasi (-), ulkus (-) erosi (-) -
Perineum
: udem (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus/ erosi (-)
-
Perianal
: udem (-), eritem (-), vegetasi (-), ulkus/ erosi (-)
PALPASI
KBG inguinal medial : tidak terdapat pembesaran kgb inguinal medial sinistra et
dextra,
tidak nyeri. Skrotum
: tidak teraba pembesaran
Kelainan Selaput
: Tidak ditemukan kelainan.
Kelainan Kuku
: Tidak ditemukan kelainan.
Kelainan Rambut
: Tidak ditemukan kelainan.
Diagnosis Kerja
Uretritis gonoroe akut non komplikata Diagnosis Banding
Uretritis non spesifik, IGNS Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Gram : PMN 120 – 120 – 150/ 150/ LP, Gram negatif, diplokokus intrasel dan ekstrasel
Pemeriksaan Anjuran :
Kultur dan sensitivitas kuman RESUME
Pasien pria, usia 25 tahun datang dengan keluhan keluar nanah dari kemaluan dan nyeri saat buang air kecil sejak 7 hari yang lalu.
Riwayat berhubungan seksual 3 minggu yang lalu dengan PSK. Wriwayat demam ada 2 hari yang lalu, menggigil dan berkeringat malam.
Sebelumnya pasien berobat ke klinik dokter umum 7 hari yang lalu dan mendapatkan obat Metronidazol, Ciprofloxacin, Asam mefenamat, dan Deksametason. Pasien merasa sedikit membaik tetapi masih keluar nanah dari kemaluan.
Pada pemeriksaan status venerologikus di dapatkan udem, eritem, cairan kental berwarna putih kekuningan dengan jumlah sedikit yang didapatkan pada muara uretra eksterna pasien.
Kemudian dilakukan pemeriksan rutin berupa pewarnaan gram pada pasien dan didapatkan hasil PMN 120-150 / LP, gram negative, diplokokus intrasel dan ekstrasel.
DIAGNOSIS
Uretritis gonoroe akut non komplikata PENATALAKSANAAN Umum :
Menjelaskan tentang gonore, kemungkinan komplikasi, dan cara penularan. Abstinensia/tidak boleh berhubungan seksual sampai menikah Kontrol hari ke 3 dan ke 8 Khusus : Sistemik
: inj ceftriaxon 250 mg IM (dosis tunggal)
Prognosis
Quo ad sanam
: bonam
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad kosmetikum : bonam Quo ad functionam
: bonam
RESEP
dr. Hanna Nabila Praktik Umum SIP. No. 02/2017 Hari Praktik : Senin-Jumat Jam Praktik : 16.99-18.00 Alamat: Jl. Perjuangan Baru Khatib Sulaiman No Telp : (0751) 442123
R/ Inj Ceftriaxon 1 g vial no. I Simm
Pro Usia Alamat
: Tn. J : 25 tahun : Padang Besi, Padang
BAB IV DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien Tn. J, laki-laki, 25 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 27 Februari 2017 dengan diagnosis uretritis gonoroe akut non komplikata. Penegakkan diagnosis uretritis gonoroe akut non komplikata didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan rutin. Uretritis gonore merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae gonorrhoeae dengan manifestasi berupa peradangan pada saluran kencing. Pada anamnesis didapatkan keluhan utama pasien saat datang adalah keluar nanah dari kemaluan dan terasa nyeri saat buang air kecil sejak 7 hari yang lalu. Ini sesuai dengan gambaran klinis uretritis gonore yang telah dijelaskan pada tinjauan pustaka. Biasanya pasien memang mengeluhkan nyeri saat buang air kecil dan saat ereksi. Selain itu pasien juga mengeluhkan keluar nanah dari lubang kemaluan. Pada tinjauan pustaka telah dijelaskan dijelas kan bahwa penyebaran infeksi gonoroe bisa melalui aktivitas seksual. Pada pasien terdapat riwayat melakukan hubungan dilakukan dengan pekerja seks komersial yang dicurigai merupakan karier dari infeksi gonoroe ini 2 minggu sebelum gejala muncul. Masa inkubasi kuman gonore biasanya 2-5 hari setelah aktivitas seksual. Obat-obatan yang dikonsumsi sebelumnya sebelumnya dapat memperpajnang masa masa inkubasi. Masa inkubasi juga dipengaruhi oleh strain bakteri dan imunitas host. Dari anamnesis tidak ditemukan adanya keluhan lain pada alat kelamin pasien seperti bengkak, kemerahan, dan nyeri. Frekuensi buang air kecil yang semakin sering juga tidak ditemukan pada pasien. Ini cukup bisa menyingkirkan kemungkinan adanya komplikasi uretritis gonoroe akut pada pasien. Sehingga pada diagnosis ditegakkan uretritis gonoroe akut non komplikata. Pada pemeriksaan status generalis dan dermatologis tidak ditemukan kelainan. Pada status venerologi didapatkan udem, eritem, dan cairan kental berwarna putih kekuningan dengan jumlah sedikit pada muara uretra pasien. Pada pubis, penis, skrotum, perineum, perianal tidak ditemukan adanya adan ya udem, eritem, vegetasi, ulkus dan erosi. Pada palpasi KGB inguinal medial dan skrotum tidak ditemukan pembesaran. Untuk mendukung penegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan rutin berupa pemeriksaan gram. Pada pemeriksaan gram di dapatkan hasil jumlah PMN 120-150 / LPB,
Gram negatif, diplokokus intrasel dan ekstrasel. Normalnya, pada seorang laki-laki < 5 PNM/ lapangan pandang besar. Ini mendukung diagnsosis kuman gonoroe sebagai penyebab infeksi pada pasien. Tatalaksana yang diberikan pada pasien adalah tatalaksana umum dan tatalaksana khsusus. Pada tatalaksana umum diberikan penjelasan mengenai penyakitnya kepada pasien dan edukasi agar pasien bisa menghindari penyakitnya tersebut. Pada tatalaksana khusus diberikan injeksi ceftriakson intramuskular 250 mg. Pada pasien ini diberikan antibiotik yang dipilih disini yaitu golongan sefalosporin. Secara epidemiologi pemberian antibiotik disarankan dosis tunggal, menimbang efektivitas, mengurangi risiko resistensi serta meminimalisir efek toksik. Prognosis pada pasien ini adalah quo ad sanam bonam, quo ad vitam bonam, quo ad kosmetikum bonam, dan quo ad f unctionam bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Daili, S.F dan Hanny Nilasari. 2015. Gonore; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. hal 443-9.
2.
Departemen Kesehatan RI. 1999. Penatalaksanaan penyakit menular seksual berdasarkan pendekata sindrom. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubir F, eds. Pedoman penatalaksanaan penyakit menular seksual. Dirjen P2M dan Depkes Depkes Jakarta. Hal: 8-12
3.
Clifton RD. 2010. Sexually Transmitted Diseases (STDs) Treatment Guidelines, Center for
Disease
Control
and
Prevention.
Available
from:
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/gonococcal-infection.htm. Diakses pada tanggal 27 Februari 2017. 4.
Miller KE. 2006. Diagnosis and Treatment of Neisseria Gonorrhoeae Infection. American Family Physician. University of Tennessee College of Medicine. Tennessee. Available from: http://www.aafp.org/ afp/2006/0515/p1779.pdf. Diakses pada tanggal 27 Februari 2017.
5.
Aditama, T.Y. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Infeksi Menular Seksual. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
6.
Jawetz, Melnick, dan Adelbergs. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. hal 419-431.
7. Murtiastutik D. 2008. Gonore pada wanita. Dalam infeksi menular seksual. Barakah J, Lumintang H, Martodiharjo S, ed. Surabaya; Airlangga University press, edisi I. Hal: 608-26 8.
Stary A. 2003.Sexually nansmitted disease. Dalam; Bolognia IL, Jorizzo JL, Rapini RP. Eds. Dermatology. London ; Elsevier Limited, hal: l27l-94
.